Anda di halaman 1dari 11

Mekanisme Perdagangan Saham Efek

Umar Wirayuda

Program Studi Ekonomi Islam


Manejemen Bisnis Syariah
Institut Daarul Qur’an
2021
Bab 1

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Perdagangan di masa kini tidak hanya dilakukan di pasar konvensional. Kini perdagangan
saham, valuta asing, dan surat berharga lainnya pun telah dilakukan oleh banyak orang. Secara
umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak sekaligus pasar konkret dengan barang yang
diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak, danbentuk konkretnya adalah lembar surat-
surat berharga di bursa efek. Dijelaskan pula oleh J.Bogen bahwa Bursa efek adalah suatu sistem
yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek
secara langsung atau melalui wakil-wakilnya.

Akan tetapi setiap individu atau perusahaan yang ingin bergabung pada pasar atau bursa
ini tidak bebas keluar masuk seperti pada pasar-pasar lainnya, setiap individu atau perusahaan
yang ingin bergabung harus memenuhi beberapa persyaratan. Seperti telah diatur dalam pasal 30
ayat 1 UU tentang Perizinan Perusahaan Efek yang menyatakan bahwa “Yang dapat melakukan
kegiatan usaha sebagai Perusahaan Efek adalah Perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari
Bapepam”, dan persyaratan tersebut diperjelas di ayat 3 “Pihak yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi hanya untuk
Efek yang bersifat utang yang jatuh temponya tidak lebih dari satu tahun, sertifikat deposito,
polis asuransi, Efek yang diterbitkan atau dijamin Pemerintah Indonesia, atau Efek lain yang
ditetapkan oleh Bapepam tidak diwajibkan untuk memperoleh izin usaha sebagai Perusahaan
Efek”. Dan untuk memperjelas ketentuan apa yang dimaksudkan dalam undang-undang tersebut
maka Ketua Bapepam mengeluarkan keputusan bernomor Kep- 02 /PM/1996, tanggal 17 Januari
1996 tentang perizinan bursa efek.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian saham dan bursa efek

2. Sejarah bursa efek

3. System jual beli saham di bursa efek

4. Pandangan fiqih terhadap bursa efek


Bab 2

Pembahasaan
A. pengertian saham

Efek merupakan surat-surat berharga yang menjadi instrumen dalam kegiatan jual-beli di
pasar modal. Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 5, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa yang dimaksud dengan efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek.

B. Sejarah bursa efek

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia
yang mengharuskan Bursa Efek harus ditutup, diantaranya pada tahun 1914-1918 Bursa Efek
ditutup karena terjadinya Perang Dunia I. Bursa Efek Indonesia sempat dijalankan kembali pada
tahun 1925-1942, namun karena isu politik, yaitu Perang Dunia II, Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya harus ditutup kembali di awal tahun 1939, dan dilanjutkan dengan penutupan Bursa
Efek di Jakarta pada tahun 1942-1952. Perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek
tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada tahun 1956-1977, perdagangan di Bursa Efek
harus vakum.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977,
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Agustus 1977. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar
modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

Namun pada tahun 1977-1987 perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga tahun 1987 baru mencapai 24 emiten. Pada saat itu masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Akhirnya pada tahun 1987 diadakan deregulasi
Bursa Efek dengan menghadirkan Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia. Aktivitas perdagangan Bursa Efek pun kian meningkat pada
tahun 1988-1990 setelah Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing.

Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan
Uang dan Efek (PPUE) pada tahun 1988 dengan organisasinya yang terdiri dari broker dan
dealer. Selain itu, pada tahun yang sama, Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Bursa Efek Surabaya (BES) pada
tahun 1989 mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa
Efek Surabaya.

Pada tanggal 12 Juli 1992, yang telah ditetapkan sebagai HUT BEJ, BEJ resmi menjadi
perusahaan swasta (swastanisasi). BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal
(sebelumnya; Badan Pelaksana Pasar Modal). Satu tahun kemudian pada tanggal 21 Desember
1993, PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) didirikan. Pada tahun 22 Mei 1995, Bursa
Efek Jakarta meluncurkan Sistem Otomasi perdagangan yang dilaksanakan dengan sistem
komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). Pada tahun yang sama pada 10
November, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Bursa Paralel
Indonesia kemudian merger dengan Bursa Efek Surabaya. Kemudian satu tahun berikutnya, 6
Agustus 1996, Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) didirikan. Dilanjutkan dengan
pendirian Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) pada tahun berikutnya, 23 Desember 1997.
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) pada tahun 2000 mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia, dan pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan
jarak jauh (remote trading). Pada tahun yang sama, perubahan transaksi T+4 menjadi T+3 pun
selesai. Pada tahun 2004, Bursa Efek merilis Stock Option.

Pada tanggal 30 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta
(BEJ) akhirnya digabungkan dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah
lahirnya BEI, suspensi perdagangan diberlakukan pada tahun 2008 dan Penilai Harga Efek
Indonesia (PHEI) dibentuk pada tahun 2009. Selain itu, pada tahun 2009, PT Bursa Efek
Indonesia mengubah sistem perdagangan yang lama (JATS) dan meluncurkan sistem
perdagangan terbarunya yang digunakan oleh BEI sampai sekarang, yaitu JATS-NextG.
Beberapa badan lain juga didirikan guna untuk meningkatkan aktivitas perdagangan, seperti
pendirian PT Indonesian Capital Market Electronic Library (ICaMEL) pada Agustus 2011.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Januari 2012, dan di akhir 2012, Securities Investor
Protection Fund (SIPF), dan Prinsip Syariah dan Mekanisme Perdagangan Syariah juga
diluncurkan. BEI juga melakukan beberapa pembaharuan, tanggal 2 Januari 2013 jam
perdagangan diperbaharui, dan pada tahun berikutnya Lot Size dan Tick Price disesuaikan
kembali, dan pada tahun 2015 TICMI bergabung dengan ICaMEL.

Bursa Efek Indonesia juga membuat suatu kampanye yang disebut dengan “Yuk Nabung
Saham” yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mau memulai berinvestasi di
pasar modal. BEI memperkenalkan kampanye tersebut pertama kali pada tanggal 12 November
2015, dan kampanye ini masih dilaksanakan sampai sekarang, dan pada tahun yang sama LQ-45
Index Futures diresmikan. Pada tahun 2016, Tick Size dan batas Autorejection kembali
disesuaikan, IDX Channel diluncurkan, dan BEI pada tahun ini turut ikut serta menyukseskan
kegiatan Amnesti Pajak serta meresmikan Go Public Information Center. Pada tahun 2017, IDX
Incubator diresmikan, relaksasi marjin, dan peresmian Indonesia Securities Fund. Pada tahun
2018 lalu, Sistem Perdagangan dan New Data Center telah diperbaharui, launching Penyelesaian
Transaksi T+2 (T+2 Settlement) dan Penambahan Tampilan Informasi Notasi Khusus pada kode
Perusahaan Tercatat

C. Mekanisme jual beli saham di bursa efek


Di Indonesia hanya ada satu penyelenggara kegiatan bursa efek, yaitu PT Bursa Efek
Indonesia (BEI), yang merupakan bursa efek hasil penggabungan dari PT Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 2007. BEI menyelenggarakan
perdagangan atas hampir semua efek bersifat ekuitas (saham, waran, dan hak memesan efek
terlebih dahulu (HMETD), obligasi (obligasi negara dan obligasi korporasi), sukuk (sukuk dan
sukuk korporasi), efek derivative (kontrak opsi saham (KOS) dan kontrak berjangka panjang
indek efek/ KBIE), unit penyertaan reksadana yang diperdagangkan di bursa (Exchange Traded
Fun/ETF), dan efek beragun asset (EBA).

Perdagangan efek di bursa dapat dibagi menjadi beberapa tahap, dimulai dari proses
pembukaan rekening efek dan penyampaian order dari nasabah kepada AB, pemrosesan order,
pelaksanaan transaksi (matching), proses kliring, penjamin, dan penyelesaian transaksi. Secara
umum, tahapan tersebut berlaku untuk semua jenis efek yang diperdagangkan di BEI.
Perbedaannya hanya terletak pada spesifikasi transaksi, seperti fraksi harga dan batasan harga
yang diperkenankan. Uraian berikut ini di fokuskan pada mekanisme dan spesifikasi transaksi
saham, apabila ada perbedaan dengan jenis efek lainnya, di jelaskan dalam kalimat tersendiri.
Ringkasan proses perdagangan efek di BEI dapat dilihat pada gambar berikut:

1. Tahap Pembukuan Rekening dan Penyampaian Order

a. Pembukuan Rekening

Sebelum melakukan jual beli efek, calon nasabah harus membuka rekening terlebih dahulu di
perusahaan efek yang menjadi anggota bursa (AB) dengan cara mengisi formulir pembukuaan
rekening.

b. Penyampaian Order

Pada perdagangan efek di BEI, penyampaian order nasabah dapat dilaksanakan melalui tiga cara,
yaitu dilakukan secara manual melalui trader di lantai bursa (trading floor), perdagangan jarak
jauh melalui kantor PE AB (remote tranding), atau input order langsung oleh nasabah melalui
internet (online tranding).

1) Penyampaian Order melalui Tranding Floor

Pada mekanisme penyampaian order secara manual, nasabah menyampaikan order jual/beli ke
PE AB selaku broker dengan cara manual yaitu melalui telepon atau secara verbal di galeri ke
sales PE AB. Order jual/beli ini memuatinformasi mengenai kode efek, volume dan harga yang
inginkan. Sales akan mengisi slip order dengan informasi-informasi tersebut kemudian
menyerahkannya atau menyampaikan via telepon kepada dealer PE AB untuk di teruskan ke
trader PE AB di maksud dilantai bursa via telepon/jaringan komunikasi perusahaan. Sebelum
order nasabah diteruskan ke lantai bursa, PE AB wajib memastikan ketersediaan dana dan efek
nasabah tersebut dan mengecek limit tranding nya.

Pengecekan limit tranding ini biasanya dilaksanakan oleh dealer beserta tim yangditunjuk
menangani risk management perusahaan tekait transaksi. Mekanisme penyampaian order melalui
tranding floor sudah jarang digunakan oleh PE AB, kecuali dalam keadaan darurat jika ada
masalah dengan koneksi sistem remote tranding.

2) Penyampaian Order secara Remote Tranding

Pada mekanisme perdagangan secara remote, fungsi trader di lantai bursa digantikan oleh sistem
e-SPis yang eksekusinya dilakukan dari kantor/sistem di perusahaan efekyang langsung
terhubungke sistem perdagangan di bursa, yaitu Jakarta Automates Tranding System (JATS).

Pada mekanisme remote ini, limit tranding setiap nasabah juga ditentukan oleh sistem di dalam
e-SPis, tidak dihitung secara manual seperti halnya dalam transaksi manual, sehingga jika
terdapat order yang melebihi limit tranding-nya secara otomatis langsung di tolak. Sementara
prosedur order dari nasabah ke PE AB tetap sama seperti pada mekanisme order secara manual.
3) Penyampaian order secara online

Pada mekanisme penyampaian order nasabah secara online nasabah menggunakan aplikasi
online tranding PE AB tempat ia terinteraksi, dapat menginput order secara langsung ke e-SPis
tempat ia bertransaksi, dapat menginput order secara langsung ke e-SPis PE AB tersebut yang
kemudian secara remote akan meneruskan order tersebut ke JATS-RT.

2. Tahap Pemrosesan Order

Order yang telah disampaikan oleh PE AB dalam sistem perdagangan, baik sacara manual,
remote maupun online akan diproses oleh sistem JATS secara elektronik. Proses order tersebut
dibedakan pada masing-masing pasar yang berbeda sesuai dengan pilihan pasar dari nasabah,
baik pasar regular, tunai maupun pasar negosisasi. Perdagangan efek di BEI mayoritas dilakukan
pada pasarreguler dengan waktu penyelesaian tiga hari bursa setelah transaksi terjadi (T+3). Oleh
karena itu uraian selanjutnya akan di fokuskan padda transaksi di pasar reguler.

3. Tahap pelaksanaan Transaksi

Tahap pelaksanaan perdagangan efek di bursa dilakukan dengan mengunakan fasilitas JATS.
Perdagangan efek di bursa hanya dapat dilakukan oleh PE AB bertanggung jawab terhadap
seluruh transaksi yang dilakukan di bursa, baik untuk kepentingsn sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.

4. Tahap kliring, Penjamin, dan Penyelesaian Trasaksi

Kliring (clearing) merupakan suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan, yang
menunjukan suatu aktivitas yang berjalan sejak terjadinya kesepakatan suatu transaksi sampai
selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Secara umum kliring melibatkan lembaga
keuangan yang memiliki permodalan yang kuat yang dikenal dengan sebutan Mitra Pengimbang
Sentral (MPS)atau di sebut juga Central Counterparty (CCP). Kliring dan penjaminan efek di
Indonesia dilaksanakan oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) selaku Lembaga
Kliring dan Penjaminan sebagaimana dimaksdud dalam Undang-undang

D. Pandangan islam terhadap bursa efek

Praktek jual beli saham atau efek ini belum terjadi di masa Rasulullah SAW dan para
sahabatnya (semoga Allah SWT ridha dan merahmati mereka semua). Namun hal ini tidak
berarti bahwa praktek jual beli saham atau efek ini adalah haram hukumnya. Karena Al Qur’an
dan Al Hadits tidak mengatur hukum bursa efek dalam Islam, maka harus merujuk pada
pendapat para sahabat Nabi atau melalui ijma’ jumhur ulama dengan tetap berlandaskan pada
dalil-dalil dalam Al Qur’an dan Al-Hadis.

Sementara itu, dalil yang berasal dari Al Hadits Nabi SAW yang menjadi landasan
hukum bagi para ulama menyatakan pendapatnya tentang hukum bursa efek dalam Islam di
antaranya adalah “Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memilikinya”. (HR. Baihaqi dari
Hukaim bin Hizam).

“Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar.” (HR. Muslim, Tirmidzi,
Nasa’I, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Adapun beberapa pendapat para ulama terkait dengan hukum bursa efek dalam Islam di
antaranya adalah :

Pendapat Ibnu Qudumah dalam Al-Mughni juz 5/173 yang menyatakan,

“Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra serikatnya, hukumnya boleh
karena ia membeli milik pihak lain.” (Beirut : Dar al-Fikr, tanpa tahun).

Pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al Islami wa Adillatuhu juz 3/1841 yang
menyatakan,

“Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi atas) saham hukumnya boleh, karena
pemilik saham adalah mitra dalam perseroan sesuai dengan saham yang dimilikinya.”
Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum bursa efek dalam Islam
adalah halal sepanjang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah serta efek atau saham
yang diperjualbelikan berasal dari bisnis yang halal

Bab 3

Penutup

A. Kesimpulan
1. Efek merupakan surat-surat berharga yang menjadi instrumen dalam kegiatan jual-beli di
pasar modal. Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 5, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa yang dimaksud dengan efek adalah
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas
efek, dan setiap derivatif dari efek
2. Sejarah . bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun
1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, Pemerintah Republik
Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, Bursa Efek diresmikan
kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Agustus 1977
3. Mekanisme Perdagangan di Bursa Efek
a. Tahap Pembukuan Rekening dan Penyampaian Order
b. Tahap Pemrosesan Order
c. Tahap pelaksanaan Transaksi
d. Tahap kliring, Penjamin, dan Penyelesaian Trasaksi

4. Pandan islam terhadap bursa efek


Bursa efek menjadi halal jika ketika kedua pihak melakukan kesepakatan dan kedua
belah pihak pun merasa tidak dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai