Anda di halaman 1dari 12

Pasar Modal Syariah

Manajemen Keuangan Syariah

Kelompok 8
Fera Irawati (1905036144)
Muhammad Ardhi Krisnawan (1905036145)
Agnes Chairina putri Wahab (1905036146)
Definisi Pasar Modal Syariah
Pengetian Pasar Modal berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal dalam Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (13), yang didalamnya disebutkan,
bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Pasar modal Syari’ah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip Syari’ah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
halhal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi.

Jadi yang dimaksud dengan Pasar Modal Syariah adalah Pasar Modal yang
dalam kegiatannya bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek, berdasarkan prinsip syariah
Karakteristik Pasar Modal Syariah
menurut Metwally sebagaimana dikutip oleh Agustianto, bahwa dalam
rangka membentuk pasar modal syariah diperlukan beberapa karakteristik.
Karakteristik-karakteristik tersebut adalah:

 Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek;


 Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang;
 Semua perusahaan yang sahamnya dapat diperjualbelikan di bursa efek diminta
menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan
kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek dengan
jarak tidak lebih dari 3 bulan;
 Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali;
 Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST;
 Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST. HST ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut:

HST = (Jumlah kekayaan bersih perusahaan)

(jumlah saham yang diterbitkan )

 Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat


dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
 Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST
 Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan
dengan harga HST.
Instrumen pasar modal syariah
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek)
yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat
pengakuan hutang, surat berharga kormesial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda
bukti utang, right, warrans, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang
ditetapkan oleh Bepepam LK sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal
(bursa efek) biasanya berjangka waktu panjang.

Instrumen paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek antara lain ;


1) Saham syari’ah atau stoks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagi modal pada
perusahaan terbatas.
2) Obligasi (sukuk) atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari
emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji lainya serta pelunasan
pokok penjamin yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo.
3)Obligasi Syariah
4) Reksa Dana Syari'ah
5) Efek Beragun Aset Syariah (EBA Syariah)
6) Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)/ Rights Issue Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Syariah
7) Warran Syariah ,Waran berdasarkan prinsip syariah adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang memberi hak kepada pemegang efek yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) untuk memesan
saham dari emiten pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya
tersebut
Perkembangan Pasar modal syariah
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
1. 14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah
Hindia-Belanda.
2. 1914-1918: bursa efek di Jakarta ditutup selama Perang Dunia I
3. 1925-1942: bursa efek di Jakarta di buka kembali bersama dengan bursa efek di Semarang
dan Surabaya
4. Awal tahun 1939: karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di Semarang dan Surabaya
ditutup
5. 1942-1952: bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II
6. 1952: Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UUD Pasar Modal 1952, yang
dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.
Dr. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan yaitu Obligasi Pemerintah
RI (1950)
7. 1956: program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin tidak aktif
8. 1956-1977: perdagangan di bursa efek fakum
9. 10 agustus 1977: bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan di
bawah Bapepam. Tanggal 10 agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibonang sebagai emiten
pertama
11. 977-1987: perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga1987 baru mencapai
24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen pasar modal 11.
1987: ditandai dengan hadirnya paket desember 1987 (PAK-DES 87) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia
12. 1988-1990: paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu BEJ
terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
13. 2 juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
14. Desember 1988: pemerintah mengeluarkan paket desember (PAKDES ’88) yang memberikan
kemudahan perusahaan untuk go punlic dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi
pertumbuhan pasar modal
15. 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan
terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
16. 13 Juli 1992: swastanisasi BEJ; Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
17. 22 Mei 1995: sistem operasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS
(Jakarta Automated Trading Systems)
18. 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal. UU ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996 19. 1995: Bursa Paralel Indonesia
margerdengan Bursa Efek Surabaya
20. 3 Juli 1997: lahir danareksa syariah oleh PT Danareksa Investent Management
21. 2000: sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia. 22. 3 Juli 2003: BEI bekerjasama dengan PT Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index yang bertujuan untuk
memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
23. 2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
24. 4 Maret 2003: pasar modal syariah diresmikan oleh Menkeu Boediono didampingi
ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil dari DSN pada Direksi, direksi
perusahaan efek, pengurus organisasi pelaku, dan asosiasi profesi di pasar modal
25. 2007: penggabungan BEJ dan BES berdasarkan kesepakatan RUPSLB pada tanggal
40 oktober 2007 yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan dan berganti
nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia yang resmi beroperasi sejak tanggal 1
nopember 2007
Strategi pengembangan pasar modal syariah
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) – Departemen
Keuangan Republik Indonesia (RI) telah menyusun Master Plan Pasar Modal Indonesia
(2005-2009). Di dalamnya terdapat dua strategi utama pengembangan pasar modal
berbasis syariah, yaitu:
1. Penyusunan kerangka hukum yang dapat memfasilitasi pengembangan pasar modal berbasis
syariah dan mendorong pengembangannya;
2. Mendorong pengembangan serta penciptaan produk-produk pasar modal berbasis syariah.
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Danareksa Investment Management (DIM) pada tahun
2000 telah meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari 30 saham yang sesuai
dengan prinsip syariah.

dua strategi utama tersebut dijabarkan Bapepam-LK dalam implementasi strategi yaitu:
a. Mengatur penerapan prinsip syariah.
b. Menyusun standar akuntansi.
c. Melakukan sosialisasi penerapan prinsip syariah di pasar modal dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan pemahaman pelaku pasar.
d. Mengembangkan produk pasar modal berbasis syariah yang telah ada.
e. Menciptakan produk pasar modal berbasis syariah yang baru.
f. Melakukan kerja sama pengkajian pengambangan produk pasar modal berbasis syariah
antara regulator, DSN-MUI, dan pelaku pasar.
Resiko Investasi di Pasar Modal
Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Menurut Hartono dan
Harjito (2002) bahwa resiko-resiko yang mungkin dihadapi investor tersebut antara
lain: 1. Risiko daya beli (purchasing power risk) Risiko ini berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih
kecil
2. Risiko bisnis (business risk) Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya kemampuan
perusahaan memperoleh laba, sehingga pada gilirannya mengurangi pula kemampuan
perusahaan membayar bunga dan deviden.
3. Risiko tingkat bunga Naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga surat-surat
berharga, sehingga biasanya harga surat berharga akan turun.
4. Risiko pasar (market risk) Apabila pasar bergairah (bulish) pada umumnya harga saham
akan mengalami kenaikan, tetapi bila pasar lesu (bearish) maka harga cenderung
turun.
5. Risiko likuiditas (liquidity risk) Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat
berharga untuk segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
Terimakasih !!

Anda mungkin juga menyukai