Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anindya Attaya Naufal

Nim : 2030104191
Prodi. : HES 5
Dosen pengampu : Drs.Syafran Afriansyah, M.Ag
PASAR MODAL SYARIAH
A.Pengertian Pasar Modal Syariah
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Pasar modal syariah merupakan jenis instrumen keuangan jangka panjang yang mengelola
perdagangan reksadana, saham dan surat utang. – Berperan sebagai ruang bagi emiten untuk
bisa mendapatkan modal dari pihak eksternal untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Secara
umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal
konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu
bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al Quran sebagai
sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber
hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah
satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan
diantara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah
dikembangkan dengan basis fiqih muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang
menyatakan bahwa Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di
Indonesia.
Pasar modal terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu pasar modal konvensional dan pasar
modal syariah.
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pasar modal syariah yang sekuritas harus dari
perusahaan yang menjalankan kegiatan operasionalnya tidak dengan prinsip syariah. Padahal
di pasar modal biasa tidak ada aturan yang mengatur kegiatan operasional perusahaan
B. Dasar Hukum Pasar Modal Syariah
Dasar hukum pasar modal syariah pada dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis yang
ditegaskan oleh Nasinonal Syariah Council Fatwa (DSN) sementara pasar modal
konvensional adalah UU Pasar Modal, yaitu UU No.8 tahun 1995. Dalam pelaksanaan modal
kegiatan pasar syariah diumumkan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional), sementara pasar
modal konvensional tidak. Indeks harga saham termasuk IHSG, LQ45, Kompas 100 dll, dan
indeks harga saham Syariah adalah JII (Jakarta Islamic Index) dan DES (Daftar Efek
Syariah).
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di Pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar
modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai
berikut:
1.Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek Syariah.
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek
Syariah.
C. Peran Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah memiliki 2 (dua) peran penting, yaitu:
1.Sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan untukpengembangan usahanya melalui
penerbitan efek syariah.
2. Sebagai sarana investasi efek syariah bagi investor
3. Pasar modal syariah bersifat universal, dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa melihat
latarbelakang suku, agama, dan ras tertentu.
Pasar modal syariah merupakan bagian dari Industri Pasar Modal Indonesia. Secara
umum, Kegiatan pasar modal syariah sejalan dengan pasar modal pada umumnya. Namun
demikian, terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah bahwa produk. Dan
mekanisme transaksi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
Jenis Produk Pasar Modal Syariah
1. Saham Syariah
Secara umum, saham syariah merupakan salah satu jenis investasi yang diterbitkan oleh
emiten yang kegiatan bisnisnya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.Indeks tersebut
pun terjamin dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masuk ke dalam kategori
Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan OJK.
2. Obligasi Syariah (Sukuk)
investasi pasar modal
Obligasi syariah atau sukuk merupakan surat berharga (efek) berupa penyertaan modal yang
diterbitkan oleh penerbit sukuk dan dilakukan sesuai prinsip syariah.
Karakteristik sukuk meliputi:
1. memberikan bukti penyertaan modal
2. berorientasi pada prinsip syariah
3. dana yang dihimpun diinvestasikan ke produk syariah
4. transaksi menggunakan akad.
Nah, bagi pihak yang menerbitkan sukuk, seperti pemerintah, atau perseroan
(BUMN/BUMS) berkewajiban untuk membayarkan pendapatan bagi hasil (margin/fee)
kepada pemegang saham.
3. Reksa Dana Syariah
Jenis yang terakhir, yaitu reksa dana syariah.
Reksa dana syariah merupakan ruang untuk menghimpun dana dari pemodal yang dikelola
dan diinvestasikan oleh manajer investasi (MI).
Dana tersebut kemudian diberikan ke berbagai instrumen yang sesuai prinsip syariah.
D. Fungsi Pasar Modal Syariah
1. Fungsi Ekonomi
Pasar modal biasa difungsikan sebagai media untuk mempertemukan pihak yang
kekurangan dana ( issuer ), bisa berupa lembaga, institusi, atau perusahaan, dengan pihak
yang memiliki kelebihan dana. Dalam hal ini investor maupun masyarakat secara umum.
Secara sederhana, pihak investor akan meminjamkan sebagian dana yang dikeluarkan
untuk investasi perusahaan atau institusi. Dana tersebut kemudian akan dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha, ekspansi perusahaan, penambahan modal, hingga penambahan
produksi untuk memperbesar laba.

2. Fungsi Keuangan
Dari sisi keuangan, masyarakat umum dapat membeli berbagai instrumen investasi seperti
saham, reksadana, obligasi, maupun yang lainnya. Dalam hal ini, investor yang merupakan
pemilik dana dibebaskan untuk memilih instrumen investasi sesuai preferensinya sendiri.
Salah satu imbal hasil bagi investor adalah memperoleh memperoleh mengklaim
pengembalian sesuai instrumen investasi yang dipilih, hingga dividen dari perusahaan terkait.
Sementara bagi Pemerintah Pusat, perekonomian nasional akan terbantu berkat transaksi
investasi tersebut.

3. Pendanaan Pengembangan Perusahaan


Perusahaan-perusahaan yang nilai sahamnya melantai di Bursa Efek Indonesia
memungkinkan untuk menghimpun dana sebanyak mungkin dari pasar modal sebagai moral
bisnis atau sumber dana untuk kegiatan pengembanhan perusahaan dalam jangka panjang.
Kemudian, modal uang yang didapat dari pasar modal akan diputar kembali untuk proses
ekspansi, penambahan modal perusahaan, pengembangan layanan atau produk, pun alokasi-
alokasi lainnya yang diharapkan dapat membuat perusahaan semakin maju.

4.Sebagai Medium Resmi Jual Beli Surat Berharga


Tak kalah penting, pasar modal syariah boleh dialihfungsikan sebagai media resmi untuk jual
beli surat berharga yang diluncurkan oleh pemerintah.

5.Tambahan Pendapatan
Selain pajak pemegang saham dan laba dari surat-surat berharga, pemerintah juga dapat
memperoleh tambahan pendapatan dari banyak investor asing yang berinvestasi melalui pasar
modal syariah.

6.Pemerataan Pendapatan
Sudah jadi rahasia umum jika pasar modal dapat dialihfungsikan sebagai media untuk
memeratakan pendapatan masyarakat, khususnya bagi para investor. Biasanya, investor akan
mendapat imbal hasil atau dividen dari laba perusahaan setiap beberapa periode, atau sesuai
regulasi yang disepakati.

7.Peningkatan Pendapatan Negara


Keberadaan pasar modal turut serta meningkatkan pendapatan negara. Usut punya usut, tiap-
tiap deviden yang diberikan pada para pemegang saham bakal dikenai pajak oleh Pemerintah
Indonesia. Sehingga secara tidak langsung, pasar modal syariah memiliki fungsi untuk
meningkatkan pendapatan Negara Indonesia.

8.Menciptakan Lapangan Pekerjaan


Pasar modal syariah juga dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru di Indonesia. Hal
ini dipicu karena perusahaan dapat berkembang dari modal usaha yang diserahkan investor.
Semakin besar perkembangan perusahaan terkait, semakin tinggi pula kebutuhan mereka
akan tenaga kerja. Secara tidak langsung, pasar modal syariah akan mendorong laju
pertumbuhan lapangan kerja.

9.Menjadi Indikator Perekonomian Negara


Semakin besar transaksi-beli dari produk keuangan di pasar, maka akan semakin besar pula
modal bagi industri dan perusahaan yang terlibat. Pada akhirnya, roda perekonomian negara
bakal berjalan dengan baik.

E. Perkembangan Pasar Modal Syariah

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana
Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa
Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan
untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan
hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat
dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal,
yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk
Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah
dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen
ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.
Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan institusional yang
terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari
MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan
adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal
berbasis syariah di Indonesia.
Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan
pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya, pada
tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur organisasi Bapepam
dan LK, dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas
dan fungsi mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri
yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi unit
setingkat eselon III.
Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam
dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan
LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad
yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31
Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek
Syariah pertama kali oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.
Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya
UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7
Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan surat
berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama
kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.
Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap
Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
Pasar modal syariah mencatatkan kinerja pertumbuhan yang signifikan. Kondisi ini sejalan
dengan program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku Ketua Pelaksana Syariah
Investment Week (SIW) 2021 Hasan Fawzi mengatakan, investor saham syariah Indonesia
mencapai 102.426 investor atau meningkat 734% dalam lima tahun terakhir. Adapun tingkat
keaktifannya mencapai 30,7%.
Di sisi lain, data per Oktober 2021 menunjukkan, komposisi pasar saham syariah di
Indonesia masih cukup dominan, dengan jumlah saham syariah mencapai 56,9% dari total
saham yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Anda mungkin juga menyukai