Anda di halaman 1dari 16

INVESTASI SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA

Kurniawati1, Titi Susanti2, Juleha3, Elma Nurmelinda4, Syifa Nurul Hasanah5


Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Email: elmanurmeilinda15@gmail.com

ABSTRAK
Pasar modal dikembangkan untuk mengakomodasi kebutuhan umat Muslim di Indonesia
yang ingin menginvestasikan produk pasar modal sesuai dengan prinsip Syariah. Dengan
berkembangnya produk investasi Syariah di pasar modal Indonesia diharapkan dapat
mewujudkan pasar modal Indonesia menjadi pasar yang bisa menarik investor yang
berinvestasi sesuai dengan ajaran Islam.Dalam Islam kegiatan investasi dapat
dikategorikan sebagai aktivitas Muamalah.Transaksi di pasar modal menurut hukum
Syariah tidak dilarang dan diperbolehkan asalkan tidak ada transaksi yang bertentangan
dengan Syariah seperti transaksi yang mengandung unsur bunga dan riba dan juga
melarang adanya transaksi berisi spekulasi dan mengandung unsur gharar atau
ketidakjelasan.
Kata kunci: pasar modal, investasi, Syariah

ABSTRACT
Capital market is developed to accommodate the needs of muslims in Indonesia who want
to invest capital market products in accordance with the principles of sharia. With the
developing of sharia investment products in the Indonesia capital market is expected to
realize the Indonesian capital market into a market that can attract investors who are
investing in accordance with Islamic teachings. In Islam investment activities can be
categorized as a muamalah activity. Transactions in the capital market according to
sharia law are not prohibited and allowed provided that there is no transaction that
conflicts with sharia such as transactions containing elements of interest and riba and
also prohibit the existence of transactions contained speculation and contain a gharar
element or obscurity.
Keywords: capital markets, investments, sharia

A. PENDAHULUAN
Prinsip syariah pada industri perbankan ditandai dengan berdirinya Bank Islam
pertama di Kairo yang bernama Nasser Social Bank sekitar tahun 1971 yang
operasionalnya berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba). Yang kemudian diikuti
dengan berdirinya beberapa bank islam lainya seperti Islamic Development Bank (IDB)

1
dan The Duba Islamic sekitar tahun 1975, kemudian Faisal Islamic Bank of Egypt,
Faisal Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977. Perkembangan
bank yang berbasis syariah mampu mendorong perkembangan penggunaan prinsip-
prinsip syariah di sektor pasar modal. Negara yang pertama kali menerapakn prinsip
syariah di sektor pasar modal adalah Yordania dan Pakistan karena kedua negara
tersebut telah menyusun dasar hukum penerbitah obligasi syariah. Dan didalam
perkembangannya berbagai instrument pasar modal berbasis syariah sudah tersedia di
pasar modal Malaysia antara lain Reksa Dana Syariah, Saham Syariah, Index Syariah
dan Obligasi Syariah. Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Undang-Undang Pasar Modal tidak
membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut dilakukan dengan prinsip-prinsip
syariah atau tidak. Berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat dilakukan tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
Sebagian besar penduduk Indonesia adalah mayoritas beragama Islam tetapi
perkembangan pasar modal syariah bisa dibilang tertinggal jauh dibandingkan dengan
Malaysia yang telah menjadi pusat investasi berbasis syariah di dunia karena mereka
telah menerapkan beberapa instrumen keuangan syariah untuk industri pasar modalnya.
Hal lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah Indonesia saat ini adalah minimnya
jumlah pemodal yang melakukan investasi terutama jika dibandingkan dengan jumlah
pemodal yang ada pada sektor perbankan.
Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia
saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan instuisi pasar modal
sebagai media untuk menyerap investasi dan untuk memperkuat posisi keuangan.
Bahkan, perekonomian modern tidak akan mungkin maju dan berkembang tanpa pasar
modal. Secara umum pasar modal syariah dan pasar modal konvensional tidaklah jauh
berbeda, hanya saja pasar modal syariah sangat mengedepankan prinsip syariah. Pasar
modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam yang
ingin melakukan investas di produk atau instrument pasar modal sesuai syariah Islam.
Dengan semakin beragamnya Instrumen di pasar modal syariah, diharapkan masyarakat
akan memilih alternatif investasi yang sesuai dengan keinginannya yang memberikan
keuntungan baginya.
Untuk mengembangkan pasar modal syariah di Indonesia, harus ada perkembangan
instrument pasar modal yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI serta perkembangan
dan struktur pasar modal itu sendiri yang selalu dipantau oleh Bapepam-LK. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengembangan kerangka hukum untuk memfasilitasi
pengembangan pasar modal syariah serta mendorong pengembangan instrumennya.
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Pasar Modal Syariah
Istilah pasar biasanya digunakan dalam istilah bursa, exchange dan market.
Sementara untuk istilah modal sering digunakan istilah efek, securities dan stock.
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange).1 Pasar modal merupakan pasar

1
Yolanda, F. (N.D). Makalah Pasar Modal Syariah. Academia.Edu, 29.

2
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan,
baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
instansi lain (mislanya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi bagi para
insvestor. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Menurut Sunariyah dalam
buku Sudarso investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa- masa yang akan datang.2
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuanganjangka
panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang,ekuitas (saham),
instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasarmodal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun instansi lain (mislanya pemerintah) dan sarana
bagi kegiatan berinvestasi bagi para insvestor. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai saranadan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya.3
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep
syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi
sesuai dengan ketentuan syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan
berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain, seperti negara Malaysia.
Lembaga yang pertama kali menaruhperhatian di dalam mengoperasikan
portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar syariah adalah
Amanah Income fund yang didirikan pada bulan juni 1986 oleh para anggota The
North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana Amerika Serikat.4
Dari pengertian lain Pasar modal syariah adalah pasar modal yangseluruh
mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah. Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal yang akad pengelolaan perusahaan maupun cara penerbitannya memenuhi
prinsip-prinsip syariah.
Meskipun instrumen pasar modal syariah telah diperkenalkan sejak 1997,
namun secara formal namun peluncuran pasar modal yang telah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dilakukan pada 14 Maret 2003. Pada kesempatan itu telah
ditandatangani kerjasama antara Bapepam-LK dengan Dewan Syariah Nasional
(DSN-MUI), yang dilanjutkan antara DSN-MUI dengan kalangan SRO. Setelah itu
lahir beberapa fatwa MUI tentang ketentuan operasional pasar modal syarish hasil
kerja sama dengan Bapepam-LK. Diantaranya fatwa No 20/DSN-MUI/IX/2000
tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah. Fatwa no

2
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III, cet, I (Yogyakarta, BPFE, 2003), hal. 67
3
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III, cet, I (Yogyakarta, BPFE,
2003), hal. 67
4
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah- Malang: UIN-MALIKI PRESS,2010 hal 64

3
33/DSNMUI/IX/2002 tentang obligasi syariah dan fatwa No 33/DSNMUI/IX.2002
tentang obligasi syariah mudharabah.5
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu
aktivitas berupa penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan
selama periode tertentu pada suatu aset yang efisien oleh investor, dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai
dengan yang diharapkan.
2. Konsep dan Prinsip Pasar Modal Syariah
1. Konsep Pasar Modal Syariah
Definisi pasar modal syariah sesuai dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat
diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam
UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar
modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal
secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki
perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al-
Qur’an sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan
penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam
ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara
sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan kegiatan pasar modal syariah
dikembangkan dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih muamalah
yang menyatakan bahwa pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang
menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia.
Dalam melakukan muamalah, manusia diberi keleluasaan untuk
melakukan kegiatan namun wajib memperhatikan hal-hal yang dilarang.
Kegiatan pasar modal termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi
dalam pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut
syariah. Kegiatan muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan
manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar, riba, maisir, risywah,
maksiat dan kedzhaliman.6

5
Erry Firmansyah, chief editor: Adi Hidayat, Metamorfosa Bursa Efek-jakarta:Bursa Efek Indonesia. Hal :137-
138
6
(OJK), O. J. (2017). Pasar Modal Syariah, Kosep, Sejarah & Produk Ojk. . Retrieved from Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).

4
2. Prinsip Pasar Modal Syariah
Pasar modal ini memiliki prinsip dasar syariat Islam yang menyediakan
produk atau instrumen investasi yang halal khususnya bagi umat Islam. Dengan
investasi halal ini diharapkan kecemasan masyarakat terhadap investasi yang
mengandung riba dan hal-hal haram lainnya dapat diatasi.
Pada dasarnya kegiatan pasar modal ini yang merupakan kegiatan
penyertaan modal dan atau jual beli efek (saham, sukuk), termasuk dalam
kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam pasar modal diperbolehkan
sepanjang tidak ada larangan menurut syariat agama Islam. Kegiatan muamalah
yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur gharar, riba, maisir, risywah, maksiat, dan kedzhaliman.7
Kegiatan atau tindakan yang bertentangan dengan prinsip syariah
(sesuai fatwa DSN-MUI Nomor. 80/DSN-MUI/III/2011), antara lain:
1. Tadlis yaitu Tindakan menyembunyikan kecacatan objek akad yang
dilakukan oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah objek akad
tersebut tidak cacat.
2. Taghrir yaitu upaya untuk mempengruhi orang lain, baik dengan ucapan
maupun tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk
melakukan transaksi.
3. Tanajusy (Najsy) yaitu tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi
oleh pihak yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya.
4. Ikhtikar yaitu membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat
pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjualnya
kembali pada saat harganya lebih mahal.

7
Fitrianingsih. (2022, April 5). Pasar Modal Syariah: Pengertian, Prinsip, dan Manfaat. Retrieved from Qoala.

5
5. Ghisysy merupakan satu bentuk tadlis, yaitu penjual menjelaskan
keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual serta menyembunyikan
kecacatannya.
6. Ghabn yaitu ketidakseimbangan antara dua barang (objek) yang
dipertukarkan dalam suatu akad, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
7. Bai’ Alma’dum yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang
belum dimiliki (short selling).
8. Riba yaitu tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang
ribawi (Al-Amwal Al-Ribawiyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok
utang dengan imbalan penangguhan pembayaran secara mutlak.8
3. Dasar Hukum Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah merupakan bagian dari sistem pasar modal Indonesia,
kegiatan di pasar modal yang menerapkan prinsip syariah juga mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Berikut peraturan
pelaksananaan-Nya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia,
memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai
berikut:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek
Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah
Terdapat 3 fatwa DSN-MUI yang menjadi dasar pengembangan pasar
modal syariah yaitu:
1. Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah.
2. Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum
3. Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
4. Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip
Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar
Reguler Bursa Efek.9
3. Perbedaan Pasar Modal Syariah Dengan Konvensional
Pasar modal Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Pasar Modal
(UUPM) No 8 tahun 1995. UUPM tersebut tidak membedakan antara pasar modal
konvensional dengan pasar modal syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah
bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan.
Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar
modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal

8
(OJK). (N.D). Pasar Modal Syariah. Retrieved from Otoitas Jasa Keuangan (OJK):
9
Syariah, I. (2023, April 4). Fatwa Tentang Pasar Modal Syariah. Retrieved from IDX Syariah:

6
Syariah, yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah.
Adapun konsep dasar pasar modal syariah dapat digambarkan dalam skema
berikut:

Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan dari Al-


Qur’an sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran
yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah
pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan di antara sesama manusia terkait
perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan
basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah Fiqih muamalah yang menyatakan bahwa
“pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.” Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di
Indonesia (IDX. Sekolah Pasar Modal Syariah. Workshop).
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip hukum Islam
dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sepanjang fatwa dimaksud tidak bertentangan
dengan peraturan Bapepam-BLK yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI. Prinsip
syariah di bidang pasar modal yang dinyatakan dalam Fatwa DSN-MUI No. 40
tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip-prinsip syariah di
bidang pasar modal, adalah:
a. Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten,
jenis Efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah
sesuai dengan Syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syarih.
b. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh pernyataan kesesuaian syariah dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap
suatu Efek Syariah bahwa Efek tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah (Fatwa DSN MUI No. 40 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal).

7
Berdasarkan prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal, maka menurut
penulis, prinsip pasar modal konvensional tidak jauh berbeda dengan prinsip pasar
modal syariah. Perbedaannya hanya terletak pada penekanan lebih khusus tentang
keriteria-kriteria yang termasuk dalam efek syariah. Dalam prinsip syariah
ditekankan kehalalan dari suatu produk dan jasa dari kegiatan usaha. Kegiatan usaha
tersebut secara spesifik harus memiliki manfaat yang jelas sehingga tidak ada
keraguan akan hasil usaha yang akan menjadi objek dalam perhitungan keuntungan
yang diperoleh. Perhitungan keuntungan dan kerugian akan hasil usaha harus
memiliki mekanisme bagi hasil yang adil menurut penyertaan masing-masing
pihak.10
Dari penjelasan berdasarkan teori yang dijelaskan di atas, maka dapat penulis
simpulkan beberapa perbedaan pasar modal dan pasar modal syariah. Adapun
perbedaan-perbedaan itu antara lain yaitu:
1. Pasar modal syariah efek yang diperdagangkan haruslah dari perusahaan yang
dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan dalam pasar modal biasa tidak ada
aturan yang mengatur tentang kegiatan operasional perusahaan.
2. Landasan hukum pasar modal syariah pada dasarnya adalah Al-Qur’an dan
Hadis di pertegas dengan Fatwa Dewan Syariah Nasinonal (DSN) sedangkan
pasar modal konvensional adalah Undang-Undang Pasar Modal yaitu Undang-
Undang No.8 tahun 1995.
3. Dalam pelaksanaan kegiatannya pasar modal syariah diawasi oleh DSN (Dewan
Syariah Nasional), sedangkan pasar modal konvensional tidak.
4. Indeks harga saham konvensional anatara lain IHSG, LQ45, Kompas 100 dan
lain sebagainya, dan Indeks harga saham syariah ialah JII (Jakarta Islamic
Index) dan DES (Daftar Efek Syariah).11
Ada beberapa perbedaan antara pasar modal syariah dan kovesional
1. Pasar modal syariah yang diperdagangkan harus dari perusahaan yang dalam
prinsip syariah, dan tugas fungsional perusahaan harus dengan standar syariah.
Padahal di pasar modal konvensional tidak ada prinsip yang mengawasi
pelaksanaan fungsional organisasi.
2. Alasan sahnya pasar modal syariah pada dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadits
yang ditegaskan oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) sedangkan pasar
modal reguler adalah UU Pasar Modal, tepatnya UU No. Tahun 1995.
3. Pasar modal syariah melarang adanya berbagai bentuk bunga. Pasar modal
syariah berdasarkan bunga.
4. Dalam pelaksaan kegiatan pasar modal syariah di awasi oleh DSN (Dewan
Syariah Nasional), sedangkan pasar modal konvesional tidak.12

10
Nurlita, A. (2015). Investasi di pasar modal syariah dalam kajian Islam. Kutubkhanah, 17(1), 1-20.
11
Fadilla, F. (2018). Pasar Modal Syariah dan Konvensional. Islamic Banking: Jurnal Pemikiran Dan
Pengembangan Perbankan Syariah, 3(2), 45-56.
12
Rizky, M., & Fajar, R. (2022). Analisis Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional. JIKEM: Jurnal
Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen, 2(2), 1374-1380.

8
4. Produk Pasar Modal Syariah
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM),
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan
sebagai Efek Syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang
Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana
dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan
kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan
prinsip - prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang
telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit
Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
1. Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal
kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham
berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut.
Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan
konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Prinsip syariah
mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan
analogi tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham
yang diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham
syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh:
Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan publik tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
• Perjudian dan permainan yang tergolong judi
• Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa
• Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu
• Bank berbasis bunga
• Perusahaan pembiayaan berbasis bunga
• Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau
judi (maisir), antara lain asuransi konvensional
• Memproduksi, mendistribusikan, pemperdagangkan atau menyediakan
barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa
haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh
DSN-MUI
• Barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat
• Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).

9
b. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih
dari 82%.
c. Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak
lebih dari 10%.
2. Sukuk
a. Definisi Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti
dari istilah obligasi syariah (Islamic Bonds). Sukuk secara terminologi
merupakan bentuk jamak dari kata “sakk” dalam bahasa Arab yang berarti
sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan Bapepam dan
LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai berikut:
Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai
sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau
tidak terbagi (syuyu' or undivided share) atas:
1. Aset berwujud tertentu (ayyan maujudat)
2. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang
sudah ada maupun yang akan ada
3. Jasa (Al-Khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
4. Aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan)
5. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin
khashah).
b. Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang
berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan
bukti kepemilikan bersama atas suatu asset atau proyek. Setiap sukuk
yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan
(underlying asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada asset
atau proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk
kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa
imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan jenis akad yang digunakan
dalam penerbitan sukuk.
c. Jenis Sukuk
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang
Investment Sukuk, terdiri dari:
1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat)
tipe yaitu: Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada,
Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan, sertifikat
kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat kepemilikan atas
jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam
4. Sertifikat istishna
5. Sertifikat murabahah
6. Sertifikat musyarakah
7. Sertifikat muzara'a

10
8. Sertifikat musaqa
9. Sertifikat mugharasa
3. Reksadana Syariah
Dalam peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksadana syariah
didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan
peraturan pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
Reksadana syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan
salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal
kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka. reksadana dirancang sebagai sarana
untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai
keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas. reksadana syariah dikenal pertama kali di
Indonesia pada tahun 1997 ditandai dengan penerbitan reksadana syariah
Danareksa Saham pada bulan Juli 1997. Sebagai salah satu instrumen
investasi, reksadana syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan
reksadana konvensional pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada
pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah
keseluruhan proses manajemen portofolio, screeninng (penyaringan), dan
cleansing (pembersihan).
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksadana pun mengandung berbagai peluang
risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham,
sukuk, dan surat berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portfolio
reksadana tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi
reksadana dalam mengelola dananya.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer
investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan
kembali (redemption) atas sebagian besar unit penyertaan yang
dipegangnya kepada manajer investasi secara bersamaan. dapat
menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dana tunai.
Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya
terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption
effect.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya
kekayaan reksa dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko
ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan
kekayaan Reksadana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Selain itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak

11
yang terkait dengan reksadana, pialang, bank kustodian, agen
pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan
NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksadana.
4. Risiko Politik Dan Ekonomi
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik
yang berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga
akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu
reksadana.13

5. Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia

Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi hadir diawali dengan terbitnya
UU RI No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Keberadaan UU ini menjadi pemicu
munculnya produk investasi syariah di pasar modal. Secara garis besar sejarah
perkembangan pasar modal syariah dibagi dalam dua bagian yaitu, kelahiran pasar
modal Islam Indonesia pada tahun 1997 dan kebangkitan pasar modal syariah
Indonesia yang diawali dengan peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
pada tahun 2011.

Dalam konteks Indonesia, yang dimaksud dengan saham syariah adalah saham
yang ditawarkan kepada investor oleh perusahaan yang memenuhi ketentuan
syariah (syariah compliance) dan diatur sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
melalui Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, pasal 4 ayat 3.

Fatwa tersebut menjelaskan bahwa: Saham syariah adalah bukti kepemilikan


atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal
3, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak istimewa. Sebagaimana umumnya,
di Indonesia, prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syariah maupun nonsyariah, melainkan berupa pembentukan indeks
saham yang memenuhi prinsip syariah.14

Pasar modal syariah dikembangkan secara makret driven (bottom up), seperti
reksa dana syariah yang sudah ada sejak 1997 tetapi aturannya baru ada pada tahun
2007, sukuk pertama sudah ada sejak tahun 2002 sedangkan aturannya baru ada
pada tahun 2007. Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya
reksa dana syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia yang pada saat itu masih bernama Bursa Efek
Jakarta, berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk
memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah.

13
Pasar Modal Syariah, Konsep, Sejarah & Produk. (2017). OJK. go. Id.
14
N.D. (2020, Agustus 12). PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA.
Maglearning.id.

12
Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham
yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Pada
tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar
modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan
Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah


dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002.
Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan
adalah akad mudharabah, sejarah pasar modal syariah juga dapat ditelusuri dari
perkembangan institusional yang terlibat dalam pengaturan pasar modal syariah
tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI
pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara
Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di
Indonesia.

Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan pasar modal syariah


ditandai dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada
tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah
masuk dalam struktur organisasi Bapepam dan LK, dan dilaksanakan oleh unit
setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi
mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri yang
ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi
unit setingkat eselon III.

Pada tanggal 23 November 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan


Bapepam dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan
Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek
Syariah di Pasar Modal.

Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan


Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh
Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.

Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan


disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan
hukum untuk penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada
tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan
SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.

Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan


terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

DES adalah panduan bagi pelaku pasar dalam memilih saham yang memenuhi
prinsip syariah. Pada tahun 2008, pemerintah menerbitkan Undang-undang No. 19

13
tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Kemudian dilanjutkan dengan
terbitnya Fatwa Nomor 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek pada 8 Maret 2011.
Fatwa itu merupakan penegasan halalnya berinvestasi di pasar saham.Setelah fatwa
tersebut terbit BEI meluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada 12
Mei 2011.

Indeks Saham Syariah Indonesia berfungsi untuk menghitung pergerakan


saham yang ada dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi ratusan saham
berkategori syariah. diluncurkannya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
sebagai indeks komposit saham syariah, yang terdiri dari seluruh saham syariah
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tahun 2011.

Pada tahun yang sama, diluncurkannya Syariah Online Trading


System (SOTS) yang pertama oleh perusahaan efek Indopremier sekuritas. Pada
akhir 2011, sebagai upaya reformasi sektor keuangan, pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat mendirikan Otritas Jasa Keuangan (OJK). Pada
22 November 2012, UU No 21 tentang OJK disahkan. Lembaga yang disebut
independen ini berfungsi mulai 31 Desember 2012 menggantikan fungsi, tugas dan
wewenang pengaturan yang selama ini dilakukan oleh Kementerian Keuangan
melalui Badan Pengawas Pasar Modal serta Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Adanya OJK menjadi tonggak perkembangan pasar modal syariah. Hal ini
dikarenakan bahwa OJK memiliki direktorat yang mengurus langsung dan
berfokus pada pasar modal syariah. Sejak beroperasinya OJK, sudah banyak
Peraturan OJK (POJK) yang diterbitkan dan menjadi landasan hukum produk-
produk serta pelaksanaan pasar modal syariah di Indonesia.

Pada tahun 2017, OJK memberikan izin kepada Manajer Investasi berbasis
syariah pertama di Indonesia, yaitu Paytern Asset Management. Hal ini menjadi
milestones pasar modal syariah di Indonesia. Pasar Modal Syariah di Indonesia
mencatatkan perkembangan yang baik di tahun 2018 yang lalu. Total dana
kelolaan reksa dana syariah, atau lebih dikenal dengan terminologi Nilai Aktiva
Bersih (NAB), tercatat sebesar Rp 34,5 triliun. Angka ini naik sebesar 21.8% jika
dibandingkan dengan tahun 2017.

Sementara itu, jumlah reksa dana syariah yang telah beredar di publik, tercatat
sebanyak 224 reksa dana. Angka ini meningkat 23.1% jika dibandingkan dengan
tahun 2017. Perlu diketahui bahwa untuk mewujudkan pasar modal syariah yang
bertumbuh, stabil, berkelanjutan dan akuntabel, Direktorat Pasar Modal Syariah,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah menyusun rencana pengembangan pasar
modal syariah, yang disusun di dalam Roadmap Pasar Modal Syariah untuk 5
tahun. Roadmap tersebut akan berakhir tahun ini, karena disusun untuk periode
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

Ada lima arah pengembangan yang dijabarkan dalam roadmap tersebut yaitu,
pertama penguatan pengaturan produk Lembaga dan profesi terkait pasar modal
syariah. Kedua, peningkatan supply-demand produk pasar modal syariah. Ketiga,
pengembangan sumber daya manusia dan teknologi informasi pasar modal syariah.

14
Keempat, promosi regulator terkait dalam rangka menciptakan sinergi kebijakan
pengembangan pemerintah pasar modal syariah.

Mencermati perkembangan indusrti pasar modal syariah saat ini, akan sangat
penting jika roadmap selanjutnya mengarah pada kebijakan pengembangan yang
lebih strategis dan berorientasi pada ekspansi investor pasar modal syariah. Hal ini
berkaitan dengan besarnya potensi pasar modal syariah di Indonesia.

Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia, Iwan Abdalloh
menyebut bahwa potensi pasar modal syariah Indonesia merupakan yang terbesar
di dunia. Menurut data World Bank, total penduduk Indonesia berjumlah 264 juta.
Angka ini lebih besar dari jumlah penduduk di 8 negara yang memiliki aset
keuangan syariah terbesar di dunia. Dari 264 juta, 87 persen penduduknya
merupakan muslim dan 64 persennya merupakan kelompok produktif. Hal ini lah
yang membuat potensi pasar modal syariah di Indonesia begitu besar. Menurutnya,
ini dapat dibuktikan dari aset keuangan syariah Indonesia di pasar global berada di
peringkat ke-7 mencapai USD 81 miliar pada 2017, mengalahkan Turki yang hanya
USD 49,5 miliar.15

C. KESIMPULAN
Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang dijalankan dengan konsep
syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai
dengan ketentuan syariah. Lembaga yang pertama kali menaruhperhatian di dalam
mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar syariah
adalah Amanah Income fund yang didirikan pada bulan juni 1986 oleh para anggota
The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana Amerika Serikat.
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal yaitu prinsip hukum Islam dalam kegiatan
di bidang pasar modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) sepanjang fatwa dimaksud tidak bertentangan dengan peraturan
Bapepam-BLK yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI.
Landasan hukum pasar modal syariah pada dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis
di pertegas dengan Fatwa Dewan Syariah Nasinonal (DSN) sedangkan pasar modal
konvensional adalah Undang-Undang Pasar Modal yaitu Undang-Undang No.8 tahun
Pasar modal syariah dikembangkan secara makret driven (bottom up), seperti
reksa dana syariah yang sudah ada sejak 1997 tetapi aturannya baru ada pada tahun
2007, sukuk pertama sudah ada sejak tahun 2002 sedangkan aturannya baru ada pada
tahun 2007. Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung
dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

15
Haerunisa, A. (2019, Juli 30). Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Kampung
Pasar Modal.

15
DAFTAR PUSTAKA
(OJK), O. J. (2017). Pasar Modal Syariah, Kosep, Sejarah & Produk Ojk. . Retrieved
from Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
(OJK). (N.D). Pasar Modal Syariah. Retrieved from Otoitas Jasa Keuangan (OJK):
Fadilla, F. (2018). Pasar Modal Syariah dan Konvensional. Islamic Banking: Jurnal
Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah, 3(2), 45-56.
Fitrianingsih. (2022, April 5). Pasar Modal Syariah: Pengertian, Prinsip, dan Manfaat.
Retrieved from Qoala.
Haerunisa, A. (2019, Juli 30). Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Syariah di
Indonesia. Kampung Pasar Modal.
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III, cet, I (Yogyakarta, BPFE,
2003), hal. 67
N.D. (2020, Agustus 12). PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA: SEJARAH DAN
PERKEMBANGANNYA. Maglearning.id.
Nurlita, A. (2015). Investasi di pasar modal syariah dalam kajian Islam. Kutubkhanah,
17(1), 1-20.
Pasar Modal Syariah, Konsep, Sejarah & Produk. (2017). OJK. go. Id.
Rizky, M., & Fajar, R. (2022). Analisis Perbedaan Pasar Modal Syariah dan
Konvensional. JIKEM: Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen, 2(2),
1374-1380.
Syariah, I. (2023, April 4). Fatwa Tentang Pasar Modal Syariah. Retrieved from IDX
Syariah:
Yolanda, F. (N.D). Makalah Pasar Modal Syariah. Academia.Edu, 29.

16

Anda mungkin juga menyukai