Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Overview Pasar Modal Syariah ................................................................... 3
B. Saham dan Obligasi Syariah ........................................................................ 4
C. Prinsip Dasar Obligasi Syariah ................................................................... 5
D. Penilaian Investasi Syariah .......................................................................... 6
E. Cakupan Akuntansi Sukuk ........................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal, tentunya kita sudah tidak asing lagi mendengar istilah tersebut,
karena di Indonesia kegiatan investasi sudah banyak dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Definisi pasar modal berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Di Indonesia
tidak hanya pasar modal konvensional saja, bahkan pasar modal syariah pun sudah ada
di Indonesia dan mulai diminati oleh masyarakat Indonesia.
Pasar modal sudah ada di Indonesia sejak abad ke-19, pasar modal berawal dari
kegiatan jual beli saham dan obligasi. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan
oleh Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek sudah
berlangsung sejak tahun 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse
Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Bursa efek tersebut berada di
urutan ke-empat sebagai bursa efek tertua se-Asia setelah Bombay, Hongkong dan
Tokyo.
Pada awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun
perkebunan secara besar-besaran di Indonesia, sumber dana untuk membangun
perkebunan tersebut diperoleh dari para penabung yang terdiri dari orang-orang
Belanda dan Eropa lainnya yang memiliki penghasilan yang jauh lebih tinggi dari
penghasilan penduduk pribumi atas dasar itulah pemerintah kolonial Belanda
mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, akhirnya pada tanggal 14
Desember 1912 pasar modal secara resmi ada di Indonesia tepatnya berada di Batavia
(Jakarta).
Bagaimana dengan pasar modal syariah? Sejak kapan pasar modal syariah
sudah ada di Indonesia? Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan
diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada
3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama
dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index
pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin

1
menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka
para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi
sesuai dengan prinsip syariah. Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang
berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001
tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah
dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002.
Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah
akad mudharabah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan beberapa rumusan masalah
antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan saham dan obligasi syariah?
2. Apa saja prinsip dasar obligasi syariah?
3. Bagaimana penilaian investasi syariah?
4. Apa saja cakupan dalam akuntansi sukuk?
5. Bagaimana pencatatan transaksi sukuk bagi penerbit?
6. Bagaimana pencatatan transaksi sukuk bagi investor?
7. Bagaimana penilaian kinerja pada pasar modal syariah?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Memberikan penjelasan mengenai pasar modal syariah.
2. Memberikan penjelasan mengenai saham dan obligasi syariah.
3. Memberikan penjelasan tentang prinsip dasar obligasi syariah (sukuk),
4. Memberikan penjelasan mengenai penilaian investasi syariah.
5. Memberikan penjelasan tentang cakupan akuntansi sukuk.
6. Memberikan penjelasan akuntansi sukuk untuk penerbit dan investor.
7. Memberikan penjelasan mengenai penilaian kinerja pasar modal syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Overview Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah merupakan wadah atau pasar yang berfungsi untuk
memperjual belikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) berbagai waktu baik
jangka panjang maupun menengah dan pendek, yang bisa digunakan dalam bentuk
utang maupun modal sendiri.
Di pasar modal tersebut para pemilik modal biasa disebut supplier of fund
dengan para pengguna dana atau disebut user of fund. Jika dilihat memang syariah dan
konvensional untuk pasar modal tidaklah jauh berbeda. Hanya saja yang membedakan
tentunya pedoman aturan yang digunakan haruslah berbasis syariah.
Pasar modal syariah menjadikan transaksi pasar modal haruslah berbasis syariah
atau berbasis prinsip Islam. Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya
bersumberkan pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi
Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama
melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan
dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara
sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah
dikembangkan dengan basis fiqih muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang
menyatakan bahwa Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal
syariah di Indonesia.
Prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksananaannya, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Bursa dan lain-lain.

B. Saham dan Obligasi Syariah


Konteks Indonesia, yang dimaksud dengan saham-saham syariah adalah saham
yang ditawarkan kepada investor oleh perusahaan-perusahaan yang memenuhi
ketentuan syariah (syariah compliance) dan diatur sesuai fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI melalui Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, pasal 4 ayat

3
3 yang menjelaskan bahwa: Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan yang memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, 1 dan tidak
termasuk saham yang memiliki hakhak istimewa. 2 Sebagaimana umumnya, di
Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syariah maupun non syariah, melainkan berupa pembentukan indeks
saham yang memenuhi prinsip syariah. Di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta
Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang
ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Obligasi syariah Dalam konsep ekonomi Islam, obligasi merupakan salah satu
instrument investasi, transaksi/akadnya sesuai dengan sistem pembiayaan dan
pendanaan dalam perbankan syariah, dengan tujuan untuk menerima kebutuhan
produksi, yakni dengan adanya keperluan penambahan modalnya mengadakan
rehabilitasi perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru dengan ciri-ciri untuk
pengadaan barang-barang modal, mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang
dan tertata, serta mempunyai jangka waktu menengah dan panjang.

C. Prinsip Dasar Obligasi Syariah


Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari
‘sakk’ yang berarti dokumen atau sertifikat. Menurut Accounting and Auditing
Organization for Islamic Finance Institution (AAOFI, 2008) mendisfinisikan sukuk
sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilkan yang tidak
dibagikan atas suatu assets, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek
atau kegiatan investasi tertentu.
Berdasarkan DSN-MUI (Fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002), “Surat berharga
Syariah adalah surat berharga jangka Panjang berdasrkan prinsip Syariah yang
dikeluarkan oleh Emiten kepada pemegang obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten

1
Agustianto, “Mengenal Konsep Pasar Modal Syari’ah,” http://agustianto.niriah.com/
2008/04/30/mengenal-konsep-pasar-modal-syariah/., diunduh pada tanggal 21 Februari 2009.
2
Dalam pasal 3 Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003 dijelaskan kriteria jenis kegiatan usaha
perusahaan emiten yang bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu: 1. Perjudian dan permainan
yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi),
termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Produsen, distributor, serta pedagang makanan
dan minuman yang haram. 4. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudhorat.

4
untuk membayar pendapatan kepda pemegang obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee/ serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”.

Sedangkan definisi singkat Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk
Negara adalah surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip Syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing.

Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional. Perbedaan pokok


antara lain terletak pada konsep imbalan/bagi hasi, adanya pendukung (underlying
transaction) berupa aqad atau perjanjian antara pihak yang disusun berdasarkan prinsip
Syariah. Umumnya sukuk diterbitkan oleh obligator melalui special purpose vechicie
(SPV).

Dasar hukum sukuk diantaranya :

1) UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.


2) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat
Berharga Syariah Negara.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan
Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia.
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218 Tahun 2008 tentang Penerbitan dan
Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri.
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan PMK Nomor 218 Tahun 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat
Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri.
6) Peraturan Dewan Syariah Nasional- MUI Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang
SBSN.
7) Peraturan Dewan Syariah Nasional- MUI Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang
Metode Penerbitan SBSN.
8) Peraturan Dewan Syariah Nasional- MUI Nomor 76/DSN-
MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased.
9) Pernyataan Kesesuaian Syariah DSN-MUI Nomor B-077/DSN-MUI/II/2012
tanggal 22 Februari 2012.

5
Obligasi Syariah/sukuk memiliki karakteristik :

1. Merupakan bukti kepemilikan suatu asset atau hak manfaat (benefical title).
2. Pendapat berupa imbalan, marjin dan bagi hasil, sesuai dengan jenis aqad yang
digunakan.
3. Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
4. Memerlukan underlying asset.
5. Penggunaan procced harus sesuai dengan prinsip Syariah.

Jenis obligasi syariah/sukuk :

1. Sukuk Ijarah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, di mana satu
pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti
perpindahan kepemilikan aset itu sendiri.

2. Sukuk Mudharabah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah, di
mana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain
menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan
dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati
sebelumnya.Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia
modal, sepanjang kerugian tersebut tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik
dari mudharib).
3. Sukuk Musyarkah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah, di mana
dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi
modal masing-masing pihak.
4. Sukuk Isthisna
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna, dimana para
pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun

6
harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.
Sukuk pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 2002 oleh PT. Indosat Tbk.
senilai Rp175 miliar

D. Penilaian investasi syariah (Indeks dan Rating)


Investasi dalam perspektif ekonomi Islam, investasi tidak membicarakan tentang
berapa keuntungan materi yang bisa didapatkan melalui aktivitas investasi, tapi ada
beberapa faktor yang mendominasi motifasi investasi dalam Islam. Akibat
implementasi mekanisme zakat maka asset produktif yang dimiliki seseorang pada
jumlah tertentu (memenuhi batas nisab zakat) akan selalu dikenakan zakat, sehingga
hal ini akan mendorong pemiliknya untuk mengelolanya melalui investasi. Dengan
demikian melalui investasi tersebut pemilik asset memiliki potensi mempertahankan
jumlah dan nilai assetnya.

Jenis Investasi yang Sesuai dengan Syariah Islam

Berdasarkan dua prinsip di atas, beberapa contoh investasi berbasis syariah di bawah
ini bisa Anda pilih untuk diterapkan.

 Investasi Khusus

Nasabah yang ingin menginvestasikan dananya langsung ke sektor riil bisa meminta
bantuan lembaga keuangan syariah. Misalnya Anda memiliki emas dan ingin
menjadikannya investasi, Anda dapat menggunakan layanan konsinyasi emas dari
Pegadaian Syariah. Konsinyasi Emas adalah layanan titip-jual emas batangan di
Pegadaian Syariah sehingga menjadikan investasi emas milik nasabah lebih aman
karena disimpan di Pegadaian Syariah. Keuntungan dari hasil penjualan emas
batangan diberikan kepada Nasabah, oleh sebab itu juga emas yang dimiliki lebih
produktif. Pada akhirnya emas milik nasabah akan tetap utuh dan mendapatkan bagi
hasil penjualan konsinyasi disaat harga emas turun atau pun sedang naik.

7
 Investasi Saham

Investasi saham bisa dilakukan sesuai syariah Islam. Contoh investasi saham adalah
saham yang masuk dalam kategori JII atau Jakarta Islamic Index.

Proses Manajemen Investasi Syari’ah


Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam
pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan
ekspektrasi retrun yang di dapatkan dan juga risiko yang aka di hadapi. Pada dasarnya
ada beberapa tahapan terhadap dalam pengambilan keputusan investasi syari’ah :

1. Melakukan screening obyek investasi.


Pada innvestasi syari’ah terdapat resiko bahwa intrumen investasi yang di pilih
tidak sesuai dengan syaria’ah, yaitu transaksi masih pada derajat tertentu masih
mengandung unsur transaksi gharar, maysir dan riba. Intrumen investasi syari’ah
memiliki instrumen yang terbatas dalam melaksanakan teknik hedging atau lindung
nilai tukar. Intrumen terbatas ini dapat membuat pemilik dana terpapar risiko yang
lebih besar sibandingkan dengan transaksi hedging yang menggunakan intrumen
investasi non-syari’ah. Namun disisi lain risiko inverstasi syari’ah yang selalu
mensyaratkan adanya underlying asset (asset turunan) menyebabkan intrumen
investasi syari’ah lebih kecil risikonya dibandingkan dengan intrumen investasi non-
syariah.

2. Menetukan tujuan investasi.


Dalam tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan
kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Di karenakan ada hubungan
positif antara risiko dan retrun, maka hal yang tepat di bagi para investor untuk
menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntugan
saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi
menyebabkan kerugian, jadi, tujuan investasi harus di nyatakan baik dalam
keuntungan maupun risiko. Dalam islam menyatakan bahwa segala sesuatu perbuatan
maupun amal tergantung pada niatnya.

3. Analisis sekuritas.
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian
terhadap sekuritas atau surat hutang yang mudah dicairkan ke dalam kas secara
individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan penilaian tersebut
adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga.

4. Pembentukan portofolio.

8
Pada tahapan ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi
aset khusus mana akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi
pada setiap aset tersebut. Disini masalah selektivitas, penentuan waktu dan
siversifikasi perlu menjadi perhatian investor.

5. Melakukan revisi portofolio.

Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik dari tiga
langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru dengan yang lebih optimal. Motifasi
lainnya sei sesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan retrun itu sendiri.

6. Evaluasi kinerja portofolio.

Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara
periodik dalam arti tidak hanya retrun yang di perhatikan tetapi juga resiko yang di
hadapi. Jadi, di perlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang
relevan. Pada hasil-hasil investasi yang di hasilkan dalam beberapa periode terakhir
volatilitas instrumen-instumen investasi yang serupa intrumen investasi syari’ah dan
non-syari’ah menunjukkan bahwa intrumen investasi syari’ah relatif lebih stabil.
Intrumen investasi syari’ah tersebut merupakan saham yang memenuhi kriteria saham
syari’ah, reksa dana syari’ah dan sukuk.

E. Cakupan akuntansi sukuk


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110: Akuntansi Transaksi Asuransi
Syariah (PSAK 110) pertamakali dikeluarkanoleh Dewan Standar Akuntansi
Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) pada 26 Oktober 2011. Setelah
pertama kali disahkan di tahun 2011, PSAK 110 direvisi pada 24 Februari 2015
terutama terkait klasifikasi investasi sukuk yang mengacu padarevisi atas
International Financial Reporting Standards 9: Financial Instruments. PSAK 110
mengatur mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. 13 Pernyataan ini diterapkan untuk
entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah, baik
sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk. Berbeda dengan PSAK 110 yang
diterbitkan pertama kali pada tahun 2011, PSAK 110 (revisi 2015) memberikan
perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan investor. Investasi
sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kas kontraktual.

9
Pada sisi investor, investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya
perolehan jika:
1. investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama
untuk memperoleh arus kas kontraktual; dan
2. persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok
dan/atau hasilnya.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagianyang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak
terbagi) atas:

a. aset berwujud tertentu;


b. manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
c. jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu; atau
e. kegiatan investasi yangt elah ditentukan.

F. Akuntansi Sukuk untuk Penerbit dan Investor

Berikut ini adalah akuntansi sukuk untuk investor dan penerbit berdasarkan PSAK
110:

Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor


Pengakuan Sukuk ijarah diakui pada saat entitas Entitas mengakui
awal menjadi pihak yang terikat dengan investas pada sukuk
ketentuan penerbitan sukuk ijarah. ijarah dan sukuk
Sukuk ijarah diakui sebesar nilai mudharabah sebesar
nominal, disesuaikan dengan premium biaya perolehan.
atau diskonto, dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya.
Penyajian Sukuk ijarah disajikan sebagai Pendapatan investasi
liabilitas. dan beban amortisasi
disajikan secara neto
dalam laba rugi.
Pengungkap Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas
an mengungkapkan hal-hal berikut: mengungkapkan hal-
a) Uraian tentang persyaratan hal berikut ini:
utama dalam penerbitan sukuk d) Klasifikasi
ijarah, termasuk: investasi
i. ringkas berdasarkan
an akad syariah yang jumlah
digunakan; investasi;

10
ii. aset e) Tujuan model
atau manfaat yang usaha yang
mendasari; digunakan;
iii. besara f) Jumlah
n imbalan; investasi yang
iv. nilai direklasifikasik
nominal; an, jika ada,
v. jangka dan
waktu; penyebabnya;
vi. persyar g) Nilai wajar
atan penting lain. untuk investasi
b) Penjelasan mengenai aset atau yang diukur
manfaat yang mendasari pada biaya
penerbitan sukuk ijarah, perolehan; dan
termasuk jenis dan umur h) Lain-lain.
ekonomik; dan
c) Lain-lain.

G. Penilaian kinerja pasar modal syariah


Ada dua strategi utama yang dicanangkan Bapepam-LK untuk pengembangan
pasar modal syariah dan produk pasar modal syariah.
a. Mengembangkan kerangka hukum untuk memfasilitasi pengembangan pasar
modal berbasis syariah.
b. Mendorong pengembangan produk pasar modal berbasis syariah.
Selanjutnya, dua strategi utama tersebut dijabarkan Bapepam-LK menjadi
tujuh implementasi strategi , yakni:
1) mengatur penerapan prinsip syariah;
2) menyusun standar akuntansi;
3) mengembangkan profesi pelaku pasar;
4) sosialisasi prinsip syariah;
5) mengembangkan produk;
6) menciptakan produk baru;
7) meningkatkan kerja sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.
Untuk mendukung pasar modal syariah dibentuklah Jakarta Islamic Index (JII)
yang merupakan hasil kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT

11
Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII
telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000.
Tujuan Pembentukan Jakarta Islamic Index
1. Meningkatkan kepercayaan investor melakukan investasi pada saham
berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan
syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek;
1. Mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah
di Indonesia;
2. Menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham
yang halal.

BAB III
KESIMPULAN

12
DAFTAR PUSTAKA

13
http://www.syariahsaham.com/2015/01/sejarah-pasar-modal-syariah-di-
indonesia.html
https://www.sahamok.com/pasar-modal/sejarah-pasar-modal-indonesia/

http://repository.uinsu.ac.id/5063/1/Saham%20dan%20Pasar%20Modal%20Sy
ariah%20%28Konsep%2C%20Sejarah%20dan%20Perkembangannya%29.pd
f

14

Anda mungkin juga menyukai