Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AGAMA ISLAM II

Penyimpangan Profesi Akuntan Pendidik di Indonesia


dalam Sudut Pandang Islam

Lina Sri Rahayu

041113091

Deshinta Amalia S

041113095

Delila Pitaloka A.P

041113098

Fitri Apriliyati

041113129

Rizky Restu Amalia

041113132

Dyah Fitriana

041113138

Febrianti Putri

041113158

Magdalena

041113159

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

Judul : Penyimpangan Profesi Akuntan Pendidik di Indonesia dalam Sudut


Pandang Islam

Abstrak :
Latar Belakang :
Macam macam profesi akuntan yang umumnya kita kenal biasanya hanya
sebatas akuntan publik, pemerintah, internal ( swasta ) namun, sebenarnya ada
profesi lain yang juga membutuhkan keahlian akuntansi yakni sebagai akuntan
pendidik. Akuntan pendidik adalah akuntan yang menjadi tenaga pengajar
diperguruan tinggi dan bertugas mengembangkan pendidikan akuntansi. Mereka
umumnya tidak semata-mata mengajar, tetapi merangkap dengan pekerjaan lain,
misalnya dengan membuka praktik untuk melayani kebutuhan masyarakat atau pihak
- pihak yang membutuhkan keahliannya. Akuntan yang bekerja di lembaga
pendidikan untuk mengajarkan, melakukan riset dan mengembangakan pengetahuan
akuntansi. Kecenderungan kecerungan yang terjadi diantaranya : mengembangkan
standar perubahan akuntansi dengan hasil riset yang menyesatkan.
Adanya suatu kode etik yang mengatur profesi tersebut tidak menutup
kemungkinan terjadinya resiko atau bentuk penyimpangan baik itu sudah
mendapatkan sanksi atau masih diselidiki kebenaran kasusnya. Dari sini lah kami
menyadarai bahwa akuntan pendidik tak terkecuali pun bisa melakukan
penyimpangan serupa, kemungkinannya yakni karena kurangnya sorotan pemerintah
menindak lanjuti kasus di ranah pendidikan dalam hal akuntansi., karena fokus
pemerintah saat ini lebih tersita untuk masalah akuntan publik, auditor, dan akuntan
pemerintah.

Rumusan Masalah :

Penyimpangan Etika apa saja yang rentan terjadi di kalangan Akuntan


pendidik ?

Bagaimana penanganan

yang tepat Terhadap Penyimpangan Etika di

Kalangan Profesi Akuntan Pendidik menurut Islam?

Pengertian dan Sejarah Akuntan Pendidik:


Akuntan pendidik merupakan salah satu dari dari jenis profesi akuntan di
Indonesia. Dimana profesi akuntan di Indonesia selain akuntan pendidik, yaitu
akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan manajemen perusahaan, dan
sebagainya.
Akuntan Pendidik adalah profesi akuntansi yang memberikan jasa berupa
pelayanan pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui berbagai lembaga
pendidik yang ada agar menghasilkan para akuntan terampil dan professional.
Akuntan Pendidik, juga dapat didefinisikan sebagai akuntan yang bertugas
dalam pendidikan akuntansi, yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan
akuntansi dan melakukan penelitian di bidang akuntansi.
Sesuai dengan pengertiannya, Akuntan yang bekerja pada lembaga
pendidikan ini memiliki tugas antara lain:
a. menyusun kurikulum pendidikan akuntansi
b. mengajar akuntansi di berbagai lembaga pendidikan
c. melakukan penelitian untuk pengembangan ilmu akuntansi

Perilaku Penyimpangan Etika :

Penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh akuntan pendidik antara lain :


1. Menyampaikan pengetahuan yang salah kepada mahasiswa. Hal tersebut dapat
menjerumuskan mahasiswa jika mahasiswa tersebut tidak mengimbangi apa
yang disampaikan pendidiknya dengan referensi terkait.
2. Tidak menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan karena

akuntan

pendidik harus dapat mentransfer pengetahuannya kepada mahasiswa.


Resiko Akuntan Pendidik
Dalam era revolusi informasi, pendidikan akan memegang peranan sentral dalam
proses penciptaan nilai tambah. Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas
dalam pendidikan akuntansi dengan melakukan penelitian dan pengembangan
akuntansi, mengajar dan menyusun kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan
tinggi.
Dalam menjalankan tugasnya ini, akuntan pendidik menghadapi sejumlah resiko
yakni:

Dari segi prinsip-prinsip etika yang diterapkan IAI, adalah adanya


pelanggaran atas:
1. Tanggung jawab profesi
Akuntan pendidik diharuskan senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dalam semua kegiatan yang dilakukan khususnya pada akuntan
pendidik dengan memberikan pembelajaran kepada calon akuntan
(mahasiswa) dengan standar akuntansi yang sesuai dengan IAI dan
standar atau peraturan terbaru.
Resiko yang dihadapi dalam etika ini adalah dimana akuntan pendidik
tidak mau memenuhi unsur profesionalitasnya dengan terus belajar
mengenai standar dan aturan terbaru dalam bidang akuntansi.
Sementara hal ini dapat menyebabkan calon akuntan nantinya
melakukan ketidaksesuaian dengan standar yang berlaku umum
sehingga dapat merugikan banyak pihak.
2. Kepentingan Publik
Sebagai seorang profesional di bidang pendidikan seharusnya
memberikan kontribusi terhadap lingkungan dengan memberikan

pelayanan kepada publik

dan memberikan kepercayaan dan

keyakinan atas profesionalisme yang kita miliki dengan menunjukkan


komitmen sebagai seorang akuntan pendidik dengan menjadikan
calon akuntan khususnya pada bidang akuntansi sebagai penerus
bangsa yang berkualitas.
Resikonya adalah akuntan pendidik hanya menganggap pengajaran
yang dilakukan hanya sebuah bentuk kewajiban dari profesinya
sementara ia tidak mempertimbangkan kontribusi apa yang diberikan
kepada masyarakat. Hal ini terjadi jika pendidik hanya memberikan
kemampuan akademis saja tanpa memberikan pendidikan etika
akuntan maupun etika dalam sudut pandang agama atas penerapan
ilmunya. Dimana hal ini akan membentuk calon akuntan penerus yang
mungkin akan menyalahgunakan ilmunya untuk kemudzorotan dan
aniaya bagi masyarakat awam.
3. Integritas
Etika ini menharuskan akuntan pendidik untuk bersikap jujur dan
berterus terang tanpa ada kebohongan ataupun rahasia di antara
penerima jasa. Penerima jasa disini adalah para calon akuntan
(mahasiswa) yang melakukan tindakan kecurangan dalam dunia
pendidikan seperti memebrikan imbalan kepada dosen yang telah
membantu dalam memuluskan mahasiswanya untuk menjadi sarjana,
hal ini tidak dibenarkan karena pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan dengan keuntungan priobadi.
Bentuk imbalan untuk tujuan seperti di atas dapat digolongkan dalam
bentuk suap-menyuap. Dimana hal ini sangat dilarang dalam agama
islam.
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku : Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
syaitan

(suka)

Sesungguhnya

menimbulkan
syaitan

itu

perselisihan

adalah

musuh

diantara
yang

mereka.

nyata

bagi

manusia. [Al-Israa' : 53]


Dalam Hadist juga disebutkan:
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda : Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama
kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta,

karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka.


[HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya]
4. Obyektivitas dan Independensi
Prinsip ini mengharuskan akuntan pendidik bersikap adil, tidak
memihak, jujur, tidak berprasangka buruk, serta bebas dari pengaruh
pihak lain. Mendidik calon akuntan dengan baik dan berharap calon
akuntan ini dapat masuk ke dalam profesi yang sama dengan keahlian
yang lebih tinggi.
Islam sebagai agama yang sempurna memerintahkan ummatnya
untuk selalu berlaku adil.Islam telah menjadikan menegakkan
keadilan antara manusia sebagai tujuan utama dari diturunkannya
risalah-risalah samawi, dan mengutus para rasul kepada manusia
dalam kehidupan dunia ini: ( Sesungguhnya kami Telah mengutus
rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah
kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan).(QS. Al Hadid: 25)
5. Keseksamaan
Akuntan pendidik harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kompentensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional untuk
memastikan calon akuntan meneriman manfaat dari jasa yang
diberikan akuntan pendidik.

Dan setiap akuntan pendidik

bertanggung jawab dengan kompetensi masing-masing atau menilai


apakah pendidikan dan pedoman yang telah dikuasai masih kurang
untuk dipertanggungjawabkan.
6. Lingkup dan Sifat Jasa
Setiapa akuntan pendidik harus mengetahui lingkupnya sebagai
seorang pendidik dan pembimbing bagi para calon akuntan, maka dari
itu harus ada perilaku konsisten dengan reputasi profesi. Dan harus
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
stndar profesional yang relevan sesuai IAI, dan badan pengatur
perundang-undangan.

Kajian Resiko Dari segi prinsip-prinsip agama islam

QS. Al-Mujadalah ayat 11


............
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.(QS.Al-Mujadalah:11)
Pada hakikatnya akuntan pendidik merupakan pengajar atau ustadz mengenai
ilmu akuntansi. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa orang yang berilmu akan
diangkat derajatnya lebih tinggi di antara orang yang lain. Dan sesungguhnya
terdapat kewajiban dalam membagi ilmu dengan manusia yang lain.
Dalam al maidah ayat 67 dijelaskan:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, terdapat resiko penyimpangan yang
mungkin dilakukan akuntan pendidik dalam menyampaikan ilmu yakni dalam
hal tata cara. Dalam Quran surat An- Nahl ayat 125 dijelaskan:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalil di atas memerintahkan adanya tata cara yang baik dalam menyampaikan
ilmu Allah.
Makna umum dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada
umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Quran yaitu
dengan cara Al-hikmah, Mauidhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini
nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran.
Ketiga metode ini telah mengilhami berbagai metode penyebaran Islam
maupun dalam konteks pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan
pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti membangun
suatu sistem yang kuat dengan jaring-jaring (networking) yang menyebar

ke segala penjuru. Analogi ini bisa menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala
sekolah, wali murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait. Sehingga
menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
Makna mengajar disini juga dapat berarti dakwah. Dalam ayat ini diperoleh
pembahasan sebagai berikut:
Pada awalnya ayat ini berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW. Kalimat
yang digunakan adalah fiil amr udu (asal kata dari daa-yadu-dawatan) yang
artinya mengajak, menyeru, memanggil14. Dalam kajian ilmu dakwah maka ada
prinsip-prinsip dalam menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah, maudhoh
hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai system,
berbagai metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah,
komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini sebagai
prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah metode.
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Greeka, yaitu Metha artinya
melalui atau melewati dan Hodos artinya jalan atau cara15.Dalam kajian keislaman
metode berarti juga Thoriqoh16, yang berarti langkah-langkah strategis yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian metode mengajar
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta
didik

saat

berlangsungnya

proses

pembelajaran.

Adapun secara terminologi, para ahli pendidikan mendefinisikan metode sebagai


berikut : 1). Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. 2). Abd. Al Rahman
Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam
mencapai tujuan pengajaran. 3). Ahmad Tafsir mendefinisikan metode mangajar
adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran17
Ada beberapa landasan dasar dalam menentukan metode yang tepat dalam
mengajar diantaranya diulas oleh Abu Ahmadi, beliau mengatakan bahwa landasan
untuk pemilihan metode ialah : 1). Sesuai dengan tujuan pengajaran agama. 2).
Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan. 3). Menarik perhatian murid.4). Maksud

metodenya harus dipahami siswa. 5). Sesuai dengan kecakapan guru agama yang
bersangkutan18.
Dalam tafsir Al-Maroghi dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
dianjurkan untu meniru Nabi Ibrohim yang memiliki sifat-sifat mulia, yang telah
mencapai puncak derajat ketinggian martabat dalam menyampaikan risalanya19.
Allah berfirman:
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama
Ibrahim seorang yang hanif. dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukanTuhan.
Dalam surat An-Nahl (lebah) ayat 125 ini, terdapat tiga prinsip dalam implementasi
metode penyampaian (dakwah, pembelajaran, pengajaran, komunikasi dan
sebagainya)yaitu;
1. Al-Hikmah
Dalam

bahasa

Arab

Al-hikmah

artinya

ilmu,

keadilan,

falsafah,

kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah berarti mengajak kepada jalan
Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai
faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan
lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan
audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai
dengan maksimal. Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan kalimat yang
lemah lembut. Beliau menulis dalam tafsirnya :
Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada dienullah dan
syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku
kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh
aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan pengajaran.
Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Quran dengan kalimat qaulan layinan.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada
interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan
bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga teacher

oriented akan berubah menjadi student oriented. Guru yang bijaksana akan selalu
memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
2. Mauidzah Hasanah
Maudzah hasanah terdiri dari dua kata al-Maudzah dan Hasanah. Almauidzah dalam tinjauan etimologi berarti pitutur, wejangan, pengajaran,
pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan bermakna
pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-mauidzah hasanah sebagai pemberian
peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan
proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Ibnu Katsir menulis sebagai
berikut :
At-Thobari mengartikan mauidzah hasanah dengan Al-ibr al-jamilah yaitu
perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi
dalam proses penyampaian.26 Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai
kebermanfaatan bagi kehidupan para siswa. Mauidzah hasanah sebagai
prinsip dasar melekat pada setiap dai (guru, ustadz, mubaligh) sehingga
penyampaian kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui
walaupun sebenarnya sedang terjadi penstranferan nilai.
Dengan melalui prinsip maudzoh hasanah dapat memberikan pendidikan
yang menyentuh, meresap dalam kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi approach)
agar penyampaian materi bisa diterima oleh peserta didik diantaranya : a).Pendekatan
Relegius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk relegius dengan bakatbakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus merujuk pada sumber ajaran Islam
yaitu Al-Quran dan Al-Hadits, b). Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang
peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, c).Dasar Psikologis, metode
pendidikan Islam bisa effektif dan efesien bila didasarkan pada perkembangan psikis
meliputi motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan
kecakapan akal intelektual, d). Dasar Sosiologis, pendekatan social interaksi antar
siswa, guru dengan siswa sehingga memberikan dampak positif bagi keduanya.
3. Mujadalah

Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog


atau diskusi sebagai kata ameliorative berbantah-bantahan. Mujadalah berarti
menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta
diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada
Allah SWT.
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika
berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Firaun. Sedangkan hasil akhirnya
dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah yang mengetahui orang
tersebut mendapat petunjuk atau tidak. Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan
pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan,
menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut
metode hiwar (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para
siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan
dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati
pendapat orang lain, sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain
siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan
bakat bawaannya.

Gambaran Solusi Menurut Islam :


Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik, oleh karena itu seorang akuntan harus:
1.

Tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam

2.

melaksanakan pekerjaannya.
Tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang
tidak layak (undueinfluence) dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya.

3.

Wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Bagi seorang akuntan pendidik dalam menjalankan tugasnya

harus dikerjakan

dengan sikap yang professional yang sepenuhnya berlandaskan pada standar moral
dan etika baik yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal, dimana
kemampuan seorang akuntan untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan
etika.

Paradigma syariah dalam akuntansi akan mempertimbangkan berbagai


paradigma dengan menunjukkan adanya perbedaan ideologi akuntansi. Berdasarkan
pijakan agama tersebut, maka ada 3 dimensi yang saling berhubungan, yaitu:
1) Mencari keridhaan Allah SWT sebagai tujuan utama dalam menentukan keadilan
sosial ekonomi.
2) Merealisasikan keuntungan bagi masyarakat, yaitu dengan memenuhi kewajiban
kepada masyarakat.
3) Mengejar kepentingan pribadi, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri.
Pemenuhan ketiga bagian bentuk aktivitas ini adalah termasuk ibadah.
Dengan kata lain, akuntansi dapat dianggap sebagai suatu aktivitas ibadah bagi seorang
muslim. Ketiga dimensi itu saling berhubungan untuk memenuhi kewajiban kepada
Tuhan, masyarakat dan hak individu, dengan berdasarkan prinsip syariah yang dapat
diamati.

Anda mungkin juga menyukai