Anda di halaman 1dari 16

ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA

STANDAR AUDIT INVESTIGATIF


Atribut Akuntan Forensik
Howard R. Davia dalam Tuanakotta (2010 : 99) : 
Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan
01
secara prematur.

Fraud auditor harus mampu membuktikan


02
niat pelaku melakukan kecurangan.

Seorang auditor forensik harus kreatif,


03 berpikir seperti pelaku fraud, jangan dapat
ditebak.

Auditor harus tahu bahwa banyak


04 kecurangan dilakukan dengan
persekongkolan

Memilih proactive fraud detection


05
strategy
Karakteristik Akuntan
Forensik/Pemeriksa Fraud
Menurut Association of Certified Fraud Exeminers (ACFE),
Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Di
samping keahlian teknis, seorang pemeriksa fraud yang
sukses mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-
fakta berbagai saksi secara adil (fair), tidak memihak,
sahih (mengikuti ketentuan perundang- undangan), dan
akurat, serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara
akurat dan lengkap.
Art Buckwalter
mengatakan, rahasia menjadi private
investigator adalah menjadi sosok yang
disukai orang lain.
Karakteristik Akuntan
Forensik/Pemeriksa Fraud

Menurut Allan Pinkerton menyebutkan kualitas yang


harus dimiliki oleh seorang detektif,
1. hati-hati (tidak gegabah), menjaga kerahasiaan
pekerjaannya, kreatif dalam menemukan hal-hal
baru, pantang menyerah, berani, dan di atas
segala-galanya adalah jujur.
2. memiliki kemampuan dalam pendekatan dengan
manusia dan ketangguhan mencari informasi
seluas-luasnya dengan segera dan secara efektif.
Kualitas Akuntan Forensik

Kreatif Rasa Ingin Tahu Tak Menyerah Akal Sehat Business sense

1 2 3 4 5

Percaya Diri

6
Sikap dan Cara Pola Pikir
Bagi Auditor

- Independen
- Objektif
- Skeptis
Kode Etik Akuntan Forensik

Kode etik berisi nilai-nilai luhur (virtues) yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis
karena ada integritas (sikap jujur, walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan
(respect dan honor), dan nilai-nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya (trust) dari pengguna dan
stakeholders lainnya
Standar Audit Investigatif
STANDART 1 STANDART 2 STANDART 3 STANDART 4 STANDART 5

Beban pembuktian
Kumpulkan bukti- Pastikan bahwa Pastikan bahwa ada pada
Seluruh investigasi para investigator
bukti dengan seluruh perusahaan yang
harus dilandasi mengerti hak-hak
prinsip kehati- dokumentasi dalam "menduga"
praktik-praktik asasi pegawai
hatian (due care) keadaan aman, pegawainya
terbaik yang diakui dan senantiasa
sehingga bukti- terlindungi, dan melakukan
(accepted best menghormatinya
bukti tadi dapat diindeks; dan jejak kecurangan, hukum
practices)
diterima di audit tersedia administratif
pengadilan maupun kasus
pidana

STANDART 6 STANDART 7

Cakup seluruh
substansi
investigasi dan
Liput seluruh
"kuasai" seluruh
tahapan
target yang sangat
kritis ditinjau dari
segi waktu
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

1 Pemeriksa harus menentukan ketentuan peraturan


perundang- undangan

2 Pemeriksa dapat mengandalkan pekerjaan penasihat


hukum

Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau


3 transaksi-transaksi yang berindikasi kecurangan

4
Pelatihan, pengalaman, dan pemahaman pemeriksa
terhadap program yang diperiksa

5 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan


profesionalnya dalam menelusuri indikasi
Standar Akuntansi Forensik

01 Independensi
Akuntan forensik harus
independen dalam
02 Objektivitas
Akuntan forensik harus objektif
(tidak berpihak) dalam
03
Kemahiran Profesional
Akuntansi forensik harus
dilaksanakan dengan
melaksanakan tugas melaksanakan telaah kemahiran dan kehati-hatian

04 05
akuntansi forensiknya profesional

Pelaksanaan Tugas Telaahan


Lingkup Penugasan
Pelaksanaan tugas akuntansi forensik harus
Akuntan forensik harus meliputi (1) perumusan mengenai apa
memahami dengan baik masalahnya, evaluasi atas masalah tersebut dan
penugasan yang diterimanya perencanaan pekerjaan, (2) pengumpulan bukti,
(3) penilaian bukti, dan (4) mengomunikasikan
hasil penugasan
Kasus di bawah ini diringkas dari Who killed Ellen Andros? karangan Dan P. Lee di Philadelphia
Magazine yang dimuat kembali dalam The Best American Crime Reporting 2007, hlm. 261- 280.
Kasus ini bercerita tentang Ellen Andros, istri seorang polisi atlantik city. Beberapa jam yang lalu
ketika jenazah Ellen tiba, masih dalam keadaan hangat, terlintas dalam benak Elliot Gross (doktor
forensik pertama), "ini akan membawaku pada temuan besar".Elliot mengotopsi ellen, Elliot
mengeluarkannya satu per satu, dipisahkan dan diamatinya dengan cermat. Elliot juga berupaya
"berkomunikasi" dengan Ellen.Ia bertanya dan bertanya. Sejauh itu, inilah suara yang didengarnya:
someone did this to me (seseorang melakukan hal ini terhadapku).

Polisi juga berpikir demikian. Mereka bahkan sudah menulis dalam buku catatan dan laporan mereka.
Siaran televisi memberi kesan bahwa proses investigasi berlangsung dalam rang hampa.
Namun, kenyataannya tidak demikian. Juga dokter forensik tidak bekerja dalam rang hampa. Sabtu,
31 Maret 2001, James (Jim) Andros Ill, suami Ellen, 32 tahun, menelepon 911 (nomor telepon untuk
keadaan darurat) pada jam 4:27 subuh. Ketika petugas datang ke rumah kecil di seberang teluk,
mereka langsung curiga. Korban tidak mempunyai masalah dengan kesehatannya. Jim Andross
dalam keadaan mabuk, berperilaku kasar dan gugup. Dilepaskan pistol dari sabuknya, meskipun ia
tidak sedang bertugas.

Saat otopsi, ditemukan Wajah Ellen sarat dengan titik darah (petechiae) yang menandakan
perdarahan di permukaan kulit. Ini bisa merupakan ciri terjadinya pencekikan.
Elliot juga mencatat ujung hidung dan dagu yang pucat, dan tanda di kulit dekat kancing atas
kerty
baju Ellen. Elliot curiga, "Ini adalah tanda-tanda digunakannya kekerasan".

Lalu Dokter Forensik Kedua Michael Baden menuduh Elliot Gross membuat laporan autopsi
yang menyesatkan, dengan pola yang selalu menguntungkan polisi dan jaksa. Tuduhan New
York Times berdampak buruk pada reputasi, Elliot Gross, meskipun empat investigasi
terhadapnya membebaskannya
dari tuduhan-tuduhan tersebut. Elliot yakin bahwa tuduhan itu adalah ulah Michael Baden dan
konco-konco-nya. Michael Baden tampil membela terdakwa, Jim Andros. Ini bukan kali
pertama kedua dokter forensik bertemu dalam kedudukan yang berseberangan. Teman-teman
almarhumah bersaksi di bawah sumpah dan memberikan kesaksian tertulis bahwa Jim Andros
pemabuk berat, berlaku kasar, sering melakukan kekerasan terhadap Ellen, dan pernikahan
mereka yang berusia enam setengah tahun di ambang kehancuran. Almarhumah juga
mempunyai pria idaman lain (PIL) bernama Calvin Gadd. PIL-nya ini juga seorang polisi;
mereka dulunya bertetangga. Mereka bertemu kembali ketika Ellen mengantar anak-anak
perempuannya, lewat rumah Calvin yang bermain dengan anak laki- lakinya. Ellen berhasil
menyembunyikan hubungan intimnya dengan Calvin, dari suaminya.
Baden memeriksa organ-organ tubuh Ellen yang sudah diawetkan dengan formalin dan
terlihat seperti daging ayam rebus. Baden memeriksa tonsil Ellen, dan memang tonsil itu
membesar. Tonsil yang terpisah dari tubuh Ellen menyebabkan Baden tidak dapat memastikan
bahwa tonsil itu menutup jalan pernafasannya. la mencermati sepotong kecil hati, dan tidak
menemukan hal istimewa. La mengambil potongan kecil otak, juga tidak ada yang istimewa.
Juga potongan kecil ginjal dan syaraf tidak menunjukkan hal istimewa. Kemudian dia
mengambil secuil urat jantung sebesar mata uang. Pembuluh darah yang menyuplai jantung
dengan darah bersih (beroksigen), menempel di permukaan otot, sehingga melebar. Kebetulan
Elliot Gross memilih potongañ itu untuk diawetkan. Baden kembali mengamati potongan itu
dengan cermat. la tidak bisa memercayai apa yang dilihatnya. Ia melihat bukti tentang kondisi
Ellen yang sangat jarang terjadi. yang dikenal sebagai spontaneous coronary artery dissection.
Hanya ada 150 kasus sejak 1931. Temuan yang membawa Michael Baden pada kesimpulan
bahwa Ellen meninggal bukan karena dibunuh. Dokter Michael Baden mengungguli dokter Elliot
Gross. Jaksa Penuntut Umum Atlantic County, sangat malu ketika pengadilan memutuskan untuk
tidak melanjutkan perkara New Jersey versus James Andros III tanggal 4 Desember 2002
Kesimpulan Kasus

Kasus ini memperlihatkan bahwa ilmu kedokteran forensik, yang sering disebut sebagai bagian
dari ilmu-ilmu eksakta, tidak bebas dari tekanan-tekanan pihak luar. Tekanan dan pengarh pihak
Tuar dapat memengaruhi kesimpulan seorang dokter forensik yang sudah mengatropstlebih dari
7.000 jenazah. Kasus ini juga menunjukkan bahwa dengan barang bukti yang sama, yaitu
sayatan tubuh st korban, dokter forensik kedua melihat dan menyimpulkan hal yang berbeda.
Dokter forensik kedua ini mempunyai beban; ia harus melawan opini publik yang telah
menghakimi klicnnya. Kasus ini merupakan pembelajaran bagi akuntan forensik. Pengadilan bisa
menghadirkan dua akuntan forensik yang mewakili pihak-pihak yang berseberangan, yakni
penuntut umum dan tim pembela/terdakwa. Kedua akuntan forensik harus jujur, independen, dan
memegang teguh professional skepticism.
KESIMPULAN
Terdapat 5 atribut seorang akuntan forensik, yaitu pertama awal
upayakan "menduga" siapa pelaku. Kecurangan tidak terjadi
begitu saja. Selalu ada pelakunya. Kedua, fokus pada
pengumpulan bukti dan barang bukti untuk proses pengadilan.
Fraud auditor harus mampu membuktikan "niat pelaku melakukan
kecurangan". Ketiga, kreatif dalam menerapkan teknik investigasi,
seorang fraud auditor harus berpikir seperti pelaku fraud atau
seperti penjahat. Ia harus dapat mengantisipasi langkah- langkah
berikut pelaku fraud atau koruptor ketika mengetahui perbuatan
mereka terungkap. Keempat, fraud hanya bisa terjadi karena
persekongkolan. Investigator harus memiliki indra atau intuisi yang
tajam untuk merumuskan “teori mengenai persekongkolan”; ini
adalah sebagai bagian dafi “teori mengenai fraud”. Kelima, kenali
pola fraud. ini memungkinkan investigator menerapkan teknik audit
investigatif yang ampuh.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai