Anda di halaman 1dari 54

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN


(Studi Kasus Perusahaan Sektor Jasa Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019)

IKHRAM HAFIZ RAHMADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Intellectual


Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan
Sektor Jasa Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2021

Ikhram Hafiz Rahmadi


NIM H24160052
ABSTRAK

IKHRAM HAFIZ RAHMADI. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja


Keuangan dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Sektor Jasa Keuangan
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019). Dibimbing oleh ALI
MUTASOWIFIN.

Kemajuan teknologi dan informasi membuat perkembangan ekonomi


dikendalikan oleh informasi dan ilmu pengetahuan. Perubahan fokus perusahaan
dari labour based menjadi knowledge based menjadi strategi yang baik untuk
persaingan bisnis di era industri 4.0. Menurut resource-based theory, keunggulan
kompetitif perusahaan berdasar pada sumber daya yang bersifat valuable, rare,
inimitable, dan non-substitutable, sehingga intellectual capital pun merupakan
sumber daya yang dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai keunggulan kompetitif.
Intellectual capital juga dapat digunakan untuk menjawab permasalah agensi
melalui proses penciptaan nilai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada
perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
penelitian 2017-2019. Menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan, intellectual capital pada penelitian ini dihitung menggunakan metode
Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang digagas Ante Pulic. Metode
Analisis dan pengolahan data menggunakan perhitungan rasio keuangan dan
analisis nilai perusahaan, serta menggunakan analisis desktriptif dan metode SEM-
PLS untuk menguji hipotesis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intellectual
capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan dan nilai
perusahaan. Selain itu, penelitian ini menemukan pengaruh positif dan signifikan
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Kata kunci: intellectual capital, kinerja perusahaan, nilai perusahaan, value


creation
ABSTRACT
IKHRAM HAFIZ RAHMADI. The Impact of Intellectual Capital on Financial
Performance and Firm Value (Case Study of Financial Sector Companies Listed on
Indonesia Stock Exchange 2017-2019). Supervised by ALI MUTASOWIFIN.

Advancement in technology and information makes economic development


controlled by information and knowledge. In order to compete in the 4.0 industrial
era, a company must switch its strategy from a labor-based company to a
knowledge-based company. According to the resource-based theory, resources that
are valuable, rare, inimitable, and non-substitutable will form a company's
competitive advantage. Thus, intellectual capital is a resource that a company can
use as a competitive advantage. Intellectual capital can also be used by companies
as a tool to solve agency problems through the value creation process. This study
aims to analyze the effect of intellectual capital on firm’s financial performance and
value in financial sector companies on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the
2017-2019 period. This study used secondary data obtained from the company's
financial statements or annual reports. Intellectual capital in this study was
calculated using the Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) method initiated
by Ante Pulic. Data processing and analysis methods are financial ratio calculations
and company value analysis. Description analysis and SEM-PLS method used to
test the hypothesis. The result found that intellectual capital has a positive and
significant effect on financial performance and firm value. Also, this study found a
positive and significant effect of financial performance on firm value.
Keywords: financial performance, firm values, intellectual capital, value creation
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Kasus Perusahaan Sektor Jasa Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019)

IKHRAM HAFIZ RAHMADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Dr. Ir. Budi Purwanto, M.E.
2 Eka Dasra Viana, S.E., Ak., M.Acc.
Judul Skripsi : Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan dan
Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Sektor Keuangan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019)
Nama : Ikhram Hafiz Rahmadi
NIM : H24160052

Disetujui oleh
Pembimbing
Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak., A.W.P.

Diketahui oleh

Ketua Departemen
Dr. Wita Juwita Ermawati, S.T.P., M.M.
NIP 19750907 200501 2 001

Tanggal Ujian : 04 Februari 2021 Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan ridha,
nikmat dan kuasa dariNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian
dengan judul Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017-2019) ini dilakukan sejak bulan Juni hingga bulan
November tahun 2020. Penyusunan skrispsi dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak., A.W.P. sebagai dosen pembimbing yang terlah
memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis
menyelesaikan skripsi. Tanpa bimbingan dan arahan dari beliau tentu skripsi
ini tidak akan bisa selesai dengan baik.
2. Dr. Ir. Budi Purwanto, M.E. dan Eka Dasra Viana, S.E., Ak, M.Acc. selaku
dosen penguji yang memberikan banyak masukan untuk menyempurnakan
skripsi saya.
3. Bapak Mansyawi (Ayah), Ibu Hafni Zahara (Ibu), Novisha Aisyah Rahma
(Adik), Alm Harun Yusuf (Kakek), Yoyoh (Nenek) yang telah memberikan
bantuan moral dan material kepada penulis serta menjadi motivasi utama
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Teman–teman seperbimbingan (Azis, Fitri, Rijul) yang menemani penulis pada
saat masa–masa konsultasi kepada pembimbing.
5. Vicky Altariq selaku Partner penulis yang memberikan motivasi dan pendengar
keluh kesah yang baik bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Teman–teman Otukey yang selalu menyemangati dan memberikan doa kepada
penulis. Terutama Gianaj dan Dio yang merupakan teman diskusi sesama
pejuang tingkat akhir.
7. Myra Febryanti, Akbar Fadillah dan Valyanisa Byzzanthi sahabat penulis yang
memberikan banyak masukan dan arahan untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Alfiansyah, Salman, Yanuar, Ryan, Mulya, Fandi, Rossya, Sultan, Dwinnisa,
Ilham, Yumma selaku sahabat penulis yang memberikan dukungan, semangat
dan doa bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman–teman Manajemen IPB 53 yang memberikan semangat dan doa kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari seluruh pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai kalangan masyarakat.

Bogor, 06 Maret 2021

Ikhram Hafiz Rahmadi


DAFTAR ISI
PRAKATA xi
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Resource Based Theory 6
2.2 Teori Keagenan 6
2.3 Intellectual Capital 7
2.4 Kinerja Keuangan 7
2.5 Nilai Perusahaan 8
2.6 Industri Jasa Keuangan 9
2.7 Penelitian Terdahulu 9
III. METODE PENELITIAN 12
3.1 Kerangka Pemikiran 12
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 14
3.3 Jenis dan Sumber Data 15
3.4 Metode Penentuan dan Penarikan Sampel 15
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 17
3.6 Hipotesis Penelitian 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sampel 20
4.2 Hasil Perhitungan Intellectual Capital 20
4.3 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan 25
4.4 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Sektor Jasa Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Tahun 2017-2019) 29
4.5 Implikasi Manajerial 34
V. SIMPULAN DAN SARAN 36
5.1 Simpulan 36
5.2 Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 41
RIWAYAT HIDUP 60
DAFTAR TABEL
1. Penelitian Terdahulu 10
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 14
3. Sampel Penelitian 15
4. Perusahaan Sampel 16
5. Perhitungan intellectual capital menggunakan metode VAIC 21
6. Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan 25
7. Average Variable Extracted sebelum dan setelah dilakukan dropping 30
8. Nilai Fornell Lacker Creation 31
9. Nilai Cross Loading 31
10. Nilai Cronbach’s Alpha dan Compostie Reability 32
11. Nilai R Square 32
12. Nilai Path Coefficient 33
13. Perhitungan intellectual capital berdasarkan metode value added intellectual
capital 41
14. Perhitungan kinerja keuangan 47
15. Perhitungan nilai perusahaan 54

DAFTAR GAMBAR
1. Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia 3
2. Kerangka Pemikiran 13
3. Desain Model Peneltian Sumber 18
4. Proporsi Perusahaan Sampel 20
5. Outer Model Sebelum Dilakukan Dropping Sumber 29
6. Outer Model setelah dilakukan dropping 30

DAFTAR LAMPIRAN
1. Perhitungan Intellectual Capital 41
2. Perhitungan Kinerja Keuangan 47
3. Perhitungan Nilai Perusahaan 54
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan bisnis di berbagai sektor pada Era Industri 4.0 semakin ketat.
Setidaknya ada sekitar 3,98 Juta perusahaan baru di Indonesia dalam kurun waktu
10 tahun terakhir (Detik 2017). Persaingan yang sangat ketat juga terasa pada sektor
keuangan, yang ditunjukkan dengan setidaknya 103 bank yang bangkrut sejak 2006
hingga 2020 (Okezone 2020). Ada beberapa banyak faktor yang menyebabkan
bank–bank tersebut tidak dapat survive dalam persaingan, salah satunya adalah
ancaman financial technology (Fintech). Pada tahun 2017 penyaluran pembiayaan
dari fintech mencapai angka 800%. Kekhawatiran akan invasi fintech dikonfirmasi
oleh penelitian Pricewaterhouse Coopers Indonesia (PwC Indonesia) yang
menyatakan bahwa 83% dari institusi keuangan tradisional khawatir bisnisnya
direbut oleh Fintech. Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja
menuturkan bahwa bank tradisional harus bertransformasi ke digital jika tidak ingin
ditinggalkan nasabah (CNBC 2020).
Akibat dari persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus menjalankan
berbagai strategi agar perusahaan dapat tetap survive dan mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Salah satu cara agar perusahaan tetap dapat bertahan di tengah
persaingan yang ketat adalah mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
dimiliki perusahaan. Salah satu strategi yang potensial untuk meningkatkan kinerja
perusahaan adalah dengan menyatukan aset berwujud dan tidak berwujud (Belkaoi
dan Riahi 2003). Ditambah industri memasuki era di mana perkembagan ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi secara makro maupun mikro. Konsep seperti ini disebut
sebagai perekonomian berbasis pengetahuan atau the knowledge based economy
(OECD 2001). Hal ini menandakan bahwa mengelola sumber daya tak berwujud,
contohnya modal intelektual menjadi penting bagi perusahaan agar dapat bertahan
dan mendapatkan keuntungan.
Aset tak berwujud diatur dalam PSAK No. 19 revisi tahun 2009 yang
didefinisikan sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administrasi (IAI 2009). Dalam PSAK No. 19 revisi tahun 2009 Aset tak berwujud
memiliki empat kriteria yaitu: 1) aset tersebut dapat diindetifikasi implikasinya jika
dijual, dipertukarkan, atau disewakan 2) perusahaan memiliki kontrol secara
keseluruhan atas aset tak berwujud tersebut. 3) Aktiva Tak Berwujud dapat
memberikan keuntungan di masa depan. 4) Harga Perolehan aktiva tersebut dapat
diukur secara andal. Berdasarkan hal tersebut dalam laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan harus mengukur aset tak berwujud yang dimiliki.
Pernyataan ini sejalan dengan PSAK revisi 2009 yang menyatakan bahwa aset tak
berwujud perlu diukur dan dianalisis. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengukur nilai Intagible Asset adalah dengan mengukur Intellectual Capital
(IC).
2

Intellectual capital merupakan hidden value yang dimiliki perusahaan, karena


intellectual capital tidak terlihat secara eksplisit seperti aset tradisional (aset
berwujud) namun terlihat pada laporan keuangan yang diterbitkan (Edvinsson
1997). Perkembangan ekonomi juga sangat dipengaruhi informasi dan pengetahuan
karena kemajuan di bidang informasi dan teknologi. Hal ini membuat
meningkatnya perhatian terhadap modal intelektual (Hong 2007). Menurut Ulum
(2009:14) intagible asset creation harus mendapatkan perhatian yang cukup dari
perusahaan karena memiliki dampak yang baik bagi perusahaan. Lebih lanjut Ulum
menjelaskan bahwa dalam konsep value creation, format berwujud seperti
pendapatan, bergantung pada format tidak berwujud. Misalnya, jika perusahaan
ingin menghasilkan laba yang maksimal maka diperlukan kinerja pelayanan
maksimal agar menciptakan pelanggan yang setia (Customer Capital).
Adanya kesulitan di dalam pengukuran intellectual capital secara langsung
menyebabkan keberadaannya di dalam perusahaan sulit diketahui dan dilaporkan.
Oleh karena itu Pulic (1998) mengusulkan pengukuran intellectual capital secara
tidak langsung (pengukuran berbasis moneter) dengan menggunakan metode yang
disebut Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) untuk menilai efisiensi dari
nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual yang dimiliki perusahaan.
Komponen utama dari 𝑉𝐴𝐼𝐶 adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan, yaitu
Physical Capital (VACA – Value Added Capital Employed), Human Capital
(VAHU – Value Added Human Capital), dan Structural Capital (STVA –
Structural Capital Value Added). 𝑉𝐴𝐼𝐶𝑇𝑀 juga dikenal sebagai Value Creation
Efficiency Analysis, yaitu suatu indikator yang dapat digunakan dalam menghitung
efisiensi nilai yang dihasilkan dari suatu perusahaan dengan menggabungkan
perhitungan CEE (Capital Employed Efficiency), HCE (human capital efficiency),
dan SCE (structural capital efficiency) (Pulic 1998).
Dalam penelitian Lee et al. (2002), Financial and Insurance Services masuk
ke dalam kategori KISA (Knowledge Intensive Service Activites). Penelitian ini
dilakukan untuk memahami industri yang sesuai dengan konsep KISA di Korea.
Jika di bursa saham Indonesia Financial and Insurance Services dikelompokan ke
dalam sektor 8, yaitu Industri Keuangan. Sektor 8 terbagi menjadi lima sub – sektor
di antaranya adalah: Perbankan (81), Lembaga Pembiayaan (82), Perusahaan Efek
(83), Asuransi (84), Reksadana (85), Lainnya (89).
Konsep KISA diinisiasi oleh OECD didasarkan pada pengeluaran untuk
Research and Development, Jika perusahaan menghabiskan lebih dari 4 % untuk
R&D maka dikelompokan ke kategori high - tech, 1%-4% medium - tech dan
dibawah 1% low – tech. Selain penelitian yang dilakukan Lee, Windrum dan
Tomlinson (1999) terlebih dahulu pernah membandingan intensive services di 4
negara yaitu di UK, Belanda, Jerman dan Jepang. Hasilnya adalah industri
keuangan atau perbankan selalu berada di posisi kedua sebagai industri yang paling
intensif menggunakan sumber daya pengetahuan, hanya kalah oleh industri
telekomunikasi.
Sektor keuangan juga mendominasi pasar modal Indonesia. Berdasarkan
faktor kapitalisasi pasar, sektor keuangan menjadi market leader dengan total
kapitalisasi pasar Rp2540 Triliun disusul oleh sektor industri konsumsi dengan total
3

kapitalisasi pasar Rp1170 Triliun. Selain itu dari 10 perusahaan top market cap di
Bursa Efek Indonesia, 4 di antaranya merupakan perwakilan sektor keuangan.

Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia


Micellaneous Property
Industry 7%
6% Consumers
Basic goods Industry
Industry and 18%
chemical
12%
Mining
6%
Agriculture
1% Finance
39%
Trade, Services
and Investment
11%

Gambar 1. Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia


Berdasarkan pemaparan tersebut maka sektor keuangan/perbankan dipilih
sebagai objek penelitian. Pemilihan sektor keuangan/perbankan sebagai objek
penelitian juga dikarenakan industri perbankan merupakan salah satu industri yang
intensif intellectual capital-nya (Firer dan William 2006). Selain itu, menurut Kubo
dan Saka (2002) industri perbankan memiliki komposisi karyawan yang lebih
homogen dibandingkan dengan industri lainnya. Pada jurnal yang sama, menurut
Kubo dan Saka pekerjaan analis di jepang didasarkan kepada kemampuan
pengetahuan khusus mengenai industri yang spesifik. Menurut Kubo dan Saka
industri yang sangat membutuhkan pekerja analis adalah Industri Otomotif,
Telekomunikasi dan Industri Keuangan. Analis perusahaan merumuskan analisis
industri seperti kekuatan dan kelemahan setiap perusahaan.
Melihat penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik melakukan
penelitian pada bidang intelletual capital. Penelitian ini memperluas objek
penelitian menjadi seluruh industri keuangan di mana sebelumnya Ulum (2010)
melakukan penelitian terhadap intellectual capital pada sektor perbankan saja.
Peneliti juga menambahkan indikator financial leverage yaitu DAR dan DER yang
merupakan rasio – rasio yang khas di Industri Perbankan sebagai tambahan
indikator untuk kinerja keuangan. Jika perhitungan IC menggunakan VAIC terbukti
berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan maka para Investor
dapat menggunakan VAIC sebagai acuan dalam memilih perusahaan yang lebih
sustain untuk diinvestasikan.

1.2 Rumusan Masalah


Konsep value added intellectual coefficient (VAIC) menjadi salah satu solusi
dalam mengukur dan melaporkan Intellectual Capital (IC) yang selama ini sulit
diukur. Dengan konsep VAIC, intellectual capital mampu diukur dengan mengacu
4

pada informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan (Pulic 1998).
Penelitian mengenai intellectual capital sudah dilakukan oleh Chen et al. (2005),
Zuliyati (2011) dan Tan et al. (2007). Penelitian–penelitian tersebut membuktikan
pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun Firer dan William
(2003) menunjukan hasil yang sebaliknya, yaitu IC tidak berpengaruh terhadap
kinerja pasar dan kinerja perusahaan. Penelitian Santoso (2012) juga menunjukan
bahwa IC tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Uraian tersebut
menggambarkan permasalahan penelitian, adanya ketidakkonsistenan dalam
penelitian mengenai intellectual capital. Maka dari itu penelitian ini berfokus untuk
mengukur pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan nilai
perusahaan pada perusahaan sektor keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2017-2019. Berdasarkan urgensi penelitian yang telah disampaikan
di latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian ini di antaranya: a)
Bagaimana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan
sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? b) Bagaimana pengaruh
intellectual capital terhadap nilai perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia? dan c) Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka peneltian ini memiliki tujuan
antara lain: a) Menganalisis pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia b) Menganalisis
pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan sektor keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan c) Menganalisis pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi investor mengenai
intellectual capital. Melalui Penelitian ini investor akan mengetahui
bagaimana cara mengukur intellectual capital perusahaan dengan melihat
informasi dari laporan keuangan yang seharusnya didapatkan dengan mudah
untuk perusahaan–perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, penelitian ini memberikan keyakinan bagi investor untuk
menjadikan intellectual capital sebagai pertimbangan dalam menentukan
keputusan investasi.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan saran implikasi manajerial bagi
pengelola perusahaan untuk mengelola intellectual capital yang merupakan
aset tak-berwujud sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Peningkatan kinerja keuangan dan nilai perusahaan akan memudahkan
perusahaan mendapatkan pendanaan dari investor.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penelitian selanjutnya mengenai
intellectual capital, kinerja perusahaan dan nilai perusahaan.
5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini hanya meneliti Perusahaan Jasa Keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga terbatas pada informasi yang didapat dari
laporan keuangan yang dapat diakses peneliti melalui website Indonesia Stock
Exchange maupun website perusahaan. Penelitian ini hanya menghitung unsur–
unsur moneter dari intellectual capital sedangkan unsur non-moneter dari
intellectual capital tidak dicakup penelitian ini. Intellectual capital pada penelitian
ini dihitung menggunakan metode Value Added Intellectual capital (VAIC) dengan
menggunakan data-data yang didapat dari laporan keuangan perusahaan. Periode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2017 hingga 2019 atau
3 tahun laporan keuangan.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resource Based Theory


Dalam pandangan resource-based theory perusahaan akan unggul dalam
persaingan usaha dan memiliki kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki,
menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting (aset berwujud
maupun tidak berwujud). Menurut Susanto (2007), ada dua hal utama yang
dibutuhkan organisasi untuk dapat bersaing. Pertama, memiliki keunggulan dalam
sumber daya baik aset berwujud maupun tidak berwujud. Faktor kedua yang harus
dimiliki oleh perusahaan adalah kemampuan untuk mengelola sumber daya agar
mampu dimanfaatkan secara efektif. Kombinasi dari aset dan kemampuan untuk
memanfaatkannya diklaim akan menciptakan ciri khas tertentu bagi kompetensi
perusahaan, sehingga lebih unggul dibandingkan dengan kompetitor. Intellectual
capital merupakan aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Sesuai dengan
pandangan resource-based theory, kepemilikan dan pemanfaatan intellectual
capital akan memberikan kompetensi kepada perusahaan untuk dapat unggul dalam
persaingan usaha.
2.2 Teori Keagenan
Berdasarkan teori stakeholder, penciptaan nilai tambah atau value creation
merupakan tujuan akhir sebuah perusahaan. Para stakeholder lebih menghargai
perusahaan yang mampu menciptakan nilai karena dengan penciptaan nilai oleh
perusahaan, akan memberikan keuntungan bagi stakeholder. Penelitian terdahulu
yang meneliti pengaruh masalah keagenan (agency problem) pada awalnya
dieksplorasi oleh Ross (1973), sedangkan eksplorasi teoritis secara mendetil dari
teori keagenan pertama kali dinyatakan oleh Jensen and Mecking (1976) yang
menyebutkan bahwa manajer sebuah perusahaan merupakan “agen” dan pemegang
saham merupakan “Principal”.
Teori Agensi memiliki asumsi bahwa manajer sebagai agen perusahaan
cenderung untuk mengejar tujuan pribadi. Salah satu contoh adalah ketika manajer
lebih fokus terhadap proyek dan investasi yang menghasilkan laba tinggi untuk
jangka pendek dibandingkan memaksimalkan kesejahtraan pemegang saham
melalui proyek atau investasi yang bersifat jangka panjang. Perbedaan
kecenderungan ini yang menyebabkan sebuah konflik yang biasa disebut para ahli
sebagai “konflik keagenan”.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendra Wijaya (2016) didapatkan
kesimpulan bahwa intellectual capital mampu mereduksi konflik keagenan.
Kesimpulan tersebut didasari bahwa efek negatif dari keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen dapat direduksi dengan adanya
intellectual capital. Selain itu penelitian yang dilakukan Chen et al (2005) juga
menunjukan bahwa intellectual capital memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan teori keagenan bahwa pemegang saham selaku principal
lebih menghargai perusahaan yang mampu menciptakan nilai maka intellectual
capital dalam hal ini sebagai pencipta nilai dipercaya dapat mengurangi konflik
keagenan.
7

2.3 Intellectual Capital


Dalam penelitian yang dilakukan Bontis et al. (2000) disebutkan bahwa
intellectual capital dibentuk oleh tiga unsur utama yaitu: human capital (HC),
structural capital (SC), dan customer capital (CC). HC merepresentasikan
individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh
karyawannya. HC disusun oleh unsur–unsur attitude, education, experience dan
genetic inheritance tentang kehidupan dan bisnis. Sedangkan jika berbicara SC
artinya kita membicarakan nonhuman storehouses of knowledge dalam organisasi.
Database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala
hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya adalah
unsur- unsur yang sangat berkaitan dengan SC. Sedangkan CC adalah pengetahuan
perusahaan yang berkaitan dengan konsumennya seperti marketing channels dan
customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui
jalannya bisnis (Bontis et al. 2000).
Pulic (1998) menciptakan sebuah metode mengenai intellectual capital yang
disebut VAICTM . Metode tersebut mampu mengukur value creation efficiency dari
aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. VA (Value
Added) merupakan komponen yang mendasari model pulic ini. Value Added
menunjukan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (Value Creation)
sehingga dianggap menjadi indikator yang paling objektif untuk menilai
keberhasilan bisnis suatu perusahaan. VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human
Capital (HC) dan Structural Capital (SC).
Pertama adalah CEE (Capital Employed Efficiency) yang merupakan
hubungan VA dan Customer Capital (CC). Sedangkan hubungan VA dengan HC
disebut HCE (Human Capital Efficiency) yang menunjukan berapa VA yang
dihasilkan oleh investasi dalam ketenagakerjaan yang menurut Pulic (1998)
investasi tersebut disusun oleh salary cost dan wage costs. Hubungan antara VA
dan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam
perusahaan (Tan et al. 2007). Sedangkan hubungan SC dengan VA ditunjukan oleh
Structural capital efficiency (SCE). SCE mengukur jumlah SC yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan SCE juga merupakan
indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al. 2017).
Berbeda dengan komponen HC yang merupakan komponen independen, SC
dependen terhadap value creation (Pulic 1998). Artinya, menurut Pulic (1999),
kontribusi SC dalam VA akan semakin kecil jika kontribusi HC semakin besar.
Selanjutnya Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC dan Pulic
meverifikasi hal ini dalam penelitian empiriknya yang dilakukan pada sektor
industri tradisional (Pulic 2000). Selanjutnya ketiga koefisien tersebut dijumlahkan
untuk mendapatkan VAICTM perusahaan (Tan et al. 2007)

2.4 Kinerja Keuangan


Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah analisis yang bertujuan
untuk mengetahuan seberapa jauh sebuah perusahaan telah melaksanakan
kewajibannya dengan mengacu kepada aturan–aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar. Sedangkan Sucipto (2003) mendefinisikan kinerja keuangan
sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat dijadikan sebagai ukuran
8

keberhasilan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan pada


penelitian ini diukur melalui rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.
Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai
kemampuan perusahaan dalam mencetak laba (Kasmir 2010). Rasio profitabilitas
dapat digunakan perusahaan untuk menarik minat investor karena investor akan
menilai lebih perusahaan yang memiliki kinerja yang baik terutama dalam
mencetak laba. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA menunjukan
kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang dimilikinya dengan seefektif
mungkin untuk menciptakan laba setinggi–tingginya. Sedangkan ROE mengukur
kemampuan perusahaan menciptakan laba bagi pemegang saham.
Selain rasio profitabilitas, penelitian ini menggunakan rasio solvabilitas
dalam mengukur kinerja keuangan. Rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas
mengukur seberapa banyak kontribusi utang dalam operasi perusahaan sehingga
dengan mengetahui rasio ini stakeholder mampu mengukur kesehatan keuangan
perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Debt to
Equity (DER) dan Debt to Assets (DAR). DER mengukur komposisi hutang dalam
modal yang dimiliki perusahaan. Jika nilai DER tinggi artinya modal perusahaan
didominasi oleh dana kreditur dan bukan dari keuangan internal perusahaan.
Sedangkan DAR mengukur sejauh mana utang digunakan untuk memperoleh aset
perusahaan. Semakin tinggi nilai DAR maka semakin banyak aset yang dibiayai
oleh utang. Nilai DAR dan DER yang tinggi akan meningkatkan risiko perusahaan
di masa mendatang. Hal ini dikarenakan jika keadaan ekonomi memburuk atau
kinerja perusahaan menurun maka tingkat risiko gagal bayar perusahaan semakin
tinggi.

2.5 Nilai Perusahaan


Salvatore (2005) mendefinisikan perusahaan sebagai suatu organisasi yang
mengkombinasikan berbagai sumber daya yang bertujuan untuk memproduksi
barang dan atau jasa yang kemudian bertujuan untuk dijual. Kemudian Salvatore
menambahkan berdasarkan theory of firm tujuan utama sebuah perusahaan adalah
memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Value of Firm). Nilai perusahaan
sendiri didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang berkaitan dengan harga sahamnya (Sujoko dan Soebiantoro,
2007). Sedangkan menurut Husnan (2004) nilai perusahaan adalah harga yang
bersedia dikeluarkan oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual. Menurut
Brigham dan Erhardt (2002) nilai perusahaan adalah penentuan perbandingan hasil
sebagai kinerja perusahaan yang terdapat di laporan keuangan.
Damodaran (2002) menjelaskan bahwa untuk menghitung nilai perusahaan
atau dikenal dengan nama valuasi dapat dilakukan setidaknya melalui 3 pendekatan
yaitu : Relative Valuation, Discounted Cash Flow dan Contingent Claim Valuation.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan relative
valuation yang dalam Damodaran (2002) dijelaskan pendekatan ini mengestimasi
nilai dari suatu aktiva yang dibandingkan dengan beberapa aktiva yang
berhubungan kepada variable lain seperti pendapatan, cash flow, book value, dan
penjualan. Perbandingan yang digunakan dalam penelitian–penelitian sebelumnya
adalah Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Price to Book
9

Value (PBV) adalah hasil perhitungan dari harga saham dibagi oleh nilai bukunya
(Brigham dan Gapenski, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan
Taswan (2002) dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki PBV tinggi akan
meningkatkan kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan dan hal tersebut
diindikasikan sebagai kemakmuran bagi pemegang saham. Rasio PBV menunjukan
apakah harga saham suatu perusahaan dijual dalam keadaan overvalue (lebih
mahal) atau undervalue (lebih murah) dibandingkan dengan nilai bukunya
(Fakhrudin dan Hadianto, 2001). Menurut kasmawati (2016) nilai Tobin’s q juga
dapat digunakan untuk menilai sebuah perusahaan. Nilai Tobin’s q dianggap baik
jika nilai Tobin’s q lebih dari satu (Tobin’s q > 1) . Jika perusahaan memiliki nilai
Tobin’s q lebih dari satu artinya perusahaan memiliki nilai perusahan (firm value)
lebih besar dibandingkan jumlah asetnya. Dengan mengukur Tobin’s q, investor
akan mendapatkan gambaran mengenai keadaan fundamental perusahaan dan
pandangan pasar terhadap perusahaan. Nilai Tobin’s q yang tinggi juga dapat
mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan tersebut berhasil mengelola aset
perusahaan.

2.6 Industri Jasa Keuangan


Pada Kamis, 27 Agustus 2020 tercatat ada 700 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (Suryahadi 2020). Saham – saham tersebut diklasifikasikan
ke dalam 9 sektor berdasarkan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI. 9
sektor tersebut diklasifikasikan kepada 3 kelompok besar yaitu : Penghasil bahan
baku, manufaktur, dan jasa. Sektor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sektor keuangan yang digolongkan ke kelompok jasa.
Sektor Keuangan terdiri dari 99 perusahaan yang terbagi kedalam 5 sub-
sektor. Sub-sektor tersebut adalah bank, lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi,
perusahaan sekuritas dan sub-sektor lainnya.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai intellectual capital di indonesia diinisiasi oleh Ulum
pada tahun 2008 yang mereview intellectual capital industri perbankan di
Indonesia. Penelitian tersebut menjadi acuan utama para peneliti intellectual capital
di Indonesia. Peneliti juga mengacu penelitian lain yang sama – sama menggunakan
metode Pulic untuk menilai intellectual capital sebuah perusahaan. Improvisasi
yang peneliti lakukan dibandingkan penelitian sebelumnya diantaranya adalah :
Penambahan indikator solvabilitas pada variabel kinerja keuangan, menambahkan
indikator tobin’s Q pada variabel nilai perusahaan dan memperluas objek penelitian
menjadi seluruh jasa keuangan meliputi perbankan, lembaga pembiayaan, sekuritas,
asuransi dan lain – lain.
10

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode Variabel Hasil Penelitian


Penelitian
Leny Fitri Pengaruh Data VAIC, Hasil penelitian ini
Yulandari & Intellectual Panel Kinerja menunjukkan bahwa
Hendra Capital Keuangan Intellectual Capital
Gunawan Terhadap Nilai (ROA,ROE,A (VAIC) berpengaruh
(2019) Pasar dan TO) Nilai terhadap nilai pasar tetapi
Kinerja Perusahaan tidak dengan komponen
Keuangan (Nilai Pasar) SCE. VAIC berpengaruh
Perusahaan terhadap ROA dan ROE
yang Terdaftar dan VAIC berpengaruh
di Bursa Efek terhadap ATO tetapi tidak
Indonesia dengan komponen HCE

Rakhmini Pengaruh Analisis Intellectual Hasilnya adalah


Juwita & Intellectual Linear Capital intellectual capital
Aurora Capital Berganda (VAIC), dengan indikator VAIC
Angela Terhadap Nilai memiliki pengaruh
(2016) Nilai Perusahaan positf dan signifikan
Perusahaan (PBV) terhadap nilai
pada perusahaan dengan
Perusahaan indikator Price to Book
Indeks Value (PBV).
Kompas 100
di Bursa Efek
Indonesia
Ihyaul Ulum Intellectual Pulic Intellectual Hasil kajian ini
MD (2008) Capital Model Capital menunjukkan bahwa
Performance (VAIC) (VAIC) pada tahun 2004 dan
Sektor 2006, secara umum
Perbankan di kinerja
Indonesia perusahaan perbankan
di Indonesia masuk
dalam kategori good
performers dengan skor
VAIC 2.07.
Sedangkan pada tahun
2005, kinerjanya turun
menjadi common
performers (dengan
skor VAIC 1.95).
11

Nama Judul Metode Variabel Hasil Penelitian


Penelitian
Tan., et al. Intellectual Pulic Intellectual Hasil Penelitian ini
(2007) Capital and Model Capital menunjukan bahwa
financial (VAIC), (VAIC), Intellectual Capital (IC)
returns of Partial Corporate dan Kinerja Perusahaan
companies Least Performance memiliki hubungan
Square (ROE, EPS, yang positif. IC
(PLS) ASR) berkorelasi dengan
kinerja perusahaan di
masa depan. Bergitu
juga pertumbuhan IC
yang memiliki korelasi
dengan kinerja
perusahaan di masa
mendatang.
Sumber : Data Diolah (2020)
12

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran


Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis yang menjelaskan sifat hubungan
tertentu dengan investigasi korelasional. Peneliti ingin lebih lanjut melihat
pengaruh intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
dengan sampel perusahaan sektor jasa keuangan. Tingkat intervensi peneliti dalam
penelitian ini rendah. Penelitian ini menggunakan study setting noncontrived yaitu
penelitian yang berproses secara normal tanpa adanya perekayasaan objek
penelitian. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sektor jasa keuangan. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan cross-sectional yaitu suatu penelitian yang
datanya dikumpul hanya satu kali. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan cara berpikir deduktif yang menunjukkan bahwa pemikiran
dalam penelitian ini didasarkan pada pola yang umum atau universal kemudian
mengarah kepada pola yang lebih sempit atau spesifik. Sumber data yang
digunakan yaitu data sekunder berupa annual report yang diperoleh dari
perusahaan atau Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel dalam penelitian ini
adalah variabel independen yaitu intellectual capital, serta variabel dependen yaitu
Kinerja Keuangan dengan indikator Return on Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Assets Ratio (DAR) dan Nilai
Perusahaan dengan indikator Price to Book Value (PBV) Price to Earning Ratio
(PER) dan Tobin Q. Dalam menganalisis data dari variabel tersebut, peneliti
mengunakan partial least square (PLS) sebagai program untuk menganalisis.
13

Teori Agensi

Value Creation

Intellectual Capital
Value Added Intellectual Capital (Pulic, 1998)

Kinerja Keuangan Nilai Perusahaan


1. ROE ( Yulandari dan Gunawan , 1. PBV (Fakhrudin, 2017)
2019) 2. EPS (Fakhrudin, 2017)
2. ROA ( Yulandari dan Gunawan , 3. PER (Brigham dan Houston,
2019) 2006)
3. DER (Fauziah et al. 2016) 4. Tobin Q (Kasmawati, 2016)
4. DAR (Fauziah et al. 2016)
SEM
PLS

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja


Keuangan dan Nilai Perusahaan Keuangan yang
terdaftar di BEI 2017-2019

Implikasi Manajerial

Gambar 2 Kerangka Pemikiran


Sumber : data diolah (2020)
14

Tabel 2 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel Indikator Definisi Operasional Peubah Sumber
Intellectual Value VAIC = VACA + VAHU + STVA (Pulic,1998)
Capital Added 𝑉𝐴 (Tan et al.
𝑉𝐴𝐶𝐴 =
Intellectual 𝐶𝐸 2007)
Capital 𝑉𝐴
𝑉𝐴𝐶𝐴 =
(VAIC) 𝐶𝐸
𝑆𝐶
𝑆𝑇𝑉𝐴 =
𝑉𝐴

Kinerja ROE 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Yulandari


𝑅𝑂𝐸 =
Keuangan 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 dan
Gunawan
ROA 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ (2019)
𝑅𝑂𝐴 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
DER 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 Fauziah et
𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 al. (2016)
DAR 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 Fauziah et
𝐷𝐴𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 al. (2016)
Nilai EPS 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Fakhrudin
𝐸𝑃𝑆 =
Perusahaan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 (2017)
PBV 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 Fakhrudin
𝑃𝐵𝑉 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑢𝑘𝑢 (2017)
PER 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 Brigham
𝑃𝐸𝑅 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 dan
Houston :
2006 :110)
Tobin Q 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 Kasmawati
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (2016)
Sumber : Data diolah (2020)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan mengunduh data dari website Indonesia Stock
Exchange. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2020.
15

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan di penelitian ini adalah data sekunder yaitu
laporan keuangan (tahunan) yang didapat dari website Indonesia Stock Exchange
atau dari website perusahaan terkait.
3.4 Metode Penentuan dan Penarikan Sampel
Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling
yang berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu karena tidak semua Perusahaan Jasa
Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan dalam penelitian ini.
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang telah terdaftar sebelum tahun 2017 dan masih terdaftar hingga
tahun 2019.
2. Mempublikasikan laporan tahunan (annual report) lengkap selama periode
penelitian dari tahun 2017-2019.
3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang digunakan dalam
penelitian.
4. Memperoleh laba dan ekuitas positif selama periode 2017-2019.
5. tidak melakukan perubahan baik nama maupun jenis perusahaan

Tabel 3 Sampel Penelitian

No Kriteria dalam Pengambilan Sampel Jumlah


1 Jumlah Perusahaan Sektor Keuangan yang 100
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2 Perusahaan tidak terdaftar sebelum tahun (8)
2017 dan tidak terdaftar hingga tahun 2019
3 Perusahaan tidak menerbitkan laporan 0
tahunan secara lengkap selama tahun 2017 –
2019
4 Perusahaan tidak memiliki data yang lengkap 0
terkait dengan variable yang digunakan dalam
penelitian.
5 Perusahaan memperoleh laba dan ekuitas (39)
negatif selama periode 2017-2019
6 Perusahaan melakukan perubahan nama atau (1)
jenis perusahaan
7 Perusahaan memiliki data pencilan secara (5)
statistik
Total Perusahaan 47
Periode Penelitian 3
Jumlah Sampel dalam Penelitian 141
Sumber : Data diolah (2020)
Setelah peneliti melakukan seleksi terhadap populasi sampel yaitu perusahaan
sektor keuangan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka terpilih 47
16

perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini. Berikut adalah kode saham dan
nama perusahaan yang menjadi sampel di penelitian ini.
Tabel 4 Perusahaan Sampel
No Kode Nama Perusahaan
Perusahaan
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
3 BBCA Bank Central Asia Tbk
4 BBKP Bank Bukopin Tbk
5 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
9 BINA Bank Ina Perdana Tbk
10 BJBR Bank Pmbngn Daerh Jawa Brt dn Btn Tbk
11 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timr Tbk
12 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk
13 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
14 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
15 BNGA Bank Cimb Niaga Tbk
16 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
17 BNLI Bank Permata Tbk
18 BSIM Bank Sinarmas Tbk
19 BTPN Bank BTPN Tbk
20 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
21 MCOR Bank China Construction Bk Indosi Tbk
22 MEGA Bank Mega Tbk
23 NISP Bank OCBC NISP Tbk
24 NOBU Bank Nationalnobu Tbk
25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
26 ADMF Adira Dinamika Multi Finance Tbk
27 BBLD Buana Finance Tbk
28 BFIN BFI Finance Indonesia Tbk
29 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk
30 CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk
31 MFIN Mandala Multifinance Tbk
32 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk
33 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk
34 ASBI Asuransi Bintang Tbk
35 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk
36 ASRM Asuransi Ramayana tbk
37 ASJT Asuransi Jasa Taina Tbk
38 BPII Batavia Prosperindo Internasional Tbk
17

No Kode Nama Perusahaan


Perusahaan
39 CASA Capital Financial Indonesia Tbk
40 GSMF Equity Development Investment Tbk
41 SMMA Sinar Mas Multiartha Tbk
42 AKSI Maming Enam Sembilan Mineral Tbk
43 APIC Pacific Strategic Financial Tbk
44 ARTA Arthavest Tbk
45 KREN Kresna Graha Investama Tbk
46 PANS Panin Sekuritas Tbk
47 TRIM Trimegah Sekurtias Indonesia Tbk
Sumber : Data diolah (2020)
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif
untuk mengelola data. Sedangkan untuk menguji hubungan antar variable peneliti
menggunakan alat analisis SEM dengan pendekatan ragam berbasis SmartPLS.
Selain SmartPLS, peneliti menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung kinerja
keuangan dan nilai perusahaan.
Analisis Deskriptif
Sugiyono (2013) mendefinisikan analisis deskriptif sebagai cara menganalisis
data dengan cara menggambarkan atau mendeskriptifkan dengan cara apapun tanpa
mengubah kesimpulan yang dimiliki data semula. Analisis deskriptif dilakukan
peneliti untuk menjelaskan keadaan kondisi kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
SEM Partial Least Square
Penelitian ini menggunakan alat analisis Partial Least Square Path Modelling
(PLS PM). SEM PLS merupakan contoh metode analisis berbasis multivariat. Alat
analisis ini dapat digunakan untuk menganalisis suatu peubah yang kompleks
dengan kemampuan untuk mengetahui pola hubungan antara suatu konstrak dengan
indikatornya. Selain itu metode ini juga memiliki kemampuan untuk mengukur
suatu kesalahan secara langsung. Dalam Yamin dan Kurniawan (2011), dijelaskan
bahwa terdapat serangkaian prosedur yang harus dilakukan oleh peneliti ketika
menggunakan alat analisis SEM PLS. Langkah tersebut antara lain
1. Merancang model struktural (inner model)
Langkah pertama, peneliti perlu melakukan formulasi hubungan dengan masing-
masing konstrak yang digunakan. Konstrak tersebut harus diketahui secara jelas
untuk memudahkan seorang peneliti dalam mendeskirpsikan konstrak tersebut.
2. Mendefinisikan model pengukuran (outer model)
peneliti harus menentukan dan mendeskripsikan hubungan peubah laten dengan
indikatornya. Hubungan tersebut dapat bersifat formatif maupun reflektif.
3. Membuat diagram alur
18

Diagram alur ini berfungsi untuk memudahkan peneliti dalam memperjelas


suatu model dan menggambarkan pola hubungan suatu indikator bersera
konstraknya.
4. Mengkonversi diagram alur yang sudah dibuat ke dalam bentuk persamaan
5. Mengestimasi model
Terdapat tiga skema pemilihan weighting dalam prosedur estimasi model.
Skema tersebut diantaranya centroid weighting scheme, factor weighting
scheme, dan path weighting scheme.
6. Mengevaluasi suatu model .
Pada tahap ini terdapat proses evaluasi model pengukuran dan struktural.
7. Menjelaskan suatu model yang telah dirancang oleh seorang peneliti menurut
hasil model yang ditentukan sebelumnya.
8. Pengujian hipotesis
Dalam SEM PLS pengujian hipotesis menggunakan Metode Resampling Bootstrap.
Pengujian hipotesis dapar dilihat dengan melihat hasil T-Test. Suatu pengujian
dapat diterima apabila memperoleh nilai p-value kurang dari 1.96 dengan alpha
yang digunakan sebesar 5%.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah software smartPLS
3.2.9. Adapun, tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian outer

Gambar 3. Desain Model Penelitian


model, pengujian inner model, dan uji hipotesis. Gambar 3 merupakan model awal dari
penelitian ini. Model pengukuran (outer model) merupakan model yang menjelaskan
hubungan antara indikator atau variabel manifest dengan variabel latennya, sedangkan
untuk model struktural digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel latennya.
Model awal penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

3.6 Hipotesis Penelitian


Penelitian ini menggunakan Intellectual capital sebagai variable independen
yang dihitung dengan menggunakan metode VAICTM yang akan diukur
pengaruhnya terhadap dua variabel kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Berikut
19

akan dijabarkan mengenai pengembangan hipotesis penelitian untuk melihat


pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen pada
penelitian ini.
Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan
Jika perusahaan mampu mengelola sumber daya intelektual (human capital,
structural capital, capital employed) dengan effisien maka hal tersebut akan
berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012).
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) yang berhasil
membuktikan adanya pengaruh Intellectual capital terhadap firm value dan
financial performance pada perusahaan publik di taiwan. Selain itu Yulandari dan
Gunawan (2019) juga melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012–2016 yang hasilnya membuktikan bahwa
IC berpengaruh terhadap ROE namun penelitian ini juga membuktikan tidak ada
pengaruh IC terhadap ROA.
H1: intellectual capital berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan
Berdasarkan Teori Stakeholder, seluruh aktivitas manajemen bertujuan untuk
penciptaan nilai atau value creation. Kepemilikian dan pemanfaatan intellectual
capital mampu meningkatkan keunggulan bersaing dan mampu menciptakan nilai
tambah terhadap perusahaan. Komponen–komponen intellectual yaitu Human
Capital, Structural Capital dan Capital Employed akan membuat perusahaan
sustain melalui proses operasi bisnis yang kreatif dan inovatif. Penelitian yang
dilakukan oleh Chen et al. (2005) menunjukan intellectual capital memiliki
pengaruh yang siginifikan terhadap nilai perusahaan.
H2: intellectual capital berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
Putra dan Juniarni (2017) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Artinya, perusahaan yang memiliki
kinerja yang baik dalam hal ini menghasilkan laba akan mendapatkan penilaian
positif dari para investor. Jika perusahaan memiliki keuntungan yang tinggi maka
akan menarik minat investor untuk menanamkan dananya di perusahaan tersebut.
Dengan banyaknya investor yang berminat terhadap suatu perusahaan maka
otomatis nilai perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Pernyataan ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan Brimantyo dkk. (2019) yang menyimpulkan adanya
pengaruh positif dan signifikan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Dari
pemaparan tersebut maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah:
H3: Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sampel


Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 47 perusahaan. Penelitian ini
berfokus meneliti di satu sektor usaha yaitu sektor keuangan yang terdiri dari 5 sub-
sektor yaitu: 1) Perbankan 2) Lembaga Pembiayaan 3) Asuransi 4) Perusahaan Efek
5) Lainnya. Faktor yang memengaruhi penulis memilih sektor keuangan sebagai
sampel penelitian utama adalah penggunaan intellectual capital yang intensif pada
sektor ini dan alasan lain yang telah dipaparkan di pendahuluan. Sampel perusahaan
didominasi oleh sub-sektor perbankan yang berjumlah 25 perusahaan. Penelitian
ini memilih periode penelitian selama 3 tahun yaitu dari tahun 2017-2019.
Distribusi sampel perusahaan berdasarkan sub – sektor usaha bisa diliat di Gambar
4.

Gambar 4 Proporsi Perusahaan Sampel

4.2 Hasil Perhitungan Intellectual Capital


Intellectual capital merupakan variabel independen dalam penelitian ini.
Intellectual capital dalam penelitian ini berfokus pada sisi moneter dengan
menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.
Peneliti menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) untuk
menghitung intellectual capital.
Terdapat beberapa tahap dalam perhitungan intellectual capital
menggunakan metode VAIC. Langkah pertama adalah mencari Value Added (VA)
yang merupakan hasil dari pendapatan dikurangi biaya atau beban di tahun berjalan.
Langkah kedua yaitu menghitung nilai Capital Employed (CE) yang merupakan
unsur physical assets dari perusahaan. Menurut Fakhrudin (2017) CE dapat
dihitung dengan menambahkan saldo laba dan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Tahap selanjutnya adalah menghitung unsur Human Capital (HC) yang
21

dimiliki perusahaan. Nilai HC didapat dari pengeluaran perusahaan untuk


komponen sumber daya manusia seperti gaji dan tunjangan karyawan, imbalan
karyawan, biaya pendidikan dan pelatihan dan lain – lain. Komponen yang terakhir
adalah Structural Capital yang didapat dengan cara mengurangi VA dengan HC.
Setelah nilai CE, HC dan SC didapat, langkah selanjutnya adalah menghitung
effisiensi ketiga komponen tersebut dalam menghasilkan nilai tambah (value
added). Value Added Capital Employed (VACA) merupakan effisiensi CE dalam
menghasilkan VA yang nilainya didapat dari VA dibagi dengan CE. Value Added
Human Capital (VAHU) merupakan efisiensi HC dalam menghasilkan VA yang
nilainya didapat dari VA dibagi dengan HC. Sedangkan Value Added Structural
Capital (STVA) didapat dengan cara membagi SC dengan VA. Nilai VAIC
didapatkan dengan menambahkan nilai VACA, VAHU dan STVA. Hasil
perhitungan VAIC pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Perhitungan intellectual capital menggunakan metode VAIC

Kode
Tahun VACA VAHU STVA VAIC
Perusahaan
ABDA 0,128 1,277 0,217 1,622
ADMF 0,402 1,916 0,478 2,796
AGRO 0,065 1,418 0,295 1,777
AKSI 0,213 1,215 0,177 1,604
APIC 1,735 1,735 0,424 3,893
ARTA 0,092 1,082 0,076 1,250
ASBI 0,275 1,201 0,167 1,643
ASDM 0,362 1,238 0,192 1,792
ASJT 0,170 1,087 0,080 1,337
ASRM 0,378 1,474 0,321 2,173
BACA 0,169 1,251 0,201 1,621
BBCA 0,222 3,246 0,692 4,160
BBKP 0,166 1,258 0,205 1,629
2019 BBLD 0,114 1,042 0,040 1,196
BBMD 0,105 1,539 0,350 1,995
BBNI 0,251 2,086 0,521 2,858
BBRI 0,294 2,597 0,615 3,506
BBTN 0,145 1,182 0,154 1,481
BFIN 0,274 1,488 0,328 2,089
BINA 0,074 1,099 0,090 1,263
BJBR 0,303 1,663 0,399 2,364
BJTM 0,270 1,942 0,485 2,697
BMAS 0,156 1,484 0,326 1,966
BMRI 0,229 2,917 0,657 3,803
BNBA 0,136 1,340 0,254 1,729
BNGA 0,230 2,118 0,528 2,876
BNII 0,180 1,724 0,420 2,324
22

Kode
Tahun VACA VAHU STVA VAIC
Perusahaan
BNLI 0,170 1,574 0,365 2,109
BPFI 0,194 1,756 0,431 2,381
BPII 0,357 1,487 0,327 2,170
BSIM 0,156 1,299 0,230 1,685
BTPN 0,183 1,894 0,472 2,549
CASA 0,061 1,690 0,408 2,159
CFIN 0,137 2,125 0,529 2,792
GSMF 0,249 1,173 0,147 1,569
KREN 0,156 2,964 0,663 3,782
MAYA 0,135 1,473 0,321 1,928
2019
MCOR 0,191 2,034 0,508 2,734
MEGA 0,232 2,700 0,630 3,562
MFIN 0,464 2,082 0,520 3,066
NISP 0,192 2,227 0,551 2,970
NOBU 0,206 1,192 0,161 1,559
PANS 0,146 2,469 0,595 3,209
PNBN 0,124 2,822 0,646 3,592
SMMA 0,212 2,831 0,647 3,689
TRIM 0,262 1,368 0,269 1,898
WOMF 0,441 1,577 0,366 2,385

ABDA 0,111 1,105 0,095 1,312


ADMF 0,454 1,978 0,495 2,927
AGRO 0,070 1,784 0,440 2,294
AKSI 0,319 2,505 0,601 3,424
APIC 0,070 2,329 0,571 2,970
ARTA 0,101 1,247 0,198 1,545
ASBI 0,297 1,248 0,198 1,743
ASDM 0,367 1,445 0,308 2,120
ASJT 0,226 1,570 0,363 2,160
ASRM 0,556 2,305 0,566 3,427
2018 BACA 0,175 1,370 0,270 1,814
BBCA 0,222 3,130 0,680 4,032
BBKP 0,249 1,634 0,388 2,270
BBLD 0,165 1,569 0,362 2,096
BBMD 0,091 1,272 0,214 1,577
BBNI 0,234 1,938 0,484 2,657
BBRI 0,250 2,133 0,531 2,914
BBTN 0,217 1,950 0,487 2,654
BFIN 0,345 2,390 0,582 3,316
BINA 0,071 1,282 0,220 1,573
BJBR 0,335 1,708 0,415 2,458
23

Kode
Tahun VACA VAHU STVA VAIC
Perusahaan
BJTM 0,290 1,988 0,497 2,776
BMAS 0,165 1,544 0,353 2,062
BMRI 0,204 2,446 0,591 3,242
BNBA 0,194 2,017 0,504 2,714
BNGA 0,276 2,681 0,627 3,584
BNII 0,227 1,955 0,488 2,670
BNLI 0,152 1,361 0,265 1,778
BPFI 0,202 1,745 0,427 2,374
BPII 0,134 1,430 0,301 1,864
BSIM 0,140 1,018 0,018 1,176
BTPN 0,248 1,841 0,457 2,546
CASA 0,056 2,844 0,648 3,548
CFIN 0,129 2,133 0,531 2,793
2018
GSMF 0,241 1,277 0,217 1,735
KREN 0,267 5,448 0,816 6,531
MAYA 0,151 1,440 0,306 1,897
MCOR 0,129 1,274 0,215 1,618
MEGA 0,188 1,900 0,474 2,562
MFIN 0,362 1,601 0,375 2,338
NISP 0,191 2,042 0,510 2,744
NOBU 0,156 1,110 0,099 1,364
PANS 0,172 2,779 0,640 3,591
PNBN 0,138 2,860 0,650 3,648
SMMA 0,154 2,099 0,524 2,776
TRIM 0,302 1,303 0,233 1,838
WOMF 0,499 1,517 0,341 2,357

ABDA 0,214 2,542 0,607 3,362


ADMF 0,442 1,669 0,401 2,512
AGRO 0,109 2,038 0,509 2,657
AKSI 0,152 1,669 0,401 2,223
APIC 0,053 2,523 0,604 3,179
ARTA 0,118 1,426 0,299 1,843
ASBI 0,599 2,410 0,585 3,594
2017 ASDM 0,349 1,451 0,311 2,110
ASJT 0,308 1,975 0,494 2,777
ASRM 0,411 1,543 0,352 2,307
BACA 0,175 1,492 0,330 1,997
BBCA 0,215 2,805 0,643 3,664
BBKP 0,342 1,712 0,416 2,469
BBLD 0,175 1,579 0,367 2,121
BBMD 0,203 3,098 0,677 3,978
24

Kode
Tahun VACA VAHU STVA VAIC
Perusahaan
BBNI 0,269 2,028 0,507 2,803
BBRI 0,298 2,478 0,596 3,372
BBTN 0,122 1,153 0,132 1,407
BFIN 0,337 2,291 0,563 3,191
BINA 0,061 1,541 0,351 1,954
BJBR 0,352 1,482 0,325 2,159
BJTM 0,268 2,025 0,506 2,800
BMAS 0,138 1,422 0,297 1,857
BMRI 0,200 2,553 0,608 3,362
BNBA 0,156 1,609 0,378 2,144
BNGA 0,264 2,444 0,591 3,299
BNII 0,204 1,694 0,410 2,307
BNLI 0,148 1,282 0,220 1,650
BPFI 0,262 2,986 0,665 3,913
BPII 0,438 1,660 0,398 2,495
BSIM 0,184 1,546 0,353 2,083
2017
BTPN 0,273 1,384 0,277 1,934
CASA 0,126 3,091 0,677 3,894
CFIN 0,103 2,094 0,523 2,720
GSMF 0,250 1,358 0,264 1,871
KREN 0,246 3,561 0,719 4,526
MAYA 0,174 1,756 0,431 2,360
MCOR 0,129 1,170 0,145 1,444
MEGA 0,195 1,965 0,491 2,651
MFIN 0,365 1,628 0,386 2,378
NISP 0,196 1,938 0,484 2,618
NOBU 0,152 1,384 0,277 1,813
PANS 0,121 2,128 0,530 2,779
PNBN 0,104 1,955 0,488 2,547
SMMA 0,180 2,601 0,616 3,396
TRIM 0,323 1,288 0,224 1,835
WOMF 0,485 1,444 0,307 2,236
Sumber : Data diolah (2020)
Value Added Intellectual Coefficient mengukur efektifitas suatu perusahaan
dalam mengelola intellectual capital yang dimilikinya menjadi sebuah nilai tambah
bagi perusahaan. Jika perusahaan memiliki nilai VAIC yang lebih besar maka
semakin efektif perusahaan tersebut dalam mengelola sumber daya yang
dimilikinya menjadi sebuah nilai tambah. Sebagai contoh nilai VAIC BBCA pada
tahun 2019 adalah 4,160, artinya setiap 1 intellectual capital akan menghasilkan
4,160 value added bagi BBCA. Berdasarkan teori agensi, investor akan sangat
mengapresiasi perusahaan yang mampu menciptakan nilai, maka besarnya nilai
VAIC mampu memberikan dampak positif bagi masalah keagenan.
25

4.3 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan


Kinerja keuangan dan Nilai perusahaan merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini. Peneliti memilih rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas untuk
menghitung kinerja keuangan. Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA)
merupakan rasio untuk melihat sisi profitabilitas perusahaan sedangkan Debt to
Equity Ratio (DER) dan Debt to Assets Ratio (DAR) untuk melihat kinerja keuangan
dari sisi solvabilitas. Variabel Nilai Perusahaan diukur melalui 4 indikator yaitu
Earning per share (EPS), Price to Earning Ratio (PER), Price to Book Value Ratio
(PBVR), dan Tobins Q. Hasil dari perhitungan kinerja keuangan dan nilai
perusahaan dapat dilihat di Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
Kode ROE ROA
DAR DER EPS PER PBV Tobin q
Perusahaan (%) (%)
AGRO 3,42 0,64 0,82 4,52 6,68 59,99 1,82 1,16
BACA 4,03 0,34 0,92 11,02 9,93 56,48 1,30 1,02
BBCA 17,07 3,12 0,81 4,45 1061,89 25,34 4,36 1,61
BBKP 2,22 0,18 0,92 11,74 16,71 22,72 0,49 0,96
BBMD 8,10 2,12 0,74 2,82 64,77 28,95 2,31 1,35
BBNI 13,53 1,88 0,83 5,95 793,08 11,24 1,53 1,04
BBRI 17,26 2,50 0,84 5,77 261,32 14,92 2,59 1,21
BBTN 8,88 0,71 0,88 11,14 191,89 42,75 1,27 0,98
BINA 1,07 0,36 0,66 2,17 2,19 436,86 1,77 1,24
BJBR 13,28 1,20 0,86 9,51 148,85 13,08 1,72 1,02
BJTM 14,90 2,02 0,86 6,45 85,29 8,19 1,23 1,03
BMAS 5,59 1,00 0,82 4,65 15,17 24,66 1,39 1,07
BMRI 13,68 2,07 0,78 5,18 15,17 24,66 0,10 0,80
BNBA 5,38 1,07 0,80 4,01 33,86 9,41 0,46 0,89
BNGA 8,43 1,25 0,85 5,76 135,28 8,14 0,68 0,95
BNII 8,53 1,16 0,86 6,35 26,81 8,44 0,70 0,95
BNLI 4,58 0,67 0,85 5,81 37,77 21,98 1,02 1,00
BSIM 3,81 0,41 0,71 4,44 8,25 512,38 2,06 1,04
BTPN 10,32 1,75 0,77 4,56 281,36 10,94 0,97 0,93
26

Kode ROE ROA


DAR DER EPS PER PBV Tobin q
Perusahaan (%) (%)
MAYA 5,41 0,66 0,88 7,13 90,72 83,05 3,88 1,36
MCOR 2,81 0,43 0,85 5,53 4,42 41,28 1,05 1,01
MEGA 11,48 1,83 0,84 5,29 236,82 20,25 2,37 1,22
NISP 10,47 1,52 0,85 5,90 145,52 7,90 0,83 0,97
NOBU 2,93 0,35 0,88 7,41 9,51 101,53 2,97 1,24
PNBN 7,60 1,38 0,81 4,55 123,83 9,86 0,77 0,95
ADMF 25,49 5,52 0,78 3,65 1777,70 5,00 1,27 1,06
BBLD 5,23 1,28 0,76 3,10 38,18 12,22 0,66 0,92
BFIN 19,86 6,20 0,69 2,19 70,15 9,67 1,80 1,25
BPFI 12,12 4,58 0,58 1,50 36,66 20,41 1,87 1,35
CFIN 6,86 2,71 0,60 1,53 75,25 4,02 0,27 0,71
MFIN 16,65 9,18 0,37 0,69 176,45 7,19 1,22 1,03
WOMF 18,52 2,64 0,86 6,13 62,43 4,20 0,77 0,97
ABDA 7,95 3,72 0,53 1,13 170,45 47,05 3,36 2,11
ASBI 4,25 1,45 0,66 1,94 33,82 9,03 0,35 0,78
ASDM 11,25 3,24 0,71 2,47 184,33 6,08 0,66 0,90
ASRM 16,72 4,51 0,73 2,71 303,11 7,37 1,23 1,06
ASJT 7,57 3,53 0,53 1,14 27,18 27,61 1,01 1,01
BPII 14,72 4,88 0,56 1,71 181,96 40,72 4,78 2,15
CASA 2,69 0,71 0,62 2,84 11,99 67,48 3,11 1,45
GSMF 4,96 1,44 0,69 2,39 7,63 14,35 0,56 0,85
SMMA 14,85 2,89 0,76 3,92 403,52 34,80 3,81 1,49
AKSI 15,84 8,21 0,49 1,14 20,98 74,25 4,13 2,41
APIC 6,27 2,59 0,40 11,08 10,74 78,64 60,66 3,54
ARTA 0,03 0,02 0,16 0,24 11,19 66,98 1,02 0,91
KREN 20,57 14,98 0,26 0,36 18,51 32,97 4,80 3,70
PANS 10,12 5,40 0,45 0,84 180,39 9,51 0,90 0,94
27

TRIM 7,63 2,02 0,73 2,83 3,56 111,14 1,13 1,03


Sumber: Data diolah (2020)
Perusahaan Adira Dinamika Multi Finance Tbk yang berkode saham ADMF
memiliki nilai ROE paling tinggi yaitu 25,49 %, artinya ADMF memiliki
kemampuan mengelola dana dari investor dengan baik dimana setiap 1 rupiah dana
investor dapat dikelola menjadi 0,25 rupiah keuntungan. Sedangkan perusahaan
yang memiliki nilai ROE terkecil adalah Bank Ina Perdana Tbk (BINA) dengan
nilai ROE 1,07 %. Walaupun Bank Ina Perdana tetap mampu menghasilkan
keuntungan dari modal yang dimiliki namun efektifitasnya rendah sekali yaitu
hanya menghasilkan keuntungan 0,01 rupiah dari setiap rupiah modal yang dimiliki
perusahaan.
Selain menggunakan ROE, penilaian profitabilitas perusahaan bisa
menggunakan ROA. Nilai ROA tertinggi diperoleh oleh perusahan dari sub sektor
sekuritas yaitu Kresna Graha Investama Tbk dengan nilai ROA 14,98% sedangkan
nilai ROA terendah diperoleh oleh Bank Bukopin Tbk dengan nilai ROA 0,18%.
Return on Assets Ratio mengambarkan seberapa efektif perusahaan memanfaatkan
asetnya untuk menghasilkan keuntungan. Semakin besar nilai ROA maka dapat
diartikan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif mencetak laba dari setiap rupiah
aset yang dimilikinya.
Penelitian ini juga mengukur kinerja keuangan perusahaan melalui rasio
solvabilitas perusahaan dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Assets Ratio (DAR). Bank Bukopin Tbk memiliki nilai DER paling tinggi yaitu
11,74 yang artinya setiap 1 rupiah modal atau ekuitas yang dimiliki oleh Bank
Bukopin digunakan untuk menjamin hutang sebesar 11,74 rupiah. Sedangkan nilai
DER terendah dimiliki oleh Arthavest Tbk (ARTA) dengan nilai DER 0,24. Nilai
DER yang semakin besar mengindikasikan bahwa modal perusahaan banyak
didanai melalui hutang. Pada umumnya perusahaan yang baik memiliki nilai DER
dibawah 1, namun perusahaan perbankan biasanya memiliki nilai DER yang tinggi
dikarenakan core bisnis perbankan salah satunya menghimpun dana dari
masyarakat atau disebut dana pihak ketiga yang akan membuat total hutang
perusahaan perbankan lebih tinggi dibanding ekuitasnya dan lebih tinggi
dibandingkan nilai DER perusahaan di Industri lain. Begitupun dengan Debt to
Assets Ratio industri keuangan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan industri
lain. Hal ini dikarenakan operasi bisnis utama industri ini salah satunya adalah
menghimpun dana yang membuat total hutang perusahaan jasa keuangan sangat
tinggi. Nilai DAR tertinggi dari sampel perusahaan dalam penelitian ini dimiliki
oleh Bank Capital Indonesia Tbk dan Bank Bukopin Tbk dengan nilai DAR 0,92
sedangkan yang terendah dimiliki oleh Artavest Tbk dengan nilai DAR 0,16.
Semakin besar nilai DAR berarti semakin besar kontribusi hutang perusahaan
dalam pembiayaan aset.
Variabel dependen selanjutnya adalah Nilai Perusahaan yang diukur melalui
empat indikator yaitu Earning per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER),
Price to Book Value (PBV) dan Tobin’s q ( Tobin’s q) . Nilai EPS menjadi dapat
28

menjadi acuan bagi investor untuk menilai saham suatu perusahaan. Nilai EPS
menjadi respresentasi jumlah uang yang akan diterima pemegang saham atas per
lembar saham yang dimiliki. Jika perusahaan memiliki nilai EPS yang tinggi artinya
perusahaan memiliki uang lebih banyak untuk dibagikan sebagai dividen kepada
pemegang saham atau untuk diinvestasikan kembali sebagai pengembangan
perusahaan. Di antara perusahaan sampel dalam penelitian ini yang memiliki nilai
EPS paling tinggi adalah Adira Dinamika Multi Finance Tbk yaitu 1777,7 rupiah
per lembar saham sedangkan yang terendah adalah Bank Ina Perdana Tbk yaitu
2,19 rupiah per lembar. Nilai EPS ADMF yang tinggi mengindikasikan bahwa
ADMF mampu memberikan keuntungan yang lebih baik bagi para pemegang
saham perusahaan.
Indikator selanjutnya adalah Price to Earning Ratio (PER). PER dapat
digunakan oleh para investor untuk menilai valuasi dari saham suatu perusahaan
dengan membandingkan antara harga pasar dan laba bersih perusahaan. Dengan
mengetahui nilai PER, maka investor dapat mengetahui bahwa harga saham suatu
perusahaan dalam keadaan mahal (overvalued) atau murah (undervalued). Nilai
PER tertinggi diantara perusahaan sampel penelitian ini adalah 512,38 yang
dimiliki oleh Bank Sinarmas Tbk. (BSIM) sedangkan yang terendah dimiliki oleh
Clippan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) dengan nilai PER 4,02. Nilai PER yang
tinggi dapat diartikan bahwa saham tersebut dinilai mahal secara fundamental. PER
BSIM yang bernilai 512,38 dapat diartikan bahwa harga saham BSIM 512,38 kali
dibandingkan dengan laba yang dihasilkannya. Pada umumnya investor cenderung
tidak menginvestasikan atau membeli saham yang memiliki nilai PER yang tinggi
dikarenakan mereka menganggap saham tersebut overvalued dan diperkirakan
ruang pertumbuhan harga saham tersebut akan sempit bahkan menurun. Namun
nilai PER yang tinggi juga dapat diartikan keberhasilan perusahaan dalam
meyakinkan investor dengan kinerja yang baik sehingga pasar saham merespons
positif dan membuat harga saham meningkat.
Tidak jauh berbeda dengan indikator PER, Price to Book Value (PBV) juga
mampu menilai saham suatu perusahaan dalam keadaan overvalued atau
undervalued. Perbedaan antara PER dan PBV adalah pembandingnya. PER
membandingkan harga saham dengan laba perusahaan sedangkan PBV
membandingkan dengan ekuitas perusahaan per lembar saham (Book Value). Nilai
PBV terbesar dimiliki oleh Pacific Strategic Financial Tbk dengan nilai PBV 60,66
sedangkan PBV terkecil dimiliki oleh Bank Mandiri Tbk. dengan nilai 0,09. Nilai
PBV yang tinggi mengindikasikan bahwa harga saham perusahaan tersebut lebih
tinggi dibandingkan book value –nya atau overvalue begitupun sebaliknya.
Indikator terakhir yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur nilai
perusahaan adalah Tobin’s q atau Tobin’s q. Perusahaan sampel yang memiliki nilai
Tobin’s q tertinggi adalah Kresna Graha Investama Tbk dengan nilai Tobin’s q 3,7
sedangkan yang terendah diperoleh oleh Clipan Finance Indonesia Tbk yang
memiliki nilai Tobin’s q 0,71. Nilai Tobin’s q dianggap baik jika nilai Tobin’s q
lebih dari satu (Tobin’s q > 1) . Jika perusahaan memiliki nilai Tobin’s q lebih dari
satu artinya perusahaan memiliki nilai perusahan (firm value) lebih besar
dibandingkan jumlah asetnya. Dengan mengukur Tobin’s q, investor akan
29

mendapatkan gambaran mengenai keadaan fundamental perusahaan dan pandangan


pasar terhadap perusahaan. Nilai Tobin’s q yang tinggi juga dapat mengindikasikan
bahwa manajemen perusahaan tersebut berhasil mengelola aset perusahaan.
4.4 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Sektor Jasa Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Tahun 2017-2019)

Peneliti menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM)


yang dihitung menggunakan software SmartPLS versi 3.3.2. Peubah laten pada
penelitian ini adalah intellectual capital, kinerja keuangan dan nilai perusahaan
yang diukur menggunakan berbagai indikator. Terdapat dua tahap dalam
melakukan penilaian model PLS yaitu penilaian model pengukuran dan penilaian
model struktural (Yamin dan Kuniawan 2011).

Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)


Evaluasi model pengukuran merupakan langkah pertama yang harus
dilakukan dalam pengukuran dengan metode SEM. Evaluasi model pengukuran
digunakan untuk korelasi antar variabel laten bersama dengan paramater penelitian.
Menurut Abdillah dan Jogiyono (2015) dalam tahap ini dilakukan pengujian
validitas konstruk dan realibilitas instrument. Ketika melakukan uji validitas
konvergen, peneliti harus memperhatikan nilai loading factor di setiap indikator
dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Menurut Schumarker dan Lomax
(2004) nilai loading factor harus melebihi 0,7 agar konstruk dapat dikatakan valid
dan ideal. Sedangkan nilai minimum yang harus dicapai Average Variance
Extracted (AVE) adalah 0,5. Jika sebuah variabel memiliki nilai AVE dibawah 0,5
maka artinya varians kesalahan lebih banyak daripada varians indikator sehingga

Gambar 5. Outer Model sebelum dilakukan dropping


30

variabel dianggap tidak memadai dan tidak valid (Vinzi dkk. 2010). Outer model
dan loading factor dalam penelitian ini dapat dilihat di gambar 5.

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa indikator yang
memiliki nilai loading factor di bawah 0,7 sehingga harus dilakukan penghapusan
(dropping). Indikator kinerja keuangan yang harus dilakukan dropping adalah DAR
dan DER dengan nilai loading factor masing–masing -0,499 dan -0,368. Nilai DAR
dan DER harus dilakukan dropping selain karena faktor statistik yang tidak
memenuhi syarat, peneliti melihat ada perbedaan yang cukup signifikan unsur debt
pada perusahaan–perusahaan bank. Hal ini dapat merupakan salah satu alasan
mengapa unsur DAR dan DER tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Pada
variabel nilai perusahaan, indikator yang memenuhi syarat hanya Tobin’s q dengan
nilai loading factor 0,715 sedangkan indikator lainnya harus dilakukan dropping.
Setelah dilakukan dropping, peneliti melakukan perhitungan kembali untuk
mengetahui loading factor dan AVE setelah dilakukan dropping. Berikut adalah
outer model dan nilai loading factor setelah dilakukan dropping yang dapat dilihat
di gambar 6, dan perbandingan nilai AVE sebelum dan setelah dilakukan dropping.

Gambar 6 Outer Model setelah dilakukan dropping


Sumber : Data diolah (2020)

Tabel 7. Average Variable Extracted sebelum dan setelah dilakukan dropping


Variabel AVE sebelum dropping AVE setelah dropping
Kinerja Keuangan 0,513 0,842
Nilai Perusahaan 0,276 1,000
Intellectual capital 1,000 1,000
Sumber : Data diolah (2020)
31

Nilai AVE untuk variabel nilai perusahaan sebelum dropping kurang dari 0,5
yang dapat dilihat pada Tabel 7. Setelah dilakukan dropping, setiap variabel sudah
mendapatkan nilai AVE > 0,5 yang artinya varians yang ditangkan oleh konstruk
lebih besar dari varians yang berasal dari kesalahan pengukuran sehingga dapat
disimpulkan model telah baik.
Langkah selanjutnya adalah mengamati nilai cross loading masing-masing
indikator untuk menguji validitas diskriminan. Pengujian validitas diskriminan
bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar sebuah indikator mampu
merefleksikan variabel latennya (Heir et al. 2014). Pengujian validitas diskriminan
dilakukan dengan menghitung nilai antar variabel dan melihat nilai cross loading
yang harus bernilai >0,7. Selain itu, nilai loading indikator dengan variabel latennya
harus lebih tinggi dibandingkan dengan nilai loading terhadap variabel lainnya.
Perhitungan fornell lacker creation dapat dilihat di Tabel 8 dan nilai cross loading
di Tabel 9.
Tabel 8 Nilai Fornell Lacker Creation

Variabel Kinerja Nilai Intellectual


Keuangan Perusahaan Capital
Kinerja Keuangan 1,000
Nilai Perusahaan 0,587 0,918
Intellectual 0,408 0,425 1,000
Capital
Sumber : Data diolah (2020)
Tabel 9 Nilai Cross Loading

Indikator Intellectual Kinerja Nilai


Capital Keuangan Perusahaan
ROA 0,549 0,942 0,518
ROE 0,529 0,893 0,220
Tobin’s q 0,408 0,425 1,000
VAIC 1,000 0,587 0,408
Sumber : Data diolah (2020)
Hasil dari perhitungan cross loading pada Tabel 9 menunjukan bahwa
Intellectual capital, kinerja keuangan, nilai perusahaan memiliki nilai loading
factor yang lebih besar untuk setiap laten yang telah dilakukan perhitungan. Hasil
cross loading menunjukan bahwa setiap indikator sudah merefleksikan variabel
latennya karena memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran konstruk
lainnya. Tahapan selanjutnya untuk mengevaluasi outer model adalah melakukan
uji realibilitas dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha dan Compostie Reability.
Suatu model dapat dikatakan reliabel jika mencapai nilai cronbach’s alpha 0,6
(Hair et al. 2010) dan memiliki nilai composite reability lebih besar dari 0,7. setiap
variabel pada penelitian ini dapat dikatakan sudah reliabel karena sudah memenuhi
syarat minimum cronbach’s alpha dan composite reability. Nilai Cronbach’s Alpha
dan Composite Reability dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 10.
32

Tabel 10 Nilai Cronbach’s Alpha dan Compostie Reability


Cronbach’s Alpha Composite Reability
Intellectual Capital 1,000 1,000
Kinerja Keuangan 0,816 0,914
Nilai Perusahaan 1,000 1,000
Sumber : data diolah (2020)
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Evaluasi model struktural dapat dilakukan dengan melihat nilai R Square.
Nilai R Square dapat digunakan untuk menjelaskan tingkatan pengaruh variabel
eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen. Terdapat 3 klasifikasi model
dilihat dari nilai R Square-nya yaitu kuat atau substansial (0,67), moderat (0,33),
dan lemah (0,19) (Chin 1998). Nilai R Square dalam penelitian dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11 Nilai R Square
R Square
Kinerja Keuangan 0,345
Nilai Perusahaan 0,219
Sumber : Data diolah (2020)
Nilai R Square variabel kinerja keuangan adalah 0,345 yang termasuk pada
klasifikasi moderat. Hal tersebut artinya bahwa variabel intellectual capital dapat
menjelaskan variabel kinerja keuangan dengan keragaman sebesar 34,5%
sedangkan 65,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. Tingkat IC
terhadap kinerja keuangan yang berada pada level moderat dikarenakan belum
semua perusahaan memperhatikan dan mengelola modal intelektualnya. Hal
tersebut dibuktikan dengan banyaknya perusahaan yang tidak membahas mengenai
modal intelektual dalam laporan keuangannya. Nilai R Square untuk variabel nilai
perusahaan adalah 0,219 yang termasuk pada klasifikasi rendah. Hal ini artinya
indikator intellectual capital dan kinerja keuangan mampu mempengaruhi variabel
nilai perusahaan dengan keragaman 21,9 % sedangkan 78,1% dijelaskan oleh
variabel yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Faktor nilai R Square untuk
nilai perusahaan rendah salah satunya adalah dikarenakan belum banyak investor
yang menggunakan modal intelektual sebagai pertimbangan untuk menilai value
dari perusahaan.
Setelah menghitung nilai R Square, langkah yang harus dilakukan adalah
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dapat dilihat dari nilai–nilai pada path
coeficient. Arah hubungan antar konstruk ditunjukan oleh nilai original sampel.
Hubungan antar kontruk dikatakan positif jika memiliki nilai original sampel
positif, begitupun sebaliknya. Selanjutnya dilakukan penilaian tingkat signifikansi
yang ditunjukan oleh nilai T-statistics. Pengaruh hubungan antar konstruk
dikatakan nyata dan signifikan jika memiiki nilai T-statistics > T-table. Penelitian
ini menggunakan nilai alpha 5% sehingga nilai t-statistics > 1,96 dan nilai p-value<
0,05. nilai path coefficient penelitian ini dapat dilihat di Tabel 12.
33

Tabel 12 Nilai Path Coefficient


Original Sample Standard T Statistics Hipotesis
P
Sample Mean Deviation (|O/STDEV|
Values
(O) (M) (STDEV) )
Intellectual Capital -> Kinerja Diterima
0,587 0,574 0,088 6,646 0,000
Keuangan
Intellectual Capital -> Nilai Diterima
0,242 0,241 0,099 2,430 0,015
Perusahaan
Kinerja Keuangan -> Nilai Diterima
0,283 0,260 0,143 1,982 0,048
Perusahaan
Sumber : Data diolah (2020)
Dengan data yang didapat dari Tabel 12 maka uji hipotesis pada penelitian ini
sebagai berikut :
Pengaruh Intellectual capital terhadap kinerja keuangan
Nilai original sample untuk pengujian pengaruh IC terhadap kinerja
keuangan adalah 0,587 dan nilai t-statistic sebesar 6,646. Hal ini menandakan
bahwa IC berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja keuangan. Dengan hasil
pengujian tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faza dan Hidayah
(2014) yang menyatakan bahwa IC yang diukur menggunakan VAIC berpengaruh
positif terhadap ROA dan ROE. Sebelumnya, Tan et al., (2007) meneliti IC di bursa
saham Singapura. Penelitian ini juga membuktikan bahwa intellectual capital
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan kini dan di masa mendatang.
Hal ini berarti jika nilai intellectual capital perusahaan meningkat maka
profitabilitas perusahaan akan turut meningkat.
Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur melalui indikator ROA dan
ROE. Artinya, pengelolaan IC yang baik akan mampu meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menciptakan laba perusahaan dari aset yang dimiliki maupun dari
dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Hak ini sesuai dengan resource-
based theory bahwa IC yang termasuk sumber daya perusahaan akan mampu
meningkatkan kemampuan kompetitif perusahaan sehingga kinerja perusahaan
menjadi baik dan efektif, termasuk mencetak laba.
Pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan
Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara intellectual capital dan nilai perusahaan. Hal tersebut
dibuktikan oleh nilai original sample untuk pengujian pengaruh IC terhadap nilai
perusahaan adalah 0,242 dengan nilai T-statistic 2,430. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan hasil pengujian pengaruh antara IC dan nilai perusahaan adalah
penggunaan Tobin’s q sebagai indikator untuk mengukur nilai perusahaan. Tobin’s
q merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan untuk melihat value
perusahaan. Keunikan dari Tobin’s q adalah rasio ini dapat mewakili aset tak
berwujud yang dimiliki perusahaan. Hal ini sesuai dengan konsep intellectual
capital yang merupakan salah satu bentuk aset tak berwujud.
34

Perusahaan yang mampu mengelola dan meningkatkan intellectual capital-


nya berarti akan melakukan peningkatan dalam bidang sumber daya manusia,
memperbaiki hubungan dengan para stakeholders dan meningkatkan sistem
perusahaan yang baik. Peningkatan unsur intellectual capital akan menciptakan
nilai tambah yang akan diapresiasi oleh pasar. Maka dari itu investor dapat
mempertimbangkan nilai VAIC dalam memilih perusahaan. Konsep ini juga sejalan
dengan Resource Based Theory bahwa perusahaan harus mampu mengelola aset tak
berwujudnya agar perusahaan tersebut dapat memiliki kinerja yang efektif dan
effisien sehingga terciptanya nilai tambah bagi para investor dan meningkatkan
persepsi yang baik mengenai perusahaan. Hasil penelitian ini sependapat dengan
penelitian Fakhrudin (2017) yang menyimpulkan adanya hubungan positif antara
intellectual capital dan nilai perusahaan. Juwita dan Angela (2016) yang meneliti
intellectual capital pada perusahaan Index Kompas 100 juga menyimpulkan bahwa
intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
Hipotesis terakhir dalam penelitian ini yaitu pengaruh kinerja keuangan dan
nilai perusahaan juga menunjukan hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan.
Hal tersebut ditunjukan oleh nilai original sampel untuk uji hipotesis yang ketiga
adalah 0,283 dengan nilai t-statistic 1,982. Hasil tersebut membuktikan bahwa
kinerja keuangan yang diproyeksikan dengan nilai ROA dan ROE berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan yang memiliki indikator Tobin’s q. para investor
sehingga akan meningkatkan value perusahaan. Kinerja keuangan dalam penelitian
ini adalah ROA dan ROE, artinya investor akan lebih menghargai perusahaan yang
mampu mencetak laba dengan baik dari sumber daya yang dimilikinya. Hasil
penelitian ini sependapat dengan penelitian Putra dan Juniarni (2017) yang juga
meneliti pengaruh kinerja keuangan dengan indikator ROA dan ROE terhadap Nilai
perusahaan yang diproyeksikan oleh nilai Tobin’s q.

4.5 Implikasi Manajerial


Hasil penelitian yang didapat dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan antara intellectual capital dan kinerja keuangan
yang dihitung melalui indikator ROA dan ROE. Artinya peningkatan nilai
intellectual capital mampu meningkatkan kinerja keuangan. Kesimpulan ini dapat
dimanfaatkan oleh para stakeholder yang sudah disebutkan peneliti sebelumnya.
Implikasi manajerial pertama adalah perusahaan harus mampu meningkatkan unsur
intellectual capital dalam organisasi, yaitu kualitas human capital, pemanfaatan
teknologi dan kelancaran aliran informasi. Selain itu, perusahaan juga harus mampu
mengelola intellectual capital dengan baik sehingga dapat menjadi keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Peningkatan dan pemanfaatan intellectual capital yang
baik akan meningkatkan kinerja perusahaan termasuk kinerja keuangan.
Peningkatan kinerja keuangan akan direspon baik oleh seluruh stakeholder
perusahaan yang akan berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan di masa
mendatang. Peningkatan kinerja keuangan akan direspon baik juga oleh para
penanam modal dan akan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perusahaan.
35

Selain itu, intellectual capital dalam penelitian ini dihitung oleh metode VAIC yang
merupakan perhitungan intellectual capital dengan pendekatan moneter. Maka
langkah yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan intellectual capital
dapat berupa peningkatan alokasi anggaran untuk pos – pos beban yang mendukung
kualitas intellectual capital seperti biaya ketenagakerjaan, biaya pelatihan termasuk
gaji dan tunjangan karyawan yang dapat meningkatkan kualitas karyawan
perusahaan.
Temuan selanjutnya yang didapat dari penelitian ini adalah adanya pengaruh
intellectual capital terhadap nilai perusahaan yang dinilai melalui indikator Tobin’s
q. Sesuai dengan pemaparan sebelumnya bahwa Tobin’s q merupakan ratio yang
mampu melihat keadaan fundamental perusahaan dan pandangan pasar terhadap
perusahaan. Selain itu ratio ini juga menggambarkan kecakapan perusahaan dalam
mengelola asetnya. Kemampuan perusahaan dalam mengelola aset akan menjadi
added value bagi perusahaan yang berpengaruh dalam keputusan investasi penanam
modal. Dengan temuan ini maka perusahaan dapat menarik minat investor dengan
mengalokasikan dana lebih banyak untuk peningkatan intellectual capital. Upaya
yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan intellectual capital di
antaranya adalah mengadakan pelatihan dan pengembangan SDM dan peningkatan
sistem informasi. Peningkatan nilai intellectual capital perusahaan akan
mendapatkan apresiasi dari investor dan pasar sehingga akan mempengaruhi harga
saham perusahaan tersebut. Peningkatan nilai perusahaan adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Selain itu, terbuktinya intellectual capital berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan juga akan mengakibatkan berkurangnya
masalah agensi. Hal tersebut mengacu pada teori agensi yang mengatakan bahwa
investor mengapresiasi perusahaan yang mampu menciptakan nilai. Pengaruh
intellectual capital dalam mengurangi agency cost telah dibuktikan dalam
penelitian yang dilakukan Hendra (2017).
Penelitian ini juga menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara
kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Aksi yang dapat diambil oleh perusahaan
mengenai hal ini adalah peningkatan efektifitas operasi perusahaan sehingga
mampu mendapatkan profit sebesar-besarnya. Keuntungan perusahaan dapat
dialokasikan untuk pengembangan bisnis perusahaan atau dibagikan kepada para
investor sebagai dividen. Kedua alternatif tersebut berpengaruh terhadap
kesejahteraan investor maka mereka akan memberikan kepercayaan lebih kepada
perusahaan yang konsisten menghasilkan laba yang baik. Kemampuan perusahaan
yang konsisten menghasilkan laba positif setiap tahunnya akan mendapatkan
apresiasi dari pasar.
36

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Intellectual capital yang dihitung dengan metode Value Added Intellectual
Coefficient berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor
keuangan yang dihitung melalui indikator Return on Assets (ROA) dan Return
on Equity (ROE). Hasil ini didapat dari uji statistik bahwa pengaruh intellectual
capital terhadap kinerja keuangan memiliki nilai T-statistic 6,646 > 1,96
dengan p value kurang dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa peningkatan
intellectual capital yang dimiliki perusahaan akan mampu meningkatkan
keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Peningkatan unsur intellectual
capital seperti kualitas sumber daya manusia akan mampu memberikan inovasi
kepada proses operasi perusahaan sehingga mampu menciptakan profit lebih
banyak dari perusahaan yang tidak mengelola intellectual capital-nya dengan
baik. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang mengatakan bahwa
perusahaan yang mampu mengelola seluruh potensinya dengan baik maka akan
menciptakan nilai tambah yang akan mendorong kinerja keuangan perusahaan
bagi kepentingan stakeholder.
2. Hasil uji Intellectual capital terhadap nilai perusahaan mendapatkan nilai T-
statistic 2,430 > 1,96 dengan nilai alpha sebesar 0,015 < 0,05 sehingga
hipotesis penelitian diterima. Hasil tersebut menggambarkan bahwa
intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan sektor keuangan yang dinilai dengan indikator Tobin’s q. Hasil
penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa intellectual capital merupakan salah
satu sumberdaya perusahaan yang bisa menciptakan value added bagi
perusahaan. Investor akan memberikan apresiasi lebih kepada perusahaan yang
mampu menciptakan value added. Hal ini dikarenakan semakin tinggi nilai
perusahaan maka akan memberikan kesejahtraan yang lebih tinggi kepada
investor.
3. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan–perusahaan sektor keuangan. Pengujian hipotesis ketiga
mendapatkan nilai T-statistic 1,982 > 1,92 dengan nilai p values 0,048 < 0,05.
Hasil ini menunjukan bahwa kemampuan perusahaan dalam mencetak laba
juga diperhatikan oleh investor. Kemampuan perusahaan mencetak laba
merupakan value added bagi perusahaan yang memperlihatkan prospek
perusahaan di masa mendatang. Hal tersebut membuat investor akan
memberikan nilai lebih tinggi kepada perusahaan–perusahaan yang mampu
mengelola aset dan modalnya menjadi keuntungan bagi perusahaan.
37

5.2 Saran
Hasil penelitian ini menunjukan pengaruh positif dan signifikan intellectual
capital perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Maka
perusahaan harus meningkatkan dan mengelola dengan baik intellectual capital
yang dimiliki. Perusahaan diharapkan meningkatkan alokasi anggaran atau
berinvestasi pada unsur–unsur yang mendukung peningkatan intellectual capital
perusahaan. Terdapat beberapa alternatif upaya yang dapat dilakukan perusahaan
untuk meningkatkan intellectual capital seperti melakukan pelatihan dan program
pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan sistem informasi dan
teknologi dan upaya lainnya. Upaya–upaya yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan intellectual capital dipercaya akan memberikan dampak positif
terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Peningkatan intellectual capital
akan membantu perusahaan memenuhi tujuannya dalam memberikan kesejahteraan
bagi pemegang saham.
Selain bagi perusahaan, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan investor
untuk mengevaluasi perusahaan. Investor dapat melihat nilai intellectual capital
sesuai kaidah VAIC untuk melihat kinerja dan nilai perusahaan. Perusahaan–
perusahaan yang memiliki intellectual capital yang baik akan memiliki kinerja
keuangan dan nilai perusahaan yang baik sehingga dapat memberikan kesejahteraan
bagi pemegang saham. Para calon investor juga dapat menggunakan perhitungan
VAIC sebagai pertimbangan fundamental sebelum melakukan keputusan investasi.
Selain itu, penulis juga mengharapkan intellectual capital mendapatkan perhatian
lebih sehingga di masa mendatang para investor dapat melihat informasi mengenai
intellectual capital dengan mudah.
Bagi peneliti yang akan meneliti lebih lanjut mengenai intellectual capital
disarankan untuk meneliti sektor teknologi yang merupakan industri paling intensif
penggunaan pengetahuannya menurut Windrum dan Tomilson (1999). Peneliti
tidak melelakukan hal tersebut karena pada saat proses penelitian belum ada sektor
teknologi jika mengacu pada pengelompokan saham menurut Jakarta Industry
Classification. Sedangkan setelah penelitian ini selesai bursa efek indonesia
menerbitkan acuan baru untuk pengelompokan saham yaitu IDX–IC dan salah satu
sektor merupakan sektor teknologi. Selain itu dalam penelitian ini hasil pengaruh
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan didapat hasil yang nyaris ditolak
hipotesisnya, sedangkan sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kinerja
keuangan sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berkaitan dengan hal
tersebut, peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada topik mengenai
intellectual capital dengan sampel yang lebih heterogen dan periode penelitian
yang lebih panjang.
38

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah W, Jogiyanto. 2015. Partial Least Square (PLS), Alternatif Structural


Equation Modeling (SEM) Dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta(ID): CV
Andi Offset.
Belkaoui, Riahi A. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US
Multinational Firms: A Study of The Resource-Based and Stakeholder
Views. Journal of Intellectual Capital. 4(2): 215-226.
Bontis N, Keow WCC, Richardson S. 2000. Intellectual capital and business
performance in Malaysian industries. Journal of Intellectual Capital. 1(1) :
85-100.
Brigham EF, Ehrhardt MC. 2002. Financial Management, Theory and Practice
(10th Edition). New York : Thomson Learning Inc.
Brigham EF, Gapenski LC. 2006. Financial Management : Theory and Practice.
Chen MC, Cheng SJ, Y Hwang. 2005. An Empirical Investigation of The
Relationship between Intellectual Capital and Firms, Market Value and
Financial Performance. Journal of Intellectual Capital. 6(1) : 159 – 176.
Chin, Wynne W. 1998. The Partial Least Squares Approach to Structural Equation
Modelling. London (GB) : Lawrence Erlbaum Associates.
CNBC. 2020. Bos BCA Ungkap Ancaman Digital Nasabah. Diakses dari
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200929110555-37-190192/bos-bca-
ungkap-ancaman-bank-ditinggal-nasabah pada 5 Oktober 2020.
Damodaran, Aswath (2002) Investment Valuation Tools and Techniques for
Determining the Value of Any Asset. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.
Detik. 2017. Ada 3,98 Juta Perusahaan Baru di RI dalam 10 Tahun Terakhir.
Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3485474/ada-
398-juta-perusahaan-baru-di-ri-dalam-10-tahun-terakhir pada 5 September
2020.
Edvinsson L. 1997. Developing Intellectual Capital at Skandia. Long Range
Planning. : 366-373.
Fahmi I. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung (iD) : Alfabeta.
Fakhruddin M, Hadianto. 2011. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar
Modal. Jakarta (ID) : PT. Elekmedia Komputindo Kelompok Gramedia.
Fauziah G, Irwanto AK, Syamsun M. 2016. Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan pada Indeks Saham LQ45.
Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah. 11(1):52-60
Faza, Hidayah. 2014. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas,
Produktivitas, Dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Jurnal Ekonomi dan Islam, 8(2),
186-199.
Firer S, Williams M. 2003. Intellectual capital and traditional measures of corporate
performance. Journal of Intellectual Capital. 4(3) : 348-60.
Hair JR, Wiliam C, Barry J, Rolph E. 2010. Multivariate Data Analysis (7th ed).
New Jersey (US) : McGraw-Hill.
Wijaya H. 2017. Agency Costs and Intellectual Capital in Indonesia Manufacturing
Firms. Research Journal of Finance and Accounting. 8(24) : 36-39.
Hong. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of
Intellectual Capital. 76 – 95.
39

Husnan, Suad, Pudjiastuti, Enny. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (2nd


Edition). Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Perusahaan
YKPN.
[IAI] Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Revisi 2009.
Jakarta : Salemba Empat.
[IDX] Data Services Division Indonesia Stock Exchange. 2019. IDX Quaterly
Statistics 2019. Jakarta: Indonesia Stock Exchange.
Juwita, Angela. 2016. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi. 8(1) : 1-15.
Kasmawati. 2016. Tobin’s q as A Proxy for Corporate Governance Variables and
Explanatory Variables in Manufacturing Companies in Jakarta Stock
Exchange. International Journal of Recent Scientific Science. 7(6): 11552 –
11558.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Kubo I, Saka A. 2002. Motivasion of Knowledge Workers in Japanese Financial
Industry. Journal of Knowledge Management. 6(3) : 262-271.
Lee, Shim, Jeong, Hwang. 2002. Knowledge Intensive Services Activities (KISAs)
in Korea’s Innovation System. Science and Technology Policy Institute.
[OECD] Organization for Economic Cooperation and Development. 2001. The
Knowledge Based Economy : Trends and Implication” diakses dari
www.oecd.org pada tanggal 5 September 2020
Okezone. 2020. Astaga! Ada 103 Bank Bankrut Sejak 2006 Hingga 2020. Diakses
dari https://economy.okezone.com/read/2020/08/04/320/2256881/astaga-
ada-103-bank-bangkrut-sejak-2006-hingga-2020 pada 11 September 2020.
Pulic A. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge
Economy. Paper Presented at the 2nd McMaster World Congress on
Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for
Intellectual Potential. Hamilton
Putra, Juniari. 2017. Analisis Rasio Keuangan terhadap Nilai Perusahan di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi. 7(2): 143 – 150.
Ross S. 1973. The Economic Theory of Agency: The Principal’s Problems.
American Economic Review. 63(2) : 134-139.
Salvatore D. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Jakarta :
Salemba Empat.
Schumacker RE, Lomaz RG. 2004. A Beginner’s Guide to Structural Equation
Modeling (2nd Edition). London (GB): Lawrence Erlbaum Assciates, Inc.
Soliha, E, Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, 9(2) : 149 – 163.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Didigitalisasi oleh USU digital library.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung (ID) : Alfabeta.
Sujoko, Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik
pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Busra Efek Jakarta).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 9(1): 41-48.
40

Sunarsih NM, Mendra NPY. 2012. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Makalah Disampaikan
dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 20-23 September.
Suryahadi. 2020 Agustus 27. Per kamis (27/8), sudah ada 700 perusahaan di bei.
Kontan. Diakses dari https://investasi.kontan.co.id/news/per-kamis-278-
sudah-ada-700-perusahaan-tercatat-di-bei.
Susanto AB. 2007. Resource-Based Versus Market-Based. Eksekutif . No.333 : 24-
25.
Tan, Plowman, Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of
Companies. Journal of Intellectual Capital. 8(1): 76-95.
Ulum. 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 77 - 84.
Vinzi VE, Chin WW, Henseler J, Wang H. 2010. Handbook of Partial Least
Square. London (GB): Springer Heidelberg Dordrecht.
Windrum, Tomlinson. 1999. Knowledge-intensive services and international
competitiveness: a four country comparison. Technology Analysis and
Strategic Management. 11(3) : 391 – 408.
Yamin S, Kurniawan H. 2011. Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan
Partial Least Square Path Modeling: Aplikasi dengan Software XLSTAT,
SmartPLS, dan Visual PLS. Jakarta (ID): Salemba Infotek.
Yulandari, Gunawan. 2019. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan
Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.
Journal of Applied Managerial Accounting. 3(1) : 36-50.
Zuliyati. 2011. Intellectual Capital and Company’s Financial Performance.
Dinamika Keuangan dan Perbankan. 3(1) 113 – 125

Anda mungkin juga menyukai