Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

“FRAMEWORK FOR FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS”


MAKALAH

Dosen Pengampu :
Dr. Azwir Nasir, SE, MM, Ak, CA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Dani Pratama (2110247842)
Qory desvina (2110247820)
Ernynawati Siregar (2110247683 )
Siti Fatimah (2110247796 )
Tiofanni Sitanggang (2110247620)
Yonalita (2110247770)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Quality of Earnings Analisys.......................................................................................3
2.1.1 Kualitas Laba........................................................................................................3
2.1.2 Analisis QOE pada Income Statement.................................................................5
2.1.3 Penilaian dan Pengukuran Kualitas Laba.........................................................6
2.1.4 Karakteristik Kualitas Laba................................................................................7
2.2 Gambaran Umum Dan Kerangka Kelembagaan Untuk Pelaporan Keuangan..............7
2.2.1 Pengantar Akuntansi Nilai Wajar.........................................................................10
2.3 Langkah-Langkah Dalam Melakukan Analisis Akuntansi.........................................12
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas akuntansi................................................20
2.4 Langkah-Langkah Dalam Melakukan Analisis Akuntansi.........................................23
2.5 KESALAHAN ANALISIS AKUNTANSI.................................................................32
2.6 NILAI DATA AKUNTANSI DAN ANALISIS AKUNTANSI................................34
BAB III STUDI KASUS.....................................................................................................37
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................................45
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................45
4.2 Saran............................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................46

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Quality of Earnings Analysis
yang diampu oleh Bapak : Dr. Azwir Nasir, SE, MM, Ak, CA. Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana
kualitas analisis laba bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Pekanbaru, 04 November 2022

Penulis,
Kelompok 2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan sebagai produk akuntansi yang merupakan salah satu sarana bagi
prinsipal (pemilik sumber daya) untuk memonitor kegiatan yang dilakukan agen
(manajemen). Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk
menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen.
Laba digunakan oleh pihak eksternal sebagai indikator untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan. Manajer sebagai pihak internal perusahaan lebih banyak
memiliki informasi mengenai kondisi perusahaan di bandingkan pihak eksternal. Hal ini
yang menyebabkan adanya tindakan manajemen perusahaan untuk melaporkan laba
yang tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya (manajemen laba)
untuk kepentingan pribadi, misalnya untuk mendapatkan bonus . Hal ini dapat
menyebabkan manajemen melakukan tindakan praktik akuntansi yang berorientasi pada
laba untuk mencapai kinerja pribadinya. Pentingnya informasi laba membuat sebagian
pihak manajemen perusahaan memanipulasi informasi laba perusahaan yang
sesungguhnya. Asimetri informasi akan timbul ketika manajer perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Asimetri informasi
ini memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara prinsipal dan agen untuk saling
mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan pribadinya. Kualitas laba, dalam
akuntansi, merujuk kepada rasionalitas seluruh laba yang dilaporkan. Ini adalah
penilaian sejauh mana laba sebuah perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat
dikendalikan, dan laik bank, di antara faktor- faktor lainnya. Kualitas laba mengakui
fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam antar perusahaan
sebagai fungsi (gabungan) dari karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam
dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya
lebih baik dalam memperkirakan arus kas, ataukah konservatif, atau 2 juga dapat
diramalkan. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

1
operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan
bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor,
menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings
power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Beberapa penelitian
mendukung bahwa manipulasi terhadap earnings juga sering dilakukan oleh
manajemen. Penyusunan earnings dilakukan oleh manajemenyang lebih mengetahui
kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut diprediksi oleh Dechow (1995) dapat
menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi
tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya
sendiri. Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis
perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan
ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan
para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan
konflik keagenan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang perlu
dikemukakan, yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan Analisis Kualitas Laba?
2.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tim kelompok menentukan tujuan penulisan
makalah yaitu untuk memiliki pemahaman atas Analisis Kualitas Laba.

2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Quality of Earnings Analisys
2.1.1 Kualitas Laba
Kualitas laba adalah ukuran untuk mencocokkan apakah keuntungan yang
diperoleh sama dengan perkiraan yang sebelumnya direncanakan. Kalau semakin
dekat dengan perencanaan awal, berarti kualitas labanya tinggi. Melakukan analisis
terhadap laba tidak hanya dapat dilakukan dengan hanya sekedar melihat angka dari
laba yang dilaporkan. Proses pelaporan angka tersebut merupakan proses yang
panjang, melibatkan berbagai metode, asumsi dan estimasi dalam sebuah pemisahan
batas (cut-off) periode akuntansi yang lazim disebut dengan tahun takwim (financial
year). Financial Accounting Standards Board (FASB) dan International Accounting
Standards Board (IASB) tidak memberikan definisi pasti tentang kualitas laba namun,
mereka memberikan rincian mengenai karakteristik kualitatif yang menunjukkan
bahwa informasi mengenai laba perusahaan dapat dikatakan berkualitas tinggi seperti:
relevansi (relevance), pengungkapan yang jujur (faithful representation),
komparabilitas (comparability), keterbuktian (verifiability), ketepat waktuan
(timeliness), dan kemudahan untuk dimengerti (understandability).
Pengertian kualitas laba menurut Dictionary of Accounting Terms (Shimdan
Siegel, 2000) adalah besarnya laba bersih menggambarkan kinerja operasi sebuah
perusahaan yang sesungguhnya - hasil yang dilaporkan tidak dengan sengaja
disajikan lebih besar atau lebih rendah oleh manajemen. Dechow and Schrand (2004)
mendefinisikan kualitas laba sebagai cara mengukur seberapa baik pendapatan
mencerminkan kinerja perusahaan yang sebenarnya. Dalam penelitian (Farichah,
2017) menyebutkan kualitas laba sangat menentukan keputusan yang akan diambil
oleh pemegang saham terkait dengan perusahaan. Ukuran yang digunakan untuk
menilai apakah kualitas laba tinggi atau rendah, salah satunya adalah persistensi laba.
Laba persisten adalah laba yang dapat mencerminkan keberlangsungan laba
(sustainable earning) di masa yang akan 5 datang yang ditentukan oleh komponen

3
akrual dan arus kasnya. Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan
dimasa yang akan datang yang tercermin dari laba tahun berjalan. Oleh karena itu,
persistensi laba dapat digunakan sebagai indikator laba masa depan.
Menurut White, Sondhi dan Fried (1998, 956), Indikator Kualitas Laba yang baik
adalah:
1. Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif
2. Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan harga-harga
mengalami peningkatan)
3. Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi terhadap piutang
dan kerugian kredit dimasa lalu.
4. Menggunakan metode penyusutan dipercepat dan umur yang singkat.
5. Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak berwujud
lainnya.
6. Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya overhead.
7. Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak komputer.
8. Membebankan langsung biaya awal untuk operasi-operasi baru.
9. Menggunakan metode kontrak penuh dalam akuntansi pekerjaan dalam
jangka panjang.
10. Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan hukum dan kerugian
kontijensi.
11. Meminimalkan penggunaan teknik pembiayaan off-balance sheet.
12. Tidak memperhitungkan keuntungan yang tidak berulang (non-recurring
gains).
13. Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas.
14. Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai.
15. Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam rencana manfaat
untuk karyawan (employee benefit plans).
Kualitas laba memiliki arti berbeda untuk berbagai pihak. Analis
mendefinisikan QOE sebagai sejauh mana perusahaan mengaplikasikan
koservatisme – perusahaan dengan QOE yang lebih tinggi diharapkan

4
memiliki 6 rasio Price Earning Ratio (PER) yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan dengan QOE rendah.
2.1.2 Analisis QOE pada Income Statement
Pengeluaran yang fleksibel (discretionary expenditures) merupakan
pengeluaran yang dapat dipindahkan antar periode untuk membuat cadangan
dan atau mempengaruhi laba. Untuk alasan tersebut pengeluaran ini
memerlukan perhatian khusus. Pengeluaran ini seringkali disajikan pada
income statement atau catatan atas laporan keuangan, oleh karena itu evaluasi
pengeluaran inimengacu pada analisis QOE pada income statement. Dua
contoh pengeluaran ini yaitu:
1. Beban Iklan.
Sebagian besar pengeluaran untuk iklan memiliki dampak yang melampaui
periode saat ini. Hal ini merupakan penyebab lemahnya hubungan antara
beban iklan dengan kinerja jangka pendek perusahaan. Manajer dalam kasus
tertentu dapat mengurangi beban iklan tanpa menimbulkan pengaruh
langsung terhadap penjualan. Namun tindakan ini akan berdampak buruk
terhadap penjualan jangka panjang. Analis harus memperhatikan perubahan
beban iklan setiap tahun untuk menilai dampaknya terhadap penjualan di
masa yang akan datang dan QOE.
2. Beban penelitian dan pengembangan.
Biaya penelitian dan pengembangan atau litbang (R&D) merupakan
pengeluaran dalam laporan keuangan yang paling sulit untuk dianalisis dan
diinterpretasikan. Beban litbang ini penting,tidak hanya karena jumlahnya
tetapi juga karena dampaknya terhadap kinerja di masa yang akang datang.
Terdapat berbagai kasus aktivitas penelitian dan pengembangan yang
berhasil pada bidang genetika, kimia, elektronik, fotografi, dan biologi tetapi
setiap proyek yang berhasil juga diiringi oleh sejumlah kegagalan.
Kegagalan penelitian ini mencerminkan sejumlah besar beban atau
penghapusan beban yang tidak memiliki manfaat yang dapat diukur. Tujuan
analisis adalah untuk menentukan jumlah biaya litbang saat ini yang

5
mempunyai manfaat masa depan.
Beberapa pengeluaran yang fleksibel lainnya yang berdampak pada kinerja
di masa yang akan datang adalah biaya pelatihan, penjualan, pengembangan
kemampuan manajer, serta perbaikan dan pemeliharaan. Meskipun biaya ini
biasanya dibebankan pada periode terjadinya, 7 biaya ini sering kali
memiliki manfaat masa depan. Faktor Eksternal dari QOE dipengaruhi oleh
faktor di luar perusahaan. Salah satu faktor adalah laba luar negeri yang
dipengaruhi kesulitan dan ketidakpastian pengembalian dana, fluktuasi mata
uang, kondisi politik dan sosial, aturan dan pungutan lokal. Pada Negara
tertentu, perusahaan tidak bebas untuk memutuskan hubungan kerja
karyawan sehingga biaya tenaga kerja menjadi biaya tetap. Faktor lain yang
mempengaruhi QOE adalah undang-undang, misalnya undang-undang
lingkungan hidup atas suatu perusahaan listrik mempengaruhi QOE-nya.
Stabilitas dan reliabilitas sumber laba juga mempengaruhi QOE. Pendapatan
yang terkait dengan pertahanan pemerintah sangat andal ketika hubungan
internasional memanas, tetapi terpengaruh pada kejadian politik sedang
aman. Tingkat perubahan harga pun mempengaruhi QOE. Terakhir,
kerumitan operasional mempengaruhi QOE.
2.1.3 Penilaian dan Pengukuran Kualitas Laba
Kualitas Laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka penilaian
kualitas laba yang dapat dilakukan sesuai Hawkins (1998, 178) adalah: 1.
Mengukur dengan menggunakan skala: Baik atau tinggi dan buruk atau
rendah, yang perlu diingat bahwa seberapa baik dan seberapa buruk adalah
hal yang sulit dilakukan, apalagi jika harus dikuantifikasi dalam angka-
angka. 2. Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu: Lebih baik atau lebih
buruk, dimana juga perlu diingat bahwa seberapa banyak menjadi lebih baik
atau buruk tidak dapat ditentukan dengan pasti. Schipper dan Vincent (2003)
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan
cara menentukan kualitaslaba. Yaitu berdasarkan sifat runtun-waktu laba,
kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan

6
variabilitas, serta berdasarkan kualitas.
2.1.4 Karakteristik Kualitas Laba
Laba bersih (net earnings) adalah merupakan titik awal dalam melakukan
penilaian terhadap kualitas laba. Tujuan analisis yang berbeda, akan
menyebabkan 8 pertimbangan-pertimbangan yang berbeda mengenai
karakteristik dari suatu laba. Kualitas laba mengacu pada kemampuan laba
yang dilaporkan untuk mencerminkan kebenaran laba perusahaan, serta
kegunaan laba yang dilaporkan untuk memprediksi laba masa depan
(Bellovary. dkk , 2005). Kualitas laba merupakan informasi penting yang
dapat digunakan oleh publik dan dapat digunakan oleh investor untuk
menilai perusahaan. Laba yang berkualitas dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan sehingga tingginya kualitas laba yang dimiliki oleh
perusahaan dapat membuat keputusan yang diambil oleh investor adalah
tepat. Hal ini dikarenakan sedikitnya gangguan persepsi dalam laba
akuntansi. Menurut Chandrarin (2003), laba yang berkualitas mempunyai
sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsi di dalamnya. Selain itu,
laba dikatakan berkualitas jika laba dapat mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan yang sesungguhnya.
2.2 Gambaran Umum Dan Kerangka Kelembagaan Untuk Pelaporan Keuangan
Biasanya ada pemisahan antara kepemilikan dan manajemen di perusahaan publik.
Laporan keuangan berfungsi sebagai kendaraan melalui mana pemilik melacak situasi
keuangan perusahaan mereka. Secara periodik, perusahaan biasanya menghasilkan tiga
laporan keuangan utama: (1) laporan laba rugi yang menggambarkan kinerja operasi selama
periode waktu tertentu, (2) neraca yang menyatakan aset perusahaan dan bagaimana mereka
dibiayai, dan (3) ) laporan arus kas (atau di beberapa negara, laporan arus dana) yang
merangkum arus kas (atau dana) perusahaan. Pernyataan- pernyataan ini disertai dengan
catatan kaki yang memberikan rincian tambahan pada item baris laporan keuangan, serta
diskusi naratif manajemen tentang kinerja perusahaa di bagian Analisis dan Pembahasan
Manajemen. Untuk mengevaluasi secara efektif kualitas data laporan keuangan perusahaan,

7
analis harus terlebih dahulu memahami fitur dasar pelaporan keuangan dan kerangka
kelembagaan yang mengaturnya,
Akuntansi Akrual
Salah satu fitur mendasar dari laporan keuangan perusahaan adalah bahwa laporan
tersebut disusun menggunakan akuntansi akrual daripada akuntansi kas. Tidak seperti
akuntansi kas, akuntansi akrual membedakan antara pencatatan biaya dan manfaat yang
terkait dengan kegiatan ekonomi dan pembayaran aktual dan penerimaan uang tunai. Laba
bersih adalah indeks kinerja periodik utama di bawah akuntansi akrual. Untuk menghitung
laba bersih, pengaruh transaksi ekonomi dicatat berdasarkan penerimaan dan pembayaran
kas yang diharapkan, tidak harus aktual. Penerimaan kas yang diharapkan dari pengiriman
produk atau jasa diakui sebagai pendapatan, dan arus kas keluar yang diharapkan terkait
dengan pendapatan ini diakui sebagai beban.
Meskipun ada banyak aturan dan konvensi yang mengatur persiapan perusahaan
laporan keuangan, hanya ada beberapa blok bangunan konseptual yang membentuk dasar
akuntansi akrual. Definisi berikut sangat penting untuk laporan pendapatan, yang
merangkum pendapatan dan pengeluaran perusahaan:
• Pendapatan adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh selama periode
waktu tertentu. Pengakuan pendapatan diatur oleh prinsip realisasi, yang menetapkan
bahwa pendapatan harus diakui ketika (a) perusahaan telah menyediakan semua, atau
secara substansial semua, barang atau jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan dan
(b) pelanggan telah membayar tunai atau diharapkan membayar tunai dengan tingkat
kepastian yang wajar
• Beban adalah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam suatu periode
waktu. Pengakuan biaya adalah diatur oleh prinsip-prinsip pencocokan dan konservatisme.
Di bawah prinsip-prinsip ini, beban adalah biaya sumber daya (a) terkait langsung dengan
pendapatan yang diakui dalam periode yang sama, (b) terkait dengan manfaat yang
dikonsumsi dalam periode waktu ini, atau (c) yang manfaatnya di masa depan tidak pasti.
• Laba adalah selisih antara pendapatan dan beban perusahaan dalam suatu
periode waktu

8
Oleh karena itu, hubungan mendasar berikut ini tercermin dalam pendapatan
perusahaan:
penyataan:
Laba = Pendapatan Beban
Sebaliknya, neraca adalah ringkasan pada satu titik waktu. Prinsip-prinsip yang
mendefinisikan aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan adalah sebagai berikut:
• Aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang (a)
mungkin menghasilkan masa depan manfaat ekonomi dan (b) dapat diukur dengan tingkat
kepastian yang wajar.
• Kewajiban adalah kewajiban ekonomi suatu perusahaan yang timbul dari
manfaat yang diterima dalam masa lalu bahwa (a) harus dipenuhi dengan tingkat kepastian
yang wajar dan (b) yang waktunya ditentukan dengan cukup baik.
• Ekuitas adalah perbedaan antara aset perusahaan dan kewajibannya.
Definisi aset, kewajiban, dan ekuitas mengarah pada hubungan mendasar yang
mengatur neraca perusahaan:
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Pendelegasian Pelaporan kepada Manajemen
Sementara definisi dasar elemen laporan keuangan perusahaan sederhana, aplikasi
dalam praktek sering melibatkan penilaian yang kompleks. Misalnya, bagaimana
seharusnya pendapatan diakui ketika sebuah perusahaan menjual tanah kepada pelanggan
dan juga menyediakan pembiayaan pelanggan? Jika pendapatan diakui sebelum uang tunai
dikumpulkan, bagaimana seharusnya potensi default? diperkirakan? Apakah pengeluaran
terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan, yang imbalannya tidak pasti, aset
atau pengeluaran saat terjadi? Apakah komitmen kontrak di bawah pengaturan sewa atau
kewajiban rencana pasca-pensiun? Jika demikian, bagaimana mereka harus dihargai?
Karena manajer perusahaan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bisnis
perusahaan mereka, mereka dipercayakan dengan tugas utama membuat penilaian yang
tepat dalam menggambarkan segudang transaksi bisnis menggunakan kerangka dasar
akuntansi akrual. Itu diskresi akuntansi yang diberikan kepada manajer berpotensi berharga
karena memungkinkan mereka mencerminkan informasi orang dalam dalam laporan

9
keuangan yang dilaporkan. Namun, karena investor melihat keuntungan sebagai ukuran
kinerja manajer, manajer memiliki insentif untuk menggunakan kebijaksanaan akuntansi
mereka untuk mendistorsi laba yang dilaporkan dengan membuat asumsi yang bias.
Selanjutnya, penggunaan angka akuntansi dalam kontrak antara perusahaan dan pihak luar
memberikan motivasi untuk manipulasi manajemen angka akuntansi.
Manajemen laba ini mendistorsi data akuntansi keuangan, sehingga kurang berharga
bagi pengguna laporan keuangan eksternal. Oleh karena itu, pendelegasian keputusan
pelaporan keuangan kepada manajer memiliki biaya dan manfaat. Aturan akuntansi dan
audit adalah mekanisme yang dirancang untuk mengurangi biaya dan mempertahankan
manfaat pendelegasian pelaporan keuangan kepada manajer perusahaan. Undang-undang
Sarbanes-Oxley meningkatkan keterlibatan komite audit dewan direksi perusahaan dan
memerlukan sertifikasi pribadi dari CEO dan CFO mengenai kelayakan laporan keuangan
sebagai cara untuk mengurangi biaya delegasi ini. Sistem hukum digunakan untuk
mengadili perselisihan antara manajer, auditor, dan investor.
Prinsip Akuntansi yang Diterima Secara Umum
Mengingat bahwa sulit bagi investor luar untuk menentukan apakah manajer telah
menggunakan fleksibilitas akuntansi untuk memberi sinyal informasi kepemilikan mereka
atau hanya untuk menyamarkan kenyataan, sejumlah konvensi akuntansi telah berkembang
untuk mengurangi masalah tersebut. Misalnya, di sebagian besar negara, laporan keuangan
disusun menggunakan konvensi biaya historis, di mana aset dan kewajiban dicatat pada
harga pertukaran historis daripada nilai wajar, nilai penggantian, atau nilai pakai. Hal ini
mengurangi kemampuan manajer untuk melebih-lebihkan nilai aset yang telah mereka
peroleh atau kembangkan, atau untuk mengecilkan nilai kewajiban. Tentu saja, biaya
historis juga membatasi informasi yang tersedia bagi investor tentang potensi aset
perusahaan, karena harga pertukaran masa lalu biasanya berbeda dari nilai wajar atau nilai
pakai. Sebagai pengakuan atas hal ini, pembuat standar utama dunia semakin menuntut
penggunaan akuntansi nilai wajar dalam standar masing-masing.
2.2.1 Pengantar Akuntansi Nilai Wajar
Standar akuntansi AS dan internasional mengharuskan perusahaan untuk
menggunakan akuntansi nilai wajar (FVA) untuk menilai aset keuangan tertentu. Aturan

10
menentukan jenis aset mana yang harus dicatat pada nilai wajar, dan mana yang dinilai
pada biaya perolehan. Mereka juga menentukan bagaimana mencatat keuntungan dan
kerugian yang belum direalisasi dari penggunaan nilai wajar, dan bagaimana mengukur
nilai wajar.
Berdasarkan aturan, surat berharga dan derivatif harus dinilai pada nilai wajarnya.
Instrumen keuangan (seperti surat utang) dilaporkan pada nilai wajar jika manajemen
mengantisipasi bahwa instrumen tersebut akan diperdagangkan di masa depan, atau jika
berpotensi tersedia untuk diperdagangkan. Sebaliknya, instrumen utang yang diantisipasi
manajer untuk dipegang hingga jatuh tempo dilaporkan sebesar biaya perolehan.
Standar juga menentukan apakah keuntungan atau kerugian dari revisi nilai wajar
harus muncul dalam laporan laba rugi atau langsung dimasukkan dalam ekuitas.
Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi atas surat-surat berharga, instrumen
keuangan yang diperdagangkan, dan derivatif yang tidak
dimiliki untuk tujuan lindung nilai termasuk dalam laba bersih. Untuk instrumen keuangan
yang tersedia untuk dijual atau derivatif yang dimiliki sebagai bagian dari pengaturan
lindung nilai, setiap keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi langsung masuk ke
ekuitas pemilik dan tidak mengalir melalui pendapatan.
Akhirnya, pembuat standar telah mengakui bahwa pelaporan aset keuangan pada
nilai wajarnya melibatkan berbagai tingkat subjektivitas tergantung pada likuiditas dan
transparansi pasar aset yang bersangkutan. Standar tersebut telah membentuk hierarki untuk
mengukur nilai wajar aset keuangan. Instrumen yang diperdagangkan di pasar yang likuid
dan teratur disebut instrumen Level One dan dinilai menggunakan harga pasar terkini.
Aset keuangan yang tidak diperdagangkan di pasar yang likuid, tetapi dapat dinilai
dengan menggunakan model keuangan yang inputnya tersedia dari pasar likuid, disebut aset
Tingkat Dua dan dinilai menggunakan model keuangan dan harga input pasar. Akhirnya,
beberapa instrumen dapat dinilai dengan menggunakan model keuangan tetapi
mengharuskan manajer untuk memperkirakan inputnya. Ini disebut aset Tingkat Tiga, dan
memerlukan pertimbangan manajemen yang cukup untuk memperkirakan nilai wajarnya.
Krisis keuangan tahun 2008 menunjukkan tantangan dalam memperkirakan nilai
wajar instrumen keuangan ketika pasar untuk sekuritas yang bersangkutan sangat tidak

11
likuid. Demikian halnya dengan sekuritas berbasis hipotek, yang merupakan klaim atas arus
kas dari pinjaman hipotek perumahan yang dibuat melalui proses yang dikenal sebagai
sekuritisasi.
Banyak dari sekuritas ini dimiliki oleh lembaga keuangan di seluruh dunia. Ketika
ketidakpastian tentang tingkat default pinjaman hipotek dan penurunan nilai properti yang
mendasarinya meningkat, pasar untuk sekuritas berbasis hipotek menjadi sangat tidak
likuid dan ada variasi yang luas dalam nilai yang dilaporkan di neraca bank dan perusahaan
investasi yang memiliki sekuritas.
2.3 Langkah-Langkah Dalam Melakukan Analisis Akuntansi
Serangkaian langkah yang dapat diikuti oleh seorang analis untuk mengevaluasi
kualitas akuntansi perusahaan:

1. Identifikasi Kebijakan Akuntansi Utama


Salah satu tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi
seberapa baik faktor keberhasilan dan risiko ini dikelola oleh perusahaan. Oleh
karena itu, dalam analisis akuntansi, analis harus mengidentifikasi dan
mengevaluasi kebijakan dan estimasi yang digunakan perusahaan untuk mengukur
faktor dan risiko kritisnya.
Faktor kunci keberhasilan dalam industri perbankan meliputi tingkat suku
bunga dan manajemen risiko kredit; dalam industri ritel, manajemen persediaan itu
penting; dan untuk produsen yang bersaing dalam kualitas dan inovasi produk,
penelitian dan pengembangan, dan cacat produk setelah penjualan adalah bidang
utama yang menjadi perhatian. Faktor keberhasilan yang signifikan dalam bisnis
leasing adalah membuat perkiraan yang akurat tentang nilai sisa dari peralatan yang
disewa pada akhir masa sewa. Dalam setiap kasus ini, analis harus mengidentifikasi
tindakan akuntansi yang digunakan perusahaan untuk menangkap konstruksi bisnis
ini, kebijakan yang menentukan bagaimana tindakan tersebut diterapkan, dan
perkiraan penting yang tertanam dalam kebijakan ini.
Misalnya, ukuran akuntansi yang digunakan bank untuk menangkap risiko
kredit adalah cadangan kerugian pinjaman, dan ukuran akuntansi yang menangkap

12
kualitas produk untuk produsen adalah biaya garansi dan cadangan. Untuk sebuah
perusahaan di industri penyewaan peralatan, salah satu kebijakan akuntansi yang
paling penting adalah cara nilai residu dicatat. Nilai sisa mempengaruhi laba yang
dilaporkan perusahaan dan basis asetnya. Jika nilai residu ditaksir terlalu tinggi,
perusahaan menanggung risiko harus melakukan penghapusan yang besar di masa
depan.
2. Menilai Fleksibilitas Akuntansi
Tidak semua perusahaan memiliki fleksibilitas yang sama dalam memilih
kebijakan dan estimasi akuntansi mereka. Pilihan akuntansi beberapa perusahaan
sangat dibatasi oleh standar dan konvensi akuntansi. Misalnya, meskipun penelitian
dan pengembangan merupakan faktor kunci keberhasilan bagi perusahaan
bioteknologi, manajer diperusahaan AS tidak memiliki keleluasaan akuntansi dalam
melaporkan aktivitas ini. Demikian pula, meskipun pemasaran dan pembangunan
merek sangat penting untuk keberhasilan perusahaan barang konsumsi, mereka
diharuskan untuk mengeluarkan semua pengeluaran pemasaran mereka. Sebaliknya,
mengelola risiko kredit adalah salah satu faktor penentu keberhasilan bank, dan
manajer bank memiliki kebebasan untuk memperkirakan default yang diharapkan
atas pinjaman mereka. Demikian pula, pengembang perangkat lunak memiliki
fleksibilitas untuk memutuskan pada titik mana dalam siklus pengembangan mereka
pengeluaran dapat dikapitalisasi.
Jika manajer memiliki sedikit fleksibilitas dalam memilih kebijakan dan
estimasi akuntansi yang terkait dengan faktor kunci keberhasilan mereka, data
akuntansi cenderung kurang informatif untuk memahami ekonomi perusahaan. Hal
seperti itu mungkin terjadi pada perusahaan bioteknologi AS yang diharuskan
mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan. Sebaliknya, jika manajer
memiliki fleksibilitas dalam memilih kebijakan dan estimasi (seperti dalam kasus
bank dalam melaporkan risiko kredit), angka akuntansi berpotensi menjadi
informatif, tergantung pada bagaimana manajer menggunakan fleksibilitas ini.
Terlepas dari tingkat fleksibilitas akuntansi yang dimiliki manajer
perusahaan dalam mengukur faktor kunci keberhasilan dan risiko mereka, mereka

13
memiliki beberapa fleksibilitas sehubungan dengan kebijakan akuntansi lainnya.
Misalnya, perusahaan harus membuat pilihan sehubungan dengan kebijakan
penyusutan (metode garis lurus atau dipercepat), kebijakan akuntansi persediaan
(LIFO untuk perusahaan AS, FIFO, atau Biaya Rata-rata), dan kebijakan mengenai
estimasi pensiun dan imbalan pasca-kerja lainnya (pengembalian yang diharapkan
atas aset program, tingkat diskonto untuk kewajiban, dan tingkat kenaikan upah dan
biaya perawatan kesehatan). Karena semua pilihan kebijakan ini dapat memiliki
dampak yang signifikan pada kinerja yang dilaporkan perusahaan, mereka
menawarkan kesempatan bagi perusahaan untuk mengelola jumlah yang dilaporkan
dan harus menjadi fokus analisis dalam langkah ini.

3. Evaluasi Strategi Akuntansi


Ketika manajer memiliki fleksibilitas akuntansi, mereka dapat
menggunakannya untuk mengkomunikasikan situasi ekonomi perusahaan atau
untuk menyembunyikan kinerja yang sebenarnya. Beberapa pertanyaan yang bisa
tanyakan dalam memeriksa bagaimana manajer menggunakan fleksibilitas
akuntansi mereka meliputi:
• Bagaimana kebijakan akuntansi perusahaan dibandingkan dengan norma-
norma dalam industri? Jikamereka berbeda, apakah karena strategi bersaing
perusahaan itu unik? Misalnya, pertimbangkan sebuah perusahaan yang melaporkan
tunjangan garansi yang lebih rendah daripada industri rata-rata. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa perusahaan bersaing atas dasar kualitas tinggi dan telah
menginvestasikan sumber daya yang cukup besar untuk mengurangi tingkat
kegagalan produk. Penjelasan lain adalah bahwa perusahaan hanya mengecilkan
kewajiban garansinya.
• Apakah manajer menghadapi insentif yang kuat untuk menggunakan
kebijaksanaan akuntansi untuk mengelola pendapatan? Misalnya, apakah
perusahaan hampir melanggar perjanjian obligasi? Atau apakah para manajer
mengalami kesulitan memenuhi target bonus berbasis akuntansi? Apakah
manajemen memiliki saham yang signifikan? Apakah perusahaan berada di tengah

14
pertarungan proksi atau negosiasi serikat pekerja? Manajer juga dapat membuat
keputusan akuntansi untuk mengurangi pembayaran pajak atau untuk
mempengaruhi persepsi pesaing perusahaan.
• Apakah perusahaan mengubah kebijakan atau perkiraannya? Apa
pembenarannya? Apa dampak dari perubahan-perubahan tersebut? Misalnya, jika
biaya garansi menurun, apakah karena perusahaan melakukan investasi yang
signifikan untuk meningkatkan kualitas?
apakah karena perusahaan melakukan investasi yang signifikan untuk
meningkatkan kualitas? Contoh perusahaan mungkin melebih-lebihkan pendapatan
mereka dan mengecilkan pengeluaran mereka selama tahun itu dengan
memanipulasi laporan triwulanan, yang tidak tunduk pada eksternal penuh
mengaudit. Namun, proses audit pada akhir tahun fiskal memaksa perusahaan
tersebut untuk membuat penyesuaian kuartal keempat yang besar, memberikan
kesempatan untuk analis untuk menilai kualitas pelaporan interim perusahaan.
Demikian pula, perusahaan yang mendepresiasi aset tetap terlalu lambat akan
dipaksa untuk melakukan penghapusan besar-besaran nanti.
• Apakah perusahaan menyusun transaksi bisnis yang signifikan sehingga
dapat mencapaitujuan akuntansi tertentu? Misalnya, di bawah standar akuntansi saat
ini, perusahaan leasing dapat mengubah persyaratan sewa (panjang sewa atau
pembelian murah) opsi pada akhir masa sewa) sehingga transaksi memenuhi syarat
sebagai tipe penjualansewa untuk lessor.
4. Evaluasi Kualitas Pengungkapan
Manajer dapat membuatnya lebih atau kurang mudah bagi seorang analis
untuk menilai akuntansi perusahaan kualitas dan menggunakan laporan
keuangannya untuk memahami realitas bisnis. Sementara aturan akuntansi
memerlukan jumlah pengungkapan minimum tertentu, manajer memiliki cukup
banyak pilihan dalam soal. Oleh karena itu, kualitas pengungkapan merupakan
dimensi penting dari kualitas akuntansi. Dalam menilai kualitas pengungkapan
perusahaan, seorang analis dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
• Apakah perusahaan memberikan pengungkapan yang memadai untuk

15
menilai strategi bisnis perusahaan dan konsekuensi ekonominya? Misalnya,
beberapa perusahaan menggunakan Surat untuk Pemegang saham dalam laporan
tahunan mereka untuk menjelaskan dengan jelas kondisi industri perusahaan, posisi
kompetitifnya, dan rencana manajemen untuk masa depan. Orang lain
menggunakan surat untuk membual kinerja keuangan perusahaan dan menutupi
setiap kesulitan kompetitif yang mungkin dihadapi perusahaan.
• Apakah catatan kaki menjelaskan secara memadai kebijakan dan asumsi
akuntansi utama? dan logika mereka? Misalnya, jika kebijakan pengakuan
pendapatan dan beban perusahaan berbeda dari norma industri, perusahaan dapat
menjelaskan pilihannya dalam catatan kaki. Demikian pula, ketika ada perubahan
signifikan dalam kebijakan perusahaan, catatan kaki dapat digunakan untuk
mengungkapkan alasannya.
• Apakah perusahaan cukup menjelaskan kinerjanya saat ini? Beberapa
perusahaan menggunakan bagian ini untuk menghubungkan kinerja keuangan
dengan kondisi bisnis. Misalnya, jika margin keuntungan turun dalam satu periode,
apakah karena persaingan harga atau karena kenaikan biaya produksi? Jika
penjualan dan umum biaya administrasi naik, apakah karena perusahaan
berinvestasi dalam strategi diferensiasi yang berbeda, atau karena biaya overhead
yang tidak produktif meningkat?
• Jika aturan dan konvensi akuntansi membatasi perusahaan untuk mengukur
faktor kunci suksesnya secara tepat, apakah perusahaan menyediakan
pengungkapan tambahan yang memadai untukmembantu orang luar memahami
bagaimana faktor-faktor ini dikelola? Misalnya, jika perusahaan berinvestasi dalam
kualitas produk dan layanan pelanggan, aturan akuntansi tidak mengizinkan
manajemen untuk mengkapitalisasi pengeluaran ini, bahkan ketika manfaat masa
depan sudah pasti. MD&A perusahaan dapat digunakan untuk menyoroti bagaimana
pengeluaran ini dilakukan oleh pria dan konsekuensi kinerjanya. Misalnya,
perusahaan dapat mengungkapkan indeks fisik tingkat cacat dan kepuasan
pelanggan sehingga pihak luar dapat menilai kemajuan yang dibuat di bidang-
bidang ini dan konsekuensi arus kas masa depan dari tindakan ini.

16
• Jika sebuah perusahaan berada di beberapa segmen bisnis, bagaimana
kualitas pengungkapan segmen? Beberapa perusahaan memberikan diskusi yang
sangat baik tentang kinerja mereka berdasarkan segmen produk dan segmen
geografis. Yang lain menyatukan banyak bisnis yang berbeda menjadi satu segmen
luas. Tingkat persaingan dalam industri dan kesediaan manajemen untuk berbagi
data kinerja yang dipisahkan mempengaruhi kualitas segmen perusahaan
penyingkapan
• Bagaimana sikap manajemen terhadap berita buruk? Pengungkapan
perusahaan kualitas paling jelas diungkapkan oleh cara manajemen menangani
berita buruk. Melakukan itu cukup menjelaskan alasan kinerja yang buruk? Apakah
perusahaan dengan jelas? mengartikulasikan strateginya, jika ada, untuk mengatasi
masalah kinerja perusahaan?
• Seberapa baik program hubungan investor perusahaan? Apakah
perusahaan memberikan fakta? buku dengan data rinci tentang bisnis dan kinerja
perusahaan? Apakah manajemen? diakses oleh analis?

5. Identifikasi Potensi Red Flags


Indikator-indikator ini menyarankan bahwa analis harus memeriksa item
tertentu lebih dekat atau mengumpulkan lebih banyak informasi tentangnya.
Beberapa bendera merah yang umum adalah sebagai berikut:
• Perubahan akuntansi yang tidak dapat dijelaskan, terutama ketika
kinerjanya buruk. Ini mungkin menunjukkan bahwa manajer menggunakan
kebijaksanaan akuntansi mereka untuk "mendandani" laporan keuangan mereka
• Transaksi yang tidak dapat dijelaskan yang meningkatkan keuntungan.
Misalnya, perusahaan mungkin melakukan transaksi neraca, seperti penjualan aset
atau utang untuk pertukaran ekuitas, untuk merealisasikan keuntungan pada periode
ketika kinerja operasi buruk.
• Peningkatan persediaan yang tidak biasa sehubungan dengan peningkatan
penjualan. Jika penumpukan persediaan disebabkan oleh peningkatan persediaan
barang jadi, itu bisa menjadi tanda bahwa permintaan produk perusahaan melambat,

17
menunjukkan bahwa perusahaan mungkin terpaksa memotong harga (dan karenanya
memperoleh margin yang lebih rendah) atau menulis menurunkan inventarisnya.
Penumpukan dalam persediaan barang dalam proses cenderung menjadi kabar baik
rata-rata, mungkin menandakan bahwa manajer mengharapkan peningkatan
penjualan. Jika peningkatannya terjadi pada bahan mentah, hal itu dapat
menunjukkan inefisiensi manufaktur atau pengadaan, yang menyebabkan
peningkatan harga pokok penjualan (dan karenanya menurunkan margin).
• Meningkatnya kesenjangan antara pendapatan yang dilaporkan perusahaan
dan arus kasnya dari operasi kegiatan. Meskipun sah untuk angka akuntansi akrual
berbeda dari arus kas, biasanya ada hubungan yang stabil antara keduanya jika
kebijakan akuntansi perusahaan tetap sama. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam
hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas operasi mungkin menunjukkan
perubahan halus dalam perkiraan akrual perusahaan. Misalnya, perusahaan yang
melakukan kontrak konstruksi besar mungkin menggunakan metode persentase
penyelesaian untuk mencatat pendapatan.
• Kesenjangan yang meningkat antara pendapatan yang dilaporkan
perusahaan dan pendapatan pajaknya.
• Kecenderungan untuk menggunakan mekanisme pembiayaan seperti kapal
mitra penelitian dan pengembangan, entitas tujuan khusus, dan penjualan piutang
dengan recourse. Meskipun pengaturan ini mungkin memiliki logika bisnis yang
baik, pengaturan ini juga dapat memberi manajemen kesempatan untuk
mengecilkan kewajiban perusahaan dan/atau melebih-lebihkan asetnya.
• Penghapusan aset besar yang tidak terduga. Ini mungkin menunjukkan
bahwa manajemen lambat untuk memasukkan perubahan keadaan bisnis ke dalam
estimasi akuntansinya. Penghapusan aset mungkin juga merupakan akibat dari
perubahan tak terduga dalam keadaan bisnis
• Penyesuaian besar pada kuartal keempat. Laporan tahunan perusahaan
diaudit oleh auditor eksternal, tetapi laporan keuangan interimnya biasanya hanya
ditinjau. Jika manajemen perusahaan enggan untuk membuat estimasi akuntansi
yang tepat (seperti penyisihan piutang tak tertagih) dalam laporan interimnya,

18
perusahaan dapat dipaksa untuk membuat penyesuaian pada akhir tahun sebagai
akibat dari tekanan dari auditor eksternalnya. Oleh karena itu, pola penyesuaian
kuartal keempat yang konsisten dapat mengindikasikan manajemen pelaporan
interim yang agresif
• Opini audit yang memenuhi syarat atau perubahan auditor independen
yang tidak dapat dibenarkan. Ini mungkin menunjukkan sikap agresif perusahaan
ataukecenderungan untuk "berbelanja opini".
• Transaksi pihak terkait atau transaksi antar entitas terkait. Transaksi ini
mungkin tidak memiliki objektivitas pasar, dan perkiraan akuntansi manajer yang
terkait dengan transaksi ini cenderung lebih subjektif dan berpotensi melayani diri
sendiri
• Peningkatan yang tidak dapat dijelaskan dalam transaksi kontinjensi dan
off-balance sheet. Jenis transaksi ini dapat menandakan upaya manajemen untuk
menutup-nutupi neraca perusahaan.
6. Urungkan Distorsi Akuntansi
Jika analisis akuntansi menunjukkan bahwa angka yang dilaporkan
perusahaan menyesatkan, analis harus mencoba untuk menyatakan kembali angka
yang dilaporkan untuk mengurangi distorsi sejauh mungkin. Tentu saja, hampir
tidak mungkin untuk menghilangkan distorsi secara sempurna hanya dengan
menggunakan informasi dari luar. Namun, beberapa kemajuan dapat dibuat ke arah
ini dengan menggunakan laporan arus kas dan catatan kaki laporan keuangan.
Laporan arus kas perusahaan memberikan rekonsiliasi kinerjanya
berdasarkan akuntansi akrual dan akuntansi kas. Jika analis tidak yakin dengan
kualitas akuntansi akrual perusahaan, laporan arus kas memberikan tolok ukur
alternatif kinerjanya. Laporan arus kas juga memberikan informasi tentang
bagaimana item baris individual dalam laporan laba rugi menyimpang dari arus kas
yang mendasarinya. Misalnya, jika seorang analis khawatir bahwa perusahaan
secara agresif mengkapitalisasi biaya tertentu yang harus dibebankan, informasi
dalam laporan arus kas memberikan dasar untuk membuat penyesuaian yang
diperlukan.

19
Catatan kaki laporan keuangan juga memberikan informasi yang berpotensi
berguna dalam menyatakan kembali angka akuntansi yang dilaporkan. Misalnya,
ketika perusahaan mengubah kebijakan akuntansinya, ia memberikan catatan kaki
yang menunjukkan efek perubahan itu jika itu material. Demikian pula, beberapa
perusahaan memberikan informasi tentang rincian perkiraan akrual seperti
penyisihan piutang tak tertagih. Catatan kaki pajak biasanya memberikan informasi
tentang perbedaan antara kebijakan akuntansi perusahaan untuk pelaporan
pemegang saham dan pelaporan pajak. Karena pelaporan pajak seringkali lebih
konservatif daripada pelaporan pemegang saham, informasi dalam catatan kaki
pajak dapat digunakan untuk memperkirakan pendapatan yang dilaporkan kepada
pemegang saham berdasarkan kebijakan yang lebih konservatif.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas akuntansi
Tujuan analisis akuntansi adalah untuk mengevaluasi sejauh mana akuntansi
perusahaan menangkap realitas bisnis yang mendasarinya dan untuk “membatalkan” setiap
distorsi. Ketika distorsi besar, akuntansi analisis dapat menambahkan nilai yang cukup
besar.
Ada tiga potensi sumber kebisingan dan bias dalam data akuntansi:
1. Kebisingan yang disebabkan oleh kekakuan dalam aturan akuntansi
Akuntansi menimbulkan kebisingan dan bias karena seringkali sulit untuk menbatasi
kebijakan manajemen tanpa mengurangi isi informasi dari data akuntansi. Contoh,
pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) NO.2 yang dikeluarkan oleh FASB
mengharuskan perusahaan untuk membebankan pengeluaran penelitian dan
pengembangan pada saat terjadinya. Jelas, beberapa pengeluaran ini memiliki nilai
masa depan sementara yang lain tidak. Namu, karena PSAK 2 tidak memungkin
perusahaan untuk membedakan antara dua jenis pengeluaran, hal itu menyebakan
distorsi sistematis dari angka akuntansi yang dilaporkan. Menariknya, IASB
memungkinkan perusahaan untuk mengkapitalisasikna pengeluaran pengembanga,
yang dianggap memiliki nilai ekonomi masa depan, dan seperti FASB memerlukan
pengeluaran penelitian untuk dibebankan (IAS 38). Oleh karena itu, secara umum,
tingkat distorsi yang diperkenalkan oleh stnadar akunansi tergantung pada seberapa

20
baik standar akuntansi yang seragam menangkap sifat transaksi perusahaan.
2. Kesalahan perkiraan
Sumber kebisingan lain dalam data akuntansi muncul dari kesalahan perkiraan
murni, karena manajer tidak dapatt memprediksi konsekuensi masa depan dari
transaksi saat ini dengan sempurna.
3. Sistematis
Perusahaan juga memperkenalkan kebisingan dan bias dalam data akuntansi melalui
keputusan akuntansi mereka sendiri. Manajer mamiliki berbagai insentif untuk
menggunakan kebijakan akuntansi mereka untuk mencapai tujuan.
 Perjanjian utang berbasis akuntansi. Manajer dapat membuat keputusan
akuntansi untuk memenuhi kewajiban kontrak tertentu dalam perjanjian
utang mereka. Misalnya, perjanjian pinjaman perusahaan dengan bank dan
pemegang utang lainnya mengharuskan mereka untuk memenuhi perjanjian
yang terkait dengan cakupan bunga, rasio modal kerja, dan kekayaan bersih,
semuanya didefinisikan dalam angka akuntansi. Pelanggaran terhadap
perjanjian ini mungkin memakan biaya karena pemberi pinjaman dapat
memicu hukuman termasuk menuntut pembayaran kembali pinjaman
mereka dengan segera. Manajer perusahaan yang hampir melanggar
perjanjian utang memiliki insentif untuk memilih kebijakan akuntansi dan
perkiraan untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian.
 Kompensasi manajemen. Motivasi lain untuk pilihan akuntansi manajer
berasal dari fakta bahwa kompensasi dan keamanan kerja mereka sering
dikaitkan dengan laba yang dilaporkan. Misalnya, banyak manajer puncak
menerima kompensasi bonus jika mereka melebihi target laba tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya. Hal ini memberikan motivasi bagi manajer
untuk memilih kebijakan akuntansi dan estimasi untuk memaksimalkan
ekspektasi mereka kompensasi. (Penghargaan opsi saham juga berpotensi
mendorong manajer untuk mengelola pendapatan. Opsi memberikan insentif
kepada manajer untuk mengecilkan laba sebelum pemberian opsi untuk
menurunkan harga saham perusahaan saat ini dan karenanya harga

21
pelaksanaan opsi, dan untuk meningkatkan pendapatan dan harga saham
pada saat pelaksanaan opsi)
 Kontes kontrol perusahaan. Dalam kontes kontrol perusahaan, termasuk
pengambilalihan yang bermusuhan dan pertarungan proxy, kelompok
manajemen yang bersaing berusaha untuk memenangkan pemegang saham
perusahaan. Angka akuntansi digunakan secara luas dalam memperdebatkan
kinerja pria dalam kontes ini. Oleh karena itu, manajer dapat membuat
keputusan akuntansi untuk mempengaruhi persepsi investor dalam kontes
kontrol perusahaan
 Pertimbangan pajak. Manajer juga dapat membuat pilihan pelaporan untuk
menukar antara pelaporan keuangan dan pertimbangan pajak. Misalnya,
perusahaan A.S. diharuskan menggunakan akuntansi persediaan LIFO untuk
pelaporan pemegang saham agar juga menggunakannya untuk pelaporan
pajak. Di bawah LIFO, ketika harga naik, perusahaan melaporkan laba yang
lebih rendah, sehingga mengurangi pembayaran pajak. Beberapa perusahaan
mungkin mengabaikan pengurangan pajak untuk melaporkan laba yang lebih
tinggi dalam laporan keuangan mereka."
 Pertimbangan regulasi. Sejak nomor akuntansi digunakan oleh regulator
dalam berbagai konteks, manajer dari beberapa perusahaan dapat membuat
keputusan akuntansi untuk mempengaruhi hasil peraturan. Contoh situasi
peraturan di mana nomor akuntansi digunakan termasuk tindakan
antimonopoli, tarif impor untuk melindungi industri dalam negeri, dan
kebijakan pajak.
 Pertimbangan pasar modal. Manajer dapat membuat keputusan akuntansi
untuk mempengaruhi persepsi pasar modal. Ketika ada asimetri informasi
antara manajer dan pihak luar, strategi ini mungkin berhasil mempengaruhi
investor persepsi, setidaknya untuk sementara.""
 Pertimbangan pemangku kepentingan. Manajer juga dapat membuat
keputusan akuntansi untuk mempengaruhi persepsi pemangku kepentingan
penting dalam perusahaan. Misalnya, karena serikat pekerja dapat

22
menggunakan keuntungan yang sehat sebagai dasar untuk menuntut
kenaikan upah, manajer dapat membuat keputusan akuntansi untuk
mengurangi pendapatan ketika mereka menghadapi serikat. negosiasi
kontrak. Di negara-negara seperti Jerman, di mana serikat pekerja kuat,
pertimbangan ini tampaknya memainkan peran penting dalam kebijakan
akuntansi perusahaan. laporan keuangan mencakup pemasok dan pelanggan.
 Pertimbangan kompetitif. Dinamika persaingan dalam suatu industri
mungkin juga
mempengaruhi pilihan pelaporan perusahaan. Misalnya, keputusan
pengungkapan segmen perusahaan mungkin dipengaruhi oleh
kekhawatirannya bahwa pengungkapan terpilah dapat membantu pesaing
dalam keputusan bisnis mereka. Demikian pula, perusahaan mungkin tidak
mengungkapkan data tentang margin mereka berdasarkan lini produk karena
takut memberikan informasi kepemilikan. Akhirnya, perusahaan dapat
mencegah pendatang baru dengan membuat pilihan akuntansi yang
menurunkan pendapatan.
Selain pilihan dan estimasi kebijakan akuntansi, tingkat pengungkapan juga
merupakan penentu penting kualitas akuntansi perusahaan. Manajer perusahaan dapat
memilih kebijakan pengungkapan yang membuatnya lebih atau kurang mahal bagi
pengguna eksternal laporan keuangan untuk memahami gambaran ekonomi sebenarnya dari
bisnis mereka. Peraturan akuntansi biasanya menetapkan persyaratan pengungkapan
minimum, tetapi mereka tidak membatasi manajer untuk secara sukarela memberikan
pengungkapan tambahan. Manajer dapat menggunakan berbagai bagian dari laporan
keuangan, termasuk Surat Kepada Pemegang Saham, Analisis dan Pembahasan
Manajemen, dan catatan kaki, untuk menggambarkan strategi perusahaan, kebijakan
akuntansinya, dan kinerjanya saat ini. Ada variasi luas di seluruh perusahaan dalam cara
manajer menggunakan fleksibilitas pengungkapan mereka."
2.4 Langkah-Langkah Dalam Melakukan Analisis Akuntansi
serangkaian langkah yang dapat diikuti oleh seorang analis untuk mengevaluasi
kualitas akuntansi perusahaan:

23
1. Identifikasi Kebijakan Akuntansi Utama
Salah satu tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi
seberapa baik faktor keberhasilan dan risiko ini dikelola oleh perusahaan. Oleh
karena itu, dalam analisis akuntansi, analis harus mengidentifikasi dan
mengevaluasi kebijakan dan estimasi yang digunakan perusahaan untuk mengukur
faktor dan risiko kritisnya.
Faktor kunci keberhasilan dalam industri perbankan meliputi tingkat suku
bunga dan manajemen risiko kredit; dalam industri ritel, manajemen persediaan itu
penting; dan untuk produsen yang bersaing dalam kualitas dan inovasi produk,
penelitian dan pengembangan, dan cacat produk setelah penjualan adalah bidang
utama yang menjadi perhatian. Faktor keberhasilan yang signifikan dalam bisnis
leasing adalah membuat perkiraan yang akurat tentang nilai sisa dari peralatan yang
disewa pada akhir masa sewa. Dalam setiap kasus ini, analis harus mengidentifikasi
tindakan akuntansi yang digunakan perusahaan untuk menangkap konstruksi bisnis
ini, kebijakan yang menentukan bagaimana tindakan tersebut diterapkan, dan
perkiraan penting yang tertanam dalam kebijakan ini.
Misalnya, ukuran akuntansi yang digunakan bank untuk menangkap risiko
kredit adalah cadangan kerugian pinjaman, dan ukuran akuntansi yang menangkap
kualitas produk untuk produsen adalah biaya garansi dan cadangan. Untuk sebuah
perusahaan di industri penyewaan peralatan, salah satu kebijakan akuntansi yang
paling penting adalah cara nilai residu dicatat. Nilai sisa mempengaruhi laba yang
dilaporkan perusahaan dan basis asetnya. Jika nilai residu ditaksir terlalu tinggi,
perusahaan menanggung risiko harus melakukan penghapusan yang besar di masa
depan.
2. Menilai Fleksibilitas Akuntansi
Tidak semua perusahaan memiliki fleksibilitas yang sama dalam memilih
kebijakan dan estimasi akuntansi mereka. Pilihan akuntansi beberapa perusahaan
sangat dibatasi oleh standar dan konvensi akuntansi. Misalnya, meskipun penelitian
dan pengembangan merupakan faktor kunci keberhasilan bagi perusahaan
bioteknologi, manajer diperusahaan AS tidak memiliki keleluasaan akuntansi dalam

24
melaporkan aktivitas ini. Demikian pula, meskipun pemasaran dan pembangunan
merek sangat penting untuk keberhasilan perusahaan barang konsumsi, mereka
diharuskan untuk mengeluarkan semua pengeluaran pemasaran mereka. Sebaliknya,
mengelola risiko kredit adalah salah satu faktor penentu keberhasilan bank, dan
manajer bank memiliki kebebasan untuk memperkirakan default yang diharapkan
atas pinjaman mereka. Demikian pula, pengembang perangkat lunak memiliki
fleksibilitas untuk memutuskan pada titik mana dalam siklus pengembangan mereka
pengeluaran dapat dikapitalisasi.
Jika manajer memiliki sedikit fleksibilitas dalam memilih kebijakan dan
estimasi akuntansi yang terkait dengan faktor kunci keberhasilan mereka, data
akuntansi cenderung kurang informatif untuk memahami ekonomi perusahaan. Hal
seperti itu mungkin terjadi pada perusahaan bioteknologi AS yang diharuskan
mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan. Sebaliknya, jika manajer
memiliki fleksibilitas dalam memilih kebijakan dan estimasi (seperti dalam kasus
bank dalam melaporkan risiko kredit), angka akuntansi berpotensi menjadi
informatif, tergantung pada bagaimana manajer menggunakan fleksibilitas ini.
Terlepas dari tingkat fleksibilitas akuntansi yang dimiliki manajer
perusahaan dalam mengukur faktor kunci keberhasilan dan risiko mereka, mereka
memiliki beberapa fleksibilitas sehubungan dengan kebijakan akuntansi lainnya.
Misalnya, perusahaan harus membuat pilihan sehubungan dengan kebijakan
penyusutan (metode garis lurus atau dipercepat), kebijakan akuntansi persediaan
(LIFO untuk perusahaan AS, FIFO, atau Biaya Rata-rata), dan kebijakan mengenai
estimasi pensiun dan imbalan pasca-kerja lainnya (pengembalian yang diharapkan
atas aset program, tingkat diskonto untuk kewajiban, dan tingkat kenaikan upah dan
biaya perawatan kesehatan). Karena semua pilihan kebijakan ini dapat memiliki
dampak yang signifikan pada kinerja yang dilaporkan perusahaan, mereka
menawarkan kesempatan bagi perusahaan untuk mengelola jumlah yang dilaporkan
dan harus menjadi fokus analisis dalam langkah ini.
3. Evaluasi Strategi Akuntansi
Ketika manajer memiliki fleksibilitas akuntansi, mereka dapat

25
menggunakannya untuk mengkomunikasikan situasi ekonomi perusahaan atau
untuk menyembunyikan kinerja yang sebenarnya. Beberapa pertanyaan yang bisa
tanyakan dalam memeriksa bagaimana manajer menggunakan fleksibilitas
akuntansi mereka meliputi:
• Bagaimana kebijakan akuntansi perusahaan dibandingkan dengan norma-
norma dalam industri? Jikamereka berbeda, apakah karena strategi bersaing
perusahaan itu unik? Misalnya, pertimbangkan sebuah perusahaan yang melaporkan
tunjangan garansi yang lebih rendah daripada industri rata-rata. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa perusahaan bersaing atas dasar kualitas tinggi dan telah
menginvestasikan sumber daya yang cukup besar untuk mengurangi tingkat
kegagalan produk. Penjelasan lain adalah bahwa perusahaan hanya mengecilkan
kewajiban garansinya.
• Apakah manajer menghadapi insentif yang kuat untuk menggunakan
kebijaksanaan akuntansi untuk mengelola pendapatan? Misalnya, apakah
perusahaan hampir melanggar perjanjian obligasi? Atau apakah para manajer
mengalami kesulitan memenuhi target bonus berbasis akuntansi? Apakah
manajemen memiliki saham yang signifikan? Apakah perusahaan berada di tengah
pertarungan proksi atau negosiasi serikat pekerja? Manajer juga dapat membuat
keputusan akuntansi untuk mengurangi pembayaran pajak atau untuk
mempengaruhi persepsi pesaing perusahaan1.
• Apakah perusahaan mengubah kebijakan atau perkiraannya? Apa
pembenarannya? Apa dampak dari perubahan-perubahan tersebut? Misalnya, jika
biaya garansi menurun, apakah karena perusahaan melakukan investasi yang
signifikan untuk meningkatkan kualitas?
apakah karena perusahaan melakukan investasi yang signifikan untuk
meningkatkan kualitas? Contoh perusahaan mungkin melebih-lebihkan pendapatan
mereka dan mengecilkan pengeluaran mereka selama tahun itu dengan
memanipulasi laporan triwulanan, yang tidak tunduk pada eksternal penuh
mengaudit. Namun, proses audit pada akhir tahun fiskal memaksa perusahaan

1
Palepu, “Gambaran Umum Analisis Akuntansi” (2012).

26
tersebut untuk membuat penyesuaian kuartal keempat yang besar, memberikan
kesempatan untuk analis untuk menilai kualitas pelaporan interim perusahaan.
Demikian pula, perusahaan yang mendepresiasi aset tetap terlalu lambat akan
dipaksa untuk melakukan penghapusan besar-besaran nanti.
• Apakah perusahaan menyusun transaksi bisnis yang signifikan sehingga
dapat mencapaitujuan akuntansi tertentu? Misalnya, di bawah standar akuntansi saat
ini, perusahaan leasing dapat mengubah persyaratan sewa (panjang sewa atau
pembelian murah) opsi pada akhir masa sewa) sehingga transaksi memenuhi syarat
sebagai tipe penjualansewa untuk lessor.
4. Evaluasi Kualitas Pengungkapan
Manajer dapat membuatnya lebih atau kurang mudah bagi seorang analis
untuk menilai akuntansi perusahaan kualitas dan menggunakan laporan
keuangannya untuk memahami realitas bisnis. Sementara aturan akuntansi
memerlukan jumlah pengungkapan minimum tertentu, manajer memiliki cukup
banyak pilihan dalam soal. Oleh karena itu, kualitas pengungkapan merupakan
dimensi penting dari kualitas akuntansi. Dalam menilai kualitas pengungkapan
perusahaan, seorang analis dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
• Apakah perusahaan memberikan pengungkapan yang memadai untuk
menilai strategi bisnis perusahaan dan konsekuensi ekonominya? Misalnya,
beberapa perusahaan menggunakan Surat untuk Pemegang saham dalam laporan
tahunan mereka untuk menjelaskan dengan jelas kondisi industri perusahaan, posisi
kompetitifnya, dan rencana manajemen untuk masa depan. Orang lain
menggunakan surat untuk membual kinerja keuangan perusahaan dan menutupi
setiap kesulitan kompetitif yang mungkin dihadapi perusahaan.
• Apakah catatan kaki menjelaskan secara memadai kebijakan dan asumsi
akuntansi utama? dan logika mereka? Misalnya, jika kebijakan pengakuan
pendapatan dan beban perusahaan berbeda dari norma industri, perusahaan dapat
menjelaskan pilihannya dalam catatan kaki. Demikian pula, ketika ada perubahan
signifikan dalam kebijakan perusahaan, catatan kaki dapat digunakan untuk
mengungkapkan alasannya.

27
• Apakah perusahaan cukup menjelaskan kinerjanya saat ini? Beberapa
perusahaan menggunakan bagian ini untuk menghubungkan kinerja keuangan
dengan kondisi bisnis. Misalnya, jika margin keuntungan turun dalam satu periode,
apakah karena persaingan harga atau karena kenaikan biaya produksi? Jika
penjualan dan umum biaya administrasi naik, apakah karena perusahaan
berinvestasi dalam strategi diferensiasi yang berbeda, atau karena biaya overhead
yang tidak produktif meningkat?
• Jika aturan dan konvensi akuntansi membatasi perusahaan untuk mengukur
faktor kunci suksesnya secara tepat, apakah perusahaan menyediakan
pengungkapan tambahan yang memadai untukmembantu orang luar memahami
bagaimana faktor-faktor ini dikelola? Misalnya, jika perusahaan berinvestasi dalam
kualitas produk dan layanan pelanggan, aturan akuntansi tidak mengizinkan
manajemen untuk mengkapitalisasi pengeluaran ini, bahkan ketika manfaat masa
depan sudah pasti. MD&A perusahaan dapat digunakan untuk menyoroti bagaimana
pengeluaran ini dilakukan oleh pria dan konsekuensi kinerjanya. Misalnya,
perusahaan dapat mengungkapkan indeks fisik tingkat cacat dan kepuasan
pelanggan sehingga pihak luar dapat menilai kemajuan yang dibuat di bidang-
bidang ini dan konsekuensi arus kas masa depan dari tindakan ini.
• Jika sebuah perusahaan berada di beberapa segmen bisnis, bagaimana
kualitas pengungkapan segmen? Beberapa perusahaan memberikan diskusi yang
sangat baik tentang kinerja mereka berdasarkan segmen produk dan segmen
geografis. Yang lain menyatukan banyak bisnis yang berbeda menjadi satu segmen
luas. Tingkat persaingan dalam industri dan kesediaan manajemen untuk berbagi
data kinerja yang dipisahkan mempengaruhi kualitas segmen perusahaan
penyingkapan
• Bagaimana sikap manajemen terhadap berita buruk? Pengungkapan
perusahaan kualitas paling jelas diungkapkan oleh cara manajemen menangani
berita buruk. Melakukan itu cukup menjelaskan alasan kinerja yang buruk? Apakah
perusahaan dengan jelas? mengartikulasikan strateginya, jika ada, untuk mengatasi
masalah kinerja perusahaan?

28
• Seberapa baik program hubungan investor perusahaan? Apakah
perusahaan memberikan fakta? buku dengan data rinci tentang bisnis dan kinerja
perusahaan? Apakah manajemen? diakses oleh analis?
5. Identifikasi Potensi Red Flags
Indikator-indikator ini menyarankan bahwa analis harus memeriksa item
tertentu lebih dekat atau mengumpulkan lebih banyak informasi tentangnya.
Beberapa bendera merah yang umum adalah sebagai berikut:
• Perubahan akuntansi yang tidak dapat dijelaskan, terutama ketika
kinerjanya buruk. Ini mungkin menunjukkan bahwa manajer menggunakan
kebijaksanaan akuntansi mereka untuk "mendandani" laporan keuangan mereka
• Transaksi yang tidak dapat dijelaskan yang meningkatkan keuntungan.
Misalnya, perusahaan mungkin melakukan transaksi neraca, seperti penjualan aset
atau utang untuk pertukaran ekuitas, untuk merealisasikan keuntungan pada periode
ketika kinerja operasi buruk.
• Peningkatan persediaan yang tidak biasa sehubungan dengan peningkatan
penjualan. Jika penumpukan persediaan disebabkan oleh peningkatan persediaan
barang jadi, itu bisa menjadi tanda bahwa permintaan produk perusahaan melambat,
menunjukkan bahwa perusahaan mungkin terpaksa memotong harga (dan karenanya
memperoleh margin yang lebih rendah) atau menulis menurunkan inventarisnya.
Penumpukan dalam persediaan barang dalam proses cenderung menjadi kabar baik
rata-rata, mungkin menandakan bahwa manajer mengharapkan peningkatan
penjualan. Jika peningkatannya terjadi pada bahan mentah, hal itu dapat
menunjukkan inefisiensi manufaktur atau pengadaan, yang menyebabkan
peningkatan harga pokok penjualan (dan karenanya menurunkan margin).
• Meningkatnya kesenjangan antara pendapatan yang dilaporkan perusahaan
dan arus kasnya dari operasi kegiatan. Meskipun sah untuk angka akuntansi akrual
berbeda dari arus kas, biasanya ada hubungan yang stabil antara keduanya jika
kebijakan akuntansi perusahaan tetap sama. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam
hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas operasi mungkin menunjukkan
perubahan halus dalam perkiraan akrual perusahaan. Misalnya, perusahaan yang

29
melakukan kontrak konstruksi besar mungkin menggunakan metode persentase
penyelesaian untuk mencatat pendapatan.
• Kesenjangan yang meningkat antara pendapatan yang dilaporkan
perusahaan dan pendapatan pajaknya.
• Kecenderungan untuk menggunakan mekanisme pembiayaan seperti kapal
mitra penelitian dan pengembangan, entitas tujuan khusus, dan penjualan piutang
dengan recourse. Meskipun pengaturan ini mungkin memiliki logika bisnis yang
baik, pengaturan ini juga dapat memberi manajemen kesempatan untuk
mengecilkan kewajiban perusahaan dan/atau melebih-lebihkan asetnya.
• Penghapusan aset besar yang tidak terduga. Ini mungkin menunjukkan
bahwa manajemen lambat untuk memasukkan perubahan keadaan bisnis ke dalam
estimasi akuntansinya. Penghapusan aset mungkin juga merupakan akibat dari
perubahan tak terduga dalam keadaan bisnis
• Penyesuaian besar pada kuartal keempat. Laporan tahunan perusahaan
diaudit oleh auditor eksternal, tetapi laporan keuangan interimnya biasanya hanya
ditinjau. Jika manajemen perusahaan enggan untuk membuat estimasi akuntansi
yang tepat (seperti penyisihan piutang tak tertagih) dalam laporan interimnya,
perusahaan dapat dipaksa untuk membuat penyesuaian pada akhir tahun sebagai
akibat dari tekanan dari auditor eksternalnya. Oleh karena itu, pola penyesuaian
kuartal keempat yang konsisten dapat mengindikasikan manajemen pelaporan
interim yang agresif
• Opini audit yang memenuhi syarat atau perubahan auditor independen
yang tidak dapat dibenarkan. Ini mungkin menunjukkan sikap agresif perusahaan
ataukecenderungan untuk "berbelanja opini".
• Transaksi pihak terkait atau transaksi antar entitas terkait. Transaksi ini
mungkin tidak memiliki objektivitas pasar, dan perkiraan akuntansi manajer yang
terkait dengan transaksi ini cenderung lebih subjektif dan berpotensi melayani diri
sendiri
• Peningkatan yang tidak dapat dijelaskan dalam transaksi kontinjensi dan
off-balance sheet. Jenis transaksi ini dapat menandakan upaya manajemen untuk

30
menutup-nutupi neraca perusahaan.
6. Urungkan Distorsi Akuntansi
Jika analisis akuntansi menunjukkan bahwa angka yang dilaporkan
perusahaan menyesatkan, analis harus mencoba untuk menyatakan kembali angka
yang dilaporkan untuk mengurangi distorsi sejauh mungkin. Tentu saja, hampir
tidak mungkin untuk menghilangkan distorsi secara sempurna hanya dengan
menggunakan informasi dari luar. Namun, beberapa kemajuan dapat dibuat ke arah
ini dengan menggunakan laporan arus kas dan catatan kaki laporan keuangan.
Laporan arus kas perusahaan memberikan rekonsiliasi kinerjanya
berdasarkan akuntansi akrual dan akuntansi kas. Jika analis tidak yakin dengan
kualitas akuntansi akrual perusahaan, laporan arus kas memberikan tolok ukur
alternatif kinerjanya. Laporan arus kas juga memberikan informasi tentang
bagaimana item baris individual dalam laporan laba rugi menyimpang dari arus kas
yang mendasarinya. Misalnya, jika seorang analis khawatir bahwa perusahaan
secara agresif mengkapitalisasi biaya tertentu yang harus dibebankan, informasi
dalam laporan arus kas memberikan dasar untuk membuat penyesuaian yang
diperlukan.
Catatan kaki laporan keuangan juga memberikan informasi yang berpotensi
berguna dalam menyatakan kembali angka akuntansi yang dilaporkan. Misalnya,
ketika perusahaan mengubah kebijakan akuntansinya, ia memberikan catatan kaki
yang menunjukkan efek perubahan itu jika itu material. Demikian pula, beberapa
perusahaan memberikan informasi tentang rincian perkiraan akrual seperti
penyisihan piutang tak tertagih. Catatan kaki pajak biasanya memberikan informasi
tentang perbedaan antara kebijakan akuntansi perusahaan untuk pelaporan
pemegang saham dan pelaporan pajak. Karena pelaporan pajak seringkali lebih
konservatif daripada pelaporan pemegang saham, informasi dalam catatan kaki
pajak dapat digunakan untuk memperkirakan pendapatan yang dilaporkan kepada
pemegang saham berdasarkan kebijakan yang lebih konservatif.

31
2.5 KESALAHAN ANALISIS AKUNTANSI
Ada beberapa potensi jebakan dan kesalahpahaman umum dalam analisis akuntansi
yang harus dihindari oleh seorang analis.
1. Akuntansi Konservatif Bukan Akuntansi "Baik"
Konservatisme akuntansi adalah memilih prinsip akuntansi yang mengarah pada
minimalisasi laba kumulatif yang dilaporkan yaitu mengakui laba lebih lambat, menilai
asset dengan nilai terendah dan menilai kewajiban/utang dengan nilai yang tinggi.
Akuntansi Konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi
ketidakpastian laba atau rugi dengan menggunakan prinsip memperlambat pengakuan
pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian asset dan meninggikan
penilaian hutang. Beberapa perusahaan mengambil pendekatan yang membayar untuk
menjadi konservatif dalam pelaporan keuangan dan menyisihkan sebanyak mungkin untuk
kontinjensi. Logika ini biasanya digunakan untuk membenarkan pengeluaran R&D dan
periklanan, dan penghapusan aset tak berwujud yang cepat. Ini juga digunakan untuk
mendukung cadangan kerugian besar bagi perusahaan asuransi, untuk biaya merger, dan
untuk biaya restrukturisasi.
Dari sudut pandang pengguna laporan keuangan, penting untuk menyadari bahwa
akuntansi konservatif tidak sama dengan akuntansi "baik". Pengguna laporan keuangan
ingin mengevaluasi seberapa baik akuntansi perusahaan menangkap kinerja bisnis dengan
cara yang tidak bias, dan akuntansi konservatif bisa sama menyesatkannya dengan
akuntansi agresif dalam hal ini. Memang benar bahwa sulit untuk memperkirakan manfaat
ekonomi dari banyak hal tidak berwujud. Namun, sifat tidak berwujud dari beberapa aset
tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki nilai. Memang, bagi banyak perusahaan jenis
aset ini adalah yang paling berharga. Misalnya, dua aset paling berharga bagi perusahaan
farmasi, seperti Pfizer, Merck, dan Novartis, adalah kemampuan penelitian yang
memungkinkan mereka menghasilkan obat baru dan tenaga penjualan yang memungkinkan
mereka menjual obat tersebut kepada dokter. Namun tidak ada yang dicatat di neraca
mereka.

32
Dari sudut pandang investor, keengganan akuntan untuk menilai aset tidak berwujud
tidak mengurangi kepentingannya. Jika tidak termasuk dalam laporan keuangan, investor
harus mencari sumber informasi alternatif tentang aset tersebut.
Selanjutnya, akuntansi konservatif sering memberi manajer peluang untuk "perataan laba",
yang dapat mencegah analis mengenali kinerja yang buruk secara tepat waktu. Akhirnya,
seiring waktu, investor cenderung mencari tahu perusahaan mana yang konservatif dan
mungkin mengabaikan pengungkapan dan komunikasi manajemen mereka.
2. Tidak Semua Akuntansi Tidak Biasa Dipertanyakan Sangat mudah
untuk mengacaukan akuntansi yang tidak biasa dengan akuntansi yang
dipertanyakan. Sementara pilihan akuntansi yang tidak biasa mungkin membuat kinerja
perusahaan sulit untuk dibandingkan dengan kinerja perusahaan lain, pilihan akuntansi
seperti itu mungkin dibenarkan jika bisnis perusahaan tidak biasa. Misalnya, perusahaan
yang mengikuti strategi yang berbeda atau perusahaan yang struktur bisnis mereka dengan
cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari situasi pasar tertentu dapat membuat
pilihan akuntansi yang tidak biasa untuk benar mencerminkan bisnis mereka. Oleh karena
itu, penting untuk mengevaluasi pilihan akuntansi perusahaan dalam konteks strategi
bisnisnya.
Demikian pula, penting untuk tidak secara otomatis mengaitkan semua perubahan
dalam kebijakan akuntansi dan akrual perusahaan dengan motif manajemen laba.
Perubahan akuntansi juga dapat mencerminkan keadaan bisnis yang berubah. Misalnya,
seperti yang telah dibahas, sebuah perusahaan yang menunjukkan peningkatan yang tidak
biasa dalam persediaannya mungkin sedang mempersiapkan pengenalan produk baru.
Demikian pula, peningkatan piutang yang tidak biasa mungkin hanya disebabkan oleh
perubahan strategi penjualan perusahaan. Penurunan yang tidak biasa dalam penyisihan
piutang tak tertagih mungkin mencerminkan perubahan fokus pelanggan perusahaan. Oleh
karena itu penting bagi seorang analis untuk mempertimbangkan semua kemungkinan
penjelasan untuk perubahan akuntansi dan menyelidikinya menggunakan informasi
kualitatif yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan.

33
2.6 NILAI DATA AKUNTANSI DAN ANALISIS AKUNTANSI
Apa nilai informasi akuntansi dan analisis akuntansi? Mengingat insentif dan
peluang bagi manajer untuk mempengaruhi angka akuntansi yang dilaporkan perusahaan
mereka, beberapa berpendapat bahwa data akuntansi dan analisis akuntansi tidak mungkin
berguna bagi investor. Peneliti telah meneliti nilai pendapatan dan pengembalian ekuitas
(ROE) dengan membandingkan pengembalian saham yang dapat diperoleh oleh investor
hipotetis yang memiliki pandangan ke depan yang sempurna atas pendapatan perusahaan,
pengembalian ekuitas (ROE), dan arus kas untuk tahun berikutnya. 0,34 Untuk menilai
pentingnya pendapatan, investor hipotetis diasumsikan membeli saham perusahaan yang
pendapatannya meningkat untuk tahun berikutnya dan menjual saham perusahaan dengan
pendapatan berikutnya menurun.
Jika strategi ini diikuti secara konsisten, investor hipotetis akan memperoleh
pengembalian rata-rata 37,5% per tahun selama periode 40 tahun. Jika strategi investasi
serupa diikuti dengan menggunakan ROE, membeli saham dengan peningkatan ROE
berikutnya dan menjual saham dengan ROE menurun, pengembalian tahunan yang lebih
tinggi akan diperoleh sebesar 43 persen. Sebaliknya, data arus kas tampaknya kurang
berharga dibandingkan informasi pendapatan atau ROE. Pengembalian tahunan yang
dihasilkan dari membeli saham dengan peningkatan arus kas berikutnya dari operasi dan
menjual saham dengan penurunan arus kas hanya akan sebesar 9 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa laba periode berikutnya dan kinerja ROE merupakan informasi yang
lebih relevan bagi investor daripada kinerja arus kas. Secara keseluruhan, penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaturan dan konvensi kelembagaan yang dibuat untuk mengurangi
potensi penyalahgunaan akuntansi oleh manajer umumnya efektif dalam memberikan
jaminan kepada investor. Penelitian menunjukkan bahwa investor tidak melihat manajemen
laba sebagai begitu meresap sehingga membuat data laba benar-benar tidak dapat
diandalkan2.
Sejumlah studi penelitian telah meneliti apakah analisis akuntansi adalah aktivitas
yang berharga. Secara umum, bukti ini menunjukkan bahwa ada peluang bagi analis yang

2
Rachma Bakti Utami and Dinary Ary Kartikasari, “Conceptual Paper Earnings Quality: Praktik Dan Telaah
Kasus Garuda Indonesia,” Jurnal Administrasi Bisnis 15, no. 1 (2020): 57–63.

34
unggul untuk memperoleh pengembalian saham yang positif. Studi menunjukkan bahwa
perusahaan yang dikritik dalam pers keuangan karena pelaporan keuangan yang
menyesatkan kemudian mengalami penurunan harga saham rata-rata sebesar 8 persen.
Perusahaan di mana manajer tampaknya menggelembungkan laba yang dilaporkan sebelum
masalah ekuitas dan kemudian melaporkan kinerja laba yang buruk memiliki kinerja saham
yang lebih negatif setelahnya. tawaran itu daripada perusahaan tanpa manajemen laba yang
jelas. Akhirnya, perusahaan yang tunduk pada penyelidikan SEC untuk manajemen laba
menunjukkan penurunan harga saham rata-rata sebesar 9 persen ketika manajemen laba
pertama kali diumumkan, dan mereka terus memiliki kinerja saham yang buruk hingga dua
tahun.
Temuan ini menyiratkan bahwa analis yang mampu mengidentifikasi perusahaan
dengan akuntansi yang menyesatkan mampu menciptakan nilai bagi investor. Temuan juga
menunjukkan bahwa pasar saham pada akhirnya melihat melalui manajemen laba. Dalam
kebanyakan kasus, manajemen laba akhirnya terungkap dan harga saham merespons secara
negatif bukti bahwa perusahaan telah menggelembungkan laba sebelumnya melalui
akuntansi yang menyesatkan. Singkatnya, analisis akuntansi merupakan langkah penting
dalam proses menganalisis laporan keuangan tingkat perusahaan. Tujuan dari analisis
akuntansi adalah untuk mengevaluasi sejauh mana akuntansi perusahaan menangkap
realitas bisnis yang mendasarinya. Analisis akuntansi yang baik meningkatkan keandalan
kesimpulan dari analisis keuangan, langkah selanjutnya dalam analisis laporan keuangan.
Ada enam langkah utama dalam analisis akuntansi, diantaranya:
1. Analis memulai dengan mengidentifikasi kebijakan dan estimasi akuntansi utama
yang diberikan industri perusahaan dan strategi bisnisnya.
2. Langkah kedua adalah mengevaluasi tingkat fleksibilitas yang tersedia bagi para
manajer berdasarkan aturan dan konvensi akuntansi.
3. Selanjutnya, analis mengevaluasi bagaimana manajer menggunakan fleksibilitas
akuntansi mereka dan kemungkinan motivasi di balik strategi akuntansi manajer.
4. Langkah keempat melibatkan penilaian kedalaman dan kualitas pengungkapan
perusahaan.

35
5. Analis selanjutnya harus mengidentifikasi tanda bahaya, yang menunjukkan
perlunya penyelidikan lebih lanjut.
6. Langkah terakhir dalam analisis akuntansi adalah untuk menyatakan kembali angka
akuntansi untuk menghilangkan kebisingan dan bias yang diperkenalkan oleh aturan
akuntansi dan keputusan manajemen.

36
BAB III
STUDI KASUS
3.1 STUDI KASUS PT ENVY TECHNOLOGIES INDONESIA TBK
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies
Indonesia Tbk. pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan
bergerak di bidang jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha
diklasifikasikan menjadi jasa sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi,
dan keamanan informasi digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial
public offering) pada tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI
dengan kode saham ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy
Technologies Indonesia Tbk terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan
masyarakat. Jumlah saham yang diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33%
dari keseluruhan modal atau sebesar Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun
terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah
melakukan manipulasi laporan keuangan tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021,
perseroan mendapatkan surat permintaan penjelasan mengenai laporan keuangan
konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI). Lembaga tersebut menduga
bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi laporan keuangan yang dikonsolidasi
dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu PT Ritel Global Solusi (RGS). PT
Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan tahun 2019, sehingga hal tersebut
mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka yang disajikan.
Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi terhadap
dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal juga
belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu, terdapat
beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019. Laporan
keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba bersih
yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58 miliar
yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba bersih
ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi
Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi laporan

37
keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham ENVY dari 1
Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan
suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan
keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Laporan
keuangan kuartal ke-3 pada tahun 2020 menunjukkan fluktuasi yang drastis dari kinerja
ENVY pada tahun 2019. Kas dan setara kas perseroan mengalami penurunan sebesar 99%
dari Rp 26,51 miliar menjadi Rp 314,65 juta. Piutang lain-lain perusahaan mengalami
kenaikan sebesar 126% dari Rp 13,46 miliar menjadi Rp 30,45 miliar. Selain itu, kewajiban
jangka pendek perseroan menurun sebesar 100% dari Rp 16, 44 miliar menjadi Rp 0.
Liabilitas lain-lain perusahaan mengalami kenaikan sebesar 57% dari Rp 6,77 miliar
menjadi Rp 10,72 miliar (Bisnis.com & Tari, 2020). PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
berpotensi untuk menghadapi penghapusan perdagangan saham (delisting) dari BEI apabila
terbukti melakukan kecurangan laporan keuangan (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Sampai saat ini, belum ada pengumuman hasil investigasi BEI mengenai dugaan
manipulasi laporan keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk, sehingga kasus
tersebut perlu dianalisis lebih lanjut dalam studi kasus ini.

38
39
Earnings manipulation shenanigans no.1 melibatkan tindakan manipulasi
pendapatan (revenue) yang berasal dari sumber yang sah seperti aktivitas penjualan
dan pemberian jasa. Teknik pertama dari shenanigans pendapatan tersebut adalah
pencatatan pendapatan sebelum perusahaan memenuhi kewajiban material kontrak
terhadap pihak lain. Perusahaan dapat memanipulasi angka pendapatan dengan
mencatat penjualan sebelum aktivitas signifikan penjualan telah terjadi. Berdasarkan
informasi keuangan dari PT Envy Technologies Indonesia Tbk. pada tahun 2016-
2020, pendapatan (revenue) dan laba usaha (operating profit) mengalami kenaikan
yang signifikan sebesar 2424,9% dan 240,36% pada tahun 2018. Peningkatan
pendapatan dan laba usaha yang tinggi terjadi setelah perusahaan mengalami
penurunan laba sebesar 189,62% dari tahun 2016 ke 2017. Pada tahun 2019,
pendapatan dan laba usaha ENVY berhasil meningkat sebesar 134,7% dan 86,75%.
Namun, perusahaan mengalami penurunan yang drastis untuk pendapatan dan laba
perusahaan pada tahun 2020 yaitu sebesar 98,61% dan 346,31% dari tahun 2019.
Perusahaan telah menunjukkan pertumbuhan yang terlampau pesat dan kurang
realistis pada tahun 2018-2019 sebelum akhirnya mengalami penurunan yang

40
drastis. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan dapat mengubah kebijakan
akuntansi yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan, sistem pengiriman, atau
pencatatan potongan penjualan dan rabat sebagai beban untuk meningkatkan angka
pendapatan secara signifikan.
Berdasarkan ikhtisar kebijakan akuntansi PT Envy Technologies Indonesia
pada tahun 2016-2020, perusahaan telah menerapkan PSAK 72 secara konsisten
sebagai prinsip pengakuan pendapatan. Perusahaan juga menjelaskan bahwa
pengakuan pendapatan dilakukan ketika barang dan jasa sudah dialihkan kepada
pihak lain, seperti pelanggan. Perusahaan tidak melakukan modifikasi terhadap
kebijakan pengakuan pendapatan selain berbasis sepenuhnya pada PSAK 72. PT
Envy Technologies Indonesia Tbk adalah perusahaan jasa sehingga tidak ada
penerapan sistem pengiriman free on board shipping point atau free on board
destination point. Pada tahun 2019, ENVY menyajikan pendapatan yang berasal dari
penjualan barang dagangan anak perusahaan yaitu PT Ritel Global Solusi, tetapi
tidak ada informasi terkait dengan potongan penjualan, rabat, serta sistem
pengiriman terkait. Fluktuasi pendapatan dan laba PT Envy Technologies Indonesia
Tbk yang signifikan tidak berhubungan dengan penerapan teknik pertama, sehingga
diperlukan analisis pada teknik earnings manipulation shenanigans no.1 selanjutnya.
Teknik kedua dari earnings manipulation shenanigans no.1 adalah pencatatan
pendapatan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan nominal transaksi di kontrak.
Perusahaan dapat menerapkan kebijakan akuntansi untuk pengakuan
pendapatan kontrak tertentu yang bersifat agresif, seperti metode persentase
penyelesaian (percentage of completion). Indikasi kecurangan dapat terjadi apabila
penerapan metode persentase penyelesaian menyebabkan peningkatan angka
pendapatan dan laba usaha secara bersamaan. Pada tahun 2018, PT Envy
Technologies Indonesia Tbk. mengungkapkan ikatan dan perjanjian kontrak dalam
melakukan instalasi perangkat lunak kepada Goldust Limited Malaysia dengan total
nilai kontrak sebesar Rp 97.880.490.890 sesudah PPN. Perusahaan mengakui
pendapatan atas jasa instalasi perangkat lunak dengan metode persentase
penyelesaian yaitu sebesar Rp 43.287.022.566 atau 55,27% dari nilai kontrak.

41
Penerapan pengakuan pendapatan tersebut telah berkontribusi secara signifikan pada
pendapatan ENVY pada tahun 2018, yaitu 53,87% dari keseluruhan pendapatan. PT
Envy Technologies Indonesia Tbk menunjukkan indikasi manipulasi laporan
keuangan dengan menerapkan metode pengakuan pendapatan kontrak yang bersifat
tidak konservatif dan menimbulkan kekeliruan terhadap kenaikan pendapatan yang
tidak lazim yaitu sebesar 2424,9% di tahun 2018. Selain itu, rasio days of sales
outstanding (DSO) perusahaan menunjukkan bahwa jangka waktu rata-rata
penerimaan pembayaran telah meningkat secara signifikan dan tidak lazim dari
28,07 hari menjadi 17.443,82 hari pada tahun 2017 hingga 2020. Perusahaan
biasanya mengakui pendapatan secara berlebihan atau agresif dengan tidak
mempertimbangkan kemampuan pembayaran dari pelanggan, sehingga kemampuan
manajemen kas (cash management) perusahaan menjadi buruk.
Perusahaan dapat menunjukkan isyarat dalam menerapkan teknik keempat
earnings manipulation shenanigans no.1 apabila piutang usaha dan piutang lain-lain
meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan yang signifikan. Selain itu, indikasi
kecurangan tersebut diperkuat apabila perusahaan memiliki proporsi piutang yang
besar untuk umur piutang yang lama. Pada tahun 2018 hingga 2019, ENVY
melaporkan piutang yang bertambah sebesar 22.964,42% dan 151,30% seiring
dengan peningkatan kinerja pendapatan dan laba yang memuaskan. Rasio days of
sales outstanding yang bertambah signifikan sepanjang tahun 2017-2020
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada proporsi umur piutang dengan jangka
waktu yang lama. Pada tahun 2016 dan 2017, piutang usaha ENVY memiliki umur
yang berkisar di bawah 1 hingga 3 bulan. Namun, proporsi piutang dengan umur 3-
12 bulan telah meningkat secara perlahan dari 39,64% di tahun 2018, 68,28% di
tahun 2019, hingga 100% di tahun 2020 dengan nominal Rp 125.270.209.359.
Piutang sebesar Rp 125.270.209.359 adalah piutang dari pihak ketiga yang sudah
diakui sebagai pendapatan perusahaan, walaupun belum ada kejelasan mengenai
penerimaan pembayaran dalam jangka waktu 12 bulan.
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan, jumlah piutang sebesar Rp
125.270.209.359 berasal dari debitur dengan transaksi yang melebihi 10% dari

42
pendapatan seperti Goldust Limited Malaysia dan PT Dinamika Utama Jaya.
Fenomena tersebut menjadi indikasi bahwa PT Envy Technologies Indonesia Tbk
menerapkan teknik keempat dari earnings manipulation shenanigans no.1 dalam
mengakui pendapatan yang berjumlah signifikan secara impulsif tanpa menilai
kemampuan realisasi pembayaran dari pihak ketiga. Piutang lain-lain ENVY juga
mengalami kenaikan yang tinggi sebesar 981,62% di tahun 2019 dan 126,27% di
tahun 2020. PT Envy Technologies Indonesia Tbk mengubah jangka waktu
pinjaman untuk beberapa debitur sesuai dengan perjanjian utang piutang.
Perusahaan memperpenjang jangka waktu untuk pembayaran dari PT Berkah
Samitra Mulya dari 11 bulan menjadi 17 bulan. Selain itu, jangka waktu pembayaran
pinjaman untuk PT Universal Collection juga diperpanjang dari 9 bulan menjadi 15
bulan. ENVY juga tidak melakukan cadangan kerugian piutang walaupun terdapat
risiko piutang tidak tertagih yang bersifat tinggi. Berdasarkan penjabaran analisis
teknik-teknik earnings manipulation shenanigans no.1, PT Envy Technologies
Indonesia Tbk menunjukkan indikasi dalam memanipulasi pendapatan dan laba
perusahaan secara tidak lazim pada tahun 2018-2020 dengan penerapan teknik
kedua dan keempat earnings manipulation shenanigans no.1. Perusahaan
menunjukkan kinerja yang memuaskan terutama pada tahun 2018 hingga 2019
dengan menerapkan metode persentase penyelesaian (percentage of completion)
untuk pengakuan pendapatan dari proyek yang belum selesai. Selain itu, perusahaan
juga memiliki piutang usaha dan piutang lain-lain yang tinggi dikarenakan
perpanjangan jatuh tempo pembayaran serta kurangnya estimasi terhadap kerugian
piutang yang tidak tertagih dari proporsi pendapatan yang signifikan3.
PT Envy Technologies Indonesia Tbk berpotensi dalam memanipulasi
pendapatan berdasarkan earnings manipulation shenanigans no.3. Hal tersebut
dikarenakan mayoritas proporsi pendapatan berasal dari aktivitas operasional entitas
anak yaitu PT Ritel Global Solusi. Pendapatan dari aktivitas utama entitas induk
hanya sebesar 17,36% dari keseluruhan pendapatan yang dikonsolidasi. ENVY
3
Natalis Christian et al., “Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting Dengan Earnings Manipulation
Financial Shenanigans: Studi Kasus Pt Envy Technologies Indonesia Tbk,” Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis
7, no. 1 (2022): 14–50.

43
memiliki indikasi dalam memanipulasi pendapatan entitas anak untuk meningkatkan
kinerja laporan keuangan konsolidasian. Indikasi kecurangan dalam menerapkan
earnings manipulation shenanigans no.4 juga dapat dilihat dari peningkatan total
investasi barang modal yang meningkat signifikan di tahun 2018 walaupun
perusahaan memiliki arus kas yang lemah pada tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan
dapat mengkapitalisasi aset secara agresif untuk mengurangi beban dan menaikkan
laba periode berjalan. ENVY juga tidak membebankan biaya riset dan
pengembangan (research and development expense) sesuai dengan kegiatan riset dan
pengembangan perusahaan. Berdasarkan penjabaran analisis kecurangan pendapatan
tersebut, PT Envy Technologies Indonesia memiliki indikasi kecurangan yang kuat
dalam mencatat pendapatan sebelum menyelesaikan kewajiban material kontrak
(earnings manipulation shenanigans 1), meningkatkan pendapatan dengan aktivitas
tidak berkesinambungan ,dan memindahkan beban periode tahun berjalan ke periode
selanjutnya.

44
BAB IV

KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Analisis keuangan sangat penting untuk diterapkan dalam sistem suatu
perusahaan. Karena dengan menggunakan analisis keuangan ini perusahaan dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian yang dicapai perusahaan dalam suatu periode.
Seorang analis dalam melakukan analisis keuangan harus melakukan
beberapa langkah, yaitu:
1. Menentukan tujuan dari analisis keuangan.
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan
keuangan.
3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan
tersebut.
4.2 Saran
Saran saya sebuah perusahaan harus menggunakan Analisis Laporan
Keuangan dalam sistem operasional perusahaannya,dan juga perusahaan tersebut
harus memilih seorang analis yang mampu untuk menganalisis data perusahaan.

45
DAFTAR PUSTAKA
Christian, Natalis, Resnika Resnika, Haris Yukie, Riksen Sitorus, Viona Angelina, Sherly
Sherly, and Febrika Febrika. “Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting Dengan
Earnings Manipulation Financial Shenanigans: Studi Kasus Pt Envy Technologies
Indonesia Tbk.” Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 7, no. 1 (2022): 14–50.
Palepu. “Gambaran Umum Analisis Akuntansi” (2012).
Utami, Rachma Bakti, and Dinary Ary Kartikasari. “Conceptual Paper Earnings Quality:
Praktik Dan Telaah Kasus Garuda Indonesia.” Jurnal Administrasi Bisnis 15, no. 1
(2020): 57–63.
Buku Satu, Edisi Kedelapan. Diterjemahkan oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu
Harahap. Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam, K.R dan Wild, J.J. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Sebelas.
Salemba Empat: Jakarta.
http://bagus-ahmad.blogspot.com/2016/01/analisis-prospektif.html
https://www.e-akuntansi.com/2016/01/jenis-jenis-analisis-bisnis.html
http://xerma.blogspot.com/2014/01/jenis-jenis-utama-analisis-bisnis.html
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-analisis-bisnis.html

46

Anda mungkin juga menyukai