Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH LITERASI KEUANGAN, SOSIODEMOGRAFI,

FINANSIAL, DAN PANDEMI COVID-19 TERHADAP


KEPUTUSAN KEUANGAN DALAM PENGGUNAAN E-
WALLET PADA GENERASI Z
(Studi Kasus: Mahasiswa S1 di Jabodetabek)

CHYKA DWI LESTARI

DEPARTEMEN MANEJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ―Pengaruh Literasi
Keuangan, Sosiodemografi, Finansial, dan Pandemi Covid-19 terhadap Keputusan
Keuangan dalam Penggunaan E-Wallet pada Generasi Z‖ adalah karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2021

Chyka Dwi Lestari


NIM H24170009
ABSTRAK
CHYKA DWI LESTARI. Pengaruh Literasi Keuangan, Sosiodemografi,
Finansial, dan Pandemi Covid-19 terhadap Keputusan Keuangan dalam
Penggunaan E-Wallet pada Generasi Z. Dibimbing oleh WITA JUWITA
ERMAWATI.

Perkembangan teknologi yang semakin maju menuntut setiap individu


untuk mampu beradaptasi, salah satunya yaitu dengan menggunakan alat
pembayaran digital. Alat pembayaran digital seperti e-wallet dapat membantu
proses pembayaran saat terjadinya pandemi Covid-19. Literasi keuangan
dibutuhkan untuk dapat mengoptimalkan penggunaan e-wallet. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menganalisis tingkat literasi keuangan mahasiswa S1, (2)
menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan faktor finansial terhadap tingkat
literasi keuangan mahasiswa S1, (3) menganalisis pengaruh literasi keuangan,
faktor sosiodemografi, faktor finansial, dan pandemi Covid-19 terhadap keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet pada mahasiswa S1. Metode analisis data
yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis SEM-PLS. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 di
Jabodetabek sebesar 20%. Terdapat pengaruh positif signifikan pada faktor
sosiodemografi terhadap literasi keuangan, serta literasi keuangan dan faktor
finansial terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet.

Kata kunci: e-wallet, generasi Z, literasi keuangan, pandemi Covid-19

ABSTRACT
CHYKA DWI LESTARI. The Influence of Financial Literacy,
Sociodemographic, Financial, and the Covid-19 Pandemic toward Financial
Decisions in Use of E-Wallet in Generation Z. Supervised by WITA JUWITA
ERMAWATI.

The development of technology that increasingly advanced requires


everyone to be able to adapt, one of which is by using digital payment
instruments. Digital payment instruments such as e-wallet can help the payment
process during the Covid-19 pandemic. Financial literacy is needed to optimize
the use of e-wallet. This study aims to (1) analyze the level of undergraduate
students financial literacy, (2) analyze the effect of sociodemographic factors and
financial factors towards financial literacy of undergraduate students, (3) analyze
the effect of financial literacy, sociodemographic factors, financial factors, and the
Covid-19 pandemic toward financial decisions in the use of e-wallet for
undergraduate students. The data analysis method used is descriptive analysis and
SEM-PLS analysis. The results of this study showed that the level of financial
literacy of undergraduate students in Jabodetabek was 20%. There is a significant
positive effect of sociodemographic factors on financial literacy, as well as
financial literacy and financial factors on financial decisions in the use of e-wallet.

Keywords: Covid-19 pandemic, e-wallet, financial literacy, generation Z


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGARUH LITERASI KEUANGAN, SOSIODEMOGRAFI,
FINANSIAL, DAN PANDEMI COVID-19 TERHADAP
KEPUTUSAN KEUANGAN DALAM PENGGUNAAN E-
WALLET PADA GENERASI Z
(Studi Kasus: Mahasiswa S1 di Jabodetabek)

CHYKA DWI LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Rindah F. Suryawati, S.E., M.Acc., Ak, CA
2 Eka Dasra Viana, S.E., Ak, M.Acc
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2021 sampai
bulan Juni 2021 ini ialah literasi keuangan dan keputusan keuangan, dengan judul
―Pengaruh Literasi Keuangan, Sosiodemografi, Finansial, dan Pandemi Covid-19
terhadap Keputusan Keuangan dalam Penggunaan E-Wallet pada Generasi Z‖.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing, Dr. Wita Juwita
Ermawati, STP, MM yang telah membimbing dan banyak memberi saran. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada pembimbing akademik, moderator seminar,
dan penguji luar komisi pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada seluruh keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, doa,
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2021

Chyka Dwi Lestari


DAFTAR ISI

ABSTRAK ii
ABSTRACT ii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 5
1.5 Ruang Lingkup 5
II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Literasi Keuangan 6
2.2 Faktor Sosiodemografi 7
2.3 Faktor Finansial 7
2.4 Pandemi Covid-19 7
2.5 Keputusan Keuangan 8
2.6 E-Wallet 8
2.7 Generasi Z 9
2.8 Penelitian Terdahulu 9
III METODE 12
3.1 Kerangka Pemikiran 12
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 14
3.3 Jenis dan Sumber Data 14
3.4 Metode Pengambilan Sampel 14
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 15
3.6 Variabel Penelitian 17
3.7 Hipotesis 20
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24
4.1 Uji Validitas 24
4.2 Uji Reliabilitas 24
4.3 Hasil Analisis Deskriptif 24
4.4 Hasil Analisis SEM-PLS 29
4.5 Implikasi Manajerial 37
V SIMPULAN DAN SARAN 39
5.1 Simpulan 39
5.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 44
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL

1 Penggolongan tingkat literasi keuangan 16


2 Notasi masing-masing variabel 19
3 Karakteristik responden 25
4 Perilaku pengguna e-wallet 27
5 Tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 Jabodetabek 28
6 Nilai outer loading setelah dilakukan dropping 30
7 Nilai Average Variance Extracted (AVE) 30
8 Nilai cross loading 31
9 Nilai fornell-larcker criterion 32
10 Nilai composite reliability 32
11 Nilai r square 33
12 Nilai path coefficient 34

DAFTAR GAMBAR

1 Global point of sale payment methods (% of total payments) 2


2 Jumlah transaksi uang elektronik 2
3 Kerangka pemikiran penelitian 13
4 Model struktural penelitian 17
5 Hasil bootstrapping model struktural 34

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1 Rekapitulasi penelitian terdahulu 45
2 Lampiran 2 Kuesioner penelitian 48
3 Lampiran 3 Hasil uji validitas kuesioner 54
4 Lampiran 4 Hasil uji reliabilitas kuesioner 54
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi di era digital yang semakin maju, menghasilkan
berbagai teknologi yang dapat membantu dan mempermudah berbagai kegiatan.
Salah satu teknologi yang semakin berkembang adalah teknologi pada sektor
keuangan, karena keuangan bersifat krusial bagi setiap individu bahkan juga bagi
suatu negara. Perkembangan teknologi yang terjadi menuntut setiap individu
untuk mampu beradaptasi. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus berusaha
menerapkan sistem pembayaran digital agar dapat beradaptasi dengan teknologi
digital yang terus berkembang. Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia
pada tahun 2014 telah mengumumkan program Gerakan Nasional Non Tunai (BI
2014). Program tersebut dilakukan agar sistem pembayaran menjadi lebih aman,
efisien, dan lancar sehingga dapat membuat sistem keuangan nasional berjalan
dengan lebih efektif dan efisien. Pembayaran digital atau pembayaran elektronik
menurut Chua (2013) adalah transfer nilai pembayaran dari pembayar kepada
penerima yang dapat diakses ataupun dikelola dari jarak jauh dengan jaringan
elektronik. Sistem pembayaran digital merupakan sistem pembayaran yang tidak
melibatkan uang tunai dalam pembayarannya, karena transaksi dilakukan dengan
mode digital (Sivathanu 2019).
Seiring perkembangan teknologi, jenis alat pembayaran digital semakin
beragam, salah satu yang banyak digunakan yaitu e-wallet. Menurut Hasan et al.
(2020), e-wallet merupakan layanan elektronik yang memungkinkan pengguna
untuk dapat melakukan transaksi pembayaran secara elektronik, serta dapat
menyimpan identitas dan kredensial digital penggunanya. E-wallet akan
memudahkan pengguna untuk melakukan transaksi pembayaran melalui media
elektronik dengan jaringan internet, sehingga tidak perlu membawa uang tunai,
kartu ATM, kartu kredit, dan alat pembayaran lainnya di dalam dompet. E-wallet
juga memiliki fitur keamanan yang dapat memungkinkan pengguna melakukan
transaksi elektronik dengan cepat dan aman (Uddin dan Akhi 2014).
Pada masa pandemi Covid-19, dibutuhkan kebiasaan baru dalam kehidupan
sehari-hari agar tetap terhindar dari virus Covid-19. Beraktivitas di luar rumah
mengharuskan seseorang bertemu dengan orang lain serta menggunakan fasilitas
umum yang mungkin telah terpapar virus Covid-19. Menurut C.C dan Prathap
(2020), penanggulangan penyebaran virus Covid-19 harus terus dilakukan karena
pandemi Covid-19 masih terus berlanjut, salah satu strategi yang dapat dilakukan
yaitu penerapan social distancing. C.C dan Prathap (2020) juga menyatakan
bahwa penggunaan uang tunai dapat mempercepat penyebaran virus, sehingga
dalam penerapan social distancing dibutuhkan alat pembayaran digital dalam
proses pembayaran. Oleh karena itu, saat pandemi Covid-19 penggunaan alat
pembayaran digital seperti e-wallet dapat membantu penerapan social distancing
berupa pembatasan kontak dengan fasilitas umum.
Selama terjadinya pandemi Covid-19, penggunaan e-wallet dan alat
pembayaran digital lainnya mengalami peningkatan. Adapun peningkatan
penggunaan alat pembayaran digital pada tahun 2019 serta peramalannya hingga
tahun 2023 dapat dilihat pada data global point-of-sale payment methods pada
Gambar 1.
2

Gambar 1 Global point of sale payment methods (% of total payments)


Sumber: Oxford Analytica (2020)

Gambar 1 menunjukkan bahwa digital/mobile wallet memiliki peramalan


peningkatan penggunaan yang paling tinggi dari alat pembayaran digital lainnya,
yaitu dari 21,5% di tahun 2019 meningkat menjadi 29,6% di tahun 2023. Selain
itu juga terdapat peramalan penurunan penggunaan uang tunai sebagai alat
pembayaran dari 30,2% pada tahun 2019 menjadi 18,7% pada tahun 2023.
Penurunan penggunaan uang tunai dapat terjadi karena uang tunai memiliki biaya
cetak yang mahal, mudah untuk menghindari transparansi keuangan, serta
permukaan uang tunai dapat terkontaminasi oleh bakteri maupun virus yang
diakibatkan oleh kontak fisik dari berbagai transaksi pembayaran (Oxford
Analytica 2020).
Data dari Bank Indonesia (2021) juga menunjukkan adanya peningkatan
penggunaan e-wallet selama terjadinya pandemi Covid-19 yang dapat dilihat dari
data jumlah transaksi uang elektronik. Adapun peningkatan jumlah transaksi uang
elektronik dijelaskan pada Gambar 2 di bawah.

Gambar 2 Jumlah transaksi uang elektronik


Sumber: Bank Indonesia (2021)

Pada Gambar 2 dapat ketahui jumlah transaksi uang elektronik (berbasis


server dan chip) pada bulan Maret 2020 hingga Maret 2021. Berdasarkan
3

perbandingan data Year over Year (YoY), dapat diketahui bahwa terjadinya
peningkatan jumlah transaksi uang elektronik hingga 42%. Jumlah transaksi pada
bulan Maret 2020 sebesar 15,04 Triliun Rupiah dan pada bulan Maret 2021
sebesar 21,42 Triliun Rupiah. Hasil tersebut menunjukkan semakin tingginya
penggunaan e-wallet selama terjadinya pandemi Covid-19.
Sebagian besar pengguna e-wallet berasal dari generasi Z. Menurut Lanier
(2017), generasi Z dikenal sebagai generasi digital native pertama karena generasi
Z adalah generasi pertama yang benar-benar terhubung dengan dunia digital sejak
lahir. Hal ini membuat generasi Z dapat lebih mudah memahami informasi digital
dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Selain itu, kemampuan yang
dimiliki oleh generasi Z tersebut akan membuat generasi lebih tertarik untuk
mengikuti perkembangan teknologi. Menurut Bencsik et al. (2016), seseorang
termasuk generasi Z jika lahir di tahun 1995 - 2010. Saat ini generasi Z terdiri dari
berbagai kalangan yaitu siswa, mahasiswa, dan bahkan ada yang sudah menjadi
tenaga kerja.
Salah satu wilayah dengan tingkat penggunaan alat pembayaran digital
tertinggi yaitu Jabodetabek. Hal tersebut dapat terjadi karena Survei Nasional
Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) oleh OJK (2019) menghasilkan bahwa
salah satu wilayah di Jabodetabek yaitu DKI Jakarta memiliki indeks literasi dan
inklusi keuangan tertinggi pada tahun 2019. DKI Jakarta memiliki indeks literasi
keuangan sebesar 59,16% dan indeks inklusi keuangan sebesar 94,76%. Hasil
indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan yang tinggi tersebut
memungkinkan untuk tingginya penggunaan alat pembayaran digital karena
sebagian besar wilayah Jabodetabek telah menyediakan fasilitas pembayaran
digital di berbagai tempat transaksi jual beli. Selain itu, banyaknya jumlah
mahasiswa yang merupakan generasi Z di Jabodetabek juga dapat meningkatkan
penggunaan pembayaran digital.
Banyaknya pengguna pembayaran digital yang termasuk juga e-wallet di
wilayah Jabodetabek, tentunya harus didukung dengan literasi keuangan yang
baik agar dapat mengoptimalkan penggunaan e-wallet. Literasi keuangan adalah
gabungan antara kesadaran, pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang
dibutuhkan oleh setiap individu agar dapat membuat keputusan keuangan yang
baik sehingga dapat tercapainya kesejahteraan finansial individu (Atkinson dan
Messy 2012). Literasi keuangan sangat dibutuhkan bagi setiap individu terutama
bagi mahasiswa, karena mahasiswa merupakan generasi penerus di masa
mendatang. Mahasiswa yang memiliki literasi keuangan yang baik akan mampu
mengelola keuangan dan mengambil keputusan keuangan dengan baik sehingga
dapat mencapai kesejahteraan finansial.
Hasil SNLIK (OJK 2019), menunjukkan indeks literasi keuangan
masyarakat Indonesia sebesar 21,84% di tahun 2013, 29,7% di tahun 2016, dan
38,03% di tahun 2019. Hasil tersebut sudah menunjukkan peningkatan indeks
literasi keuangan masyarakat Indonesia, namun peningkatan tersebut belum
signifikan sehingga masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, hasil SNLIK tahun
2013 dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2017,
menunjukkan bahwa semakin tingginya tingkat literasi keuangan masyarakat,
maka tingkat penggunaan produk dan layanan jasa keuangan juga akan semakin
tinggi. Literasi keuangan merupakan hal yang perlu diperhatikan agar dapat
meningkatkan penggunaan e-wallet dan proses pembayaran menjadi lebih efektif
4

dan efisien. Menurut Yusnita dan Abdi (2018), setiap individu akan memiliki
tingkat literasi keuangan yang berbeda-beda karena adanya perbedaan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku keuangan seseorang.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor sosiodemografi dan faktor finansial.
Faktor sosiodemografi merupakan faktor-faktor yang dapat membedakan ciri-ciri
masyarakat melalui kajian tentang manusia dan gambaran tentang kependudukan.
Sedangkan faktor finansial merupakan faktor-faktor yang berkaitan dengan
keuangan individu atau organisasi.
Semakin banyaknya pengguna e-wallet di tengah perkembangan teknologi
digital membuat penulis tertarik untuk meneliti pengaruh literasi keuangan, faktor
sosiodemografi, faktor finansial, dan pandemi Covid-19 terhadap keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet yang nantinya akan berguna untuk
pengembangan e-wallet sebagai alat pembayaran digital ke depannya. Selain itu,
penelitian ini juga akan meneliti tingkat literasi keuangan pada mahasiswa S1 di
Jabodetabek.

1.2 Rumusan Masalah


Perkembangan teknologi menuntut setiap individu untuk dapat beradaptasi
termasuk dengan teknologi pada sektor keuangan seperti alat pembayaran digital.
Sistem pembayaran digital dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
proses pembayaran. Salah satu dari berbagai jenis alat pembayaran digital, yang
banyak digunakan yaitu e-wallet. Penggunaan e-wallet sebagai alat pembayaran
dapat membantu mengurangi penggunaan uang tunai, sehingga e-wallet juga
dapat membantu transaksi pembayaran selama pandemi Covid-19. E-wallet dapat
memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran dengan mudah melalui
aplikasi pada smartphone, sehingga dapat mengurangi kontak langsung dengan
uang tunai yang dapat menjadi media penularan virus Covid-19. Literasi keuangan
dibutuhkan untuk dapat mengoptimalkan penggunaan e-wallet sebagai alat
pembayaran. Pentingnya literasi keuangan bagi individu untuk mencapai
kesejahteraan finansial mendorong diperlukannya usaha untuk meningkatkan
literasi keuangan terutama di kalangan mahasiswa. Tingkat literasi keuangan
setiap individu akan berbeda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada
pada individu tersebut. Salah satu manfaat literasi keuangan adalah memudahkan
seseorang dalam memilih dan menggunakan berbagai metode pembayaran salah
satunya adalah metode pembayaran dengan menggunakan e-wallet. Berdasarkan
pemaparan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalah penelitian seperti
berikut:
1. Bagaimana tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek?
2. Bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi dan faktor finansial terhadap
tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek?
3. Bagaimana pengaruh literasi keuangan, faktor sosiodemografi, faktor
finansial, dan pandemi Covid-19 terhadap keputusan penggunaan e-wallet
pada mahasiswa S1 di Jabodetabek?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan pada penelitian
ini yaitu:
5

1. Menganalisis tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek.


2. Menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan faktor finansial terhadap
tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek.
3. Menganalisis pengaruh literasi keuangan, faktor sosiodemografi, faktor
finansial, dan pandemi Covid-19 terhadap keputusan penggunaan e-wallet
pada mahasiswa S1 di Jabodetabek.

1.4 Manfaat

Hasil pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bagi pihak
universitas diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk
menyusun kebijakan dan program yang dapat meningkatkan literasi
keuangan mahasiswa.
2. Bagi perusahaan pengelola e-wallet diharapkan hasil penelitian ini juga
dapat menjadi informasi dalam menentukan kebijakan untuk
mengembangkan serta meningkatkan penggunaan e-wallet pada mahasiswa.
3. Bagi pembaca diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
penelitian selanjutnya dan dapat menambah wawasan pembaca.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini berfokus pada pengaruh literasi keuangan, faktor
sosiodemografi, faktor finansial, dan pandemi Covid-19 terhadap keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet. Subjek pada penelitian ini yaitu mahasiswa
S1 yang termasuk generasi Z, berasal dari perguruan tinggi di Jabodetabek, dan
berdomisili di Jabodetabek. Aplikasi e-wallet pada penelitian ini dibatasi dengan
lima e-wallet yang mendominasi transaksi fintech pembayaran di Indonesia pada
bulan Juni – Agustus 2020 menurut hasil survei yang dilakukan Snapcart dalam
Databoks (2020), yaitu ShopeePay, OVO, GOPAY, DANA, dan LinkAja.
6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literasi Keuangan


Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016
(POJK 2016), literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
keyakinan yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk dapat
mencapai kesejahteraan finansial dengan pengambilan keputusan dan pengelolaan
keuangan yang baik. Menurut Atkinson dan Messy (2012), literasi keuangan
adalah gabungan antara kesadaran, pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku
yang dibutuhkan oleh setiap individu agar dapat membuat keputusan keuangan
yang baik sehingga dapat tercapainya kesejahteraan finansial individu.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh OJK (2013), tingkat literasi
keuangan penduduk Indonesia digolongkan menjadi 4 kategori sebagai berikut:
1. Well literate, yaitu kategori yang memiliki pengetahuan dan keyakinan
tentang lembaga jasa keuangan dan produk jasa keuangan, termasuk fitur,
manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan,
serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate, yaitu kategori yang memiliki pengetahuan dan keyakinan
tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk
fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa
keuangan.
3. Less literate, yaitu kategori yang hanya memiliki pengetahuan tentang
lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.
4. Not literate, yaitu kategori yang tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan
terhadap lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak
memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Berdasarkan SNLIK ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan pada
tahun 2019 (OJK 2019), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia yaitu
sebesar 38,03%. Masyarakat dengan literasi keuangan yang baik akan mampu
untuk memilih dan menggunakan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai
dengan kebutuhannya serta mampu melakukan perencanaan keuangan dengan
lebih baik (OJK 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Atkinson dan
Messy (2012), untuk mengukur tingkat literasi keuangan dapat berfokus pada tiga
komponen sebagai berikut:
1. Pengetahuan keuangan (financial knowledge), yaitu pengetahuan dasar
tentang konsep keuangan utama dan kemampuan untuk menerapkan
keterampilan berhitung dalam situasi keuangan.
2. Perilaku keuangan (financial behaviour), yaitu perilaku dalam
merencanakan pengeluaran dan membangun jaring pengaman finansial.
3. Sikap keuangan (financial attitude), yaitu sikap dan preferensi seseorang
terhadap uang dan perencanaan keuangannya di masa mendatang.
7

2.2 Faktor Sosiodemografi


Sosiodemografi terdiri dari kata sosio yang artinya kajian tentang manusia
dan demografi yang artinya gambaran tentang kependudukan. Selain itu, kata
demografi merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang
berarti rakyat dan grafein yang berarti tulisan. Oleh karena itu demografi dapat
didefinisikan sebagai tulisan tentang rakyat atau penduduk.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001), yang termasuk karakteristik sosial
demografi adalah karakteristik yang dapat menggambarkan perbedaan pada
masyarakat seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa,
pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial.
Sedangkan Loix et al. (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
karakteristik sosiodemografi terdiri dari jenis kelamin, usia, bahasa, pendidikan,
ukuran rumah tangga, dan pekerjaan. Selain itu, Yusnita dan Abdi (2018) juga
menggambarkan usia dan tingkat pendidikan sebagai faktor demografi dalam
penelitiannya.

2.3 Faktor Finansial


Finansial merupakan istilah yang berkaitan dengan keuangan individu atau
organisasi. Menurut Loix et al. (2005), karakteristik finansial dapat digambarkan
melalui pendapatan bulanan setelah pajak. Selain itu, Rita dan Kusumawati (2011)
dalam penelitiannya menggambarkan karakteristik finansial melalui pendapatan
dan pengeluaran. Sedangkan menurut Jalil (2007), variabel finansial berupa
pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan memiliki hubungan
yang nyata terhadap kepemilikan kartu kredit yang juga merupakan alat
pembayaran non tunai.
Menurut Rita dan Kusumawati (2011), tingkat pendapatan akan
mempengaruhi tindakan seseorang dalam hal yang berkaitan dengan keuangan.
Tindakan dalam mengelola keuangan pada setiap orang akan berbeda karena
pendapatan dan pengeluaran setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya juga
berbeda-beda.

2.4 Pandemi Covid-19


Pandemi merupakan epidemi yang menyebar ke wilayah yang luas hingga
melintasi perbatasan beberapa negara, dan dapat berdampak kepada banyak orang
(WHO 2007). Menurut Abideen et al. (2020), pandemi merupakan suatu kejadian
yang tidak biasa yang mungkin disebabkan oleh perubahan antropogenik di
lingkungan alam. Menurut World Health Organization (2020), Covid-19
merupakan penyakit menular yang dapat disebabkan oleh coronavirus yang baru
ditemukan. Coronavirus dapat menyebabkan infeksi saluran napas pada manusia.
Penularan virus Covid-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi yaitu melalui percikan (droplet) dari saluran napas orang yang
terinfeksi (yang keluar melalui batuk dan bersin). Selain itu seseorang juga dapat
terinfeksi virus Covid-19 melalui permukaan benda yang telah terkontaminasi
virus Covid-19 lalu menyentuh bagian wajahnya.
Menurut Kemenkes RI dan GEMAR (2020), lima hal penting yang
dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19, yaitu (1) sering mencuci tangan
dengan menggunakan sabun, (2) bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, (3)
8

menggunakan masker bila sakit atau harus berada di tempat umum, (4) jaga jarak
(social distancing) dan jauhi kerumunan, (5) segera mandi dan ganti pakaian
setelah tiba di rumah. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik pada September 2020 tentang perilaku masyarakat di masa pandemi
Covid-19 dihasilkan bahwa tingkat kepatuhan responden dalam pencegahan
Covid-19 sudah baik. Perilaku dalam pencegahan Covid-19 yang dilakukan yaitu
berupa penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, menggunakan
hand sanitizer/ disinfektan, mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun,
menghindari jabat tangan, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak minimal
satu meter (BPS 2020).

2.5 Keputusan Keuangan


Menurut Sundjaja dan Barlian (2002) dalam Siregar (2019), keuangan
merupakan suatu ilmu dan seni dalam mengelola keuangan yang akan berdampak
terhadap kehidupan setiap orang ataupun organisasi. Keuangan berkaitan dengan
proses, lembaga, pasar, dan instrumen dalam kegiatan transfer uang antar individu,
bisnis, dan pemerintah. Sedangkan keputusan didefinisikan sebagai momen dalam
proses mengevaluasi alternatif tindakan untuk memenuhi tujuan, di mana harapan
tentang tindakan tertentu mendorong pembuat keputusan untuk memilih tindakan
yang memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat membuat tercapainya
tujuan (Harrison 1996). Oleh karena itu, keputusan keuangan dapat didefinisikan
sebagai proses penentuan keputusan yang memiliki kemungkinan paling besar
dapat mencapai tujuan dari berbagai alternatif dalam mengelola keuangan.
Menurut Senduk (2005), manajemen keuangan pribadi dapat meliputi keputusan
tentang 4 hal seperti sebagai berikut:
1. Membeli dan memiliki sebanyak mungkin harta produktif
2. Mengatur pengeluaran
3. Berhati-hati terhadap hutang
4. Sisihkan untuk masa depan.

2.6 E-Wallet
E-Wallet merupakan salah satu jenis alat pembayaran non tunai. Menurut
Peraturan Bank Indonesia (2016) Nomor 18/40/PBI/2016, e-wallet atau dompet
elektronik merupakan layanan elektronik yang dapat menyimpan dana untuk
melakukan transaksi pembayaran. Sedangkan menurut Hasan et al. (2020), e-
wallet merupakan program yang memberikan layanan elektronik atau online yang
memungkinkan pengguna untuk dapat membeli sesuatu secara elektronik
sekaligus dapat menyimpan data identitas pengguna dan kredensial digital. E-
wallet mengubah konsep bahwa uang yang biasanya disimpan di dompet kulit dan
kini dapat disimpan di dompet digital di dalam smartphone (Pertiwi et al. 2020).
E-wallet dianggap sebagai salah satu alat pembayaran yang terkenal saat ini
karena kelebihan e-wallet yang memiliki kesederhanaan, kemampuan beradaptasi,
serta memiliki sistem perlindungan (Hasan et al. 2020). Selain kelebihan tersebut,
e-wallet juga dianggap sebagai salah satu alat pembayaran ternyaman, karena
dapat mempermudah persiapan sebuah toko untuk transaksi tanpa membawa uang
tunai (Megadewandanu et al. 2016). Menurut Inggiharti (2020), pelaksanaan
proses pembayaran dengan uang elektronik dapat memberikan dampak positif,
9

yaitu dapat membantu mengurangi peredaran uang tunai serta proses transaksi
pembayaran menjadi lebih efisien.
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan oleh iPrice dan App Annie
(2020), ranking 10 besar aplikasi e-wallet di Indonesia berturut-turut yaitu
GOPAY, OVO, DANA, LinkAja, Go Mobile By CIMB, i.Saku, JakOne Mobile-
Bank DKI, DOKU, Sakuku, dan Paytren. Hasil ini didapatkan berdasarkan jumlah
pengguna aktif bulanan terbanyak dalam 5 kuartal terakhir sejak Q2 2019 hingga
Q2 2020 di App Store dan Google Play. Sedangkan hasil riset yang dilakukan
oleh Snapcart dalam Databoks (2020), lima e-wallet yang mendominasi transaksi
fintech pembayaran di Indonesia pada bulan Juni – Agustus 2020 yang dilihat dari
segi nilai dan frekuensi transaksi secara berturut turut yaitu ShopeePay, OVO,
GOPAY, DANA, dan LinkAja.

2.7 Generasi Z
Menurut Mannheim (1952) dalam Pilcher (1994), generasi merupakan
penggolongan berdasarkan tahun kelahiran dalam konteks sejarah dan budaya
yang sama serta memiliki pengalaman yang sama yang terjadi selama bertahun-
tahun. Penelitian tentang pembagian generasi sudah banyak dilakukan dan
menghasilkan nama generasi dan pembagian yang berbeda-beda, namun secara
garis besar memiliki makna yang sama. Salah satu teori generasi yaitu menurut
Bencsik et al. (2016) yang membagi generasi menjadi 6 kategori, yaitu (1)
Veteran Generation (1925 - 1946), (2) Baby Boom Generation (1946 - 1960), (3)
X Generation (1960 - 1980), (4) Y Generation (1980 - 1995), (5) Z Generation
(1995 - 2010), (6) Alfa Generation (> 2010). Generasi Z merupakan generasi yang
dikenal sebagai generasi asli digital karena generasi Z adalah generasi pertama
yang benar-benar terhubung sejak lahir dengan dunia digital, serta tidak hanya
dianggap sebagai digital native namun juga sebagai mobile native (Lanier 2017).

2.8 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet
dilakukan agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga
dapat menentukan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan
e-wallet. Penggunaan e-wallet dapat membantu mengurangi penggunaan uang
tunai. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet.
Faktor pertama yang diduga dapat mempengaruhi keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet yaitu literasi keuangan. Menurut Purba (2020),
kemampuan mahasiswa dalam mengelola keuangan akan mempengaruhi minat
mahasiswa dalam menggunakan produk fintech. Hal ini sesuai dengan penelitian
Anwar (2019), yang menghasilkan bahwa penggunaan alat pembayaran berupa e-
money dan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) pada
mahasiswa dapat dipengaruhi oleh literasi keuangan. Selain itu, Kurniawan et al.
(2020) juga menyatakan tingkat literasi keuangan dapat mempengaruhi keputusan
keuangan mahasiswa. Namun hasil beberapa penelitian tersebut tidak didukung
oleh penelitian Nirmala et al. (2019), yang menyatakan bahwa literasi keuangan
tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku mahasiswa dalam cashless society.
Faktor sosiodemografi juga diduga dapat mempengaruhi keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet. Penelitian Marpaung et al. (2021)
10

menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi


tindakannya dalam penggunaan fintech. Selain itu, penelitian Pratami (2018) juga
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
penggunaan alat pembayaran non tunai.
Faktor selanjutnya yang diduga berpengaruh terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet yaitu faktor finansial. Marpaung et al. (2021) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pendapatan seseorang dapat mempengaruhi
tindakannya dalam penggunaan aplikasi fintech. Hasil dari penelitian lain yaitu
penelitian Jalil (2007), menunjukkan variabel finansial berupa pendapatan,
pengeluaran, serta tabungan setiap bulannya memiliki hubungan yang nyata
terhadap kepemilikan kartu kredit yang juga merupakan alat pembayaran non
tunai. Selain itu, penelitian Aksami dan Jember (2019) juga menunjukkan bahwa
tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi minat dalam menggunakan e-
money.
Selain ketiga variabel tersebut, pandemi Covid-19 juga diduga berpengaruh
terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet. Menurut Fatoni et al.
(2019), pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan pada perilaku masyarakat
yaitu masyarakat lebih banyak berbelanja secara online dan juga berdampak
terhadap alat pembayaran yang digunakan, dari yang sebelumnya menggunakan
uang tunai menjadi beralih menggunakan e-wallet. Selain itu berdasarkan
penelitian Undale et al. (2020), diketahui bahwa merebaknya pandemi Covid-19
memaksa orang untuk menggunakan e-wallet sebagai alat pembayaran. Penelitian
lain yang juga sejalan yaitu penelitian Katon dan Yuniati (2020), menunjukkan
bahwa generasi milenial menggunakan OVO sebagai alat pembayaran selama
terjadinya pandemi Covid-19 karena adanya gaya hidup baru yang dilakukan
untuk mengurangi risiko terinfeksi virus Covid-19.
Untuk dapat melakukan pengoptimalan dalam penggunaan e-wallet dan agar
dapat menghindari risiko buruk yang dapat terjadi, maka dibutuhkan literasi
keuangan yang baik bagi penggunanya. Terdapat beberapa faktor yang diduga
dapat mempengaruhi tingkat literasi seseorang yaitu faktor finansial dan faktor
sosiodemografi. Menurut Gunartin et al. (2019), tingkat pendapatan seseorang
akan dapat mempengaruhi tingkat literasi keuangannya. Hasil tersebut juga
didukung oleh hasil penelitian Arianti (2020), yang menunjukkan tingkat
pendapatan memiliki berpengaruh positif dan signifikan terhadap literasi
keuangan.
Faktor sosiodemografi menurut Loix et al. (2005) terdiri dari jenis kelamin,
usia, bahasa, pendidikan, ukuran rumah tangga, dan pekerjaan. Penelitian Yusri
(2018) menghasilkan bahwa jenis kelamin dan kemampuan akademis berpengaruh
positif dan signifikan terhadap literasi keuangan. Selain itu, menurut Garg dan
Singh (2018), faktor demografi seperti usia dan tingkat pendidikan mempengaruhi
tingkat literasi keuangan remaja. Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan
penelitian Yusnita dan Abdi (2018) yang menghasilkan bahwa tingkat pendidikan
dan usia yang termasuk faktor sosiodemografi tidak memiliki pengaruh terhadap
tingkat literasi keuangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat beberapa hasil yang tidak konsisten
tentang faktor yang mempengaruhi keputusan keuangan dalam penggunaan e-
wallet dan faktor yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan. Oleh karena itu
dilakukan kembali penelitian ini untuk menguji faktor-faktor yang diduga dapat
11

mempengaruhi keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet, serta faktor-


faktor yang diduga dapat mempengaruhi literasi keuangan. Namun, pada
penelitian ini terdapat perbedaan yaitu pada subjek penelitian yang hanya
berfokus pada lima e-wallet yang mendominasi transaksi fintech pembayaran pada
bulan Juni – Agustus 2020 berdasarkan hasil survei Snapcart dalam Databoks
(2020), yaitu ShopeePay, OVO, GOPAY, DANA, dan LinkAja. Selain itu pada
penelitian ini juga terdapat penambahan variabel yaitu variabel pandemi Covid-19.
12

III METODE

3.1 Kerangka Pemikiran


Teknologi yang terus berkembang menuntut setiap individu agar mampu
beradaptasi, termasuk dengan teknologi pada sektor keuangan seperti alat
pembayaran digital. Salah satu alat pembayaran yang banyak digunakan yaitu e-
wallet. Penggunaan e-wallet sebagai alat pembayaran dapat membantu
mengurangi penggunaan uang tunai serta dapat membantu penerapan pembatasan
kontak dengan fasilitas umum saat terjadinya pandemi Covid-19. Terdapat
beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan keuangan dalam
penggunaan e-wallet yaitu tingkat literasi keuangan, faktor sosiodemografi, faktor
finansial, dan pandemi Covid-19.
Menurut Atkinson dan Messy (2012), untuk mengukur tingkat literasi
keuangan dapat berfokus pada tiga komponen yaitu pengetahuan keuangan, sikap
keuangan, dan perilaku keuangan. Literasi keuangan dapat memudahkan
seseorang dalam memilih dan menggunakan berbagai jenis alat pembayaran, salah
satunya dengan menggunakan e-wallet. Faktor lain yang diduga dapat
mempengaruhi keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet yaitu faktor
sosiodemografi. Faktor sosiodemografi pada penelitian ini mengacu kepada Loix
et al. (2005) yang kemudian disesuaikan dengan subjek penelitian yang
merupakan mahasiswa S1, sehingga faktor sosiodemografi pada penelitian ini
terdiri dari usia, asal fakultas, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan pendidikan
terakhir ibu. Indikator asal fakultas dan IPK dapat menjelaskan indikator untuk
pendidikan formal, serta pendidikan terakhir ibu menjelaskan pendidikan informal
karena seorang ibu cenderung memiliki peran yang lebih besar untuk mendidik
anaknya di rumah. Faktor selanjutnya yaitu faktor finansial yang mengacu kepada
Jalil (2007), yaitu terdiri dari pendapatan, pengeluaran, persentase pengeluaran
non tunai, dan jumlah uang yang ditabung setiap bulan. Pendapatan yang
dimaksud pada penelitian ini dapat berasal dari orang tua mahasiswa maupun dari
hasil pendapatan mahasiswa sendiri. Sedangkan pengaruh pandemi Covid-19 pada
penelitian ini mengacu kepada C.C dan Prathap (2020), yaitu dapat dilihat dari
perilaku pembatasan kontak dengan fasilitas umum yang dilakukan sebagai
bentuk pencegahan penularan virus Covid-19. Untuk mengukur pengaruh
beberapa faktor tersebut terhadap keputusan penggunaan e-wallet, dibatasi dengan
perilaku pengguna non tunai yang mengacu kepada Bank Indonesia (2014) dan
Loix et al. (2005), yaitu jumlah kepemilikan, frekuensi penggunaan, dan volume
transaksi. Berikut kerangka pemikiran penelitian ini yang dijelaskan pada Gambar
3.
13

Perkembangan teknologi yang semakin berkembang menuntut


setiap individu mampu beradaptasi, salah satunya dengan
menggunakan alat pembayaran digital seperti e-wallet

Penggunaan e-wallet dapat membantu mengurangi penggunaan


uang tunai dan dapat membantu proses pembayaran saat terjadi
pandemi Covid-19

Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi


keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet

Literasi Keuangan, Faktor Faktor Finansial, Pandemi Covid-19


Atkinson dan Messy Sosiodemografi, Jalil (2007) : C.C dan Prathap
(2012) : Loix et al. (2005) - Pendapatan (2020):
- Pengetahuan - Usia - Pengeluaran - Social
keuangan - Fakultas - Persentase distancing
- Sikap - IPK pengeluaran berupa
keuangan - Pendidikan ibu non tunai pembatasan
- Perilaku - Tabungan kontak dengan
keuangan fasilitas umum

Keputusan keuangan dalam


penggunaan e-wallet (Bank
Indonesia 2014 dan Loix et al.
2005) :

Perilaku pengguna non tunai:


- Jumlah kepemilikan
- Frekuensi penggunaan
- Volume transaksi

Analisis Deskriptif Analisis SEM-PLS

Pengaruh Literasi Keuangan, Faktor Sosiodemografi, Faktor Finansial,


dan Pandemi Covid-19 terhadap Keputusan Keuangan dalam
Penggunaan E-Wallet pada Generasi Z

Implikasi Manajerial

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian


14

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi pada penelitian ini yaitu di Jabodetabek yang terdiri dari beberapa
wilayah yaitu Provinsi DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok,
Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi,
dan Kabupaten Bekasi. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Januari hingga
Juni 2021.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan didapatkan dari hasil pengisian kuesioner
oleh responden yang sesuai dengan kriteria pada penelitian. Kuesioner disebarkan
kepada responden secara online melalui Google Forms. Sedangkan data sekunder
pada penelitian ini yaitu berupa studi literatur dari buku, jurnal, publikasi Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), publikasi Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD), dan sumber lainnya yang berkaitan dan dapat mendukung
penelitian ini.

3.4 Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling merupakan teknik penarikan sampel yang mempertimbangkan
karakteristik atau kriteria tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berikut kriteria
sampel yang digunakan pada penelitian ini:
1. Mahasiswa S1 yang termasuk generasi Z yaitu yang lahir pada tahun 1995 –
2010.
2. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jabodetabek dan berdomisili di
Jabodetabek.
3. Menggunakan e-wallet sebagai alat pembayaran selama masa pandemi
Covid-19.
4. Menggunakan minimal satu aplikasi e-wallet dari lima e-wallet yang
mendominasi transaksi fintech pembayaran di Indonesia pada bulan Juni –
Agustus 2020 menurut hasil survei yang dilakukan Snapcart dalam
Databoks (2020), yaitu ShopeePay,OVO, GOPAY, DANA, dan LinkAja.
Mahasiswa S1 yang termasuk generasi Z dan berdomisili di Jabodetabek
merupakan populasi pada penelitian ini, namun total populasinya tidak diketahui
secara pasti. Penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow dalam menentukan
ukuran sampel, karena rumus Lemeshow merupakan rumus yang digunakan untuk
mengetahui jumlah sampel pada populasi yang jumlahnya tidak diketahui. Berikut
perhitungan jumlah sampel dengan rumus Lemeshow:

Keterangan:
n : Jumlah sampel
15

: Z score pada tingkat kepercayaan. Tingkat kepercayaan yang


digunakan yaitu 95% sehingga Z score sebesar 1,96
P : Estimasi proporsi. Penelitian ini menggunakan nilai estimasi
proporsi sebesar 0,5, karena menurut Lemeshow et al. (1991)
ketika peneliti tidak mengetahui berapa tingkat P dalam populasi,
memilih 0,5 untuk P dalam rumus ukuran sampel akan selalu
memberikan pengamatan yang cukup
d : Kesalahan pengambilan sampel (sampling error). Sampling error
yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 5 %

Berdasarkan perhitungan dengan rumus Lemeshow di atas, dihasilkan


bahwa ukuran sampel yang diperlukan pada penelitian ini yaitu sebanyak 96
responden. Untuk dapat menghasilkan data yang lebih representatif dan dapat
menghindari kesalahan pada proses pengisian kuesioner, peneliti menambah
sebanyak 40 responden, sehingga pada penelitian ini membutuhkan sebanyak 136
responden.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis
Structural Equation Modeling – Partial Least Square (SEM-PLS) untuk
menganalisis data. Selain itu penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2010,
IBM SPSS Statistic 26, dan SmartPLS 3.0 sebagai alat analisis.

3.5.1 Uji Validitas


Validitas merupakan kesesuaian dan ketepatan suatu indikator dalam
mengukur konsep yang ingin diteliti (Priyono 2016). Uji validitas dilakukan
untuk menguji apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian memiliki
alat ukur yang tepat sehingga mampu memberikan nilai peubah yang ingin
diukur (Juanda 2007). Penelitian ini menggunakan software IBM SPSS
Statistics 26 untuk melakukan uji validitas terhadap instrumen penelitian. Suatu
instrumen memiliki validitas yang baik yaitu jika hasil uji validitas
menunjukkan bahwa r hitung memiliki nilai yang lebih besar dari nilai r tabel.
16

3.5.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas merupakan keterandalan suatu indikator dalam penelitian
sehingga informasi pada indikator yang digunakan tidak berubah-ubah
(Priyono 2016). Sedangkan menurut Juanda (2007), reliabilitas merupakan
keterandalan yang identik dengan kekonsistenan. Penelitian ini menggunakan
nilai Cronbach’s Alpha dalam melakukan uji reliabilitas kuesioner. Jika hasil
uji reliabilitas menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha yang lebih dari 0,6, maka
instrumen dapat dikatakan reliabel.

3.5.3 Analisis Deskriptif


Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang dapat menghasilkan
gambaran yang lebih rinci karena dapat menghasilkan tipologi atau pola-pola
terkait fenomena yang diteliti (Priyono 2016). Sedangkan menurut Silalahi
(2006), analisis deskriptif merupakan proses yang dilakukan untuk
mengorganisasikan dan menyajikan informasi dalam bentuk yang dapat
dikomunikasikan dan dapat dipahami. Analisis deskriptif pada penelitian ini
dilakukan untuk menjelaskan karakteristik responden, tingkat literasi keuangan,
dan perilaku pengguna e-wallet mahasiswa S1 di Jabodetabek. Pada analisis
tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek, dilakukan
penggolongan tingkat literasi keuangan yang mengacu pada penggolongan
tingkat literasi keuangan oleh OJK (2013). Tingkat literasi keuangan dibagi
menjadi 4 kategori seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Penggolongan tingkat literasi keuangan


Penggolongan Tingkat Literasi
Persentase (%)
Keuangan
Not literate 0 – 25
Less literate 26 – 50
Sufficient literate 51 – 75
Well literate 76 – 100

3.5.4 Analisis SEM-PLS


Structural Equation Model (SEM) merupakan metode analisis
multivariate yang dapat menguji hubungan antar variabel yang kompleks baik
recursive maupun non-recursive agar mendapatkan gambaran menyeluruh
pada suatu model (Ramadiani 2010). Sedangkan analisis Partial Least Square
(PLS) merupakan teknik statistika multivariate yang dapat memungkinkan
untuk membandingkan variabel dependen berganda dengan variabel
independen berganda (Abdillah dan Hartono 2015). Oleh karena itu, metode
SEM-PLS dapat digunakan untuk menguji hubungan antar variabel laten pada
suatu model penelitian. Model PLS akan dievaluasi dengan menggunakan
outer model dan inner model. Model pengukuran (outer model) merupakan
model yang menghubungkan indikator dengan variabel laten, sedangkan model
struktural (inner model) merupakan model yang menghubungkan variabel laten
dengan variabel laten lainnya. Model pada penelitian dapat dilihat pada
Gambar 4.
17

Gambar 4 Model struktural penelitian

Gambar 4 menunjukkan beberapa variabel laten beserta masing-masing


indikatornya yang digunakan pada penelitian ini. Analisis SEM-PLS digunakan
dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh literasi keuangan, faktor
sosiodemografi, faktor finansial, dan pandemi Covid-19 terhadap keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet, serta pengaruh faktor sosiodemografi
dan faktor finansial terhadap literasi keuangan mahasiswa S1 yang merupakan
generasi Z di Jabodetabek.

3.6 Variabel Penelitian


Variabel berisi tentang gejala sosial yang akan diteliti dan dijelaskan dalam
penelitian kuantitatif. Menurut Priyono (2016), pada penelitian kuantitatif terdapat
2 jenis variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen,
dan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu variabel keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet dan variabel literasi keuangan. Keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet pada penelitian ini dibatasi oleh perilaku
penggunaan non tunai yang mengacu kepada Bank Indonesia (2014) dan Loix et
al. (2005) yaitu jumlah kepemilikan, frekuensi penggunaan, dan volume transaksi
e-wallet. Sedangkan variabel independen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
18

1. Literasi keuangan, merupakan kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan


keyakinan keuangan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap
dan berperilaku dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan
untuk mencapai kesejahteraan finansial. Pada penelitian ini variabel literasi
keuangan berfokus pada 3 subvariabel yang mengacu pada Atkinson dan
Messy (2012) seperti berikut ini:
a. Pengetahuan keuangan, yaitu pengetahuan dasar terkait konsep keuangan
dan kemampuan dalam menerapkan keterampilan berhitung dalam situasi
keuangan. Pengetahuan keuangan dalam penelitian ini diukur melalui
pengetahuan dasar terkait keuangan yang terdiri dari bunga pinjaman,
bunga tabungan, bunga majemuk, inflasi, investasi, dan deposito.
b. Sikap keuangan, yaitu sikap dan preferensi individu terhadap uang dan
perencanaan keuangannya di masa mendatang. Sikap keuangan dalam
penelitian ini yaitu berupa sikap mengeluarkan atau menyimpan uang,
kepuasan terhadap kondisi keuangan, keterbatasan kondisi keuangan,
penggunaan uang, kesadaran pentingnya menabung, keuangan
mengendalikan kehidupan, kemudahan dalam mengambil keputusan
karena adanya perencanaan keuangan, dan kecenderungan untuk hidup
saat ini dan mengabaikan masalah keuangan di masa depan.
c. Perilaku keuangan, yaitu perilaku dalam merencanakan pengeluaran dan
membangun jaring pengaman finansial. Perilaku keuangan dalam
penelitian ini yaitu berupa perilaku membuat perencanaan keuangan,
tindakan untuk memenuhi pembiayaan darurat, mencatat pemasukan dan
pengeluaran, melakukan pertimbangan dalam memilih layanan keuangan,
memisahkan uang keperluan sehari-hari dengan uang tagihan, serta
membayar tagihan tepat waktu.

2. Faktor sosiodemografi, faktor-faktor yang dapat membedakan ciri-ciri


masyarakat melalui kajian tentang manusia dan gambaran tentang
kependudukan. Faktor sosiodemografi pada penelitian ini digambarkan
melalui usia, fakultas, IPK, dan pendidikan terakhir ibu.

3. Faktor finansial, faktor-faktor yang berkaitan dengan keuangan individu


atau organisasi. Faktor finansial pada penelitian ini digambarkan melalui
pendapatan, pengeluaran, persentase pengeluaran non tunai, dan jumlah
uang yang ditabung setiap bulan.

4. Pandemi Covid-19, virus Covid-19 yang menyebar ke wilayah yang luas


hingga melintasi perbatasan beberapa negara dan yang dapat memberikan
dampak yang buruk bagi banyak orang. Pandemi Covid-19 dalam penelitian
ini digambarkan melalui penerapan social distancing berupa pembatasan
kontak dengan benda fasilitas umum.

Masing-masing indikator pada variabel-variabel tersebut diberi notasi.


Adapun notasi masing-masing indikator pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel
2.
19

Tabel 2 Notasi masing-masing variabel


Variabel Indikator Notasi
Keputusan Keuangan Jumlah kepemilikan KPE1
dalam Penggunaan E- Frekuensi penggunaan KPE2
Wallet Volume transaksi KPE3
Pengetahuan Keuangan
Bunga pinjaman LK1_1
Bunga tabungan LK1_2
Bunga majemuk LK1_3
Inflasi LK1_4
Investasi LK1_5
Deposito LK1_6
Sikap Keuangan
Menyimpan atau menghabiskan uang LK2_1
Kepuasan terhadap kondisi keuangan LK2_2
Keterbatasan kondisi keuangan LK2_3
Penggunaan uang LK2_4
Kesadaran pentingnya menabung LK2_5
Keuangan mengendalikan kehidupan LK2_6

Literasi Keuangan Membuat perencanaan keuangan dapat


mempermudah pengambilan keputusan LK2_7
keuangan
Kecenderungan untuk hidup hanya
untuk hari ini tanpa memedulikan LK2_8
masalah keuangan di masa depan
Perilaku Keuangan
Membuat perencanaan keuangan LK3_1
Tindakan untuk memenuhi pembiayaan
LK3_2
darurat
Mencatat pengeluaran dan pemasukan LK3_3
Melakukan pertimbangan dalam
LK3_4
memilih layanan keuangan
Menabung secara rutin LK3_5
Melakukan pertimbangan sebelum
LK3_6
membeli sesuatu
Memisahkan uang keperluan sehari-hari
LK3_7
dengan uang tagihan
Membayar tagihan tepat waktu LK3_8
20

Variabel Indikator Notasi


Usia FS1
IPK FS2
Faktor Sosiodemografi
Asal Fakultas FS3
Pendidikan ibu FS4
Pendapatan setiap bulan F1
Pengeluaran setiap bulan F2
Faktor finansial
Persentase pengeluaran non tunai F3

Tabungan setiap bulan F4


Kesadaran terhadap bahaya pandemi
PC1
Covid-19
Kecemasan saat beraktivitas di luar
PC2
rumah
Pandemi Covid-19
Pembatasan kontak dengan fasilitas
PC3
umum
Penerapan protokol kesehatan PC4
Penerapan social distancing PC5

3.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan asumsi yang akan diuji kebenarannya dan juga
merupakan jawaban sementara atas pertanyaan peneliti (Priyono 2016). Terdapat
6 hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh Faktor Sosiodemografi terhadap Literasi Keuangan
Faktor-faktor sosiodemografi pada penelitian ini terdiri dari usia, asal
fakultas, IPK, dan pendidikan terakhir ibu. Penelitian (Yusri 2018),
menghasilkan bahwa kemampuan akademis seseorang akan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap literasi keuangan. Selain itu, menurut Garg dan
Singh (2018), faktor demografi seperti usia dan tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat literasi keuangan remaja.
Menurut Syuliswati (2019), seseorang dengan usia yang lebih tinggi akan
lebih mudah dalam memahami konsep terkait keuangan sehingga memiliki
literasi keuangan yang lebih baik. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang juga
dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam menentukan
keputusan keuangan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi juga akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik dalam
menyikapi dan mengambil keputusan terkait keuangan. Menurut Sari (2015),
pendidikan formal di perguruan tinggi serta pendidikan keuangan dalam
keluarga akan mempengaruhi tingkat literasi seseorang. Oleh karena itu,
indikator IPK dan asal fakultas mewakili pendidikan formal bagi mahasiswa.
Sedangkan indikator pendidikan terakhir ibu mewakili pendidikan informal,
karena ibu cenderung memegang peran yang lebih besar dalam mendidik anak
di dalam keluarga. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan
hipotesis seperti berikut:
21

H01 : Faktor sosiodemografi tidak berpengaruh terhadap literasi keuangan


Ha1 : Faktor sosiodemografi berpengaruh positif terhadap literasi keuangan

b. Pengaruh Faktor Finansial terhadap Literasi Keuangan


Faktor finansial yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendapatan,
pengeluaran, persentase pengeluaran non tunai, dan jumlah uang yang ditabung
setiap bulan oleh mahasiswa S1 yang merupakan generasi Z dan berdomisili di
Jabodetabek. Pendapatan yang dimaksud pada penelitian ini yaitu uang yang
didapatkan dari orang tua ataupun uang yang berasal dari pendapatan sendiri.
Menurut Gunartin et al. (2019), tingkat pendapatan seseorang akan dapat
mempengaruhi tingkat literasi keuangannya. Selain itu Arianti (2020) juga
mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendapatan yang tinggi memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola keuangan. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh tuntutan bagi seseorang dengan kondisi
finansial yang baik untuk mencari informasi serta pemahaman dalam
mengelola keuangan agar kondisi finansial tetap terkendali. Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut:
H02 : Faktor finansial tidak berpengaruh terhadap literasi keuangan
Ha2 : Faktor finansial berpengaruh positif terhadap literasi keuangan

c. Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Keputusan Keuangan dalam


Penggunaan E-Wallet
Literasi keuangan pada penelitian ini terbagi menjadi 3 subvariabel yaitu
pengetahuan keuangan, sikap keuangan, dan perilaku keuangan. Penelitian
yang dilakukan oleh Anwar (2019), menunjukkan bahwa penggunaan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan e-money pada mahasiswa
dipengaruhi oleh tingkat literasi keuangannya. Selain itu, menurut Kurniawan
et al. (2020), keputusan keuangan mahasiswa juga dapat dipengaruhi oleh
tingkat literasi keuangan.
Menurut Purba (2020), semakin baik kemampuan seorang mahasiswa
dalam mengelola keuangannya, maka akan menyebabkan semakin tingginya
minat mahasiswa untuk menggunakan produk fintech karena ingin mengikuti
perkembangan teknologi di sektor ekonomi. Seseorang dengan tingkat literasi
keuangan yang tinggi akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
memahami dan menggunakan produk fintech. Oleh karena itu, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H03 : Literasi keuangan tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet
Ha3 : Literasi keuangan berpengaruh positif terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet

d. Pengaruh Faktor Sosiodemografi terhadap Keputusan Keuangan


dalam Penggunaan E-Wallet
Loix et al. (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa yang
termasuk faktor sosiodemografi yaitu jenis kelamin, usia, bahasa, pendidikan,
ukuran rumah tangga, dan pekerjaan. Oleh karena itu, faktor sosiodemografi
pada penelitian ini yaitu usia, fakultas, IPK, dan pendidikan terakhir ibu.
Faktor-faktor tersebut digunakan agar dapat menyesuaikan dengan kriteria
22

responden pada penelitian ini yaitu mahasiswa S1 yang termasuk generasi Z.


Seseorang termasuk generasi Z jika lahir pada tahun 1995 – 2010 (Bencsik et
al. 2016). Generasi Z dikenal sebagai digital native karena memiliki
kemampuan yang baik dalam menggunakan berbagai macam teknologi yang
terus berkembang. Keputusan keuangan dalam penelitian ini diukur melalui
jumlah kepemilikan, frekuensi penggunaan dan volume transaksi.
Menurut Pratami (2018), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai juga akan semakin
tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pemahaman terkait teknologi yang
dimiliki oleh seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga akan lebih
baik. Begitupun dengan usia, seseorang dengan usia yang lebih dewasa juga
akan memiliki pemahaman yang lebih baik terkait produk fintech, karena telah
memiliki pengalaman dalam menentukan alat pembayaran yang akan
digunakan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini yaitu:
H04 : Faktor sosiodemografi tidak berpengaruh terhadap keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet
Ha4 : Faktor sosiodemografi berpengaruh positif terhadap keputusan
keuangan dalam penggunaan e-wallet

e. Pengaruh Faktor Finansial terhadap Keputusan Keuangan dalam


Penggunaan E-Wallet
Faktor finansial yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendapatan,
pengeluaran, persentase pengeluaran non tunai, dan jumlah uang yang ditabung
setiap bulan oleh mahasiswa S1 yang merupakan generasi Z dan berdomisili di
Jabodetabek. Menurut penelitian Aksami dan Jember (2019), menunjukkan
bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi minat dalam
menggunakan e-money. Penelitian Jalil (2007) juga menunjukkan bahwa
pendapatan, pengeluaran, dan tabungan per bulan memiliki hubungan dengan
kepemilikan kartu kredit yang juga merupakan alat pembayaran non tunai.
Selain itu, penelitian Marpaung et al. (2021) juga menyatakan bahwa
penggunaan aplikasi fintech dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
seseorang.
Seseorang dengan kondisi finansial yang baik tidak hanya memiliki
pendapatan yang tinggi saja, namun juga cenderung memiliki tingkat
pengeluaran yang tinggi pula. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang
memiliki kondisi finansial yang baik akan mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, sehingga akan semakin banyak transaksi pembayaran yang akan
dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut makan hipotesis pada penelitian ini
yaitu:
H05 : Faktor finansial tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet
Ha5 : Faktor finansial berpengaruh positif terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet

f. Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Keputusan Keuangan dalam


Penggunaan E-Wallet
Untuk dapat mengurangi risiko penularan virus Covid-19 dibutuhkan
kebiasaan baru, salah satunya yaitu social distancing. Semakin tingginya
23

kesadaran seseorang terhadap bahaya Covid-19, maka akan semakin tinggi


kesadaran untuk menerapkan social distancing yang akan berakibat kepada
kegiatan sehari-hari termasuk saat transaksi pembayaran. Social distancing
dapat berupa menjaga jarak atau membatasi kontak langsung dengan orang
yang telah terinfeksi dan permukaan benda yang telah terkontaminasi virus
Covid-19. Salah satu contoh pembatasan kontak dengan fasilitas umum yaitu
dengan mengurangi penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran, karena
uang tunai dapat menjadi media penularan virus Covid-19. Menurut penelitian
Undale et al. (2020), pandemi Covid-19 yang semakin merebak memaksa
orang untuk beralih menggunakan e-wallet sebagai alat pembayaran.
Penelitian Fatoni et al. (2019), menunjukkan bahwa pandemi Covid-19
menyebabkan perubahan pada perilaku masyarakat yaitu masyarakat lebih
banyak berbelanja secara online yang juga berdampak terhadap alat
pembayaran yang digunakan, dari yang sebelumnya menggunakan uang tunai,
beralih menjadi menggunakan e-wallet. Penelitian tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Katon dan Yuniati (2020) tentang motivasi penggunaan salah satu e-
wallet yaitu OVO selama pandemi Covid-19 yang menunjukkan bahwa
generasi milenial menggunakan OVO sebagai alat pembayaran selama
terjadinya pandemi Covid-19 karena adanya gaya hidup baru yang dilakukan
untuk mengurangi risiko terinfeksi virus Covid-19. Berdasarkan penjelasan
dari berbagai penelitian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H06 : Pandemi Covid-19 tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet
Ha6 : Pandemi Covid-19 berpengaruh positif terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet.
24

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas


Instrumen yang digunakan pada penelitian dinyatakan valid jika instrumen
tersebut telah mampu mengukur apa yang ingin diukur (Sugiyono 2013). Suatu
instrumen dikatakan valid jika memenuhi kriteria yaitu memiliki nilai r hitung
lebih besar dari nilai r tabel. Pengujian validitas instrumen dapat dilakukan kepada
30 responden dalam penelitian. Nilai r tabel yang digunakan pada penelitian ini
yaitu 0,361, hasil tersebut didapatkan dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 dan
jumlah responden sebanyak 30 orang. Uji validitas dilakukan pada pertanyaan
terkait literasi keuangan yang terdiri dari 22 pertanyaan dan pertanyaan terkait
pandemi Covid-19 sebanyak 5 pertanyaan. Pertanyaan terkait literasi keuangan
terdiri dari 3 bagian yaitu pengetahuan keuangan, sikap keuangan, dan perilaku
keuangan yang mengadaptasi dari pertanyaan OECD (2018) dan disesuaikan
dengan responden pada penelitian ini yaitu mahasiswa S1 Jabodetabek. IBM
SPSS Statistics 26 merupakan software yang digunakan dalam melakukan uji
validitas kuesioner pada penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa semua
pertanyaan pada kuesioner kecuali pertanyaan LK2_5 dan LK2_7 dinyatakan
valid dengan nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel sebesar 0,361. Pertanyaan
LK2_5 terkait kesadaran pentingnya menabung dan LK2_7 terkait manfaat dalam
membuat perencanaan keuangan, dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai r
hitung yang kurang dari nilai r tabel, yaitu masing-masing sebesar 0,243 dan
0,245. Sehingga pertanyaan LK2_5 dan LK2_7 dihapus dalam kuesioner dan
tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas kuesioner penelitian ini
dijelaskan pada Lampiran 1.

4.2 Uji Reliabilitas


Suatu instrumen yang dinyatakan reliabel akan memiliki hasil yang
konsisten saat melakukan pengukuran objek yang sama secara berulang (Sugiyono
2013). Instrumen dapat dikatakan reliabel jika instrumen yang digunakan
menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,6. Hasil uji
reliabilitas kuesioner menunjukkan bahwa variabel literasi keuangan dan pandemi
Covid-19 reliabel karena kedua variabel tersebut memiliki nilai Cronbach’s Alpha
yang lebih dari 0,6, yaitu masing-masing sebesar 0,657 dan 0,643. Hasil uji
reliabilitas dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 2.

4.3 Hasil Analisis Deskriptif

4.3.1 Karakteristik Responden


Responden pada penelitian ini sebanyak 136 orang yang merupakan
mahasiswa S1 perguruan tinggi di Jabodetabek dan berdomisili di Jabodetabek.
Karakteristik responden yang dianalisis pada penelitian ini yaitu jenis kelamin,
usia, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), asal fakultas, domisili, pendapatan
setiap bulan, pengeluaran setiap bulan, persentase pengeluaran non tunai,
jumlah uang yang ditabung setiap bulan, status pekerjaan, status pernikahan,
25

dan pendidikan terakhir ibu. Hasil analisis karakteristik responden penelitian


ini dijelaskan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Karakteristik responden


Jumlah
Karakteristik Keterangan Persentase
(orang)
Laki-laki 26 19,1%
Jenis Kelamin
Perempuan 110 80,9%
19 – 20 14 10,3%
Usia 21 – 22 119 87,5%
≥ 23 3 2,2%
2,00 ≤IPK< 2,76 2 1,5%
Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) 2,76≤IPK<3,51 82 60,3%
≥3,51 52 38,2%
Non Ekonomi, Bisnis, dan 54 39,7%
Asal Fakultas Manajemen
Ekonomi, Bisnis dan
82 60,3%
Manajemen
Provinsi DKI Jakarta 34 25%
Kota Bogor 13 9,6%
Kabupaten Bogor 49 36%
Kota Depok 9 6,6%
Domisili Kota Tangerang 7 5,1%
Kabupaten Tangerang 4 2,9%
Tangerang Selatan 6 4,4%
Kota Bekasi 9 6,6%
Kabupaten Bekasi 5 3,7%
≤ Rp1.000.000 44 32,4%
Pendapatan setiap Rp1.000.001 – Rp3.000.000 78 57,4%
bulan Rp3.000.001 – Rp5.000.000 13 9,6%
> Rp5.000.000 1 0,7%
≤ Rp1.000.000 65 47,8%
Pengeluaran setiap
Rp1.000.001 – Rp3.000.000 67 49,3%
bulan
Rp3.000.001 – Rp5.000.000 4 2,9%
0% – 25% 50 36,8%
Persentase 26% – 50% 51 37,5%
pengeluaran non tunai 51% – 75% 29 21,3%
76% – 100% 6 4,4%
26

Jumlah
Karakteristik Keterangan Persentase
(orang)
Tidak menabung 11 8,1%
≤ Rp500.000 90 66,2%
Jumlah uang yang
Rp500.001 – Rp1.000.000 28 20,6%
ditabung setiap bulan
Rp1.000.001 – Rp2.000.000 5 3,7%
>Rp2.000.000 2 1,5%
Belum bekerja 108 79,4%
Status pekerjaan
Bekerja sambil kuliah 28 20,6%
Belum menikah 132 97,1%
Status pernikahan
Sudah menikah 4 2,9%
SD/Sederajat 6 4,4%
SMP/Sederajat 9 6,6%
Pendidikan terakhir SMA/Sederajat 58 42,6%
ibu Diploma (D3) 11 8,1%
Sarjana (S1) 45 33,1%
Master (S2) 7 5,1%

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui karakteristik 136 responden pada


penelitian ini. Responden didominasi oleh perempuan sebesar 80,9% yaitu
sebanyak 110 orang, sedangkan responden laki-laki hanya sebanyak 26 orang
atau sebesar 19,1%. Responden didominasi oleh oleh kelompok usia 21 hingga
22 tahun yaitu sebesar 87,5% atau sebanyak 119 orang. Selanjutnya
karakteristik usia responden diikuti oleh kelompok usia 19 hingga 20 tahun
sebanyak 14 orang atau sebesar 10,3% dan kelompok usia ≥ 23 tahun sebanyak
3 orang atau sebesar 2,2%. Mayoritas responden pada penelitian ini memiliki
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang berada pada range 2,76≤IPK<3,51 yaitu
sebanyak 82 orang atau sebesar 60,3%, lalu diikuti oleh 52 orang (38,2%) pada
range ≥3,51 dan 2 (1,5%) orang pada range 2,00 ≤IPK< 2,76. Mayoritas
responden pada penelitian ini berasal dari fakultas ekonomi, bisnis, dan
manajemen sebanyak 82 orang (60,3%), sedangkan sebanyak 54 orang (39,7%)
responden berasal dari fakultas non ekonomi, bisnis, dan manajemen.
Responden pada penelitian ini berdomisili di Jabodetabek, penelitian
didominasi oleh responden yang berdomisili di Kabupaten Bogor sebanyak 49
orang (36%). Selanjutnya diikuti oleh DKI Jakarta sebanyak 34 orang (25%),
Kota Bogor sebanyak 13 orang (9,6%), Kota Depok dan Kota Bekasi masing-
masing sebanyak 9 orang (6,6%), Kota Tangerang sebanyak 7 orang (5,1%),
Kota Tangerang Selatan 6 orang (4,4%), Kabupaten Bekasi sebanyak 5 orang
(3,7%), dan Kabupaten Tangerang sebanyak 4 orang (2,9%). Pada karakteristik
pendapatan, sebagian besar responden memiliki pendapatan sebesar
Rp1.000.001 – Rp3.000.000 yaitu sebanyak 78 orang (57,4%) dan hanya
sebanyak 1 orang (0,7%) yang memiliki pendapatan lebih besar dari
Rp5.000.000. Sedangkan untuk kategori pengeluaran, mayoritas responden
memiliki pengeluaran sebesar Rp1.000.001 – Rp3.000.000 yaitu sebanyak 67
orang (49,3%) dan hanya sebanyak 4 orang (2,9%) yang memiliki pengeluaran
sebesar Rp3.000.001 – Rp5.000.000. Untuk kategori persentase pengeluaran
27

non tunai, sebanyak 51 orang (37,5%) responden memiliki persentase


pengeluaran non tunai sebesar 26% - 50% dan diikuti oleh persentase sebesar
0% - 25% sebanyak 50 orang (36,8), 51% - 75% sebanyak 29 orang (21,3%),
dan 76% - 100% sebanyak 6 orang (4,4%). Mayoritas responden pada
penelitian ini yaitu sebanyak 90 orang (66,2%) menabung sebanyak ≤
Rp500.000 setiap bulannya dan hanya sebanyak 2 orang (1,5%) yang
menabung lebih dari Rp2.000.000 pada setiap bulan. Selain itu penelitian ini
juga didominasi oleh responden yang belum bekerja yaitu sebanyak 108 orang
(79,4%), sedangkan responden yang bekerja sambil kuliah hanya sebanyak 28
orang (20,6%). Mayoritas responden pada penelitian ini berstatus belum
menikah yaitu sebanyak 132 orang (97,1%), serta responden yang berstatus
sudah menikah hanya sebanyak 4 orang (2,9%). Berdasarkan karakteristik
pendidikan terakhir ibu, mayoritas ibu dari responden merupakan lulusan
SMA/sederajat yaitu sebanyak 58 orang (42,6%). Selanjutnya diikuti oleh ibu
responden yang merupakan lulusan Sarjana (S1) sebanyak 45 orang (33,1%),
Diploma(D3) sebanyak 11 orang (8,1%), SMP/sederajat sebanyak 9 orang
(6,6%), Master (S2) sebanyak 7 orang (5,1%), dan SD/sederajat sebanyak 6
orang (4,4%).

4.3.2 Perilaku Pengguna E-Wallet


Penelitian ini juga meneliti perilaku pengguna e-wallet melalui tiga
pertanyaan yang terdiri dari jumlah kepemilikan, frekuensi penggunaan, dan
volume transaksi dalam menggunakan e-wallet. Perilaku pengguna e-wallet
pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Perilaku pengguna e-wallet


Jumlah
Perilaku penggunaan Keterangan Persentase
(orang)
1 – 2 e-wallet 65 47,8%
Jumlah kepemilikan 3 – 4 e-wallet 55 40,4%
>4 e-wallet 16 11,8%
1 kali dalam sebulan 30 22,1%

Frekuensi penggunaan Seminggu sekali atau dua 86 63,2%


minggu sekali
Setiap hari 20 14,7%
≤ Rp500.000 97 71,3%
Volume transaksi Rp500.001 – Rp1.500.000 34 25%
Rp1.500.001 – Rp3.000.000 5 3,7%

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa mayoritas responden yang


merupakan mahasiswa S1 Jabodetabek yaitu sebanyak 65 orang (47,8%) hanya
memiliki 1 hingga 2 aplikasi e-wallet saja yang digunakan sebagai alat
pembayaran non tunai. Selain itu berdasarkan frekuensi penggunaan e-wallet,
mayoritas responden yaitu sebanyak 86 orang (63,2%) menggunakan e-wallet
sebanyak satu kali atau dua kali dalam seminggu. Mayoritas responden yaitu
sebanyak 97 orang (71,3%) memiliki volume transaksi sebanyak ≤ Rp500.000.
28

Berdasarkan hasil dari ketiga pertanyaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa


penggunaan e-wallet pada mahasiswa S1 di Jabodetabek cukup rendah.

4.3.3 Tingkat Literasi Keuangan


Pada penelitian ini dilakukan pengujian tingkat literasi keuangan pada
136 responden yang merupakan mahasiswa S1 di Jabodetabek. Pertanyaan
untuk mengukur tingkat literasi responden terdiri dari tiga bagian yaitu
pengetahuan keuangan, sikap keuangan, dan perilaku keuangan. Untuk
mengukur tingkat literasi keuangan, dilakukan scoring pada hasil penyebaran
kuesioner yang mengacu pada OECD (2018). Selanjutnya dilakukan
penggolongan sesuai dengan kategori tingkat literasi keuangan menurut OJK
(2013). Hasil pengukuran tingkat literasi keuangan responden pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 Jabodetabek


Kategori Tingkat Literasi Keuangan

Indikator Not literate Less literate Sufficient literate Well literate


(0% - 25%) (26% - 50%) (51% - 75%) (76% - 100%)
(orang) (orang) (orang) (orang)
Pengetahuan
2 12 37 85
keuangan
Sikap keuangan 0 11 89 36
Perilaku keuangan 16 62 50 8
Literasi keuangan 1 15 93 27
1% 11% 68% 20%

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat tingkat literasi keuangan mahasiswa


S1 di Jabodetabek untuk setiap subvariabel literasi keuangan dan tingkat
literasi keuangan secara keseluruhan. Untuk subvariabel pengetahuan keuangan
didominasi oleh kategori well literate yaitu sebanyak 85 orang. Kategori well
literate artinya responden telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
bunga pinjaman, bunga tabungan, bunga majemuk, inflasi, investasi, dan
deposito serta memiliki kemampuan dalam menerapkan pengetahuan yang
dimiliki tersebut. Selain itu terdapat 2 orang yang termasuk ke dalam kategori
not literate pada subvariabel pengetahuan keuangan.
Pada subvariabel sikap keuangan didominasi oleh kategori sufficient
literate yaitu sebanyak 89 orang. Responden yang tergolong ke dalam kategori
sufficient literate artinya responden tersebut telah memiliki pengetahuan dan
dan keyakinan terhadap sikap keuangan berupa sikap menyimpan atau
mengeluarkan uang, kepuasan terhadap kondisi keuangan, keterbatasan kondisi
keuangan, penggunaan uang, kesadaran pentingnya menabung, keuangan yang
mengendalikan kehidupan, membuat perencanaan keuangan mempermudah
menentukan keputusan keuangan, serta kecenderungan untuk hidup hanya
untuk hari ini tanpa memedulikan masalah keuangan di masa depan.
Pada subvariabel perilaku keuangan sebanyak 62 orang tergolong ke
dalam kategori less literate. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki pengetahuan terkait perilaku keuangan berupa perilaku
29

membuat perencanaan keuangan, tindakan untuk memenuhi pembiayaan


darurat, mencatat pengeluaran dan pemasukan, melakukan pertimbangan dalam
memilih layanan keuangan, menabung secara rutin, melakukan pertimbangan
sebelum membeli sesuatu, memisahkan uang keperluan sehari-hari dengan
uang tagihan, dan membayar tagihan tepat waktu, namun tidak memiliki
keyakinan dan tidak mampu dalam menerapkan perilaku keuangan tersebut.
Selain itu, perilaku keuangan merupakan subvariabel dengan jumlah kategori
not literate yang paling tinggi yaitu sebanyak 16 orang. Seseorang yang
termasuk kategori not literate tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan
terhadap indikator pada sikap keuangan serta tidak memiliki kemampuan
dalam menerapkan sikap keuangan yang baik.
Berdasarkan total skor yang didapatkan dari ketiga subvariabel,
dihasilkan bahwa literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek didominasi
oleh kategori sufficient literate yaitu sebesar 68%. Sedangkan mahasiswa S1
Jabodetabek yang termasuk kategori well literate hanya sebesar 20%. Hasil
tersebut lebih rendah dari tingkat literasi keuangan nasional berdasarkan hasil
SNLIK (OJK 2019), yaitu sebesar 38,03%. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan rentang usia responden penelitian ini dengan responden pada
SNLIK 2019 yang dilakukan oleh OJK. Mayoritas responden pada SNLIK
2019 memiliki usia pada rentang 30 – 50 tahun, di mana pada usia tersebut
seseorang cenderung memiliki pengetahuan, perilaku, dan sikap keuangan yang
lebih baik karena telah memiliki banyak pengalaman dalam mengelola
keuangan dan mengambil keputusan keuangan. Selain itu, hal tersebut juga
dapat terjadi karena adanya perubahan kondisi ekonomi karena terjadinya
pandemi Covid 19. Pandemi Covid-19 telah berdampak buruk terhadap kondisi
finansial sebagian besar orang, sehingga memungkinkan terjadinya perubahan
tingkat literasi keuangan terutama pada mahasiswa.

4.4 Hasil Analisis SEM-PLS

4.4.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)


Model pengukuran merupakan suatu model yang dapat menjelaskan
hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Evaluasi model
pengukuran dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas konstruk pada
instrumen penelitian. Uji yang dilakukan dalam evaluasi model pengukuran
yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity, Average Variance Extracted
(AVE), dan Composite Reliability.
 Uji Validitas Konstruk
Convergent validity dilakukan untuk menguji validitas hubungan antara
indikator dengan konstruknya. Convergent validity dari model pengukuran
yang memiliki indikator reflektif dapat dilihat dari korelasi antara skor
indikator dengan skor konstruknya. Suatu indikator dikatakan valid jika
memiliki nilai outer loading yang lebih dari 0,7. Akan tetapi, menurut Chin
(1998) dalam (Ghozali 2014), outer loading dengan nilai 0,5 sampai dengan
0,6 masih bisa diterima. Selanjutnya akan dilakukan dropping pada indikator
yang memiliki nilai outer loading yang lebih kecil dari 0,5. Hasil algoritma
PLS pada penelitian ini menunjukkan bahwa indikator LK1_1, LK1_2, LK1_3,
LK1_4, LK1_5, LK1_6, LK2_1, LK2_2, LK2_3, LK2_4, LK2_6, LK2_8,
30

LK3_1, LK3_3, LK3_5, LK3_6, LK3_7, LK3_8, F4, FS1, FS2, FS4, PC1, dan
PC2 memiliki nilai outer loading di bawah 0,5, sehingga indikator-indikator
tersebut dieliminasi. Penjelasan untuk setiap notasi indikator tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2. Setelah dilakukan dropping terhadap indikator yang tidak
memenuhi kriteria, selanjutnya model diestimasi kembali sehingga
menghasilkan nilai outer loading pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai outer loading setelah dilakukan dropping


Variabel Indikator Nilai Outer Loading
Literasi Keuangan LK3_2 0,756
LK3_4 0,762
Faktor Finansial F1 0,800
F2 0,825
F3 0,624
Faktor Sosiodemografi FS3 1,000
Pandemi Covid-19 PC3 0,776
PC4 0,745
PC5 0,588
Keputusan Keuangan dalam
KPE1 0,512
Penggunaan E-Wallet
KPE2 0,801
KPE3 0,890

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa nilai outer loading pada


setiap indikator setelah dilakukan estimasi kembali telah memiliki nilai yang
lebih dari 0,5, sehingga indikator yang tersisa tersebut telah memenuhi
convergent validity. Uji lain yang dapat dilakukan untuk menilai validitas
konstruk yaitu dengan melihat nilai AVE. Nilai AVE yang dapat diterima yaitu
lebih besar dari 0,5. Nilai AVE yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Nilai Average Variance Extracted (AVE)


Variabel Nilai AVE
Faktor Finansial 0,570
Faktor Sosiodemografi 1,000
Keputusan Keuangan dalam Penggunaan
0,565
E-Wallet
Literasi Keuangan 0,576
Pandemi Covid-19 0,501

Berdasarkan Tabel 7, nilai AVE dari variabel faktor finansial, faktor


sosiodemografi, keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet, literasi
keuangan, serta pandemi Covid-19 masing-masing sebesar 0,570; 1; 0,565;
31

0,576; dan 0,501. Oleh karena itu, nilai AVE pada setiap variabel dapat
diterima karena telah memenuhi nilai lebih dari 0,5.

 Uji Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)


Uji discriminant validity dapat dilihat dari nilai cross loading antara
indikator dengan konstruknya. Suatu konstruk dikatakan mampu memprediksi
indikatornya sendiri dengan lebih baik dibandingkan indikator pada konstruk
lain, jika korelasi indikator dengan konstruknya lebih tinggi dari korelasi
indikator tersebut dengan konstruk lainnya. Hasil cross loading pada penelitian
dapat diterima karena hasilnya menunjukkan bahwa korelasi indikator dengan
variabel latennya lebih tinggi dari korelasi indikator dengan variabel laten
lainnya. Hasil nilai cross loading pada penelitian ini terdapat pada Tabel 8
berikut.

Tabel 8 Nilai cross loading


Keputusan
Faktor
Faktor Keuangan dalam Literasi Pandemi
Sosiodemo-
Finansial Penggunaan E- Keuangan Covid-19
grafi
Wallet
F1 0,800 0,082 0,359 0,104 0,042
F2 0,825 0,048 0,427 -0,019 0,053
F3 0,624 -0,045 0,469 0,024 0,206
FS3 0,032 1,000 0,140 0,357 0,085
KPE1 0,165 0,012 0,512 0,064 0,120
KPE2 0,369 0,176 0,801 0,256 0,208
KPE3 0,602 0,096 0,890 0,188 0,034
LK3_2 0,032 0,268 0,185 0,756 0,261
LK3_4 0,035 0,274 0,182 0,762 0,173
PC3 0,172 0,123 0,111 0,258 0,776
PC4 0,052 -0,000 0,103 0,166 0,745
PC5 0,029 0,061 0,018 0,207 0,588

Selain melihat nilai cross loading, untuk melakukan uji validitas


diskriminan juga dapat dilakukan yaitu dengan melihat hasil akar kuadrat AVE
pada setiap konstruk yang dapat dilihat pada nilai fornell-larcker criterion.
Model dapat diterima jika nilai akar kuadrat AVE pada setiap konstruk lebih
besar dari korelasi konstruk dengan konstruk lainnya. Hasil fornell-larcker
criterion pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9.
32

Tabel 9 Nilai fornell-larcker criterion


Keputusan
Faktor Keuangan
Faktor Literasi Pandemi
Sosiode- dalam
Finansial Keuangan Covid-19
mografi Penggunaan
E-Wallet
Faktor Finansial 0,755
Faktor
0,032 1
Sosiodemografi
Keputusan
Keuangan dalam
0,569 0,140 0,752
Penggunaan E-
Wallet
Literasi Keuangan 0,044 0,357 0,242 0,759
Pandemi Covid-
0,144 0,085 0,134 0,286 0,708
19

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai akar kuadrat AVE yang
dimiliki oleh setiap konstruk lebih tinggi daripada nilai korelasi konstruk
dengan konstruk lainnya. Oleh karena itu semua konstruk pada penelitian ini
telah memenuhi kriteria discriminant validity.

 Uji Reliabilitas Konstruk


Uji reliabilitas konstruk pada instrumen penelitian dapat ditentukan
melalui dua cara yaitu dengan melihat nilai composite reliability dan nilai
cronbach’s alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memiliki nilai
composite reliability dan cronbach’s alpha yang lebih dari 0,7. Menurut
Ghozali dan Latan (2015), dalam menguji reliabilitas suatu konstruk, lebih
disarankan untuk menggunakan nilai composite reliability, karena jika
menggunakan nilai cronbach’s alpha akan menghasilkan nilai yang lebih
rendah. Oleh karena itu, dalam melakukan uji reliabilitas konstruk pada
penelitian ini hanya menggunakan nilai composite reliability saja. Hasil nilai
composite reliability pada penelitian ini terdapat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10 Nilai composite reliability


Variabel Nilai Composite Reliability
Faktor Finansial 0,797
Faktor Sosiodemografi 1,000
Keputusan Keuangan dalam Penggunaan E-
0,788
Wallet
Literasi Keuangan 0,731
Pandemi Covid-19 0,748

Tabel 10 menunjukkan nilai composite reliability untuk variabel faktor


finansial, faktor sosiodemografi, keputusan keuangan dalam penggunaan e-
wallet, literasi keuangan, dan pandemi Covid-19 masing-masing yaitu 0,797: 1;
0,788; 0,731; dan 0,748. Nilai composite reliability yang dimiliki setiap
33

konstruk berada di atas 0,7. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konstruk pada
penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik.

4.4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model)


Pengujian model struktural bertujuan untuk menguji hubungan antar
variabel laten. Pengujian dapat dimulai dengan melihat nilai R Square untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependennya. Nilai R Square pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai R Square


Adjusted
R Square
R Square
Keputusan Keuangan dalam Penggunaan
0,373 0,354
E-Wallet
Literasi Keuangan 0,129 0,116

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa variabel keputusan keuangan


dalam penggunaan e-wallet memiliki nilai R Square sebesar 0,373. Nilai
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel literasi keuangan, faktor
finansial, faktor sosiodemografi, dan pandemi Covid-19 mampu menjelaskan
variabel keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet sebanyak 37,3% dan
sebanyak 62,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dirumuskan pada
penelitian ini. Selain itu, variabel literasi keuangan memiliki nilai R Square
sebesar 0,129, artinya variabel faktor finansial dan faktor sosiodemografi dapat
menjelaskan variabel literasi keuangan sebesar 12,9% dan sisanya dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dirumuskan pada penelitian ini sebesar
87,1%.
Tahap selanjutnya untuk pengujian model struktural yaitu menguji
pengaruh antar variabel dengan melakukan bootstrapping. Hasil bootstrapping
model struktural penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
34

Gambar 5 Hasil bootstrapping model struktural


Setelah dilakukan bootstrapping dapat dilihat nilai path coefficient dari
model struktural untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen pada penelitian ini. Nilai path coefficient pada penelitian ini
dijelaskan pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai path coefficient


Original T P Ketera-
Hipotesis
Sample Statistik Values ngan
Faktor Sosiodemografi
Ha1 0,356 4,806 0,000 Terima
-> Literasi Keuangan
Faktor Finansial ->
Ha2 0,033 0,405 0,685 Tolak
Literasi Keuangan
Literasi Keuangan ->
Keputusan Keuangan
Ha3 0,201 3,217 0,001 Terima
dalam Penggunaan E-
Wallet
Faktor Sosiodemografi
-> Keputusan
Ha4 0,051 0,667 0,505 Tolak
Keuangan dalam
Penggunaan E-Wallet
Faktor Finansial ->
Keputusan Keuangan
Ha5 0,560 12,465 0,000 Terima
dalam Penggunaan E-
Wallet
35

Original T P Ketera-
Hipotesis
Sample Statistik Values ngan
Pandemi Covid-19 ->
Keputusan Keuangan
Ha6 -0,009 0,104 0,917 Tolak
dalam Penggunaan E-
Wallet

Hipotesis dapat diterima jika memiliki nilai P value lebih kecil dari 0,05
dan nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t-tabel. Nilai t-tabel yang
dihasilkan dengan tingkat keyakinan 95% yaitu 1,96. Nilai original sampel
akan menunjukkan arah hubungan antar variabel yang positif ataupun negatif.
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa hipotesis Ha1 yaitu faktor sosiodemografi
berpengaruh positif terhadap literasi keuangan diterima. Hipotesis Ha1
memiliki nilai P value yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0, nilai t-statistik
yang lebih besar dari 1,96 yaitu sebesar 4,806, dan nilai original sample yang
menunjukkan arah yang positif sebesar 0,356. Berdasarkan nilai tersebut, maka
faktor sosiodemografi yang dijelaskan oleh indikator asal fakultas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap literasi keuangan yang dijelaskan melalui
indikator tindakan pemenuhan kebutuhan darurat dan indikator pertimbangan
dalam memilih layanan keuangan yang merupakan indikator dari subvariabel
perilaku keuangan. Mayoritas responden pada penelitian ini merupakan
mahasiswa yang berasal dari fakultas ekonomi, bisnis dan manajemen yaitu
sebanyak 60,3%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dari
fakultas ekonomi, bisnis, dan manajemen cenderung memiliki perilaku
keuangan yang lebih baik daripada mahasiswa fakultas non ekonomi, bisnis,
dan manajemen. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Supriadi
dan Krisnawati (2019), yang menunjukkan bahwa mahasiswa dari program
studi yang berbasis ekonomi memiliki tingkat literasi keuangan yang lebih
tinggi daripada mahasiswa dari program studi lain yang bukan berbasis
ekonomi.
Hasil uji Hipotesis Ha2 ditolak karena memiliki nilai P value yang lebih
besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,685 dan nilai t-statistik yang lebih kecil dari
1,96 yaitu sebesar 0,405. Hasil tersebut menginterpretasikan bahwa variabel
faktor finansial yang dijelaskan oleh pendapatan, pengeluaran, dan persentase
pengeluaran non tunai setiap bulan tidak memiliki pengaruh terhadap literasi
keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya kemampuan mahasiswa S1 Jabodetabek untuk melakukan perilaku
keuangan yang baik yaitu dalam merencanakan pengeluaran dan membangun
jaring pengaman finansial. Hasil analisis tingkat literasi keuangan mahasiswa
S1 Jabodetabek menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa S1
Jabodetabek yaitu sebanyak 85 orang pada subvariabel pengetahuan keuangan
termasuk ke dalam kategori well literate, namun pada subvariabel perilaku
keuangan hanya 8 orang yang termasuk ke dalam kategori well literate. Selain
itu dari hasil penyebaran kuesioner dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan
dan pengeluaran mayoritas mahasiswa S1 Jabodetabek sebesar Rp1.000.001 –
Rp3.000.000, serta persentase pengeluaran non tunai sebesar 26% - 50% dari
total pengeluaran setiap bulan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
meskipun sebagian besar mahasiswa S1 Jabodetabek memiliki tingkat
36

pendapatan, pengeluaran, dan persentase pengeluaran non tunai yang termasuk


kategori sedang, namun memiliki tingkat literasi keuangan yang rendah karena
tidak diiringi dengan kemampuan dalam menerapkan perilaku keuangan yang
baik.
Hipotesis Ha3 memiliki nilai P value sebesar 0,001, nilai t-statistik
sebesar 3,217, dan nilai original sample sebesar 0,201 sehingga hipotesis Ha3
diterima karena memiliki nilai P value yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t-
statistik yang lebih besar dari nilai t-tabel, serta nilai sample original yang
menunjukkan arah yang positif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa literasi
keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet. Literasi keuangan dijelaskan melalui indikator
tindakan pemenuhan kebutuhan darurat dan indikator pertimbangan dalam
memilih layanan keuangan. Kedua indikator tersebut merupakan indikator dari
subvariabel perilaku keuangan. Oleh karena itu, semakin baik perilaku
keuangan mahasiswa, maka tingkat penggunaan e-wallet mahasiswa juga akan
semakin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Purba (2020),
yang menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat penggunaan produk finansial teknologi pada
mahasiswa.
Selanjutnya hipotesis Ha4 memiliki P value sebesar 0,505 dan nilai t-
statistik sebesar 0,667, sehingga hipotesis Ha4 ditolak karena memiliki nilai P
value yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t-statistik yang kurang dari t-tabel.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi yang dijelaskan oleh
asal fakultas tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan dalam
penggunaan e-wallet. Mayoritas responden pada penelitian ini merupakan
mahasiswa fakultas ekonomi, bisnis, dan manajemen yaitu sebesar 60,3%.
Namun jika dilihat dari perilaku penggunaan e-wallet pada mahasiswa S1
Jabodetabek, sebagian besar mahasiswa S1 Jabodetabek memiliki tingkat
penggunaan e-wallet yang tergolong rendah yaitu jika dilihat dari data perilaku
pengguna e-wallet mayoritas responden hanya memiliki 1 – 2 aplikasi e-wallet
dengan frekuensi penggunaan seminggu sekali atau dua minggu sekali serta
volume transaksi ≤ Rp500.000 setiap bulannya. Hal ini dapat terjadi karena
mahasiswa yang berasal dari fakultas ekonomi, bisnis, dan manajemen
cenderung lebih mengetahui perkembangan fintech. Hal ini memungkinkan
mahasiswa ekonomi, bisnis, dan manajemen untuk menggunakan alat
pembayaran non tunai lain seperti kartu kredit, kartu debit, dan lain-lain.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis Ha5 yaitu faktor
finansial berpengaruh positif terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan
e-wallet diterima. Hasil tersebut dibuktikan oleh nilai P value sebesar 0 dan
nilai t-statistik sebesar 12,465 yang lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,96.
Selain itu nilai original sample dari Ha5 menunjukkan arah yang positif yaitu
sebesar 0,560. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Marpaung et al.
(2021), yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat
mempengaruhi penggunaan aplikasi fintech. Seseorang dengan kondisi
keuangan yang cukup baik akan mudah dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan yang menyebabkan semakin banyak transaksi pembayaran yang
terjadi.
37

Hipotesis Ha6 memiliki nilai P value sebesar 0,917 dan nilai t-statistik
sebesar 0,104. Oleh karena itu, hipotesis Ha6 ditolak dan mengindikasikan
bahwa pandemi Covid-19 tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan
dalam penggunaan e-wallet mahasiswa S1 di Jabodetabek. Hal tersebut
disebabkan karena Ha6 memiliki nilai P value yang lebih besar dari 0,05 dan
nilai t-statistik yang lebih kecil dari 1,96. Melakukan pembatasan kontak
dengan fasilitas umum, penerapan protokol kesehatan, dan penerapan social
distancing pada mahasiswa S1 Jabodetabek tidak mempengaruhi frekuensi dan
volume transaksi e-wallet. Meskipun dari data hasil kuesioner penerapan tiga
indikator tersebut pada mahasiswa S1 Jabodetabek cukup baik, namun
sebagian besar mahasiswa S1 Jabodetabek memiliki tingkat penggunaan e-
wallet yang tergolong sedikit. Hal tersebut terlihat dari data perilaku pengguna
e-wallet yang hanya memiliki 1 – 2 aplikasi e-wallet dengan frekuensi
penggunaan seminggu sekali atau dua minggu sekali serta volume transaksi
≤Rp500.000 setiap bulannya. Selain itu, data Kementerian Perdagangan (2021)
menunjukkan bahwa jumlah uang yang beredar luas selama Januari – Maret
2021 masih mengalami pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa masih
kurangnya kesadaran mahasiswa terkait dampak penggunaan uang tunai yang
dapat menjadi media penularan virus Covid-19.

4.5 Implikasi Manajerial


Hasil analisis deskriptif pada penelitian ini menunjukkan tingkat literasi
keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek yaitu sebesar 20%, yang artinya sebanyak
20 dari 100 mahasiswa S1 di Jabodetabek termasuk ke dalam kategori well
literate. Hasil tersebut berada di bawah tingkat literasi keuangan nasional
berdasarkan hasil SNLIK OJK (2019) yaitu sebesar 38,03%. Literasi keuangan
merupakan hal yang perlu diperhatikan karena dengan literasi keuangan yang baik
seseorang akan mampu menentukan keputusan keuangan dengan baik. Oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan atau upaya yang dapat membantu
meningkatkan tingkat literasi keuangan pada mahasiswa. Kesadaran akan
pentingnya literasi keuangan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan
literasi keuangan terutama terkait perilaku keuangan karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 8 orang responden yang termasuk kategori well
literate pada subvariabel perilaku keuangan. Upaya yang telah dilakukan OJK
yaitu melalui Revisit Strategi Nasional Literasi Keuangan (SNLKI) OJK (2017)
yang merupakan pembaruan dari SNLKI yang diluncurkan pada tahun 2013.
Program strategis yang dilaksanakan dalam Revisit SNLKI tahun 2017 yaitu
cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan bijak, dan akses keuangan. Kondisi
pandemi Covid-19 tidak menghalangi upaya untuk meningkatkan literasi
keuangan terutama di tengah perkembangan teknologi saat ini. Terdapat berbagai
upaya yang dapat dilakukan mahasiswa seperti melihat konten atau menonton
video edukasi terkait keuangan melalui YouTube, Instagram, Twitter atau pada
media sosial lain serta mengikuti seminar yang dilakukan secara daring dengan
pembicara yang kompeten di bidang keuangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi yang
dijelaskan oleh asal fakultas berpengaruh positif dan signifikan terhadap literasi
keuangan. Mahasiswa fakultas non ekonomi, bisnis, dan manajemen cenderung
memiliki tingkat literasi yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa fakultas
38

ekonomi, bisnis, dan manajemen. Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi
terkait keuangan seperti pengelolaan keuangan yang didapatkan oleh mahasiswa
fakultas non ekonomi, bisnis, dan manajemen dari mata kuliah yang dipelajari di
kampus. Untuk meningkatkan literasi keuangan pada semua mahasiswa,
universitas dapat menambahkan mata kuliah terkait pengelolaan keuangan dan
materi lain yang dapat membuat mahasiswa mampu membuat keputusan
keuangan yang baik pada kurikulum yang digunakan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan
e-wallet. Penggunaan e-wallet cenderung rendah pada mahasiswa yang juga
memiliki literasi yang rendah. Untuk dapat meningkatkan penggunaan e-wallet,
perusahaan pengelola e-wallet dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk
membuat program yang dapat meningkatkan literasi pengguna e-wallet terutama
mahasiswa.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor finansial yang terdiri dari
pendapatan, pengeluaran, dan pengeluaran non tunai setiap bulan berpengaruh
positif signifikan terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet.
Mahasiswa yang memiliki pendapatan yang sedikit, cenderung lebih jarang
menggunakan e-wallet karena adanya kekhawatiran terkait kebutuhan akan uang
tunai jika semua uang yang dimiliki dialokasikan untuk top up aplikasi e-wallet.
Hal tersebut dapat terjadi karena belum semua penjual produk ataupun penyedia
jasa menyediakan metode pembayaran dengan menggunakan e-wallet. Selain itu,
untuk mencairkan kembali uang yang ada pada aplikasi e-wallet menjadi uang
tunai, harus ditransfer ke rekening bank terlebih dahulu, sehingga akan
membebankan biaya kepada penggunanya. Oleh karena itu, untuk dapat
meningkatkan penggunaan e-wallet, perusahaan pengelola e-wallet dapat
memperbanyak promosi dan kerja sama agar semakin banyak penjual produk
ataupun penyedia jasa yang menyediakan metode pembayaran dengan
menggunakan e-wallet. Selain itu agar dapat mengurangi kekhawatiran pengguna
untuk kebutuhan uang tunai, perusahaan pengelola e-wallet dapat mengurangi
atau meniadakan biaya proses transfer ke rekening bank pada bank tertentu yang
telah bekerja sama.
39

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pada penelitian ini, diperoleh beberapa
simpulan berikut:
1. Terdapat sebanyak 20% mahasiswa S1 di Jabodetabek yang termasuk
kategori well literate, sebanyak 68% termasuk kategori sufficient literate,
sebanyak 11% termasuk kategori less literate, dan sebanyak 1% termasuk
kategori not literate.
2. Faktor sosiodemografi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
literasi keuangan mahasiswa S1 di Jabodetabek. Sedangkan faktor finansial
tidak memiliki pengaruh terhadap literasi keuangan mahasiswa S1 di
Jabodetabek.
3. Literasi keuangan dan faktor finansial memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet.
Namun variabel faktor sosiodemografi dan pandemi Covid-19 tidak
berpengaruh terhadap keputusan keuangan dalam penggunaan e-wallet.

5.2 Saran
Pada penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada
beberapa pihak berdasarkan hasil dan pembahasan, yaitu:
1. Bagi pemerintah melalui OJK agar dapat menjalankan program edukasi
dengan lebih intensif terutama pada kalangan mahasiswa. Edukasi dapat
dilakukan melalui webinar ataupun dikemas dengan ringan melalui media
sosial seperti YouTube, Instagram, Twitter, atau media sosial lain agar
informasi dapat lebih mudah diterima oleh mahasiswa sebagai generasi Z
yang dijuluki digital native.
2. Bagi perusahaan pengelola aplikasi e-wallet dapat menambah promosi dan
kerja sama agar dapat menarik pengguna untuk lebih memilih menggunakan
aplikasi e-wallet sebagai alat pembayaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti pada cakupan yang lebih luas, dan
jenis aplikasi e-wallet yang lebih beragam, serta dapat menggunakan
variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
40

DAFTAR PUSTAKA

[BI] Bank Indonesia. 2014a. Booklet Keuangan Inklusif. Jakarta: Bank Indonesia.
[BI] Bank Indonesia. 2014b. Elektronifikasi. Bank Indones., siap terbit. [diakses
2021 Apr 20]. https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-
pembayaran/ritel/elektronifikasi/default.aspx.
[BI] Bank Indonesia. 2021. Jumlah Transaksi Uang Elektronik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Perilaku Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-
19. Jakarta: BPS RI.
[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2021. Jumlah Uang Beredar. Jakarta.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Sehat, Gerakan
Masyarakat Hidup. 2020. Apa Yang Harus Dilakukan Masyarakat Untuk
Cegah Penularan Covid-19? Jakarta: Kemenkes RI.
[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2018.
OECD/INFE Toolkit for Measuring Financial Literacy and Financial
Inclusion. Paris: OECD.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Literasi Keuangan. OJK., siap terbit.
[diakses 2020 Okt 13]. https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-
perlindungan-konsumen/Pages/Literasi-Keuangan.aspx.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Strategi Nasional Literasi Keuangan
Indonesia (Revisit 2017). Jakarta: OJK. https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Strategi-Nasional-Literasi-Keuangan-Indonesia-
(Revisit-2017)-.aspx.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan 2019. Jakarta. www.ojk.go.id.
[PBI] Peraturan Bank Indonesia. 2016. Peraturan Bank Indonesia Nomor
18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.
https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-
pembayaran/Pages/pbi_184016.aspx.
[POJK] Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi
Keuangan di Sektor Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan/atau Masyarakat.
2016.
[WHO] World Health Organization. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan
pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. Jenewa: WHO.
[WHO] World Health Organization. 2020. Pertanyaan dan jawaban terkait
Coronavirus. WHO., siap terbit. [diakses 2020 Okt 9].
https://www.who.int/indonesia.
Abdillah W, Hartono J. 2015. Partial Least Square (PLS) : alternatif Structural
Equation Modeling (SEM) dalam penelitian bisnis. Yogyakarta: ANDI.
Abideen AZ, Mohamad FB, Hassan MR. 2020. Mitigation strategies to fight the
COVID-19 pandemic—present, future and beyond. J Heal Res. 34(6):547–
562. doi:10.1108/JHR-04-2020-0109.
Aksami NMD, Jember IM. 2019. Analisis Minat Penggunaan Layanan E-Money
pada Masyarakat Kota Denpasar. E-Jurnal EP Unud. 8(9):2439–2470.
Anwar M. 2019. Pengaruh Literasi Keuangan, Faktor Sosial Demografi dan
41

Finansial terhadap Keputusan Keuangan dalam Penggunaan APMK dan E-


Money. Institut Pertanian Bogor.
Arianti BF. 2020. Pengaruh faktor pendapatan, karir dan pengalaman kerja
terhadap tingkat literasi keuangan. Di dalam: Seminar Nasional Akuntansi
(SENA) III Universitas Pamulang. Banten: Kampus Unpam Viktor.
Atkinson A, Messy F-A. 2012. Measuring Financial Literacy: Results of the Oecd
Infe Pilot Study. OECD Working Papers on Finance, Insurance and Private
Pensions No. 15. Paris.
Bencsik A, Juhász T, Horváth-Csikós G. 2016. Y and Z Generations at
Workplaces. J Compet. 8(3):90–106. doi:10.7441/joc.2016.03.06.
C.C S, Prathap SK. 2020. Continuance adoption of mobile-based payments in
Covid-19 context: an integrated framework of health belief model and
expectation confirmation model. Int J Pervasive Comput Commun.
16(4):351–369. doi:10.1108/IJPCC-06-2020-0069.
Chua WM-YTSCCBLJW. 2013. Factors affecting consumers’ perception of
electronic payment: an empirical analysis. Internet Res. 23(4):465–485.
doi:10.1108/IntR-09-2012-0199.
Databoks. 2020. ShopeePay Kalahkan OVO & GoPay saat Pandemi Corona.
[diakses 2021 Feb 22].
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/09/09/shopeepay-kalahkan-
ovo-gopay-saat-pandemi-corona.
Fatoni SN, Susilawati C, Yulianti L, Iskandar. 2019. Dampak Covid-19 Terhadap
Perilaku Konsumen Dalam Penggunaan E-Wallet Di Indonesia.
Garg N, Singh S. 2018. Financial literacy among youth. Int J Soc Econ.
45(1):173–186. doi:10.1108/IJSE-11-2016-0303.
Ghozali I. 2014. Structural Equation Modeling. Edisi 4. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali I, Latan H. 2015. Partial Least Squares: Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk Penelitian Empiris. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunartin, Afriliani F, Anwar S. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Financial Literacy (Studi Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi
Universitas Pamulang). EDUKA J Pendidikan, Hukum, Dan Bisnis. 5(2).
doi:10.32493/eduka.v4i2.3848.
Harrison EF. 1996. A process perspective on strategic decision making. Manag
Decis. 34(1):46–53. doi:10.1108/00251749610106972.
Hasan A, Shukur Z, Hasan MK, Al-Khaleefa AS. 2020. A Review on Electronic
Payments Security. Review., siap terbit.
Inggiharti N. 2020. Pengaruh Electronic Wallet terhadap Kegiatan Keuangan
Indonesia ( Perbandingan Aplikasi Electronic Wallet Milik Perusahaan
Financial Technology terhadap Aplikasi Electronic Wallet milik BUMN ).
Univ Bengkulu Law J. 5(1):74–88.
iPrice, App Annie. 2020. E-Wallet Lokal Masih Mendominasi Q2 2019-2020.
[diakses 2020 Okt 7]. https://iprice.co.id/trend/insights/top-e-wallet-di-
indonesia-2020/.
Jalil NA. 2007. Analisis preferensi dosen terhadap kartu kredit. Institut Pertanian
Bogor.
Juanda B. 2007. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB Press.
42

Katon F, Yuniati U. 2020. Fenomena Cashless Society Dalam Pandemi Covid-19


(Kajian Interaksi Simbolik Pada Generasi Milenial). J Signal. 8(2):134.
doi:10.33603/signal.v8i2.3490.
Kotler P, Armstrong G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-2. Jakarta:
Erlangga.
Kurniawan H, Nurwati S, Sarlawa R. 2020. Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap
Keputusan Keuangan Dan Perilaku Keuangan Sebagai Variabel Intervening
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Palangka Raya. J
Manaj Sains dan Organ. 1(1):50–63.
Lanier K. 2017. 5 Things HR Professionals Need to Know about Generation Z.
Volume ke-16. Fenton.
Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. 1991. Adequacy of Sample Size in
Health Studies. England: World Health Organization.
Loix E, Pepermans R, Hove L Van. 2005. Who ’ s afraid of the cashless society ?
Belgian survey evidence. Belgium: Vrije University Brussels.
Marpaung O, Purba DM, Maesaroh S. 2021. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Penggunaan Aplikasi Fintech dan Dampaknya terhadap Literasi Keuangan.
10(1):98–106.
Megadewandanu S, Suyoto, Pranowo. 2016. Exploring mobile wallet adoption in
Indonesia using UTAUT2: An approach from consumer perspective. Conf
Pap., siap terbit.
Nirmala, Miftah M, Muratatik S. 2019. Analisis Gaya Hidup dan Literasi
Keuangan Terhadap Perilaku Mahasiswa dalam Cashless Society.
Universitas Pembangunan ―Veteran.‖
Oxford Analytica. 2020. Pandemic Will Accelerate the Rise of Digital Payments.
Expert Briefings., siap terbit.
Pertiwi D, Suprapto W, Pratama E. 2020. Perceived Usage of E-Wallet among the
Y Generation in Surabaya based on Technology Acceptance Model. J Tek
Ind. 22(1):17–24. doi:10.9744/jti.22.1.17-24.
Pilcher J. 1994. Mannheim’s sociology of generations: an undervalued legacy.
Volume ke-45. England.
Pratami SW. 2018. Pengaruh Faktor Persepsi, Sosialdemografi dan Keuangan
terhadap Preferensi Masyarakat dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non
Tunai. Universitas Brawijaya.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Zifatama Publishing.
Purba MA. 2020. Menakar Minat Mahasiswa Universitas Putera Batam. J Appl
Manag Account. 4(1):132–141.
Ramadiani. 2010. SEM dan LISREL untuk analisis multivariate. J Sist Inf.
2(1):179–188.
Rita M, Kusumawati R. 2011. Pengaruh Variabel Sosio Demografi dan
Karakteristik Finansial terhadap Sikap, Norma Subyektif dan Kontrol
Perilaku Menggunakan Kartu Kredit (Studi Pada Pegawai di UKSW
Salatiga). Universitas Kristen Satya Wacana.
Sari DA. 2015. Financial Literacy Dan Perilaku Keuangan Mahasiswa (Studi
Kasus Mahasiswa STIE ―YPPI‖ Rembang). Bul Bisnis Manaj. 01(02):171–
189. https://media.neliti.com/media/publications/58351-ID-finalcial-literacy-
dan-perilaku-keuangan.pdf.
Senduk S. 2005. “Siapa bilang jadi karyawan nggak bisa kaya?”: 5 Kiat Praktis
43

Mengelola Gaji agar Bisa Kaya. Jakarta: Elex Media Komputindo.


Silalahi U. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: UNPAR PRESS.
Siregar BG. 2019. Ibu Rumah Tangga dalam Manajemen Keuangan Keluarga. J
Chem Inf Model. 53(9):1689–1699.
Sivathanu B. 2019. Adoption of digital payment systems in the era of
demonetization in India. J Sci Technol Policy Manag. 10(1):143–171.
doi:10.1108/JSTPM-07-2017-0033.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Supriadi SA, Krisnawati A. 2019. Analisis Perbedaan Tingkat Literasi Keuangan
Dan Perilaku Keuangan Mahasiswa Di Universitas Telkom. J Mitra Manaj.
3(1):109–120. doi:10.52160/ejmm.v3i1.191.
Syuliswati A. 2019. Pengaruh Gender, Usia, IPK Terhadap Literasi Keuangan
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang. J Akunt Bisnis dan
Manaj. 26(1).
Uddin MS, Akhi AY. 2014. E-wallet system for Bangladesh an electronic
payment system. Int J Model Optim. 4(3):216–219.
doi:10.7763/ijmo.2014.v4.376.
Undale S, Kulkarni A, Patil H. 2020. Perceived eWallet security: impact of
COVID-19 pandemic. Vilakshan - XIMB J Manag., siap terbit.
Yusnita RR, Abdi M. 2018. Pengaruh Faktor Demografi terhadap Literasi
Keuangan. J Econ Bus Account. 2(1):163–184.
doi:https://doi.org/10.31539/costing.v2i1.388.
Yusri A. 2018. Pengaruh Gender dan Kemampuan Akademis terhadap Perilaku
Pengelolaan Keuangan Pribadi Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar dengan Literasi Keuangan sebagai Variabel Intervening.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
44

LAMPIRAN
45

Lampiran 1 Rekapitulasi penelitian terdahulu


Penulis
No. Judul Metode Hasil Penelitian
(Tahun)
1 Marpa- Analisis Faktor Analisis Tingkat pendapatan seseorang
ung et yang deskriptif dapat mempengaruhi
al. Mempengaruhi kualitatif penggunaan aplikasi fintech.
(2021) Penggunaan
Aplikasi Fintech
dan Dampaknya
terhadap Literasi
Keuangan
2 Gunartin Faktor-Faktor Analisis Tingkat pendapatan dan tingkat
et al. yang deskriptif pendidikan berpengaruh
(2020) Mempengaruhi kualitatif terhadap literasi keuangan.
Financial
Literacy
3 Katon Fenomena Analisis Generasi milenial menggunakan
dan Cashless Society kualitatif transaksi OVO selama pandemi
Yuniati dalam Pandemi Covid-19 cenderung ke perilaku
(2020) Covid-19 (Kajian gaya hidup baru sebagai bentuk
Interaksi kemudahan layanan masyarakat
Simbolik pada untuk mengurangi resiko
Generasi terinfeksi virus Covid-19.
Milenial)
4 Purba Menakar Minat Analisis Tingkat literasi keuangan
(2020) Mahasiswa deskriptif, mahasiswa Universitas Putera
Universitas Putera analisis Batam termasuk dalam kategori
Batam pada regresi sufficient literate dengan
Penggunaan sederhana, persentase sebesar 81.12%.
Produk Teknologi dan analisis Literasi keuangan berpengaruh
Finansial regresi positif dan signifikan terhadap
berganda minat penggunaan produk
finansial teknologi.
5 Anwar Pengaruh Literasi Analisis Tingkat literasi keuangan
(2019) Keuangan, Faktor deskriptif mahasiswa di Jabodetabek
Sosial Demografi dan analisis sebesar 27%, literasi keuangan
dan Finansial Structural berpengaruh terhadap perilaku
terhadap Equation penggunaan APMK dan e-
Keputusan Modeling- money, faktor finansial
Keuangan dalam Partial Least berpengaruh secara langsung
Penggunaan Square maupun tidak langsung terhadap
APMK dan E- (SEM-PLS) literasi keuangan dan perilaku
Money penggunaan APMK dan e-
money.
46

Penulis
No. Judul Metode Hasil Penelitian
(Tahun)
6 Fatoni et Dampak Covid- Analisis Saat terjadi pandemi Covid-19
al. 19 terhadap deskriptif banyak masyarakat yang
(2019) Perilaku memilih berbelanja secara
Konsumen dalam online, dan berdampak pula
Penggunaan E- pada penggunaan transaksi yang
Wallet di sebelumnya menggunakan uang
Indonesia tunai dan kini memanfaatkan e-
wallet.

7 Nirmala Analisis Gaya Analisis Gaya hidup berpengaruh positif


et al. Hidup dan Structural dan signifikan terhadap perilaku
(2019) Literasi Keuangan Equation cashless society mahasiswa.
terhadap Perilaku Modeling- Literasi keuangan tidak
Mahasiswa dalam Partial Least berpengaruh signifikan terhadap
Cashless Society Square perilaku cashless society
(SEM-PLS) mahasiswa.

8 Garg Financial Studi empiris Faktor sosial-ekonomi dan


dan Literacy among demografi seperti usia, jenis
Singh Youth kelamin, pendapatan, status
(2018) perkawinan, dan pencapaian
pendidikan mempengaruhi
tingkat literasi keuangan remaja.
Terdapat keterkaitan antara
pengetahuan keuangan, sikap
keuangan dan perilaku
keuangan.
9 Yusnita Pengaruh Faktor Analisis Tingkat literasi keuangan para
dan Demografi regresi pelaku usaha dalam kategori
Abdi terhadap Literasi logistik biner rendah dengan persentase
(2018) Keuangan sebesar 48%. Tingkat
pendapatan mempengaruhi
tingkat literasi keuangan,
sedangkan tingkat pendidikan,
lama usaha, dan usia tidak
berpengaruh terhadap tingkat
literasi keuangan bagi para
pelaku usaha.
47

Penulis
No. Judul Metode Hasil Penelitian
(Tahun)
10 Yusri Pengaruh Gender Analisis jalur Gender dan kemampuan
(2018) dan Kemampuan (path akademis berpengaruh positif
Akademis analysis) dan signifikan terhadap literasi
terhadap Perilaku keuangan. Kemampuan
Pengelolaan akademis dan literasi keuangan
Keuangan Pribadi berpengaruh positif dan
Mahasiswa signifikan terhadap perilaku
Universitas Islam pengelolaan keuangan pribadi
Negeri Alauddin mahasiswa. Sedangkan gender
Makassar dengan tidak berpengaruh signifikan dan
Literasi Keuangan negatif terhadap perilaku
sebagai Variabel pengelolaan keuangan pribadi
Intervening mahasiswa.

11 Jalil Analisis Analisis Usia, pendapatan, pengeluaran,


(2007) Preferensi Dosen deskriptif tabungan rata-rata per bulan,
terhadap Kartu dan regresi lama bekerja, dan pekerjaan lain
Kredit logistik memiliki hubungan yang nyata
terhadap kepemilikan kartu
kredit
48

Lampiran 2 Kuesioner penelitian

KUESIONER

SCREENING

1. Apakah Anda merupakan generasi Z Ya (Lanjutkan ke pertanyaan


(lahir pada tahun 1995 - 2010) selanjutnya)
Tidak (Silahkan berhenti, terima
kasih atas partisipasinya)
2. Apakah Anda mahasiswa S1 yang Ya (Lanjutkan ke pertanyaan
berasal dari salah satu perguruan selanjutnya)
tinggi di Jabodetabek? Tidak (Silahkan berhenti, terima
kasih atas partisipasinya)
3. Apakah Anda mahasiswa yang Ya (Lanjutkan ke pertanyaan
berdomisili di Jabodetabek? (bersama selanjutnya)
orang tua/kos/apartemen/rumah Tidak (Silahkan berhenti, terima
pribadi/rumah saudara/lainnya) kasih atas partisipasinya)
4. Apakah anda menggunakan e-wallet Ya (Lanjutkan ke pertanyaan
selama masa pandemi Covid-19? selanjutnya)
Tidak (Silahkan berhenti, terima
kasih atas partisipasinya)
5. Apakah ShopeePay, OVO, GOPAY, Ya (Lanjutkan ke pertanyaan
DANA, dan LinkAja termasuk e- selanjutnya)
wallet yang Anda gunakan? Tidak (Silahkan berhenti, terima
kasih atas partisipasinya)
Jika responden mengisi ”Ya” pada seluruh pertanyaan screening, maka responden
baru dapat mengisi kuesioner bagian selanjutnya.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Lengkap
2. Email
3. Nomor HP
4. Usia
5. Fakultas
6. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
7. Pendidikan terakhir SD/Sederajat Sarjana (S1)
ibu SMP/Sederajat Master (S2)
SMA/Sederajat Doktor (S3)
Diploma (D3) Lainnya,……
8. Indeks Prestasi <2,00 2,76≤IPK<3,51
Kumulatif (IPK) 2,00 ≤IPK< 2,76 ≥3,51
9. Status Pekerjaan Belum bekerja Bekerja sambil
kuliah
10. Jenis Pekerjaan
11. Status pernikahan Belum menikah Sudah menikah
49

12. Lokasi geografi DKI Jakarta Kabupaten


(domisili) Kota Bogor Tangerang
Kabupaten Bogor Tangerang Selatan
Kota Depok Kota Bekasi
Kota Tangerang Kabupaten Bekasi
13. Pendapatan per ≤ Rp1.000.000 – Rp3.000.001 –
bulan (uang saku Rp1.000.001 – Rp5.000.000
dari orang tua dan Rp3.000.000 > Rp5.000.000
atau penghasilan
sendiri)
14. Pengeluaran per ≤ Rp1.000.000 – Rp3.000.001 –
bulan Rp1.000.001 – Rp5.000.000
Rp3.000.000 > Rp5.000.000

15. Jenis pengeluaran Makan Air


tunai Keperluan sehari-hari Listrik
Transportasi Medis
Pakaian Hiburan
Sewa Lainnya,…….
16. Jenis pengeluaran Makan Air
non tunai Keperluan sehari-hari Listrik
Transportasi Medis
Pakaian Hiburan
Sewa Lainnya,…….
17. Jenis e-wallet yang ShopeePay DANA
digunakan OVO LinkAja
GOPAY

18. Persentase 0 – 25% 51 – 75%


pengeluaran non 26 – 50% 76 – 100%
tunai dari total
pengeluaran
19. Jumlah uang yang Tidak menabung Rp1.000.001 –
ditabung setiap ≤ Rp500.000 Rp2.000.000
bulan Rp500.001 – > Rp2.000.000
Rp1.000.000

LITERASI KEUANGAN

 Pengetahuan Keuangan
No. Pertanyaan Jawaban
1. Seseorang meminjam uang sebesar Benar
Rp1.000.000 dan harus mengembalikan Salah
uangnya di bulan depan sebesar Rp1.100.000 Saya kesulitan menjawab
karena bunga pinjamannya adalah sebesar 5%. pertanyaan ini
2. Bunga tabungan akan menyebabkan jumlah Benar
tabungan akan berkurang. Salah
Saya kesulitan menjawab
pertanyaan ini
50

No. Pertanyaan Jawaban


4. Inflasi adalah turunnya nilai uang karena Benar
banyak dan cepatnya uang beredar dan Salah
menyebabkan kenaikan harga barang-barang. Saya kesulitan menjawab
pertanyaan ini
5. Return yang negatif menggambarkan kerugian Benar
dalam investasi. Salah
Saya kesulitan menjawab
pertanyaan ini
6. Deposito hanya dapat diambil saat jatuh tempo Benar
dan memiliki bunga yang lebih besar daripada Salah
tabungan. Saya kesulitan menjawab
pertanyaan ini

 Sikap Keuangan
Sangat Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Setuju Netral Setuju Setuju
Setuju
1. Saya lebih sering
menabung sisa uang
daripada
menghabiskannya
2. Saya puas dengan kondisi
keuangan saya saat ini
3. Saya merasa uang yang
saya dapatkan TIDAK
pernah cukup
4. Menurut saya uang hanya
untuk dihabiskan
5. Saya merasa menabung
merupakan hal yang
penting
6. Keuangan saya
mengendalikan kehidupan
saya
7. Memiliki perencanaan
keuangan dapat
mempermudah saya
dalam membuat
keputusan keuangan
8. Saya hidup hanya untuk
hari ini tanpa memikirkan
apa yang terjadi terkait
keuangan di esok hari
51

 Perilaku Keuangan

No. Pernyataan Jawaban


1. Saya membuat a. Tidak pernah d. 5 - 11 kali/bulan
perencanaan untuk b. 0 – 11 kali/tahun e. 12 – 31 kali/bulan
mengelola pemasukan dan c. 1 - 4 kali/bulan
pengeluaran
2. Saat uang saya tidak bisa a. Meminta uang saku d. Bekerja untuk
mencukupi, saya menutupi tambahan kepada pemasukan
biaya hidup saya dengan orang tua tambahan
melakukan hal berikut: b. Meminjam uang e. Menggunakan
kepada keluarga atau uang tabungan
teman
c. Menggunakan kartu
kredit
3. Saya selalu mencatat a. Tidak pernah d. 5 - 11 kali/bulan
pengeluaran dan b. 0 – 11 kali/tahun e. 12 – 31
pemasukan saya secara c. 1 - 4 kali/bulan kali/bulan
rinci
4. Sebelum memilih dan a. Tidak melakukan d. Saya
menggunakan layanan pertimbangan mempertimbang-
keuangan, saya melakukan b. Saya mencari tetapi kan beberapa
pertimbangan berikut ini: tidak ada pilihan pilihan dalam
untuk satu perusahaan
dipertimbangkan e. Saya
c. Saya hanya mempertimbang-
mempertimbangkan kan beberapa
satu pilihan dalam pilihan dari
satu perusahaan berbagai
perusahaan
5. Saya selalu rutin a. Tidak pernah d. Sering
menabung setiap bulan b. Jarang e. Selalu
c. Kadang-kadang
6. Sebelum saya membeli a. Tidak pernah d. Sering
sesuatu saya akan b. Jarang e. Selalu
mempertimbangkan c. Kadang-kadang
apakah saya benar-benar
membutuhkan barang
tersebut
7. Saya memisahkan uang a. Tidak pernah d. 7 - 11 kali/tahun
untuk keperluan sehari- b. 1 – 3 kali/tahun e. 1 kali/bulan
hari dengan uang untuk c. 4 – 6 kali/tahun
membayar tagihan
8. Saya membayar tagihan a. Selalu terlambat d. Tepat waktu
rutin (SPP, uang kas, b. Lebih sering tetapi pernah
listrik, dll) tepat waktu terlambat terlambat
atau sebelum jatuh tempo dibandingkan tepat e. Tepat waktu
waktu
c. Seimbang antara
tepat waktu dan
terlambat
52

PANDEMI COVID-19

Sangat Tidak Sangat


No Pernyataan Tidak Setuju Netral Setuju Setuju
Setuju
1. Saya merasa pandemi
Covid-19 sangat
berbahaya sehingga perlu
dilakukan tindakan
pencegahan penularan
Covid-19
2. Saya TIDAK merasa
cemas saat beraktivitas di
luar rumah dan
berinteraksi dengan
banyak orang saat
pandemi Covid 19

3. Saya selalu berusaha


untuk menghindari
menyentuh benda-benda
yang merupakan fasilitas
umum atau yang
berpotensi disentuh oleh
orang lain, karena dapat
menjadi media penularan
virus Covid-19
4. Saya TIDAK menerapkan
protokol kesehatan saat
beraktivitas di luar rumah
5. Saya selalu menerapkan
social distancing saat
dalam berbagai
beraktivitas di luar rumah

KEPUTUSAN PENGGUNAAN E-WALLET

No. Pernyataan Jawaban


1. Berapakah jumlah e-wallet Tidak memiliki 3-4
yang Anda gunakan 1- 2 >4
selama pandemi Covid-
19?

2. Bagaimana frekuensi Tidak pernah Seminggu sekali


penggunaan e-wallet Anda digunakan atau dua minggu
selama pandemi Covid- 1 kali dalam sekali
19? sebulan Setiap hari
53

No. Pernyataan Jawaban


3. Berapa jumlah transaksi e- Tidak pernah Rp1.500.001 –
wallet Anda dalam satu melakukan Rp3.000.000
bulan? transaksi > Rp3.000.000
≤ Rp500.000
Rp500.001 –
Rp1.500.000
54

Lampiran 3 Hasil uji validitas kuesioner

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


LK1_1 0,433 0,361 Valid
LK1_2 0,589 0,361 Valid
LK1_3 0,482 0,361 Valid
LK1_4 0,617 0,361 Valid
LK1_5 0,579 0,361 Valid
LK1_6 0,601 0,361 Valid
LK2_1 0,502 0,361 Valid
LK2_2 0,669 0,361 Valid
LK2_3 0,560 0,361 Valid
LK2_4 0,435 0,361 Valid
LK2_5 0,243 0,361 Tidak valid
LK2_6 0,541 0,361 Valid
LK2_7 0,245 0,361 Tidak valid
LK2_8 0,515 0,361 Valid
LK3_1 0,627 0,361 Valid
LK3_2 0,601 0,361 Valid
LK3_3 0,627 0,361 Valid
LK3_4 0,453 0,361 Valid
LK3_5 0,606 0,361 Valid
LK3_6 0,441 0,361 Valid
LK3_7 0,622 0,361 Valid
LK3_8 0,681 0,361 Valid
PC1 0,674 0,361 Valid
PC2 0,601 0,361 Valid
PC3 0,546 0,361 Valid
PC4 0,821 0,361 Valid
PC5 0,700 0,361 Valid

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Variabel Cronbach’s Alpha N of Items

Literasi Keuangan 0,657 22


Pandemi Covid-19 0,643 5
55

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Batusangkar pada tanggal 18 Februari 1999


sebagai anak kedua dari pasangan bapak Lasmi Erizon dan ibu Yunelda.
Pendidikan sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di SMA 1 Batusangkar, dan
lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2017, penulis diterima sebagai mahasiswa
program sarjana (S-1) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB.
Selama mengikuti program S-1, penulis juga aktif dalam kegiatan non
akademik. Penulis merupakan Staff Divisi Digital Marketing Communication di
Himpunan Profesi Centre of Management (COM@) periode 2018/2019 dan
penulis merupakan Direktur Divisi Digital Marketing Communication pada
periode 2019/2020. Penulis juga melakukan kegiatan magang di PT Inspirasi
Masuk Kampus serta menjadi volunteer Try Out Masuk Kampus. Selain itu
penulis juga pernah menjalani kegiatan magang di PT Semen Padang.

Anda mungkin juga menyukai