Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Estimasi Nilai
Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota
Kemayoran)” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta
dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Hutan Kota Kemayoran merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang
mengusung tema “Three Wonderful Journeys” dengan fungsi untuk konservasi,
rekreasi dan edukasi. Hutan Kota Kemayoran bertujuan untuk menyediakan tempat
berkumpul atau bermain bagi keluarga khususnya bagi warga yang ada di sekitar
Kemayoran. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan
mengakibatkan pengunjung tidak peduli untuk mempertahankan, merawat, dan
menjaga keberadaan hutan kota yang sudah ada dan juga mengakibatkan beberapa
permasalahan sehingga dapat mengganggu fungsi dari Hutan Kota Kemayoran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi persepsi pengunjung, unit usaha,
dan tenaga kerja terhadap keberadaan Hutan Kota Kemayoran, (2) mengestimasi
nilai ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran, (3) menganalisis strategi pengelolaan
Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah skala
likert, Contigent Valuation Method (CVM), dan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil dari penelitian ini menunjukkan persepsi pengunjung, unit usaha, dan
tenaga kerja terhadap keberadaan Hutan Kota Kemayoran adalah baik. Fungsi
terpenting dari keberadaan Hutan Kota Kemayoran menurut responden adalah
fungsi sosial/budaya. Nilai WTP rata-rata responden adalah sebesar Rp9.642,86 per
orang per kunjungan sedangkan nilai total WTP responden sebesar Rp28.639.294,2
per tahun. Alternatif yang menjadi prioritas utama dalam kebijakan pengelolaan
Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan adalah sosialisasi fungsi hutan kota
dengan skor 0,202.
Kemayoran City Forest is one of the green open spaces that carries the
theme "Three Wonderful Journeys" with functions for conservation, recreation and
education. Kemayoran City Forest aims to provide a place to gather or play for
families, especially for residents around Kemayoran. The lack of awareness of
visitors to the environment results in visitors not caring about maintaining, caring
for, and maintaining the existence of the existing urban forest and also causing
several problems so that it can interfere with the function of the Kemayoran City
Forest. The aims of this research are (1) identify the perceptions of visitors, business
units, and workers on the existence of the Kemayoran City Forest, (2) estimate the
economic value of the Kemayoran City Forest, (3) analyze the sustainable
management strategy of the Kemayoran City Forest. The method used is a Likert
scale, Contigent Valuation Method (CVM), and Analytical Hierarchy Process
(AHP). The results of this research indicate that the perception of visitors, business
units, and workers on the existence of the Kemayoran City Forest is good. The most
important function of the existence of the Kemayoran City Forest according to the
respondents is a social/cultural function. The average WTP value of respondents
was Rp9.642,86 per person per visit, while the total WTP value of respondents was
Rp28.639.294,2 per year. The alternative that becomes the main priority in the
policy of sustainable Kemayoran City Forest management is the socialization of the
function of the city forest with a score of 0,202.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
__________________
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc
Diketahui oleh
Ketua Departemen:
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr __________________
19620604 199002 1 001
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2022 sampai bulan Juli
2022 ini ialah nilai ekonomi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran)”. Terima
kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Niklas Bukasiang (Alm) dan Ibu Stella B Wangka selaku orang tua
serta keluarga atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc, IPM selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Meilanie Buitenzorgy, S.Si, M.Si, PhD dan Bapak Bahroin Idris
Tampubolon, S.E, M.Si selaku dosen penguji utama dan penguji wakil
departemen.
4. Pihak pengelola yaitu Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran yang telah
membantu penulis selama pengumpulan data.
5. Seluruh dosen, staf, dan civitas akademik Departemen ESL FEM IPB yang
telah memberikan ilmu serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.
6. Sahabat penulis, yaitu Elsi Syafira, Rahma Ayu, Ai, Lussi, serta teman-
teman ESL angkatan 55 yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR GAMBAR
I PENDAHULUAN
10.650.000
10.609.681
10.600.000
10.557.810 10.562.088
10.550.000
10.500.000
10.467.629
10.450.000
10.400.000
2018 2019 2020 2021
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat dari total luas kawasan hutan kota pada
Provinsi DKI Jakarta, masih harus dilakukan rehabilitasi sebanyak 30% dari total
luas hutan kota atau sebesar 129.135 Ha. Menurut Dinas Kelautan dan Pertanian,
secara keseluruhan kondisi hutan kota dinilai masih dalam keadaan normal.
Salah satu hutan kota yang berada di Provinsi DKI Jakarta yaitu Hutan Kota
Kemayoran. Hutan Kota Kemayoran ditetapkan sebagai bagian ruang terbuka hijau
di Provinsi DKI Jakarta yang penetapan lokasinya berdasarkan Surat Mensekneg
Nomor R/34M/Sekneg/16/1987 yang kemudian status hukumnya diperbaharui oleh
SK Gub No 339/2002 tanggal 19 Februari 2002 dengan penetapan luas 4.4 Ha
meskipun luas secara keseluruhan yaitu 22.3 Ha. Kemayoran merupakan salah satu
kawasan di Provinsi DKI Jakarta yang sedang berkembang dengan pemanfaatan
lahan yang beragam diantaranya berupa industri, area bisnis, permukiman,
perumahan, pasar, serta hotel maupun apartemen. Adanya pembangunan tersebut,
pemerintah setempat melakukan pengembangan yang seimbang serta memberi
pengaruh positif pada berbagai aspek seperti aspek sosial, ekonomi maupun
lingkungan. Saat ini Hutan Kota Kemayoran dikelola oleh Pusat Pengelolaan
Komplek Kemayoran dibawah Kementerian Sekretariat Negara. Hutan kota ini
yang membuat kota Kemayoran, Jakarta Utara sebagai kota yang nyaman, sehat,
indah dan ramah lingkungan. Hutan Kota Kemayoran mengusung tema “Three
Wonderful Journeys” dengan fungsi untuk konservasi, rekreasi dan edukasi.
Kawasan hutan ini selain berfungsi untuk tujuan konservasi lingkungan sehingga
yang dikembangkan tidak hanya keindahan tetapi juga berfungsi untuk menjaga
lingkungan, temperatur udara, pergerakan angin. Hutan Kota Kemayoran juga
sebagai kawasan penyangga lingkungan fisik kritis perkotaan dan kawasan
4
pencegah intrusi air laut, wahana koleksi keanekaragaman jenis dan plasma nutfah,
dan santuari satwa, serta sebagai kawasan rekreasi.
II TINJAUAN PUSTAKA
tersebut juga menjelaskan tipe hutan kota yang terdiri atas tipe Kawasan
pemukiman, tipe kawasan industri, tipe rekreasi, tipe pelestarian plasma nutfah, tipe
perlindungan, dan tipe pengamanan.
Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota indah dan sejuk, namun dalam
aspek kelestariaannya, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya
alam, yang selanjutnya akan membaktikan jasa-jasa berupa kenyamanan,
kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dan cerdasnya
warga kota tersebut (Dahlan, 1992).
Bentuk hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk (Peraturan
Menteri Pekerja Umum, 2008), yaitu :
1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya
terkonsentrasi pada satu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat yang tidak beraturan;
2. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu dengan
komunitas vegetasinya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk
rumpun atau bergerombol kecil yang memiliki luas minimal 2500 m;
3. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%-100% dari luas
hutan kota;
4. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang
berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan,
pantai, saluran, dan sebagainya. Hutan kota berbentuk jalur memiliki lebar
minimal 30 m.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002,
pelaksanaan pembangunan hutan kota dilakukan berdasarkan pada rencana
pembangunan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut yaitu penataan areal,
penanaman, pemeliharaan, dan pembangunan sipil teknis. Setelah pelaksanaan
pembangunan selesai, selanjutnya dilakukan penetapan hutan kota melalui
Peraturan Daerah setempat. Hutan kota yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan
pengelolaan sesuai dengan tipe dan bentuk hutan kota. Adapun tahapan kegiatan
dalam pengelolaan hutan kota meliputi penyusunan rencana pengelolaan,
pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan, pemanfaatan, serta pemantauan dan
evaluasi.
Fungsi yang dimiliki hutan kota dikelompokkan menjadi 6 fungsi (Dahlan,
2004), yaitu:
1. Fungsi penyehatan lingkungan : sebagai penyerap dan penjerap partikel logam,
timbal, debu semen, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap gas beracun,
dan CO2.
2. Fungsi pengawetan : sebagai pelestarian plasma nutfah dan habitat burung.
3. Fungsi estetika : sebagai meningkatkan citra dan menutupi bagian kota yang
kurang baik.
4. Fungsi perlindungan : sebagai peredam kebisingan, ameliorasi iklim mikro,
penapis cahaya silau, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi
penggenangan, instrusi air laut, mengamankan pantai dan membentuk daratan,
dan mengatasi penggurunan.
5. Fungsi produksi : air tanah, kayu, kulit, getah, bunga dan buah, dan madu lebah.
6. Fungsi lainnya : sebagai identitas wilayah, pengelolaan sampah, pendidikan
dan penelitian, mengurangi stress, penunjang rekreasi dan parawisata, hobi dan
8
mendominasi elemen yang lain. Metode ini digunakan sebagai metode pemecah
masalah karena alasan- alasan sebagai berikut (Supriadi et al. 2018) :
1. Berstruktur hierarki sebagai implikasi dari kriteria yang dipilih hingga pada
subkriteria yang paling mendalam.
2. Memperhitungkan validitas hingga batas toleransi inkonsistensi dari berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan
Terdapat beberapa kelebihan dari metode AHP:
1. Kesatuan (Unity), AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur
menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks
melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence), AHP dapat digunakan pada
elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan
linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring), AHP mewakili pemikiran alamiah
yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda
dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan metode
untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency), AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam
penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis), AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai
seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
8. Trade Off, AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem
sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus), AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian
yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition), AHP mampu membuat orang
menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian
serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Pertumbuhan penduduk
meningkat
Perubahan kualitas
lingkungan perkotaan
Hutan Kota
Kemayoran
Keterangan:
IV METODE PENELITIAN
keyperson. Unit usaha yaitu unit usaha yang berdagang di dalam Hutan Kota
Kemayoran. Tenaga kerja yaitu tenaga kebersihan dan keamanan dari Pusat
Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK). Keyperson dalam penelitian ini yaitu
pihak pengelola Hutan Kota Kemayoran. Metode pengambilan sampel pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑅𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Total skor:
n1 x 1 = jumlah responden yang menyatakan sangat tidak setuju x skor likert
n2 x 2 = jumlah responden yang menyatakan tidak setuju x skor likert
n3 x 3 = jumlah responden yang menyatakan setuju x skor likert
n4 x 4 = jumlah responden yang menyatakan sangat setuju x skor likert
(𝑚 − 𝑛) (4 − 1)
𝑅𝑠 = = = 0,75
𝑏 4
17
Keterangan:
Rs = rentang skala
m = skor tertinggi dalam pengukuran
n = skor terendah dalam pengukuran
b = jumlah kategori
Berdasarkan rentang skala tersebut, maka interpretasi skor rataan dapat dilihat
pada Tabel 7.
BCDE
EWTP = ∑FEGH F
Keterangan :
EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp)
Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)
n = Jumlah responden (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i=1,2,...,n)
4. Menduga kurva WTP
Kurva WTP dapat digambarkan dengan asumsi hubungan antara tingkat
harga WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia
membayar pada tingkat harga tersebut.
5. Menentukan total WTP
Penjumlahan data WTP dilakukan setelah didapatkan dugaan nilai rataan
WTP yang dikalikan dengan jumlah populasi. Rumus yang digunakan adalah:
𝑇𝑊𝑇𝑃 = 𝐸𝑊𝑇𝑃 𝑥 𝑁
Keterangan :
TWTP = Dugaan total WTP (Rp)
EWTPi = Dugaan rataan WTP (Rp)
N = Jumlah populasi (orang)
Biaya
Daya Tarik Konservasi
pengelolaan
Kriteria wisata alam sumberdaya
dan
alam
pengembangan
Penambahan
Wisata
dan Sosialisasi Penguatan Pelestarian
Peningkatan edukasi
Alternatif pemeliharaan fungsi hutan kelembagaan flora dan
tenaga kerja pendidikan
infrastruktur kota pengelola fauna
lingkungan
penunjang
3. Penentuan Prioritas
Penentuan prioritas dilakukan dengan membandingkan setiap kriteria dan
alternatif yang berpasangan (pairwise comparisons). Setelah elemen yang saling
berpasangan dibandingkan, langkah selanjutnya dengan menggambarkan pengaruh
elemen pada tingkat hierarki dengan elemen yang tingkatannya lebih tinggi. Elemen
yang tingkatannya lebih tinggi sebagai suatu kriteria yang disebut sifat (property).
Perbandingan berpasangan terus dibuat untuk elemen tiap tingkat. Setelah semua
elemen telah dibandingkan, pemberian bobot dilakukan disetiap vektor dengan
prioritas sifatnya.
4. Konsistensi logis
Elemen dikelompokkan dan diperingkatkan secara logis dan diperhitungkan
secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Pengambilan keputusan
memerlukan hasil keputusan akurat yang diperoleh dari penilaian dengan konsisten
tinggi. Konsistensi perlu dibatasi dalam memperoleh hasil yang tepat dalam
kehidupan nyata karena konsistensi yang sempurna sulit untuk dicapai. Konsistensi
yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan
yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai sempurna, rasio konsistensi
diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika lebih dari 10 persen, maka
penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.
21
V GAMBARAN UMUM
dikelola oleh PPKK dan Sekretariat Negara. Badan Layanan Umum Pusat
Pengelolaan Komplek Kemayoran (BLU PPK Kemayoran) merupakan satuan kerja
dibawah Kementerian Sekretariat Negara RI yang bertanggung jawab kepada
Menteri Sekretaris Negara melalui Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara dan
bertugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kawasan Kemayoran termasuk Hutan
Kota Kemayoran. Hutan kota eks Bandara Kemayoran, penetapan lokasinya
didasarkan atas Surat Mensekneg Nomor R/34M/Sekneg/16/1987, yang merupakan
bagian ruang terbuka hijau lingkungan komplek Pekan Raya Jakarta (PRJ). Status
hukumnya diperbarui oleh SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 339/2002. Lokasi ini
merupakan suatu areal konservasi yang sengaja dibuat dan direncanakan dalam kota
baru Bandar Kemayoran yang didalamnya terdapat waduk buatan yang mengatur
keluar masuknya air.
Pada tahun 2016, Hutan Kota kemayoran melakukan revitalisasi. Sebelum
dilakukan revitalisasi, kondisi hutan kota tidak terawat, tidak dijamah manusia,
banyak semak dan sampah, serta banyak binatang yang membahayakan.
Revitalisasi Hutan Kota Kemayoran selesai pada tahun 2019. PPK Kemayoran
bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta melakukan revitalisasi berupa
mengeruk danau, membersihkan semak, memperbaiki jalan, serta menambahkan
sejumlah fasilitas umum. Saat proses revitalisasi, Hutan Kota Kemayoran masuk
dalam Top 99 Inovation. Hutan Kota Kemayoran juga melakukan penanaman
pohon guna memperbanyak penyerapan air dan mengurangi dampak polusi udara.
Vegetasi tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
Saat ini Hutan Kota Kemayoran buka di hari Sabtu dan Minggu pukul 06.00
sampai 12.00 WIB. Hutan Kota Kemayoran dilengkapi fasilitas yang lengkap untuk
edukasi, olahraga dan rekreasi, seperti jogging track, bicycle track, amphitheater
dan floating stage, penangkaran burung, penangkaran kupu-kupu, konservasi
mangrove. Beberapa fasilitas Hutan Kota Kemayoran dapat dilihat pada Gambar 6.
23
responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel
9 berikut.
Unit usaha di Hutan Kota Kemayoran hanya berjualan di hari Sabtu dan
Minggu sesuai dengan jadwal Hutan Kota Kemayoran yang buka hanya di hari
Sabtu dan Minggu. Unit usaha menjual makanan dan minuman dengan pendapatan
Rp500.000 per minggu. Hingga saat ini, unit usaha yang berjualan di Hutan Kota
Kemayoran hanya berasal dari koperasi PPK Kemayoran.
sangat setuju dengan skor rataan 3,30. Pada penilaian mengenai kesejukan,
responden pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja menyatakan sangat setuju jika
udara di Hutan Kota Kemayoran terasa sejuk dan segar dengan nilai rataan skor
3,50 , 4,00 , dan 4,00. Hutan Kota Kemayoran memiliki lahan yang cukup luas dan
varietas tumbuhan di Hutan Kota Kemayoran juga beragam, hal ini membuat
responden merasa udara terasa sangat sejuk, asri dan segar.
Pada kategori kedua yaitu persepsi terhadap fasilitas Hutan Kota
Kemayoran. Responden pengunjung dan tenaga kerja menyatakan fasilitas tidak
setuju bahwa fasilitas yang ada di Hutan Kota Kemayoran memadai dengan nilai
rataan skor 2,50 dan 2,40, sedangkan responden unit usaha menyatakan setuju
dengan nilai rataan skor 3,00. Menurut responden, fasilitas yang ada di Hutan Kota
Kemayoran masih perlu diperbaiki lagi oleh pengelola dan kurangnya fasilitas lain
seperti toilet, tempat bermain anak, alat olahraga, signage, peta petunjuk arah, spot
untuk berfoto, outbond, dan mushola.
Pada kategori ketiga mengenai persepsi terhadap aksesibilitas, responden
pengunjung menyatakan setuju informasi mengenai lokasi mudah diperoleh dan
kondisi jalan baik dengan skor rataan sebesar 3,01 sedangkan responden unit usaha
dan tenaga kerja menyatakan sangat setuju dengan skor rataan 4,00 dan 3,30.
Adanya sosial media membuat informasi Hutan Kota Kemayoran ini menjadi
mudah untuk diperoleh dan dijangkau oleh pengunjung. Hutan Kota Kemayoran
juga dekat dengan permukiman warga sehingga sangat mudah untuk memperoleh
informasi mengenai hutan kota ini.
Fungsi ekonomi 3%
Gambar 8 Persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap fungsi Hutan
Kota Kemayoran (data primer 2022)
31
point atau harga dasar dalam penelitian ini adalah Rp5.000 dengan kelipatan
Rp5.000 hingga mencapai batas maksimum yaitu Rp20.000. Responden yang
bersedia membayar sebanyak 84 orang dan yang tidak bersedia membayar
sebanyak 13 orang. Responden yang tidak membayar memiliki alasan bahwa
Hutan Kota Kemayoran merupakan fasilitas publik yang dikelola pemerintah
dan responden telah membayar pajak jadi tidak perlu adanya bayaran yang
dilakukan oleh pengunjung.
Kurva WTP
25.000
15.000
10.000
5.000
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jumlah responden
Kurva pada Gambar 9 sudah sesuai dengan teori permintaan bahwa semakin
besar nilai yang ditawarkan maka semakin sedikit responden yang ingin
membayar pada nilai tersebut.
olahraga) dan estetika, dibandingkan sebagai fungsi ekologis. Hal ini dapat terlihat
dari pendapat pengunjung mengenai manfaat dari Hutan Kota Kemayoran (Gambar
8). Pengunjung berpendapat bahwa mereka telah membayar pajak dan Hutan Kota
Kemayoran merupakan fasilitas dari pemerintah. Rendahnya nilai WTP
berimplikasi pada kondisi lingkungan Hutan Kota Kemayoran yang menunjukkan
perilaku pengunjung dengan tidak memperhatikan keadaan sekitar seperti terlihat
pada Gambar 7 yang menunjukkan adanya sampah di beberapa tempat. Maka dari
itu, perlu adanya strategi pengelolaan yang dilakukan pihak pengelola Hutan Kota
Kemayoran agar dapat meningkatkan nilai yang diberikan pengguna hutan kota
dalam menghargai keberadaan Hutan Kota Kemayoran sehingga keberadaan Hutan
Kota Kemayoran tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan dan bisa terus
dimanfaatkan hingga masa mendatang.
Pengelolaan Hutan
Goal Kota Kemayoran yang
berkelanjutan
Biaya
Daya Tarik Konservasi
pengelolaan
Kriteria wisata alam sumberdaya
dan
alam
pengembangan
Penambahan Wisata
dan Sosialisasi Penguatan Pelestarian
Peningkatan edukasi
Alternatif pemeliharaan fungsi hutan kelembagaan flora dan
tenaga kerja pendidikan
infrastruktur kota pengelola fauna
lingkungan
penunjang
kriteria dan alternatif yang disusun pada penelitian ini diperoleh dari literature, hasil
diskusi dan wawancara dengan pihak pengelola yaitu Pusat Pengelolaan Kawasan
Kemayoran, serta mempertimbangkan pula hasil dari tujuan pertama dan kedua
dalam penelitian ini. Kriteria dalam strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran
yang berkelanjutan adalah daya tarik wisata alam, biaya perjalanan dan konservasi
sumberdaya alam. Kriteria ini disusun berdasarkan penelitian terdahulu dan
menyesuaikan dengan kondisi Hutan Kota Kemayoran. Alternatif untuk mencapai
tujuan strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan adalah
peningkatan tenaga kerja, penambahan dan pemeliharaan infrastruktur penunjang,
sosialisasi fungsi hutan kota, wisata edukasi pendidikan lingkungan, penguatan
kelembagaan pengelola, pelestarian flora dan fauna. Peningkatan tenaga kerja dan
penambahan dan pemeliharaan infrastruktur penunjang menjadi alternatif karena
berdasarkan dari hasil tujuan pertama yaitu persepsi terhadap Hutan Kota
Kemayoran yang menyatakan bahwa kurangnya tenaga kerja dan infrastruktur yang
ada di hutan kota tersebut tidak memadai. Sosialisasi fungsi hutan kota dipilih
menjadi salah satu alternatif karena berdasarkan dari hasil tujuan kedua yaitu
estimasi nilai ekonomi Hutan Kota Kemayoran yang menunjukkan nilai WTP
responden yang tergolong rendah. WTP yang tergolong rendah dikarenakan
kurangnya pengetahuan responden terhadap fungsi-fungsi dari hutan kota sehingga
perlu adanya sosialisasi mengenai fungsi dari hutan kota. Wisata edukasi
pendidikan lingkungan, penguatan kelembagaan pengelola, serta pelestarian flora
dan fauna menjadi alternatif karena berdasarkan penelitian terdahulu dan
menyesuaikan dengan kondisi Hutan Kota Kemayoran dengan mempertimbangkan
pendapat dari Divisi Perencanaan PPKK, Divisi Pemasaran dan Humas PPKK, dan
Divisi Manajemen Pemeliharaan Lingkungan PPKK.
Pada level kriteria yang terdiri dari daya tarik wisata alam, biaya
pengelolaan dan pengembangan, dan konservasi sumber daya alam diperoleh hasil
penilaian perbandingan berpasangan tertinggi atau prioritas utama pada level
kriteria dalam strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan
adalah biaya pengelolaan dan pengembangan dengan skor 0,392 (Gambar 12).
Kriteria biaya pengelolaan dan pengembangan dinilai menjadi prioritas utama
karena Hutan Kota Kemayoran dalam pengelolaannya tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya biaya yang mendukung pengelolaan dan pengembangan Hutan
Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Dalam masa pandemi covid-19 saat ini, biaya
pengelolaan dan pengembangan menjadi hal yang krusial bagi pengelola hutan kota
sehingga sangat perlu diperhatikan. Penerapan biaya tiket masuk dapat menjadi
pilihan agar dapat meningkatkan pemasukan untuk biaya pengelolaan dan
pengembangan Hutan Kota Kemayoran. Kriteria konservasi sumberdaya alam
menjadi urutan berikutnya dalam strategi pengelolaan dengan skor 0,350. Hal ini
dikarenakan hutan kota tersebut selain memiliki tujuan untuk rekreasi dan edukasi,
hutan kota juga memiliki tujuan untuk konservasi lingkungan sehingga yang
dikembangkan tidak hanya keindahan. Kriteria selanjutnya yang menjadi prioritas
adalah daya tarik wisata alam dengan skor 0,257 karena Hutan Kota Kemayoran
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal untuk wisata alam. Pengembangan
daya tarik wisata alam dapat meningkatkan jumlah pengunjung. Nilai inconsistency
37
pada level kriteria yaitu 0,00307 (0,307%) yang artinya nilai hasil susah konsisten.
Nilai rasio konsistensi kurang atau sama dengan 0,1 (10%), jika lebih dari 10%
maka penilaian pada data masih acak dan perlu di perbaiki (Marimin dan
Maghfiroh, 2010). Bobot prioritas kriteria dapat dilihat pada Gambar 11.
Terdapat enam alternatif yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan (goal)
yaitu strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Hasil
sintesis model diperoleh dari menggabungkan atau mengkombinasikan model
secara keseluruhan seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Berdasarkan hasil sintesis
model, yang menjadi prioritas utama adalah sosialisasi fungsi hutan kota dengan
skor 0,202. Bobot terendah adalah penguatan kelembagaan pengelola dengan bobot
0,093 dengan nilai overall inconsistency 0.01 (1%), artinya bahwa hasil penilaian
perbandingan berpasangan tersebut sudah konsisten. Rasio konsistensi harus
kurang atau sama dengan 10%. Konsistensi pengguna metode AHP harus tetap
terjaga agar solusi yang dihasilkan optimal (Padmowati, 2009).
sehingga dapat mengubah pola pikir pengunjung dan lebih menghargai keberadaan
hutan kota tersebut sehingga nilai WTP pun dapat meningkat. Sosialisasi dapat
dilakukan dengan menyebar flyer dan poster yang disebar secara online melalui
sosial media Hutan Kota Kemayoran.
Alternatif yang menjadi prioritas kedua adalah pelestarian flora dan fauna
(0,193). Flora dan fauna yang terdapat pada Hutan Kota Kemayoran sangat
beragam. Terdapat berbagai macam vegetasi di Hutan Kota Kemayoran seperti
pohon trembesi (Samanea saman), pohon ketapang (Terminalia catappa), pohon
asam jawa (Tamarindus indica), pohon lamtoro (Leucaena leucocephala),
mangrove (Rhizophora), pohon ara (Ficus), pohon kayu putih (Melaleuca
leucadendra), dan lain-lain (Setneg, 2018). Selain vegetasi, terdapat pula berberapa
satwa yaitu burung pecuk-ular asia (Anhinga melanogaster), burung pecuk-padi
hitam (Phalacrocorax sulcirostris), burung cangak abu (Ardea cinereal), burung
kuntul kecil (Egretta garzetta), burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung
caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), burung merbah cerucuk (Pycnonotus
goiavier), biawak (Varanus), dan lain-lain (PPKK, 2018). Flora dan fauna yang ada
di Hutan Kota Kemayoran penting untuk dijaga kelestariannya.
Prioritas alternatif ketiga adalah wisata edukasi pendidikan lingkungan
(0,192). Tujuan dari Hutan Kota Kemayoran adalah sebagai tempat rekreasi,
edukasi, dan konservasi, maka dari itu pelestarian flora dan fauna serta wisata
edukasi penting untuk ditingkatkan lagi. Pusat Pengelolaan Kawasan Kemayoran
merencanakan untuk menambah atraksi wisata yaitu dengan memanfaatkan waduk
yang berada di dalam Hutan Kota Kemayoran agar dapat menambah pengunjung
yang datang.
Prioritas alternatif keempat adalah penambahan dan pemeliharaan
infrastruktur penunjang (0,175). Penambahan dan pemeliharaan infrastruktur
penunjang merupakan faktor pendukung yang memberikan kenyamanan bagi
pengunjung dan dapat meningkatkan jumlah pengunjung di Hutan Kota
Kemayoran. Penambahan dan pemeliharaan infrastruktur berupa fasilitas umum
diperlukan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan-kegiatan di Hutan Kota
Kemayoran. Penambahan dan pemeliharaan infrastuktur penunjang dapat
dilakukan apabila dana pengelolaan mencukupi.
Prioritas alternatif kelima adalah peningkatan tenaga kerja (0,146). Saat ini
jumlah tenaga kerja yang berada di Hutan Kota Kemayoran hanya sebanyak 10
orang. Menurut tenaga kerja dan pengelola, tenaga kerja perlu ditambah karena
tidak sebanding dengan Hutan Kota Kemayoran yang sangat luas.
Prioritas alternatif terakhir adalah penguatan kelembagaan pengelola (0,093).
Hubungan internal pengelola harus diperkuat khususnya antara Pusat Pengelolaan
Kawasan Kemayoran dengan Kementerian Sekretariat Negara. Alternatif
penguatan kelembagaan pengelola yaitu untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya
manusia pengelolaan yang baik agar internal dalam pengelolaan Hutan Kota
Kemayoran tetap dalam satu misi, visi dan semakin baik dalam mengelola Hutan
Kota Kemayoran. Hasil analisis tingkat prioritas kriteria dan alternatif dapat dilihat
lebih jelas pada Tabel 17.
39
Tabel 17 Hasil analisis tingkat prioritas kriteria dan alternatif strategi pengelolaan
7.1 Kesimpulan
1. Persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap keberadaan
Hutan Kota Kemayoran adalah baik. Fungsi terpenting dari keberadaan
Hutan Kota Kemayoran menurut responden adalah fungsi sosial/budaya.
2. Sebanyak 84 orang bersedia membayar nilai WTP dengan rata-rata sebesar
Rp9.642,86 per orang per kunjungan sedangkan nilai total WTP responden
sebesar Rp28.639.294,2 per tahun. Pemberian nilai WTP yang tergolong
rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan pengunjung mengenai fungsi
utama hutan kota yaitu fungsi ekologis.
3. Strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan dengan
kriteria prioritas utama adalah biaya pengelolaan dan pengembangan
dengan skor 0,392, sedangkan pada level alternatif yang prioritas utama
yaitu sosialisasi fungsi hutan kota dengan skor 0,202. Alternatif sosialisasi
mengenai fungsi utama hutan kota perlu dilakukan agar dapat
meningkatkan kesadaran pengunjung mengenai pentingnya keberadaan
Hutan Kota Kemayoran sehingga lebih menghargai keberadaan hutan kota.
7.2 Saran
1. Perlu ada peningkatan kesadaran pengunjung saat berada di Hutan Kota
Kemayoran khususnya dalam hal kebersihan. Selain itu semua pihak harus
ikut serta memelihara fasilitas karena hutan kota merupakan area publik,
siapapun harus ikut berpartisipasi dalam menjaga keberlangsungannya.
2. Pihak pengelola perlu mensosialisasikan terkait fungsi-fungsi penting dari
hutan kota sehingga pengunjung mengetahui dan menjaga kelestarian
hutan kota dapat berupa menyebar flyer dan poster yang disebar secara
online melalui sosial media Hutan Kota Kemayoran.
3. Rekomendasi strategi pengelolaan dapat dijadikan bahan pertimbangan
pengelola dalam mengelola Hutan Kota Kemayoran.
4. Hutan Kota Kemayoran memiliki banyak manfaat penting. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung nilai
ekonomi total terutama fungsi ekologis yang merupakan fungsi utama
Hutan Kota Kemayoran sehingga bisa diketahui besarnya manfaat Hutan
Kota Kemayoran bagi masyarakat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Rafei M. 2016. Penilaian Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam
Punti Kayu Sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota Palembang [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
Pustaka Binaman Pressindo.
Sadyohutomo, 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Setneg. 2021. Kurangi Polusi Udara, PPK Kemayoran Lakukan Penanaman Pohon.
[internet] [diunduh 16 Juli 2022] Tersedia pada: https://setneg-
ppkk.co.id/955-kurangi-polusi-udara-ppk-kemayoran-lakukan-penanaman-
pohon
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriadi A, Rustandi A, Komarlina D, H., L., Ardiani G. 2018. Analytical
Hierarchy Process (AHP) Teknik Penentuan Strategi Daya Saing Kerajinan
Bordir. Yogyakarta: Deepublish.
[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. 2007.
Wahyudi D. 2022. Nilai Keberadaan Ruang Terbuka Hijau di Taman Hutan Kota
Penjaringan, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Walpole R. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Zamroni. 2013. Pendidikan Demokrasi. Yogyakarta: Ombak.
44
LAMPIRAN
45
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Alamat :
Nomor Hp :
Tanggal/Hari :
Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ruang Terbuka (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran) oleh Revita
Verent Bukasiang mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dimohon partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan teliti sehingga dapat
menjadi data yang objektif. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak digunakan untuk
kepentingan lainnya dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian
dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin :Laki-laki/Perempuan
2. Usia : .............tahun
3. Status Pernikahan :Menikah/Belum Menikah
4. Jumlah Tanggungan : .............orang
5. Pendidikan Formal Terakhir :
[ ] Tidak Sekolah [ ] Diploma/D3
[ ] SD/Sederajat [ ] Sarjana/S1
[ ] SMP/Sederajat [ ] Master/S2
[ ] SMA/Sederajat [ ] Doktor/S3
6. Pekerjaan
[ ] PNS [ ] Ibu Rumah Tangga
[ ] Pegawai Swasta [ ] Wirausaha
[ ] Pelajar/ Mahasiswa [ ] Lainnya
C. Motivasi Responden
1. Darimana anda mengetahui Hutan Kota Kemayoran?
a. Teman/Keluarga d. Brosur
47
Nomor Responden :
Nama :
Alamat :
No. Hp :
Tanggal :
I. Penjelasan
Penambahan Wisata
Peningkatan dan Sosialisasi Penguatan Pelestarian
Alternatif edukasi
tenaga pemeliharaan fungsi kelembagaa flora dan
pendidikan
kerja infrastruktur hutan kota n pengelola fauna
lingkungan
penunjang
50
Definisi kode:
1 = Kedua kriteria sama penting
3 = Kriteria A sedikit lebih penting dibanding dengan B
5 = Kriteria A lebih penting dibanding dengan B
7 = Kriteria A sangat lebih penting dibanding dengan B
9 = Kriteria A mutlak lebih penting dibanding dengan B
2,4,6,8 = Dipilih apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sebaliknya:
1 = Kedua kriteria sama penting
3 = Kriteria B sedikit lebih penting dibanding dengan A
5 = Kriteria B lebih penting dibanding dengan A
7 = Kriteria B sangat lebih penting dibanding dengan A
9 = Kriteria B mutlak lebih penting dibanding dengan A
2,4,6,8 = Dipilih apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
IV. Pertanyaan
1. Berkaitan dengan Goal atau tujuan dari pengelolaan Hutan Kota
Kemayoran yang berkelanjutan, maka bandingkan elemen-elemen
sasaran pada kolom A dengan elemen-elemen sasaran pada kolom B
dan beri tanda (√ ) berdasarkan tingkat kepentingannya.
Faktor kanan lebih
Faktor kiri lebih penting
No Kriteria A penting Kriteria B
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Daya tarik Biaya
wisata alam pengelolaan dan
pengembangan
2 Daya tarik Konservasi
wisata alam sumberdaya
alam
3 Biaya Konservasi
pengelolaan dan sumberdaya
pengembangan alam
infrastruktur
penunjang
7 Penambahan Wisata edukasi
dan pendidikan
pemeliharaan lingkungan
infrastruktur
penunjang
8 Penambahan Penguatan
dan kelembagaan
pemeliharaan pengelola
infrastruktur
penunjang
9 Penambahan Pelestarian
dan flora dan fauna
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
10 Sosialisasi Wisata edukasi
fungsi hutan pendidikan
kota lingkungan
11 Sosialisasi fungsi Penguatan
hutan kota kelembagaan
pengelola
12 Sosialisasi Pelestarian
fungsi hutan flora dan fauna
kota
13 Wisata edukasi Penguatan
pendidikan kelembagaan
lingkungan pengelola
14 Wisata edukasi Pelestarian
pendidikan flora dan fauna
lingkungan
15 Penguatan Pelestarian
kelembagaan flora dan fauna
pengelola
1 Peningkatan Penambahan
tenaga kerja dan
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
2 Peningkatan Sosialisasi
tenaga kerja fungsi hutan
kota
3 Peningkatan Wisata edukasi
tenaga kerja pendidikan
lingkungan
4 Peningkatan Penguatan
tenaga kerja kelembagaan
pengelola
5 Peningkatan Pelestarian
tenaga kerja flora dan fauna
6 Penambahan Sosialisasi
dan fungsi hutan
pemeliharaan kota
infrastruktur
penunjang
7 Penambahan Wisata edukasi
dan pendidikan
pemeliharaan lingkungan
infrastruktur
penunjang
8 Penambahan Penguatan
dan kelembagaan
pemeliharaan pengelola
infrastruktur
penunjang
9 Penambahan Pelestarian
dan flora dan fauna
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
10 Sosialisasi Wisata edukasi
fungsi hutan pendidikan
kota lingkungan
11 Sosialisasi Penguatan
fungsi hutan kelembagaan
kota pengelola
12 Sosialisasi Pelestarian
fungsi hutan flora dan fauna
kota
13 Wisata edukasi Penguatan
pendidikan kelembagaan
lingkungan pengelola
54
penunjang
9 Penambahan Pelestarian
dan flora dan fauna
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
10 Sosialisasi Wisata edukasi
fungsi hutan pendidikan
kota lingkungan
11 Sosialisasi Penguatan
fungsi hutan kelembagaan
kota pengelola
12 Sosialisasi Pelestarian
fungsi hutan flora dan fauna
kota
13 Wisata edukasi Penguatan
pendidikan kelembagaan
lingkungan pengelola
14 Wisata edukasi Pelestarian
pendidikan flora dan fauna
lingkungan
15 Penguatan Pelestarian
kelembagaan flora dan fauna
pengelola
56
Lampiran 3 Hasil analisis penilaian keyperson pada level kriteria dan alternatif
1. Divisi Perencanaan PPKK
57
4. Combined
60
Keindahan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 292 3 33
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,01 3,00 3,30
Kategori Setuju Setuju Sangat setuju
Kesejukan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 340 4 40
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,50 4,00 4,00
Kategori Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju
Fasilitas
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 243 3 24
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 2,50 3,00 2,40
Kategori Tidak setuju Setuju Tidak setuju
Aksesibilitas
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 292 4 33
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,01 4,00 3,30
Kategori Setuju Sangat setuju Sangat setuju
Keberlanjutan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 364 4 39
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,75 4,00 3,90
Kategori Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju
61
Lampiran 6 Dokumentasi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Manado pada 4 Juni 1999 sebagai anak ke 2 dari
pasangan bapak Niklas H Bukasiang (Alm) dan ibu Stella B Wangka. Pendidikan
sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di sekolah SMA Negeri 72 Jakarta , dan
lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2018, penulis diterima sebagai mahasiswa
program sarjana (S-1) di Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi
dan Manajemen di IPB. Selama mengikuti program S-1, penulis aktif menjadi
anggota Himpunan Profesi Resources Environmental Economics Student
Association (REESA) pada departemen Public Relation periode 2020/2021.