Anda di halaman 1dari 84

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN STRATEGI

PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU


(Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran)

REVITA VERENT BUKASIANG

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Estimasi Nilai
Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota
Kemayoran)” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta
dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2022

Revita Verent Bukasiang


H44180058
ABSTRAK
REVITA VERENT BUKASIANG. Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran).
Dibimbing oleh METI EKAYANI.

Hutan Kota Kemayoran merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang
mengusung tema “Three Wonderful Journeys” dengan fungsi untuk konservasi,
rekreasi dan edukasi. Hutan Kota Kemayoran bertujuan untuk menyediakan tempat
berkumpul atau bermain bagi keluarga khususnya bagi warga yang ada di sekitar
Kemayoran. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan
mengakibatkan pengunjung tidak peduli untuk mempertahankan, merawat, dan
menjaga keberadaan hutan kota yang sudah ada dan juga mengakibatkan beberapa
permasalahan sehingga dapat mengganggu fungsi dari Hutan Kota Kemayoran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi persepsi pengunjung, unit usaha,
dan tenaga kerja terhadap keberadaan Hutan Kota Kemayoran, (2) mengestimasi
nilai ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran, (3) menganalisis strategi pengelolaan
Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah skala
likert, Contigent Valuation Method (CVM), dan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil dari penelitian ini menunjukkan persepsi pengunjung, unit usaha, dan
tenaga kerja terhadap keberadaan Hutan Kota Kemayoran adalah baik. Fungsi
terpenting dari keberadaan Hutan Kota Kemayoran menurut responden adalah
fungsi sosial/budaya. Nilai WTP rata-rata responden adalah sebesar Rp9.642,86 per
orang per kunjungan sedangkan nilai total WTP responden sebesar Rp28.639.294,2
per tahun. Alternatif yang menjadi prioritas utama dalam kebijakan pengelolaan
Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan adalah sosialisasi fungsi hutan kota
dengan skor 0,202.

Kata kunci: analytical hierarchy process, contigent valuation method, perkotaan,


ruang terbuka hijau, skala likert
ABSTRACT
REVITA VERENT BUKASIANG. Economic Value Estimation and Green
Open Space Management Strategy (Case Study: Kemayoran City Forest).
Supervised by METI EKAYANI.

Kemayoran City Forest is one of the green open spaces that carries the
theme "Three Wonderful Journeys" with functions for conservation, recreation and
education. Kemayoran City Forest aims to provide a place to gather or play for
families, especially for residents around Kemayoran. The lack of awareness of
visitors to the environment results in visitors not caring about maintaining, caring
for, and maintaining the existence of the existing urban forest and also causing
several problems so that it can interfere with the function of the Kemayoran City
Forest. The aims of this research are (1) identify the perceptions of visitors, business
units, and workers on the existence of the Kemayoran City Forest, (2) estimate the
economic value of the Kemayoran City Forest, (3) analyze the sustainable
management strategy of the Kemayoran City Forest. The method used is a Likert
scale, Contigent Valuation Method (CVM), and Analytical Hierarchy Process
(AHP). The results of this research indicate that the perception of visitors, business
units, and workers on the existence of the Kemayoran City Forest is good. The most
important function of the existence of the Kemayoran City Forest according to the
respondents is a social/cultural function. The average WTP value of respondents
was Rp9.642,86 per person per visit, while the total WTP value of respondents was
Rp28.639.294,2 per year. The alternative that becomes the main priority in the
policy of sustainable Kemayoran City Forest management is the socialization of the
function of the city forest with a score of 0,202.

Keywords: analytical hierarchy process, contingent valuation method, green open


space, likert scale, urban
© Hak Cipta milik IPB, tahun 20221
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN STRATEGI
PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU
(Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran)

REVITA VERENT BUKASIANG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Meilanie Buitenzorgy, S.Si, M.Si, PhD
2 Bahroin Idris Tampubolon, S.E, M.Si
Judul Skripsi : Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran)
Nama : Revita Verent Bukasiang
NIM : H44180058

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
__________________
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc

Diketahui oleh

Ketua Departemen:
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr __________________
19620604 199002 1 001

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:


14 Juli 2022
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2022 sampai bulan Juli
2022 ini ialah nilai ekonomi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran)”. Terima
kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Niklas Bukasiang (Alm) dan Ibu Stella B Wangka selaku orang tua
serta keluarga atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc, IPM selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Meilanie Buitenzorgy, S.Si, M.Si, PhD dan Bapak Bahroin Idris
Tampubolon, S.E, M.Si selaku dosen penguji utama dan penguji wakil
departemen.
4. Pihak pengelola yaitu Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran yang telah
membantu penulis selama pengumpulan data.
5. Seluruh dosen, staf, dan civitas akademik Departemen ESL FEM IPB yang
telah memberikan ilmu serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.
6. Sahabat penulis, yaitu Elsi Syafira, Rahma Ayu, Ai, Lussi, serta teman-
teman ESL angkatan 55 yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2022

Revita Verent Bukasiang


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xii


DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 5
II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Ruang Terbuka Hijau 6
2.2 Hutan Kota 6
2.3 Nilai Ekonomi 8
2.4 Contigent Valuation Method (CVM) 8
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) 8
2.6 Penelitian terdahulu 9
III KERANGKA PEMIKIRAN 12
IV METODE PENELITIAN 14
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14
4.2 Jenis dan Sumber Data 14
4.3 Metode Pengambilan Sampel 14
4.4 Metode Analisis Data 15
Analisis Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja
terhadap Keberadaan Hutan Kota Kemayoran 15
Estimasi Nilai Ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran 17
Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang
Berkelanjutan 18
V GAMBARAN UMUM 21
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 21
5.2 Gambaran Umum Hutan Kota Kemayoran 21
5.3 Karakteristik Responden 23
Karakteristik Responden Pengunjung Hutan Kota Kemayoran 23
Karakteristik Responden Unit Usaha Hutan Kota Kemayoran 26
Karakteristik Responden Tenaga Kerja Hutan Kota Kemayoran 26
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 28
6.1 Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja terhadap
Keberadaan Hutan Kota Kemayoran 28
Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja terhadap
Kondisi Hutan Kota Kemayoran 28
Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja terhadap
Fungsi Hutan Kota Kemayoran 30
Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja terhadap
Keberlanjutan Hutan Kota Kemayoran 31
6.2 Estimasi Nilai Ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran 32
6.3 Strategi Pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang Berkelanjutan 35
Hasil Perbandingan Berpasangan Level Kriteria 36
Hasil Perbandingan Berpasangan Level Alternatif 37
VII KESIMPULAN DAN SARAN 40
7.1 Kesimpulan 40
7.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 44
RIWAYAT HIDUP 68
DAFTAR TABEL

1 Hutan kota di DKI Jakarta dan Luas 3


2 Penelitian terdahulu 10
3 Penentuan responden 15
4 Matriks metode analisis 15
5 Kategori dan indikator penilaian persepsi 16
6 Bobot nilai dengan skala likert 16
7 Nilai skor rataan persepsi 17
8 Skala penilaian perbandingan 19
9 Karakteristik responden pengunjung Hutan Kota Kemayoran
berdasarkan faktor sosial ekonomi 24
10 Karakteristik responden pengunjung Hutan Kota Kemayoran
berdasarkan kegiatan berkunjung 25
11 Karakteristik responden unit usaha Hutan Kota Kemayoran 26
12 Karakteristik responden tenaga kerja Hutan Kota Kemayoran 26
13 Tingkat persepsi responden terhadap kondisi Hutan Kota
Kemayoran 28
14 Persepsi pengunjung, unit usaha, tenaga kerja terhadap
keberlanjutan Hutan Kota Kemayoran 31
15 Nilai rataan WTP pengunjung Hutan Kota Kemayoran 33
16 Total WTP pengunjung 34
17 Hasil analisis tingkat prioritas kriteria dan alternatif strategi
pengelolaan 39

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta, 2018 - 2021 1


2 Kerangka pemikiran operasional 13
3 Struktur hierarki 19
4 Peta lokasi Hutan Kota Kemayoran (google maps) 21
5 Vegetasi tumbuhan Hutan Kota Kemayoran (data primer 2021) 22
6 Fasilitas Hutan Kota Kemayoran (data primer 2021) 23
7 Kondisi kebersihan lingkungan Hutan Kota Kemayoran (data
primer 2022) 29
8 Persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap
fungsi Hutan Kota Kemayoran (data primer 2022) 30
9 Kurva WTP (data primer 2022) 34
10 Diagram hierarki prioritas pengelolaan Hutan Kota Kemayoran
yang berkelanjutan 35
11 Bobot prioritas kriteria 37
12 Hasil sintesis model 37
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner untuk pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja 45
2 Kuesioner untuk keyperson 49
3 Hasil analisis penilaian keyperson pada level kriteria dan alternatif 56
4 Perhitungan skala likert 60
5 Data Karakteristik Responden 61
6 Dokumentasi 65
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama non pertanian
dengan sususan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi
(UU RI No 26 Tahun 2007). Kota adalah suatu daerah terbangun yang didominasi
oleh jenis penggunaan tanah non pertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas
penggunaan ruang yang cukup tinggi berfungsi sebagai pemukiman (Sadyohutomo,
2008). Salah satu masalah perkembangan kota adalah pertumbuhan penduduk kota
yang semakin tinggi. Persebaran penduduk yang tidak merata dan terjadinya
urbanisasi berdampak pada meingkatnya populasi penduduk di daerah perkotaan
Provinsi DKI Jakarta, ibukota Republik Indonesia, yang merupakan pusat
pemerintahan, perekonomian, perdagangan, industri, pusat bisnis, politik,
pariwisata, pemukiman, transportasi dan lain-lain mempunyai tingkat kepadatan
penduduk yang cukup tinggi akibat adanya arus urbanisasi. DKI Jakarta sebagai
kota metropolitan mempunyai daya tarik tersendiri sehingga banyak orang yang
berdatangan untuk mencari pekerjaan. Padatnya jumlah penduduk di DKI Jakarta
mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal, transportasi, sarana dan prasarana
semakin meningkat seperti pada Gambar 1.

10.650.000
10.609.681
10.600.000
10.557.810 10.562.088
10.550.000

10.500.000
10.467.629

10.450.000

10.400.000
2018 2019 2020 2021

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta


Gambar 1 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta, 2018 - 2021
Jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Laju pertumbuhan penduduk
Provinsi DKI Jakarta per tahun 2021 sebesar 0,57 dengan kepadatan penduduk saat
ini mencapai 15.978 jiwa/km² (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2021).
Kegiatan pembangunan di Jakarta semakin meningkat sehingga
mengakibatkan semakin banyak alih fungsi lahan dijadikan sebagai permukiman
dan pusat perbelanjaan, sehingga menyebabkan semakin habisnya ketersediaan
lahan di perkotaan. Semakin banyak proporsi lahan terbangun, maka konsekuensi
yang timbul adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi semakin sempit (Indarto
dan Rahayu, 2015).
2

Permasalahan yang timbul dari padatnya penduduk di Jakarta adalah peningkatan


polusi akibat semakin banyak kendaraan bermotor yang tidak seimbang dengan
ketersediaan RTH untuk menyerap karbon dan berkurangnya daerah resapan air
sehingga menimbulkan bencana banjir. Kegiatan Inventarisasi Emisi yang
dilakukan di 28 kab/kota oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) maupun pemerintah daerah selama 2012 sampai 2021, menunjukkan 70%
emisi di wilayah perkotaan dikontribusikan oleh kendaraan bermotor (KLHK,
2022).
Perkembangan serta pertumbuhan perkotaan yang tidak terkendali berakibat
menimbulkan kerusakan lingkungan, baik lingkungan fisik, alam maupun
lingkungan sosial. Kerusakan lingkungan sering terjadi di kota-kota besar di
Indonesia, salah satunya yaitu Provinsi DKI Jakarta. Kerusakan lingkungan yang
terjadi berupa pencemaran udara, air, dan suhu. Menurut Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi DKI Jakarta, indek standar pencemar udara di Jakarta ada dalam kategori
sedang yang berarti tingkat kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai
estetika.
Penambahan dan pengembangan ruang terbuka hijau menjadi salah satu
upaya dalam mengurangi kerusakan lingkungan. Permendagri Nomor 1 Tahun
2007 menjelaskan jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan terdiri dari taman
kota; taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan
permukiman; taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; taman hutan
raya; hutan kota; hutan lindung; bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan
lembah; cagar alam; kebun raya; kebun binatang; pemakaman umum; lapangan
olahraga; lapangan upacara; parkir terbuka; lahan pertanian perkotaan; jalur
dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET); sempadan sungai, pantai, bangunan,
situ, dan rawa; jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan
pedestrian; kawasan dan jalur hijau; daerah penyangga (buffer zone) lapangan
udara; dan taman atap (roof garden).
Hutan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang diminati oleh
masyarakat. Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya
yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau
bergerombol (menumpuk) dengan struktur menyerupai hutan alam, membentuk
habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan
sehat, nyaman dan estetik. Perlu dicari serta dikembangkan bentuk dan struktur
hutan kota yang mendukungnya agar semua fungsi hutan kota dapat dimaksimalkan
(Djamal, 2005). Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia seperti,
kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa
dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa mengurangi dampak
cuaca buruk seperti mengurangi kecepatan angin, mengurangi banjir, memberi
keteduhan, dan juga mengurangi efek pemanasan global.
3

Tabel 1 Hutan kota di DKI Jakarta dan Luas


Nama hutan kota Luas (ha)
Hutan Kota Masjid Istiqlal 1.08
Hutan Kota Waduk/Danau Sunter 8.20
Hutan Kota Kanal Banjir Barat 2.49
Hutan Kota Kawasan Berikat Nusantara Marunda 1.59
Hutan Kota Kemayoran 4.60
Hutan Kota Srengseng 15.00
Hutan Kota PT. JIEP Pulogadung 8.90
Hutan Kota Bumi Perkemahan Cibubur 27.32
Hutan Kota Situ Rawa Dongkal 3.28
Hutan Kota Komplek Kopassus Cijantung 1.75
Hutan Kota Mabes TNI Cilangkap 14.43
Hutan Kota Komplek Lanud Halim Perdana Kusuma 3.50
Hutan Kota Kampus Universitas Indonesia 55.40
Hutan Kota Blok P Walikota Jakarta Selatan 1.64
Sumber: Jakarta Open Data, 2018

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat dari total luas kawasan hutan kota pada
Provinsi DKI Jakarta, masih harus dilakukan rehabilitasi sebanyak 30% dari total
luas hutan kota atau sebesar 129.135 Ha. Menurut Dinas Kelautan dan Pertanian,
secara keseluruhan kondisi hutan kota dinilai masih dalam keadaan normal.
Salah satu hutan kota yang berada di Provinsi DKI Jakarta yaitu Hutan Kota
Kemayoran. Hutan Kota Kemayoran ditetapkan sebagai bagian ruang terbuka hijau
di Provinsi DKI Jakarta yang penetapan lokasinya berdasarkan Surat Mensekneg
Nomor R/34M/Sekneg/16/1987 yang kemudian status hukumnya diperbaharui oleh
SK Gub No 339/2002 tanggal 19 Februari 2002 dengan penetapan luas 4.4 Ha
meskipun luas secara keseluruhan yaitu 22.3 Ha. Kemayoran merupakan salah satu
kawasan di Provinsi DKI Jakarta yang sedang berkembang dengan pemanfaatan
lahan yang beragam diantaranya berupa industri, area bisnis, permukiman,
perumahan, pasar, serta hotel maupun apartemen. Adanya pembangunan tersebut,
pemerintah setempat melakukan pengembangan yang seimbang serta memberi
pengaruh positif pada berbagai aspek seperti aspek sosial, ekonomi maupun
lingkungan. Saat ini Hutan Kota Kemayoran dikelola oleh Pusat Pengelolaan
Komplek Kemayoran dibawah Kementerian Sekretariat Negara. Hutan kota ini
yang membuat kota Kemayoran, Jakarta Utara sebagai kota yang nyaman, sehat,
indah dan ramah lingkungan. Hutan Kota Kemayoran mengusung tema “Three
Wonderful Journeys” dengan fungsi untuk konservasi, rekreasi dan edukasi.
Kawasan hutan ini selain berfungsi untuk tujuan konservasi lingkungan sehingga
yang dikembangkan tidak hanya keindahan tetapi juga berfungsi untuk menjaga
lingkungan, temperatur udara, pergerakan angin. Hutan Kota Kemayoran juga
sebagai kawasan penyangga lingkungan fisik kritis perkotaan dan kawasan
4

pencegah intrusi air laut, wahana koleksi keanekaragaman jenis dan plasma nutfah,
dan santuari satwa, serta sebagai kawasan rekreasi.

1.2 Rumusan Masalah


Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
menjelaskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit
30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota dengan 20% RTH publik dan 10%
RTH privat. Saat ini provinsi DKI Jakarta hanya memiliki 9,2% RTH dari luas
lahan Jakarta (BPK RI, 2021). Hal ini menunjukkan ketersediaan RTH di ibukota
masih kurang dan jauh dari target.
Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir memprioritaskan untuk
memperbanyak ruang terbuka hijau salah satunya adalah Hutan Kota Kemayoran,
yang terletak di wilayah Kemayoran, Jakarta Utara. Tujuan didirikan hutan kota di
DKI Jakarta harapannya dapat mengurangi polusi udara yang tinggi di DKI Jakarta
serta bertujuan sebagai daerah resapan air agar mengurangi resiko terjadinya banjir
ketika curah hujan sedang tinggi di wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007, Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) dapat berfungsi secara ekologis,
sosial/budaya, ekonomi, dan estetika. Fungsi ekologis sebagai dapat meningkatkan
kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan
temperature kota. Fungsi sosial sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi,
pendidikan lingkungan. Fungsi ekonomi untuk memberikan peluang kepada
pedagang yang berjualan di sekitar lokasi RTH. Fungsi estetika yaitu meningkatkan
kenyamanan kota, keindahan kota, keteraturan kota.
Hutan Kota Kemayoran memiliki manfaat penting untuk menjaga
keseimbangan ekosistem di Kemayoran yang fungsi utamanya adalah fungsi sosial
dan lingkungan. Manfaat sosial dari Hutan Kota Kemayoran adalah sebagai tempat
rekreasi, tempat olahraga, serta edukasi pendidikan lingkungan. Manfaat
lingkungan yang ada di Hutan Kota Kemayoran adalah mengurangi resiko
terjadinya banjir, memberikan keteduhan, konservasi mangrove, penangkaran
kupu-kupu, sebagai habitat satwa liar seperti burung.
Keberadaan suatu obyek wisata tidak terlepas dari adanya pengunjung yang
datang ke lokasi. Adanya pengunjung di Hutan Kota Kemayoran dapat memberikan
manfaat positif sesuai dengan fungsinya, namun dapat juga mengancam keberadaan
dari fungsi hutan kota tersebut. Perilaku yang tidak sesuai akibat kurangnya
kesadaran pengunjung terhadap lingkungan seperti membuang sampah
sembarangan, merusak tanaman, tidak menjaga kelestarian tanaman
mengakibatkan beberapa permasalahan seperti munculnya timbulan sampah,
tanaman menjadi rusak sehingga dapat mengganggu fungsi dari Hutan Kota
Kemayoran. Rendahnya tingkat kepedulian pengunjung terhadap hutan kota
menyebabkan ketidakpedulian pengunjung untuk mempertahankan, merawat, dan
menjaga keberadaan hutan kota yang sudah ada.
Hutan Kota Kemayoran berada diantara pemukiman, gedung-gedung,
apartemen sehingga hutan kota ini memiliki manfaat besar untuk penyeimbang
lingkungan dan penyedia sarana hiburan, olahraga dan edukasi. Pemberian
penilaian ekonomi terhadap hutan kota penting untuk diketahui sebagai bahan
pertimbangan dalam pengembangan dan pengelolaan yang berkelanjutan. Penilaian
ini pada akhirnya akan berguna untuk mengetahui potensi dan manfaat dari Hutan
5

Kota Kemayoran sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan strategi


pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan sebagai RTH Provinsi DKI
Jakarta. Hutan Kota Kemayoran harus dijaga kelestarian dan keberlanjutannya
untuk keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap
keberadaan Hutan Kota Kemayoran?
2. Berapa besarnya nilai ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran?
3. Bagaimana strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang
berkelanjutan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka diperoleh
tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Menganalisis persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap
keberadaan Hutan Kota Kemayoran.
2. Mengestimasi nilai ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran.
3. Menganalisis strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang
berkelanjutan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Bagi Penulis, sebagai alat untuk mempraktikkan teori-teori yang telah
didapat dan dipelajari selama kuliah.
2. Bagi Pemerintah dan pengelola, sebagai bahan informasi terkait besarnya
nilai ekonomi dari Taman Hutan Kota Kemayoran. Lalu sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan hutan kota yang berkelanjutan.
3. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya menghitung nilai keberadaan bagi masyarakat yang
berkunjung dan memanfaatkan Hutan Kota Kemayoran secara langsung.
2. Estimasi nilai WTP pada penelitian ini hanya menghitung besaran nilai
WTP Hutan Kota Kemayoran, sehingga tidak menghitung faktor-faktor
yang mempengaruhi besaran WTP.
3. Responden dari penelitian ini adalah pengunjung yang pernah mengunjungi
Hutan Kota Kemayoran, unit usaha, tenaga kerja, serta pihak pengelola.
6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Terbuka Hijau


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan
Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, lebih bersifat terbuka dalam penggunaannya, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
RTH memiliki banyak fungsi yaitu:
1. Fungsi ekologis: memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem
sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen
oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan,
penahan angin.
2. Fungsi sosial dan budaya: menggambarkan ekspresi budaya local, media
komunikasi warga kota, tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan,
penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.
3. Fungsi ekonomi: sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah,
daun, sayur mayur dan bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan,
kehutanan, dan lain-lain.
4. Fungsi estetika: meningkatkan kenyamanan memperindah lingkungan kota,
menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor
keindahan arsitektural menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area
terbangun dan tidak terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota
seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati. Ruang
terbuka hijau sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian
hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman
seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Pemendagri,
2007).

2.2 Hutan Kota


Hutan kota adalah bagian dari program RTH (ruang terbuka hijau), yang
meliputi ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
membulat maupun dalam bentuk memanjang atau jalur dimana penggunannya lebih
bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Peraturan Pemerintah RI
No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota menyatakan bahwa Hutan kota adalah
suatu hamparan lahan yang bertumbuh pohon-pohon yang kompak dan rapat di
dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang
ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Tujuan
penyelenggaraan hutan kota ini adalah untuk kelestarian, keserasian dan
keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial, dan
budaya.
Berdasarkan PP RI No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, fungsi hutan
kota adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika,
meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota,
dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Lalu di dalam PP
7

tersebut juga menjelaskan tipe hutan kota yang terdiri atas tipe Kawasan
pemukiman, tipe kawasan industri, tipe rekreasi, tipe pelestarian plasma nutfah, tipe
perlindungan, dan tipe pengamanan.
Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota indah dan sejuk, namun dalam
aspek kelestariaannya, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya
alam, yang selanjutnya akan membaktikan jasa-jasa berupa kenyamanan,
kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dan cerdasnya
warga kota tersebut (Dahlan, 1992).
Bentuk hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk (Peraturan
Menteri Pekerja Umum, 2008), yaitu :
1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya
terkonsentrasi pada satu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat yang tidak beraturan;
2. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu dengan
komunitas vegetasinya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk
rumpun atau bergerombol kecil yang memiliki luas minimal 2500 m;
3. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%-100% dari luas
hutan kota;
4. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang
berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan,
pantai, saluran, dan sebagainya. Hutan kota berbentuk jalur memiliki lebar
minimal 30 m.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002,
pelaksanaan pembangunan hutan kota dilakukan berdasarkan pada rencana
pembangunan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut yaitu penataan areal,
penanaman, pemeliharaan, dan pembangunan sipil teknis. Setelah pelaksanaan
pembangunan selesai, selanjutnya dilakukan penetapan hutan kota melalui
Peraturan Daerah setempat. Hutan kota yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan
pengelolaan sesuai dengan tipe dan bentuk hutan kota. Adapun tahapan kegiatan
dalam pengelolaan hutan kota meliputi penyusunan rencana pengelolaan,
pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan, pemanfaatan, serta pemantauan dan
evaluasi.
Fungsi yang dimiliki hutan kota dikelompokkan menjadi 6 fungsi (Dahlan,
2004), yaitu:
1. Fungsi penyehatan lingkungan : sebagai penyerap dan penjerap partikel logam,
timbal, debu semen, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap gas beracun,
dan CO2.
2. Fungsi pengawetan : sebagai pelestarian plasma nutfah dan habitat burung.
3. Fungsi estetika : sebagai meningkatkan citra dan menutupi bagian kota yang
kurang baik.
4. Fungsi perlindungan : sebagai peredam kebisingan, ameliorasi iklim mikro,
penapis cahaya silau, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi
penggenangan, instrusi air laut, mengamankan pantai dan membentuk daratan,
dan mengatasi penggurunan.
5. Fungsi produksi : air tanah, kayu, kulit, getah, bunga dan buah, dan madu lebah.
6. Fungsi lainnya : sebagai identitas wilayah, pengelolaan sampah, pendidikan
dan penelitian, mengurangi stress, penunjang rekreasi dan parawisata, hobi dan
8

pengisi waktu luang, pertahanan dan keamanan, kekuatan magis, tempat


berjualan, dan tempat pesta.

2.3 Nilai Ekonomi


Estimasi nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah
maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh
barang dan jasa lainnya atau Willingness to Pay (WTP) seseorang terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2010).
WTP diartikan pula sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk
menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu.
Nilai ekonomi diukur berdasarkan preferensi setiap individu. Individu
mengekspresikan preferensinya melalui pilihan serta korbanan yang dilakukan
ketika menghadapi keterbatasan (Lipton et al, 1995). Nilai ekonomi merupakan
ukuran jumlah maksimal barang dan jasa yang dikorbankan yang dilakukan oleh
setiap individu untuk mendapatkan barang, jasa atau sesuatu yang mereka inginkan.
Nilai ekonomi suatu tempat rekreasi/wisata perlu diketahui guna melihat seberapa
penting keberadaan wisata tersebut karena besaran nilai ekonomi tersebut
menunjukkan nilai jasa sumber daya alam dan lingkungan sebagai tempat wisata.

2.4 Contigent Valuation Method (CVM)


Hutan kota termasuk dalam kategori non-market goods atau barang yang
tidak memiliki harga pasar. Teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak
memiliki harga pasar digolongkan ke dalam dua kelompok. kelompok yang
mengandalkan harga implisit di mana willingness to pay terungkap melalui model
yang dikembangkan yang dapat menggunakan teknik travel cost, hedonic pricing
dan random utility model dan kelompok yang didasarkan pada survei di mana
keinginan membayar atay WTP diperoleh langsung dari responden baik lisan
maupun tulisan yang terdiri dari contigent valuation method dan discrete choice
method (Fauzi, 2010).
Contigent Valuation Method pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dan
popular sekitar tahun 1970. CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif
(nilai non-pemanfaatan) sumber daya alam atau dikenal juga dengan nilai
keberadaan. Pendekatan CVM dapat dilakukan dengan du acara yaitu dengan teknik
eksperimental dan teknik survei. Pada prinsipnya, CVM bertujuan untuk
mengetahui keinginan membayar (willingness to pay) dari masyarakat dan
keinginan menerima (willingness to accept) kerusakan suatu lingkungan.

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) diperkenalkan oleh Thomas
L. Saaty pada tahun 1971 – 1975 di Wharton School dimana metode ini digunakan
sebagai alat bantu dalam penentuan keputusan persoalan yang kompleks dengan
memeringkat alternatif keputusan yang tersedia lalu memilih alternatif terbaik
sesuai dengan kriteria yang tersedia. Analytic Hierarchy Process adalah sebuah
teori pengukuran melalui perbandingan berpasangan yang tergantung pada
penilaian seorang ahli untuk menentukan skala prioritas. Informasi yang bersifat
intangibel digunakan untuk mengukur secara absolut seberapa besar suatu elemen
9

mendominasi elemen yang lain. Metode ini digunakan sebagai metode pemecah
masalah karena alasan- alasan sebagai berikut (Supriadi et al. 2018) :
1. Berstruktur hierarki sebagai implikasi dari kriteria yang dipilih hingga pada
subkriteria yang paling mendalam.
2. Memperhitungkan validitas hingga batas toleransi inkonsistensi dari berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan
Terdapat beberapa kelebihan dari metode AHP:
1. Kesatuan (Unity), AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur
menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks
melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence), AHP dapat digunakan pada
elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan
linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring), AHP mewakili pemikiran alamiah
yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda
dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan metode
untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency), AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam
penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis), AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai
seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
8. Trade Off, AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem
sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus), AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian
yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition), AHP mampu membuat orang
menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian
serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

2.6 Penelitian terdahulu


Tinjauan terhadap beberapa penelitian atau skripsi terdahulu terkait nilai
ekonomi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilakukan sebagai rujukan penulis dalam
melakukan penelitian dan membandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokasi
penelitian yang dilakukan yaitu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Kota
Kemayoran dan permasalahan yang ada. Banyak penelitian mengenai RTH yang
telah diteliti, namun masih sedikit penelitian yang hanya menghitung nilai
keberadaannya sebagai fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar RTH yang
memanfaatkan langsung RTH tersebut. Pada umumnya, penelitian mengenai RTH
lebih membahas pada perhitungan nilai ekonomi fungsi wisata atau fungsi ekologi
secara fisik. Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai literatur mengenai
persepsi, nilai ekonomi menggunakan pendekatan WTP dan strategi pengelolaan
yang berkelanjutan. Hasil penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 2.
10

Tabel 2 Penelitian terdahulu


No Peneliti Judul Penelitian Hasil
1. Faiqoh Nilai dan Manfaat Persepsi multistakeholder fungsi
(2013) Ekonomi terpenting keberadaan Taman
Keberadaan Taman Menteng adalah sebagai fungsi
Kota Menteng, sosial budaya. Nilai ekonomi
Jakarta Pusat Taman Menteng berdasarkan
sebagai Salah Satu konsep WTP lebih kecil nilainya
Pemanfaatan sebesar Rp 1.483.435.816
Ruang Terbuka dibandingkan berdasarkan
Hijau pendekatan biaya pengganti
(replacement cost) pembangunan
Taman Menteng sebesar Rp
463.976.011.445.
2. Hanum Analisis Manfaat Persepsi responden terhadap
(2014) Sosial Ekonomi perencanaan pembangunan RTH
Ruang Terbuka di sekitar Waduk Ria Rio baik.
Hijau pada Sebagian besar responden telah
Normalisasi merasakan manfaat sosial ekonomi
Waduk Ria Rio dari normalisasi Waduk Ria Rio.
Jakarta Nilai rata-rata WTP responden
sebesar Rp44.836 per orang per
bulan, total WTP responden
sebesar Rp2.735.000 dan total
WTP masyarakat sebesar
Rp2.354.904.032.
3. Pratiwi Estimasi Nilai Persepsi pengunjung terkait fungsi
(2018) Ekonomi dan dan kondisi keberadaan Taman
Formulasi Strategi Lembah Gurame cukup baik.
Estimasi nilai total WTP
Peningkatan Ruang
pengunjung sebesar Rp
Terbuka Hijau 838.600.531,646 per tahun. Faktor
Publik di Kota yang berpengaruh nyata secara
Depok (Studi signifikan terhadap keberadaan
Kasus: Taman Taman Lembah Gurame adalah
Lembah Gurame) tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, frekuensi kunjungan,
dummy status kepemilikan rumah,
dan dummy kepuasan. Formulasi
strategi yang tepat untuk
meningkatkan luas RTH publik di
Kota Depok adalah pemanfaatan
lahan aset kota dan PSU.
11

Tabel 2 Penelitian terdahulu (lanjutan)


4. Khairani Estimasi Hasil WTP pengunjung sebesar Rp
(2018) Willingness to Pay 12.282,54 dan Rp 9.781,89 dengan
Pengunjung dan menggunakan perhitungan metode
logit dan Rp 12.333,33 dengan
Alternatif Strategi
menggunakan perhitungan metode
Pengelolaan Hutan Turnbull. Nilai WTP yang
Kota di Jakarta didapatkan menggambarkan WTP
Timur (Studi pengunjung untuk menerima
Kasus: Hutan Kota perubahan pengelolaan dan
Bumi Perkemahan kualitas lingkungan. Alternatif
dan Graha Wisata strategi yang disarankan pada
penelitian ini adalah pelestarian
Cibubur)
flora dan fauna.
5. Hidayat Analisis Persepsi Persepsi wisatawan mengenai
(2019) Wisatawan dan kondisi lingkungan KRB sangat
Estimasi Nilai baik. Hasil estimasi nilai
keberadaan KRB sebesar Rp
Keberadaan Kebun
24.898.614.650 per tahun dengan
Raya Bogor dugaan rataan WTP sebesar Rp
27.950 per wisatawan per tahun.
Faktor-faktor yang memengaruhi
nilai WTP pada nilai keberadaan
adalah usia, pendapatan keluarga,
dan jarak tempat tinggal ke KRB.
6. Alam Analisis Faktor- Persepsi dan kepedulian
(2020) Faktor yang masyarakat terhadap Taman
Memengaruhi Kresna cukup baik. Hasil total
WTP masyarakat diestimasi
Willingness to Pay
sebesar Rp 461.923.561 per tahun.
Masyarakat Faktor yang berpengaruh terhadap
Terhadap Ruang kesediaan masyarakat dalam
Terbuka Hijau di upaya menjaga dan meningkatkan
Kota Bogor (Studi kualitas keberadaan Taman Kresna
Kasus: Taman adalah usia, pendidikan,
Kresna) tanggungan keluarga, jarak dan
frekuensi kunjungan.
7. Wahyudi Nilai Keberadaan Persepsi pengunjung terhadap
(2022) Ruang Terbuka keberadaan Taman Hutan Kota
Hijau di Taman Penjaringan tergolong baik. Nilai
total WTP pengunjung sebesar Rp
Hutan Kota
289.767.441 per tahun. Total nilai
Penjaringan, ekonomi tidak langsung adaalah
Jakarta Utara sebesar Rp 224.563.442,30 per
tahun.
12

III KERANGKA PEMIKIRAN

Pertumbuhan penduduk Indonesia khususnya Provinsi DKI Jakarta terus


meningkat dari tahun ke tahun, hal ini menyebabkan kegiatan pembangunan yang
terjadi terus menerus sehingga berdampak pada ketersediaan lahan yang semakin
terbatas. Banyaknya bangunan-bangunan, transportasi, polusi menyebabkan
perubahan pada kualitas lingkungan di perkotaan yang menurun sehingga
diperlukannya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Provinsi DKI Jakarta untuk menjaga
keseimbangan lingkungan perkotaan. Keberadaan Hutan Kota Kemayoran sebagai
RTH dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap
keberadaan Hutan Kota Kemayoran yang akan dianalisis menggunakan analisis
deskriptif skala likert. Nilai keberadaan yang diestimasi pada penelitian ini adalah
nilai ekonomi di Hutan Kota Kemayoran yang akan dihitung menggunakan metode
Contingent Valuation Method dengan pendekatan Willingness to Pay (WTP). Pada
penelitian ini juga akan menganalisis strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran
yang berkelanjutan guna upaya dalam pengembangan kegiatan rekreasi, edukasi,
dan konservasi pada tempat tersebut menggunakan alat analisis Analytical
Hierarchy Process (AHP).
Gambar 2 merupakan alur kerangka pemikiran yang akan menjelaskan yang
menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang nilai ekonomi Hutan Kota Kemayoran. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi terkait strategi
pengelolaan Hutan Kota Kemayoran. Berikut alur penelitian lebih jelas disajikan
dalam bentuk diagram alur kerangka berpikir yang dapat dilihat pada Gambar 2.
13

Pertumbuhan penduduk
meningkat

Perubahan kualitas
lingkungan perkotaan

Perlunya Ruang Terbuka Hijau


di Provinsi DKI Jakarta

Hutan Kota
Kemayoran

Menganalisis persepsi pengunjung,


Mengestimasi nilai Menganalisis strategi pengelolaan
unit usaha, dan tenaga kerja
ekonomi Hutan Kota Hutan Kota Kemayoran yang
terhadap keberadaan Hutan Kota
Kemayoran berkelanjutan
Kemayoran

Analisis deskriptif Contingent Valuation AHP


menggunakan skala likert Method (Analytical Hierarchy Process)

Strategi pengelolaan ruang terbuka hijau Hutan


Kota Kemayoran

Keterangan:

: Metode analisis data

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional


14

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan di kawasan ruang
terbuka hijau Hutan Kota Kemayoran, Jakarta Utara. Pemilihan lokasi penelitian
ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Hutan Kota
Kemayoran merupakan ruang terbuka hijau di pusat kota yang berada di tengah
bangunan-bangunan tinggi dan pemukiman yang padat penduduk. Hutan kota ini
harus dijaga kelestarian dan keberlanjutannya sebagai penyeimbang ekosistem
lingkungan perkotaan. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada Januari
2022-Maret 2022.

4.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner online (melalui pengisian google
form) maupun langsung kepada pengunjung dan wawancara menggunakan
kuisioner kepada pihak pengelola. Wawancara dilakukan secara online karena
mempertimbangkan kondisi Covid-19 saat pengambilan data responden
pengunjung dan keterbatasan waktu, serta agar mencakup responden pengunjung
yang lebih luas. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang diperoleh dari
penelitian-penelitian terdahulu, BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Open Data,
buku, internet, jurnal, dan sebagainya yang relevan.

4.3 Metode Pengambilan Sampel


Penelitian ini mengambil responden sebagai sampel dengan metode non-
probability sampling yaitu metode pengambilan sampel dimana semua objek
penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden
(Juanda, 2009) dengan jenis accidental sampling. Accidental sampling digunakan
untuk responden pengunjung yang artinya teknik penentuan sampel ini berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau isidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut cocok
sebagai sumber data (Sugiyono, 2015). Kriteria responden pengunjung pada
penelitian ini yaitu yang berusia ≥17 tahun dan setidaknya pernah mengunjungi
Hutan Kota Kemayoran satu kali kunjungan. Jumlah responden pengunjung pada
penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)*

Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah banyaknya populasi, dan e adalah


toleransi kesalahan (galat). Jumlah pengunjung pada tahun 2021 adalah sebanyak
3.430 orang dengan galat sebesar 10% sehingga diperoleh jumlah responden
sebanyak 97 orang pengunjung yang terdiri dari 15 responden melalui wawancara
online dan 82 responden melalui wawancara langsung. Penetapan jumlah
responden tersebut disesuaikan dengan standar pengambilan sampel sosial yaitu
minimal 30 sampel agar mendekati sebaran normal (Walpole, 1995). Selain
responden pengunjung, terdapat pula responden unit usaha, tenaga kerja, dan
15

keyperson. Unit usaha yaitu unit usaha yang berdagang di dalam Hutan Kota
Kemayoran. Tenaga kerja yaitu tenaga kebersihan dan keamanan dari Pusat
Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK). Keyperson dalam penelitian ini yaitu
pihak pengelola Hutan Kota Kemayoran. Metode pengambilan sampel pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penentuan responden


No Jenis Responden Jumlah (orang) Jumlah Responden (orang)
1 Pengunjung 3.430 97
2 Unit usaha 1 1
3 Tenaga kerja 10 10
4 Keyperson 3 3
Jumlah 111

4.4 Metode Analisis Data


Data yang didapatkan pada penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Matriks metode analisis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks metode analisis


No Tujuan penelitian Metode analisis Jenis data
1. Menganalisis persepsi Analisis deskriptif Data primer:
pengunjung, unit (skala likert) Wawancara dengan
usaha, dan tenaga penjunjung
kerja terhadap
keberadaan Hutan
Kota Kemayoran.
2. Mengestimasi nilai Contingent Data sekunder:
ekonomi dari Hutan Valuation Method Jumlah wisatawan
Kota Kemayoran. (CVM) dalam setahun
Data primer:
Wawancara dengan
pengunjung
3. Menganalisis strategi Analytical Data primer:
pengelolaan Hutan Hierarchy Process Wawancara dengan key
Kota Kemayoran (AHP) person
yang berkelanjutan.

Analisis Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja


terhadap Keberadaan Hutan Kota Kemayoran
Persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap Hutan Kota
Kemayoran perlu dilakukan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan
pengelolaan hutan kota tersebut. Persepsi terhadap Hutan Kota Kemayoran di
estimasi menggunakan teknik pengukuran skala likert. Indikator penilaian persepsi
skala likert dapat dilihat pada Tabel 5.
16

Tabel 5 Kategori dan indikator penilaian persepsi


Persepsi
1 2 3 4
No Pernyataan Sangat
Tidak Sangat
tidak Setuju
setuju setuju
setuju
1 Hutan Kota Kemayoran bersih
2 Hutan Kota Kemayoran indah
3 Hutan Kota Kemayoran memiliki
fasilitas yang memadai
4 Hutan Kota Kemayoran sejuk
5 Hutan Kota Kemayoran memiliki
aksesibilitas yang baik
6 Keberadaan Hutan Kota
Kemayoran perlu dipertahankan

Analisis indikator ini dihitung dengan menggunakan skala likert. Skala


likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap fenomena sosial (Sugiyono,
2012). Bobot nilai jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Bobot nilai dengan skala likert


Persepsi Responden Bobot Nilai
Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2
Setuju 3
Sangat setuju 4

Untuk mengambil kesimpulan pada setiap variabel digunakan rata-rata dari


setiap indikator. Perhitungan rataan skor dengan rumus sebagai berikut:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑅𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Total skor:
n1 x 1 = jumlah responden yang menyatakan sangat tidak setuju x skor likert
n2 x 2 = jumlah responden yang menyatakan tidak setuju x skor likert
n3 x 3 = jumlah responden yang menyatakan setuju x skor likert
n4 x 4 = jumlah responden yang menyatakan sangat setuju x skor likert

Interpretasi selanjutnya diperoleh dengan mencari nilai rentang skala.


Penelitian ini menggunakan skala likert dari 1 sampai 4 sehingga rentang skala yang
diperoleh yaitu:

(𝑚 − 𝑛) (4 − 1)
𝑅𝑠 = = = 0,75
𝑏 4
17

Keterangan:
Rs = rentang skala
m = skor tertinggi dalam pengukuran
n = skor terendah dalam pengukuran
b = jumlah kategori

Berdasarkan rentang skala tersebut, maka interpretasi skor rataan dapat dilihat
pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai skor rataan persepsi


Skor rataan Jawaban responden Interpretasi hasil
1,00 - 1,75 Sangat tidak setuju Sangat buruk
1,76 - 2,50 Tidak setuju Buruk
2,51 - 3,25 Setuju Baik
3,26 – 4,00 Sangat setuju Sangat baik

Estimasi Nilai Ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran


Perhitungan besarnya nilai ekonomi dilakukan dengan metode Contingent
Valuation Method (CVM) melalui pendekatan Willingness to Pay (WTP). Hal
tersebut dikarenakan Hutan Kota Kemayoran tidak memiliki harga pasar baik dari
segi barang maupun jasa lingkungan. Menurut Hanley and Spash (1993), tahapan
dalam pengaplikasian analisis CVM dalam menentukan nilai WTP yaitu:
1. Membuat Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibuat melalui skenario, responden diberikan sebuah
skenario untuk mengantarkan alur pemikiran mereka agar berada pada kondisi
dapat menikmati manfaat dari adanya keberadaan Hutan Kota Kemayoran.
Manfaat tersebut diantaranya adalah adanya tempat rekreasi, tempat olahraga,
tempat edukasi, sarana interaksi sosial, dapat mengurangi polusi udara,
penghasil oksigen, daerah resapan air, dan penambah keindahan kota.
Pengunjung diminta untuk ikut berpartisipasi melakukan sejumlah pembayaran
tertentu untuk menjaga dan meningkatkan kualitas keberadaan Hutan Kota
Kemayoran melalui biaya kebersihan dan pemeliharaan agar tidak terjadi
penurunan kualitas lingkungan serta kehilangan manfaat dari keberadaan
taman tersebut. Pengunjung dapat menolak atau menerima sejumlah
pembayaran yang diajukan.
2. Memperoleh Penawaran besaran nilai WTP
Penentuan nilai penwaran WTP pengunjung dilakukan dengan metode
bidding game setelah mendapatkan harga dasar. Harga dasar atau Starting point
pada penelitian ini sebesar Rp 5.000 dengan kelipatan Rp 5.000 sehingga
mencapai batas maksimum sebesar Rp 20.000. Harga dasar diperoleh dari rata-
rata biaya tiket masuk taman yang ada di DKI Jakarta dan harga tersebut sudah
disetujui oleh pihak pengelola hutan kota. Persetujuan ini dilakukan supaya
pihak pengelola mengetahui harga dasar yang dipakai dalam penelitian
dikarenakan pada dasarnya untuk memasuki hutan kota tidak dipungut biaya.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP
Setelah memperoleh nilai penawaran, langkah selanjutnya adalah
memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari
18

penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan


Rataan WTP dihitung dengan rumus Hanley dan Spash (1993) :

BCDE
EWTP = ∑FEGH F

Keterangan :
EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp)
Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)
n = Jumlah responden (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i=1,2,...,n)
4. Menduga kurva WTP
Kurva WTP dapat digambarkan dengan asumsi hubungan antara tingkat
harga WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia
membayar pada tingkat harga tersebut.
5. Menentukan total WTP
Penjumlahan data WTP dilakukan setelah didapatkan dugaan nilai rataan
WTP yang dikalikan dengan jumlah populasi. Rumus yang digunakan adalah:

𝑇𝑊𝑇𝑃 = 𝐸𝑊𝑇𝑃 𝑥 𝑁
Keterangan :
TWTP = Dugaan total WTP (Rp)
EWTPi = Dugaan rataan WTP (Rp)
N = Jumlah populasi (orang)

Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang


Berkelanjutan
Pengelolaan Hutan Kota Kemayoran dapat berjalan dengan baik apabila
didukung dengan penetapan peraturan yang tepat. Upaya pengelolaan Hutan Kota
Kemayoran yang baik seharusnya diiringi dengan aturan kota yang dapat
memberikan dampak positif terhadap kawasan Kemayoran. Hutan Kota Kemayoran
dapat dikatakan pengelolaannya berjalan dengan baik apabila manfaat dan
keberadaannya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, diperlukan
strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan agar keberadaan
dan manfaatnya tetap tejaga. Metode yang digunakan adalah Analytical Hierarchy
Process (AHP). AHP dilakukan dengan pengambilan purposive sampling dengan
tujuan dapat memilih responden yang terkait dengan strategi pengeloaan Hutan
Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Metode ini dilakukan dengan wawancara
kepada responden ahli mengunakan kuesioner. Dalam metode AHP dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut (Marimin, 2004) :
1. Penyusunan hierarki
Penyusunan hierarki dalam menyelesaikan permasalahan diuraikan dalam
unsur-unsur kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki yang
diperoleh dari literatur dan wawancara dengan key person melalui analisis 5W+1H
yang dikembangkan oleh penulis, selain itu penyusunan struktur hierarki juga
disesuaikan dengan hasil dari tujuan pertama dan kedua dalam penelitian ini.
Kriteria yang dipilih adalah daya tarik wisata alam, biaya pengelolaan, dan
konservasi sumberdaya alam. Alternatif yang dipilih adalah peningkatan tenaga
19

kerja, penambahan dan pemeliharaan infrastruktur penunjang di Hutan Kota


Kemayoran, sosialisasi fungsi hutan kota, wisata edukasi mengenai pendidikan
lingkungan kepada pengunjung/masyarakat, penguatan kelembagaan pengelola,
serta pelestarian flora dan fauna di Hutan Kota Kemayoran. Struktur hierarki
strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Goal Pengelolaan Hutan


Kota Kemayoran yang
berkelanjutan

Biaya
Daya Tarik Konservasi
pengelolaan
Kriteria wisata alam sumberdaya
dan
alam
pengembangan

Penambahan
Wisata
dan Sosialisasi Penguatan Pelestarian
Peningkatan edukasi
Alternatif pemeliharaan fungsi hutan kelembagaan flora dan
tenaga kerja pendidikan
infrastruktur kota pengelola fauna
lingkungan
penunjang

Gambar 3 Struktur hierarki


2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan (pairwise
comparisons). Menurut Saaaty (1983) dalam Marimin (2004) menjelaskan
penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasang dengan skala penilaian 1
sampai 9 yang adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat untuk
berbagai persoalan. Skala penilaian perbandingan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 8 Skala penilaian perbandingan


Nilai Keterangan
1 Faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal
3 Faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal
5 Faktor vertikal jelas lebih penting dari faktor horizontal
7 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dari faktor horizontal
9 Faktor vertikal mutlak lebih penting dari faktor horizontal
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan
1/(2-9) Kebalikan dari keterangan 2-9
20

3. Penentuan Prioritas
Penentuan prioritas dilakukan dengan membandingkan setiap kriteria dan
alternatif yang berpasangan (pairwise comparisons). Setelah elemen yang saling
berpasangan dibandingkan, langkah selanjutnya dengan menggambarkan pengaruh
elemen pada tingkat hierarki dengan elemen yang tingkatannya lebih tinggi. Elemen
yang tingkatannya lebih tinggi sebagai suatu kriteria yang disebut sifat (property).
Perbandingan berpasangan terus dibuat untuk elemen tiap tingkat. Setelah semua
elemen telah dibandingkan, pemberian bobot dilakukan disetiap vektor dengan
prioritas sifatnya.

4. Konsistensi logis
Elemen dikelompokkan dan diperingkatkan secara logis dan diperhitungkan
secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Pengambilan keputusan
memerlukan hasil keputusan akurat yang diperoleh dari penilaian dengan konsisten
tinggi. Konsistensi perlu dibatasi dalam memperoleh hasil yang tepat dalam
kehidupan nyata karena konsistensi yang sempurna sulit untuk dicapai. Konsistensi
yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan
yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai sempurna, rasio konsistensi
diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika lebih dari 10 persen, maka
penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.
21

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pademangan Timur, Kecamatan
Pademangan, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta. Kecamatan Pademangan merupakan
salah satu dari enam kecamatan yang ada di wilayah Kota Jakarta Utara. Kecamatan
Pademangan mempunyai luas sebesar 9,91 km* yang terdiri dari 3 kelurahan di
dalamnya yaitu Kelurahan Pademangan Timur, Kelurahan Pademangan Barat dan
Kelurahan Ancol. Pada tahun 2020, penduduk Kecamatan Pademangan berjumlah
168.908 jiwa, yang terdiri dari 86.041 jiwa laki-laki dan 82.867 jiwa perempuan,
dengan kepadatan penduduk 17.044,20 jiwa/km* (BPS Kota Jakarta Utara).
Kecamatan Pademangan merupakan muara dari empat sungai yang cukup
besar yaitu Sungai Ciliwung (Gunung Sahari), Sungai Opak, Sungai Ciliwung
(Kota), Sungai Sunter dan Angkasa Pura.

Gambar 4 Peta lokasi Hutan Kota Kemayoran (google maps)


Kecamatan Pademangan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Teluk Jakarta
Sebelah Barat : Kecamatan Penjaringan dan Kecamatan Tamansari
Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Priok
Sebelah Selatan : Kecamatan Sawah Besar dan Kecamatan Kemayoran

5.2 Gambaran Umum Hutan Kota Kemayoran


Penelitian ini dilakukan di Hutan Kota Kemayoran. Hutan Kota Kemayoran
berlokasi di Jalan Benyamin Suaeb, Pademangan Timur, Pademangan, Jakarta
Utara. Total luas kawasan hutan kota ini sebesar ±22,3 Ha yang terdiri dari ±4,4 Ha
hutan kota, ±4,6 Ha rawa dan ±2,6 Ha waduk (PPK Kemayoran, 2022). Secara
geografis terletak pada 6O10’07” LS dan 106O38’32” BT. Hutan kota Kemayoran
22

dikelola oleh PPKK dan Sekretariat Negara. Badan Layanan Umum Pusat
Pengelolaan Komplek Kemayoran (BLU PPK Kemayoran) merupakan satuan kerja
dibawah Kementerian Sekretariat Negara RI yang bertanggung jawab kepada
Menteri Sekretaris Negara melalui Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara dan
bertugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kawasan Kemayoran termasuk Hutan
Kota Kemayoran. Hutan kota eks Bandara Kemayoran, penetapan lokasinya
didasarkan atas Surat Mensekneg Nomor R/34M/Sekneg/16/1987, yang merupakan
bagian ruang terbuka hijau lingkungan komplek Pekan Raya Jakarta (PRJ). Status
hukumnya diperbarui oleh SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 339/2002. Lokasi ini
merupakan suatu areal konservasi yang sengaja dibuat dan direncanakan dalam kota
baru Bandar Kemayoran yang didalamnya terdapat waduk buatan yang mengatur
keluar masuknya air.
Pada tahun 2016, Hutan Kota kemayoran melakukan revitalisasi. Sebelum
dilakukan revitalisasi, kondisi hutan kota tidak terawat, tidak dijamah manusia,
banyak semak dan sampah, serta banyak binatang yang membahayakan.
Revitalisasi Hutan Kota Kemayoran selesai pada tahun 2019. PPK Kemayoran
bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta melakukan revitalisasi berupa
mengeruk danau, membersihkan semak, memperbaiki jalan, serta menambahkan
sejumlah fasilitas umum. Saat proses revitalisasi, Hutan Kota Kemayoran masuk
dalam Top 99 Inovation. Hutan Kota Kemayoran juga melakukan penanaman
pohon guna memperbanyak penyerapan air dan mengurangi dampak polusi udara.
Vegetasi tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Vegetasi tumbuhan Hutan Kota Kemayoran (data primer 2021)

Saat ini Hutan Kota Kemayoran buka di hari Sabtu dan Minggu pukul 06.00
sampai 12.00 WIB. Hutan Kota Kemayoran dilengkapi fasilitas yang lengkap untuk
edukasi, olahraga dan rekreasi, seperti jogging track, bicycle track, amphitheater
dan floating stage, penangkaran burung, penangkaran kupu-kupu, konservasi
mangrove. Beberapa fasilitas Hutan Kota Kemayoran dapat dilihat pada Gambar 6.
23

Gambar 6 Fasilitas Hutan Kota Kemayoran (data primer 2021)

5.3 Karakteristik Responden


Karakteristik responden yang diamati dibagi menjadi enam variabel,
diantaranya jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan
tingkat pendapatan.

Karakteristik Responden Pengunjung Hutan Kota


Kemayoran
Karakteristik responden pengunjung Hutan Kota Kemayoran dikategorikan
berdasarkan faktor sosial ekonomi dan kegiatan berkunjung. Karakteristik
24

responden pengunjung berdasarkan faktor sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel
9 berikut.

Tabel 9 Karakteristik responden pengunjung Hutan Kota Kemayoran berdasarkan


faktor sosial ekonomi
Jumlah responden
Karakteristik Persentase (%)
(orang)
Jenis kelamin
a) Laki-laki 46 47,00
b) Perempuan 51 53,00
Total 97 100,00
Usia
a) 17-29 54 56,00
b) 30-49 38 39,00
c) 50-59 5 5,00
Total 97 100,00
Status pernikahan
a) Menikah 53 55,00
b) Belum menikah 44 45,00
Total 97 100,00
Pendidikan terakhir
a) Tidak sekolah 1 1,00
b) SD/sederajat 3 3,00
c) SMP/sederajat 1 1,00
d) SMA/sederajat 36 37,00
e) Diploma/D3 6 6,00
f) Sarjana/S1 43 44,00
g) Master/S2 7 7,00
h) Doktor/S3 0 0
Total 97 100,00
Pekerjaan
a) PNS 6 6,00
b) Pegawai swasta 37 38,00
c) Wirausaha 11 11,00
d) Ibu Rumah Tangga 13 13,00
e) Pelajar/mahasiswa 24 25,00
f) Lainnya 6 6,00
Total 97 100,00
Tingkat pendapatan (Rp)
a) <1.000.000 12 12,00
b) 1.000.001-2.000.000 8 8,00
c) 2.000.001-3.000.000 12 12,00
d) 3.000.001-4.000.000 14 14,00
e) 4.000.001-5.000.000 17 18,00
f) >5.000.000 34 35,00
Total 97 100,00
Sumber: Data primer (2022) diolah
25

Tabel 9 karakteristik responden pengunjung Hutan Kota Kemayoran


berdasarkan faktor sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, usia, status
pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Mayoritas
pengunjung yang datang adalah perempuan dengan persentase 53%. Persentase usia
yang berkunjung ke Hutan Kota Kemayoran adalah usia dengan rentang 17-29
tahun dengan persentase 56%, hal ini dikarenakan pada usia tersebut merupakan
usia produktif. Responden pengunjung yang datang ke Hutan Kota Kemayoran
didominasi dengan status sudah menikah, hal tersebut dikarenakan responden
membawa anak ke Hutan Kemayoran untuk kegiatan edukasi dan rekreasi. Pada
karakteristik pendidikan terakhir, pengunjung sebagian besar merupakan lulusan
sarjana dengan persentase 44% dan bekerja sebagai pegawai swasta dengan
persentase 38%. Tingkat pendapatan pengunjung Hutan Kota Kemayoran sebagian
besar pada rentang lebih dari Rp5.000.000, hal ini sesuai dengan karakteristik
tingkat pendidikan terakhir yang merupakan sarjana.

Tabel 10 Karakteristik responden pengunjung Hutan Kota Kemayoran


berdasarkan kegiatan berkunjung
Jumlah responden
Karakteristik Persentase (%)
(orang)
Informasi lokasi
a) Teman/keluarga 58 60,00
b) Surat kabar/majalah 0 0,00
c) Internet/media sosial 29 30,00
d) Lainnya 10 10,00
Total 97 100,00
Frekuensi kunjungan
a) 1 26 27,00
b) 2 20 21,00
c) 3 11 11,00
d) 4 9 9,00
e) ≥ 5 31 32,00
Total 97 100,00
Lama di lokasi
a) 1 jam 20 21,00
b) 2 jam 47 48,00
c) 3 jam 16 16,00
d) ≥ 4 jam 14 14,00
Total 97 100,00
Sumber: Data primer (2022) diolah

Pada Tabel 10 diketahui bahwa mayoritas responden mengunjungi Hutan


Kota Kemayoran lebih dari satu kali dalam setahun, hal ini menunjukkan Hutan
Kota Kemayoran menjadi tempat publik yang cukup diminati oleh masyarakat.
Sebanyak 32% responden yang menyatakan bahwa mereka mengunjungi Hutan
Kota Kemayoran lebih dari lima kali dalam setahun. Responden berkunjung ke
Hutan Kota Kemayoran biasanya memperoleh informasi dari keluarga atau teman
yaitu sebanyak 60%, ada juga yang memperoleh informasi dari internet atau sosial
media dari Hutan Kota Kemayoran sebanyak 30%, dan sebanyak 10% responden
26

mengetahui sendiri karena mereka tinggal di sekitar Hutan Kota Kemayoran.


Pengunjung biasanya menghabiskan waktu di Hutan Kota Kemayoran sekitar dua
jam atau sebanyak 47% responden. Pengunjung yang datang biasanya
menghabiskan waktunya untuk berolahraga, berekreasi ataupun untuk berfoto.

Karakteristik Responden Unit Usaha Hutan Kota


Kemayoran
Unit usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah satu unit
usaha yang melakukan jenis usaha kuliner. Unit usaha berasal dari koperasi Pusat
Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK). Karakteristik responden unit usaha di
Hutan Kota Kemayoran dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik responden unit usaha Hutan Kota Kemayoran


Karakteristik
Jenis kelamin Perempuan
Usia 17-29
Status pernikahan Belum menikah
Pendidikan terakhir SMA/sederajat
Sumber: Data primer (2022) diolah

Unit usaha di Hutan Kota Kemayoran hanya berjualan di hari Sabtu dan
Minggu sesuai dengan jadwal Hutan Kota Kemayoran yang buka hanya di hari
Sabtu dan Minggu. Unit usaha menjual makanan dan minuman dengan pendapatan
Rp500.000 per minggu. Hingga saat ini, unit usaha yang berjualan di Hutan Kota
Kemayoran hanya berasal dari koperasi PPK Kemayoran.

Karakteristik Responden Tenaga Kerja Hutan Kota


Kemayoran
Manfaat dari adanya Hutan Kota Kemayoran adalah terciptanya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Responden tenaga kerja pada Hutan Kota
Kemayoran sebanyak 10 orang. Tenaga kerja yang dimaksud yaitu tenaga
kebersihan dan keamanan dari Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran yang secara
khusus bekerja di Hutan Kota Kemayoran. Karakteristik tenaga kerja dikategorikan
berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan pendidikan terakhir yang
dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik responden tenaga kerja Hutan Kota Kemayoran


Jumlah responden
Karakteristik Persentase (%)
(orang)
Jenis kelamin
a) Laki-laki 10 100,00
b) Perempuan 0 0,00
27

Tabel 12 Karakteristik responden tenaga kerja Hutan Kota Kemayoran (lanjutan)


Total 10 100,00
Usia
a) 17-29 0 0,00
b) 30-49 5 50,00
c) 50-59 5 50,00
Total 10 100,00
Status pernikahan
a) Menikah 9 90,00
b) Belum menikah 1 10,00
Total 10 100,00
Pendidikan terakhir
a) Tidak sekolah 2 20,00
b) SD/sederajat 4 40,00
c) SMP/sederajat 2 20,00
d) SMA/sederajat 2 20,00
e) Diploma/D3 0 0,00
f) Sarjana/S1 0 0,00
g) Master/S2 0 0,00
h) Doktor/S3 0 0,00
Total 10 100,00
Sumber: Data primer (2022) diolah

Tabel 12 menunjukkan bahwa seluruh tenaga kerja yang berada di Hutan


Kota Kemayoran berjenis kelamin laki-laki, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan
yang lebih membutuhkan tenaga kerja dan kekuatan fisik dalam pekerjaannya.
Tenaga kerja berada pada rentang usia 30-59 tahun dengan mayoritas status sudah
menikah dan memiliki anak. Tingkat pendidikan SD/sederajat memiliki persentase
paling besar yaitu 40%. Walaupun tingkat pendidikan tenaga kerja tergolong
rendah, namun pihak pengelola berupaya memberdayakan dan melatih tenaga kerja
sehingga memiliki kemampuan cukup baik.
28

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja terhadap


Keberadaan Hutan Kota Kemayoran

Hutan Kota Kemayoran sebagai ruang terbuka hijau memberikan manfaat


bagi lingkungan sekitar. Persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota
Kemayoran perlu diketahui untuk menjadi penilaian terhadap kondisi Hutan Kota
Kemayoran. Zamroni (2013) mengatakan bahwa persepsi adalah proses individu
dapat mengenali objek atau fakta objektif dengan menggunakan alat individu.
Persepsi sesorang terhadap sesuatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Persepsi
merupakan suatu penilaian seseorang terhadap obyek tertentu diperlukan untuk
menilai Hutan Kota Kemayoran sebagai acuan mengetahui seberapa besar manfaat
keberadaannya serta perbaikan apa saja yang perlu dilakukan pihak pengelola agar
keberadaan Hutan Kota Kemayoran tetap terjaga keberlanjutannya. Pihak yang
memberikan penilaian mengenai Hutan Kota Kemayoran yaitu multi pihak yang
terdiri dari pengunjung, unit usaha dan tenaga kerja. Persepsi multi pihak yang
diberikan berupa persepsi terhadap kondisi Hutan Kota Kemayoran yaitu kondisi
lingkungan, fasilitas dan aksesibilitas, persepsi terhadap fungsi Hutan Kota
Kemayoran, dan persepsi terhadap keberlanjutan Hutan Kota Kemayoran.

Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja


terhadap Kondisi Hutan Kota Kemayoran
Kondisi Hutan Kota Kemayoran sangat berpengaruh terhadap
keberadaannya. Agar keberadaannya tetap terjaga, diperlukan penilaian kondisi
Hutan Kota Kemayoran dari sisi persepsi multi pihak yang terdiri dari pengunjung,
unit usaha, dan tenaga kerja. Hasil dari persepsi terhadap kondisi Hutan Kota
Kemayoran dapat dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran 4.

Tabel 13 Tingkat persepsi responden terhadap kondisi Hutan Kota Kemayoran


Nilai rataan skor Interpretasi
Pernyataan Tenaga hasil
Pengunjung Unit usaha
kerja
KONDISI LINGKUNGAN
1) Hutan Kota Kemayoran 3,01 3,00 3,30
bersih
2) Hutan Kota Kemayoran 3,01 3,00 3,30
indah
3) Hutan Kota Kemayoran 3,50 4,00 4,00
sejuk
Rata-rata 3,17 3,33 3,53 3,34
Tingkat persepsi Setuju Sangat Sangat Sangat baik
setuju setuju
FASILITAS
1) Hutan Kota Kemayoran 2,50 3,00 2,40
memiliki fasilitas yang
memadai
29

Tabel 13 Tingkat persepsi responden terhadap kondisi Hutan Kota Kemayoran


(lanjutan)
Rata-rata 2,50 3,00 2,40 2,63
Tingkat persepsi Tidak Setuju Tidak Baik
setuju setuju
AKSESIBILITAS
1) Hutan Kota Kemayoran 3,01 4,00 3,30
memiliki aksesibilitas
yang baik
Rata-rata 3,01 4,00 3,30 3,44
Tingkat persepsi Setuju Sangat Sangat Sangat baik
setuju setuju
Sumber: Data primer (diolah) 2022

Berdasarkan Tabel 13, diperoleh rataan skor berdasarkan kategori persepsi.


Pada kategori pertama yaitu persepsi terhadap kondisi lingkungan. Responden
pengunjung menyatakan kondisi lingkungan Hutan Kota Kemayoran dalam kondisi
baik, sedangkan responden unit usaha dan tenaga kerja menyatakan kondisi
lingkungan Hutan Kota Kemayoran dalam kondisi sangat baik. Pada penilaian
mengenai kebersihan, responden pengunjung dan unit usaha menyatakan setuju jika
di Hutan Kota Kemayoran terdapat sampah berserakan namun tidak menimbulkan
bau dengan nilai rataan skor 3,01 dan 3,00 namun responden tenaga kerja
menyatakan sangat setuju dengan nilai rataan skor 3,30. Hutan Kota Kemayoran
bersih dibanding dengan kondisi sebelum-sebelumnya dan petugas kebersihan
Hutan Kota Kemayoran membersihkan hutan kota tersebut secara rutin, akan tetapi
masih ada beberapa pengunjung yang tidak tertib dan kurang kesadaran dalam
membuang sampah sehingga adanya sampah di beberapa tempat pada Hutan Kota
Kemayoran dan tenaga kerja menyatakan danau di Hutan Kota Kemayoran perlu
dikeruk dan dibersihkan dari sampah dan lumpur. Kondisi kebersihan lingkungan
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kondisi kebersihan lingkungan Hutan Kota Kemayoran (data primer


2022)
Pada penilaian mengenai keindahan, responden pengunjung dan unit usaha
menyatakan setuju jika vegetasi tumbuhan yang berada di Hutan Kota Kemayoran
terawat dengan rataan skor 3,01 dan 3,00 lalu responden tenaga kerja menyatakan
30

sangat setuju dengan skor rataan 3,30. Pada penilaian mengenai kesejukan,
responden pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja menyatakan sangat setuju jika
udara di Hutan Kota Kemayoran terasa sejuk dan segar dengan nilai rataan skor
3,50 , 4,00 , dan 4,00. Hutan Kota Kemayoran memiliki lahan yang cukup luas dan
varietas tumbuhan di Hutan Kota Kemayoran juga beragam, hal ini membuat
responden merasa udara terasa sangat sejuk, asri dan segar.
Pada kategori kedua yaitu persepsi terhadap fasilitas Hutan Kota
Kemayoran. Responden pengunjung dan tenaga kerja menyatakan fasilitas tidak
setuju bahwa fasilitas yang ada di Hutan Kota Kemayoran memadai dengan nilai
rataan skor 2,50 dan 2,40, sedangkan responden unit usaha menyatakan setuju
dengan nilai rataan skor 3,00. Menurut responden, fasilitas yang ada di Hutan Kota
Kemayoran masih perlu diperbaiki lagi oleh pengelola dan kurangnya fasilitas lain
seperti toilet, tempat bermain anak, alat olahraga, signage, peta petunjuk arah, spot
untuk berfoto, outbond, dan mushola.
Pada kategori ketiga mengenai persepsi terhadap aksesibilitas, responden
pengunjung menyatakan setuju informasi mengenai lokasi mudah diperoleh dan
kondisi jalan baik dengan skor rataan sebesar 3,01 sedangkan responden unit usaha
dan tenaga kerja menyatakan sangat setuju dengan skor rataan 4,00 dan 3,30.
Adanya sosial media membuat informasi Hutan Kota Kemayoran ini menjadi
mudah untuk diperoleh dan dijangkau oleh pengunjung. Hutan Kota Kemayoran
juga dekat dengan permukiman warga sehingga sangat mudah untuk memperoleh
informasi mengenai hutan kota ini.

Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja


terhadap Fungsi Hutan Kota Kemayoran
Berdasarkan tipologi RTH mengenai fungsi RTH terdapat empat fungsi,
yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Penilaian terhadap
persepsi responden yang merupakan pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja
mengenai fungsi yang paling penting mereka rasakan. Hasil dari persepsi terhadap
fungsi Hutan Kota Kemayoran dapat dilihat pada Gambar 8.

Fungsi ekologis 32%

Fungsi sosial budaya 38%

Fungsi estetika 26%

Fungsi ekonomi 3%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Gambar 8 Persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap fungsi Hutan
Kota Kemayoran (data primer 2022)
31

Gambar 8 menunjukkan bahwa menurut persepsi multipihak mengenai


fungsi terpenting dari keberadaan Hutan Kota Kemayoran adalah fungsi sosial
budaya sebanyak 38%. Sebagian besar responden hanya mengetahui fungsi sosial
budaya dari Hutan Kota Kemayoran yaitu sebagai tempat rekreasi dan tempat
olahraga. Hal ini dikarenakan fungsi sosial budaya memiliki manfaat secara nyata
dan langsung dapat dirasakan oleh responden. Pengunjung yang datang ke Hutan
Kota Kemayoran mayoritas dengan tujuan untuk berolahraga, bermain, bersantai,
ataupun berfoto. Meningkatnya alih fungsi lahan untuk pembangunan perumahan
dan gedung-gedung sehingga pengunjung memanfaatkan Hutan Kota Kemayoran
sebagai area rekreasi dan olahraga pada akhir pekan. Selanjutnya, fungsi terpenting
kedua adalah fungsi ekologis sebanyak 32%. Fungsi ekologis yang dirasakan oleh
responden pada Hutan Kota Kemayoran adalah perbaikan kualitas udara yang
menjadi sejuk, menjadi habitat flora dan fauna, daerah resapan air. Fungsi estetika
merupakan fungsi penting ketiga dipilih sebanyak 26% yaitu untuk memperindah
lingkungan kota, beberapa responden menyatakan bahwa mereka datang ke Hutan
Kota Kemayoran untuk menikmati keindahan alam yang ada di hutan kota tersebut.
Selain itu keberadaan Hutan Kota Kemayoran memiliki fungsi tambahan sebagai
fungsi ekonomi. Hal ini dikarenakan keberadaan Hutan Kota Kemayoran membuka
peluang kerja bagi sebagian masyarakat. Manfaat Hutan Kota Kemayoran sebagai
fungsi ekonomi dipilih sebanyak 3%. Responden yang banyak memilih fungsi
ekonomi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja paling merasakan manfaat ekonomi
dengan adanya Hutan Kota Kemayoran, mereka menilai bahwa manfaat keberadaan
Hutan Kota Kemayoran adalah sebagai lapangan pekerjaan untuk mendapatkan
pendapatan.

Persepsi Pengunjung, Unit Usaha, dan Tenaga Kerja


terhadap Keberlanjutan Hutan Kota Kemayoran
Hutan Kota Kemayoran merupakan ruang terbuka hijau yang memiliki
peran penting bagi lingkungan sekitar, maka dari itu diperlukan penilaian persepsi
pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap keberlanjutan Hutan Kota
Kemayoran yang perlu dipertahankan. Hasil dari persepsi terhadap keberlanjutan
Hutan Kota Kemayoran dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran 4.

Tabel 14 Persepsi pengunjung, unit usaha, tenaga kerja terhadap keberlanjutan


Hutan Kota Kemayoran
Nilai rataan skor
Pernyataan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Keberadaan Hutan Kota 3,75 4,00 3,90
Kemayoran perlu dipertahankan
Rata-rata 3,75 4,00 3,90
Tingkat persepsi Sangat Sangat setuju Sangat setuju
setuju
Sumber: Data primer (2022) diolah

Berdasarkan Tabel 14 responden pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja


memberikan penilaian sangat setuju bahwa Hutan Kota Kemayoran perlu
dipertahankan dengan nilai rataan skor 3,75 , 4,00 , dan 3,90. Hal tersebut
dikarenakan keberadaan Hutan Kota Kemayoran memiliki peran penting terhadap
32

peningkatan kualitas lingkungan serta memiliki manfaat yang besar jika


dipertahankan keberadaannya. Banyaknya gedung-gedung dan permukiman di
kawasan Kemayoran menjadikan kualitas lingkungan menurun. Kondisi
lingkungan yang menurun membuat banyak masyarakat cemas akan kesehatan.
Tidak hanya pandemi covid-19 yang masih melanda, polusi udara yang semakin
memburuk sering menggangu kenyamanan masyarakat untuk beraktifitas.
Penggunaan kendaraan bermotor dan mobilitas yang tinggi menjadi salah satu
faktor penyumbang polusi udara yang sulit untuk diatasi, namun tetap ada cara
untuk menekan polusi udara dengan menyeimbangkan ekosistem ditengah hiruk
pikuk Kawasan Kemayoran (Setneg, 2021). Adanya Hutan Kota Kemayoran
sebagai ruang terbuka hijau bisa menjadi penyeimbang dan meningkatkan kualitas
lingkungan sehingga perlu dipertahankan keberadaan dari Hutan Kota Kemayoran.
Bagi unit usaha dan tenaga kerja, Hutan Kota Kemayoran perlu dipertahankan
karena menjadi lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan bagi mereka.

6.2 Estimasi Nilai Ekonomi dari Hutan Kota Kemayoran


Penilaian ekonomi Hutan Kota Kemayoran diestimasi menggunakan metode
Contingent Valuation Method (CVM) dengan pendekatan Willingness to Pay
(WTP). Hasil pelaksanaan tahapan CVM pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat Pasar Hipotetik
Responden diberikan sebuah skenario berupa informasi mengenai
keberadaan dan kondisi Hutan Kota Kemayoran. Alur pemikiran dari
pembuatan pasar hipotetik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hutan Kota Kemayoran merupakan sebuah kawasan ruang terbuka


hijau (RTH) sebagai kawasan penyangga lingkungan fisik kritis perkotaan
dan kawasan pencegah intrusi air laut, wahana koleksi keanekaragaman
jenis dan plasma nutfah, dan santuari satwa, serta sebagai kawasan rekreasi.
Hutan Kota memiliki luas sebesar 4.6 ha yang selain berfungsi untuk tujuan
konservasi lingkungan sehingga yang dikembangkan tidak hanya keindahan
tetapi juga berfungsi untuk menjaga lingkungan, temperatur udara,
pergerakan angin. Dengan hal ini membuat keberadaan Hutan Kota
Kemayoran harus dipertahankan dan dikelola dengan baik karena dapat
memberikan dampak positif bagi lingkungan. Oleh karena itu harapannya
responden bersedia untuk berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan
keberadaan Hutan Kota Kemayoran dengan ikut membayar biaya
kebersihan ataupun pemeliharaan pertahunnya supaya keberadaan Hutan
Kota Kemayoran dapat dirasakan secara berkelanjutan.

2. Memperoleh penawaran besaran nilai WTP


Pada penelitian ini, besarnya nilai penawaran WTP menggunakan teknik
bidding game. Bidding game adalah cara dengan memberikan penawaran
kepada responden mengenai kesediaannya berpartisipasi dalam bentuk
membayar terhadap Hutan Kota Kemayoran yang dimulai dari nilai awal
dengan starting point. Pertanyaan diberikan kepada responden mengenai
kesediaan membayar, responden yang bersedia membayar akan diberikan
penawaran yang lebih tinggi hingga mencapai kemampuan membayar. Starting
33

point atau harga dasar dalam penelitian ini adalah Rp5.000 dengan kelipatan
Rp5.000 hingga mencapai batas maksimum yaitu Rp20.000. Responden yang
bersedia membayar sebanyak 84 orang dan yang tidak bersedia membayar
sebanyak 13 orang. Responden yang tidak membayar memiliki alasan bahwa
Hutan Kota Kemayoran merupakan fasilitas publik yang dikelola pemerintah
dan responden telah membayar pajak jadi tidak perlu adanya bayaran yang
dilakukan oleh pengunjung.

3. Menghitung dugaan nilai rataan WTP


Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, diperoleh 84 responden
yang bersedia membayar dan 13 responden yang tidak bersedia membayar.
Responden yang bersedia membayar Rp5.000 sebanyak 37 orang, membayar
Rp10.000 sebanyak 26 orang, responden membayar Rp15.000 sebanyak 11
orang dan responden yang membayar Rp20.000 sebanyak 10 orang. Hasil
estimasi nilai mean WTP dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Nilai rataan WTP pengunjung Hutan Kota Kemayoran


Responden
Nilai WTP Mean WTP
Jumlah (orang) Persentase (%)
5.000 37 44 2.202,38
10.000 26 31 3.095,24
15.000 11 13 1.964,29
20.000 10 12 2.380,95
Jumlah 84 100 9.642,86
Sumber: Data primer (diolah) 2022

Tabel 15 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden


sebesar Rp9.642,86 per orang per kunjungan. Hal tersebut menunjukkan
sebagian besar responden bersedia untuk membayar dalam menjaga dan
melestarikan keberadaan Hutan Kota Kemayoran.

4. Menduga kurva WTP


Kurva permintaan WTP responden didapatkan berdasarkan nilai WTP yang
bersedia dibayarkan oleh pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota
Kemayoran sebagai upaya dalam menjaga keberlanjutan dari Hutan Kota
Kemayoran. Kurva tersebut menggambarkan hubungan antara tingkat WTP
yang ingin dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada
tingkat harga tersebut. Kurva permintaan WTP responden dapat dilihat pada
Gambar 9.
34

Kurva WTP
25.000

Besaran WTP 20.000

15.000

10.000

5.000

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jumlah responden

Gambar 9 Kurva WTP (data primer 2022)

Kurva pada Gambar 9 sudah sesuai dengan teori permintaan bahwa semakin
besar nilai yang ditawarkan maka semakin sedikit responden yang ingin
membayar pada nilai tersebut.

5. Menentukan total WTP


Jumlah responden yang bersedia membayar sebanyak 84 orang dari 97
orang, artinya sebanyak 87% dari responden bersedia membayar. Sehingga
penentuan total WTP diperoleh dengan cara mengalikan nilai rata-rata WTP
dengan 87% dari total pengunjung pada tahun 2021 seperti ditunjukkan pada
Tabel 16. Total WTP yang telah diperoleh dapat digunakan untuk merawat dan
meningkatkan fasilitas di Hutan Kota Kemayoran agar keberadaannya dapat
terus dimanfaatkan oleh masyarakat. Nilai WTP juga dapat menjadi
pertimbangan dan masukan untuk pengelola dalam menetapkan tarif masuk
Hutan Kota Kemayoran.

Tabel 16 Total WTP pengunjung


Jumlah Nilai
Persentase Populasi Total WTP
responden WTP
(%) (orang) (Rp)
(orang) (Rp)
Responden
bersedia 84 87 2.970 9.642,86 28.639.294,2
membayar
Responden
tidak
13 13 460
bersedia
membayar
Jumlah 97 100 3.430
Sumber: Data primer (diolah) 2022

Nilai rata-rata WTP pengunjung sebesar Rp9.642,86. Pemberian nilai WTP


yang cukup rendah oleh pengunjung dapat disebabkan keterbatasan pengunjung
dalam mengetahui fungsi utama (fungsi ekologis) hutan kota. Pengunjung lebih
melihat fungsi keberadaan hutan kota sebagai sosial budaya (sarana rekreasi dan
35

olahraga) dan estetika, dibandingkan sebagai fungsi ekologis. Hal ini dapat terlihat
dari pendapat pengunjung mengenai manfaat dari Hutan Kota Kemayoran (Gambar
8). Pengunjung berpendapat bahwa mereka telah membayar pajak dan Hutan Kota
Kemayoran merupakan fasilitas dari pemerintah. Rendahnya nilai WTP
berimplikasi pada kondisi lingkungan Hutan Kota Kemayoran yang menunjukkan
perilaku pengunjung dengan tidak memperhatikan keadaan sekitar seperti terlihat
pada Gambar 7 yang menunjukkan adanya sampah di beberapa tempat. Maka dari
itu, perlu adanya strategi pengelolaan yang dilakukan pihak pengelola Hutan Kota
Kemayoran agar dapat meningkatkan nilai yang diberikan pengguna hutan kota
dalam menghargai keberadaan Hutan Kota Kemayoran sehingga keberadaan Hutan
Kota Kemayoran tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan dan bisa terus
dimanfaatkan hingga masa mendatang.

6.3 Strategi Pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang Berkelanjutan


Strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan sangat
perlu dilakukan agar hutan kota tersebut dapat berkelanjutan dan dapat terus
dirasakan manfaatnya di masa mendatang. Analisis strategi pengelolaan dalam
penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hierarki pada
penelitian ini terdiri 3 level, yaitu tujuan utama (goal), kriteria dan alternatif. Pada
penelitian ini menggunakan aplikasi Expert Choice 11 untuk mengolah data.
Diagram hierarki prioritas pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan
dapat dilihat pada Gambar 10.

Pengelolaan Hutan
Goal Kota Kemayoran yang
berkelanjutan

Biaya
Daya Tarik Konservasi
pengelolaan
Kriteria wisata alam sumberdaya
dan
alam
pengembangan

Penambahan Wisata
dan Sosialisasi Penguatan Pelestarian
Peningkatan edukasi
Alternatif pemeliharaan fungsi hutan kelembagaan flora dan
tenaga kerja pendidikan
infrastruktur kota pengelola fauna
lingkungan
penunjang

Gambar 10 Diagram hierarki prioritas pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang


berkelanjutan

Gambar 10 merupakan hierarki fungsional keputusan yang disusun


berdasarkan goal, kriteria dan alternatif. Tujuan utama (goal) dalam penelitian ini
adalah strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Penentuan
36

kriteria dan alternatif yang disusun pada penelitian ini diperoleh dari literature, hasil
diskusi dan wawancara dengan pihak pengelola yaitu Pusat Pengelolaan Kawasan
Kemayoran, serta mempertimbangkan pula hasil dari tujuan pertama dan kedua
dalam penelitian ini. Kriteria dalam strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran
yang berkelanjutan adalah daya tarik wisata alam, biaya perjalanan dan konservasi
sumberdaya alam. Kriteria ini disusun berdasarkan penelitian terdahulu dan
menyesuaikan dengan kondisi Hutan Kota Kemayoran. Alternatif untuk mencapai
tujuan strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan adalah
peningkatan tenaga kerja, penambahan dan pemeliharaan infrastruktur penunjang,
sosialisasi fungsi hutan kota, wisata edukasi pendidikan lingkungan, penguatan
kelembagaan pengelola, pelestarian flora dan fauna. Peningkatan tenaga kerja dan
penambahan dan pemeliharaan infrastruktur penunjang menjadi alternatif karena
berdasarkan dari hasil tujuan pertama yaitu persepsi terhadap Hutan Kota
Kemayoran yang menyatakan bahwa kurangnya tenaga kerja dan infrastruktur yang
ada di hutan kota tersebut tidak memadai. Sosialisasi fungsi hutan kota dipilih
menjadi salah satu alternatif karena berdasarkan dari hasil tujuan kedua yaitu
estimasi nilai ekonomi Hutan Kota Kemayoran yang menunjukkan nilai WTP
responden yang tergolong rendah. WTP yang tergolong rendah dikarenakan
kurangnya pengetahuan responden terhadap fungsi-fungsi dari hutan kota sehingga
perlu adanya sosialisasi mengenai fungsi dari hutan kota. Wisata edukasi
pendidikan lingkungan, penguatan kelembagaan pengelola, serta pelestarian flora
dan fauna menjadi alternatif karena berdasarkan penelitian terdahulu dan
menyesuaikan dengan kondisi Hutan Kota Kemayoran dengan mempertimbangkan
pendapat dari Divisi Perencanaan PPKK, Divisi Pemasaran dan Humas PPKK, dan
Divisi Manajemen Pemeliharaan Lingkungan PPKK.

Hasil Perbandingan Berpasangan Level Kriteria

Pada level kriteria yang terdiri dari daya tarik wisata alam, biaya
pengelolaan dan pengembangan, dan konservasi sumber daya alam diperoleh hasil
penilaian perbandingan berpasangan tertinggi atau prioritas utama pada level
kriteria dalam strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan
adalah biaya pengelolaan dan pengembangan dengan skor 0,392 (Gambar 12).
Kriteria biaya pengelolaan dan pengembangan dinilai menjadi prioritas utama
karena Hutan Kota Kemayoran dalam pengelolaannya tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya biaya yang mendukung pengelolaan dan pengembangan Hutan
Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Dalam masa pandemi covid-19 saat ini, biaya
pengelolaan dan pengembangan menjadi hal yang krusial bagi pengelola hutan kota
sehingga sangat perlu diperhatikan. Penerapan biaya tiket masuk dapat menjadi
pilihan agar dapat meningkatkan pemasukan untuk biaya pengelolaan dan
pengembangan Hutan Kota Kemayoran. Kriteria konservasi sumberdaya alam
menjadi urutan berikutnya dalam strategi pengelolaan dengan skor 0,350. Hal ini
dikarenakan hutan kota tersebut selain memiliki tujuan untuk rekreasi dan edukasi,
hutan kota juga memiliki tujuan untuk konservasi lingkungan sehingga yang
dikembangkan tidak hanya keindahan. Kriteria selanjutnya yang menjadi prioritas
adalah daya tarik wisata alam dengan skor 0,257 karena Hutan Kota Kemayoran
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal untuk wisata alam. Pengembangan
daya tarik wisata alam dapat meningkatkan jumlah pengunjung. Nilai inconsistency
37

pada level kriteria yaitu 0,00307 (0,307%) yang artinya nilai hasil susah konsisten.
Nilai rasio konsistensi kurang atau sama dengan 0,1 (10%), jika lebih dari 10%
maka penilaian pada data masih acak dan perlu di perbaiki (Marimin dan
Maghfiroh, 2010). Bobot prioritas kriteria dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Bobot prioritas kriteria

Hasil Perbandingan Berpasangan Level Alternatif

Terdapat enam alternatif yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan (goal)
yaitu strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan. Hasil
sintesis model diperoleh dari menggabungkan atau mengkombinasikan model
secara keseluruhan seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Berdasarkan hasil sintesis
model, yang menjadi prioritas utama adalah sosialisasi fungsi hutan kota dengan
skor 0,202. Bobot terendah adalah penguatan kelembagaan pengelola dengan bobot
0,093 dengan nilai overall inconsistency 0.01 (1%), artinya bahwa hasil penilaian
perbandingan berpasangan tersebut sudah konsisten. Rasio konsistensi harus
kurang atau sama dengan 10%. Konsistensi pengguna metode AHP harus tetap
terjaga agar solusi yang dihasilkan optimal (Padmowati, 2009).

Gambar 12 Hasil sintesis model

Alternatif strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang menjadi prioritas


pertama adalah sosialisasi fungsi hutan kota (0,202). Rendahnya nilai WTP yang
diberikan responden terhadap hutan kota salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan responden mengenai fungsi utama dari hutan kota. Sosialisasi
mengenai fungsi utama hutan kota perlu dilakukan agar dapat meningkatkan
kesadaran pengunjung mengenai pentingnya keberadaan Hutan Kota Kemayoran
38

sehingga dapat mengubah pola pikir pengunjung dan lebih menghargai keberadaan
hutan kota tersebut sehingga nilai WTP pun dapat meningkat. Sosialisasi dapat
dilakukan dengan menyebar flyer dan poster yang disebar secara online melalui
sosial media Hutan Kota Kemayoran.
Alternatif yang menjadi prioritas kedua adalah pelestarian flora dan fauna
(0,193). Flora dan fauna yang terdapat pada Hutan Kota Kemayoran sangat
beragam. Terdapat berbagai macam vegetasi di Hutan Kota Kemayoran seperti
pohon trembesi (Samanea saman), pohon ketapang (Terminalia catappa), pohon
asam jawa (Tamarindus indica), pohon lamtoro (Leucaena leucocephala),
mangrove (Rhizophora), pohon ara (Ficus), pohon kayu putih (Melaleuca
leucadendra), dan lain-lain (Setneg, 2018). Selain vegetasi, terdapat pula berberapa
satwa yaitu burung pecuk-ular asia (Anhinga melanogaster), burung pecuk-padi
hitam (Phalacrocorax sulcirostris), burung cangak abu (Ardea cinereal), burung
kuntul kecil (Egretta garzetta), burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung
caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), burung merbah cerucuk (Pycnonotus
goiavier), biawak (Varanus), dan lain-lain (PPKK, 2018). Flora dan fauna yang ada
di Hutan Kota Kemayoran penting untuk dijaga kelestariannya.
Prioritas alternatif ketiga adalah wisata edukasi pendidikan lingkungan
(0,192). Tujuan dari Hutan Kota Kemayoran adalah sebagai tempat rekreasi,
edukasi, dan konservasi, maka dari itu pelestarian flora dan fauna serta wisata
edukasi penting untuk ditingkatkan lagi. Pusat Pengelolaan Kawasan Kemayoran
merencanakan untuk menambah atraksi wisata yaitu dengan memanfaatkan waduk
yang berada di dalam Hutan Kota Kemayoran agar dapat menambah pengunjung
yang datang.
Prioritas alternatif keempat adalah penambahan dan pemeliharaan
infrastruktur penunjang (0,175). Penambahan dan pemeliharaan infrastruktur
penunjang merupakan faktor pendukung yang memberikan kenyamanan bagi
pengunjung dan dapat meningkatkan jumlah pengunjung di Hutan Kota
Kemayoran. Penambahan dan pemeliharaan infrastruktur berupa fasilitas umum
diperlukan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan-kegiatan di Hutan Kota
Kemayoran. Penambahan dan pemeliharaan infrastuktur penunjang dapat
dilakukan apabila dana pengelolaan mencukupi.
Prioritas alternatif kelima adalah peningkatan tenaga kerja (0,146). Saat ini
jumlah tenaga kerja yang berada di Hutan Kota Kemayoran hanya sebanyak 10
orang. Menurut tenaga kerja dan pengelola, tenaga kerja perlu ditambah karena
tidak sebanding dengan Hutan Kota Kemayoran yang sangat luas.
Prioritas alternatif terakhir adalah penguatan kelembagaan pengelola (0,093).
Hubungan internal pengelola harus diperkuat khususnya antara Pusat Pengelolaan
Kawasan Kemayoran dengan Kementerian Sekretariat Negara. Alternatif
penguatan kelembagaan pengelola yaitu untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya
manusia pengelolaan yang baik agar internal dalam pengelolaan Hutan Kota
Kemayoran tetap dalam satu misi, visi dan semakin baik dalam mengelola Hutan
Kota Kemayoran. Hasil analisis tingkat prioritas kriteria dan alternatif dapat dilihat
lebih jelas pada Tabel 17.
39

Tabel 17 Hasil analisis tingkat prioritas kriteria dan alternatif strategi pengelolaan

No Elemen Penilaian Tingkat Prioritas


I Tujuan (Goal)
Strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran
yang berkelanjutan
II Kriteria
1. Daya tarik wisata alam 0,257 3
2. Biaya pengelolaan dan pengembangan 0,392 1
3. Konservasi sumber daya alam 0,350 2
III Alternatif
1. Peningkatan tenaga kerja 0,146 5
2. Perbaikan dan pemeliharaan 0,175 4
infrastruktur penunjang
3. Sosialisasi fungsi hutan kota 0,202 1
4. Wisata edukasi pendidikan lingkungan 0,192 3
5. Penguatan kelembagaan pengelola 0,093 6
6. Pelestarian flora dan fauna 0,193 2
Sumber: Data primer (diolah) 2022
40

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
1. Persepsi pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja terhadap keberadaan
Hutan Kota Kemayoran adalah baik. Fungsi terpenting dari keberadaan
Hutan Kota Kemayoran menurut responden adalah fungsi sosial/budaya.
2. Sebanyak 84 orang bersedia membayar nilai WTP dengan rata-rata sebesar
Rp9.642,86 per orang per kunjungan sedangkan nilai total WTP responden
sebesar Rp28.639.294,2 per tahun. Pemberian nilai WTP yang tergolong
rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan pengunjung mengenai fungsi
utama hutan kota yaitu fungsi ekologis.
3. Strategi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran yang berkelanjutan dengan
kriteria prioritas utama adalah biaya pengelolaan dan pengembangan
dengan skor 0,392, sedangkan pada level alternatif yang prioritas utama
yaitu sosialisasi fungsi hutan kota dengan skor 0,202. Alternatif sosialisasi
mengenai fungsi utama hutan kota perlu dilakukan agar dapat
meningkatkan kesadaran pengunjung mengenai pentingnya keberadaan
Hutan Kota Kemayoran sehingga lebih menghargai keberadaan hutan kota.

7.2 Saran
1. Perlu ada peningkatan kesadaran pengunjung saat berada di Hutan Kota
Kemayoran khususnya dalam hal kebersihan. Selain itu semua pihak harus
ikut serta memelihara fasilitas karena hutan kota merupakan area publik,
siapapun harus ikut berpartisipasi dalam menjaga keberlangsungannya.
2. Pihak pengelola perlu mensosialisasikan terkait fungsi-fungsi penting dari
hutan kota sehingga pengunjung mengetahui dan menjaga kelestarian
hutan kota dapat berupa menyebar flyer dan poster yang disebar secara
online melalui sosial media Hutan Kota Kemayoran.
3. Rekomendasi strategi pengelolaan dapat dijadikan bahan pertimbangan
pengelola dalam mengelola Hutan Kota Kemayoran.
4. Hutan Kota Kemayoran memiliki banyak manfaat penting. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung nilai
ekonomi total terutama fungsi ekologis yang merupakan fungsi utama
Hutan Kota Kemayoran sehingga bisa diketahui besarnya manfaat Hutan
Kota Kemayoran bagi masyarakat.
41

DAFTAR PUSTAKA

Alam F. 2020. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Willingness to Pay


Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Bogor (Studi Kasus:
Taman Kresna) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara. 2020. Jumlah Penduduk (Jiwa),
2018-2020. Diakses 14 November 2021. URL: Badan Pusat Statistik Kota
Jakarta Utara (jakutkota.bps.go.id).
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara. 2020. Luas Wilayah Penduduk,
Kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin. Diakses 7 Februari 2022.
URL: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara (jakutkota.bps.go.id).
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2020. Jumlah Penduduk Provinsi
DKI Jakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2018-2020.
Diakses pada 12 November 2021. URL: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI
Jakarta (jakarta.bps.go.id).
[BPK RI] Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2021. Penuhi Target 30
Persen, Pemprov Berencana Perluas RTH di Bodetabek. [internet] [diunduh
30 November 2021] Tersedia pada: https://jakarta.bpk.go.id/penuhi-target-
30-persen-pemprov-dki-berencana-perluas-rth-di-bodetabek/
Dahlan, A. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup. Jakarta: IPB-APHL.
Dewanto B, Defri Y, Tuti A. 2016. Nilai Ekonomi Taman Kota Berdasarkan
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) di Pekanbaru. Jurnal Online
Mahasiswa Faperta Universitas Riau. 3(2).
Djamal I. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Faiqoh N. Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta
Pusat sebagai Salah Satu Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Hanum P. 2014. Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Ruang Terbuka Hijau pada
Normalisasi Waduk Ria Rio Jakarta [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Hidayat R. 2019. Analisis Persepsi Wisatawan dan Estimasi Nilai Keberadaan
Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Indarto, Kukuh Dwi dan Sri Rahayu. 2015. Dampak Pembangunan Perumahan
Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar
Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang. Jurnal Teknik PWK. 4(3): 428-
439.
Jakarta Open Data. 2018. Data Luas Hutan Kota Jakarta Per Lokasi Beserta
Keterangan Lainnya.
http://data.jakarta.go.id/dataset/luashutankotaperlokasibesertaketeranganlain
nya. Diunduh pada tanggal 16 November 2021.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press.
42

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2021. Indeks Standar Pencemar


Udara. [internet] [diunduh pada 15 November 2021] Tersedia pada:
https://ispu.menlhk.go.id/map.html
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2022. KLHK Gelar Uji Emisi,
Tekan Polusi Udara di Wilayah Kota. [internet] [diunduh pada 1 Agustus
2022] Tersedia pada: http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6458/klhk-
gelar-uji-emisi-tekan-polusi-udara-di-wilayah-kota
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2018. Hutan Kota
Kemayoran, Alternatif Tujuan Wisata Warga Jakarta. [internet] [diunduh
pada 28 Juli 2022] Tersedia pada:
https://www.setneg.go.id/baca/index/hutan_kota_kemayoran_alternatif_tuju
an_wisata_warga_jakarta
Khairani H. 2018. Estimasi Willingness to Pay Pengunjung dan Alternatif Strategi
Pengelolaan Hutan Kota di Jakarta Timur (Studi Kasus: Hutan Kota Bumi
Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Lipton DW et al. 1995. Economic Valuation of Natural Resources: A Handbook for
Coastal Resources Policymakers. Decision Analysis Series No.5. Office.
National Oceanic and Atmospheric Administration. U.S. Department of
Commerce.
Marimin. 2004. Teknik Dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta: Grasindo.
Marimin dan Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dan
Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.
Menteri. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Departemen Pekerjaan Umum.
Padmowati, R. 2009. Pengukuran Indeks Konsistensi dalam Proses Pengambilan
Keputusan Menggunakan Metode AHP. Seminar Nasional Infromatika; 2009
Mei 23; Bandung, Indonesia. Bandung: hlm 80-84; [diakses 2022 Juni 20].
https://media.neliti.com/media/publications/175098-ID-pengukuran-index-
konsistensi-dalam-prose.pdf
Portal Statistik Sektoral Provinsi DKI Jakarta. 2020. Berapa Kepadatan Penduduk
DKI Jakarta Saat Ini? [internet] [diunduh 15 November 2021] Tersedia pada:
https://statistik.jakarta.go.id/berapa-kepadatan-penduduk-dki-jakarta-saat-
ini/
PPK Kemayoran. 2018. Hutan Kota Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran.
[internet] [diunduh 28 Juli 2022] Tersedia pada: https://www.setneg-
ppkk.co.id/index.php/270-hutan-kota-pusat-pengelolaan-komplek
kemayoran
PPK Kemayoran. 2020. Utan Kemayoran. [internet] [diunduh 9 November 2021]
Tersedia pada: https://www.setneg-ppkk.co.id/fasilitas/hutan-kota#
Pratiwi W. 2018. Estimasi Nilai Ekonomi dan Formulasi Strategi Peningkatan
Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Depok (Studi Kasus: Taman Lembah
Gurame) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
43

Rafei M. 2016. Penilaian Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam
Punti Kayu Sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota Palembang [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
Pustaka Binaman Pressindo.
Sadyohutomo, 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Setneg. 2021. Kurangi Polusi Udara, PPK Kemayoran Lakukan Penanaman Pohon.
[internet] [diunduh 16 Juli 2022] Tersedia pada: https://setneg-
ppkk.co.id/955-kurangi-polusi-udara-ppk-kemayoran-lakukan-penanaman-
pohon
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriadi A, Rustandi A, Komarlina D, H., L., Ardiani G. 2018. Analytical
Hierarchy Process (AHP) Teknik Penentuan Strategi Daya Saing Kerajinan
Bordir. Yogyakarta: Deepublish.
[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. 2007.
Wahyudi D. 2022. Nilai Keberadaan Ruang Terbuka Hijau di Taman Hutan Kota
Penjaringan, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Walpole R. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Zamroni. 2013. Pendidikan Demokrasi. Yogyakarta: Ombak.
44

LAMPIRAN
45

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga, Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Wing 3 Level 2, Dramaga, Bogor 16680

KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Alamat :
Nomor Hp :
Tanggal/Hari :

Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ruang Terbuka (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran) oleh Revita
Verent Bukasiang mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dimohon partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan teliti sehingga dapat
menjadi data yang objektif. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak digunakan untuk
kepentingan lainnya dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian
dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin :Laki-laki/Perempuan
2. Usia : .............tahun
3. Status Pernikahan :Menikah/Belum Menikah
4. Jumlah Tanggungan : .............orang
5. Pendidikan Formal Terakhir :
[ ] Tidak Sekolah [ ] Diploma/D3
[ ] SD/Sederajat [ ] Sarjana/S1
[ ] SMP/Sederajat [ ] Master/S2
[ ] SMA/Sederajat [ ] Doktor/S3
6. Pekerjaan
[ ] PNS [ ] Ibu Rumah Tangga
[ ] Pegawai Swasta [ ] Wirausaha
[ ] Pelajar/ Mahasiswa [ ] Lainnya

7. Total pendapatan rumah tangga per bulan (Rp)


a) < Rp1.000.000,
b) Rp1.000.001 – Rp2.000.000
c) Rp2.000.001 – Rp3.000.000
d) Rp3.000.001 – Rp4.000.000
e) Rp4.000.001 – Rp5.000.00
f) > Rp5.000.000
46

B. Persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Kemayoran


1. Apakah kondisi lingkungan Hutan Kota Kemayoran bersih dari sampah?
1) Sangat tidak setuju (Sampah yang berserakan sangat banyak,
menimbulkan bau yang tidak sedap)
2) Tidak setuju (Sampah yang berserakan cukup banyak, namun tidak
timbul bau)
3) Setuju (Terdapat sedikit sampah berserakan, tidak timbul bau)
4) Sangat setuju ( Tidak ada Sampah yang berserakan, tidak menimbulkan
bau)

2. Apakah vegetasi tumbuhan di Hutan Kota Kemayoran dalam kondisi baik?


1) Sangat tidak setuju (Vegetasi tumbuhan sangat tidak terawat)
2) Tidak setuju (Vegetasi tumbuhan tidak terawat)
3) Setuju (Vegetasi tumbuhan terawat)
4) Sangat setuju (Vegetasi tumbuhan sangat terawat)

3. Apakah fasilitas di Hutan Kota Kemayoran (tempat duduk, tempat sampah,


toilet, tempat parkir,dll) sudah memadai?
1) Sangat tidak setuju (Fasilitas tidak memadai dan kondisi tidak terawat
sehingga tidak dapat digunakan lagi)
2) Tidak setuju (Fasilitas kurang memadai dan kondisi tidak terawat)
3) Setuju (Fasilitas memadai dan kondisi cukup terawat)
4) Sangat setuju (Fasilitas sangat memadai dan kondisi terawat dengan
baik)

4. Apakah jika berada di sekitar Hutan Kota Kemayoran terasa sejuk?


1) Sangat tidak setuju (Udara terasa tidak sejuk dan segar)
2) Tidak setuju (Udara terasa kurang sejuk dan segar)
3) Setuju (Udara terasa sejuk dan segar)
4) Sangat setuju (Udara sangat sejuk dan segar)

5. Bagaimana aksesibilitas dari Hutan Kota Kemayoran?


1) Sangat tidak setuju (Minim informasi mengenai lokasi, kondisi jalan
rusak)
2) Tidak setuju (Informasi mengenai lokasi cukup tersedia, kondisi jalan
sedikit rusak)
3) Setuju (Informasi mengenai lokasi mudah diperoleh, kondisi jalan baik)
4) Sangat setuju (Informasi mengenai lokasi sangat mudah diperoleh,
kondisi jalan sangat baik)

6. Apakah keberadaan hutan kota perlu dipertahankan?


1) Sangat tidak setuju 3) Setuju
2) Tidak setuju 4) Sangat setuju

C. Motivasi Responden
1. Darimana anda mengetahui Hutan Kota Kemayoran?
a. Teman/Keluarga d. Brosur
47

b. Surat Kabar/Majalah e. Lainnya: ........................................


c. Internet
2. Sudah berapa kali anda mengunjungi Hutan Kota Kemayoran selama
tahun 2021?
a. 1 kali d. 4 kali
b. 2 kali e. ≥ 5 kali, tepatnya : ..... kali
c. 3 kali
3. Apa tujuan anda mengunjungi Hutan Kota Kemayoran ?
a. Berekreasi d. Lainnya: ...............
b. Berolahraga
c. Penelitian
4. Berapa lama waktu yang biasanya anda habiskan di tempat ini?
a. 1 jam c. 3 jam
b. 2 jam d. ≥ 4 jam, tepatnya : ..... jam
5. Kegiatan apa yang anda lakukan/disukai di tempat ini?
a. Bersanatai d. Fotografi
b. Berolahraga e. Lainnya : ...............
c. Menikmati keindahan alam
6. Apa alasan anda memilih lokasi/tempat ini?
a. Lokasinya mudah dijangkau dan dekat dengan tempat tinggal
b. Tidak ada tempat lain
c. Diajak teman/keluarga
d. Tempatnya sejuk dan nyaman
e. Lainnya : ...............
7. Apa manfaat yang anda rasakan dengan adanya Hutan Kota Kemayoran?
a. Tempat berolahraga d. Perbaikan kualitas lingkungan
b. Tempat bermain e. Lainnya : ...............
c. Strategis untuk berjualan

D. Kesediaan membayar (WTP) pengunjung terhadap pelestarian Hutan


Kota Kemayoran

Hutan Kota Kemayoran merupakan sebuah kawasan ruang terbuka hijau


(RTH) sebagai kawasan penyangga lingkungan fisik kritis perkotaan dan kawasan
pencegah intrusi air laut, wahana koleksi keanekaragaman jenis dan plasma nutfah,
dan santuari satwa, serta sebagai kawasan rekreasi. Hutan Kota memiliki luas sebesar
4.6 ha yang selain berfungsi untuk tujuan konservasi lingkungan sehingga yang
dikembangkan tidak hanya keindahan tetapi juga berfungsi untuk menjaga
lingkungan, temperatur udara, pergerakan angin. Dengan hal ini membuat keberadaan
Hutan Kota Kemayoran harus dipertahankan dan dikelola dengan baik karena dapat
memberikan dampak positif bagi lingkungan. Oleh karena itu harapannya responden
bersedia untuk berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan keberadaan Hutan
Kota Kemayoran dengan ikut membayar biaya kebersihan ataupun pemeliharaan
pertahunnya supaya keberadaan Hutan Kota Kemayoran dapat dirasakan secara
berkelanjutan.

Untuk menjaga keberlangsungan hutan kota tersebut, apakah Bapak/Ibu/Saudara/i


48

bersedia berpartisipasi dalam rangka upaya pelestarian Hutan Kota Kemayoran


dengan mengeluarkan sejumlah dana?
A. Rp. 5000/ kunjungan , 1) Iya, 2) Tidak, Alasannya…
B. Rp. 10.000/ kunjungan , 1) Iya, 2) Tidak, Alasannya…
C. Rp 15.000/ kunjungan , 1) Iya, 2) Tidak, Alasannya…
D. Rp. 20.000/ kunjungan , 1) Iya, 2) Tidak, Alasannya…
E. Harapan dan Saran
1. Apa harapan anda terhadap keberadaan Hutan Kota Kemayoran?
2. Apa saran yang dapat anda berikan terhadap pengelolaan Hutan Kota
Kemayoran?
49

Lampiran 2 Kuesioner untuk keyperson

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga, Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Wing 3 Level 2, Dramaga, Bogor 16680

KUISIONER PENELITIAN AHP


STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN KOTA KEMAYORAN YANG
BERKELANJUTAN

Nomor Responden :
Nama :
Alamat :
No. Hp :
Tanggal :

Kuesioner ini digunakan sebagai acuan dalam mengumpulkan data yang


dibutuhkan dalam skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Hutan Kota Kemayoran)”
oleh Revita Verent Bukasiang (H44180058), mahasiswa Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat mengisi kuesioner dengan sebenar-
benarnya. Data yang tercantum bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk
kepentingan akademik. Terima kasih.

I. Penjelasan

Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk menentukan alternatif strategi


pengelolaan yang berkelanjutan di Hutan Kota Kemayoran. Landasan utama
pengisisan kuesioner ini adalah Hierarki (Structure AHP) dengan komponen-
komponen yang telah disusun berdasarkan pendapat ahli (pakar). Hierarki dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Pengelolaan Hutan Kota


Goal Kemayoran yang
berkelanjutan

Daya Tarik Biaya


Kriteria Konservasi
pengelolaan dan
wisata alam sumberdaya alam
pengembangan

Penambahan Wisata
Peningkatan dan Sosialisasi Penguatan Pelestarian
Alternatif edukasi
tenaga pemeliharaan fungsi kelembagaa flora dan
pendidikan
kerja infrastruktur hutan kota n pengelola fauna
lingkungan
penunjang
50

II. Petunjuk pengisian :


Berilah tanda (√) pada masing-masing pasangan kriteria/alternatif (kolom
kiri atau kolom kanan) berdasarkan skala penilaian dibawah ini:

Definisi kode:
1 = Kedua kriteria sama penting
3 = Kriteria A sedikit lebih penting dibanding dengan B
5 = Kriteria A lebih penting dibanding dengan B
7 = Kriteria A sangat lebih penting dibanding dengan B
9 = Kriteria A mutlak lebih penting dibanding dengan B
2,4,6,8 = Dipilih apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sebaliknya:
1 = Kedua kriteria sama penting
3 = Kriteria B sedikit lebih penting dibanding dengan A
5 = Kriteria B lebih penting dibanding dengan A
7 = Kriteria B sangat lebih penting dibanding dengan A
9 = Kriteria B mutlak lebih penting dibanding dengan A
2,4,6,8 = Dipilih apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

III. Contoh pengisian


Faktor kiri lebih Faktor kanan lebih
No Kriteria A penting penting Kriteria B
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Daya tarik Biaya


1 wisata alam pengelolaan

dan
pengembangan
Daya tarik Konservasi
2 wisata alam √ sumberdaya
alam

Jika daya tarik wisata alam Jika biaya pengelolaan dan


masyarakat sedikit lebih penting pengembangan sangat lebih penting
dari konservasi sumberdaya alam dari daya tarik wisata alam
51

IV. Pertanyaan
1. Berkaitan dengan Goal atau tujuan dari pengelolaan Hutan Kota
Kemayoran yang berkelanjutan, maka bandingkan elemen-elemen
sasaran pada kolom A dengan elemen-elemen sasaran pada kolom B
dan beri tanda (√ ) berdasarkan tingkat kepentingannya.
Faktor kanan lebih
Faktor kiri lebih penting
No Kriteria A penting Kriteria B
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Daya tarik Biaya
wisata alam pengelolaan dan
pengembangan
2 Daya tarik Konservasi
wisata alam sumberdaya
alam
3 Biaya Konservasi
pengelolaan dan sumberdaya
pengembangan alam

2. Berkaitan dengan DAYA TARIK WISATA ALAM adalah tujuan


alternatif terbaik bagi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran. Maka
bandingkan elemen- elemen sasaran pada kolom A dengan elemen-
elemen sasaran pada kolom B dan beri tanda (√ ) berdasarkan tingkat
kepentingannya.
Faktor kiri lebih Faktor kanan lebih
No Kriteria A penting penting Kriteria B
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Peningkatan Penambahan
tenaga kerja dan
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
2 Peningkatan Sosialisasi
tenaga kerja fungsi hutan
kota
3 Peningkatan Wisata edukasi
tenaga kerja pendidikan
lingkungan
4 Peningkatan Penguatan
tenaga kerja kelembagaan
pengelola
5 Peningkatan Pelestarian
tenaga kerja flora dan fauna
6 Penambahan Sosialisasi
dan fungsi hutan
pemeliharaan kota
52

infrastruktur
penunjang
7 Penambahan Wisata edukasi
dan pendidikan
pemeliharaan lingkungan
infrastruktur
penunjang
8 Penambahan Penguatan
dan kelembagaan
pemeliharaan pengelola
infrastruktur
penunjang
9 Penambahan Pelestarian
dan flora dan fauna
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
10 Sosialisasi Wisata edukasi
fungsi hutan pendidikan
kota lingkungan
11 Sosialisasi fungsi Penguatan
hutan kota kelembagaan
pengelola
12 Sosialisasi Pelestarian
fungsi hutan flora dan fauna
kota
13 Wisata edukasi Penguatan
pendidikan kelembagaan
lingkungan pengelola
14 Wisata edukasi Pelestarian
pendidikan flora dan fauna
lingkungan
15 Penguatan Pelestarian
kelembagaan flora dan fauna
pengelola

3. Berkaitan dengan BIAYA PENGELOLAAN DAN


PENGEMBANGAN adalah tujuanalternatif terbaik bagi pengelolaan
Hutan Kota Kemayoran. Maka bandingkan elemen- elemen sasaran
pada kolom A dengan elemen-elemen sasaran pada kolom B dan beri
tanda (√ ) berdasarkan tingkat kepentingannya.

Faktor kiri lebih Faktor kanan lebih


No Kriteria A penting penting Kriteria B
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
53

1 Peningkatan Penambahan
tenaga kerja dan
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
2 Peningkatan Sosialisasi
tenaga kerja fungsi hutan
kota
3 Peningkatan Wisata edukasi
tenaga kerja pendidikan
lingkungan
4 Peningkatan Penguatan
tenaga kerja kelembagaan
pengelola
5 Peningkatan Pelestarian
tenaga kerja flora dan fauna
6 Penambahan Sosialisasi
dan fungsi hutan
pemeliharaan kota
infrastruktur
penunjang
7 Penambahan Wisata edukasi
dan pendidikan
pemeliharaan lingkungan
infrastruktur
penunjang
8 Penambahan Penguatan
dan kelembagaan
pemeliharaan pengelola
infrastruktur
penunjang
9 Penambahan Pelestarian
dan flora dan fauna
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
10 Sosialisasi Wisata edukasi
fungsi hutan pendidikan
kota lingkungan
11 Sosialisasi Penguatan
fungsi hutan kelembagaan
kota pengelola
12 Sosialisasi Pelestarian
fungsi hutan flora dan fauna
kota
13 Wisata edukasi Penguatan
pendidikan kelembagaan
lingkungan pengelola
54

14 Wisata edukasi Pelestarian


pendidikan flora dan fauna
lingkungan
15 Penguatan Pelestarian
kelembagaan flora dan fauna
pengelola

4. Berkaitan dengan KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM adalah


tujuanalternatif terbaik bagi pengelolaan Hutan Kota Kemayoran. Maka
bandingkan elemen- elemen sasaran pada kolom A dengan elemen-
elemen sasaran pada kolom B dan beri tanda (√ ) berdasarkan tingkat
kepentingannya.

Faktor kiri lebih Faktor kanan lebih


No Kriteria A penting penting Kriteria B
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Peningkatan Penambahan
tenaga kerja dan
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
2 Peningkatan Sosialisasi
tenaga kerja fungsi hutan
kota
3 Peningkatan Wisata edukasi
tenaga kerja pendidikan
lingkungan
4 Peningkatan Penguatan
tenaga kerja kelembagaan
pengelola
5 Peningkatan Pelestarian
tenaga kerja flora dan fauna
6 Penambahan Sosialisasi
dan fungsi hutan
pemeliharaan kota
infrastruktur
penunjang
7 Penambahan Wisata edukasi
dan pendidikan
pemeliharaan lingkungan
infrastruktur
penunjang
8 Penambahan Penguatan
dan kelembagaan
pemeliharaan pengelola
infrastruktur
55

penunjang

9 Penambahan Pelestarian
dan flora dan fauna
pemeliharaan
infrastruktur
penunjang
10 Sosialisasi Wisata edukasi
fungsi hutan pendidikan
kota lingkungan
11 Sosialisasi Penguatan
fungsi hutan kelembagaan
kota pengelola
12 Sosialisasi Pelestarian
fungsi hutan flora dan fauna
kota
13 Wisata edukasi Penguatan
pendidikan kelembagaan
lingkungan pengelola
14 Wisata edukasi Pelestarian
pendidikan flora dan fauna
lingkungan
15 Penguatan Pelestarian
kelembagaan flora dan fauna
pengelola
56

Lampiran 3 Hasil analisis penilaian keyperson pada level kriteria dan alternatif
1. Divisi Perencanaan PPKK
57

2. Divisi Pemasaran dan Humas PPKK


58

3. Divisi Manajemen Pemeliharaan Lingkungan


59

4. Combined
60

Lampiran 4 Perhitungan skala likert


Kebersihan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 292 3 33
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,01 3,00 3,30
Kategori Setuju Setuju Sangat setuju

Keindahan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 292 3 33
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,01 3,00 3,30
Kategori Setuju Setuju Sangat setuju

Kesejukan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 340 4 40
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,50 4,00 4,00
Kategori Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju

Fasilitas
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 243 3 24
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 2,50 3,00 2,40
Kategori Tidak setuju Setuju Tidak setuju

Aksesibilitas
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 292 4 33
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,01 4,00 3,30
Kategori Setuju Sangat setuju Sangat setuju

Keberlanjutan
Pengunjung Unit usaha Tenaga kerja
Total skor 364 4 39
Jumlah responden 97 1 10
Rataan skor 3,75 4,00 3,90
Kategori Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju
61

Lampiran 5 Data Karakteristik Responden


Jumlah
Pendidikan
Usia Tanggunga Pendapatan WTP
No. JK formal
(Tahun) n Keluarga (Rp/bulan) (Rp)
terakhir
(orang)
1. P 18 0 SMA/ Rp1.000.001-
0
Sederajat Rp2.000.000
2. P 29 2 Master/S2 >Rp5.000.000 10.000
3. L 46 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 10.000
4. L 32 1 Sarjana/S1 Rp3.000.001-
5.000
Rp4.000.000
5. P 26 0 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
10.000
Rp5.000.000
6. P 23 0 Sarjana/S1 Rp2.000.001-
10.000
Rp3.000.000
7. L 24 1 Sarjana/S1 Rp3.000.001-
5.000
Rp4.000.000
8. L 28 0 Master/S2 >Rp5.000.000 5.000
9. P 19 0 SMA/ Rp1.000.001-
5.000
Sederajat Rp2.000.000
10. P 26 0 Sarjana/S1 Rp3.000.001-
5.000
Rp4.000.000
11. L 20 0 SMA/ Rp3.000.001-
10.000
Sederajat Rp4.000.000
12. P 25 1 Sarjana/S1 Rp3.000.001-
5.000
Rp4.000.000
13. L 22 0 Sarjana/S1 Rp2.000.001-
5.000
Rp3.000.000
14. P 19 0 SMA/ Rp1.000.001-
5.000
Sederajat Rp2.000.000
15. P 34 2 SMA/ Rp3.000.001-
5.000
Sederajat Rp4.000.000
16. L 25 0 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
10.000
Rp5.000.000
17. P 18 0 SMA/ <Rp1.000.000
5.000
Sederajat
18. P 24 0 Sarjana/S1 Rp2.000.001-
10.000
Rp3.000.000
19. L 19 0 SMA/ Rp3.000.001-
5.000
Sederajat Rp4.000.000
20. L 27 0 Master/S2 >Rp5.000.000 10.000
21. P 25 0 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
5.000
Rp5.000.000
22. P 23 1 SMA/ Rp2.000.001-
5.000
Sederajat Rp3.000.000
23. L 19 0 SMA/ Rp2.000.001-
10.000
Sederajat Rp3.000.000
62

24. P 23 0 Sarjana/S1 <Rp1.000.000 5.000


25. L 35 0 Master/S2 >Rp5.000.000 0
26. P 22 0 SMA/ Rp2.000.001-
15.000
Sederajat Rp3.000.000
27. P 22 0 SMA/ <Rp1.000.000
15.000
Sederajat
28. L 41 2 Master/S2 >Rp5.000.000 20.000
29. P 20 0 SMA/ <Rp1.000.000
15.000
Sederajat
30. P 23 0 SMA/ <Rp1.000.000
5.000
Sederajat
31. L 21 1 SMA/ Rp2.000.001-
5.000
Sederajat Rp3.000.000
32. L 24 0 Sarjana/S1 Rp3.000.001-
10.000
Rp4.000.000
33. P 26 4 Sarjana/S1 Rp3.000.001-
15.000
Rp4.000.000
34. L 45 3 Diploma/D3 >Rp5.000.000 10.000
35. P 31 3 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
5.000
Rp5.000.000
36. L 37 1 Diploma/D3 >Rp5.000.000 15.000
37. P 50 3 Diploma/D3 Rp4.000.001-
0
Rp5.000.000
38. P 30 2 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
10.000
Rp5.000.000
39. P 29 1 Master/S2 >Rp5.000.000 20.000
40. P 23 0 SMA/ Rp3.000.001-
5.000
Sederajat Rp4.000.000
41. L 28 0 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
10.000
Rp5.000.000
42. L 19 0 SMA/ Rp1.000.001-
0
Sederajat Rp2.000.000
43. P 26 2 SMA/ Rp1.000.001-
5.000
Sederajat Rp2.000.000
44. L 25 0 SMA/ Rp1.000.001-
5.000
Sederajat Rp2.000.000
45. L 34 2 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
15.000
Rp5.000.000
46. P 21 0 SMA/ <Rp1.000.000
20.000
Sederajat
47. P 43 1 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 10.000
48. P 39 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 0
49. P 20 0 Sarjana/S1 <Rp1.000.000 5.000
50. L 25 0 SMA/ <Rp1.000.000
5.000
Sederajat
51. P 26 0 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
10.000
Rp5.000.000
63

52. P 33 1 Diploma/D3 Rp4.000.001-


5.000
Rp5.000.000
53. L 23 0 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 20.000
54. P 19 0 SMA/ <Rp1.000.000
10.000
Sederajat
55. L 25 0 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 20.000
56. L 35 2 Master/S2 >Rp5.000.000 20.000
57. P 21 0 SMA/ Rp2.000.001-
5.000
Sederajat Rp3.000.000
58. L 49 3 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 5.000
59. P 22 0 SMA/ <Rp1.000.000
10.000
Sederajat
60. L 52 4 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 10.000
61. P 47 5 SMA/ Rp4.000.001-
0
Sederajat Rp5.000.000
62. P 33 2 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
5.000
Rp5.000.000
63. L 49 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 0
64. P 18 0 SMA/ <Rp1.000.000
10.000
Sederajat
65. L 58 2 Tidak Rp3.000.001-
0
sekolah Rp4.000.000
66. L 43 4 SD/Sederaja >Rp5.000.000
20.000
t
67. L 40 3 SMA/ Rp4.000.001-
0
Sederajat Rp5.000.000
68. L 37 0 SD/Sederaja Rp3.000.001-
5.000
t Rp4.000.000
69. P 28 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 5.000
70. P 39 3 SMA/ Rp4.000.001-
5.000
Sederajat Rp5.000.000
71. L 47 4 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 10.000
72. L 22 0 SMA/ Rp4.000.001-
5.000
Sederajat Rp5.000.000
73. L 38 2 SMA/ >Rp5.000.000
20.000
Sederajat
74. L 29 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 5.000
75. P 39 0 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 0
76. L 25 0 SMA/ Rp3.000.001-
5.000
Sederajat Rp4.000.000
77. P 30 2 Diploma/D3 >Rp5.000.000 10.000
78. P 52 4 SMA/ Rp2.000.001-
0
Sederajat Rp3.000.000
79. L 48 3 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 10.000
80. L 20 0 SMA/ Rp1.000.001-
5.000
Sederajat Rp2.000.000
81. P 34 4 SD/Sederaja Rp2.000.001-
0
t Rp3.000.000
64

82. P 33 3 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 15.000


83. P 23 0 SMA/ Rp2.000.001-
5.000
Sederajat Rp3.000.000
84. L 36 0 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 20.000
85. L 41 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 15.000
86. P 29 0 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 20.000
87. L 52 3 Diploma/D3 >Rp5.000.000 5.000
88. P 38 5 SMA/ Rp3.000.001-
10.000
Sederajat Rp4.000.000
89. L 40 1 SMA/ <Rp1.000.000
0
Sederajat
90. L 27 0 SMA/ Rp1.000.001-
10.000
Sederajat Rp2.000.000
91. P 26 0 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 15.000
92. P 34 1 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 5.000
93. L 42 4 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 10.000
94. P 25 2 SMP/ Rp2.000.001-
5.000
Sederajat Rp3.000.000
95. L 36 3 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 15.000
96. L 30 0 Sarjana/S1 Rp4.000.001-
10.000
Rp5.000.000
97. P 38 2 Sarjana/S1 >Rp5.000.000 15.000
65

Lampiran 6 Dokumentasi

Flora dan fauna

Sarana dan prasarana Jogging track


66

Konservasi mangrove Penangkaran burung

Tempat parkir Floating stage

Wawancara dengan responden


67

Wawancara dengan keyperson


68

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Manado pada 4 Juni 1999 sebagai anak ke 2 dari
pasangan bapak Niklas H Bukasiang (Alm) dan ibu Stella B Wangka. Pendidikan
sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di sekolah SMA Negeri 72 Jakarta , dan
lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2018, penulis diterima sebagai mahasiswa
program sarjana (S-1) di Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi
dan Manajemen di IPB. Selama mengikuti program S-1, penulis aktif menjadi
anggota Himpunan Profesi Resources Environmental Economics Student
Association (REESA) pada departemen Public Relation periode 2020/2021.

Anda mungkin juga menyukai