Anda di halaman 1dari 51

STUDI FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKOLOGI DALAM

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE


BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon,
Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

DEDE RAHMAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii

ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Faktor-Faktor


Sosial Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat
(Studi Kasus di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon,
Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Dede Rahmat
NIM C24090044
iv

ABSTRAK
DEDE RAHMAT. Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan
Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah).
Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan LATIPAH HENDARTI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tipologi mangrove dan kaitan
antara kondisi sosial masyarakat terhadap peran serta dalam pelestarian ekosistem
mangrove di wilayah Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon,
Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi
langsung di lapangan dan wawancara terhadap 30 orang per desa. Hasil
pengamatan kondisi ekologis ekosistem mangrove menunjukkan bahwa tipologi
mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari didominasi oleh Avicennia
marina dengan kondisi termasuk kriteria baik, dengan nilai kerapatan mangrove
berkisar 1067-1178 ind/ha dan 1622-2000 ind/ha sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004. Hasil analisis komponen
utama (PCA) menunjukkan bahwa faktor sosial yang berpengaruh terhadap upaya
perlindungan ekosistem mangrove di Desa Kartika Jaya adalah partisipasi
masyarakat dalam penanaman mangrove, pengetahuan tentang fungsi ekosistem
mangrove, jarak rumah menuju ekosistem, dan jenis pekerjaan. Faktor sosial yang
berpengaruh di Desa Wonosari adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman
mangrove, pengetahuan tentang fungsi dan jenis mangrove, pengalaman terkena
dampak abrasi dan jarak rumah.
Kata kunci: ekologi, masyarakat, sosial

ABSTRACT
DEDE RAHMAT. Socio-Ecological Factors Study In Community Based
Mangrove Conservation (Case study Kartika Jaya and Wonosari village, District
Patebon, Kendal, Java Center Province). Supervised by LUKY ADRIANTO and
LATIPAH HENDARTI
This study was conducted to determine the typology of mangrove and links
between social conditions and community participation in mangrove ecosystem in
the conservation area of Kartika Jaya and Wonosari village, District Patebon,
Kendal. This research has been conducted with direct observation in the field and
interviews with 30 persons in every village. The result from observation of
ecological mangrove condition show that typology of mangrove in both area are
dominated by Avicennia marina with good condition, mangrove density range is
about 1067-1178 ind/ha and 1622-2000 ind/ha in accordance with the Decree of
the State Minister for the Environment No. 201 Year 2004. Analysis of Principal
Component Analysis (PCA) results that the social factors affecting the
conservation in Kartika Jaya villages are community participation in mangrove
planting, knowledge about the function of mangrove ecosystems, the distance to
the ecosystem, and type of job. While the determined social factors in Desa
Wonosari are community participation in mangrove planting as well, knowledge
about functions and types of mangrove, the abrasion experience, and home
distance.
Keyword: ecology, social, society
STUDI FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKOLOGI DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon,
Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

DEDE RAHMAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
vi
Judul Skripsi : Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus
Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari Kecamatan
Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)
Nama : Dede Rahmat
NIM : C24090044

Disetujui oleh

Dr Ir Luky Adrianto, MSc Ir Latipah Hendarti, MSc


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah
konservasi, dengan judul “Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Institut Pertanian Bogor yang sudah
memberikan kesempatan studi dan bantuan beasiswa berupa beasiswa Penunjang
Potensi Akademik (PPA) kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada para donatur Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memberi bantuan
pendanaan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi. Tak lupa penulis
sampaikan kepada Yayasan DeTara yang sudah memberi bantuan baik moril
maupun materil selama dalam kegiatan penelitian ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak
Dr. Ir. Luky Adrianto M,Sc. dan Ibu Dr. Ir. Latipah Hendarti M,Sc. selaku
pembimbing skripsi, dan Bapak Dr. Ir. Ahmad Fahruddin, M.Si selaku dosen
penguji serta Bapak Sigid Haryadi M,Sc. selaku dosen pembimbing akademik.
Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada ibu dan
almarhum bapak (semoga amal baik beliau diterima disis-Nya) serta seluruh
keluarga atas doa dan kasih sayang sehingga penulis bisa menyelesaikan karya
ilmiah ini dengan baik. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada Bapak
Wasito dan keluarga serta warga Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, yang
telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih penulis ucapkan kepada
keluarga besar Asrama Sylvalestari dan Sylvapinus terutama ex-Markup atas
dukungan dan dorongan baik secara moril maupun materil agar penulis dapat
segera menyelesaikan karya ilmiah ini. Tak lupa juga terima kasih penulis
ucapkan kepada Ksatria Jakpus (Kebijakan Kampus), keluarga besar BEM KM
IPB periode 2013-2014, UKM Pramuka, anggota Himpunan Mahasiswa
Manajemen Sumberdaya Perairan se-Indonesia (Himasuperindo) dan keluarga
besar BEM TPB angkatan 46, atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan
sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

Dede Rahmat
ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Tempat 3
Pengumpulan Data 3
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Hasil 9
Pembahasan 24
SIMPULAN DAN SARAN 30
Simpulan 30
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 40

DAFTAR TABEL
1 Data primer parameter ekologis. 4
2 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang biota
perairan di ekosistem mangrove 7
3 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang
jenis-jenis mangrove 7
4 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang
fungsi ekosistem mangrove 7
5 Daftar kuantifikasi intensitas penanaman mangrove 8
6 Kisaran umur responden 13
7 Kisaran lama tinggal responden di lokasi penelitian 14
8 Jumlah anggota keluarga responden 14
9 Kisaran pendapatan responden 17
10 Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem mangrove. 19
11 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen
utama Desa Kartika Jaya 23
12 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen
utama Desa Wonosari 25
13 Kerapatan mangrove Desa Wonosari dan Desa Kartika Jaya 27
x

DAFTAR GAMBAR
1 Peta administrasi Kecamatan Patebon, Kebupaten Kendal, “Jawa Tengah
(Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal 2012) 3
2 Ilustrasi ukuran transek kuadrat, 10 x 10 m2 untuk pohon, 5 x 5 m2 untuk
anakan dan 1 x 1 m2 untuk semai 5
3 Peta Lokasi Penelitian (Skala 1:10.000) 6
4 Kondisi struktur ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya pada saat surut
maksimum di setiap stasiun pengamatan 10
5 Kondisi struktur ekosistem mangrove Desa Wonosari pada saat surut
maksimum di setiap stasiun pengamatan 11
6 Kerapatan mangrove pada tahap pohon 12
7 Kerapatan mangrove pada tahap anakan 12
8 Kerapatan mangrove pada tahap semai 12
9 Jarak antara rumah responden dengan ekosistem mangrove 15
10 Pengalaman responden terkena dampak rob 15
11 Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan 15
12 Jenis pekerjaan responden dari Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari 16
13 Tingkat pengetahuan responden tentang biota perairan di ekosistem
mangrove 18
14 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang jenis-jenis
mangrove berdasarkan kelompok umur 18
15 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang jenis-jenis mangrove
berdasarkan kelompok umur 18
16 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang fungsi mangrove
berdasarkan tingkat pendidikan 19
17 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang fungsi mangrove
berdasarkan tingkat pendidikan 19
18 Bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa
Wonosari. 20
19 Partisipasi masyarakat Kartika Jaya dalam kegiatan perlindungan
mangrove berdasarkan jenis pekerjaan 21
20 Partisipasi masyarakat Wonosari dalam kegiatan perlindungan mangrove
berdasarkan jenis pekerjaan 21
21 Bentuk kegiatan perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya
dan Desa Wonosari 21
22 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove 22
23 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2)
Desa Kartika Jaya 23
24 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2)
Desa Wonosari 26
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner Penelitian 33
2 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya
perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya 37
3 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya
perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya 38
4 PCA Karakteristik Masyrakat dan Perlindungan Mangrove 39
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki arti penting bagi


pembangunan ekonomi bangsa Indonesia yang secara umum dapat dilihat dari dua
aspek, yakni aspek sosial-ekonomi dan biofisik. Aspek sosial ekonomi memiliki arti
penting karena (a) sekitar 60 % penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir; (b)
sebagian besar kota (kota provinsi dan kabupaten) terletak di kawasan pesisir; (c)
kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06 % pada tahun 1998;
dan (d) industri kelautan (coastal industries) menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja
secara langsung (Rusdianah 2006). Ekonomi kelautan akan semakin strategis bagi
Indonesia, seiring dengan pergeseran pusat perdagangan dunia dari Atlantik ke Asia-
Pasifik dengan 70 % perdagangan berlangsung di Asia–Pasifik dan 45 % produk
diperdagangkan melalui laut Indonesia dengan potensi ekonomi mencapai US$ 1.500
triliun per tahun (Dahuri 2013). Aspek biofisik sangat berarti karena; (a) Indonesia
memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada (sekitar 81.000 km); (b)
sekitar 75 % dari wilayahnya merupakan wilayah perairan (sekitar 5,8 juta km2
termasuk ZEEI); (c) Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau sekitar 17.508 pulau; dan (d) memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi (Dahuri et al. 2001).
Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam penting di
wilayah pesisir. Luas mangrove Indonesia mencapai ± 8,6 juta hektar dan menyebar
di seluruh wilayah Indonesia. Mangrove bukan hanya memiliki potensi ekologis
tetapi juga memiliki potensi ekonomis yang tinggi (FAO 2007). Namun, disamping
potensi yang tinggi, ekosistem mangrove Indonesia bahkan mangrove dunia
dibayangi oleh berbagai ancaman kerusakan ekosistem yang semakin lama semakin
tinggi baik secara alami maupun dengan adanya campur tangan manusia (Datta et al.
2012).
Datta et al. (2012) juga menjelaskan kegiatan konservasi sebagai salah satu
kegiatan pengelolaan ekosistem, dapat dijadikan sebagai salah satu upaya tindak
lanjut untuk perbaikan, penjagaan hingga pemanfaatan yang berkelanjutan.
Perencanaan kegiatan konservasi di Indonesia banyak dilakukan, namun hal ini tidak
banyak membuahkan hasil yang baik. Kesalahan tersebut dikarenakan dalam
pelaksanaan kegiatan konservasi masyarakat sebagai subjek utama dalam
pemanfaatan ekosistem tidak banyak terlibat. Beberapa indikator keberhasilan
kegiatan konservasi adalah adanya identifikasi potensi ekosistem baik secara
ekologis maupun ekonomis, dan adanya keterlibatan masyarakat secara aktif (Agol
2014).
Pengelolaan mangrove berbasis masyarakat sudah banyak dikembangkan
oleh akademisi dan pemerintahan sebagai alternatif pengelolaan mangrove yang
berkelanjutan. Salah satu faktor penting dalam pengelolaan berbasis masyarakat
adalah peran aktif masyarakat dalam pelestarian ekosistem (Bradshaw 2001).
Mengingat pentingnya hal tersebut, sehingga partisipasi aktif masyarakat dalam
upaya perlindungan ekosistem mangrove menjadi pokok perhatian dalam penelitian
ini.
2

Perumusan Masalah

Kawasan pesisir di Kabupaten Kendal merupakan ekosistem yang memiliki


arti penting bagi Kabupaten Kendal, karena memiliki 23 desa pesisir yang
membentang sepanjang 42 km di wilayah Kabupaten Kendal. Kawasan pesisir ini
merupakan daerah mangrove yang berfungsi sebagai penahan erosi laut atau abrasi
dan berkembangnya habitat flora dan fauna pesisir. Secara ekologis kawasan pesisir
juga merupakan tempat mata pencaharian sebagian besar masyarakat pesisir.
Ekosistem mangrove sebagai salah satu eksosistem penting dalam kawasan
pesisir Kabupaten Kendal dalam kurun waktu 10 tahun, mengalami kerusakan seluas
1151 ha (KLH 2008), hal tersebut berdampak pada berkurangnya luas daratan.
Kawasan mangrove Kecamatan Patebon yang memiliki tiga kawasan yang
berhubungan dengan laut, dua diantaranya adalah Desa Kartika Jaya dan Desa
Wonosari. Dua kawasan tersebut memiliki potensi tinggi berupa potensi ekologis
dan ekonomis ekosistem mangrove.
Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove
merupakan hal yang penting untuk diamati dan dipelajari, karena merupakan salah
satu indikator keberhasilan upaya konservasi. Upaya yang terlebih dahulu dilakukan
adalah pengkajian terhadap tipologi ekosistem mangrove sebagai objek pengelolaan.
Perencanaan dan pengembangan kawasan berdasarkan hasil kajian ekologis dan
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
kawasan diharapkan mampu menjadi salah satu masukan solusi untuk mengurangi
dampak kerusakan kawasan mangrove, dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya masyarakat Kendal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:


1. Mengidentifikasi tipologi mangrove di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari,
Kendal.
2. Mengkaji kaitan antara kondisi sosial masyarakat terhadap peran serta
masyarakat dalam pelestarian ekosistem mangrove sebagai salah satu masukan
untuk pengelolaan ekosistem mangrove.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi


berbagai pihak yang akan melakukan kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove
berbasis masyarakat secara khusus di daerah Kecamatan Patebon dan secara umum
di seluruh kawasan pesisir Indonesia.
3

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada tiga tahap, yakni 22–25 Januari, 21–24 April
dan 12–15 Juni 2014, di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
(Gambar 1). Analisis data dilaksanakan pada bulan Februari–Juni 2014 di
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian bogor.

Gambar 1 Peta administrasi Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah


(Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal 2012)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data terhadap ekosistem mangrove dan sosial masyarakat


menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer mangrove dikumpulkan
dengan pengamatan langsung pada ekosistem mangrove dan data sekunder dengan
pencarian data dari instansi terkait. Data sosial masyarakat menggunakan
pengamatan dan depth interviews untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan lokal eksosistem mangrove dengan
menggunakan kuisioner sebagai panduan (Lampiran 1). Pengambilan data sekunder
berupa faktor sosial lainnya seperti lokasi desa, tingkat pendidikan masyarakat,
tingkat pendapatan masyarakat, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan jenis mata
pencaharian diambil dari instansi pemerintah.
4

Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung
lapangan atau obervasi (Churchill dan Gilbert 2005). Metode observasi yang
dilakukan adalah inventarisasi terhadap kondisi ekosistem mangrove di lokasi
penelitian dan sosial masyarakat. Data primer yang diamati disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Data primer parameter ekologis.


No Parameter Ekologis Satuan Metode
1 Jenis Mangrove - Observasi
2 Kerapatan Mangrove Ind/100m2 Transek Kuadrat
Parameter Sosial Masyarakat
3 Umur Tahun Wawancara
4 Lama Tinggal Tahun Wawancara
5 Jumlah Anggota Keluarga Jiwa Wawancara
6 Jarak Rumah Responden Km Wawancara
7 Tingkat Pendidikan - Wawancara
8 Jenis Pekerjaan - Wawancara
9 Pendapatan Rupiah Wawancara
10 Tingkat Pengetahuan - Wawancara
11 Pemanfaatan Ekosistem Mangrove - Wawancara / Diskusi
12 Perlindungan Ekosistem Mangrove - Wawancara / Diskusi

Pengambilan sampel vegetasi mangrove


Pengambilan vegetasi mangrove dibagi atas klasifikasi pohon (diameter >4
cm), anakan (diameter <4 cm, tinggi >1 m) dan semai (tinggi <1 m) (Begen 2000).
Transek pengamatan kelompok pohon menggunakan plot yang berbentuk bujur
sangkar berukuran plot 10 x 10 m2. Kelompok anakan atau belta diambil pada petak
berukuran 5 x 5 m2 yang ditempatkan pada petak pengamatan kelompok pohon.
Semai diambil pada petak 1 x 1 m2 yang ditempatkan pada petak kelompok belta
(Gambar 2). Berdasarkan Onrizal (2008) pengukuran diameter of the trunk at breast
height (DBH) 1,3 m dari atas akar. Setiap Stasiun pengamatan diamati dengan
menetapkan transek-transek menggunakan transek kuadrat yang dilakukan dengan
cara menarik garis dari arah laut tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan
mangrove (Gambar 3) (KLH 2004).

Pengambilan sampel faktor sosial masyarakat


Data sosial masyarakat mengenai tingkat pengetahuan dan keterlibatan
masyarakat dalam pemanfaatan lokal ekosistem mangrove diperoleh menggunakan
metode wawancara langsung dengan berpedoman pada kuisioner dan menggunakan
metode diskusi atau Participatory Rural Appraisal (PRA) (Chambers 1994). Metode
ini bertujuan untuk melihat nilai manfaat langsung dan nilai keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Metode pengambilan sampel menggunakan
metode snowball. Jumlah responden adalah 30 orang dewasa dari setiap desa dengan
asumsi seluruh populasi bersifat homogen.
5

Gambar 2 Ilustrasi ukuran transek kuadrat, 10 x 10 m2 untuk pohon, 5 x 5 m2 untuk


anakan dan 1 x 1 m2 untuk semai

Data sekunder
Data sekunder untuk data sosial menyangkut struktur dan jumlah penduduk,
mata pencaharian, dan kelembagaan yang diperoleh dari instansi terkait. Berikut
beberapa instansi terkait yang menjadi sumber data sekunder diantaranya :
1. Kantor Kepala Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari
2. Kantor Camat Kecamatan Patebon
3. Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Kecmatan Patebon
4. Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal
5. Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal

Analisis Data

Analisis ekologis (struktur komunitas mangrove)


Pendekatan ekologis dalam kajian pengelolaan ekosistem mangrove di Desa
Kartika Jaya menggunakan parameter ekologis penting mengikuti Curtis dan
McIntosh (1950) in Cintra (2013) yaitu kerapatan jenis (Di). Kerapatan jenis adalah
jumlah individu jenis dalam satu unit area yang diukur.

Keterangan : Di = Kerapatan Jenis (ind/m2)


ni = Jumlah total individu dari jenis- i (individu)
A = Luas area total pengambilan contoh (m2)

Kuantifikasi pernyataan kualitatif


Analisis data yang dilakukan adalah uji deskriptif. Pertanyaan dalam
kuisioner menggunakan pertanyaan tertutup dan beberapa pertanyaan terbuka.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang variasi jawabannya sudah ditentukan dan
disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk
memilih jawaban kecuali yang sudah diberikan (Faisal 2008). Penilaian pada
pertanyaan tertutup dapat secara langsung ditentukan, sedangkan pertanyaan terbuka
adalah variasi jawabannya belum ditentukan, sehingga responden mempunyai
kebebasan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Variasi dari jawaban terlebih
dahulu dikelompokkan kedalam beberapa kriteria, dan setelah itu dapat dilakukan
dengan melakukan persentase jawaban dengan kuantifikasi (Ward 2007).
Statsiun 3
Pohon : 7,67 Ind/100 m2
Anakan : 10,67 Ind/100 m2
Semai : 1,67 Ind/100 m2
Statsiun 2
Pohon : 13,33 Ind/100 m2
Anakan : 7,00 Ind/100 m2
Semai : 0,00 Ind/100 m2
Statsiun 1
Pohon : 14,33 Ind/100 m2
Anakan : 14,33 Ind/100 m2
Semai : 0,00 Ind/100 m2
Statsiun 3
Pohon : 13,33 Ind/100 m2
Anakan : 18,67 Ind/100 m2
Semai : 1,67 Ind/100 m2
Statsiun 2
Pohon : 8,67 Ind/100 m2
Anakan : 18,00 Ind/100 m2
Semai : 1,67 Ind/100 m2
Statsiun 1
Pohon : 26,67 Ind/100 m2
Anakan : 23,33 Ind/100 m2
Semai : 14,00 Ind/100 m2
6
Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian (Skala 1:10.000)
7

Karakteristik masyarakat
Pendekatan data sosial masyarakat didasarkan pada kondisi secara umum
kehidupan responden sehari-hari. Karakteristik masyarakat dicirikan dengan
beberapa parameter di antaranya adalah umur, jumlah anggota keluarga, lama
tinggal, jarak antara rumah dan ekosistem mangrove, tingkat pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, tingkat pengetahuan masyarakat, pengalaman terkena rob, dan upaya
perlindungan ekosistem mangrove. Metode kuantifikasi parameter menggunakan
skala Likert. Menurut Jooste dan Fourie (2009) data kualitatif yang bersifat interval
dapat dilakukan skoring untuk membedakan antar tingkatan.

Pengetahuan tentang ekosistem mangrove


Data pengetahuan masyarakat tentang ekosistem mangrove digambarkan
dengan pengetahuan tentang jenis biota perairan yang dapat ditemukan di ekosistem
mangrove, jenis-jenis mangrove, dan fungsi secara umum dari ekosistem mangrove.
Beberapa kriteria untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat disampaikan
dalam Tabel 3–5 sebagai berikut.

Tabel 2 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang biota perairan


di ekosistem mangrove
Tingkat
Skor Keterangan
Pengetahuan
Tidak mengetahui satu pun biota yang hidup di
Rendah 1
ekosistem mangrove
Mengetahui 1-3 jenis biota yang hidup di ekosistem
Sedang 2
mangrove
Mengetahui ≥ 4 jenis biota yang hidup di ekosistem
Tinggi 3
mangrove

Tabel 3 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis


mangrove
Tingkat
Skor Keterangan
Pengetahuan
Rendah 1 Tidak mengetahui satu pun jenis mangrove yang hidup di
sekitar masyarakat
Sedang 2 Mengetahui 1-2 jenis mangrove yang hidup di sekitar
masyarakat
Tinggi 3 Mengetahui ≥ 3 jenis mangrove yang hidup di sekitar
masyarakat

Tabel 4 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang fungsi


ekosistem mangrove
Tingkat
Skor Keterangan
Pengetahuan
Rendah 1 Mengetahui 1-3 fungsi ekosistem mangrove
Sedang 2 Mengetahui 4-6 fungsi ekosistem mangrove
Tinggi 3 Mengetahui ≥ 7 fungsi ekosistem mangrove
8

Pemanfaatan ekosistem mangrove


Pemanfaatan sebagai salah satu bagian penting dari pengelolaan ekosistem
mangrove. Data pemanfaatan ekosistem oleh masyarakat digambarkan dengan
beberapa parameter di antaranya adalah kegiatan penangkapan ikan, kegiatan
berburu burung di ekosistem mangrove, pembuatan tambak, pemanfaatan ekosistem
mangrove sabagai bahan pakan ternak, makanan, dan obat-obatan alami, serta
penanggulangan dampak rob. Pengamatan terhadap jenis pemanfaatan dilakukan
berdasarkan pemanfaatan masyarakat dalam kurun waktu satu tahun.

Partisipasi aktif perlindungan ekosistem mangrove


Partisipasi aktif dalam kegiatan perlindungan ekosistem mangrove
menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap perlindungan ekosistem
mangrove secara positif. Hal itu dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam
kegiatan pembibitan, penanaman, pembuatan dan pemasangan spanduk atau slogan
menjaga ekosistem mangrove, dan ikut terlibat dalam pembuatan peraturan tentang
pemanfaatan mangrove, serta kegiatan lainnya yang bertujuan untuk perlindungan
ekosistem mangrove. Partisipasi aktif masyarakat digambarkan secara deskriptif dan
dikuantifikasi dari intensitas penanaman yang dilakukan masyarakat. Tabel 6
menunjukkan skoring dalam intensitas penanaman.

Tabel 5 Daftar kuantifikasi intensitas penanaman mangrove


Intensitas Penanaman
Skor Keterangan
Mangrove (Tahun)
Masyarakat tidak pernah sama sekali terlibat
Rendah 1
dalam kegiatan penanaman mangrove
Masyarakat terlibat dalam kegiatan penanaman
Sedang 2
mangrove 1-2 kali/tahun
Masyarakat terlibat dalam kegiatan penanaman
Tinggi 3
mangrove 3-4 kali/tahun

Uji korelasi antar faktor


Uji korelasi adalah analisis untuk menelaah hubungan keeratan dua peubah
pengukuran. Jika ada dua peubah pengukuran X dan Y, keeratan hubungan linear
antara kedua peubah tersebut dinyatakan oleh nilai korelasi. Jika X merupakan
peubah bebas (independent variable) dan Y merupakan peubah tak bebas (dependent
variable), regresi X dan Y memberi gambaran bagaimana nilai peubah X
mempengaruhi peubah Y (Saefuddin et al. 2009).

Analisis komponen utama


Analisis komponen utama merupakan metoda statistika deskriptif yang dapat
digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk grafik dan informasi maksimum
yang terdapat dalam suatu matriks data. Analisis komponen utama adalah salah satu
teknik analisis ordinasi untuk mencerminkan faktor-faktor sosial yang paling
berpengaruh (Soedibjo 2008). Faktor-faktor yang berpengaruh dapat dilihat melalui
titik-titik yang berdekatan meskipun dalam interpretasinya agak subjektif. Variabel
karakteristik masyarakat dianalisis menggunakan minitab 15.
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Stuktur Vegetasi Mangrove


Kondisi lokasi penelitian di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari masing-
masing ditunjukkan oleh Gambar 4 dan 5. Gambar 4 mengindikasikan bahwa telah
terjadi kerusakan magrove akibat adanya abrasi yang terjadi dan tingginya
perkembangan pembuatan tambak di Desa Kartika Jaya. Sekitar ± 100 m2 dari garis
pantai, terjadi kerusakan dan kekosongan mangrove pada saat surut maksimum.
Pembuatan tambak pun tinggi mencapai 20-100 m2, baik tambak milik masyarakat
maupun milik perusaahan swasta. Gambar 4 menunjukkan juga adanya jenis
mangrove yang berbeda yakni adanya mangrove jenis Rhizhophora sp. yang berada
di dekat tepian sungai. Berdasarkan hasil wawancara, responden menyatakan bahwa
mangrove tersebut adalah hasil introduksi masyarakat sekitar. Mangrove tersebut
mudah untuk tumbuh karena berada di daerah yang memiliki salinitas rendah
(Hutchings dan Saenger 1987).
Gambar 5 mengindikasikan bahwa struktur mangrove yang cukup padat
dengan didominasi oleh mangrove jenis Avicennia marina di setiap statsiun Desa
Wonosari. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa terjadi kekosongan daratan mencapai
250 m2 dari garis pantai pada saat surut maksimum. Ancaman yang sama terjadi di
Desa Wonosari, yakni berupa perkembangan pembuatan tambak baik oleh
masyarakat maupun perusahaan swasta (Dwi dan Winarno 2006a). Hal lain
ditegaskan oleh Hamilton et al. (1989) bahwa pembuatan tambak merupakan
ancaman utama dalam kelestarian ekosistem mangrove. Oleh karena itu, perlu
adanya manajemen yang terintegrasi antara pengelola ekosistem mangrove dan
perikanan, sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan budidaya tambak secara
berkelanjutan (Kairo et al. 2001).

Tipologi Mangrove di Kecamatan Patebon


Vegetasi mangrove di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari didominasi oleh
jenis Avicennia sp. Kerapatan mangrove terbagi atas kerapatan pohon, anakan, dan
semai. Kerapatan pada tiap jenis pertahapan disajikan pada Gambar 6-8. Kerapatan
mangrove tahap pohon jenis A. marina Desa Wonosari tertinggi yakni pada Stasiun 1
sebesar 26,67 ind/100 m2 dan di Desa Kartika Jaya kerapatan mangrove tahap pohon
tertinggi pada Stasiun 1 yaitu 14,33 ind/100 m2. Kerapatan mangrove tahap anakan
tertinggi Desa Wonosari pada Stasiun 1 yaitu 23,33 ind/100 m2, dan kerapatan
mangrove tahap anakan Desa Kartika Jaya pada Stasiun 1 13,33 ind/100 m2.
Kerapatan mangrove tahap semai tertinggi Desa Wonosari pada stasiun 1 yaitu 14
ind/100 m2, sedangkan Desa Kartika Jaya pada Stasiun 3 yaitu 1,67 ind/100 m2, dan
tidak ditemukan sama sekali mangrove pada tahap semai pada Stasiun 1 dan 2.
Secara umum, tingkat kerapatan mangrove di wilayah Desa Wonosari lebih tinggi
dibandingkan Desa Kartika Jaya seperti terlihat pada setiap stasiun pengamatan.
10

Gambar 4 Kondisi struktur ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya pada saat surut
maksimum di setiap stasiun pengamatan
11

Gambar 5 Kondisi struktur ekosistem mangrove Desa Wonosari pada saat surut
maksimum di setiap stasiun pengamatan
12

30

Kerapatan ind/100m 2 25

20

15 St. 1
St.2
10 St.3

0
Kartika Jaya Wonosari
Statsiun Pengamatan

Gambar 6 Kerapatan mangrove pada tahap pohon

30

25
Kerapatan ind/100m2

20

15 St.1
St.2
10
St.3
5

0
Kartika Jaya Wonosari

Statsiun Pengamatan
Gambar 7 Kerapatan mangrove pada tahap anakan

30
Kerapatan ind/100m2

25

20

15 St.1

10 St.2
St.3
5

0
Kartika Jaya Wonosari

Statsiun Pengamatan
Gambar 8 Kerapatan mangrove pada tahap semai
13

Karakteristik Sosial Masyarakat


Kecamatan Patebon adalah salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten
Kendal yang sebagian wilayahnya merupakan kawasan pesisir pantai utara. Secara
geografis Kecamatan Patebon terletak pada posisi 109ºLU-45ºLS dengan luas
wilayah mencapai 44,30 km (Renstra Wilayah Pesisir Kabupaten Kendal 2012-
2032). Kecamatan Patebon memiliki 18 desa dengan dua diantaranya merupakan
kawasan pesisir atau kawasan yang berbatasan langsung dengan laut dan dipengaruhi
oleh kondisi laut, yakni Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari. Berdasarkan hasil
wawancara, Desa Kartika Jaya merupakan pemekaran dari Desa Wonosari sehingga
secara tidak langsung karakteristik masyarakat di kedua desa hampir sama.

Umur
Umur seseorang merupakan salah satu karakteristik internal individu yang
ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu (Maskendari 2006).
Umur adalah usia responden yang dihitung dari tanggal lahir hingga saat penelitian
dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden menunjukkan bahwa struktur umur di lokasi penelitian berkisar antara 18–
74 tahun. Struktur umur responden lebih jelas disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukan bahwa di Desa Kartika Jaya proporsi umur responden
paling banyak berada pada kisaran 31–55 tahun sekitar 73 % responden, dan proporsi
umur responden Desa Wonosari paling tinggi adalah 18-36 yakni sekitar 50 %
responden. Mengacu pada Tabel 6 dan dikaitkan dengan tingkat produktivitas
penduduk berdasarkan kategori umur seperti dikemukakan oleh Sarwono (1983),
umur responden pada kedua lokasi penelitian termasuk umur pertengahan atau masa
produktif.

Tabel 6 Kisaran umur responden


Desa Kartika Jaya Desa Wonosari
Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
18-36 6 20 15 50
37-55 22 73 10 33
> 56 2 7 5 17

Lama tinggal
Lama tinggal adalah lama masyarakat berada di lokasi penelitian dihitung
sejak tahun pertama responden menginjakkan kaki di lokasi penelitian dan
dinyatakan dalam tahun. Lama tinggal masyarakat di tempat penelitian mampu
menggambarkan tingkat pemahaman masyarakat tentang karakteristik lokasi
penelitian. Berikut lama tinggal masyarakat di dua desa disajikan dalam Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa masyarakat yang tinggal di Desa
Kartika Jaya dan Desa Wonosari termasuk cukup lama berkisar antara 31-40 tahun
dengan persentase sebesar 63 % dan 40 %. Tidak ditemukannya masyarakat dengan
lama tinggal lebih dari 41 tahun pada Desa Kartika Jaya. Hal ini dikarenakan Desa
Kartika Jaya merupakan daerah pemekaran dari Desa Wonosari yang baru disahkan
sekitar tahun 1980 (Desa Kartika Jaya 2011).
14

Tabel 7 Kisaran lama tinggal responden di lokasi penelitian


Lama Tinggal Desa Kartika Jaya Desa Wonosari
(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
0 – 10 2 7 3 10
11 – 20 5 17 4 13
21 – 30 4 13 4 13
31 – 40 19 63 12 40
41 – 50 0 0 5 17
51 – 60 0 0 2 7

Jumlah anggota keluarga


Jumlah anggota keluarga menjadi salah satu parameter karakteristik
masyarakat di lokasi penelitian. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang
menjadi tanggungan responden pada saat dilaksanakan penelitian dan dinyatakan
dalam jiwa. Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Tabel 8 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jumlah
anggota keluarga.
Berdasarkan Tabel 8 jumlah anggota keluarga atau jumlah tanggungan
responden paling banyak di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari pada 3–4 jiwa
dengan masing-masing berkisar 60 % dari total responden. Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden, jumlah tanggungan yang dimaksudkan bukan hanya
berupa anak dan istri tetapi juga orang tua.

Tabel 8 Jumlah anggota keluarga responden


Desa Kartika Jaya Desa Wonosari
Jumlah Anggota
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Keluarga (Jiwa)
(Jiwa) (%) (Jiwa) (%)
0–2 8 27 2 7
3–4 18 60 18 60
5–6 4 13 10 33

Jarak antara rumah dan ekosistem mangrove


Jarak rumah dengan ekosistem adalah jarak yang harus ditempuh responden
dari rumah tempat tinggal menuju ekosistem mangrove di sekitar garis pantai dan
dinyatakan dalam kilometer (km). Jarak antara rumah responden dan ekosistem
mangrove juga menggambarkan sebaran lokasi atau tempat tinggal responden dalam
penelitian. Berikut ini grafik jarak rumah responden terhadap ekosistem mangrove,
ditunjukan dalam Gambar 9.
Penyebaran tempat tinggal responden Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari
lebih banyak pada jarak 1–2 km dengan masing-masing persentase responden
56,67 % dan 80 %. Responden dengan jarak rumah lebih dari 2 km terhadap
ekosistem mangrove tidak ditemukan baik Desa Kartika Jaya maupun Desa
Wonosari. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jarak rumah responden
semakin lama semakin terasa lebih dekat dengan ekosistem mangrove, dikarenakan
seringkali terjadinya banjir rob. Intensitas terjadinya banjir rob di kedua desa
ditunjukkan oleh Gambar 10.
15

100

Persentase Responden
90
80
70
60
50 2-3 km
40
1-2 km
30
20 < 1km
10
0
Desa Kartika Jaya Desa Wonosari
Desa Pengamatan

Gambar 9 Jarak antara rumah responden dengan ekosistem mangrove

100
Persentase Responden

90
80
70
60 Tidak pernah
50 1- 2 kali
40
30 >= 3kali
20
10
0
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan
Gambar 10 Pengalaman responden terkena dampak rob

Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang diteliti adalah jenjang pendidikan formal yang
pernah ditempuh atau dicapai responden. Tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi sikap dan perspektif masyarakat terhadap suatu kegiatan
atau kondisi (Soeryani 1987). Gambar 11 menunjukkan identitas responden
berdasarkan tingkat pendidikan formal responden.

100
90
Persentase Responden

80
70
60 SD
50
SMP
40
30 SMA
20 Tidak Sekolah
10
0
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan

Gambar 11 Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan


16

Gambar 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di Desa


Kartika Jaya lebih tinggi dibandingkan Desa Wonosari. Pendidikan responden Desa
Kartika Jaya paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni sekitar
50 % responden, sedangkan di Desa Wonosari didominasi oleh responden dengan
tingkat pendidikan Sekolah Dasar yakni 43 %. Jumlah responden dengan latar
belakang tidak bersekolah masih ditemukan di kedua lokasi pengamatan mencapai
10 % jumlah responden.

Jenis pekerjaan
Kawasan Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang berbatasan langsung
dengan pesisir memiliki karakteristik masyarakat dengan jenis pekerjaan yang
berhubungan dengan pesisir dan laut. Jenis pekerjaan yang menjadi bahan penelitian
adalah bentuk kegiatan pokok responden untuk memenuhi kebutuhan pokok
keluarga. Jenis pekerjaan di kedua desa disajikan dalam Gambar 12.
Gambar 12 menunjukkan bahwa tiga jenis pekerjaan yang banyak ditemukan
di Desa Wonosari adalah petani tambak (37 %), petani kebun (33 %) dan buruh
tambak (13 %). Tiga pekerjaan yang banyak ditemukan di Desa Kartika Jaya adalah
petani kebun (27 %), pengelola mangrove (17 %), dan petani tambak (13 %). Jenis
pekerjaan yang berorientasi pada proses perlindungan mangrove berupa pembibitan
dan pengelola mangrove hanya ditemukan di Desa Kartika Jaya.

50

45
Peternak Ayam
40
Pembibitan
Persentase Responden

35 Petani kebun
30 PNS
25 Pedagang

20 Pengelola Mangrove
Petani Tambak
15
Nelayan
10
Wirausaha
5 Peternak Kambing
0 Buruh Tambak
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan

Gambar 12 Jenis pekerjaan responden dari Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari

Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan masyarakat sebenarnya tergantung kepada jenis
pekerjaan, dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Pendapatan yang menjadi objek penelitian adalah sumber
penghasilan rata-rata responden yang diperoleh dari berbagai sumber baik pekerjaan
pokok atau tetap maupun usaha sampingan dalam satu bulan yang dinyatakan dalam
rupiah (Rupiah/bulan) (Tabel 9).
17

Tabel 9 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Desa Kartika Jaya dan


Desa Wonosari paling banyak berkisar antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00
masing-masing sebesar 67 % dan 60 %. Penghasilan masyarakat tersebut masih
terbilang cukup dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi dari
potensi sumber daya alam yang masih sangat tinggi.

Tabel 9 Kisaran pendapatan responden


Desa Kartika Jaya Desa Wonosari
Pendapatan
Jumlah Presentase Jumlah Presentase
(Rupiah/bulan)
(Jiwa) (%) (Jiwa) (%)
≤ 500.000 0 0 2 0,07
500.000 – 1.500.000 20 0,67 18 0,60
≥ 1.500.000 10 0,33 10 0,33

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang ekosistem mangrove


Tingkat pengetahuan masyarakat tentang ekosistem mangrove terbagi dalam
tiga parameter yakni pengetahuan masyarakat tentang biota perairan yang hidup di
ekosistem mangrove, jenis-jenis mangrove, dan pengetahuan tentang fungsi
ekosistem mangrove. Pengetahuan masyarakat tentang organisme ekosistem
mangrove adalah tingkat pengetahuan responden tentang jenis atau spesies flora dan
fauna yang pernah ditemui responden ketika responden datang ke ekosistem
mangrove. Pengetahuan tentang fungsi ekosistem mangrove adalah tingkat
pengetahuan responden tentang fungsi dan manfaat ekosistem mangrove baik secara
ekologis maupun sosial ekonomi. Gambar 13–17 menggambarkan tingkat
pengetahuan mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang sudah di
kuantifikasi berdasarkan skala Linkert rendah, sedang, dan tinggi.
Gambar 13-17 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa
Kartika Jaya dan Desa Wonosari tergolong tinggi. Pengetahuan tentang biota
perairan di kedua desa tergolong tinggi yakni 93 % dan 43 % (Gambar 13).
Pengetahuan tentang jenis mangrove responden Desa Kartika Jaya berdasarkan
kelompok umur tergolong tinggi yakni 67 % dengan kelompok umur 37-55 tahun,
sedangkan Desa Wonosari tergolong tinggi yakni 37 % dengan kelompok umur 18-
36 tahun (Gambar 14 dan 15). Pengetahuan masyarakat kedua desa terhadap fungsi
ekosistem mangrove berdasrkan tingkat pendidikan juga tergolong tinggi yakni 37 %
dan 34 % dari total responden, namun berbeda pada tingkat tingkat pendidikannya,
pengetahuan yang tinggi pada desa Kartika Jaya ditunjukkan oleh tingkat pendidikan
SMA sedangkan Desa Wonosari adalah SD (Gambar 16-17). Hal ini
mengindikasikan tingkat pengetahuan masyarakat tidak bergantung kepada tingkat
pendidikan formal tapi pendidikan informal diluar bangku sekolahan.

Pemanfaatan Ekosistem Mangrove


Masyarakat Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang berbatasan langsung
dengan pesisir atau ekosistem mangrove, baik secara langsung maupun tidak
langsung, memanfaatkan ekosistem mangrove untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Semua responden dalam penelitian ini memanfaatkan mangrove untuk kehidupan
sehari-hari dengan minimal satu bentuk pemanfaatan (Tabel 10). Bentuk
pemanfaatan yang diteliti adalah pemanfaatan mangrove dalam satu bulan pada saat
atau sebelum penelitian ini dilakukan dan dinyatakan dalam kali/bulan.
18

100
90

Persentase Responden
80
70
60
Rendah
50
40 Sedang
30 Tinggi
20
10
0
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan

Gambar 13 Tingkat pengetahuan responden tentang biota perairan di ekosistem


mangrove

100

80

60 Rendah
Sedang
40
Tinggi
20 Tinggi
Sedang
0
Rendah
18-36
37-55
> 56

Gambar 14 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang jenis-jenis


mangrove berdasarkan kelompok umur

100

80

60 Rendah
Sedang
40
Tinggi
20 Tinggi
Sedang
0
Rendah
18-36
37-55
> 56

Gambar 15 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang jenis-jenis mangrove


berdasarkan kelompok umur
19

50

40
Rendah
30
Sedang
20 Tinggi

10 Tinggi
Sedang
0
Rendah
≤ SD
SMP
SMA

Gambar 16 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang fungsi mangrove


berdasarkan tingkat pendidikan

50

40

30 Rendah
Sedang
20
Tinggi
10 Tinggi
Sedang
0
Rendah
≤ SD
SMP
SMA

Gambar 17 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang fungsi mangrove


berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 10 Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem mangrove.


Kartika Jaya Wonosari
Banyaknya
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Pemanfaatan
(jiwa) (%) (jiwa) (%)
> 4 pemanfaatan 1 3 0 0
3-4 pemanfaatan 7 23 4 13
1-2 Pemanfaatan 22 73 26 87
Tidak memanfaatkan 0 0 0 0

Tabel 11 menunjukkan bahwa setiap orang di kedua desa melakukan


pemanfaatan terhadap ekosistem mangrove, minimal satu bentuk pemanfaatan.
Bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove ditunjukkan oleh Gambar 16. Gambar 16
menerangkan bahwa bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove banyak dilakukan
secara merata oleh masyarakat Desa Kartika Jaya. Pemanfaatan ekosistem mangrove
pada Desa Wonosari lebih besar sebagai area pembuatan tambak, dengan jumlah
20

responden mencapai 60 % dari jumlah responden. Pemanfaatan mangrove di Desa


Kartika Jaya yang lebih besar adalah untuk penangkapan ikan dengan responden
sebanyak 43 %. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan Bandeng (Channos
channos), Belanak (Mugil sp), Kakap (Lutjanus sp), dan Tongkol (Euthynnus sp).

100
90 Penangkapan Ikan
80
Persesntase Responden

Berburu burung
70
Tambak
60
Pertanian
50
Peternakan
40
Kayu Bakar
30
20 Bahan bangunan
10 Bahan Makanan
0 Bahan Obat- obat
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan

Gambar 18 Bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa
Wonosari.

Perlindungan Ekosistem Mangrove


Bentuk pengelolaan ekosistem oleh masyarakat bukan hanya pada tahap
pemanfaatan, tetapi masyarakat juga melakukan berbagai upaya perlindungan
terhadap ekosistem. Berbagai bentuk perlindungan ekosistem diantaranya adalah
penanaman pohon mangrove, pembibitan mangrove, pemasangan spanduk atau
slogan menjaga mangrove, pembuatan peraturan dan kegiatan lainnya. Partisipasi
masyarakat dalam upaya perlindungan ekosistem mangrove berdasarkan jenis
pekerjaan disajikan dalam Gambar 19 dan 20, sedangkan bentuk-bentuk upaya
perlindungan yang dilakukan oleh kedua desa ditunjukkan oleh Gambar 21.
Gambar 19 menunjukkan bahwa masyarakat Kartika Jaya lebih banyak
melakukan kegiatan perlindungan dibandingkan masyarakat Wonosari. Partisipasi
masyarakat di Desa Kartika Jaya banyak dilakukan oleh para pengelola mangrove
(10%). Partisipasi masyarakat Desa Wonosari (Gambar 20) yang menunjukkan nilai
tinggi adalah masyarakat dengan jenis pekerjaan sebagai nelayan dan buruh tambak.
Secara umum partisipasi masyarakat Desa Kartika Jaya lebih tinggi tingkat
partisipasinya dibandingkan Desa Wonosari.
Gambar 21 menunjukkan bahwa bentuk kegiatan perlindungan terdiri dari
kegiatan penanaman, pembibitan, pemasangan spanduk dan berpartisipasi dalam
pembuatan peraturan daerah atau desa. Kegiatan yang paling banyak dilakukan di
kedua desa adalah kegiatan penanaman masing-masing berkisar 73 % dan 50 % dari
responden yang berpartisipasi. Berdasarkan hasil wawancara kegiatan penanaman
lebih banyak dilakukan karena sering kali adanya kegiatan yang diinisiasi oleh
lembaga dari luar desa, di antaranya Pemda dan LSM. Keterlibatan masyarakat
dalam penanaman mangrove secara khusus disajikan dalam Gambar 19 berikut ini.
21

PA
50
Pb
40
PK
30 PNS
20 Pd

10 Wr BT PM
Ny
PT
PM PT
0 Pd
PNS
PK Ny
Pb
PA Wr
BT

Gambar 19 Partisipasi masyarakat Kartika Jaya dalam kegiatan perlindungan


mangrove berdasarkan jenis pekerjaan

50
PA
40 Pb
30 PK
PNS
20
Pd
BT
10 PKm
Ny Wr PM
PT
PM
0 Pd PT
PNS
PK Ny
Pb
PA
Wr
PKm
BT
Gambar 20 Partisipasi masyarakat Wonosari dalam kegiatan perlindungan
mangrove berdasarkan jenis pekerjaan

100
90
Persentase Responden

80
70
60 Penanaman
50 Pembibitan
40
30 Pemasangan Spanduk
20 Pembuatan Peraturan
10
0
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan
Gambar 21 Bentuk kegiatan perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya
dan Desa Wonosari
22

Gambar 22 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan


penanaman mangrove Desa Kartika Jaya tergolong tinggi seperti apa yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Sekitar 60 % dari responden melakukan partisipasi aktif
dengan intensitas penanaman mencapai 3–4 kali pertahun, sedangkan partisipasi
masyarakat Desa Wonosari tergolong rendah dengan 43 % responden melakukan
penanaman dalam intensitas kurang dari 1 kali pertahun. Partisipasi aktif masyarakat
dalam upaya perlindungan mangrove merupakan salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan.
100
90
Persentase Responden

80
70
60
Rendah
50
40 Sedang
30 Tinggi
20
10
0
Kartika Jaya Wonosari
Desa Pengamatan
Gambar 22 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove

Keterkaitan Faktor-Faktor Penunjang Pengelolaan Ekosistem Mangrove


Hubungan antara faktor-faktor sosial dan ekologis dengan kesadaran
masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove dilihat melalui grafik hasil
analisis komponen utama (AKU). Penelitian ini menggunakan dua komponen utama
karena sangat sulit untuk melihat komponen-komponen utama yang lebih dari tiga
dimensi dalam sebuah bidang datar, oleh karena itu visualisasi dalam ordinasi
umumnya menggunakan bidang datar berdimensi dua (Soedibjo 2008). Hasil
analisis keterkaitan dengan menggunakan AKU ini akan disajikan masing-masing
per desa.

Desa Kartika Jaya


Hasil analisis keterkaitan hubungan antara faktor-faktor karakteristik
masyarakat dan pemanfaatan ekosistem mangrove dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kartika Jaya dapat
dilihat pada Tabel 11 dan lebih lengkap pada Lampiran 2. Hasil analisis matriks
korelasi, menunjukkan bahwa variabel karakteristik masyakat yaitu jenis jarak rumah
terhadap ekosistem, jenis pekerjaan, pengetahuan akan fungsi ekosistem mangrove,
dan pengalaman terkena dampak abrasi berkorelasi positif dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam penanaman mangrove dan perlindungan terhadap ekosistem
mangrove. Hubungan korelasi positif artinya bahwa untuk setiap peningkatan nilai
variabel, maka akan diikuti oleh peningkatan variabel yang berkorelasi (Maskendari
2006). Hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam penanaman mangrove yang mempunyai nilai paling besar yaitu pengetahuan
masyarakat tentang fungsi mangrove dengan nilai korelasi 0,66. Selanjutnya
berturut-turut yaitu variabel jarak rumah ke ekosistem mangrove sebesar 0,58;
pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,51 dan jenis pekerjaan 0,48.
23

Tabel 11 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen utama


Desa Kartika Jaya
PKR JR FM DAB IPM LDG
PKR 1
JR 0,62 1
FM 0,52 0,46 1
DAB 0,34 0,43 0,41 1
IPM 0,48 0,58 0,66 0,51 1
LDG 0,46 0,57 0,55 0,52 0,80 1

Keterangan : PKR : Jenis Pekerjaan


JR : Jarak Rumah ke Ekosistem
FM : Pengetahuan Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove
DAB : Pengalaman Terkena Dampak Abrasi
IPM : Intensitas Penanaman Mangrove (Tingkat Partisipasi)
LDG : Perlindungan Ekosistem Mangrove

0,5 JAK
LT
0,4
UM DAB
0,3
komponen kedua

0,2 JR
LDG
0,1 FM
IPM
0,0
PKR
-0,1 SM
TM OR
JM
-0,2

-0,3 PDK PDP

-0,4
-0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4
komponen pertama

Keterangan :
UM : Umur LT : Lama Tinggal
PKR : Jenis Pekerjaan JAK : Jumlah Anggota Keluarga
PDP : Pendapatan PDK : Tingkat Pendidikan
JR : Jarak Rumah ke Ekosistem OR : Pengetahuan Biota di Mangrove
JM : Pengetahuan Jenis Mangrove FM : Pengetahuan Fungsi Mangrove
TM : Pemanfaatan menjadi Tambak DAB : Dampak Abrasi
IPM : Intensitas Penanaman LDG : Upaya Perlindungan Ekosistem
(Partisipasi dalam penanaman) Mangrove

Gambar 23 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2) Desa
Kartika Jaya
24

Hubungan antara karakteristik individu dengan perlindungan ekosistem


mangrove yang mempunyai nilai paling besar adalah partisipasi masyarakat dalam
penanaman mangrove dengan nilai 0,80 dan selanjutnya berturut-turut jarak rumah
ke ekosistem mangrove sebesar 0,57; pengetahuan masyarakan tentang fungsi
ekosistem mangrove 0,55; pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,52 dan jenis
pekerjaan sebesar 0,46. Berdasarkan analisis komponen utama (Lampiran 4)
kontribusi terbesar adalah sumbu faktorial pertama (F1) dengan akar ciri 6,59, dan
sumbu faktorial kedua (F2) dengan akar ciri 3,70. Gambar 23 menunjukkan hasil
analisis komponen utama yang menunjukan bahwa keterkaitan antar faktor-faktor
yang saling berpengaruh dapat dilihat dari kedekatan antar parameter.
Menurut Sari (2004) in Cintra (2013) faktor ciri dapat digambarkan dengan
kedekatan suatu parameter terhadap sumbu. Faktor yang saling berdekatan dengan
upaya perlindungan ekosistem mangrove (LDG) adalah partisipasi masyarakat dalam
penanaman mangrove (IPM), pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem
mangrove (FM), jarak rumah masyarakat terhadap ekosistem mangrove (JR), dan
jenis pekerjaan (PKR).

Desa Wonosari
Hasil analisis keterkaitan hubungan antara faktor-faktor karakteristik
masyarakat dan pemanfaatan ekosistem mangrove dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Wonosari dapat dilihat
pada Tabel 12 dan lebih lengkap pada Lampiran 3. Hubungan antara karakteristik
individu dengan perlindungan ekosistem mangrove yang mempunyai nilai paling
besar adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove dengan nilai 0,78
dan selanjutnya berturut-turut pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,64; jarak
rumah terhadap ekosistem mangrove 0,49; pengetahuan masyarakat terhadap biota
perairan sebesar 0,40 dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis mangrove 0,37.
Gambar 24 dan Lampiran 4 menunjukkan tentang hasil analisis faktor-faktor
penunjang pengelolaan ekosistem mangrove menggunakan Analisis Komponen
Utama (AKU) pada Desa Wonosari.
Berdasarkan analisis komponen utama kontribusi terbesar adalah sumbu
faktorial pertama (F1) dengan akar ciri 5,33, dan sumbu faktorial kedua (F2) dengan
akar ciri 3,75. Gambar 21 menunjukkan hasil analisis komponen utama yakni faktor
yang saling berdekatan dengan upaya perlindungan ekosistem mangrove (LDG)
diantaranya partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove (IPM), pengalaman
terkena dampak abrasi (DAB), pengetahuan masyarakat akan fungsi ekosistem
mangrove (FM), jarak rumah terhadap ekosistem mangrove (JR), dan pengetahuan
masyarakat tentang fungsi mangrove (FM).

Pembahasan

Tipologi Mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari


Vegetasi mangrove di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari terdiri dari api-
api (A. marina) dan spesies introduksi berupa bakau (R. mucronata) dan tancang
(Bruguiera sp.). Kedua spesies introduksi tersebut adalah hasil penanaman
masyarakat dari kegiatan penanaman yang dilakukan oleh pemerintah daerah sekitar
tahun 2010, dan penanaman dilakukan disekitar tambak dan sungai yang mengarah
25

garis pantai. Pohon mangrove A. marina merupakan spesies yang mendominasi di


daerah Kecamatan Patebon, karena diduga spesies ini adalah spesies asli dari daerah
Kecamatan Patebon. A. marina lebih mendominasi dan bisa beradaptasi dengan
lingkungan sesuai dengan Hutchings dan Saenger (1987) dalam Cintra (2013) A.
marina adalah spesies dengan sebaran ekologi yang luas, mempunyai kisaran
toleransi suhu dan slinitas yang tinggi, ada dimanapun dan seringkali menjadi spesies
paling dominan.
Kerapatan paling tinggi di Desa Wonosari bisa ditemukan di Stasiun 1, hal ini
terjadi karena Stasiun 1 merupakan daerah upstream yang menerima air tawar lebih
banyak sehingga salinitas lebih rendah. Kerapatan yang merata ditemukan hampir di
semua stasiun pengamatan Desa Kartika Jaya. Hal ini disebabkan Stasiun 1–3
merupakan dearah yang langsung berhubungan dengan air laut karena pasokan air
tawar lebih kecil dan telah terjadi abrasi yang cukup besar sepanjang ± 200 m.
Kerapatan mangrove Desa Wonosari termasuk dalam kriteria baik dengan
predikat sangat padat yakni sekitar 1622–2000 ind/ha sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004 tentang kriteria baku dan
pedoman penentuan kerusakan mangrove. Mangrove Desa Kartika Jaya tergolong
kepada kriteria baik dengan predikat padat yakni 1067–1178 ind/ha (Tabel 13).
Kerapatan mangrove Kartika Jaya lebih rendah dibandingkan Wonosari. Hal ini
dikarenakan tingkat abrasi yang lebih banyak terjadi di wilayah Kartika Jaya dengan
wilayah yang langsung berhubungan dengan laut lepas dan adanya campur tangan
manusia dengan pembuatan tambak yang dilakukan dengan tanpa memikirkan
kelestarian ekosistem mangrove. Karminarsih (2007) menyatakan bahwa
permasalahan lingkungan muncul di kawasan-kawasan pesisir yang hutan
mangrovenya telah dirusak. Meskipun ekosistem mangrove dari kedua desa masih
tergolong baik, perlu ada peningkatan kegiatan-kegiatan pelestarian mangrove.

Tabel 12 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen utama


Desa Wonosari
LT JR OR JM TM DAB IPM LDG
LT 1,00
JR 0,15 1,00
OR 0,10 0,05 1,00
JM 0,11 0,02 0,90 1,00
TM 0,12 -0,19 0,10 0,36 1,00
DAB 0,13 0,32 0,04 0,12 0,18 1,00
IPM 0,50 0,23 0,33 0,47 0,44 0,55 1,00
LDG 0,35 0,49 0,37 0,40 0,03 0,64 0,78 1,00

Keterangan:
LT : Lama Tinggal
JR : Jarak Rumah ke Ekosistem
OR : Pengetahuan Terhadap Biota Perairan
JM : Pengetahuan Terhadap Jenis Ekosistem Mangrove
TM : Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Menjadi Tambak
DAB : Pengalaman Terkena Dampak Abrasi
IPM : Intensitas Penanaman Mangrove (Tingkat Partisipasi)
LDG : Perlindungan Ekosistem Mangrove
26

0,50 PDK

0,25
komponen kedua

UM
PKR OR
FM
0,00 LT JM
JAK TM

PDP
-0,25 JR

IPM
LDG
DAB
-0,50
-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
komponen pertama

Keterangan:
UM : Umur LT : Lama Tinggal
PKR : Jenis Pekerjaan JAK : Jumlah Anggota Keluarga
PDP : Pendapatan PDK : Tingkat Pendidikan
JR : Jarak Rumah ke Ekosistem OR : Pengetahuan Biota di Mangrove
JM : Pengetahuan Jenis Mangrove FM : Pengetahuan Fungsi Mangrove
TM : Pemanfaatan menjadi Tambak DAB : Dampak Abrasi
IPM : Intensitas Penanaman LDG : Upaya Perlindungan Ekosistem
(Partisipasi dalam penanaman) Mangrove

Gambar 24 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2) Desa
Wonosari

Bentuk Pengelolaan Ekosistem Mangrove


Pengelolaan wilayah pesisir secara umum adalah suatu pendekatan wilayah
pesisir yang melibatkan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna
mencapai pembangunan berkelanjutan (Setyastuti 2002). Pengelolaan dalam
penelitian ini terdiri dari dua kegiatan, kegiatan pemanfaatan lokal ekosistem
mangrove dan kegiatan perlindungan ekosistem mangrove. Pemanfaatan lokal
ekosistem mangrove di Kecamatan Patebon diantaranya adalah kegiatan
penangkapan ikan, perburuan burung, pembuatan tambak, pengganti pakan ternak,
bahan kayu bakar, bahan bangunan, bahan makanan dan bahan obat-obatan. Hal ini
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Saenger (1996) in Kovacs (1998) yang
menyatakan bahwa pemanfaatan lokal ekosistem mangrove terdiri dari bahan kayu
bakar, tanin, obat-obatan, penangkapan ikan dan material bahan bangunan.
Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kartika Jaya cenderung
merata. Pemanfaatan yang paling sering ditemukan adalah kegiatan penangkapan
ikan, sebanyak 43 % responden. Ikan yang sering ditangkap terdiri dari ikan
Bandeng (Channos-channos), Belanak (Mugil sp.), Kerapu (Epinephelus sp.),
Baronang (Siganus sp.), kepiting bakau dan udang. Kegiatan penangkapan ikan di
Desa Kartika Jaya dilakukan secara tradisional atau menggunakan alat sederhana
tidak seperti seorang nelayan, masyarakat hanya menggunakan serokan dan jaring
27

kecil. Ekosistem mangrove menjadi salah satu daerah penangkapan ikan karena
daerah ekosistem mangrove adalah daerah yang sangat subur, merupakan daerah
asuhan ikan (nursery ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) berbagai
macam biota perairan baik yang hidup di perairan pantai maupun laut lepas (Bengen
2001). Hamilton dan Snekdaker (1984) menjelaskan bahwa perikanan tangkap
merupakan produk mangrove yang bernilai ekonomi paling tinggi.

Tabel 13 Kerapatan mangrove Desa Wonosari dan Desa Kartika Jaya


Desa Tahapan Ind/ 100m2 Ind/ha
Pohon 16,22 1622
Wonosari Anakan 20,00 2000
Semai 5,78 578
Pohon 11,78 1178
Kartika Jaya Anakan 10,67 1067
Semai 0,56 56

Pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat Desa Wonosari berbeda


dengan masyarakat Desa Kartika Jaya. Intensitas dan jumlah pembuatan tambak di
daerah Desa Wonosari terhitung banyak yakni 60 % responden, masyarakat
memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai bahan pakan alami untuk ikan-ikan
tambak. Bengen (2001) menjelaskan bahwa ekosistem mangrove adalah penghasil
sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang
rontok. Selain itu, masyarakat menjadikan ekosistem mangrove sebagai garis atau
batas tunggul dari tambak-tambak masyarakat, karena sistem perakaran dari pohon
mangrove dirasa sangat kuat dalam hal mencengkram tanah atau mempertahankan
posisi tanah serta mencegah erosi tanah (Lalo 2003). Menurut Dwi dan Winarno
(2006b), secara umum pemanfaatan lahan mangrove di Pantai Utara adalah sebagai
lahan tambak, karena dirasa tambak dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih
besar.
Pemanfaatan ekosistem mangrove lainnya adalah sebagai bahan makanan dan
bahan obat-obatan. Masyarakat Desa Kartika Jaya sejak 2012 lalu membentuk
kelompok perempuan yang disebut sebagai “Perempuan Tancang Jaya”,
memproduksi berbagai produk olahan seperti kerupuk, brownies, dan jenang dari
buah mangrove yang ada di sekitar desa. Kelompok perempuan ini dibentuk berkat
adanya inisiatif masyarakat dan dorongan dari berbagai pihak diantaranya adalah
Pusat Pelayanan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (P3MP) dan Lembaga
Swadaya Masyarakat Yayasan DeTara. Kelompok perempuan ini sudah mulai
mengembangkan usaha mereka secara kolektif dan memasukkan teknologi dalam
pembuatan produk. Bahan pembuatan produk olahan adalah buah bryo (bahasa
daerah untuk mangrove A. marina) dan buah dari mangrove jenis tancang (bahasa
daerah untuk mangrove Bruguiera). Sebanyak 40 % dari bahan total untuk
pembuatan produk olahan bryo dan ± 300–400 buah untuk produk tancang. Selain
bahan makanan, masyarakat menggunakan mangrove sebagai salah satu obat alami,
yakni pemanfaatan getah mangrove A. marina untuk pengobatan penyakit asam urat,
namun pemanfaatan dalam bentuk obat masih perlu penelitian lebih lanjut untuk
kandungan yang terdapat dari bahan alami tersebut. Dwi dan Winarno (2006b) juga
menyatakan bahwa ekosistem mangrove memiliki potensi ekonomis sebagai protein
nabati, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif.
28

Upaya pengelolaan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah kegiatan


perlindungan ekosistem mangrove. Kegiatan perlindungan ekosistem mangrove
yang dilakukan adalah pembibitan, penanaman mangrove, pembuatan spanduk dan
slogan menjaga mangrove, serta pembuatan peraturan desa. Partisipasi masyarakat
dalam upaya perlindungan mangrove di kedua desa cenderung berbeda. Masyarakat
Desa Kartika Jaya sekitar 40 % melakukan upaya perlindungan 3-4 kali dalam
setahun, 33 % melakukan 1-2 kali dalam setahun dan sisanya tidak pernah
melakukan apapun. Sekitar 50 % dari total responden masyarakat Desa Wonosari
tidak melakukan upaya apapun untuk perlindungan ekosistem mangrove, 43 %
melakukan upaya perlindungan 1-2 kali dalam setahun dan sisanya melakukan 3-4
kali kegiatan dalam setahun. Hal tersebut disebabkan tingkat pemahaman dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove di masyarakat Desa
Wonosari masih tergolong rendah.
Masyarakat Desa Kartika Jaya sebagian besar sudah menyadari pentingnya
keberadaan ekosistem mangrove dan membiasakan diri untuk melakukan penanaman
bukan hanya pada saat kegiatan-kegiatan tertentu, tapi juga dalam keseharian dengan
tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi (60 % responden) dalam intensitas
kegiatan penanaman mangrove. Hal yang menarik adalah kegiatan penanaman yang
dilakukan oleh masyarakat Kartika Jaya bukan hanya di sekitar Desa Kartika Jaya
saja, namun juga di daerah pantai milik Desa Wonosari. Masyarakat percaya bahwa
penanaman yang mereka lakukan akan berbuah hasil yang baik, yakni sebagai
pelindung garis pantai dan penahan bencana alam dari laut. Dahuri et al (2001)
memaparkan bahwa mangrove memiliki fungsi ekologis terutama penghalang
bencana yang juga harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan wilayah
pesisir.
Kegiatan perlindungan lain yang dilakukan oleh masyarakat Kartika Jaya
adalah pemasangan spanduk atau slogan menjaga mangrove (37 % responden) dan
pembuatan peraturan desa (33 %). Kegiatan perlindungan yang dilakukan secara
keseluruhan dilakukan oleh masyarakat dengan kerjasama dengan berbagai pihak.
Lembaga yang terlibat di antaranya adalah pemerintah desa, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Badan Lingkungan Hidup Kendal, gerakan mahasiswa IMAKEN (Ikatan
Mahasiwa Kendal) dan lembaga swadaya masyarakat yakni yayasan DeTara.
Lembaga-lembaga tersebut juga mendorong masyarakat terutama anak muda untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar. Pengelolaan partisipasi interaktif (kemitraan)
dan mobilisasi swakarsa (inisiatif masyarakat) merupakan salah satu kunci
keberhasilan dari sebuah kegiatan pembangunan (Maskendari 2006).
Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perlindungan termasuk rendah. Masyarakat hanya terlibat dalam kegiatan
penanaman dan perlindungan ekosistem karena dari kegiatan penanaman ini,
masyarakat memperoleh insentif dari pemerintah. Hal ini menyebabkan masyarakat
tidak sepenuh hati untuk melakukan penanaman, bahkan untuk peduli terhadap
lingkungannya. Keterlibatan masyarakat hanya karena ingin mendapatkan imbalan
membuat rendahnya partispasi masyarakat dalam pelestarian mangrove (Ilyas et al
2012).
29

Faktor-Faktor Penunjang Pengelolaan Ekosistem Mangrove


Status ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang
termasuk dalam status baik, masih memiliki ancaman kerusakan yang besar dari
aktivitas manusia. Faktor-faktor sosial masyarakat memberikan dampak besar
terhadap upaya pengelolaaan secara optimal ekosistem mangrove. Keterkaitan
faktor-faktor sosial masyarakat dan tipologi mangrove terhadap upaya pengelolaan
ekosistem yang berkelanjutan ditunjukkan oleh Gambar 17-20. Kedekatan beberapa
faktor menggambarkan adanya sifat saling mempengaruhi. Gambar 20-21
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perlindungan ekosistem oleh
masyarakat pada Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari cenderung berbeda. Faktor
karakteristik masyarakat di Desa Kartika Jaya yang berpengaruh terhadap
perlindungan ekosistem mangrove adalah variabel partisipasi masyarakat dalam
penanaman mangrove dengan nilai korelasi yang cukup besar yakni 0,80 dan
selanjutnya berturut-turut jarak rumah ke ekosistem mangrove sebesar 0,57;
pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove 0,55; pengalaman
terkena dampak abrasi sebesar 0,52 dan jenis pekerjaan sebesar 0,46 (Tabel 11).
Sedangkan, faktor paling berpengaruh di Desa Wonosari adalah partisipasi
masyarakat dalam penanaman mangrove dengan nilai korelasi 0,78 dan selanjutnya
berturut-turut pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,64; jarak rumah menuju
ekosistem mangrove 0,49; pengetahuan tentang jenis-jenis mangrove sebesar 0,40
dan pengetahuan akan biota perairan yang hidup di ekosistem mangrove sebesar 0,37
(Tabel 12).
Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove merupakan
faktor paling berpengaruh terhadap perlindungan ekosistem mangrove di kedua desa
lokasi penelitian. Partisipasi aktif dalam upaya perlindungan ekosistem merupakan
sikap positif yang berkembang dengan berbagai motivasi. Hal ini sesuai dengan
pemaparan Sarwono (1983), bahwa sikap adalah kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku tertentu, yang pada hakikatnya adalah tingkah laku
balas yang tersembunyi dan terjadi langsung setelah rangsang baik secara disadari
atau tidak disadari oleh seseorang tersebut. Berdasarkan hasil analisis komponen
utama (Gambar 23 dan 24) diketahui bahwa partisipasi masyarakat Desa Kartika
Jaya berkorelasi dengan pengetahuan masyarakat tentang fungsi mangrove (0,66),
jarak rumah ke ekosistem mangrove (0,58), pengalaman terkena dampak abrasi
(0,51) dan jenis pekerjaan (0,48) (Tabel 11). Faktor yang berkorelasi terhadap
partisipasi masyarakat Desa Wonosari terhadap penanaman adalah pengalaman
masyarakat terhadap dampak abrasi (0,55), lama tinggal (0,50), pengetahuan tentang
jenis-jenis mangrove (0,47), dan pemanfaatan ekosistem sebagai lahan tambak (0,44)
(Tabel 12).
Dahuri et al. (2001) menyatakan bahwa secara umum ekosistem hutan
mangrove mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologis dan fungsi sosial
ekonomi. Fungsi ekologis dapat dilihat dari aspek fisika, kimia, dan biologi. Fungsi
sosial ekonomi ditunjukkan dengan kemampuan hutan mangrove dalam
menyediakan produk yang dapat diukur dengan uang. Pengetahuan dan pemahaman
terhadap fungsi ekosistem mangrove sacara menyeluruh berpengaruh positif terhadap
peran serta masyarakat dalam upaya pengelolaan mangrove secara
berkesinambungan. Hasil dari pengamatan lapangan dan berdasarkan wawancara
langsung, diketahui bahwa pengetahuan tentang fungsi mangrove berpengaruh positif
terhadap tingkah laku di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari.
30

Pengalaman buruk terkena banjir rob memberikan motivasi kepada


masyarakat untuk melakukan berbagai upaya perlindungan ekosistem mangrove
sebagai penghalang abrasi dan pelindung wilayah pesisir. Masyarakat mulai sadar
setelah merasakan berbagai dampak dari rusaknya ekosistem mangrove. Sama
halnya dengan bencana tsunami yang terjadi pada 2004 lalu di daerah Provinsi
Nangroe Aceh Darusalam (NAD), banyak kalangan semakin menyadari tentang
pentingnya ekosistem mangrove setelah terjadi bencana (Karminarsih 2007).
Jarak lokasi masyarakat dengan ekosistem mangrove berpengaruh positif
terhadap tingkat kepedulian masyarakat dalam perlindungan ekosistem mangrove.
Tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar berjarak 1–2 km dari ekosistem
mangrove berpengaruh kepada banyaknya interaksi yang terjadi antara masyarakat
dan ekosistem mangrove. Interaksi yang dibangun tersebut akan memunculkan rasa
kebutuhan dan kepedulian terhadap ekosistem mangrove.
Gambar 12 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan dari Desa Kartika Jaya dan
Desa Wonosari sebagian besar merupakan pekerjaan yang sangat bergantung dengan
adanya ekosistem mangrove yakni petani dan buruh tambak, nelayan, dan pekerjaan
sebagai pengelola ekosistem mangrove. Jenis pekerjaan yang menarik yang didapat
dari hasil wawancara 60 responden adalah pekerjaan sebagai pengelola mangrove
yang hanya ditemukan di Desa Kartika Jaya. Secara keseluruhan masyarakat Desa
Kartika Jaya melakukan kegiatan pembibitan, penanaman, dan kegiatan lainnya
secara terprogram karena sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dan
memahami secara baik fungsi ekosistem mangrove, baik secara ekologis maupun
sosial ekonomi. Masyarakat membentuk kelompok perempuan “Tancang Jaya”
untuk memanfaatkan mangrove menjadi bahan makanan sebagai respon positif dari
pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekonomis ekosistem mangrove.
Pengetahuan masyarakat diperoleh dari berbagai kegiatan penyuluhan baik yang
dilakukan oleh pemerintah daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal
melalui kegiatan aktif anggota P3MP, maupun bantuan pihak luar yakni LSM seperti
halnya Yayasan DeTara (LSM bidang lingkungan dan pendidikan) dan Forum
Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir (FKMPP).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon,


Kabupaten Kendal didominasi oleh mangrove jenis api-api (A. marina) dengan
kriteria baik masing-masing kerapatan padat (1067-1178 ind/ha) dan sangat padat
(1622-2000 ind/ha). Masyarakat Desa Kartika Jaya sudah mengoptimalkan fungsi
ekosistem mangrove baik secara ekologis maupun sosial – ekonomi. Faktor sosial
yang mempengaruhi perlindungan masyarakat terhadap ekosistem mangrove di Desa
Kartika Jaya adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove,
pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove, pengalaman terkena
dampak abrasi sebesar dan jenis pekerjaan.
31

Saran

Pengelolaan terhadap ekosistem mangrove yang ada di Desa Kartika Jaya dan
Desa Wonosari adalah adanya pelatihan dan penyuluhan secara intensif yang dapat
meningkatkan motivasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang
lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Agol D, AE Latawiec, BBN Strassburg. 2014. Evaluating impacts of development


and conservation projects using sustainability indicators: Opportunities and
challenges [review]. Environmental Impact Assessment. 48(1):1-9.
Bengen DG 2000. Pedoman teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Bengen DG. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Pesisir dan Lautan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Churchill, Gilbert A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Ed ke-4. Andriani dkk,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Cintra AKA. 2013. Tipologi mangrove dan keterkaitannya dengan kondisi
lingkungan di Desa Karangsong Indramayu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Dahuri R, J Rais, SP Ginting, MJ Sitepu. 2001. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita.
Dahuri R. 2013. The Blue Future of Indonesia. Bogor (ID): PT. RODA Bahari.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013. Rencana Strategis Wilayah Pesisir
Kabupaten Kendal periode 2012-2013. Kendal (ID): DKP.
Datta D, RN Chattopadhayay, P Guha. 2012. Community based mangrove
management: A review on status and sustainability. Journal of Environmental
Management. 107(1):84-95.
Dwi A, K Winarno. 2006a. Permasalahan konservasi ekosistem mangrove di pesisir
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Biodiversitas. 7(2):159-163.
Dwi A, K Winarno. 2006b. Pemanfaatan langsung ekosistem mangrove di Jawa
Tengah dan pemanfaatan lahan di sekitarnya; kerusakan dan upaya restorasinya.
Jurnal Biodiversitas. 7(3)282-291.
[FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nation. 2007. The World’s
Mangroves 1980e2005: A Thematic Study Prepared in the Framework of the
Global Forest Resources Assessment 2005. Italy (IT): Rome. p 153.
Faisal S. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo
Persada.
Hamilton L, SC Snekdaker. 1984. Handbook for Mangrove Area Management.
Amerika Serikat (US): Environment and Policy Institute, East-West Center.
Hamilton L, J Dixon, G Miller. 1989. Mangroves: an undervalued resource of the
land and the sea. Journal Ocean Yearbook 8(1):254-288.
Hutching P, P Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. Australia (AU): University of
Queensland Press.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
32

Ilyas A. Lumangkun, U Natalina. 2012. Peran masyarakat dalam pelestarian hutan


mangrove di Desa Batu Gajah, Kabupaten Natuna. Pontianak (ID): Fakultas
Kehutanan. Universitas Tanjungpura.
Jooste C, B Fourie. 2009. The role of strategic leadership in effective strategy
implementation: perception of south african strategic leaders [review]. Southern
African Business. 13:3.
Kairo JG, F Dahdouh-Guebas, J Bosire, N Koedam. 2001. Restoration and
management of mangrove systems-a lesson for and from the East African
region. South African Journal of Botany. 67(1):383-389.
Karminarsih E. 2007. The Use of Ecosystem Mangrove in Minimalize Disaster
Impact in Beach Area. Pemikiran Konseptual. Bogor (ID). 13(3):182-187.
Kovacs JM. 1998. Assesing Mangrove Use at The Local Scale. Journal Landscape
and Urban Planning. 43(1)201-208.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.201/2004 tentang kriteria baku dan pedoman penentuan
kerusakan mangrove. Jakarta (ID): KLH.
Lalo A. 2003. Kajian ekologi ekonomi dalam pengelolaan ekosistem mangrove
secara lestari di kawasan pesisir Banawa Selatan, Kabupaten Donggala [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Likert R. 1932. A technique for the measurement of attitudes. Archives of
Psychology. 140(1):1–55.
Maskendari. 2006. Kajian pengelolaan ekosistem mangrove berbasis partisipasi
masyarakat di Kecmatan Sukadana, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Onrizal. 2008. Pelatihan pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan untuk
petugas/penyuluh kehutanan: Teknik survey dan Analisis Data Sumberdaya
Mangrove. Jakarta (ID).
Rusdianah. 2006. Kajian ekonomi dan ekologi pemanfaatan ekosistem mangrove
pesisir Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saefuddin A, KA Notodiputro, A Alamudi, K Sidik. 2009. Statistika Dasar. Jakarta
(ID): Grasindo.
Sarwono SW. 1983. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Setyastuti TA. 2002. Kajian pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat di
Desa Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soedibjo BS. 2008. Analisis komponen utama dalam kajian ekologi. Journal
Oseana. 23(2):43-53
Soeryani. 1987. Lingkungan Sumber daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Wahyudin I. 2004. Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan masyarakat
(stdu kasus program community development PT. Newmont Nusa Tenggara.
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ward T. 2007. Re-gendering data: Quantifying qualitative [editorial]. Association for
Institutional Research. Atlanta: Georgia State University.
33

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian


KUISIONER PENELITIAN

STUDI FAKTOR- FAKTOR PENUNJANG PENGELOLAAN


EKOSISTEM MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Kasus Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

Data diri responden


Nama lengkap :
Umur :
Alamat asli :
Asal Desa (tahun) :
Lama tinggal : a. < 5 tahun
b. 5- 15 tahun
c. > 15 tahun
Pekerjaan : Petani Kebun/ Nelayan/ Petani Tambak/
Wirausaha/ Pegawai Negeri Sipil/ Pedagang/
lainnya......
Kepemilikan lahan : Sendiri/ Menyewa
Pendapatan per-bulan : < Rp. 500.000
Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000
Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000
 Rp. 2.000.000
Jumlah anggota : Istri:
keluarga dan pekerjaannya Anak ke- 1:
Anak ke- 2:
Anak ke- 3:
Anak ke- 4:
Pendidikan terakhir : SD/ SMP/ SMA/Diploma/Sarjana
anda
Jarak Rumah ke Hutan : a. < 1 Km
Mangrove b. 1 Km - 2 Km
c. 2 Km – 3 Km
d. > 3 Km
Jarak Rumah ke Bibir : a. < 1 Km
pantai b. 1 Km - 2 Km
c. 2 Km – 3 Km
d. > 3 Km
34

Pengetahuan tentang Ekosistem Mangrove


1. Apakah yang anda ketahui tentang Ekosistem Mangrove?
...................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..........
2. Apakah anda pernah datang melihat mangrove?
Ya/ tidak
3. Seberapa sering anda berkunjung ke ekosistem mangrove?
a. Tidak sama sekali
b. < 12 kali dalam sebulan
c. > 12 kali dalam sebulan
4. Apa saja jenis mangrove yang anda ketahui? (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tidak tahu
b. Api- api/ brayo (Avicennia sp.)
c. Bakau (Rhizophora sp.)
d. Tancang (Bruguiera sp.)
e. lainnya....................................................................................................
5. Apa saja hewan perairan yang ada di pernah anda temukan di ekosistem
mangrove? (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tidak tahu
b. Kepiting
c. Ikan Blanak (Mugil sp.)
d. Ikan Belosoh/ Glodok
e. Udang Kecil
f. Lainnya...
6. Apa yang anda ketahui tentang fungsi mangrove? (Jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Tidak tahu
b. Penahan Abrasi dari laut
c. Penahan Akresi dari darat
d. Penghalang rob
e. Tempat hidup kepiting
f. Tempat mencari makan untuk ikan
g. Bahan kayu bakar
h. Bahan makanan
i. Obat- obatan
j. Lainnya...

Pemanfaatan Ekosistem Mangrove


7. Apakah anda pernah menangkap ikan di sekitar mangrove dan seberapa
sering anda menangkap ikan?
a. Tidak sama sekali
b. < 12 kali dalam sebulan
c. > 12 kali dalam sebulan
Apa alat yang anda gunakan untuk menangkap ikan?
..................................................................................................................
35

Apa jenis ikan yang anda tangkap? Dan berapa banyak ikan yang anda
dapatkan dalam sehari penangkapan?
.................................................................................................................
8. Apakah anda pernah berburu burung di sekitar mangrove? seberapa sering
anda melakukannya?
a. Tidak sama sekali
b. < 12 kali dalam sebulan
c. > 12 kali dalam sebulan
Apa alat yang anda gunakan untuk memburu burung?
...................................................................................................................
Berapa banyak burung yang anda tangkap dalam sekali perburuan?
..................................................................................................................
9. Apakah anda melakukan budidaya ikan disekitar mangrove (tambak)? Dan
berapa luas lahan tambak anda?
..................................................................................................................
Jenis ikan yang dibudidaya apa saja? Dan berapa banyak ikan yang
dihasilkan dalam sekali panen?
..................................................................................................................
10. Apakah anda melakukan kegiatan pertanian (hutan atau tanaman sayur)
disekitar mangrove? Apa jenis tanaman yang anda gunakan?
..................................................................................................................
Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam sekali panen? Dan berapa
banyak tanaman yang dihasilkan dalam sekali panen?
...................................................................................................................
11. Pernahkah anda menggunakan mangrove sabagai kayu bakar atau pembuatan
arang?
..................................................................................................................
Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam pembuatan kayu
bakar atau arang tersebut?
...................................................................................................................
12. Pernahkah anda menggunakan mangrove sebagai bahan bangunan rumah?
..................................................................................................................
Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam bahan bangunan
tersebut?
..................................................................................................................
13. Apakah anda menggunakan mangrove sabagai bahan makanan? Dan apa jenis
makanan tersebut?
..................................................................................................................
Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam makanan tersebut
dalam sekali produksi?
...................................................................................................................
14. Apakah anda menggunakan mangrove sabagai bahan obat- obatan? Dan apa
jenis penyakit yang dapat disembuhkan?
...................................................................................................................
Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam sekali konsumsi?
..................................................................................................................
15. Apakah anda pernah terkena dampak abrasi dari laut/ banjir rob? Seberapa
sering anda tekena rob?
36

a. 1 kali setahun
b. 2 kali stahun
c. 3 kali setahun
d. > 3 kali setahun
Kapan terakhir kali anda terkena dampak rob?
...................................................................................................................

Perlindungan Mangrove
16. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan penanaman mangrove?
Ya/ Tidak
Berapa kali anda sudah melakukan penanaman?
a. 1 kali setahun
b. 2 kali setahun
c. 3 kali setahun
d. > 3 kali setahun
Kapan terakhir anda menanam?
..................................................................................................................
Dengan siapa anda menanam?
..................................................................................................................
17. Apa yang anda sudah lakukan untuk melestarikan mangrove anda? (Jawaban
boleh dari satu)
a. Pembibitan Mangrove
b. Penanaman Mangrove
c. Pemasanagan spanduk atau slogan menjaga mangrove
d. Pembuatan peraturan tentang pemanfaatan mangrove
e.
lainnya .......................................................................................................
18. Siapa saja yang membantu anda dalam menjaga mangrove anda?
a. Tidak tahu
b. Pemerintah Desa
c. Pemerintah Kecamatan
d. Pemerintah Daerah
e. Pemerintah Provinsi
f. Dinas Kelautan
g. Dinas Kehutanan
h. Badan Lingkungan Hidup
i. LSM
j. Mahasiswa
k. Lainnya........................................................................................................
19. Apa yang akan anda lakukan terhadap mangrove dimasa depan?
.................................................................................................................
20. Apa harapan anda tentang ekosistem mangrove yang ada disekitar anda?
...................................................................................................
1

Lampiran 2 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya

UM LT PKR JAK PDP PDK JR OR JM FM TM DAB IPM LDG SM


UM 1,00 0,45 -0,07 0,58 -0,23 -0,16 -0,24 -0,09 -0,17 0,09 0,14 0,02 -0,26 -0,17 0,29
LT 0,45 1,00 -0,01 0,39 -0,52 -0,17 0,19 0,13 -0,02 0,38 0,04 0,19 0,12 0,14 -0,19
PKR -0,07 -0,01 1,00 -0,15 -0,03 0,15 0,62 0,48 0,35 0,52 -0,21 0,34 0,48 0,46 0,16
JAK 0,58 0,39 -0,15 1,00 -0,20 -0,21 -0,12 -0,16 -0,33 -0,06 -0,08 0,43 -0,06 0,07 -0,14
PDP -0,23 -0,52 -0,03 -0,20 1,00 0,06 -0,33 -0,11 0,19 -0,04 0,26 -0,08 0,11 0,18 -0,13
PDK -0,16 -0,17 0,15 -0,21 0,06 1,00 -0,15 0,23 -0,15 -0,08 0,09 -0,48 -0,14 -0,23 0,10
JR -0,24 0,19 0,62 -0,12 -0,33 -0,15 1,00 0,30 0,23 0,46 -0,27 0,43 0,58 0,57 -0,16
OR -0,09 0,13 0,48 -0,16 -0,11 0,23 0,30 1,00 0,71 0,54 0,04 0,10 0,39 0,32 0,09
JM -0,17 -0,02 0,35 -0,33 0,19 -0,15 0,23 0,71 1,00 0,55 0,13 0,20 0,44 0,37 0,05
FM 0,09 0,38 0,52 -0,06 -0,04 -0,08 0,46 0,54 0,55 1,00 0,15 0,41 0,66 0,55 0,12
TM 0,14 0,04 -0,21 -0,08 0,26 0,09 -0,27 0,04 0,13 0,15 1,00 -0,12 0,06 -0,15 -0,01
DAB 0,02 0,19 0,34 0,43 -0,08 -0,48 0,43 0,10 0,20 0,41 -0,12 1,00 0,51 0,52 -0,14
IPM -0,26 0,12 0,48 -0,06 0,11 -0,14 0,58 0,39 0,44 0,66 0,06 0,51 1,00 0,80 -0,30
LDG -0,17 0,14 0,46 0,07 0,18 -0,23 0,57 0,32 0,37 0,55 -0,15 0,52 0,80 1,00 -0,26
SM 0,29 -0,19 0,16 -0,14 -0,13 0,10 -0,16 0,09 0,05 0,12 -0,01 -0,14 -0,30 -0,26 1,00
37
2

Lampiran 3 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya

UM LT PKR JAK PDP PDK JR OR JM FM TM DAB IPM LDG


UM 1,00 0,54 -0,19 0,56 0,20 0,25 -0,02 -0,12 -0,17 -0,26 -0,15 0,08 0,17 0,06
LT 0,54 1,00 -0,12 0,45 0,25 0,28 0,15 0,10 0,11 -0,01 0,12 0,13 0,50 0,35
PKR -0,19 -0,12 1,00 -0,10 0,38 -0,05 -0,22 0,25 0,38 0,34 0,47 0,20 0,11 0,00
JAK 0,56 0,45 -0,10 1,00 0,35 0,10 0,03 -0,21 -0,17 -0,10 0,16 0,29 0,36 0,25
PDP 0,20 0,25 0,38 0,35 1,00 -0,26 -0,09 -0,07 0,08 -0,16 0,38 0,42 0,34 0,23
PDK 0,25 0,28 -0,05 0,10 -0,26 1,00 -0,22 0,13 0,02 0,19 -0,03 -0,38 -0,11 -0,17
JR -0,02 0,15 -0,22 0,03 -0,09 -0,22 1,00 0,05 0,02 0,12 -0,19 0,32 0,23 0,49
OR -0,12 0,10 0,25 -0,21 -0,07 0,13 0,05 1,00 0,90 0,72 0,10 0,04 0,33 0,37
JM -0,17 0,11 0,38 -0,17 0,08 0,02 0,02 0,90 1,00 0,76 0,36 0,12 0,47 0,40
FM -0,26 -0,01 0,34 -0,10 -0,16 0,19 0,12 0,72 0,76 1,00 0,26 0,10 0,41 0,34
TM -0,15 0,12 0,47 0,16 0,38 -0,03 -0,19 0,10 0,36 0,26 1,00 0,18 0,44 0,03
DAB 0,08 0,13 0,20 0,29 0,42 -0,38 0,32 0,04 0,12 0,10 0,18 1,00 0,55 0,64
IPM 0,17 0,50 0,11 0,36 0,34 -0,11 0,23 0,33 0,47 0,41 0,44 0,55 1,00 0,78
LDG 0,06 0,35 0,00 0,25 0,23 -0,17 0,49 0,37 0,40 0,34 0,03 0,64 0,78 1,00

38
39
1

Lampiran 4 PCA Karakteristik Masyrakat dan Perlindungan Mangrove


Principal Component Analysis: UM; LT; PKR; JAK; PDP; PDK; JR; OR; JM;
FM; TM;

Eigenanalysis of the Correlation Matrix Desa Kartika Jaya

Eigenvalue 6,5867 3,6969 1,8167 1,1794 0,8327 0,3341 0,2021 0,1627


Proportion 0,439 0,246 0,121 0,079 0,056 0,022 0,013 0,011
Cumulative 0,439 0,686 0,807 0,885 0,941 0,963 0,977 0,987

Eigenvalue 0,0925 0,0568 0,0166 0,0118 0,0065 0,0045 -0,0000


Proportion 0,006 0,004 0,001 0,001 0,000 0,000 -0,000
Cumulative 0,994 0,997 0,998 0,999 1,000 1,000 1,000

Principal Component Analysis: UM; LT; PKR; JAK; PDP; PDK; JR; OR; JM;
FM; TM;

Eigenanalysis of the Correlation MatrixDesa Wonosari

Eigenvalue 5,3287 3,7474 2,5995 1,2461 0,4006 0,2781 0,1593 0,0926


Proportion 0,381 0,268 0,186 0,089 0,029 0,020 0,011 0,007
Cumulative 0,381 0,648 0,834 0,923 0,952 0,971 0,983 0,989

Eigenvalue 0,0787 0,0424 0,0214 0,0032 0,0018 -0,0000


Proportion 0,006 0,003 0,002 0,000 0,000 -0,000
Cumulative 0,995 0,998 1,000 1,000 1,000 1,000
40
2

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Cimahi pada tanggal 16


Desember 1991, dan merupakan anak ketiga dari Almarhum
Bapak Ayi Kustopa dan Ibu Cucun Suningrat. Pendidikan
formal penulis dimulai di SD Negeri Bhakti Asih (1997-2003).
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 8
Kota Cimahi (2003-2006) dan SMA Negeri 1 Cisarua (2006-
2009). Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB, melalui jalur
masuk USMI pada tahun 2009.
Selama menempuh pendidikan di IPB, aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan dan kepanitian. Penulis pernah menjabat sebagai Koordinator Umum
volunteer LSM Yayasan DeTara (2014-2015), Menteri Kebijakan Kampus BEM-KM
IPB (2013-2014), Presiden Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
se-Indonesia (2012-2013), co-founder sekaligus Ketua pertama Asrama Sylvapinus
(2012-2013), Ketua Umum Pramuka IPB (2011-2012), Koordinator Divisi
Keamanan Asrama Sylvalestari (2011-2012), Staf Divisi Pengembangan
Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) BEM FPIK (2010-2011), Staf Divisi PSDM BEM
TPB-IPB (2009-2010), dan Komandan Tingkat dan Ketua Angkatan Manajemen
Sumberdaya Perairan angkatan 46 IPB. Kepanitian yang pernah penulis ikuti adalah
Staf Divisi Acara Green Music Festival Kementerian Lingkungan Hidup RI (2014),
Koordinator Pelaksana Kemah Hijau Kementerian Lingkungan Hidup RI (2013),
Penanggung Jawab Kemah Rehabilitasi Nasional Pertama (2012), Penanggung
Jawab Kemah Riset Nasional Pramuka Pertama (2011), Staf Divisi Publikasi
Dekorasi dan Dokumentasi Bogor Series (Tenis Meja) (2010), Ketua Pelaksana
School for Rising Our Skill (SAROS) (2009), Staf Divisi Logistik Latihan Gabungan
Pramuka Perguruan Tinggi Nasional (2009).
Di bidang akademik, penulis pernah aktif menjadi guru privat SMA (2012),
Asisten praktikum mata kuliah Ekologi Perairan selama 2 periode (2011-2012),
Asisiten mentoring Pendidikan Agama Islam (2012) dan Asisten praktikum mata
kuliah Iktiologi (2013). Penulis juga pernah mendapat dana hibah Program
Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2010 dan 2013.
Di bidang olahraga dan seni, penulis pernah menjadi Atlet futsal Departemen
MSP dalam Kegiatan Pekan Olahraga Peikanan dan Kelautan (2010- 2012), Atlet
sepak bola FPIK dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (2012). Penulis merupakan salah
satu Desainer poster dan publikasi dalam berbagai kegiatan kepanitian. Penulis juga
pernah tampil sebagai pengisi hiburan di Lokakarya KM IPB (2011) dan Malam
Apresiasi Rimbawan (2012).
39

Anda mungkin juga menyukai