Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM

HAYATI OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA


TAMAN NASIONAL BALURAN

ANDI HANDOKO SAPUTRO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebijakan


Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati oleh Masyarakat Desa Penyangga Taman
Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Andi Handoko Saputro


NIM E34120079
ABSTRAK
ANDI HANDOKO SAPUTRO. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya
Alam Hayati Oleh Masyarakat Desa Penyangga Taman Nasional Baluran.
Dibimbing oleh HARNIOS ARIEF dan TUTUT SUNARMINTO.

Masyarakat desa penyangga memanfaatkan sumberdaya alam hayati secara


tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas pemanfaatan
sumberdaya alam hayati masyarakat desa penyangga dilihat berdasarkan lokasi,
jenis, waktu dan frekuensi. Zona rimba jenis sumberdaya alam hayati yang cukup
tinggi dengan waktu panen tertentu. secara musiman atau tahunan. pada lokasi
yanga sama zona rimba memiliki nilai frekuensi tertinggi. Persepsi antara
masyarakat dengan manajemen Taman Nasional Baluran terhadap manfaat hutan
terdapat kesenjangan yang tinggi pada aspek kepentingan ekologi dan ekonomi.
Kesenjangan persepsi kepentingan pemerintah dalam upaya pelestarian hutan
konservasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat desa penyangga
terhadap pemanfaatan sumberdaya alam hayati pada kawasan hutan Taman
nasional Baluran dapat menimbulkan yaitu konflik kepentingan antara kedua belah
pihak. Program Pemberdayaan masyarakat untuk mengurangin tekanan terhadap
aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam hayati masih sulit dihilangkan karena
membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kata kunci : analisis kebijakan, pemanfaatan, persepsi, sumberdaya alam hayati

ABSTRACT

ANDI HANDOKO SAPUTRO. Policy Analysis Utilization of Natural Resources


for Community Rural Buffer Baluran National Park. Supervised by HARNIOS
ARIEF and TUTUT SUNARMINTO.

Villagers buffer utilizing traditional natural resources to meet their needs.


Activities utilization of natural resources of rural communities buffer visits based
on the location, type, time and frequency. Buffer zone kinds of natural resources is
high enough to harvest a certain time. seasonally or annually. at the same location
buffer zone has the highest frequency value. The perception among the public with
management Baluran National Park on the benefits of forest gaps higher on aspects
of ecological and economic interests. The perception gap government interest in the
preservation of forest conservation with economic needs of rural communities
buffer on the utilization of natural resources in forest areas can lead to baluran
national park that is a conflict of interest between the two sides. Program
Empowering communities to mengurangin pressure on the utilization of natural
resources activity is still difficult to remove because it takes a long time.

Keywords: biological resources, perceptions, policy analysis, utilization


ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
HAYATI OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA
TAMAN NASIONAL BALURAN

ANDI HANDOKO SAPUTRO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah
kebijakan, dengan judul Analisis Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati
oleh Masyarakat Desa Penyangga Taman Nasional Baluran.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Harnios Arief, MScF dan
Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi selaku dosen pembimbing. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Andi Handoko Saputro


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
Manfaat 2
Kerangka Pemikiran 2
METODE 4
Lokasi dan Waktu 4
Alat dan Subjek 4
Metode Pengambilan Data 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6
Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati (SDAH) 7
Persepsi Pemanfaatan Hutan 12
Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati 15
Analisis Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati 19
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL

1 Kondisi fisik kawasan Taman Nasional Baluran 6


2 Data kependudukan desa penyangga Taman Nasional Baluran 7
3 Pemanfaatan SDAH oleh Masyarakat Desa Penyangga 8
4 Lokasi pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Penyangga 9
5 Waktu pengambilan SDAH kawasan Taman Nasional Baluran 11
6 Peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan 16
7 Implemantasi kebijakan Taman Nasional Baluran 17
8 Program Penyuluhan Taman Nasional Baluran 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 3
2 Lokasi penelitian 4
3 Lokasi pemanfaatan SDAH TN Baluran 10
4 Interaksi masyarakat desa dengan kawasan TN Baluran 12
5 Nilai persepsi aspek kepentingan manfaat hutan 13
6 Nilai persepsi aspek potensi manfaat hutan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Wonorejo 23


2 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Watukebo 26
3 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberanyar 27
4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru 28
5 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Bajulmati 38
6 Nilai frekuensi interaksi masyarakat desa dengan kawasan TN Baluran 39
7 Panduan penilaian nilai penting manfaat hutan 40
8 Panduan penilaian nilai potensi manfaat hutan 41
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan memiliki manfaat yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh manusia
dalam memanipulasi pemanfaatan sumberdaya hutan untuk kepentingan
kehidupannya (Aryadi 2012). Potensi sumberdaya alam hayati di kawasan Taman
Nasional merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat sebagai penunjang
kebutuhannya. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional sangat
bergantung terhadap keberadaan sumberdaya hutan secara langsung maupun tidak
langsung berdasarkan aspek keaneragaman ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya
(Salim 2004).
Kebijakan konservasi merupakan bagian integral dari pembangunan
berkelanjutan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan dengan menetap
hutan sebagai kawasan konservasi. Taman Nasional (TN) adalah salah satu
kawasan konservasi yang relatif paling maju baik bentuk maupun sistem
pengelolaannya dibandingkan dengan kawasan konservasi lainnya (Ditjen PHKA
2006).Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai
kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
flora dan fauna dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara
lestari (UU No. 5 Tahun 1990).
Taman nasional Baluran merupakan salah satu kawasan pelestarian alam
yang sampai saat ini memiliki permasalahan pengurusan hutan yaitu pemanfaatan
sumberdaya alam hayati oleh masyarakat sekitar. Permasalahan dasar dalam
pengurusan hutan yaitu terdapat perbedaan yang sangat besar diantara Pihak
Pemerintah dan Masyarakat dalam cara pandang (persepsi), pemahaman dan
kepentingan terhadap manfaat dan fungsi hutan (Aryadi 2012). Pemerintah
memandang bahwa alam yang unik, khas dan utuh harus dilindungi sedangkan,
masyarakat memandang bahwa hutan adalah hasil konstruksi sosial antara
masyarakat dan ekosistem di sekitarnya, pengetahuan lokal masyarakat adalah
landasan dalam mengakses sumberdaya alam tersebut (Santoso 2012). Kebijakan
Taman Nasional terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat akan menimbul permasalahan konflik (Fuad dan Maskanah
2000).
Perbedaan persepsi antara kebijakan pemerintah pada orientasi pengelolaan
hutan konservasi dengan masyarakat penting untuk memperoleh keberlanjutan
dalam pengelolaan sumberdaya alam dalam kawasan hutan, karena tidak dipungkiri
bahwa kawasan hutan konservasi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
masyarakat di dalam dan sekitarnya. Permasalasan perbedaan persepsi tersebut
perlu dilakukan pengkajian mendalam terhadap kebijakan konservasi melalui
analisis kebijakan. Analisis kebijakan bertujuan untuk memperbaiki kebijakan
dengan cara memciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan (Dunn 2003). Penelitian tentang
Analisis kebijakan terhadap kebijakan pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati
(SDAH) sangat perlu dilakukan untuk mengkaji titik-titik permasalahan antara
pihak pengelola TN Baluran dengan pihak masyarakat desa penyangga kawasan
TN Baluran.
2

Perumusan Masalah

Proses mengusahakan perlindungan suatu sumberdaya alam hayati di


kawasan Taman Nasional, sering kali usaha tersebut terganggu oleh dinamika
Masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan Taman Nasional tersebut.
Kecenderungan terhadap dinamika tersebut adalah perlunya ruang untuk
pemanfaatan potensi sumberdaya alam hayati dalam proses pengembangan dan
peningkatan kualitas hidup Masyarakat, sehingga sering terjadi benturan antara
kepentingan Masyarakat yang menginginkan adanya penghidupan yang layak
dengan kepentingan pemerintah yang menginginkan lingkungan kawasan Taman
Nasional secara lestari.
kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat, terdapat fakta bahwa
adanya perbedaan persepsi antara Manajemen Taman Nasional dengan Masyarakat
sehingga permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana interasi antara
masyarakat dengan kawasan TN Baluran dalam pengelolaan aktifitas pemanfaatan
sumberdaya alam hayati yang ideal melalui kebijakan yang ditetapkan sehingga
analisis kebijakan dapat digunakan sebagai alat untuk mengkaji permasalahan
antara dua pihak tersebut.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu :


1. Mengkaji pemanfaatan sumberdaya alam hayati oleh Masyarakat Desa
Penyangga pada kawasan TN Baluran.
2. Menganalisis persepsi antara Masyarakat Desa Penyangga dengan manajemen
TN Baluran.
3. Menganalisis kebijakan dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati pada
kawasan TN Baluran.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan


dalam pengelolaan TN Baluran untuk menentukan kebijakan dalam pemanfaatan
sumberdaya alam hayati dan keberadaan TN Baluran dapat memberikan manfaat
bagi Masyarakat baik secara ekologi, ekonimi, dan sosial-budaya agar pengelolaan
kawasan TN Baluran dapat lebih menjamin kesejahteraan Masyarakat Desa
Penyangga.

Kerangka Pemikiran

Keberadaan Sumberdaya Alam Hayati (SDAH) pada kawasan konservasi TN


Baluran merupakan faktor pendorong terjadinya interaksi antara masyarakat sekitar
kawasan hutan dengan Pihak Taman Nasional dalam pengelolaan potensi SDAH.
Masyarakat sebagai pelaku dalam memanfaatkan potensi SDAH pada kawasan
konservasi dilihat berdasarkan persepsi aspek ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya.
Pemanfaatan SDAH oleh masyarakat sekitar dapat terlihat pada akses lokasi dan
tujuan pemanfaatan, sehingga menimbul ketergantungan terhadap sumberdaya
hutan tersebut. Keberadaan jenis SDAH yang tersedia dengan ketergantungan
3

masyarakat terhadap SDAH merupakan indikator bahwa kawasan hutan taman


nasional baluran memiliki manfaat yang tinggi bagi kesejahteraan masyarakat
sekitar. Kebijakan Taman Nasional memiliki peran untuk mengendali kegiatan
pemanfaatan SDAH dalam kawasan hutan agar tetap dalam kondisi yang seimbang,
sehingga perlu dilakukan analisis Kebijakan. Secara skematik, kerangka pemikiran
dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran


4

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di kawasan desa penyangga taman nasional yaitu Desa


Sumberwaru, Desa Sumberanyar, dan Desa Wonorejo yang masuk dalam
Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo kemudian Desa Bajulmati dan Desa
Watukebo yang masuk dalam Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi,
jawa timur pada bulan Maret 2016.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Alat dan Subjek

Alat-alat yang digunakan selama penelitian ini adalah kuesioner, tape


recorder, kamera, laptop, aplikasi software Arcgis 10.3. Subjek yang diteliti adalah
Masyarakat yang tinggal di Desa Penyangga TN Baluran yang memanfaatkan
sumberdaya alam hayati dan Pengelola TN Baluran.

Metode Pengambilan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan dari hasil Wawancara, FGD (Focus Group Discussion)
Observasi Lapang dan pembagian kuesioner, sedangkan data sekunder didapatkan
dari literatur mengenai pemanfaatan sumberdaya hutan dan teori-teori yang
mendukung dalam aspek kebijakan kawasan pelestarian alam khususnya Taman
5

Nasional Baluran. Pengambilan data diperoleh dengan cara FGD (Focus Group
Discussion) dan Wawancara dilakukan melalui teknik snowball dengan
sebelumnya menentukan informan kunci. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
mengunakan Skala likert untuk mengukur sikap,pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetepkan secara
spesifik. Indikator dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa
pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas. Kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu
kondisi yang baik, sehingga responden dengan sukarela akan memnberikan data
obyektif dan cepat (Sugiyono 2013).
Indikator yang digunakan dalam metode penilaian yaitu tujuh skala penilaian
untuk menghindari kerancuan dalam penilaian maka, indikator digunakan dalam
metode penilaian dirancang yang sejalan dengan pemahaman umum masyarakat
agar subjektifitas berbagai nilai yang ada terhadap suatu objek dapat dengan mudah
ditelusuri dan dimengerti serta dapat dipercaya oleh responden maka dalam metode
yang dipaparkan pada tulisan ini suatu nilai adalah diwaliki oleh satu indikator.
Dengan demikian, maka agregat dari indikator yang terpenuhi oleh suatu objek
yang menjadi final values objek tersebut atas aspek yang dinilai (Avenzora 2008).

Analisis Data

Data yang dihasilkan dari wawancara kepada pegawai TNGHS maupun


masyarakat dianalisis secara deskriptif untuk merumuskan strategi penyelesaian
konflik penguasaan lahan di Lokapurna. Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis gap dan analisis isi kebijakan (Content Analysis). Analisis gap digunakan
untuk mengetahui kesenjangan persepsi yang terjadi antara manajemen taman
nasional dengan masyarakat desa penyangga. Hasil analisis gap pada Hasil data
kuesioner penilaian responden kemudian dianalisis menggunakan Content analysis
untuk menkaji kebijakan dalam pengelolaan taman nasional Baluran.
Analisis isi kebijakan menggunakan indikator berdasarkan asas peraturan
perundang-undangan dengan melihat Kesesuaian antara Peraturan Perundang-
undangan dengan memperhatikan materi muatan yang tepat terhadap institusi atau
kelompok masyarakat. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu teks yang diambil
dari hasil pembagian kusioner, wawancara dan FGD selama masa observasi terkait
dengan terjadinya kebijakan Taman Nasional. Teks berdasarkan wawancara dan
FGD ini terbentuk ketika ada interaksi antara peneliti dan informan, sehingga dapat
dilihat sebagai suatu tindakan komunikasi.
Content analysis adalah suatu teknik penelitian yang digunakan untuk
menganalisis dokumen-dokumen tertulis yang dapat digunakan, antara lain untuk
menjelaskan pola budaya kelompok, kelembagaan, ataupun masyarakat,
mengidentifikasi intensitas dan karakteristiklainnya, dan mengungkapkan fokus
perhatian dari kelompok, institusi ataupun masyarakat. Teknik penelitian ini dapat
berupa teknik kualitatif maupun kuantitatif yang sistematis dan dapat diaplikasikan
untuk menjelaskan atau memahami tentang konsep yang dikaji (Duke dan Malette
2011).
6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak dan luas


Kawasan Taman Nasional Baluran secara administratif terletak di Kecamatan
Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Kawasan ini di sebelah
Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan selat Bali,
sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah
Barat berbatasan dengan Sungai Klokoran, Desa Sumberwaru. Pada peta bumi,
letak geografis kawasan hutan Taman Nasional Baluran berada koordinat 7°29`10”-
7°55`55” LS dan 114°29`10”-114°39`10” BT.
Taman Nasional ini memiliki luas ± 25000 ha dan terdiri dari dua Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) dan enam resort. SPTN I Bekol meliputi
Resort Perengan, Resort Bama, Resort Balanan dan Unit Breeding Banteng
sedangkan SPTN II Karangtekok meliputi Resort Bitakol, Resort Watunumpuk dan
Resort Labuhan Merak. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam nomor SK 228/IV-SET/2012, Taman Nasional
Baluran memiliki tujuh zona, yaitu zona inti (6920.18 ha), zona rimba (12604.14
ha), zona pemanfaatan (1856.51 ha), zona tradisional (1340.21 ha), zona rehabilitasi
(365.81 ha), zona perlindungan bahari (1174.96 ha) dan zona khusus (738.19 ha).

Kondisi fisik kawasan


Taman Nasional Baluran memiliki delapan macam ekosistem, yaitu hutan
pantai, hutan payau, hutan mangrove, savana, hutan pegunungan bawah, hutan
musim, padang lamun dan terumbu karang. Perbedaan yang paling jelas terlihat di
antara ekosistem tersebut adalah komposisi vegetasi. Kondisi fisik kawasan Taman
Nasional Baluran dapat dijabarkan berdasarkan aspek iklim, topografi, tanah,
geologi dan hidrologi yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kondisi fisik kawasan Taman Nasional Baluran

Aspek Kondisi
Iklim Tipe iklim F (kering) dengan temperatur berkisar antara 27.2˚C-
30.9˚C dan kelembaban udara rata-rata sebesar 77%
Topografi Relatif datar dengan ketinggian mulai dari 25 m dpl hingga 1247 m
dpl yang semakin curam Mendekati Gunung Baluran
Tanah Andosol (5.52%), Latosol (20.23%), Mediteran Kuning dan
Grumusol (51.25%) dan Alluvium (23%)
Geologi Tanah pegunungan terdiri dari jenis tanah aluvial dan vulkanik serta
tanah dasar laut
Hidrologi Tata air radial dengan sungai-sungai besar
Sumber: Balai Taman Nasional Baluran (2014)

Kondisi sosial ekonomi dan budaya


Taman Nasional Baluran dikelilingi oleh lima desa penyangga, yaitu Desa
Wonorejo, Desa Bajulmati, Desa Watukebo, Desa Sumberwaru dan Desa
7

Sumberanyar. Desa Wonorejo, Desa Sumberwaru dan Desa Sumberanyar terletak


di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo sedangkan Desa Bajulmati dan
Desa Watukebo terletak di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Data
luas kawasan dan jumlah penduduk dari lima desa penyangga Taman Nasional
Baluran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data kependudukan desa penyangga Taman Nasional Baluran

Desa Luas (km2) Jumlah penduduk (jiwa)


Wonorejo 239.19 6576
Bajulmati 12.43 8604
Watukebo 145.79 6884
Sumberwaru 111.27 8280
Sumberanyar 97.71 16720
Sumber: BPS Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi (2015)

Mata pencaharian utama masyarakat desa penyangga adalah petani dan buruh
tani. Sumberdaya alam hayati dengan nilai ekonomi dimanfaatkan oleh masyarakat
desa sekitar hutan di TN Baluran, antara lain buah asam, biji akasia, umbi gadung,
daun gebang, kelanting, kemiri, kroto, madu, kayu bakar, rambanan dan rumput
untuk makanan ternak. Kayu bakar, rumput yang sering dikumpulkan oleh
masyarakat dari dalam kawasan TNB. Masyarakat desa juga memanfaatakan
potensi SDAH laut pada zona perairan berupa ikan. Pemanfaatkan SDAH oleh
masyarakat desa penyangga dijadikan sebagai pekerjaan utama dan pekerjaan
sampingan. Masyarakat desa penyangga didominasi oleh Suku Jawa dan Suku
Madura. Pengaruh kedua suku ini dapat dilihat pada acara-acara seperti perkawinan
dan khitanan namun, meskipun demikian tidak terdapat kebudayaan khusus yang
berkembang pada masyarakat.

Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati (SDAH)

Interaksi merupakan suatu hubungan yang terjadi antara dua faktor atau lebih
yang saling mempengaruhi dan saling memberi aksi. Hutan dan fungsinya tidak
dapat terlepas dari pengaruh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya hutan
untuk kepentingan hidup dan lingkungan. Masyarakat sekitar hutan adalah
penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan yang memiliki kesatuan
komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan
dan aktifitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan ( Permenhut No 56
Tahun 2006).
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya (PP No 6 Tahun
2007). Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang
bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem (UU No 5 Tahun 199). Pemanfaatan SDAH merupakan salah satu bentuk
pemanfaatan hutan yang menggunakan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
8

kayu.
Sumber daya alam hayati merupakan aspek keaneragaman hayati hutan
yang paling relevan dengan lingkungan hidup dan kesejahteraan. Keuntungan yang
paling jelas berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam hayati seperti kayu
bakar, makanan dan lain-lain merupakan pendapatan yang cukup besar bagi orang
yang hidup sekitar hutan (Chomitz KM.2007). Manfaat hutan secara langsung
berupa hasil hutan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia (Djajapertjunda dan Djamhuri. 2013). Pemanfaatan jenis sumberadaya
alam hayati dan tujuan pemanfaatannya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pemanfaatan SDAH oleh Masyarakat Desa Penyangga

Jenis Desa
No Tujuan Pemanfaatan
SDAH Bj Sw Sa Wk Wr
1 Akasia   Dijual
2 Asam    Dijual
3 Bekicot  Dijual
4 Cumi-cumi    Konsumsi rumah tangga
5 Gadung  Dijual
6 Gebang    Dijual
Konsumsi rumah tangga dan
7 Ikan   
Dijual
8 Kayu Bakar     Bahan bakar dan Dijual
9 Kedawung  Dijual
10 Kemiri      Dijual
11 Kroto   Dijual
12 Madu     Dijual
13 Rotan  Dijual
14 Rumput     Pakan Ternak dan Dijual
15 Ules  Dijual
Jumlah 10 9 5 3 11
keterangan : Bj : Bajulmati, Sw : Sumberwaru, Sa: Sumberanyar, Wk : Watukebo, Wr : Wonorejo

Masyarakat desa penyangga TN.Baluran secara tradisional mengumpulkan


aneka ragam SDAH yang berbeda antara satu desa dengan desa lainnya sebab setiap
desa penyangga memiliki distribusi penjualan pasar yang berbeda. Jenis
Sumberdaya Alam Hayati yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga
merupakan komoditas yang memiliki nilai jual atau digunakan secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemanfaat Jenis Sumberdaya Alam Hayati tertinggi berada pada Desa
Wonorejo karena lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan TN Baluran.
Mayoritas masyarakat desa penyangga memanfaatkan SDAH untuk dijual karena
dipengaruhi oleh keberadaan distribusi dan permintaan pasar. Penjualan hasil hutan
didisbusikan melalui pengepul pada masing-masing desa penyangga. Pemanfaatan
SDAH selama ini lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi, masyarakat
menganggap bahwa SDAH merupakan aset untuk mengeruk keuntungan sebesar-
besarnya sebagai sumber mata pencaharian (Alikodra 2012). Jenis SDAH yang
dimanfaatkan pada masing-masing desa didominasi pada jenis kemiri namun
9

Kemiri termasuk salah satu tumbuhan penting di TN Baluran dengan status


ancaman IUCN terhadap spesies adalah Not Evaluated. Penentuan jenis komuditi
hasil hutan terdapat dua pertimbangan yaitu pertama, sebagai tanggapan atas
permintaan pasar masyarakat mengembangkan dan melestarikan SDAH tersebut
agar dapat dijual ke pasar bebas. Kedua, sebagai tanggapan atas kesesuaian dengan
lingkungan. masyarakat melakukan pengamatan dan membuat kriteria kesesuaian
lahan untuk pengembangkan jenis komoditinya (Tadjudin 2000). Sebaran lokasi
pemanfaatan jenis sumberdaya alam hayati oleh masyarakat desa penyangga
berdasarkan pada lokasi wilayah kerja zonasi Taman Nasional Baluran disajikan
pada Tabel 4.

Tabel 4 Lokasi pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Penyangga

Zona
no Jenis SDAH
A B C D E F
1 Akasia  
2 Asem   
3 Bekicot 
4 Cumi-Cumi 
5 Gadung 
6 Gebang  
7 Ikan 
8 Kayu Bakar    
9 Kedawung 
10 Kemiri  
11 Kroto   
12 Madu  
13 Rotan 
14 Rumput   
15 Ules 
Jumlah 1 12 3 8 2 2
Keterangan : A: Inti, B: Rimba, C: Pemanfaatan, D: Tradisional, E: Rehabilitasi, F: Perlindungan
Bahari

Lokasi persebaran SDAH, dengan potensi yang menjanjikan tersebut


merupakan faktor yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan berbagai jenis
SDAH. Keberadaan jenis sumberdaya alam hayati dapat mempengaruhi lokasi
masyarakat desa penyangga TN Baluran dalam kegiatan pemanfaatan. Pemanfaatan
jenis sumberdaya alam hayati TN Baluran didominasi pada Zona Rimba dan Zona
Tradisional jika dibandingkan dengan zona lain, hal ini disebabkan zona tersebut
memiliki jenis sumberdaya alam hayati yang cukup tinggi dan mencukupi
kebutuhan hidup Masyarakat dan akses menuju zona tersebut dapat mengunakan
kendaraan motor sehingga mobilitas masyarakat dapat terlihat pada zona rimba dan
zona tradisional. Masyarakat desa memiliki akses yang paling dekat terhadap setiap
pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang diikuti oleh tingkat ketergantungannya
serta hubungan yang paling signifikan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat
hutan (Aryadi 2012). Sebaran pemanfaatan sumberdaya alam hayati masyarakat
dapat dilihat pada Gambar 3.
10

Gambar 3 Lokasi pemanfaatan SDAH TN Baluran

Gambar tiga menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya alam hayati pada


zona rimba dan tradisional nilai manfaat yang tinggi dibandingkan zona lainnya.
Hal ini disebabkan selain karena memiliki keseterdiaan sumberdaya alam hayati
yang tinggi, zona rimba juga merupakan zona terluas meliputi zona rimba terestrial
dan area perlindungan bahari. Secara keruangan, zona rimba terestrial mengelilingi
zona inti TN Baluran dan memisahkannya dengan zona lainnya. Di wilayah timur
zona rimba membelah zona inti sepanjang koridor jalan Batangan-Bekol selebar
500 m kanan dan 500 m kiri jalan Batangan-Bekol. Zona perlindungan bahari
berada di perairan TN Baluran, kecuali di blok Bilik-Sijile dan sekitar Pantai Bama.
Luas zona rimba yang mendominasi kawasan hutan TN Baluran sangat
mempengaruhi lokasi aktivitas masyarakat sedang manajmen TN Baluran hanya
menyediakan zona tradisional untuk pemanfaatan sumberdaya alam hayati. Zona
tradisional ditetapkan atas dasar pertimbangan (1) adanya pemanfaatan intensif oleh
masyarakat selama bertahun-tahun (terutama rumput pakan ternak dan hasil laut),
(2) tingkat ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap kebutuhan kayu bakar,
buah asam, rumput dan daun gebang yang diambil dari hutan, dan (3) kedekatan
lokasi dengan pemukiman di zona khusus maupun diluar kawasan. Pemanfaatan
sumberdaya alam terbatas dan dikendalikan dengan cara-cara tradisional dengan
memperhatikan asas keberlanjutan dan pelestarian.
Tabel 5 menunjukkan bahwa pengambilan sumberdaya alam hayati
masyarakat desa penyangga memiliki waktu panen yang berbeda. Jenis sumberdaya
alam hayati seperti pada jenis gebang, kayu bakar, kroto dan rumput dapat dipanen
setiap tahun sedangkan pada jenis sumberdaya alam hayati lainnya hanya dapat
dipanen pada musim tertentu. Aktivitas pemanfaatan masyarakat desa penyangga
yang dipengaruhi oleh tujuan pemanfaatan, lokasi pengambilan, dan waktu panen
juga dapat diamati pada interaksi rutinitas masyarakat terhadap pengambilan hasil
hutan.
11

Tabel 5 Waktu pengambilan SDAH kawasan Taman Nasional Baluran

Waktu pengambilan (bulan)


No Jenis SDAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Akasia      
2 Asam     
3 Bekicot    
4 Cumi-cumi    
5 Gadung  
6 Gebang            
7 Ikan    
8 Kayu Bakar            
9 Kedawung      
10 Kemiri      
11 Kroto            
12 Madu        
13 Rotan            
14 Rumput            
15 Ules-ules   

Biji akasia dapat dipanen pada musim kemarau biji akasia sudah mulai tua
dan masak antara bulan juni sampai dengan bulan november. Buah asam dapat
dipanen pada musim kemarau buah asam sudah mulai tua dan masak antara bulan
juni sampai dengan bulan oktober. Bekicot dapat dipanen pada musim hujan antara
bulan Januari sampai dengan bulan april. Cumi-cumi dimanfaatkan oleh
masyarakat pada musim hujan cumi-cumi dan ikan dimanfaatkan antara bulan
Januari sampai dengan bulan april
Gadung dapat dipanen pada musim kemarau gadung sudah mulai tua dan
masak antara bulan september sampai dengan bulan oktober. Daun dan buah
gebang dapat diambil pada sepanjang tahun sebab waktu tersebut merupakan massa
berbuah tumbuhan gebang. Kayu bakar dapat diambil pada sepanjang tahun karena
penyebaran sangat luas dan dekat dengan kawasan desa penyangga. Biji kemiri
dapat dipanen pada musim kemarau kemiri sudah mulai tua dan masak antara bulan
juli sampai dengan bulan desember. Kedawung dapat dimanfaatkan mulai dari
bulan juli sampai dengan bulan desember.
Kroto dapat diambil pada sepanjang tahun karena penyebaran sangat luas dan
dekat dengan kawasan desa penyangga. Madu dapat diambil mulai dari bulan mei
sampai dengan bulan desember karena kualitas dan rasa madu dipengruhi oleh
musim pertumbuhan bunga. Rotan dapat dimanfaatan dalam waktu setiap bulannya
dalam satu tahun. Rumput dapat dipanen pada sepanjang tahunnya namun, musim
penghujan mulai rumput sudah cukup panjang dan tua, sehingga baik untuk
dijadikan pakan ternak. Tujuan, lokasi, dan waktun pemanfaatan SDAH masyarakat
desa penyangga secara spesifik dapat dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2,
Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5.
Gambar empat menunjukkan bahwa tingkat rutinitas atau frekuensi
masyarakat dalam pemanfaatan SDAH kawasan hutan TN Baluran dengan nilai
tinggi terletak pada zona rimba.
12

Gambar 4 Interaksi masyarakat desa dengan kawasan TN Baluran

Pemanfaatan SDAH dengan nilai sedang terletak pada zona rimba, zona
rehabilitasi, zona tradisional, zona pemanfaatan. Pemanfaatan SDAH dengan nilai
rendah terletak pada zona tradisional, zona khusus, zona rimba dan zona inti.
Frekuensi pemanfaatan SDAH yang berbeda pada setiap zona berdasarkan Gambar
4 dipengaruhi oleh kondisi akses dan durasi untuk mecapai lokasi SDAH,
ketersediaan SDAH yang diminati masyarakat pada setiap zona dan kebijakan dari
TN Baluran itu sendiri. Frekuensi pengambilan SDAH dikategorikan dengan tiga
nilai yaitu rendah sedang (21001-42000) dan tinggi (42001-64000) dalam setiap
tahun secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran 6.

Persepsi Pemanfaatan Hutan

Persepsi adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu,


sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana
seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi dapat diartikan juga
sebagai pandangan, interprestasi, penilaian, harapan atau aspirasi seseorang
terhadap objek yang dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali
dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung,
telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interprestasi atau penaksiran tentang
objek yang dimaksud (Leavitt 1978).

Aspek kepentingan manfaat hutan


Perbedaan cara pandang atau persepsi antara Pemerintah dengan Masyarakat,
khususnya yang tinggal di sekitar SDA. Pemerintah memandang bahwa alam yang
unik, khas dan utuh harus dilindungi sehingga penduduk sekitar merupakan
ancaman. Masyarakat memandang bahwa hutan adalah hasil konstruksi sosial
13

antara masyarakat dan ekosistem di sekitarnya, pengetahuan lokal masyarakat


adalah landasan dalam mengalokasikan, mengakses dan mengontrol sumberdaya
alam tersebut (Santosa 2008). Perbedaan cara pandang antara masyarakat dengan
manajemen TN baluran pada aspek kepentingan manfaat hutan dapat dilihat
Gambar 5.

7
6
5
4
3
2
1
0
Masyarakat TN Baluran
Ekologi 4 7
Ekonomi 7 2
Sosial 7 7
keterangan 1 = sangat tidak penting 2 = tidak penting 3 = agak tidak penting
4 = sedang 5 = agak penting 6 = penting
7 = sangat penting
Gambar 5 Nilai persepsi aspek kepentingan manfaat hutan

Gambar lima menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi pada aspek


kepentingan ekologi dan ekonomi menurut persepsi masyarakat dengan manajemen
TN Baluran. Masyarakat menilai bahwa manfaat hutan pada aspek kepentingan
ekologi memiliki nilai empat (sedang). Hal ini disebabkan masyakarakat menilai
bahwa hutan dapat dimanfaatkan massa airnya, hutan dapat melindungi
keanekaraman hayati ,menyelamatkan dan melindungi lingkungan. Manajemen
TN Baluran menilai bahwa manfaat hutan pada aspek kepentingan ekologi
memiliki nilai tujuh (sangat penting). Hal ini disebabkan manajemen TN Baluran
menilai bahwa manfaat hutan selain memiliki manfaat massa air, perlindungan
keanekaraman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan hutan juga
memiliki manfaat ekologi lainya yaitu manfaat jasa air, penyerapan dan/atau
penyimpanan karbon dan hutan dapat mengatur keseimbangan iklim global.
Manfaat hutan pada aspek kepentingan ekonomi menurut persepsi
masyarakat memiliki nilai tujuh (sangat penting). Hal ini disebabkan masyarakat
menilai manfaat hutan bertujuan untuk dimanfaatkan jasa wisata alam, kawasan,
hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu serta melakukan aktivitas pemungutan
hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Manajemen TN Baluran menilai bahwa manfaat hutan pada aspek kepentingan
ekologi memiliki nilai 2 (tidak penting). Hal ini disebabkan manajemen TN Baluran
menilai bahwa meskipun manfaat kawasan hutan Taman Nasional memiliki peran
dalam pemberdayaan masyarakat terutama pada pengembangan ekonomi namun,
hanya pada pemanfaatan wisata alam yang diperkenankan karena dinilai pada
kegiatannya tidak merusak hutan.
14

Manfaat hutan pada aspek kepentingan sosial menurut persepsi masyarakat


dengan manajemen taman nasional baluran memiliki nilai yang sama yaitu tujuh
(sangat penting). Hal ini disebabkan hutan dapat menbentuk identas,budaya,
kebiasaan, tatanilai, pengetahuan etnobiologi dan kearifan lokal masyarakat sekitar
hutan. Indikator nilai aspek kepentingan manfaat hutan secara spesifik dapat dilihat
pada Lampiran 7.

Aspek potensi manfaat hutan


Salim (2004) menyatakan bahwa Potensi sumberdaya alam hayati di kawasan
Taman Nasional merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat sebagai
penunjang kebutuhannya. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Taman
Nasional sangat bergantung terhadap keberadaan sumberdaya hutan secara
langsung maupun tidak langsung berdasarkan aspek keaneragaman ekologi,
ekonomi, dan sosial-budaya. Fungsi ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya dari
hutan merupakan bagian yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat terutama
yang tinggal di daerah pedesaan (Aryadi 2012). Persepsi antara masyarakat dengan
manajemen TN Baluran pada aspek potensi manfaat hutan dapat dilihat Gambar 6.

7
6
5
4
3
2
1
0
Masyarakat TN Baluran
Ekologi 5 7
Ekonomi 6 4
Sosial 7 7
Keterangan 1 = sangat rendah 2 = rendah 3 = agak rendah
4 = sedang 5 = agak tinggi 6 = tinggi
7 = sangat tinggi
Gambar 6 Nilai persepsi aspek potensi manfaat hutan

Manfaat hutan pada aspek potensi ekonomi menurut persepsi masyarakat


memiliki nilai enam (tinggi). Hal ini disebabkan masyarakat menilai bahwa hutan
memiliki potensi sebagai sumber ekonomi di dalam dan di sekitar kawasan,
perkembangan usaha pemanfaatan kawasan hutan serta hutan memiliki Sarana dan
prasarana penunjang pembangunan ekonomi sehingga masyarakat memiliki
Ketergantungan terhadap sumber daya alam dan Investasi terhadap pemanfaatan
kawasan hutan. Manajemen TN Baluran menilai bahwa manfaat hutan pada aspek
kepentingan ekologi memiliki nilai 4 (sedang). Hal ini disebabkan hutan taman
nasional memiliki potensi Sumber ekonomi di dalam dan di sekitar kawasan, Sarana
dan prasarana penunjang pembangunan ekonomi dan Rencana pembangunan
15

regional untuk meningkat pendapatan devisa negara melalui pengembangan wisata


alam.
Manfaat hutan pada aspek potensi sosial menurut persepsi masyarakat dengan
manajemen taman nasional baluran memiliki nilai yang sama yaitu tujuh (sangat
penting). Hal ini disebabkan hutan taman nasional memiliki sejarah pemukiman di
dalam kawasan, perkembangan demografi sekitar kawasan, kearifan tradisional
pengelolaan sumber daya alam, adat istiadat, modal sosial masyarakat, dan
pengetahuan ekologi lokal. Indikator nilai aspek potensi manfaat hutan secara
spesifik dapat dilihat pada Lampiran 8.

Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati

Kebijakan pemerintah
Kebijakan merupaka suatu keputusan untuk bertindak yang dibuat atas nama
suatu kelompok sosial, yang memiliki implikasi yang komples, dan yang bermsuk
mempengaruhi anggota kelompok dengan penetapan sangsi-sangsi. Analisis
kebijakan adalah salah satu diantara sejumlah banyak faktor lainnya di dalam sistem
kebijakan. Suatu sistem kebijakan atau pola institusional yang di dalamnya
mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur, yaitu kebijakan publik, pelaku
kebijakan dan lingkungan kebijakan (Dunn 2012). Isi kebijakan yang berkaitan
dengan pemanfaatan SDAH kawasan TN Baluran, berdasarkan hirarkhi Peraturan
Perundang-undangan yang diawali dari Undang-undang (UU), Peraturan
Pemerintah (PP), sampai dengan Peraturan Menteri (Permen). Taman Nasional
Baluran adalah salah satu kawasan pelestarian alam yang dikelola berdasarkan
Peraturan Perundangan-undangan sebagai landasan hukum pengelolaan wilayah
kerja kawasan konservasi.
Kebijakan merupakan salah satu unsur penting dalam organisasi atau lembaga
yang digunakan untuk pengendalian atau pengaturan kepentingan umum. Dalam
hal kebijakan dilakukan oleh pemerintah untuk kepentingan umum maka kebijakan
dapat diartikan sebagai suatu perangkat prinsip-prinsip yang mendasari
pengambilan keputusan kebijakan publik. Kebijakan dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk: 1) Instrumen legal (hukum), seperti peraturan perundangan , 2).
Instrumen ekonomi, seperti kebijakan fiskal, subsidi dan harga, 3) petunjuk, arahan
ataupun ketetapan, 4) Pernyataan politik, dan 5) Kebijakan dapat dituangkan dalam
garis-garis besar arah pembangunan, strategi, maupun program. Keberhasilan
kebijakan sangat ditentukan oleh proses pembuatannya dan implementasinya.
Kebijakan merupakan peraturan yang telah dirumuskan dan disepakati untuk
dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan atau mempengaruhi pertumbuhan,
yang melingkupi kehidupan masyarakat umum (Dunn 2012).
Kebijakan kehutanan adalah pendirian atau sikap masyarakat, golongan, atau
pemerintah yang bertujuan sedemikian rupa sehingga manfaat-manfaat yang
senantiasa diharapkan dari sumberdaya hutan ini tetap dapat diperoleh masyarakat
dengan optimal dan lestari. Kebijakan pengelolaan hutan merupakan arahan-arahan
pokok yang memuat cara dan tindakan dalam mengelola hutan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga keberadaan sumberdaya hutan dan
mutu lingkungan hidup (Santosa 2012). Peraturan perundang-undangan yang
terkait dalam kebijakan pemanfaatan SDAH kawasan TN Baluran dapat dilihat
pada Tabel 6.
16

Tabel 6 Peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan

no Peraturan Perundang-undangan Isi kebijakan


1 UU Nomor 5 Tahun 1990 Pemanfaatan secara lestari sumber daya
tentang Konservasi Sumber alam hayati dan ekosistemnya dilakukan
Daya Alam Hayati dan melalui kegiatan:
Ekosistemnya Pasal 26, pasal a. pemanfaatan kondisi lingkungan
27 dan pasal 28 kawasan pelestarian alam
b. pemanfaatan jenis tumbuhan dan
satwa liar
2 UU Nomor 41 Tahun 1999 Pemanfaatan kawasan hutan dapat
tentang Kehutanan Pasal 23 dilakukan pada semua kawasan hutan
dan pasal 24 kecuali pada hutan cagar alam serta zona
inti dan zona rimba pada taman nasional.
3 PP Nomor 6 Tahun 2007  Pemanfaatan hutan dapat
tentang Tata Hutan dan dilakukan melalui kegiatan:
Penyusunan Rencana pemanfaatan kawasan, jasa
Pengelolaan Hutan serta lingkungan hasil hutan kayu dan
Pemanfaatan Hutan, pasal 17 bukan kayu; dan pemungutan hasil
dan pasal 18 hutan kayu dan bukan kayu.
 Pemanfaatan hutan dapat
dilakukan pada seluruh kawasan
hutan yaitu kawasan: hutan
konservasi, kecuali pada cagar alam
serta zona rimba, dan zona inti dalam
taman nasional
4 PP Nomor 28 Tahun 2011 Pemanfaatan Taman Nasional dapat
tentang Pengelolaan Kawasan dimanfaatkan untuk kegiatan
Suaka Alam dan Kawasan a. pemanfaatan tumbuhan dan
Pelestarian Alam.pasal 35 satwa liar
b. pemanfaatan sumber plasma
nutfah untuk penunjang budidaya
c. pemanfaatan tradisional.
5 Permenhut NOMOR: P. 56  Zona tradisional berfungsi untuk
/Menhut-II/2006 Tentang pemanfaatan potensi tertentu taman
Pedoman Zonasi Taman nasional oleh masyarakat setempat
Nasional pasal 6 dan pasal 7 secara lestari melalui pengaturan
pemanfaatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
 Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam zona tradisional
meliputi Pemanfaatan potensi dan
kondisi sumberdaya alam sesuai
dengan kesepakatan dan ketentuan
yang berlaku.
17

Tabel 6 menunjukkan bahwa Kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan


SDAH pada Taman Nasional oleh masyarakat setempat dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan pemanfaatan jasa wisata alam; pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; pemanfaatan
tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan
bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis
yang tidak dilindungi. Pemanfaatan tradisional bersebut dapat dilakukan pada zona
tradisional sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan yang berlaku. Zona tradisional
adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan
tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan
dengan sumber daya alam. Pemanfaatan tradisional dilakukan sesuai dengan
kesepakatan dan ketentuan yang berlaku dengan melakukan kegiatan pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan
satwa liar (Permenhut 56 Tahun 2006).

Implementasi kebijakan pemanfaatan SDAH taman nasional baluran


Implemantasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi
kebijakan dalam kurun tertentu (Dunn 2012). Kebijakan pemanfaatan SDAH antara
Pengelola Taman Nasional Baluran dengan masyarakat membuat kesepatan
bersama melalui musyawarah. Kesepakan tersebut dilakukan secara konsensus
(tidak resmi) dengan ketentuan tidak merusak kawasan hutan TN Baluran.
Implementasi kebijakan pihak Pengelola TN Baluran dilakukan dengan membatasi
terhadap aktivitas pemanfaatan SDAH yang dukung dengan upaya pengendalian
dan pengawasan serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa penyangga.
Implemantasi kebijakan pengelolaan taman nasional baluran terhadap pemanfaatan
SDAH oleh masyarakat sekitar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Implemantasi kebijakan Taman Nasional Baluran

Implementasi
No Keterangan
Kebijakan
1 Pembatasan Aktivitas Pembatasan pengambilan hasil hutan berdasarkan
Pemanfaatan SDAH aspek jenis SDAH, lokasi, waktu, alat angkut dan
jumlah individu masyarakat
2 Pengendalian dan Pengendalian dan pengawasan dilakukan pada
Pengawasan kawasan masing-masing resort dan lokasi pintu
masuk mobilitas masyarakat dengan kawasan
hutan.
3 Penyuluhan Program Penyuluhan menggunakan sistem
pendekatan dan pertemanan terhadap masyarakat

Kebijakan TN Baluran dalam mejaga kelestarian hutan melakukan upaya


pembatasan pada kegiatan pemanfaatan SDAH oleh Masyarakat Desa Penyangga.
Pembatasan tersebut dipertimbangkan berdasarkan jenis SDAH, lokasi, waktu, alat
angkut, dan jumlah individu masyarakat. TN Baluran memberikan izin
memanfaatkan SDAH hanya pada jenis tumbuhan akasia, karena akasia merupakan
tumbuhan invasi spesies eksotik yang tumbuh, menyebar dan berkembangbiak
18

dengan sangat cepat serta memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan kering.
Akasia tersebut dapat merubah ekosistem padang rumput di kawasan hutan TN
Baluran sehingga TN Baluran melibatkan peran serta masyarakat.
Lokasi pengambilan SDAH hanya diizinkan pada zona tradisional, zona
rehabilitasi dan zona khusus sebab zona-zona tersebut dapat dijumpai tumbuhan
acacia dan menghindari ganggu masyarakat terhadap aktivitas satwa. Waktu
pemanfaatan SDAH hanya diizinkan pada musim kemarau selama tiga bulan yaitu
dimulai pada bulan juli sampai oktober. intensitas cahaya matahari yang tinggi saat
musim kemarau dapat memicu perkecambahan biji akasia. Alat angkut yang
diperkenankan untuk pengambilan biji Akasia, adalah perahu, sepeda motor dan
sepeda motor. perahu hanya dapat berlabuh pada zona rehabilitasi sedangkan, pada
sepeda motor diperkenankan sampai lokasi pengambilan.
Masyarakat pengambil biji Akasia diutamakan dari desa penyangga dengan
mendaftar pada para pengepul/juragan, sedangkan untuk luar desa penyangga
dibatasi untuk setiap pengepul/juragan sebanyak 25 orang dengan menyertakan
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat keterangan kerja dari
desa/kelurahan asal. Setiap pencari biji akasia wajib mengetahui peraturan
perundangan yang berlaku di dalam kawasan Taman Nasional Baluran dan aturan
dalam pencarian biji akasia di dalam kawasan Taman Nasional Baluran.
Pengendalian dan pengwasan dalam pemanfaatan biji Akasia di dalam
kawasan TN Baluran dilakukan dengan patroli pengawasan yang dilakukan oleh
setiap resort dan dibantu oleh polhut dari resort lain melalui kegiatan patrol
fungsional. Pencari atau pengambil biji Akasia jika melakukan pelanggaran baik
itu terkait batas wilayah, alat angkut, dan tertib administrasi, akan ditindak dengan
tiga tahapan. Pelanggaran pertama akan ditindak dengan dibuatkan surat pernyataan,
pelanggaran kedua kali akan disita alat dan hasil pengambilan (biji akasia) serta
dicabut surat keterangan kerjanya dan, pelanggaran Tiga akan ditindak secara
hukum dengan pihak kepolisian.
Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama agar
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Program penyuluhan kehutanan bertujuan Pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas, kemampuan dan kemandirian masyarakat berbasis
pembangunan kehutanan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama
pada mereka yang tingggal disekitar kawasan hutan dengan pendekatan social
forestry. (Permenhut no 78 tahun 2014).
Program penyuluhan kehutanan Taman Nasional Baluran dilaksanakan
dengan cara yang partisipatif. Proses penyuluhan dapat menggunakan media
komunikasi elektronik atau secara langsung kepada masyarakat. Proses penyuluhan
kehutanan Taman Nasional Baluran dilaksanakan melalui pendekatan fasilitasi
dan pendampingan secara terus menerus untuk mencapai kemandirian masyarakat
berbasis pembangunan kehutanan. Program penyuluhan kehutanan taman nasional
yang bersifat substantif pada prinsipnya meliputi kegiatan pelestarian hutan dan
konservasi alam serta Pengembangan aneka usaha. Program penyuluhan Taman
Nasional Baluran digolongkan berdasarkan aspek pembinaan, pelatihan,
keterampilan dan pendampingan Program penyuluhan sebagai bentuk alternatif
implementasi Taman Nasional Baluran dapat dilihat pada Tabel 8.
19

Tabel 8 Program penyuluhan Taman Nasional Baluran

Aspek
No Program
Penyuluhan
1 Pembinaan  Kader Konservasi
 Pramuka Saka Wanabakti
 Pendidikan konservasi
 Penyuluhan Media Eletronik (Radio Suara
Baluran 107.4 FM)
2 Pelatihan  Pembuatan Pupuk Organik
 Ternak Lebah Madu
 Pembuatan Instalasi Energi Alternatif (Biogas)
 Pembuatan awetan Pakan Ternak berbentuk silase
3 Keterampilan  Pembuatan Souvenir
 Pelatihan Seni Musik
4 Pendampingan  Komunitas Peternakan Dan Petani
 Penanaman jenis tanaman yang bernilai ekonomis
 Bantuan modal usaha pertanian Agribisnis

Materi penyuluhan kehutanan TN baluran mencakup aspek-aspek yang


berkaitan dengan pembangunan kehutanan, yaitu Aspek manajemen, berkaitan
dengan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Aspek ekonomi,
berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam hayati meliputi antara lain modal,
sarana produksi, akses potensi sumber daya, peluang usaha. Aspek ekologi,
berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya kelestarian sumber
daya hutan sebagai sistem penyangga kehidupan bagi kesejahteraan masyarakat.
Aspek hukum, antara lain pemberian informasi tentang peraturan perundang-
undangan sehingga masyarakat menyadari hak dan kewajibannya khususnya yang
berkaitan dengan bidang kehutanan.

Analisis Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati

Analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan


dalam proses pembuatan kebijakan. Analisis kebijakan dalam menciptakan
pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan dengan meneliti sebab, akibat
dan kinerja kebijakan dan program publik ( Hasrold & Lasswell 1968 dalam Dunn
2003). Analisis kebijakan pemanfaatan SDAH menurut bentuknya termasuk dalam
analisis kebijakan retrospektif (ex post) yang dijelaskan sebagai penciptaan dan
transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Masalah kebijakan
adalah serangkaian konstrosi mental yang diabstraksikan dari situasi masalah nilai,
kebutuhan, atau kesempatan yang belum terpenuhi, yang dapat diiidentifikasi,
untuk kemudian diperbaiki melalui tindakan publik. (Dunn 2000).
Hasil pengkajian pemanfaatan SDAH masyarakat desa penyangga pada
kawasan hutan TN Baluran menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan hasil
hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menjual hasil pengambilan
dan/ atau dikonsumsi sendiri. Pemanfaatan hasil hutan masyarakat dengan cara
memungut hasil hutan. Kegiatan pemungutan hasil hutan merupakan salah satu
20

bentuk pemanfaatan tradisional yang dapat dilakukan pada kaawasan hutan taman
nasional (PP Nomor 28 Tahun 2011). Lokasi pemanfaatan SDAH masyarakat pada
setiap zona pengelolaan TN Baluran terutama pada zona rimba dan inti merupakan
salah satu bentuk pelanggaran masyarakat. Hal tersebut tidak relevan dengan
kebijakan pemerintah pada PP Nomor 6 Tahun 2007 dan UU Nomor 41 tahun 1999
yang menyatakan bahwa pemanfaatan hutan dapat dilakukan pada seluruh kawasan
hutan yaitu kawasan: hutan konservasi, kecuali pada cagar alam serta zona rimba,
dan zona inti dalam taman nasional.
Pihak masyarakat desa penyangga menyatakan bahwa hasil dari kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam hayati tidak memuaskan karena pada zona yang
diperbolehkan yaitu zona tradisional tidak mencukupi atau sudah habis dan
masyarakat merasa dirugikan karena dibatasi kawasannya sehingga perekonomian
masyarakat terhambat. Hal ini disebabkan pemanfaatan jenis SDAH taman
nasional baluran didominasi pada zona rimba kemudian jenis SDAH yang
dimanfaatan pada setiap desa adalah kemiri yang berada pada zona inti karena
kemiri memiliki permintaan pasar yang tinggi. Zona tradisional tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa penyangga karena zona tradisional
merupakan zona yang terbatas dan belum tentu sumberdaya yang dicari masyarakat
ada di zona tersebut jika SDAH tersebut pada jumlahnya terbatas dan tidak
mencukupi kebutuhan masyarakat sedangkan pada zona lainnya memiliki SDAH
yang melimpah.
Hasil analisis kesenjangan persepsi antara stakholder menunjukkan bahwa
adanya perbedaan pada parameter ekologi dan ekonomi dalam aspek kepentingan
dan aspek potensi manfaat hutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai aspek
kepentingan dan potensi pada ekologi lebih tinggi dibandingkan dengan pada
parameter ekonomi sedangkan menurut masyarakat aspek kepentingan dan potensi
pada parameter ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan pada parameter ekologi.
perbedaan tersebut menimbulkan masalah yaitu konflik kepentingan antara
stakholder. Masalah kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan
yaitu para individu yang mempunyai andil di dalam kebijakan (Dunn 2012). Setiap
perbedaan merupakan sumber konflik, perbedaan kepentingan pengelolaan taman
nasional baluran memiliki kepentingan melakukan konservasi kawasan taman
nasional dengan demikian tidak memperkenankan kegiatan pemanfaatan di dalam
kawasan taman nasional. Sementara masyarakat masih bergantung terhadap potensi
sumberdaya hutan. Bagi masyarakat hutan merupakan tempat menggantungkan
hidup untuk memenuhi kebutuhan perekonomian dan sosial-budaya (Tadjudin
2000).
Program pemberdayaan masyarakat untuk mengurangin tekanan terhadap
aktivitas pemanfaatan SDAH masih sulit untuk dihilangkan karena Kegiatan
pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan yang berkelanjutan dan
membutuhkan proses dengan waktu yang cukup lama. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat memiliki tahap-tahap yang harus dilewati dengan baik dengan prosedur
yang ada. Tahapan prosedur tersebut akan saling mempengaruhi terhadap tahapan
yang lainnya. Kesuksesan kegiatan pemberdayaan masyarakat sangat tergantung
pada masing-masing tahapan yang akan dilaksanakan antara lain perkenalan dan
menyadarkan pentingnya kawasan TN Baluran dalam mendukung kehidupan.
menciptakan masyarakat yang produktif, kreatif dan mandiri, memperbaiki keadaan
perekonomian masyarakat.
21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Masyarakat desa penyangga memanfaatkan SDAH secara tradisional yang


dengan pemungutan hasil hutan untuk dijual karena mayarakat masih bergantung
terhadap keberadaan SDAH dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
terutama pada sektor ekonomi. Lokasi pemanfaatan SDAH didominasi pada zona
rimba sebab zona tersebut memiliki jenis sumberdaya alam hayati yang cukup
tinggi dan aksesnya cukup mudah dilalui dengan kendaraan bermotor. Masyarakat
mengambil hasil hutan pada waktu panen tertentu secara musiman atau tahunan
pada lokasi yanga sama sehingga dapat terukur tingkat rutinitas atau frekuansi
masyarakat dengan tertinggi berada pada zona rimba.
Penilaian persepsi antara masyarakat dengan manajemen TN Baluran
terhadap manfaat hutan pada aspek kepentingan ekologi dan ekonomi. Manajemen
TN Baluran memiliki nilai lebih tinggi yaitu tujuh (sangat penting) dibandingkan
dengan menurut persepsi masyarakat hanya memiliki nilai empat (sedang)
sebaliknya, menurut persepsi masyarakat hutan bermanfaat secara ekonomi dengan
nilai tujuh (sangat penting) dibandingkan dengan persepsi manajemen TN Baluran
dengan nilai tdua (tidak penting). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kesenjangan nilai penting manfaat hutan pada parameter ekologi dan parameter
ekonomi.
Kebijakan konservasi pemerintah dengan kebutuhan masyarakat yang saling
bertolak belakang terhadap pemanfaatan SDAH pada kawasan hutan TN Baluran
dapat menimbulkan konflik kepentingan antara kedua belah pihak. Hal tersebut
didukung dengan adanya kesenjangan persepsi kepentingan pemerintah untuk
melestarikan hutan dengan kebutuhan ekonomi masyarakat.

Saran

Keberadaan SDAH TN Baluran diperlukan kajian inventarisasi SDAH yang


sesuai dengan kebutuhan masyarakat. inventarisasi berfungsi untuk mengungkap
secara untuh seluruh potensinya termasuk cadangan SDAH agar kualitas
lingkungan tetap terjaga dan keberadaan SDAH dapat dipertahankan.
Pihak TN Baluran perlu meningkat program pemberdayaan masyarakat
terutama pada peningkatan kesadaran seleuruh masyarakat desa penyanngga dalam
pelestarian hutan agar dapat menumbuhan kesepahaman dalam pengelolaan
kawasan hutan konservasi.
Pihak TN Baluran dengan masyarakat desa penyangga dapat melakukan
program Pengelolaan kolaborasi pada sektor jasa wisata untuk meningkatkan nilai
manfaat Taman Nasional sehingga kedua belah pihak memiliki hubungan yang
saling menguntungkan.
22

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2012. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pedekatan


Ecosophy bagi Penyelamat Bumi. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Aryadi M. 2012. Hutan Rakyat : Fenomenologi Adaptasi Budaya Masyrakat.
Malang (ID): UMM Pr.
Avenzora R .2008. Ekotourisme Teori dan Praktek. Nias (ID): cv Tamita Perdana.
Balai Taman Nasional Baluran. 2014. Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Baluran Tahun 2014-2023. Situbondo (ID): BTN Baluran
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Banyuputih dalam Angka.
Situbondo (ID) : BPS Kecamatan Banyuputih.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Wongsorejo dalam Angka.
Banyuwangi (ID) : BPS Kecamatan Wongsorejo.
Chomitz KM. 2007. Dalam Sengketa?: Perluasan Pertanian Pengentasan
Kemiskinan dan Lingkungan di Hutan Tropis. Sungkono C, penerjamah.
Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari : At Loggerheads?:
Agricultural Expansion, Poverty Reduction and Enriforment Tropical Forest.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan No. 56
Tahun 2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2007.Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,
Serta Pemanfaatan Hutan.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2011. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2014 Peraturan Menteri Kehutanan nomor 78
tahun 2014 Tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan.
Ditjen PHKA. 2006. Mengenal 21 Taman Nasional Model di Indonesia. Jakarta
(ID): Sub Direktorat Informasi Konservasi Alam, Ditjen PHKA, Dephut.
Djajapertjunda S, Djamhuri. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia. Bogor (ID):
IPB Pr.
Duke NK, Malette MH. 2011. Literacy Research Methodologies. New York
(USA) : The Guilford Pr.
Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Edisi Kedua. Wibawa S, Asitadani
D, Hadna Ah, Purwanto Ea, penerjemah. Yogyakarta (ID) : UGM Pr.
Terjemahan dari Publik Policy Analysis : an Introduction Second Edition
Fuad HF, Maskanah S. 2000. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan
Sumberdaya Hutan. Bogor (ID) : Pustaka Latin.
Leavitt H J. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta (ID): Erlangga.
Santosa A. 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengeloaan & Kebijakan.
Jakarta (ID). Dephut Pokja Kebijakan Konservasi.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (mixed
methods). Bandung (ID): Alfabeta.
Tadjudin D. 2000. Manajemen Kolaborasi. Bogor (ID): Pustaka Latin.
23

Lampiran 1 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Wonorejo

No. Tujuan Musim


Jenis SDAH Lokasi pemanfaatan
Resp. pemanfaatan pemanfaatan
1 Rumput Zona Rimba Bitakol Pakan Ternak Januari-April
Zona Rimba ke arah
Bekicot Bekol Dijual Januari-April
Zona Tradisional ke
Asam arah Bekol-Perengan Dijual Juni-Oktober
2 Zona Rimba ke arah
Kayu Bakar Bitakol Dijual Sepanjang tahun
Zona Tradisional-
Zona Rimba
Arabica Perengan Dijual Juni-November
Zona Tradisional Agustus-
Asam Perengan Dijual Oktober
Zona Tradisional ke
3 Rumput arah Bekol Pakan Ternak Januari-April
Zona Tradisional ke
4 Asam arah Bekol Dijual Juni-Oktober
Zona Perlindungan
5 Cumi-cumi Bahari Konsumsi sepanjang tahun
Zona Tradisional ke
6 Rumput arah Bekol Pakan Ternak Januari-April
Pupus Zona Tradisional Ikat Bawang
7 Gebang Perengan Merah Sepanjang tahun
Pupus Zona Tradisional Ikat Bawang
8 Gebang Perengan Merah Sepanjang tahun
Pupus Zona Tradisional Ikat Bawang
9 Gebang Perengan Merah Sepanjang tahun
Zona Tradisional ke
10
Asam arah Bekol Dijual Juni-Oktober
Pupus Zona Rimba ke arah Ikat Bawang
11 Gebang Bekol Merah Sepanjang tahun
Zona Rimba ke arah
12 Madu Bekol-Zona Inti Dijual Mei-Desember
Pupus Zona Rimba ke arah Ikat Bawang
13 Gebang Bekol Merah Sepanjang tahun
Zona Tradisional ke
Rumput arah Bekol Pakan Ternak Januari-April
14 Zona Tradisional-
Zona Rimba ke arah
Asam Bekol Dijual Juni-Oktober
Zona Tradisional ke
15 Rumput arah bekol Pakan Ternak Januari-April
Zona Tradisional ke
16 Rumput arah bekol Pakan Ternak Januari-April
24

Lampiran 1 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Wonorejo (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Zona Tradisional ke
17 Rumput Pakan Ternak Januari-April
arah bekol
Zona Tradisional ke
18 Rumput Pakan Ternak Januari-April
arah bekol
Zona Tradisional ke
19 Rumput Pakan Ternak Januari-April
arah bekol
Zona Tradisional ke
20 Rumput Pakan Ternak Januari-April
arah bekol
Zona Tradisional
Rumput Pakan Ternak Januari-April
Perengan
21
Kayu Zona Tradisional Sepanjang
Bahan bakar
Bakar Perengan tahun
Zona Tradisional-Zona Sepanjang
22 Kroto Dijual
Rimba ke arah Bekol tahun
Zona Rimba ke arah
23 Rumput Pakan Ternak Januari-April
Bekol
Zona Rimba ke arah Sepanjang
Kroto Dijual
Bekol tahun
Zona Tradisional ke
24 Asam Dijual Juni-Oktober
arah Bekol
Kayu Zona Tradisional ke Sepanjang
Bahan bakar
Bakar arah Bekol tahun
Zona Rimba ke arah
25 Madu Dijual Mei-Desember
Bekol dan Bitakol
26 Madu Zona Rimba-Zona Inti Dijual Mei-Desember
27 Madu Zona Rimba Bitakol Dijual Mei-Desember
Zona Tradisional
28 Madu Dijual Mei-Desember
Perengan
Zona Tradisional
Madu Dijual Mei-Desember
Perengan
29
Kayu Zona Tradisional Sepanjang
Bahan bakar
Bakar Perengan tahun
Zona Tradisional
30 Madu Dijual Mei-Desember
Perengan
Zona Rimba ke arah Sepanjang
Kroto Dijual
Bekol tahun
31
Kayu Sepanjang
Zona Rimba Bitakol Dijual
Bakar tahun
Zona Rimba ke arah Sepanjang
32 Kroto Dijual
Bekol tahun
Zona Rimba ke arah Sepanjang
33 Kroto Dijual
Bekol tahun
Zona Rimba ke arah Sepanjang
34 Kroto Dijual
Bekol tahun
25

Lampiran 1 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Wonorejo (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Zona Rimba ke arah Sepanjang
35 Kroto Dijual
Bekol tahun
Zona Rimba ke arah
36 Madu Dijual Mei-Desember
Bekol-Zona Inti
Pupus Zona Tradisional Sepanjang
37 Dijual
Gebang Perengan tahun
Zona Tradisional
38 Arabica Dijual Juni-November
Perengan
Zona Tradisional-
Asam Dijual Juni-Oktober
Zona Inti Perengan
Zona Perlindungan Sepanjang
Klanting Dijual
Bahari-Zona Inti tahun
39
Zona Tradisional
Arabica Dijual Juni-November
Perengan
Zona Tradisional
Rumput Pakan Ternak Januari-April
Perengan
Sepanjang
40 Kroto Zona Rimba-Zona Inti Dijual
tahun
Zona Tradisional
Rumput Pakan Ternak Januari-April
Perengan
41 Zona Tradisional
Asam Dijual Juni-Oktober
Perengan
Kemiri Zona Rimba-Zona Inti Dijual Juli-Desember
Zona Tradisional Sepanjang
Klanting Dijual
Perengan tahun
Zona Rimba ke arah
Asam Dijual Juni-Oktober
Bekol
42
Zona Tradisional Sepanjang
Rotan Dijual
Perengan tahun
Zona Tradisional-Zona
Madu Dijual Mei-Desember
Inti
Zona Tradisional ke
43 Rumput Pakan Ternak Januari-April
arah Bekol
Zona Tradisional-Zona Sepanjang
44 Kroto Dijual
Rimba ke arah Bekol tahun
Zona Tradisional ke
Rumput Pakan Ternak Januari-April
arah Bekol
Zona Tradisional-Zona
45 Madu Dijual Mei-Desember
Inti
Zona Rimba ke arah Sepanjang
Kroto Dijual
Bekol tahun
Pupus Zona Tradisional Ikat Bawang Sepanjang
46
gebang Perengan Merah tahun
26

Lampiran 2 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Watukebo

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
September-
1 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
2 Kemiri Zona inti Dijual Juli-Oktober
Cumi- Kosumsi
3 Zona Tradisional Januari-April
cumi rumah tangga
September-
4 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
September-
5 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
September-
6 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
September-
7 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
Agustus-
8 Kemiri Zona inti Dijual
November
9 Kemiri Zona inti Dijual Juli-Oktober
Agustus-
10 Kemiri Zona inti Dijual
November
September-
11 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
Agustus-
12 Kemiri Zona inti Dijual
November
September-
13 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
Cumi- Kosumsi
14 Zona Tradisional Januari-April
cumi rumah tangga
Cumi- Kosumsi
15 Zona Tradisional Januari-April
cumi rumah tangga
Cumi- Kosumsi
16 Zona Tradisional Januari-April
cumi rumah tangga
Cumi-
Kosumsi
17 cumi, ikan Zona Tradisional Januari-April
rumah tangga
tambak
Agustus-
18 Kemiri Zona inti Dijual
November
September-
19 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
September-
20 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
September-
21 Kemiri Zona inti Dijual
Desember
27

Lampiran 3 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberanyar

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Watunumpuk (zona
1 Rumput Pakan ternak Januari - April
rimba)
Rumput Gatel Pakan ternak Januari – April
2 Kayu Hutan jati (zona
Dijual Sepanjang tahun
bakar rimba)
3 Rumput Persil (zona rimba) Pakan ternak Januari – April
4 Rumput Alas malang Pakan ternak Januari – April
Hutan jati (zona
5 Rumput Dijual Januari - April
rimba)
6 Rumput Alas malang Pakan ternak Januari – April
Kayu
7 Alas malang Dijual Sepanjang tahun
bakar
September –
8 Madu Sekesah (zona inti) Dijual
Desember
9 Madu Bitakol (zona rimba) Dijual Juni – Agustus
10 Rumput Persel (zona rimba) Pakan ternak Januari – April
Kayu Hutan jati (zona
11 Bahan bakar Sepanjang tahun
bakar rimba)
Rumput Alas malang Pakan ternak Januari – April
12 Kayu Hutan jati (zona
Bahan bakar Sepanjang tahun
bakar rimba)
Alas malang (zona
13 Rumput Pakan ternak Januari – April
rimba)
Belakang pos bitakol
14 Kemiri Dijual Juli – Desember
(zona rimba)
Kayu
15 Licin Dijual Sepanjang tahun
bakar
Rumput Tekok Abu Pakan ternak Januari – April
Kayu Belakang pos bitakol
16 Dijual Sepanjang tahun
bakar (zona rimba)
Belakang pos Bitakol
Rumput Pakan ternak Januari – April
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
Madu Dijual Mei – Desember
(zona rimba)
Kayu Belakang pos Bitakol
17 Dijual Sepanjang tahun
bakar (zona rimba)
Rumput (zona rimba) Pakan ternak Januari – April
Kayu Belakang pos Bitakol
18 Dijual Sepanjang tahun
bakar (zona rimba)
Belakang pos Bitakol Konsumsi
Rumput Januari – April
(zona rimba) sendiri
Kayu Belakang pos Bitakol
19 Dijual Sepanjang tahun
bakar (zona rimba)
28

Lampiran 3 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberanyar (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Belakang pos Bitakol
20 Kayu bakar Dijual Sepanjang tahun
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
21 Kayu bakar Dijual Sepanjang tahun
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
Rumput Pakan ternak Januari – April
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
22 Kayu bakar Dijual Sepanjang tahun
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
23 Kayu bakar Dijual Sepanjang tahun
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
Rumput Pakan ternak Januari – April
(zona rimba)
Belakang pos Bitakol
24 Kayu bakar Dijual Sepanjang tahun
(zona rimba)
Rumput Belakang pos Bitakol Pakan ternak Januari – April
25 Kayu bakar Belakang pos Bitakol Dijual Sepanjang tahun
Rumput Belakang pos Bitakol Pakan ternak Januari – April
26 Madu Belakang pos Bitakol Dijual Juli - Desember
27 Madu Belakang pos Bitakol Dijual Mei - September
28 Madu Belakang pos Bitakol Dijual Mei - September
Agustus -
29 Madu Belakang pos Bitakol Dijual
Desember
30 Madu Belakang pos Bitakol Dijual Mei – Oktober
September -
31 Madu Belakang pos Bitakol Dijual
Desember
32 Madu Belakang pos Bitakol Dijual Juli - November
33 Madu Belakang pos Bitakol Dijual Mei - Desember
Agustus -
34 Madu Belakang pos Bitakol Dijual
Desember

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Biji Widuri,lempuyang
1 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Sekesa,Kacip (Zona November-
Kemiri Dijual
Inti) Desember
Widuri,lempuyang
2 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
3 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
29

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Widuri,lempuyang
4 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
5 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
6 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
7 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
8 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
9 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
10 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
11 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
12 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
13 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
14 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
15 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
16 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
17 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
18 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
19 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
20 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
21 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
22 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
23 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
30

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Widuri,lempuyang
24 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
25 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
26 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
27 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Widuri,lempuyang
28 Biji akasia Dijual Juni-November
(Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
29 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
30 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
31 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
32 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
33 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
34 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
35 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
36 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
37 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
38 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
39 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
31

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Biji Widuri,lempuyang
40 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
41 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
42 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
43 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
44 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Biji Widuri,lempuyang
45 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
46 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
47 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
48 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
49 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
50 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
51 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
Biji Widuri,lempuyang
52 Dijual Juni-November
Akasia (Zona Tradisional)
November-
53 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
54 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
55 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
56 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
57 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
58 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
59 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
60 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
32

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
November-
61 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
62 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
63 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
64 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
65 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
66 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
November-
67 Kemiri Sekesa (Zona Inti) Dijual
Desember
Daun Alas Malang (Zona
68 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
69 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
70 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
71 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
72 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
73 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
74 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
75 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
76 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
77 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
78 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Daun Alas Malang (Zona
79 Dijual Sepenjang Tahun
Gebang Tradisional)
Biji T12,Pengarengan September-
80 Dijual
Gadung (Zona Rimba) Oktober
Biji T12,Pengarengan September-
81 Dijual
Gadung (Zona Rimba) Oktober
Biji T12,Pengarengan September-
82 Dijual
Gadung (Zona Rimba) Oktober
33

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Biji T12,Pengarengan September-
83 Dijual
Gadung (Zona Rimba) Oktober
Biji T12,Pengarengan September-
84 Dijual
Gadung (Zona Rimba) Oktober
Biji T12,Pengarengan September-
85 Dijual
Gadung (Zona Rimba) Oktober
Alas Malang (Zona
86 Madu Dijual Mei-Desember
Tradisional)
Alas Malang (Zona
87 Madu Dijual Mei-Desember
Tradisional)
Alas Malang (Zona
88 Madu Dijual Mei-Desember
Tradisional)
Alas Malang (Zona
89 Madu Dijual Mei-Desember
Tradisional)
Alas Malang (Zona
90 Madu Dijual Mei-Desember
Tradisional)
Ketapang (Zona
Ikan Dijual Januari-April
Rehabilitasi)
Ketapang (Zona
91 Ikan Rehabilitasi),Merak Dijual Januari-April
(Zona Tradisional)
Merak,Lempuyang
92 Ikan Dijual Januari-April
(Zona Tradisional)
Air
93 Ikan Karang,Lempuyang Dijual Januari-April
(Zona Tradisional)
Merak,Lempuyang
94 Ikan Dijual Januari-April
(Zona Tradisional)
Merak,Lempuyang
95 Ikan Dijual Januari-April
(Zona Tradisional)
Tanah Gentong (Zona
96 Asam Dijual Juni-Oktober
Rehabilitasi)
Biji Alas Malang (Zona
Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Kantor Karangtekok
97 Asam Dijual Juni-Oktober
(Zona Rimba)
Samping Kantor
98 Asam Karangtekok (Zona Dijual Juni-Oktober
Rimba)
Kayu Telogo (Zona Sepanjang
99 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Kayu Telogo (Zona Sepanjang
100 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Rumput (Zona Rimba) Pakan ternak Setiap Tahun
34

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Kayu Sepanjang
101 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Sepanjang
Rumput Bitakol (Zona Rimba) Dijual
Tahun
Kayu Sepanjang
102 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Kayu Sepanjang
103 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Sepanjang
Rumput Telogo (Zona Rimba) Dijual
Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
104 Rumput Dijual
Rimba) Tahun
Alas Malang (Zona Sepanjang
105 Rumput Dijual
Tradisional) Tahun
Kayu Tekok Abu (Zona Sepanjang
106 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Rimba) Tahun
Kayu Tekok Abu (Zona Sepanjang
107 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Rimba) Tahun
Kayu Pengarengan (Zona Sepanjang
108 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Rimba) Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
109 Rumput Dijual
Rimba) Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
110 Rumput Pakan ternak
Rimba) Tahun
Kayu Sepanjang
111 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Sepanjang
Rumput Zona Rimba Pakan ternak
Tahun
Kayu Sepanjang
112 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Kayu Sepanjang
113 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Kayu Sepanjang
114 (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
35

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Kayu Pengarengan (Zona Sepanjang
115 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Tekok Abu (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Rimba) Tahun
Kayu Pengarengan (Zona Sepanjang
116 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Kayu Tekok Abu (Zona Sepanjang
117 Dijual
Bakar Rimba) Tahun
Kayu Sepanjang
118 Telogo (Zona Rimba) Dijual
Bakar Tahun
Kayu T12,Pengarengan Sepanjang
119 Dijual
Bakar (Zona Rimba) Tahun
Kayu T12,Pengarengan Sepanjang
120 Dijual
Bakar (Zona Rimba) Tahun
Daun Alas Malang (Zona Sepanjang
Dijual
Gebang Tradisional) Tahun
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
121 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Daun Alas Malang (Zona Sepanjang
Dijual
Gebang Tradisional) Tahun
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
122 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
123 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Daun Alas Malang (Zona Sepanjang
Dijual
Gebang Tradisional) Tahun
Kayu Sepanjang
124 (Zona Rehabilitasi) Dijual
Bakar Tahun
Daun Alas Malang (Zona Sepanjang
Dijual
Gebang Tradisional) Tahun
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
125 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Daun Alas Malang (Zona Sepanjang
Dijual
Gebang Tradisional) Tahun
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
126 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Daun Alas Malang (Zona Sepanjang
Dijual
Gebang Tradisional) Tahun
36

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
127 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
128 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
129 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
130 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
131 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
132 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
133 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
134 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
135 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
136 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
137 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Pos Gentong
Kayu Sepanjang
138 Watunumpuk (Zona Dijual
Bakar Tahun
Rehabilitasi)
Biji Sirondoh (Zona
139 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Biji Simacan (Zona
140 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Biji Simacan (Zona
141 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
37

Lampiran 4 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Sumberwaru (lanjutan)

No. Jenis Tujuan Waktu


Lokasi pemanfaatan
Resp. SDAH pemanfaatan pemanfaatan
Biji Simacan (Zona
142 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Simacan (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Biji Simacan (Zona
143 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Simacan (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Biji Simacan (Zona
144 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Simacan (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Biji Simacan (Zona
145 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Simacan (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Biji Simacan (Zona
146 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Biji Simacan (Zona
147 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Simacan (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Biji Simacan (Zona
148 Dijual Juni-November
Akasia Tradisional)
Simacan (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Kayu Alas Malang (Zona Sepanjang
149 Dijual
Bakar Tradisional) Tahun
Alas Malang (Zona Sepanjang
Rumput Pakan ternak
Tradisional) Tahun
Kayu Alas Malang (Zona Sepanjang
150 Dijual
Bakar Tradisional) Tahun
Sepanjang
Rumput Zona Tradisional Pakan ternak
Tahun
Kayu Alas Malang (Zona Sepanjang
151 Dijual
Bakar Tradisional) Tahun
Sepanjang
Rumput Zona Tradisional Pakan ternak
Tahun
Kayu Alas Malang (Zona Sepanjang
152 Dijual
Bakar Tradisional) Tahun
38

Lampiran 5 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Bajulmati

No. Tujuan Waktu


Jenis SDAH Lokasi pemanfaatan
Resp. pemanfaatan pemanfaatan
1 Gebang Zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
Kelanting Zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
Kayu Bakar Zona Tradisional Bahan bakar Sepanjang Tahun
2 Gebang Zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
Kayu Bakar Zona Tradisional Bahan bakar Sepanjang Tahun
3 Gebang Zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
Kemiri Zona Rimba-Zona Inti Dijual Bulan 7-12
Ikan Zona Tradisional Dijual bulan 1-4
4 Kayu Bakar Zona Rimba Bahan bakar Sepanjang Tahun
5 Ikan Zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
6 Ikan zona Tradisional Dijual bulan 1-4
7 Kroto Zona Pemanfaatan Dijual Bulan 5-10
Gebang Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun
Asam Zona Rimba Dijual Bulan 7-9
Ules-ules Zona Rimba Dijual Bulan 6-8
8 Madu Zona Rimba Dijual Bulan 10-12
Asam Zona Rimba Dijual Bulan 7-9
9 Rumput Zona Pemanfaatan Pakan ternak Bulan 1-4
10 Rumput Zona Pemanfaatan Dijual bulan 1-4
11 Rumput Zona Pemanfaatan Dijual bulan 1-4
12 Kayu Bakar Zona Pemanfaatan Dijual Sepanjang Tahun
13 Kayu Bakar Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun
14 Kayu Bakar Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun
15 Ikan zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
16 Ikan zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
17 Ikan zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
18 Ikan zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
19 Rumput Zona Pemanfaatan Konsumsi bulan 1-4
Kayu Bakar Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun
20 Cumi-cumi zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
21 Cumi-cumi Zona tradisional konsumsi Bulan 1-4
22 Cumi-cumi zona Tradisional Konsumsi bulan 1-4
23 Gebang zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
24 Kroto Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun
25 Gebang zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
Rumput Zona Pemanfaatan Dijual bulan 1-4
36 Kemiri Zona Rimba-Zona Inti Dijual Bulan 7-12
37 Rumput Zona Rimba Pakan ternak Bulan 1-4
Kayu Bakar Zona Rimba Bahan bakar Sepanjang Tahun
38 Rumput Zona Pemanfaatan Pakan ternak Bulan 1-4
39

Lampiran 5 Pemanfaatan SDAH Masyarakat Desa Bajulmati (lanjutan)

No. Tujuan Waktu


Jenis SDAH Lokasi pemanfaatan
Resp. pemanfaatan pemanfaatan
39 Kayu Bakar Zona Tradisional Dijual Sepanjang Tahun
40 Kayu Bakar Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun
41 Rumput Zona Rimba Pakan ternak Bulan 1-4
42 Kayu Bakar Zona Pemanfaatan Dijual Sepanjang Tahun
43 Kayu Bakar Zona Rimba Dijual Sepanjang Tahun

Lampiran 6 Nilai frekuensi interaksi masyarakat desa dengan kawasan TN


Baluran

Desa
Jenis SDAH Jumlah
Bj Sw Sa Wk Wr
Akasia 10416 244 10660
Asem 48 300 406 754
Bekicot 36 36
Cumi-cumi 48 160 240 448
Gadung 576 576
Gebang 1632 2928 616 5176
Ikan 224 672 32 928
Kayu Bakar 2880 14400 4128 1112 22520
Kedawung 96 96
Kemiri 924 1296 96 960 10 3286
Kroto 384 2476 2860
Madu 132 96 96 1492 1816
Rotan 61 61
Rumput 1088 10155 1424 2104 14771
Ules-ules 12 12
Total 64000
keterangan : Bj : Bajulmati, Sw : Sumberwaru, Sa: Sumberanyar, Wk : Watukebo,
Wr : Wonorejo
40

Lampiran 7 Panduan penilaian nilai penting manfaat hutan

No Kriteria Skor Indikator aspek manfaat hutan


kepentingan
1 Ekologi 7 jika kepentingan manfaat hutan meliputi :
a. Pemanfaatan jasa aliran air,
b. Pemanfaatan massa air,
c. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan,
d. Pengatur keseimbangan iklim global,
e. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan,
Penyerapan dan/atau penyimpanan karbon, dan
f. Perlindungan keanekaragaman hayati
6 jika menyebutkan lima saja
5 jika menyebutkan empat saja
4 jika menyebutkan tiga saja
3 jika menyebutkan dua saja
2 jika menyebutkan satu saja
1 tidak memiliki kepentingan manfaat hutan
2 Ekonomi 7 jika kepentingan manfaat hutan meliputi :
a. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu,
b. Pemanfaatan hasil hutan kayu,
c. Pemanfaatan kawasan hutan,
d. Pemungutan hasil hutan bukan kayu,
e. Pemungutan hasil hutan kayu, dan
f. Wisata alam
6 jika menyebutkan lima saja
5 jika menyebutkan empat saja
4 jika menyebutkan tiga saja
3 jika menyebutkan dua saja
2 jika menyebutkan satu saja
1 tidak memiliki kepentingan manfaat hutan
3 Sosial 7 jika kepentingan manfaat hutan meliputi :
a. Membentuk budaya,
b. Membentuk identitas,
c. Membentuk kearifan lokal,
d. Membentuk kebiasaan,
e. Membentuk pengetahuan
f. Membentuk etnobiologi,
g. Membentuk tatanilai
6 jika menyebutkan lima saja
5 jika menyebutkan empat saja
4 jika menyebutkan tiga saja
3 jika menyebutkan dua saja
2 jika menyebutkan satu saja
1 tidak memiliki kepentingan manfaat hutan
41

Lampiran 8 Panduan penilaian nilai potensi manfaat hutan

No Kriteria Skor Indikator aspek manfaat hutan


potensi
1 Ekologi 7 jika potensi mamfaat hutan meliputi :
a. Keanekaragaman ekosistem,
b. kekayaan energi mineral dan non-mineral,
c. Kekayaan unsur hara tanah,
d. Keanekaragaman spesies,
e. Keanekagaraman genetik, dan
f. Kekayaan cadangan air
6 jika menyebutkan lima saja
5 jika menyebutkan empat saja
4 jika menyebutkan tiga saja
3 jika menyebutkan dua saja
2 jika menyebutkan satu saja
1 tidak memiliki potensi manfaat hutan
2 Ekonomi 7 jika potensi mamfaat hutan meliputi :
a. Sumber ekonomi di dalam dan di sekitar kawasan,
b. Perkembangan usaha pemanfaatan kawasan hutan,
c. Ketergantungan terhadap sumber daya alam,
d. Sarana dan prasarana penunjang pembangunan,
ekonomi,
e. Rencana pembangunan regional, dan
f. Investasi pemanfaatan kawasan hutan
6 jika menyebutkan lima saja
5 jika menyebutkan empat saja
4 jika menyebutkan tiga saja
3 jika menyebutkan dua saja
2 jika menyebutkan satu saja
1 tidak memiliki potensi manfaat hutan
3 Sosial 7 jika potensi mamfaat hutan meliputi :
a. Sejarah pemukiman di dalam kawasan,
b. Perkembangan demografi sekitar kawasan,
c. Kearifan tradisional pengelolaan sumber daya alam,
d. Adat istiadat,
e. Modal sosial masyarakat, dan
f. Pengetahuan ekologi lokal
6 jika menyebutkan lima saja
5 jika menyebutkan empat saja
4 jika menyebutkan tiga saja
3 jika menyebutkan dua saja
2 jika menyebutkan satu saja
1 tidak memiliki potensi manfaat hutan
42

RIWAYAT HIDUP

Andi Handoko Saputro dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Februari 1994,


merupakan anak kedua dari pasangan Gatot Pramuhadi dan Anis Nursilowati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMAN 1)
Cibunbulang pada tahun 2010-2012. Selama jenjang pendidikan SMA penulis aktif
pada kegiatan ekstrakulikuler Pramuka Ambalan Muhammad Hatta-Raden Ajeng
Kartini dengan Nomor Gugus Depan 09.001-09.002 serta penulis mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler Pencak Silat Tapak Suci. Pada tahun 2012, Penulis
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk
Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SMNPTN) dengan mayor Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowsisata, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota
Himakova (Himpunan mahasiswa konservasi) Biro PSDM dan anggota Kelompok
Pemerhati Herpetofauna (KPH) pada tahun 2013-2014. Kegiatan penulis di luar
akademik yaitu ikut bergabung pada UKM Pramuka IPB Sangga Suryatirta
Kencana-Inggita Puspa Kirana. Praktek lapang yang pernah dilakukan adalah
Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pangadaran-Gunung Sawal,
Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
Fakultas Kehutanan IPB dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman
Nasional Baluran. Ekspedisi yang diikuti penulis adalah Ekspedisi Rafflesia 2014
di Suaka Margasatwa Gunung Tilu

Anda mungkin juga menyukai