DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
ABSTRACT
Potential of forest fires analyzed based on the activity of forest fires control
and other causes of forest fires (natural and human factors). Forest fires control
efforts currently has done by involving the community. The aims of research to
examine the causes of forest fires and forest fire control efforts in KPH Sumedang.
The research was done by filling questionnaire based on the results of the interview.
The yield showed that the forest fires in KPH Sumedang was caused by factors of
deliberate action of some communities around the forest area. The riddance of lands
by burning still have risks which can cause forest fires even though community
using the restrained burning system. The efforts of forest fires control in BKPH of
North Tomo including a prevention, suppression, and handling of burning, but the
implementation is still not optimal.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjuduk Potensi Kebakaran
Hutan di KPH Sumedang Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Bambang Hero
Saharjo, MAgr selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan, saran dan
waktu luang sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Terwujudnya karya
tulis ini tidak terlepas dari dukungan maupun bantuan dari pihak KPH Sumedang,
untuk itu penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya. Ucapan
terimakasih setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada orangtua tercinta serta
keluarga besar yang selalu mendoakan keberhasilan penulisan skripsi ini.
Terimakasih kepada teman-teman dan kepada seluruh Fahutan 49 yang
memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis mengharapkan kritik maupun saran dari semua pembaca. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi berbagai pihak.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 2
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4
Profil KPH Sumedang 4
Profil Desa Penelitian 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan Berdasarkan Curah Hujan 6
Sumber Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan 10
Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Sumedang 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Kelas kerawanan kebakaran hutan berdasarkan curah hujan 3
2 Klasifikasi tingkat pendidikan desa penelitian 6
3 Klasifikasi mata pencaharian desa penelitian 6
4 Luas lahan garapan masyarakat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian 4
2 Kondisi curah hujan periode 2011-2015 di RPH Bugel 7
3 Rata-rata curah hujan bulanan BKPH Tomo Utara 8
4 Frekuensi kebakaran hutan di RPH Bugel tahun 2011-2015 8
5 Luas areal terbakar di RPH Bugel tahun 2011-2015 8
6 Jumlah curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir (2011-2015) 9
7 Persentase cara pembersihan lahan masyarakat Desa Bugel dan Desa
Tomo 10
8 Persentase kegagalan masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo dalam
proses pembakaran 11
9 Persentase alasan masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo melakukan
pembersihan dengan cara bakar 12
10 Pembersihan lahan dengan cara bakar 12
11 Penyebab kebakaran hutan 13
12 Persentase partisipasi masyarakat dalam penyuluhan 14
13 Bentuk penyuluhan tidak langsung 14
14 Pos gabungan gangguan keamanan hutan 15
15 Mobil polhut yang dimodifikasi (tangki pemadaman api) 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data kebakaran hutan di RPH Bugel tahun 2011-2015 18
2 Data curah hujan bulanan tahun 2011-2015 18
3 Kuisioner penelitian 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebakaran hutan merupakan salah satu gangguan hutan yang sering terjadi.
Kebakaran hutan menurut Saharjo (2003) merupakan kejadian pembakaran yang
penjalarannya bebas pada areal yang tidak direncanakan serta mengkomsumsi
bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati,
pohon mati yang tetap berdiri, logs, tunggak pohon, gulma, semak belukar,
dedaunan dan pohon-pohon. Kebakaran hutan dan lahan Indonesia terbesar terjadi
pada tahun 1997-1998 yang menghanguskan 9.7 juta ha (Applegate dan Suyanto
2001).
Disamping peranan sumber daya hutan yang begitu banyak, gangguan
terhadap hutan sebagai penyedia sumber daya hutan pun tidak kalah besar.
Beberapa tahun terakhir ini hutan di Indonesia mengalami degradasi yang cukup
tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, salah satunya yaitu kebakaran hutan dan
lahan. Kebakaran hutan dan lahan seakan-akan menjadi bencana langganan di
Indonesia yang hingga saat ini belum terselesaikan dengan baik. Setiap tahunnya
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia memiliki kecenderungan mengalami
peningkatan. Data Statistik Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
memaparkan total taksiran luas kebakaran hutan menurut Kemenhut (2014)
provinsi mengalami penurunan dari 8 268.65 hektar (tahun 2012) menjadi 4 918.75
hektar (tahun 2013). Namun pada beberapa provinsi justru luas kebakaran hutan
dan lahannya mengalami peningkatan, salah satunya adalah Provinsi Riau yang
semula 834.00 hektar (tahun 2012) mengalami peningkatan menjadi 1 077.50
hektar (tahun 2013).
Kebakaran hutan di Indonesia umumya disebabkan oleh aktivitas manusia
dalam menggunakan api dalam aktivitas sehari-hari (sengaja ataupun kelalaian).
Beberapa contoh aktivitas manusia yang menjadi penyebab kebakaran hutan di
Indonesia, yaitu penggunaan api oleh para pencari rotan dan madu di KPH
Banyuwangi, kegiatan perladangan dan usaha dalam mendapatkan rumput untuk
ternak di Sumatra Selatan, kelalaian pendaki gunung dalam penggunaan api di
Gunung Ciremai dan akibat perambatan api pada pembersihan lahan oleh
masyarakat di Kalimantan Selatan (Wibowo 2003). Kondisi kesejahteraan sosial
masyarakat sekitar hutan memegang kunci dalam adanya gangguan pada hutan
seperti terjadinya kebakaran hutan (Pratiwi 2007). Aktivitas manusia tersebut
ditunjang oleh kondisi iklim, yaitu curah hujan. Menurut Syaufina (2008) puncak
kebakaran hutan terjadi pada bulan-bulan dengan curah hujan yang rendah.
Kejadian kebakaran hutan sebagian besar berdampak merugikan. Dampak
yang ditimbulkan meliputi berbagai aspek, yaitu aspek ekologi, ekonomi, sosial dan
kesehatan bahkan psikologis dan politik (Suratmo 2003). Besarnya dampak yang
ditimbulkan dari kebakaran hutan maka dibutuhkan kajian terhadap potensi
kebakaran hutan. Untuk dapat melakukan pencegahan kebakaran hutan perlu
dikembangkan suatu sistem yang dapat menduga tingkat bahaya kebakaran (fire
danger) disuatu daerah hutan pada saat tertentu (terutama pada musim kebakaran).
Untuk itu diperlukan penilaian bahaya kebakaran (fire danger rating) dari berbagai
unsur yang meliputi unsur bahan bakar, cuaca dan sumber api kebakaran. Tingkat
2
bahaya kebakaran ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan peringatan dini,
baik untuk pencegahan, persiapan pemadaman, maupun pemadamannya.
Potensi kebakaran hutan di KPH Sumedang dapat dikaji berdasarkan upaya
pengendalian dan sumber penyebab terjadinya kebakaran hutan serta faktor yang
mempengaruhinya, yaitu curah hujan. Sumber penyebab terjadinya kebakaran
hutan dikaji berdasarkan aktivitas masyarakat meliputi kegiatan pembersihan lahan
dan konflik sosial masyarakat. Kajian potensi kebakaran hutan di sekitar KPH
penting dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor penyebab kebakaran
hutan dan upaya pengendalian yang dilakukan di KPH Sumedang.
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Bugel dan Desa Tomo yang termasuk dalam
BKPH Tomo Utara, KPH Sumedang Perum Perhutani Divisi Regional III Jawa
Barat dan Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan
bulan Juni 2016.
dengan landai. BKPH Tomo Utara berada pada ketinggian tempat antara 25-500
mdpl berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut dan dengan curah hujan
rata-rata 2 014 mm per tahun (Perum Perhutani KPH Sumedang 2015).
sebagai wiraswasta sebanyak 622 orang, kemudian disusul dengan buruh sebanyak
298 orang, pegawai swasta sebanyak 270 orang dan petani sebanyak 213 orang,
yang disajikan pada Tabel 3.
350 2012
300
250 2013
200 2014
150
2015
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des
Gambar 2 menunjukkan bahwa curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni,
Juli, Agustus, September dan Desember, Januari dan Desember 2012, Januari, April,
Juli, Agustus, September dan Oktober 2013, Agustus, September, dan Oktober
2014, Juni, Juli, Agustus dan September 2015. Kejadian kebakaran hutan di RPH
Bugel terjadi hampir setiap tahun selama 5 tahun terakhir, kecuali pada tahun 2012.
Kejadian kebakaran hutan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan frekuensi 4 kali
(Gambar 4) dengan total areal terbakar seluas 21.51 hektar (Gambar 5) yang terjadi
pada bulan Agustus. Pada bulan tersebut curah hujan di KPH Sumedang rendah
yaitu sebesar 8.7 mm. Menurut Syaufina (2008) frekuensi dan luas kebakaran
tertinggi terjadi pada bulan dengan curah hujan rendah (kurang dari 60 mm). Curah
hujan berpengaruh terhadap kelembaban regional hutan, khususnya terhadap bahan
bakar. Curah hujan yang rendah maka kelembaban bahan bakar rendah dan kadar
air pun rendah, sehingga potensi kebakaran tinggi. Kerugian akibat kebakaran hutan
pada tahun 2013 sebesar Rp 43 020 000. Jenis tanaman yang mengalami kerusakan
adalah Jati, tumbuhan dan habitat hutan lainnya.
Kejadian kebakaran yang terjadi di BKPH Tomo Utara juga didukung dengan
keadaan curah hujan di KPH Sumedang. Curah terendah terdapat pada bulan Juli,
Agustus, dan September dimana pada bulan-bulan tersebut jarang terjadi hujan
maka besar kemungkinannya terjadi kebakaran hutan. Dengan demikian pada
bulan-bulan tersebut harus waspada terhadap kejadian kebakaran hutan. Rata-rata
curah hujan bulanan BKPH Tomo Utara tahun 2011-2015 dapat dilihat pada
Gambar 3.
Kebakaran hutan tahun 2011 terjadi pada bulan Agustus dengan total areal
yang terbakar seluas 3.5 hektar dengan curah hujan 4.5 mm. Kebakaran hutan pada
tahun 2014 terjadi pada bulan September dengan total areal yang terbakar seluas
8.5 hektar dengan curah hujan 5 mm. Kebakaran hutan pada tahun 2015 terjadi pada
bulan Juni dengan luas areal yang terbakar 5.22 hektar.
200
180
Curah Hujan (mm)
160
140
120
100
80
60
40
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des
Bulan
Gambar 3 Rata-rata curah hujan bulanan BKPH Tomo Utara tahun 2011-2015
8
Pada tahun 2012 tidak terjadi kebakaran hutan pada areal RPH Bugel. Tidak
terjadinya kebakaran hutan pada tahun 2012 tidak sepenuhnya disebabkan oleh
curah hujan. Jumlah curah hujan pada tahun 2012 justru termasuk paling rendah
yaitu 213.4 mm dan hujan terjadi sepanjang tahun.
4,5
4
Frekuensi Kebakaran
4
3,5
3
2,5
2
2
1,5
1 1
1
0,5
0
0
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 4 Frekuensi kebakaran hutan di RPH Bugel tahun 2011-2015
Kebakaran hutan tidak terjadi pada tahun 2012 dikarenakan adanya tindakan
pencegahan, yaitu adanya mengoptimalkan kegiatan patroli pada kawasan hutan
RPH Bugel. Kejadian kebakaran hutan di RPH Bugel dalam 5 tahun terakhir (2011-
2015) rata-rata terjadi pada bulan Agustus dan September.
25
21.51
Luas areal terbakar (Ha)
20
15
10 8.5
5.22
5 3.5
0
0
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 5 Luas areal terbakar di RPH Bugel tahun 2011-2015
Tipe kebakaran yang terjadi pada RPH Bugel yaitu kebakaran permukaan,
karena api membakar semak-semak, serasah dan anakan pohon. Kebakaran tipe ini
menyebabkan kebakaran tajuk jika kebakaran tipe ini tidak cepat dipadamkan dapat
berpeluang menjalar ke arah tajuk dengan bantuan angin. Menurut pihak RPH
Bugel, Kebakaran tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia dan penyebab dari
luas kebakaran yang terjadi pada tahun 2013 seluas 21.51 ha adalah kejadian
kebakaran hutan terlambat diketahui dan lokasi kejadian kebakaran hutan yang jauh
dan sulit dijangkau oleh petugas pemadam.
9
2500
2259
2000
Jumlah Curah Hujan (mm)/Tahun
1500
1000
732.8
500 350.8
203.2 213.4
0
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 6 Jumlah curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir (2011-2015)
Tabel 4 Luas lahan garapan masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo
Luas lahan Desa Bugel Desa Tomo
(hektar) Jumlah Persentase Jumlah Persentase
responden % responden %
0.5-1 21 70 19 63.33
1-3 7 23.33 10 33.33
3 2 6.67 1 3.33
100%
86.67%
76.67%
80%
60%
40%
22.33%
20% 13.33%
0%
Bakar Tanpa Bakar
Desa Bugel Desa Tomo
Gambar 7 Persentase cara pembesihan lahan oleh masyarakat Desa Bugel
dan Desa Tomo
4. Pembakaran
Pembakaran dilakukan dengan cara teknik tumpuk (pile burning). Sampah
hasil pembersihan lahan (bahan bakar) yang telah kering dikumpulkan dalam
beberapa tumpukan, jarak antar tumpukan tidak ditentukan secara pasti.
Tumpukan tersebut bertujuan agar mempersingkat waktu pengerjaan dan
mempermudah pengerjaan. Api akan bergerak di tengah membakar habis bahan
bakar pada pembakaran dengan cara tumpuk, sehingga mencegah penjalaran api
bergerak ke arah luar (Tatra 2009). Masyarakat selalu melakukan pengawasan
saat pembakaran berlangsung. Pembakaran dilakukan pada pukul 13.00 selama
6 jam. Pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo
dilakukan seperti membakar sampah rumah tangga, yaitu menggunakan minyak
tanah atau bensin sebagai alat bantu pemicu api (korek api).
5. Penanaman
Penanaman yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo
yaitu dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul dan arit.
Penanaman pada lahan garapan seluas 0.5 hektar biasanya dilakukan 2 orang,
sedangkan luas lahan garapan berkisar 1 hektar sampai 3 hektar penanaman
lahannya dilakukan 4 orang atau lebih. Penanaman dilakukan pada saat
memasuki musim penghujan, yaitu bulan November.
Sebagian masyarakat mengaku mengalami kegagalan saat melakukan
pembersihan lahan dengan cara membakar. Masyarakat Desa Bugel yang gagal
melakukan pembakaran sebanyak 36.66% dan masyarakat Desa Tomo
mengalami kegagalan sebanyak 30%, sedangkan masyarakat Desa Bugel yang
tidak mengalami kegagalan sebanyak 63.33% dan masyarakat Desa Tomo
sebesar 70%. Kegagalan terjadi dikarenakan perubahan kondisi cuaca, yaitu
turunnya hujan. Persentase kegagalan masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo
dalam proses pembakaran dapat dilihat pada Gambar 8.
80%
70%
70% 63.33%
60%
50%
36.66%
40%
30%
30%
20%
10%
0%
Berhasil Gagal
Bugel Tomo
80%
60%
60%
40%
40%
20%
6.67%
0%
Cepat Abu untuk pupuk
Bugel Tomo
Gambar 9 Persentase alasan masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo
melakukan pembersihan lahan dengan cara bakar
Penggunaan api pada rerumputan, tumbuhan bawah dan sisa panen dapat
menghasilkan abu yang mengandung zat hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman (Syaufina 2008). Tipe pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Bugel dan Desa Tomo yaitu pembakaran terkendali. Pembakaran terkendali
merupakan penggunaan api dengan teknik tertentu secara bijaksana berdasarkan
pengetahuan tentang perilaku api pada suatu daerah yang ditentukan dengan kondisi
cuaca yang cocok.
Pembersihan lahan tanpa bakar masyarakat Desa Bugel dan Desa Tomo
dilakukan dengan membersihkan rerumputan, tumbuhan bawah dan sisa hasil panen
dengan golok, arit dan mesin babad. Sampah pembersihan lahan (rerumputan,
tumbuhan bawah, dan sisa hasil panen) lalu ditimbun di sekeliling sisi ladang.
Kedalaman lubang penimbunan yang dibuat sekitar 15 cm. Pembersihan lahan tanpa
bakar yang dilakukan dapat bermanfaat sebagai pupuk alami karena merupakan hasil
dekomposisi sampah organik dan tidak beresiko merusak areal lain. Selain itu
rerumputan bisa dimanfaatkan oleh petani untuk pakan ternak.
disebabkan oleh unsur sakit hati (37%) yaitu masyarakat masih belum bisa menerima
sistem upah yang telah ditetapkan oleh pihak KPH Sumedang untuk para pekerja,
khususnya buruh tani yang menggarap lahan KPH Sumedang. Pengembala ternak
yang sengaja membakar rerumputan untuk menumbuhkan tunas rumput untuk pakan
ternak (53.33%) dan iseng (10%), yaitu adanya ulah beberapa oknum (Supir,
pemburu) yang iseng membakar kawasan sekitar hutan. Penyebab kebakaran hutan
di KPH Sumedang tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Gambar 10.
Iseng
10%
Pengembala
ternak
53%
Pencegahan
Menurut Suratmo et al. (2003), pencegahan kebakaran hutan adalah cara
yang lebih ekonomis untuk mengurangi kebakaran hutan dan kerugian yang
disebabkan aleh kebakaran hutan. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh RPH
Bugel adalah penyuluhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyuluhan
14
Tidak pernah
18%
Pernah
mengikuti
82%
Sumedang dan bekerjasama dengan LMDH maupun masyarakat dan termasuk pada
upaya deteksi dini. Patroli dilakukan dengan cara menyisir hutan atau berkeliling
hutan dengan kendaraan dan patroli dilaksanakan 20 hari dalam satu bulan. Saat ini
tidak ada pasukan khusus untuk pemadaman kebakaran hutan di KPH Sumedang,
semua masuk dalam satu cakupan gangguan hutan yang akan dikoordinir oleh
petugas gangguan keamanan hutan (Gukamhut) yang ada dalam setiap BKPH.
Masyarakat segera melaporkan kepada petugas ketika mengetahui titik kejadian
kebakaran hutan. Handphone digunakan sebagai sarana pelaporan secara cepat
kepada petugas.
Laporan dari masyarakat akan ditindaklanjuti, apabila petugas mengalami
kesulitan menangani kejadian tersebut maka petugas akan meminta bantuan dari
masyarakat. Kegiatan patroli dilakukan secara lebih intensif pada saat memasuki
musim kemarau, yaitu agustus hingga september. Selain patroli, dibangun pos jaga
untuk mempermudah pemantauan keamanan hutan, dan koordinasi dengan pihak
terkait seperti kepolisian dan masyarakat sekitar (Gambar 13).
dengan memadamkan bahan bakar yang terbakar dengan air, tanah, atau alat
pemadam seperti kepyok, metode ini digunakan pada kebakaran hutan skala kecil.
Dalam memadamkan api, masyarakat cenderung melakukan metode
pemadaman api secara langsung yaitu menggunakan alat sederhana seperti
menggunakan tanah dan gepyok (alat pemukul api). Gepyok yang terbuat dari daun
pisang dan ranting-ranting dengan panjang sekitar 1.5 sampai 2 meter yang berasal
dari pohon berdaun lebar dengan kondisi basah berasal dari sekitar areal kebakaran
Selain itu, alat-alat penunjang untuk mempermudah pemadaman kebakaran
juga dapat memakai alat-alat yang biasa digunakan masyarakat untuk bertani
seperti cangkul dan golok untuk membuat ilaran dan menggali tanah, dan semua
alat tersebut merupakan milik pribadi masyarakat. Pemadaman api secara langsung
dilakukan pada kebakaran skala kecil. Penggunaan air sebagai pemadam juga dapat
dilakukan pada kebakaran yang dekat dengan jalan umum sehingga air akan dibawa
oleh mobil polisi hutan dengan dilengkapi selang 100 meter.
Pemadaman dilakukan oleh petugas yang sedang berpatroli, apabila kapasitas
tenaga petugas kurang memadai maka petugas akan menghubungi LMDH maupun
masyarakat sekitar. Jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung pada besarnya
keadaan kebakaran yang dipengaruhi oleh kecepatan angin dan keadaan api.
Simpulan
1. Rata-rata curah hujan per tahun dalam 5 tahun sebesar 751.85 mm yang termasuk
dalam tingkat rawan terhadap kemungkinan kebakaran hutan.
2. Potensi kebakaran hutan akibat pembersihan lahan oleh masyarakat Desa Bugel
dan Desa Tomo tergolong rendah karena sudah diterapkannya sistem
pembakaran terkendali, sedangkan akibat konflik cukup tinggi karena kurang
terjalin hubungan baik antara pihak KPH Sumedang dengan masyarakat dan
kurang layaknya sistem upah pada penggarap lahan KPH Sumedang.
3. Kurangnya informasi mengenai penyuluhan kepada masyarakat dan kurang
diperhatikannya keberadaan papan peringatan adalah bentuk kurang optimalnya
upaya pengendalian di KPH Sumedang.
Saran
1. Pengadaan papan larangan yang lebih menarik dan jelas bagi masyarakat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konflik sosial di masyarakat
untuk mengetahui penyebab kebakaran hutan.
3. Kegiatan patroli perlu dilakukan secara lebih intensif dan konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate GU. Chokkalingam dan Suyanto S. 2001. The Undering causes and im
pacts of fires in South-east Asia. CIFOR/ICRAF final Report.
Desa Bugel. 2015. Laporan Kinerja Desa Bugel. Sumedang (ID): Desa Bugel.
Desa Tomo. 2015. Laporan Kinerja Desa Tomo. Sumedang (ID): Desa Tomo.
[Kemenhut]. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2013. Jakarta(ID):
Kementerian Kehutanan.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya.
Muhadjir N. 1992. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Telaah Positivtik, rasionalitik,
Phenomenologik, Realisme Metaphisik. Yogyakarta (ID): Rake Sarasin.
Perum Perhutani KPH Sumedang. 2015. Buku Public Summary. Sumedang (ID):
KPH Sumedang.
18
Lampiran 3 Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk : Isi dan pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (√) pada
tempat yang telah disediakan.
1. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin :
[ ] Laki-laki [ ] Perempuan
2. Usia : ………. Tahun
3. Status :
[ ] Menikah [ ] Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga :
6. Pendapatan :
[ ] Sulit [ ] Mudah
8. Luas Kepemilikan Lahan :
Jelaskan : ...................................................................................................
Jelaskan,kapan,dimana : .............................................................................
Jelaskan : ....................................................................................................
Jelaskan : ....................................................................................................
Jelaskan : ....................................................................................................
10. Dari siapa anda mengetahui cara membakar untuk teknik pembersihan
lahan?
[ ] Tutun temurun [ ] Lainnya : …...........................
11. Berapa kali dalam setahun anda melakukan kegiatan pembersihan lahan ?
[ ] 1 Kali [ ] >2 Kali (Jika lebih dari 2)
Jelaskan pada bulan apa : ...........
12. Apa saja faktor yang mendasari anda dalam melakukan kegiatan
pembersihan lahan ? Jelaskan : .................................................................
14. Tindakan seperti apa yang anda lakukan supaya pembakaran berhasil ?
Jelaskan : ......................................................................................................
15. Upaya apa saja yang di lakukan agar api tidak mudah menyebar ke areal
lain?
Jelaskan : ......................................................................................................
16. Apakah pernah ada tindakan untuk melakukan pembakaran hutan atau
lahan?
[ ] Pernah [ ] Tidak pernah
Jika pernah,kapan ( ...........) oleh siapa ( ............) dan berapa kali ( ............)
Jelaskan : ........................................................................................................
Jelaskan : .......................................................................................................
20. Kerugian apa saja yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan,menurut anda ?
Jelaskan : .......................................................................................................
22. Alat apa saja yang digunakan untuk memadamkan api setelah dilakukan
pembakaran ?
[ ] Kepyok [ ] Parang
[ ] Arit [ ] Cangkul
[ ] Cengkong [ ] Lainnya (sebutkan : ............ )
23. Apakah anda pernah melakukan pembersihan lahan tanpa menggunakan api?
[ ] Tidak pernah [ ] Pernah
24. Teknik seperti yang anda lakukan pada saat melakukan pembersihan lahan
tanpa menggunakan api ?
Jelaskan : ........................................................................................................
25. Alat apa yang digunakan anda pada saat melakukan pembersihan lahan
tanpa menggunakan api untuk masing-masing teknik yang anda gunakan ?
Sebutkan : ......................................................................................................
...Terimakasih...
25
RIWAYAT HIDUP