Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Kebakaran Hutan dan Lahan Medan, November 2020

PENGARUH KELERENGAN TERHADAP PERILAKU API PADA


DAUN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis)

Dosen Penanggung Jawab


Dr. Ir. Yunasfi, MP

Disusun Oleh:
Theonesco B Ginting
171201166
MNH 7

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Kebakaran Hutan dan Lahan ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun Tujuan dari
penulisan laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Praktikum
Kebakaran Hutan dan Lahan, di Departemen Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Laporan ini adalah “Pengaruh Kelerengan
Pada Perilaku Api Pada daun Kelapa Sawit (Eleai guineensis)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung jawab praktikum
Kebakaran Hutan dan Lahan Dr. Ir. Yunasfi, MP, yang telah memberikan materi dengan
baik dan benar Sehingga membantu dalam menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik
dan saran yang membangun.

Medan, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Balakang ............................................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................................... 2
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 3
Bahan dan Alat............................................................................................. 3
Prosedur Praktikum...................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................. 4
Pembahasan ................................................................................................. 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 6
Saran ............................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Penyebab kebakaran hutan dan lahan didefinisikan sebagai sesuatu yang
bersifat alami maupun perbuatan manusiayang menyebabkan terjadinya proses
penyalaan serta pembakaran bahan bakar hutan dan lahan, dilihat dari faktor kebkaran
hutan dan lahan. faktor alam tampaknya hanya memegang peranan kecil, sedangkan
faktor manusia menyebabkan hampir 100% dari kejadian kebakaran hutan dan lahan,
baik sengaja maaupun tidak disengaja, contohnya api digunakan dalam pembukaan
lahan. Kebakaran hutan dan lahan merupakan malapetaka yang sangat hebat, sampai
pemerintah Indonesia menyatakan sebagai Bencana Nasional (Zulkifli.,dkk. 2017).
Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi di Indonesia mendorong
munculnya isusebagai penyumbang emisi karbon yang cukup besar. Di Indonesia,
kebakaran hutan telah menjadi masalah serius yang sampai saat ini masih belum dapat
diatasi dengan baik, sehingga kebakaran hutan dan lahan telah menjadi ciri khas hutan
Indonesia. Kegiatan penyiapan lahanyang tidak benar, pertambahan jumlah penduduk
serta kondisi iklim yang tidak menentu merupakan salah satu penyebab tingginya
masalah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Kandungan CO2 diudara meningkat
dengan adanya kebakaran hutan dan lahan. Peningkatan CO2 memberikan kontribusi
terhadap peningkatan suhu rata-rata dan pemanasan global. Upaya pemadaman
kebakaran hutan dan lahan sangat terbatas, saat ini pemadaman kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia menggunakan air, dimana air yang dijatuhkan dari atas pada suhu
yang panas akan menguap ke udara sehingga tidak sampai pada titik kebakaran
(Saharjo dan Ibah, 2019).
Terdapat perbedaan data yang sangat mencolok antara kedua laporan tersebut
diatas, namun tanpa meniadakan perlunya informasi tentang luas areal hutan dan lahan
yang terbakar, satu hal yang sangat penting adalah bahwa kebakaran ini telah
merugikan banyak pihak. Dampak kebakaran hutan dan lahan yang paling menonjol
adalah terjadinya kabut asap yang sangat mengganggu kesehatan masyarakat dan
sistem transportasi sungai, darat, laut, dan udara. Secara sektoral dampak kebakaran ini
2

mencakup sektor perhubungan, kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial, termasuk citra
bangsa di mata negara tetangga dan dunia (Hermawan, 2006).
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi 2 dekade terakhir merupakan fenomena
kebakaran hutan tetap tidak bisa di atasi meskipun pemerintah telah mengeluarkan
berbagai aturan, hal ini dikarenakan masih minimnya penegakan hukum atas pelaku
kebakaran hutan dan sulitnya melacak pelaku pembakaram hutan. Kebakaran hutan
yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah bencana alam melainkan akibat ulah tangan
manusia yang serakah akan harta. Faktanya pelaku pembakaran hutan adalah para
pengusaha besar seperti pengusaha sawit, karet, properti, dll. (Agustiar., dkk. 2019).
Dampak kebakaran terhadap produksi di sektor pertanian diduga tidak terlalu
besar karena pembakaran dilakukan untuk penyiapan/pembersihan lahan, bukan dalam
masa pertanaman, kecuali jika kebakaran menjalar secara tidak terkendali pada lahan
yang sedang berproduksi. penyebab kebakaran hutan dan lahan berhubungan langsung
dengan perilaku manusia yang menginginkan percepatan penyiapan lahan (land
clearing) untuk persiapan penanaman komoditas perkebunan. Kebakaran hutan dan
lahan terjadi setiap tahun dengan luas cakupan dan jumlah titik api (hot spot) yang
bervariasi. Kejadian ini sebenarnya telah diantisipasi, namun tidak berdaya melakukan
pencegahan. Menurut berbagai hasil kajian dan analisis (CIFOR, 2006 dan Walhi,
2006)

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelerengan terhadap
perilaku api pada daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


3

Praktikum Kebakaran Hutan dan Lahan yang berjudul “Pengaruh Kelerengan


terhadap perilaku api pada daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)” dilaksanakan pada
hari Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 14:00 – 16:30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
Lubuk Dalam, Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak, Riau

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku data, korek api,
stopwatch, busur, penggaris, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun kayu Pinus (Pinus
menkusi) kering.

Prosedur Praktikum
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibuat daun menjadi 3 tumpukan dengan ukuran 30×30 cm, tinggi minimal 30 cm.
3. Dibuat Kelerengan masing-masing dan diphoto
4. Dibakar dengan menggunakan korek api diamati pengaruh kelerengan terhadap
perilku api dan diamati proses pembakarannya mulai dari awal hingga
pemadamannya dan diukur tinggi api tertinggi menggunakan penggaris dan diphoto
pada saat api tertinggi dan dihiting berapa lama waktu terbakarnya menggunakn
stopwatch
5. Diukur luas bekas areal bahan yang terbakar pada masing-masing tumpukan daun
dan difoto.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
No Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
4

1 Kelerengan daun 20° 445° 90°


2 Luas Awal 30×30 cm 30×30 cm 30×30 cm
3 Tinggi api 8 cm 11 cm 12 cm
4 Luas terbakar 17cm 18cm 20 cm
5 Kelerengan akhir 4° 7° 10°
6 Waktu terbakar 80 detik 95 detik 108 detik
(satuan detik

Pembahasan
Jenis bahan bakar yang berasal dari tumbuhan berdaun jarum umumya lebih
mudah terbakar daripada tumbuhan berdaun lebar, hal ini dikarenakan pada tumbuhan
berdaun jarum lebih banyak mengandung resin (zat ekstraktif) sehingga mudah
terbakar. Sementara pada tumbuhan berdaun lebar biasanya memiliki zat ekstraktif
yang meyebabkan tumbuhan tersebut sulit terbakar. Ketebalan bahan bakar
berhubungan erat dengan susunan bahan bakar, hal inilah yang membuat adanya variasi
tinggi api dari berbagai jenis bahan bakar yang digunakan. Susunan bahan bakar
merupakan faktor utama dalam perilaku api, karena transfer panas yang dihasilkan
dengan radiasi, konduksi maupun konveksi berhubungan dengan variabel jarak bahan
bakar. (Saharjo, 2019).
Pada hasil praktikum Kebakaran Hutan dan lahan yang berjudul “Pengaruh
kelerengan terhadap perilaku api pada daun Kelapa Sawit (Eleais guineensis)”
digunakan daun Kelapa Sawit (Eleais guineensis), yang terdiri dari 3 ulangan dengan
kelerengan yang berbeda-beda yaitu 20°, 45°, 90° dengan luas masing-masing 30 × 30
cm2 . Pengambilan bahan praktikum dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2020
pukul 12:00 – 13:30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Lubuk Dalam, Kabupaten
Siak, Riau.
Pada praktikum didapatkan hasil bahwa tumpukan daun yang paling cepat
terbakar adalah tumpukan ulangan satu dengan waktu terbakar 80 detik, sedangkan
tumpukan daun yang paling lama terbakar adalah tumpukan ulangan tiga dengan waktu
terbakar 108 detik. Untuk ketinggian api yang memilki api tertinggi adalah tumpukan
ulangan ketiga dengan ketinggian 12 cm, sedangkan ketinggian api terendah terdapat
di ulangan satu dengan ketinggian 8 cm. Untuk luas terbakar terluas ada di ulangan
5

ketiga dengan luas terbakar 20 cm, hal ini dikarenakan kondisi tumpukan yang jatuh
dan tersebar selama pembakaran. Untuk luas terbakar terendah yaitu ulangan satu
dengan luas terbakar 17 cm. Untuk kelerengan akhir pada pembakaran pinus (pinus
merkusi) tidak ada perubahan pada kelerengan tersebut kelerengan masih sama antara
kelerengan awal dan akhir.
Dari pembakaran yang dilakukan pada daun pinus (pinus merkusi) tersebut
mendapat data yang berbeda pula mulai dari tinggi, luas, dan lamanya waktu
pembakaran. Kelerengan pada api mempengaruhi pada perilaku api pada 90° waktu
yang dibutuhkan dalam pembakaran lebih lama dari waktu 20° dan 45°. Dari tabel
diatas dapat kita ketahui bahwa semakin banyak bahan bakar (daun kering) maka
semakin lama juga waktu terbakarnya. Laju pembakaran suatu bahan bakar bergantung
pada bentuk dan senyawa kimia pembentuk bahan bakar tersebut. Bentuk dari suatu
bahan bakar akan berpengaruh terhadap laju pembakaran. Faktor utama yang sangat
penting adalah luas permukaan bahan bakar terhadap rasio massa dari bahan bakar
yaitu luasnya permukaan bahan bakar yang dapat terbakar dibandingkan dengan massa
total dari bahan bakar.
Api yang timbul akibat proses pembakaran dimana terjadi oksidasi dan reaksi
kimia kompleks antara oksigen, bahan bakar, dan panas akan disertai dengan
munculnya asap dan gas sisa hasil pembakaran seperti karbon dioksida dan air.
Sedangkan bahan bakar adalah semua zat yang dapat melepaskan energi ketika
dioksidasi. Bahan bakar dapat berbentuk fase padat, cair dan gas. Oksigen, bahan
bakar, sumber –sumber ignition, dan reaksi –reaksi kimia yang terjadi merupakan
elemen primer dari api. Kesetimbangan api akan terganggu apabila salah satu dari
elemen penting tersebut mulai tidakseimbang (Gottuk dkk., 2002).
6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kelerengan pada api mempengaruhi pada perilaku api pada 90° waktu yang
dibutuhkan dalam pembakaran lebih lama dari waktu 20° dan 45°.
2. Untuk kelerengan akhir pada pembakaran pinus (pinus merkusi) tidak ada
perubahan pada kelerengan tersebut kelerengan masih sama antara kelerengan
awal dan akhir.
3. Perilaku api dipengaruhi oleh jenis bahan organic, semakin luas permukaan
suatu daun maka semakin cepat proses terbakarnya.
7

4. Faktor utama yang sangat penting adalah luas permukaan bahan bakar terhadap
rasio massa dari bahan bakar yaitu luasnya permukaan bahan bakar yang dapat
terbakar dibandingkan dengan massa total dari bahan bakar.
5. Jenis bahan bakar yang berasal dari tumbuhan berdaun jarum umumya lebih
mudah terbakar daripada tumbuhan berdaun lebar, hal ini dikarenakan pada
tumbuhan berdaun jarum lebih banyak mengandung resin (zat ekstraktif)
sehingga mudah terbakar.
Saran
Pada praktikum Kebakaran hutan dan lahan sebaiknya dilakukan sebanyak 5
ulangan supaya data yang didapatkan lebih banyak dan lebih dimengerti
perbandingan kelerengannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiar.,dkk. 2019. Kebakaran Hutan Dan Lahan Perspektif Etika Lingkungan. Jurnal
Studi Islam, Vol. 20, No. 2. Halaman : 124-132.

Gottuk. 2002. Analisis Pencegahan Kebakaran Sebagai Upaya Pengendalian


Kebakaran PT. PJB UBJ O&M Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton
Kabupaten Probolinggo.

Hermawan. 2006. Analisis Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran


pada Fabrikasi Distribution Transformers di PT. Unindo Tahun 2006.
8

Saharjo, Bambang hero dan Irbah Imtinan. 2019. Upaya Pemadaman Kebakaran Hutan
Dan Lahan Menggunakan Gel Pemadam (Gel Pack Extinguishing Agent).
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 10 No. 01, April 2019, Hal 45-50 ISSN: 2086-
8227.

Walhi. 2006. Analisis Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di PT. Bridgestone
Tire Indonesia.

Zulkifli, Ismail, dan Legowo Kamarubayana. 2017. Studi Pengendalian Kebakaran


Hutan Di Wilayah Kelurahan Merdeka Kecamatan Samboja Kalimantan Timur.
Jurnal Agrifor Volume Xvi Nomor 1. Samarinda.

LAMPIRAN
9

Anda mungkin juga menyukai