Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA


Makalah ini disusun untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah

Digital Citizenship
Dosen Pengajar : Evans Winanda Wirga, ST, MMSIST,

M MSIST, MMSI

Disusun Oleh :
Syka Qorri’ainan Nafilah (11122419)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI


JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
2.1 ISI......................................................................................................................................................4
2.1.1 Apa itu kebakaran hutan di Indonesia............................................................................................4
2.1.2 Berapakah luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia?..........................................................4
2.1.3 Apa penyebab kebakaran hutan di Indonesia?...............................................................................5
2.1.4 Dimana saja kebakaran hutan di indonesia?..................................................................................9
2.1.6 Apa dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan?.................................................................11
2.1.7 Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kabut asap?..........................................................12
2.1.8 Siapa yang dirugikan jika hutan mengalami kerusakan?...............................................................13
2.1.9 Bagaimana cara menanggulangi bencana kebakaran hutan?.......................................................13
2.1.10 Apakah ada dampak positif dari kebakaran hutan?....................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................................15
Kesimpulan............................................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia. Perkembangan dan
kemajuan pembangunan yang semakin pesat, menyebabkan resiko terjadinya kebakaran
semakin meningkat. Penduduk yang semakin padat dan pembangunan gedung perkantoran,
menimbulkan kerawanan apabila terjadi kebakaran. Usaha pencegahan harus dilakukan oleh
setiap individu dan unit kerja, agar korban dari peristiwa kebakaran bisa diminimalisir.
Kebakaran bisa saja menelan kerugian moril, materil, bahkan jiwa manusia. Kebakaran yang
menimpa fasilitas publik, tentu saja menyebabkan kerugian bagi masyarakat banyak. Kebakaran
merupakan salah satu peristiwa yang tidak diinginkan dan terkadang tak terkendali. Oleh
karena sifatnya yang membahayakan dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat, maka kebakaran dikatagorikan sebagai salah satu bentuk bencana. Bencana,
menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), adalah “peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam, ataupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Kebakaran hutan yang terjadi di alam liar selain membakar pepohonan
sekitar tetapi juga dapat menghanguskan rumah-rumah dan lahan pertanian di sekitarnya.
Penyebab dari terjadinya kebakaran hutan adalah petir, akibat ulah 2 manusia seperti
pembakaran.
Di penghujung abad ke-20 bumi kita kehilangan hutan sebanyak 25 juta hektar akibat
kebakaran. Peristiwa ini berdampak langsung pada ekosistim global dengan naiknya emisi
karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati. Kebakaran hutan merupakan bencana
lingkungan terbesar sepanjang abad. Beberapa tahun terakhir sering terjadi kebakaran hutan ,
khususnya pada musim kemarau. Kebakaran yang cukup besar terjadi dalam dua abad terakhir,
kebakaran yang terjadi sepanjang tahun 1997-1998 di Indonesia adalah kasus kebakaran hutan
terparah di dunia. Selain karena musim kemarau berkepanjangan, kebakaran hutan banyak
disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan oleh penduduk dengan cara membakar hutan.
Dalam periode September 1997 hingga Juni 1998 setidaknya 19,7 juta hektare hutan terbakar,
100.000 orang terserang penyakit akibat asap, dan musnahnya keragaman hayati. Kebakaran
yang ditimbulkan juga mengakibatkan dampak global. Kabut asap merebak ke Malaysia,
Singapura, Brunei, dan sebagian kecil wilayah Thailand, Vietnam, Filipina, dan Australia bagian
utara kerugian mencapai 4,4miliar $. Kemudian kebakaran terparah selanjutnya tercatat di
Australia terjadi sejak September 2019 menghanguskan hampir 12,35 juta hektar lahan
terdampak hingga Januari 2020. Lebih dari 2.000 rumah hancur, 28 orang meninggal dunia, dan
diperkirakan 1 miliar lebih hewan mati. Pergantian tahun baru 2020 di Australia pun tidak

1
dirayakan dengan meriah akibat bencana ekologis. Kasus kebakaran hutan yang ekstrim di
Australia ini dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor utama. Ketiga faktor ini adalah cuaca yang
panas, kering serta berangin. Australia mengalami cuaca terpanas dan terkering yang
menyebabkan terjadinya kemarau lebih lama. 3 Australia kala itu mencapai suhu udara tertinggi
sepanjang sejarah yang dampaknya mendorong evapurasi dan memperkuat kekeringan. Tren
hujan pun mengalami penurunan, khususnya di beberapa wilayah. Pada 18 Desember, Australia
juga memasuki hari terpanas sepanjang sejarah mereka. Kala itu, suhu udara rata-rata di
Australia hampir mencapai 42 derajat Celcius.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah di atas maka peneliti membuat
rumusan masalah yaitu “Apakah ada pengaruh kebakaran hutan terhadap aktivitas masyarakat
di Indonesia”. Dari rumusan masalah tersebut peneliti mengembangkan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apa itu kebakaran hutan di Indonesia?
b. Berapakah luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia?
c. Apa penyebab kebakaran hutan di Indonesia?
d. Dimana saja kebakaran hutan di indonesia?
e. Mengapa kebakaran hutan menjadi penyebab pemanasan global?
f. Apa dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan?
g. Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kabut asap?
h. Siapa yang dirugikan jika hutan mengalami kerusakan?
i. Bagaimana cara menanggulangi bencana kebakaran hutan?
j. Apakah ada dampak positif dari kebakaran hutan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Tergambarnya kondisi geografis di wilayah Indonesia
b. Teranalisanya pengaruh kebakaran hutan terhadap aktivitas masyarakat di Indonesia.
c. Teranalisanya dampak apa saja yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan di Indonesia.
d. Teranalisanya berapa banyak kerugian yang terjadi akibat kebakaran hutan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memiliki
hubungan dengan ilmu geografi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Khususnya dalam

2
penelitian yang mengkaji pengaruh kebakaran hutan. Adapun manfaat khusus yang diharapkan
penulis yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengkaji pengaruh
kebakaran hutan terhadap aktivitas masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis, mengembangkan wawasan dan kemampuan dalam melakukan penelitian dan
menyusun karya tulis, khususnya dalam bidang kajian geografi.
2) Bagi peneliti lain, sebagai sumber referensi untuk mengkaji mengenai kebakaran hutan.
3) Bagi masyarakat, memberikan pengetahuan bahwa kebakaran hutan memiliki pengaruh
yang bisa merugikan masyarakat sehingga, diharapkan masyarakat memiliki kesadaran akan
lingkungan dan menjaga kelestarian hutan.
4) Bagi pemerintah, memberikan sumber rujukan untuk menentukan kebijakan, khususnya
dalam menanggulangi dampak kebakaran hutan terhadap masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ISI
2.1.1 Apa itu kebakaran hutan di Indonesia

Kebakaran hutan sering terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh beberpa factor seperti, pembersihan
hutan, pembukaan lahan perkebunan baru yang dilakukan masyarakat maupun perusahaan, ataupun
yang disebabkan faktor ketidak sengajaan. Kebakaran lahan yang sifatnya masih kecil ataupun dalam
lingkup yang kecil tidak berpengaruh terhadap lingkungan sekitar, namun jika kebakarannya sudah
mencapai lingkup yang luas akan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan lingkungan. Pada tahun-
tahun belakangan ini terutama di provinsi Riau kabut asap yang diakibatkan dari hasil kebakaran hutan
sudah sangat menghawatirkan bahkan, sudah menjadi bencana nasional. Kebakaran hutan terjadi
dimana-mana dan bahkan hampir disetiap kabupaten kota, dan bencana ini terjadi hampir setiap tahun,
terutama memasuki saat musin kemarau. Untuk itu perlu ada perhatian khusus dan penanganan serius
dari berbagai pihak. Bagi peneliti terbuka peluang besar dan ditantang untuk menciptakan suatu sistem
atau alat yang dapat meminimalisir bahkan mencegah terjadinya kebakaran hutan secara luas. Salah
satu cara adalah dengan mengetahui secara dini indikasi penyebab terjadinya kebakaran. Untuk
mengetahui sedini mungkin indikasi kebakaran sebelum terjadi dan menjadi besar, sangat diperlukan
teknologi deteksi dan informasi yang disebarkan secara luas untuk diketahui oleh masyarakat dan yang
berwenang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mengalami perkembangan
yang pesat dan maju, sehingga persaingan dunia elektronika dapat berkembang semakin pesat yang
dapat mengakibatkan manusia mengubah sistem peralatan manual menjadi sistem peralatan otomatis.
Hal ini dikarenakan dapat mempermudah pekerjaan dan mempunyai tingkat ketelitian yang cukup
tinggi.

2.1.2 Berapakah luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia?


Mengutip data dari KLHK pada 2019, luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta ha
atau 50,1% dari total daratan. Fakta ini seharusnya mendorong Pemerintah untuk memiliki katup
pengaman berupa hukum dan kebijakan yang memadai untuk mengantisipasi kebakaran hutan di
Indonesia sebab hutan memiliki andil besar dalam pemenuhan kebutuhan subsisten bagi masyarakat
lokal sekaligus memegang peranan penting menjaga kelestarian ekosistem. Namun pada kenyataannya
persoalan kebakaran hutan menjadi masalah yang berulang tiap tahunnya. Kemenko Polhukam
menyatakan bahwa pada awal 2021 saja terdapat 137 kejadian karhutla di 10 provinsi. Kejadian itu
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia seperti 9 di Sumatera Utara, 29 di Riau, 52 di Kalimantan Barat,
12 di Kalimantan Tengah, 20 di Sulawesi Tenggara, dan 1 di Papua (Kompas, 2021)[1]. Dari angka
tersebut hampir 40 persen kebakaran hutan dan lahan terjadi di Kalimantan, provinsi dengan salah satu
luas hutan terbesar di Indonesia, khususnya Kalimantan Tengah dengan luas hutan alam sejumlah 7,1
juta hektare (ha). Berbagai pendekatan pun dilakukan untuk memahami fenomena ini, salah satu yang
dapat dilakukan adalah pendekatan masalah dengan teori ekologi politik.

4
Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta Ha, baik
di dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, dan berdasarkan penyesuaian terhadap peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang terdapat dalam program Kebijakan Satu Peta (KSP). Pemantauan ini
dilakukan menggunakan citra satelit yang disediakan LAPAN dan di identifikasi secara visual oleh tenaga
teknis penafsir KLHK yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2020
menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 95,6 juta Ha atau 50,9 % dari
total daratan, dimana 92,5 % dari total luas berhutan atau 88,4 juta Ha berada di dalam kawasan hutan.
Untuk informasi, deforestasi netto tahun 2019-2020 baik di dalam maupun di luar kawasan hutan
Indonesia adalah sebesar 115,5 ribu Ha. Angka ini berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 119,1
ribu Ha dikurangi angka reforestasi (hasil pemantauan citra satelit) sebesar 3,6 ribu Ha. Sebagai
pembanding, hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2019 menunjukkan bahwa deforestasi netto
tahun 2018-2019 baik di dalam dan di luar kawasan hutan Indonesia adalah sebesar 462,4 ribu Ha, yang
berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 465,5 ribu Ha dengan dikurangi reforestasi (hasil
pemantauan citra satelit) sebesar 3 ribu Ha. Dengan memperhatikan hasil permantauan tahun 2020 dan
2019 dapat dilihat bahwa secara netto deforestasi Indonesia tahun 2019-2020 terjadi penurunan 75 %,
demikian juga untuk deforestasi bruto terjadi penurunan sebesar 74,4 %.

2.1.3 Apa penyebab kebakaran hutan di Indonesia?


Kebakaran hutan bisa disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor manusia dan faktor
alami. Faktor alami misalnya pengaruh El-Nino yang menyebabkan kemarau panjang sehingga
tanaman menjadi kering dan mudah terbakar. Sedang faktor manusia contohnya berupa
pembukaan lahan dengan cara membakar atau pembuatan api unggun yang lupa dimatikan
sehingga menyambar pepohonan atau semak dan menyebabkan kebakaran Selain faktor-faktor
tersebut, ternyata masih ada banyak penyebab kebakaran hutan, yaitu;
1. Petir
Menjadi Salah Satu Penyebab Kebakaran Hutan Salah satu penyebab kebakaran hutan
secara alami yaitu akibat adanya sambaran petir. Petir yang menyambar pohon atau
semak kering bisa menimbulkan api yang kemudian membuat seluruh hutan ikut
terbakar. Tentu, petir tidak semata-mata menjadi penyebab kebakaran hutan. Ada
berbagai faktor atau kondisi pendukung lainnya yang membuat pohon atau lahan kering
mudah tersulut api. Faktor dan kondisi pendukung tersebut antara lain cuaca, jenis
pohon, dan lanskap hutan.  Namun, kondisi cuaca lah yang menjadi faktor utama apalagi
jika suhu udara tinggi, curah hujan lebih rendah, dan tingkat kelembapan yang juga
rendah. Semua hal tersebut menjadi pemicu kemungkinan kebakaran yang disebabkan
oleh petir. Mengutip dari theguardian.com, untuk setiap 10.000 sambaran petir di
Amerika Utara, antara dua dan lima sambaran petir tersebut akan memicu kebakaran
hutan. Sedangkan di Indonesia, kasus kebakaran akibat sambaran petir pernah terjadi di
Gunungputri Kabupaten Bogor. Kebakaran terjadi di sebuah kebun yang menjadi
penyimpan tumpukan ban bekas. Kebakaran terjadi akibat sambaran petir pada pohon,
lalu timbul api yang merambat ke tumpukan ban bekas, dikutip dari antaranews.com.

2. Letusan Vulkanik Gunung Berapi

5
Letusan vulkanik gunung berapi juga menjadi faktor alami penyebab kebakaran hutan.
Umumnya, kebakaran hutan terjadi akibat lava panas yang mengalir akibat dari letusan
gunung. Lava atau bisa disebut leleran lava adalah cairan pekat dan panas serta dapat
merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Suhu lava saat dierupsikan berkisar antara
8000 Celcius hingga 12000 Celsius. Biasanya, di Indonesia leleran lava yang dierupsikan
gunung api bergerak secara lamban sehingga manusia bisa menghindarinya. Meskipun
berjalan dengan lamban, lava dapat membakar pohon maupun semak belukar yang
dilewatinya. Apalagi, beberapa gunung berapi aktif dikelilingi oleh hutan yang luas.
Alhasil, menambah kemungkinan timbulnya kebakaran. Panas lava yang ekstrem dapat
menyebabkan vegetasi terbakar dan menyebar hingga mengakibatkan kebakaran hutan.
Mengingat lava letusan gunung memiliki suhu yang begitu tinggi, maka tidak sulit
baginya untuk membakar segala sesuatu yang dilewati, terlebih jika musim kemarau
panjang sedang tiba. Mengutip dari laman antaranews.com, kebakaran hutan akibat
erupsi gunung pernah terjadi di Indonesia tepatnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kawasan hutan lindung di sekitar puncak Gunung Ili Lewotolok, Kabupaten Lembata,
NTT terbakar akibat erupsi gunung. Tercatat, kobaran api akibat kebakaran tersebut
mencapai kurang lebih 1,8 kilometer dari puncak gunung.

3. Musim Kemarau
Juga Menjadi Penyebab Kebakaran Hutan Memasuki musim kemarau, potensi terjadinya
kebakaran hutan makin meningkat. Sebab, selama satu musim tersebut mungkin akan
jarang atau bahkan sama sekali tidak terjadi hujan. Padahal, tinggi rendahnya intensitas
hujan berpengaruh pada jumlah kebakaran yang diidentifikasi dengan adanya hotspot
(titik panas). Makin rendah intensitas curah hujan maka akan semakin meningkat pula
jumlah hotspot yang ada. Cuaca dan iklim memang memiliki pengaruh terhadap
kebakaran hutan sebab terdapat hubungan yang saling berkaitan yaitu: Iklim
menentukan jumlah total bahan bakar yang tersedia, Iklim menentukan jangka waktu
dan kekerasan musim kebakaran, Cuaca mengatur kadar air dan kemudahan bahan
bakar hutan untuk terbakar, Cuaca memengaruhi proses penyalaan dan penjalaran
kebakaran hutan. Selain itu, faktor-faktor cuaca seperti suhu, kelembapan, stabilitas
udara, serta kecepatan dan arah angin secara langsung juga memengaruhi terjadinya
kebakaran hutan. 

4. Kondisi Tutupan Lahan dan Jenis Tanah


Di beberapa spesifik lokasi seperti Sumatra dan Kalimantan, penyebab kebakaran hutan
sangat dipengaruhi oleh kondisi tutupan lahan maupun jenis tanah serta berkaitan
dengan ketersediaan biomassa yang menjadi salah satu komponen utama terjadinya
kebakaran. Dalam kondisi musim kemarau yang ekstrem, ketersediaan biomassa yang
tinggi akan memperbesar potensi terjadinya kebakaran lahan. Selain itu, jenis tanah juga
ikut berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Lahan gambut
adalah salah satu ekosistem yang mempunyai tingkat kerawanan kebakaran cukup

6
tinggi. Hal ini disebabkan lahan gambut mengandung material atau bahan organik
sangat banyak yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah, bersifat tidak
mampat, dan hanya sedikit mengalami perombakan. Secara alami kondisi lahan gambut
memang selalu basah yang mana membuatnya sukar terbakar. Namun, gambut akan
sangat mudah kering jika air yang terdapat di dalamnya dikeringkan melalui pembuatan
kanal-kanal yang tidak memperhatikan aspek hidrologis gambut. Hal tersebut lantas
menyebabkan areal bergambut rusak sehingga menjadi penyebab kebakaran hutan di
musim kemarau.

5. Pembukaan Lahan secara Dibakar


Aktivitas masyarakat mengolah lahan pertanian/perkebunan dengan menggunakan
metode tebas-bakar (slash and burn) juga menjadi penyebab kebakaran hutan.
Masyarakat memilih metode tersebut karena mempertimbangkan beberapa hal seperti
keterbatasan tenaga kerja, keterbatasan mobilitas menuju lahan, serta keterbatasan
modal. Alhasil, pembakaran menjadi salah satu cara penyiapan lahan yang paling mudah
dan murah. Sayangnya, pembukaan lahan dengan cara membakar ini berisiko meluas
sehingga menyebabkan kebakaran hutan. Maka dari itu, perlu metode penyiapan lahan
tanpa bakar (zero burning) sebagai solusi yang harus ditetapkan dan dilaksanakan. Akan
tetapi, umumnya diperlukan bantuan alat-alat mekanis yang tidak murah
pengadaannya. Di sinilah peran pemerintah untuk menjadi pendukung agar upaya
pembukaan lahan tanpa pembakaran bisa terwujud.

6. Api Unggun
Aktivitas manusia yang lalai juga bisa menjadi penyebab kebakaran hutan, salah satunya
dari api unggun. Momen ketika api unggun menjadi penyebab kebakaran hutan antara
lain saat: Api unggun dibiarkan tanpa pengawasan. Membiarkan api unggun tanpa
pengawasan membuatnya bisa membakar banyak benda di sekitar dan akan menjadi
besar serta memicu terjadinya kebakaran hutan. Api unggun menjadi tidak terkendali.
Dalam beberapa situasi, beberapa orang mungkin tidak sadar jika ia membuat nyala api
unggun terlalu besar. Hal ini bisa menyebabkan panik dan menimbulkan kebakaran
hutan.  Api unggun sepenuhnya tidak padam. Momen ini cukup sering terjadi ketika
beberapa orang merasa jika apinya telah padam padahal sebenarnya belum. Perlu
diketahui, jika bara masih panas, maka api dapat menyala kembali. Maka dari itu,
sebelum meninggalkan api unggun pastikan bara api benar-benar mati. Di Indonesia
pernah terjadi kebakaran yang menghanguskan kawasan hutan perdu di lereng Gunung
Sindoro akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Menurut otoritas setempat
penyebab kebakaran kemungkinan karena faktor manusia dalam hal ini pendaki yang
lalai tidak mematikan api unggun di puncak sebelum turun gunung.

7. Angin

7
Juga bisa Menjadi Penyebab Kebakaran Hutan Angin merupakan salah satu faktor
penting dari faktor-faktor cuaca yang menjadi penyebab kebakaran hutan. Angin bisa
menyebabkan kebakaran hutan melalui beberapa cara. Angin membantu pengeringan
bahan bakar yaitu sebagai pembawa air yang sudah diuapkan dari bahan bakar. Lebih
lanjut, tiupan angin juga memperbesar kemungkinan membesarnya nyala api dari
sumber seperti korek api, obor, dan kilat. Sekali nyala api tersulut, maka kecepatan
pembakaran dan perkembangan api akan meningkat seiring membesarnya tiupan angin.

8. Perburuan Satwa Liar


Perburuan satwa liar juga bisa menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan. Apalagi
jika perburuan dilakukan menggunakan senapan api. Selain itu, pemburu juga biasanya
akan mendirikan tenda dan membuat api unggun baik untuk memasak atau sekadar
menghangatkan diri. Api unggun dan aktivitas bakar-bakar itulah yang jika dilakukan
dengan ceroboh bisa menimbulkan kebakaran hutan.

9. Kelembapan Udara
Kelembapan udara berasal dari evaporasi air tanah, badan air, dan transpirasi tumbuh-
tumbuhan. Kelembapan udara di dalam hutan sangat memengaruhi pada mudah
tidaknya bahan bakar yang ada untuk mengering. Apabila bahan bakar tersebut mudah
mengering, maka bisa menjadi salah satu penyebab kebakaran hutan. Sementara itu,
cuaca atau iklim merupakan faktor yang sangat menentukan kadar air bahan bakar
hutan, terutama peran air hujan. Ketika musim kering, kelembapan udara sangat
menentukan kadar air bahan bakar.

10. Akumulasi Serasah Daun Kering


Penyebab kebakaran hutan berikutnya adalah adanya akumulasi serasah daun kering.
Serasah daun kering adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang berupa daun-
daun kering. Biasanya serasah daun ini berjatuhan dan berkumpul di bawah-bawah
pohon. Keberadaannya memang bisa menjadi penambah hara tanah. Namun, serasah
daun kering juga bisa memperparah atau membuat kebakaran bertambah besar.
Akumulasi serasah kering merupakan bahan bakar yang dapat mempengaruhi perilaku
api, bukan sebagai sumber api penyebab kebakaran. Baca juga: 10+ Tumbuhan Hutan
Hujan Tropis Indonesia dan Ciri-Cirinya

11. Penyebab Kebakaran Hutan Terakhir yaitu Pembakaran Padang Penggembalaan


Aktivitas pembakaran juga dilakukan oleh beberapa orang dan petani pada musim
kemarau di padang penggembalaan. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan
rumput-rumput muda sehingga persediaan pakan tetap terjamin. Mengutip dari Jurnal
berjudul “Hubungan Pembakaran dengan Padang Penggembalaan dan Aktivitas
Pertanian di Nusa Tenggara Timur” Menurut Hernaux dan Diara (1984) produksi bahan
kering dari rumput Andropohon gayanus dari lahan yang dibakar secara nyata lebih

8
tinggi dari yang tidak dibakar. Akan tetapi, aktivitas ini juga menimbulkan dampak
negatif termasuk dapat menjadi penyebab kebakaran hutan. Pembakaran rumput,
ranting, dan semak sering kali menyebabkan api dengan mudah menyala dan menjalar.

2.1.4 Dimana saja kebakaran hutan di indonesia?


Berikut 11 provinsi di Indonesia yang rentan terjadi kebakaran hutan dan lahan:
1. Aceh
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi pada beberapa kawasan di
Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Sabtu (23/7). Sekitar 3 hektar lahan terbakar pada
insiden tersebut. Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh [BPBA] menunjukkan, musim
kemarau yang terjadi awal 2021 telah menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Kepala BPBA Aceh, Ilyas Yunus menyebutkan, hingga Februari telah terjadi 37 kasus yang
menyebabkan 107 hektar hutan dan lahan terbakar.

2. Sumatera Utara
Kebakaran hutan terjadi di Tongging, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), yang
berdekatan dengan wilayah Danau Toba. Api membakar area sepanjang 1 kilometer.

3. Riau
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat luas kebakaran
hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah tersebut mencapai 1.219 hektare selama 2022.
Karhutla terjadi di sejumlah wilayah Bumi Lancang Kuning, baik lahan gambut maupun tanah
mineral.

4. Jambi
Pemprov Jambi mencatat ada lebih dari 62 hektare (ha) lahan dan hutan yang terbakar.
Peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu enam bulan terakhir. "Lahan yang terbakar di
Provinsi Jambi periode Januari sampai Juni seluas 62,95 hektare," ujar Gubernur Jambi Al
Haris, Sabtu (11/6/2022).

5. Sumatera Selatan
472 Hektare Lahan di Sumsel Terbakar, Lebih Luas dari Karhutla 2021. Bagikan : Lahan
seluas 472,07 hektare hangus terbakar sejak Januari-Mei 2022 di Sumatera Selatan. Lahan
yang terbakar tersebut lebih luas daripada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2021
lalu.

6. Kepulauan Bangka Belitung


Sumber api diketahui berasal dari masyarakat yang sedang melakukan pembakaran
sampah hingga meluas ke area hutan dan lahan tersebut, ditambah lagi dengan cuaca yang
panas dan angin yang berhembus kencang. Luas wilayah hutan dan lahan yang terdampak

9
diperkirakan sekitar -/+ 1 hektar, api berhasil dipadamkan sekitar 1 jam kemudian oleh
pemadam kebakaran kota pangkalpinang.

7. Kalimantan Barat
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kebakaran hutan dan
lahan (Karhutla) gambut di Kalimantan Barat mencapai 13.367 hektar sepanjang 2021. Data
tersebut dihimpun pada Januari-November 2021. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, jumlah itu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. KLHK mencatat Karhutla
gambut di Kalbar pada 2020 mencapai 1.413 ha.

8. Kalimantan Timur
Berdasarkan data SiPongi, Karhutla Monitoring Sistem, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur pada 2019 mencapai
6.715 hektar.

9. Kalimantan Tengah
Lahan dengan luas kurang lebih lima hektar terbakar di Desa Sungai Cabag Barat,
Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah, Minggu (8/5) pada pukul 14.00 WIB.
Kebakaran lahan jenis tanah mineral dan vegetasi semak itu telah berhasil dipadamkan oleh
tim gabungan dari Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Sukamara bersama TNI, anggota Polsek Pantai Luci, Manggala Agni dan
Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Sungai Cabang Barat.

10. Kalimantan Selatan


Kebakaran lahan di Desa Baru dan Siang Gantung, Kecamatan Daha Barat, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan pada tanggal 17 September 2022 pukul 14.25 WITA. Luas lahan terbakar
12 Ha.

11. Papua
Kebakaran Hutan Papua: Imbas dari Kebijakan Sistem Pemerintah dan di Balik Perusahaan
Komindo Korea Selatan

Berdasarkan data sub bidang pengelolaan citra satelit cuaca BMKG, 11 provinsi tersebut
mempunyai jumlah titik panas (hotspot) yang berbeda.

2.1.5 Mengapa kebakaran hutan menjadi penyebab pemanasan global?


Karena dapat adalah mempercepat terjadinya pemanasan global. Kebakaran hutan
melepaskan sejumlah besar karbon dioksida, nitrogen oksida, belerang dioksida, dan gas rumah
kaca lain yang mendorong terjadinya pemanasan global. Dilansir dari UN Environment

10
Programme, partikel yang dilepaskan kebakaran hutan dapat masuk ke salju dan es lalu
mengganggu kemampuan pemantulan sinar matahari. Sehingga, salju dan es menyerap lebih
panas panas matahari dan mendorong terjadinya pemanasan global
2.1.6 Apa dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan?
Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan menyebabkan
musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Dampak lainnya dari asap yang
ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Penyakit Jantung serta iritasi pada mata, tenggorokan dan
hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang transportasi,
khususnya transportasi penerbangan.
Tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan
berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan
hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim
hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran hutan
dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana kekeringan,
karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air. Jadi, berikut adalah Dampak
kebakaran hutan bagi lingkungan dan penjelasan singkatnya:

1. Hilangnya habitat mahluk hidup


Kebakaran hutan yang tak terkendali dapat menyebabkan hilangnya habitat makhluk
hidup. Kebakaran hutan dapat menghanguskan vegetasi dan berbagai tempat bersarang
hewan, membuat hewan dan tumbuhan kehilangan habitatnya. Korban jiwa Dampak kebakaran
hutan yang paling mengerikan adalah jatuhnya korban jiwa. Kebakaran hutan yang tidak
terkendali dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa baik karena api maupun asap dan debu
hasil pembakaran. Selain manusia, hewan lebih banyak yang mati dan cedera akibat kebakaran
hutan. Pada kebakaran hutan yang besar, jutaan hewan dapat mati karena api dan asap.
2. Polusi udara
Dilansir dari Global Forest Watch, asap dan kabut yang dihasilkan dapat menjangkau jarak
berkilo-kilometer, menciptakan polusi udara pada tingkat melampaui ambang batas sehat.
Polusi udara hasil kebakaran hutan dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan bagi
manusia yang terpapar.
3. Polusi air
Dampak kebakaran hutan selanjutnya adalah polusi air. Dilansir dari United States
Environmental Protection Agency, abu, sedimen, juga polutan hasil kebakaran dapat masuk dan
mengendap di sungai, waduk, dan sumber air lainnya. Vegetasi di sekitar sumber air yang hilang
akibat kebakaran hutan juga dapat menyebabkan erosi, banjir, dan masuknya polutan ke
sumber air. Kedua hal tersebut menyebabkan polusi air di mana sumber air menjadi tercemar
setelah terjadinya kebakaran hutan.
4. Pemanasan global

11
Dampak kebakaran hutan bagi lingkungan adalah mempercepat terjadinya pemanasan
global. Kebakaran hutan melepaskan sejumlah besar karbon dioksida, nitrogen oksida, belerang
dioksida, dan gas rumah kaca lain yang mendorong terjadinya pemanasan global. Dilansir dari
UN Environment Programme, partikel yang dilepaskan kebakaran hutan dapat masuk ke salju
dan es lalu mengganggu kemampuan pemantulan sinar matahari. Sehingga, salju dan es
menyerap lebih panas panas matahari dan mendorong terjadinya pemanasan global.
Berkurangnya bahan pangan Hutan menyediakan berbagai bahan bagi manusia. Kebakaran
hutan dapat menyebabkan berkurangnya bahan bagi manusia. Misalnya, bahan pangan, bahan
bangunan, dan juga bahan pembuatan tekstil.
5. Terganggunya fasilitas setempat
Kebakaran hutan dapat merambat jauh, mengakibaktkan rusaknya fasilitas setempat
seperti layanan listrik dan komunikasi. Kebakaran hutan juga dapat memutus jalur transportasi.
Hal tersebut dikarenakan asap dan abu menutupi pandangan sehingga tidak memungkinkan
alat transportasi melaju dengan aman.
6. Terganggunya ekonomi
Terganggunya fasilitas setempat juga kerusakan hutan akibat kebakaran dapat
menyebabkan kerugian. Adapun, masyarakat yang hidup bergantung pada hutan akan
merasakan dampak ekonomi yang besar.  
2.1.7 Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kabut asap?
Kabut asap menjadi sebuah ancaman, terutama bagi kondisi tubuh menjadi tidak sehat.
Kebakaran hutan menjadi salah satu bencana kabut asap yang berbahaya. Hal ini karena debu
atau partikel halus yang ada di dalam kabut asap mudah terhisap dan mengotori sistem
pernapasan.  Selain partikel halus, asap kebakaran juga mengandung zat-zat berbahaya seperti
ozon (O3), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NO2).

Dikutip dari buku Transboundary Pollution: Evolving Issues of International Law and Policy
(2015) oleh S. Jayakumar dan kawan-kawan, beberapa dampak bencana kabut asap, yaitu: 
1. Bahaya bagi kesehatan 
Beragam masalah kesehatan timbul akibat bencana kabut asap, seperti sesak napas,
penyakit paru-paru, iritasi pada mata, nyeri dada, batuk, dan lain-lain. 
2. Sinar matahari tertutup 
Kabut asap yang tebal tentu membuat sinar matahari sulit menembus kawasan yang
terdampak. Akibatnya sinar matahari yang dibutuhkan manusia sebagai vitamin D tidak
tersalurkan dengan maksimal. 
3. Kualitas udara menurun 
Udara yang dihirup makhluk hidup seharusnya tidak berwarna dan berbau. Tetapi
karena adanya kabut asap, kualitas udara otomatis menurun karena udara berubah
menjadi kekuningan atau menghitam dan beraroma tidak sedap. 
2.1.8 Siapa yang dirugikan jika hutan mengalami kerusakan?

12
Banyak dampak yang ditimbulkan dari musnahnya hutan, dimana masyarakat luas dan
mahluk hidup yang berada didaerah tersebut adalah pihak yang pada akhirnya paling dirugikan.
Salah satu penyebab musnahnya hutan adalah kebakaran, untuk itu peran masyarakat perlu
dilibatkan dalam pencegahan.
2.1.9 Bagaimana cara menanggulangi bencana kebakaran hutan?
Upaya pencegahan karhutla yang telah dilaksanakan yaitu berupa peningkatan status
kedaruratan, patroli terpadu, operasi udara yang meliputi patroli udara, water bombing,
pembuatan hujan buatan/ Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dan operasi darat yang meliputi
patroli mandiri dan pemadaman dini. Cara menanggulangi kebakaran hutan adalah dengan
melakukan hal-hal yang benar seperti menanam pohon kembali dan juga menghindari untuk
melakukan hal-hal yang beresiko dapat menimbulkan kebakaran hutan seperti membuang
puntung ro kok sembarangan di hutan, tidak mematikan kayu bakar saat sudah berkemah, dan
juga berpengaruh dengan musim kemarau ekstrim karena pemanasan global jadi kita jangan
memakai emisi gas efek rumah kaca berlebihan. Lalu cara lain yang harus kita lakukan adalah
lestarikan tumbuhan sekitar, lakukan penanaman kembali saat memakai pohon itu untuk
kebutuhan industri manusia, kurangi membuat lahan peternakan karena caranya dengan
membakar sebagian hutan, adakan program menanam 1000 pohon misalnya.

2.1.10 Apakah ada dampak positif dari kebakaran hutan?


Ada dampak positif yang bisa kita simpan dari kebakaran hutan salah satunya, menyuburkan
tanah. Sebab, kebakaran hutan ini dapat membuat efek menyuburkan tanah hutan karena abu sisa
pembakaran menjadi mineral penting bagi tanah hutan. Tanah hutan menjadi kaya dengan
kandungan mineral.
1. Efek Peremajaan Tanaman
Tidak hanya menyuburkan tanah, kebakaran hutan juga dapat memberikan efek
peremajaan hutan. Biasanya setelah hutan habis terbakar akan tumbuh tunas-tunas baru
yang berkembang sangat pesat. Tunas-tunas tersebut mendapatkan penyinaran maksimal,
karena tidak terhalang tajuk tanaman lain.
2. Pembersihan Lahan
Hutan yang dibakar juga dapat digunakan sebagai metode pembersihan lahan untuk
perkebunan dan pertanian. Hal ini karena metode tersebut cukup murah, dan minim tenaga
kerja, terlebih lagi tidak perlu menggunakan teknologi canggih.
4. Memusnahkan Hama
Berdasarkan keterangan dari buku "Perlindungan Hutan" yang ditulis Suratmo FG tahun
1974, kebakaran hutan memusnahkan semua biomassa yang ada di atas tanah, bahkan
sampai ke kedalaman tertentu. Hama dan penyakit tanaman yang ada pun sudah barang
tentu ikut musnah.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Menurut penulis dari hasil analisis dapat di tarik kesimpulan bahwa peraturan-peraturan
yang saat ini berlaku di Indonesia baik dari UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999, Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan,
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.32/MenLHK/SetJen/Kum.1/3/2016 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Darkathutla), Perutan Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan, dan
Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 7 tahun 2003 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur masih tidak sesuai

14
dengan prinsip-prinsip pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Dapat kita selalu
ada saja kasus kebakaran hutan dan intensitas laporan kasus kebakaran hutan tersebut
meningkat setiap tahunnya. Juga harus melihat dari prinsip-prinsip dalam pencegahan dan
penanggulangan seperti :
1. Tanggung jawab pencegahan kebakaran hutan terutama menjadi tanggung jawab
pemerintah
2. Pihak diluar pemerintah yang juga memikul tanggung jawab mencegah kebakaran hutan
adalah pemegang izin dan masyarakat pada umumnya.
3. Penanganan kebakaran hutan dilakukan melalui pendakatan preventif dan reperesif.
4. Ketentuan-ketentuan pidana di jadikan instrumen untuk mencegah dan memberantas
kebakaran hutan.
5. Pengendalian kebekaran hutan dilakukan pada 4 tingkatan, yaitu :
a. Tingkat pusat;
b. Tingkat provinsi;
c. Tingkat Kabupaten/Kota;
d. Tingkat unit pengelolaan hutan.
6. Penanggulangan kebakaran hutan dilakukan secara lintas sektor.
B. Saran
Saran dari penulis adalah pemerintah baik pusat maupun daerah merevisi ulang
peraturan-peraturan yang ada saat ini karena dianggap bahwa beberapa peraturan yang ada
sudah terlalu lama berlaku sehingga tidak dapat mengikuti banyaknya perubahan yang terjadi
dalam perkembangan hukum kehutanan yang sudah mengalami modernisasi. Saran untuk
pemegang izin pengelolaan hutan adalah agar lebih mengawasi hutan yang merupakan tempat
yang menjadi tanggung jawabnya karena kebakaran hutan yang terjadi yang terjadi juga banyak
terjadi akibat pembakaran yang di lakukan oleh pemegang izin kurang di awasi sehingga
kebakaran menyebar lebih luas.
Saran untuk masyarakat adalah lebih peduli dengan kondisi hutan yang ada di Indonesia,
jangan membuang sampah yang dapat menyebabkan kebakaran hutan seperti membungan
puntung rokok secara sembarangan karena api sekecil itu pun bisa menyebabka kebakaran
hutan dan juga masyarakat harus cepat melapor kepada pihak yang berwenang jika mengetahui
ada seseorang yang membuang sampah tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/2892-sinergi-upaya-pencegahan-kebakaran-hutan-dan-
lahan.html#:~:text=Upaya%20pencegahan%20karhutla%20yang%20telah,patroli%20mandiri%20dan
%20pemadaman%20dini.

http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6330/capaian-tora-dan-perhutanan-sosial-di-tahun-2021

https://bnpb.go.id/berita/lima-hektar-lahan-di-kalteng-kebakaran-waspada-awal-musim-kemarau

https://dlhk.jogjaprov.go.id/yuk-cegah-kebakaran-hutan-dan-lahan

16
https://indonesiabaik.id/motion_grafis/motion-grafis-waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-
lahan#:~:text=Kabut%20asap%20dari%20kebakaran%20hutan,pemanasan%20global%20dan
%20perubahan%20iklim.

https://lindungihutan.com/blog/10-penyebab-kebakaran-hutan-di-indonesia/

https://pusatkrisis.kemkes.go.id/Kebakaran-Hutan-dan-Lahan-di-HULU-SUNGAI-SELATAN-KALIMANTAN-
SELATAN-17-09-2022-73

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211227095903-20-738990/13367-hektar-lahan-gambut-di-
kalbar-terbakar-selama-10-bulan

https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/3795/briefer-krisis-kebakaran-hutan-dan-lahan-di-
indonesia-perusahaan-kelapa-sawit-dan-bubur-kertas-dengan-area-kebakaran-terbesar-tak-tersentuh-
hukum/?utm_term=&utm_campaign=GPTH-Drive+Traffic+:
+Dynamic+Ad&utm_source=adwords&utm_medium=ppc&hsa_acc=2641717568&hsa_cam=183163004
86&hsa_grp=136380207810&hsa_ad=621355663851&hsa_src=g&hsa_tgt=dsa-
19959388920&hsa_kw=&hsa_mt=&hsa_net=adwords&hsa_ver=3&gclid=Cj0KCQiAz9ieBhCIARIsACB0oG
KApUqj_GXylcxk3UZmitBgYaen5FCYI-g7odqsK0Bglk6l2bNqbEsaApqpEALw_wcB

https://www.indozone.id/life/M7slpR0/menyadari-apa-itu-deforestasi-dampak-negatif-dan-positif-dari-
kebakaran-hutan#:~:text=Dampak%20positif%20yang%20bisa%20kita,menjadi%20kaya%20dengan
%20kandungan%20mineral.

https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/16/173000769/bahaya-kabut-asap-dampak-dan-cara-
melindungi-diri-#:~:text=Kabut%20asap%20dapat%20menyebabkan%20iritasi,kronis%20lain%2C
%20seperti%20bronkitis%20kronik.

https://www.merdeka.com/jatim/penyebab-terjadinya-kebakaran-hutan-dan-cara-mencegahnya-
kln.html#:~:text=Kebakaran%20hutan%20dapat%20didefinisikan%20sebagai,misalnya%2C%20angin%2C
%20topografi).

https://www.riau.go.id/home/content/2015/12/04/5166-masyarakat-pihak-paling-dirugikan-atas-
dampak#:~:text=SELATPANJANG%20%2D%20Banyak%20dampak%20yang%20ditimbulkan,masyarakat
%20perlu%20dilibatkan%20dalam%20pencegahan.

17

Anda mungkin juga menyukai