Digital Citizenship
Dosen Pengajar : Evans Winanda Wirga, ST, MMSIST,
M MSIST, MMSI
Disusun Oleh :
Syka Qorri’ainan Nafilah (11122419)
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
2.1 ISI......................................................................................................................................................4
2.1.1 Apa itu kebakaran hutan di Indonesia............................................................................................4
2.1.2 Berapakah luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia?..........................................................4
2.1.3 Apa penyebab kebakaran hutan di Indonesia?...............................................................................5
2.1.4 Dimana saja kebakaran hutan di indonesia?..................................................................................9
2.1.6 Apa dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan?.................................................................11
2.1.7 Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kabut asap?..........................................................12
2.1.8 Siapa yang dirugikan jika hutan mengalami kerusakan?...............................................................13
2.1.9 Bagaimana cara menanggulangi bencana kebakaran hutan?.......................................................13
2.1.10 Apakah ada dampak positif dari kebakaran hutan?....................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................................15
Kesimpulan............................................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
dirayakan dengan meriah akibat bencana ekologis. Kasus kebakaran hutan yang ekstrim di
Australia ini dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor utama. Ketiga faktor ini adalah cuaca yang
panas, kering serta berangin. Australia mengalami cuaca terpanas dan terkering yang
menyebabkan terjadinya kemarau lebih lama. 3 Australia kala itu mencapai suhu udara tertinggi
sepanjang sejarah yang dampaknya mendorong evapurasi dan memperkuat kekeringan. Tren
hujan pun mengalami penurunan, khususnya di beberapa wilayah. Pada 18 Desember, Australia
juga memasuki hari terpanas sepanjang sejarah mereka. Kala itu, suhu udara rata-rata di
Australia hampir mencapai 42 derajat Celcius.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah di atas maka peneliti membuat
rumusan masalah yaitu “Apakah ada pengaruh kebakaran hutan terhadap aktivitas masyarakat
di Indonesia”. Dari rumusan masalah tersebut peneliti mengembangkan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apa itu kebakaran hutan di Indonesia?
b. Berapakah luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia?
c. Apa penyebab kebakaran hutan di Indonesia?
d. Dimana saja kebakaran hutan di indonesia?
e. Mengapa kebakaran hutan menjadi penyebab pemanasan global?
f. Apa dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan?
g. Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kabut asap?
h. Siapa yang dirugikan jika hutan mengalami kerusakan?
i. Bagaimana cara menanggulangi bencana kebakaran hutan?
j. Apakah ada dampak positif dari kebakaran hutan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Tergambarnya kondisi geografis di wilayah Indonesia
b. Teranalisanya pengaruh kebakaran hutan terhadap aktivitas masyarakat di Indonesia.
c. Teranalisanya dampak apa saja yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan di Indonesia.
d. Teranalisanya berapa banyak kerugian yang terjadi akibat kebakaran hutan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memiliki
hubungan dengan ilmu geografi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Khususnya dalam
2
penelitian yang mengkaji pengaruh kebakaran hutan. Adapun manfaat khusus yang diharapkan
penulis yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengkaji pengaruh
kebakaran hutan terhadap aktivitas masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis, mengembangkan wawasan dan kemampuan dalam melakukan penelitian dan
menyusun karya tulis, khususnya dalam bidang kajian geografi.
2) Bagi peneliti lain, sebagai sumber referensi untuk mengkaji mengenai kebakaran hutan.
3) Bagi masyarakat, memberikan pengetahuan bahwa kebakaran hutan memiliki pengaruh
yang bisa merugikan masyarakat sehingga, diharapkan masyarakat memiliki kesadaran akan
lingkungan dan menjaga kelestarian hutan.
4) Bagi pemerintah, memberikan sumber rujukan untuk menentukan kebijakan, khususnya
dalam menanggulangi dampak kebakaran hutan terhadap masyarakat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ISI
2.1.1 Apa itu kebakaran hutan di Indonesia
Kebakaran hutan sering terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh beberpa factor seperti, pembersihan
hutan, pembukaan lahan perkebunan baru yang dilakukan masyarakat maupun perusahaan, ataupun
yang disebabkan faktor ketidak sengajaan. Kebakaran lahan yang sifatnya masih kecil ataupun dalam
lingkup yang kecil tidak berpengaruh terhadap lingkungan sekitar, namun jika kebakarannya sudah
mencapai lingkup yang luas akan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan lingkungan. Pada tahun-
tahun belakangan ini terutama di provinsi Riau kabut asap yang diakibatkan dari hasil kebakaran hutan
sudah sangat menghawatirkan bahkan, sudah menjadi bencana nasional. Kebakaran hutan terjadi
dimana-mana dan bahkan hampir disetiap kabupaten kota, dan bencana ini terjadi hampir setiap tahun,
terutama memasuki saat musin kemarau. Untuk itu perlu ada perhatian khusus dan penanganan serius
dari berbagai pihak. Bagi peneliti terbuka peluang besar dan ditantang untuk menciptakan suatu sistem
atau alat yang dapat meminimalisir bahkan mencegah terjadinya kebakaran hutan secara luas. Salah
satu cara adalah dengan mengetahui secara dini indikasi penyebab terjadinya kebakaran. Untuk
mengetahui sedini mungkin indikasi kebakaran sebelum terjadi dan menjadi besar, sangat diperlukan
teknologi deteksi dan informasi yang disebarkan secara luas untuk diketahui oleh masyarakat dan yang
berwenang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mengalami perkembangan
yang pesat dan maju, sehingga persaingan dunia elektronika dapat berkembang semakin pesat yang
dapat mengakibatkan manusia mengubah sistem peralatan manual menjadi sistem peralatan otomatis.
Hal ini dikarenakan dapat mempermudah pekerjaan dan mempunyai tingkat ketelitian yang cukup
tinggi.
4
Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta Ha, baik
di dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, dan berdasarkan penyesuaian terhadap peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang terdapat dalam program Kebijakan Satu Peta (KSP). Pemantauan ini
dilakukan menggunakan citra satelit yang disediakan LAPAN dan di identifikasi secara visual oleh tenaga
teknis penafsir KLHK yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2020
menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 95,6 juta Ha atau 50,9 % dari
total daratan, dimana 92,5 % dari total luas berhutan atau 88,4 juta Ha berada di dalam kawasan hutan.
Untuk informasi, deforestasi netto tahun 2019-2020 baik di dalam maupun di luar kawasan hutan
Indonesia adalah sebesar 115,5 ribu Ha. Angka ini berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 119,1
ribu Ha dikurangi angka reforestasi (hasil pemantauan citra satelit) sebesar 3,6 ribu Ha. Sebagai
pembanding, hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2019 menunjukkan bahwa deforestasi netto
tahun 2018-2019 baik di dalam dan di luar kawasan hutan Indonesia adalah sebesar 462,4 ribu Ha, yang
berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 465,5 ribu Ha dengan dikurangi reforestasi (hasil
pemantauan citra satelit) sebesar 3 ribu Ha. Dengan memperhatikan hasil permantauan tahun 2020 dan
2019 dapat dilihat bahwa secara netto deforestasi Indonesia tahun 2019-2020 terjadi penurunan 75 %,
demikian juga untuk deforestasi bruto terjadi penurunan sebesar 74,4 %.
5
Letusan vulkanik gunung berapi juga menjadi faktor alami penyebab kebakaran hutan.
Umumnya, kebakaran hutan terjadi akibat lava panas yang mengalir akibat dari letusan
gunung. Lava atau bisa disebut leleran lava adalah cairan pekat dan panas serta dapat
merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Suhu lava saat dierupsikan berkisar antara
8000 Celcius hingga 12000 Celsius. Biasanya, di Indonesia leleran lava yang dierupsikan
gunung api bergerak secara lamban sehingga manusia bisa menghindarinya. Meskipun
berjalan dengan lamban, lava dapat membakar pohon maupun semak belukar yang
dilewatinya. Apalagi, beberapa gunung berapi aktif dikelilingi oleh hutan yang luas.
Alhasil, menambah kemungkinan timbulnya kebakaran. Panas lava yang ekstrem dapat
menyebabkan vegetasi terbakar dan menyebar hingga mengakibatkan kebakaran hutan.
Mengingat lava letusan gunung memiliki suhu yang begitu tinggi, maka tidak sulit
baginya untuk membakar segala sesuatu yang dilewati, terlebih jika musim kemarau
panjang sedang tiba. Mengutip dari laman antaranews.com, kebakaran hutan akibat
erupsi gunung pernah terjadi di Indonesia tepatnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kawasan hutan lindung di sekitar puncak Gunung Ili Lewotolok, Kabupaten Lembata,
NTT terbakar akibat erupsi gunung. Tercatat, kobaran api akibat kebakaran tersebut
mencapai kurang lebih 1,8 kilometer dari puncak gunung.
3. Musim Kemarau
Juga Menjadi Penyebab Kebakaran Hutan Memasuki musim kemarau, potensi terjadinya
kebakaran hutan makin meningkat. Sebab, selama satu musim tersebut mungkin akan
jarang atau bahkan sama sekali tidak terjadi hujan. Padahal, tinggi rendahnya intensitas
hujan berpengaruh pada jumlah kebakaran yang diidentifikasi dengan adanya hotspot
(titik panas). Makin rendah intensitas curah hujan maka akan semakin meningkat pula
jumlah hotspot yang ada. Cuaca dan iklim memang memiliki pengaruh terhadap
kebakaran hutan sebab terdapat hubungan yang saling berkaitan yaitu: Iklim
menentukan jumlah total bahan bakar yang tersedia, Iklim menentukan jangka waktu
dan kekerasan musim kebakaran, Cuaca mengatur kadar air dan kemudahan bahan
bakar hutan untuk terbakar, Cuaca memengaruhi proses penyalaan dan penjalaran
kebakaran hutan. Selain itu, faktor-faktor cuaca seperti suhu, kelembapan, stabilitas
udara, serta kecepatan dan arah angin secara langsung juga memengaruhi terjadinya
kebakaran hutan.
6
tinggi. Hal ini disebabkan lahan gambut mengandung material atau bahan organik
sangat banyak yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah, bersifat tidak
mampat, dan hanya sedikit mengalami perombakan. Secara alami kondisi lahan gambut
memang selalu basah yang mana membuatnya sukar terbakar. Namun, gambut akan
sangat mudah kering jika air yang terdapat di dalamnya dikeringkan melalui pembuatan
kanal-kanal yang tidak memperhatikan aspek hidrologis gambut. Hal tersebut lantas
menyebabkan areal bergambut rusak sehingga menjadi penyebab kebakaran hutan di
musim kemarau.
6. Api Unggun
Aktivitas manusia yang lalai juga bisa menjadi penyebab kebakaran hutan, salah satunya
dari api unggun. Momen ketika api unggun menjadi penyebab kebakaran hutan antara
lain saat: Api unggun dibiarkan tanpa pengawasan. Membiarkan api unggun tanpa
pengawasan membuatnya bisa membakar banyak benda di sekitar dan akan menjadi
besar serta memicu terjadinya kebakaran hutan. Api unggun menjadi tidak terkendali.
Dalam beberapa situasi, beberapa orang mungkin tidak sadar jika ia membuat nyala api
unggun terlalu besar. Hal ini bisa menyebabkan panik dan menimbulkan kebakaran
hutan. Api unggun sepenuhnya tidak padam. Momen ini cukup sering terjadi ketika
beberapa orang merasa jika apinya telah padam padahal sebenarnya belum. Perlu
diketahui, jika bara masih panas, maka api dapat menyala kembali. Maka dari itu,
sebelum meninggalkan api unggun pastikan bara api benar-benar mati. Di Indonesia
pernah terjadi kebakaran yang menghanguskan kawasan hutan perdu di lereng Gunung
Sindoro akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Menurut otoritas setempat
penyebab kebakaran kemungkinan karena faktor manusia dalam hal ini pendaki yang
lalai tidak mematikan api unggun di puncak sebelum turun gunung.
7. Angin
7
Juga bisa Menjadi Penyebab Kebakaran Hutan Angin merupakan salah satu faktor
penting dari faktor-faktor cuaca yang menjadi penyebab kebakaran hutan. Angin bisa
menyebabkan kebakaran hutan melalui beberapa cara. Angin membantu pengeringan
bahan bakar yaitu sebagai pembawa air yang sudah diuapkan dari bahan bakar. Lebih
lanjut, tiupan angin juga memperbesar kemungkinan membesarnya nyala api dari
sumber seperti korek api, obor, dan kilat. Sekali nyala api tersulut, maka kecepatan
pembakaran dan perkembangan api akan meningkat seiring membesarnya tiupan angin.
9. Kelembapan Udara
Kelembapan udara berasal dari evaporasi air tanah, badan air, dan transpirasi tumbuh-
tumbuhan. Kelembapan udara di dalam hutan sangat memengaruhi pada mudah
tidaknya bahan bakar yang ada untuk mengering. Apabila bahan bakar tersebut mudah
mengering, maka bisa menjadi salah satu penyebab kebakaran hutan. Sementara itu,
cuaca atau iklim merupakan faktor yang sangat menentukan kadar air bahan bakar
hutan, terutama peran air hujan. Ketika musim kering, kelembapan udara sangat
menentukan kadar air bahan bakar.
8
tinggi dari yang tidak dibakar. Akan tetapi, aktivitas ini juga menimbulkan dampak
negatif termasuk dapat menjadi penyebab kebakaran hutan. Pembakaran rumput,
ranting, dan semak sering kali menyebabkan api dengan mudah menyala dan menjalar.
2. Sumatera Utara
Kebakaran hutan terjadi di Tongging, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), yang
berdekatan dengan wilayah Danau Toba. Api membakar area sepanjang 1 kilometer.
3. Riau
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat luas kebakaran
hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah tersebut mencapai 1.219 hektare selama 2022.
Karhutla terjadi di sejumlah wilayah Bumi Lancang Kuning, baik lahan gambut maupun tanah
mineral.
4. Jambi
Pemprov Jambi mencatat ada lebih dari 62 hektare (ha) lahan dan hutan yang terbakar.
Peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu enam bulan terakhir. "Lahan yang terbakar di
Provinsi Jambi periode Januari sampai Juni seluas 62,95 hektare," ujar Gubernur Jambi Al
Haris, Sabtu (11/6/2022).
5. Sumatera Selatan
472 Hektare Lahan di Sumsel Terbakar, Lebih Luas dari Karhutla 2021. Bagikan : Lahan
seluas 472,07 hektare hangus terbakar sejak Januari-Mei 2022 di Sumatera Selatan. Lahan
yang terbakar tersebut lebih luas daripada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2021
lalu.
9
diperkirakan sekitar -/+ 1 hektar, api berhasil dipadamkan sekitar 1 jam kemudian oleh
pemadam kebakaran kota pangkalpinang.
7. Kalimantan Barat
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kebakaran hutan dan
lahan (Karhutla) gambut di Kalimantan Barat mencapai 13.367 hektar sepanjang 2021. Data
tersebut dihimpun pada Januari-November 2021. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, jumlah itu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. KLHK mencatat Karhutla
gambut di Kalbar pada 2020 mencapai 1.413 ha.
8. Kalimantan Timur
Berdasarkan data SiPongi, Karhutla Monitoring Sistem, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur pada 2019 mencapai
6.715 hektar.
9. Kalimantan Tengah
Lahan dengan luas kurang lebih lima hektar terbakar di Desa Sungai Cabag Barat,
Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah, Minggu (8/5) pada pukul 14.00 WIB.
Kebakaran lahan jenis tanah mineral dan vegetasi semak itu telah berhasil dipadamkan oleh
tim gabungan dari Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Sukamara bersama TNI, anggota Polsek Pantai Luci, Manggala Agni dan
Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Sungai Cabang Barat.
11. Papua
Kebakaran Hutan Papua: Imbas dari Kebijakan Sistem Pemerintah dan di Balik Perusahaan
Komindo Korea Selatan
Berdasarkan data sub bidang pengelolaan citra satelit cuaca BMKG, 11 provinsi tersebut
mempunyai jumlah titik panas (hotspot) yang berbeda.
10
Programme, partikel yang dilepaskan kebakaran hutan dapat masuk ke salju dan es lalu
mengganggu kemampuan pemantulan sinar matahari. Sehingga, salju dan es menyerap lebih
panas panas matahari dan mendorong terjadinya pemanasan global
2.1.6 Apa dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan?
Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan menyebabkan
musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Dampak lainnya dari asap yang
ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Penyakit Jantung serta iritasi pada mata, tenggorokan dan
hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang transportasi,
khususnya transportasi penerbangan.
Tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan
berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan
hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim
hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran hutan
dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana kekeringan,
karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air. Jadi, berikut adalah Dampak
kebakaran hutan bagi lingkungan dan penjelasan singkatnya:
11
Dampak kebakaran hutan bagi lingkungan adalah mempercepat terjadinya pemanasan
global. Kebakaran hutan melepaskan sejumlah besar karbon dioksida, nitrogen oksida, belerang
dioksida, dan gas rumah kaca lain yang mendorong terjadinya pemanasan global. Dilansir dari
UN Environment Programme, partikel yang dilepaskan kebakaran hutan dapat masuk ke salju
dan es lalu mengganggu kemampuan pemantulan sinar matahari. Sehingga, salju dan es
menyerap lebih panas panas matahari dan mendorong terjadinya pemanasan global.
Berkurangnya bahan pangan Hutan menyediakan berbagai bahan bagi manusia. Kebakaran
hutan dapat menyebabkan berkurangnya bahan bagi manusia. Misalnya, bahan pangan, bahan
bangunan, dan juga bahan pembuatan tekstil.
5. Terganggunya fasilitas setempat
Kebakaran hutan dapat merambat jauh, mengakibaktkan rusaknya fasilitas setempat
seperti layanan listrik dan komunikasi. Kebakaran hutan juga dapat memutus jalur transportasi.
Hal tersebut dikarenakan asap dan abu menutupi pandangan sehingga tidak memungkinkan
alat transportasi melaju dengan aman.
6. Terganggunya ekonomi
Terganggunya fasilitas setempat juga kerusakan hutan akibat kebakaran dapat
menyebabkan kerugian. Adapun, masyarakat yang hidup bergantung pada hutan akan
merasakan dampak ekonomi yang besar.
2.1.7 Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kabut asap?
Kabut asap menjadi sebuah ancaman, terutama bagi kondisi tubuh menjadi tidak sehat.
Kebakaran hutan menjadi salah satu bencana kabut asap yang berbahaya. Hal ini karena debu
atau partikel halus yang ada di dalam kabut asap mudah terhisap dan mengotori sistem
pernapasan. Selain partikel halus, asap kebakaran juga mengandung zat-zat berbahaya seperti
ozon (O3), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NO2).
Dikutip dari buku Transboundary Pollution: Evolving Issues of International Law and Policy
(2015) oleh S. Jayakumar dan kawan-kawan, beberapa dampak bencana kabut asap, yaitu:
1. Bahaya bagi kesehatan
Beragam masalah kesehatan timbul akibat bencana kabut asap, seperti sesak napas,
penyakit paru-paru, iritasi pada mata, nyeri dada, batuk, dan lain-lain.
2. Sinar matahari tertutup
Kabut asap yang tebal tentu membuat sinar matahari sulit menembus kawasan yang
terdampak. Akibatnya sinar matahari yang dibutuhkan manusia sebagai vitamin D tidak
tersalurkan dengan maksimal.
3. Kualitas udara menurun
Udara yang dihirup makhluk hidup seharusnya tidak berwarna dan berbau. Tetapi
karena adanya kabut asap, kualitas udara otomatis menurun karena udara berubah
menjadi kekuningan atau menghitam dan beraroma tidak sedap.
2.1.8 Siapa yang dirugikan jika hutan mengalami kerusakan?
12
Banyak dampak yang ditimbulkan dari musnahnya hutan, dimana masyarakat luas dan
mahluk hidup yang berada didaerah tersebut adalah pihak yang pada akhirnya paling dirugikan.
Salah satu penyebab musnahnya hutan adalah kebakaran, untuk itu peran masyarakat perlu
dilibatkan dalam pencegahan.
2.1.9 Bagaimana cara menanggulangi bencana kebakaran hutan?
Upaya pencegahan karhutla yang telah dilaksanakan yaitu berupa peningkatan status
kedaruratan, patroli terpadu, operasi udara yang meliputi patroli udara, water bombing,
pembuatan hujan buatan/ Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dan operasi darat yang meliputi
patroli mandiri dan pemadaman dini. Cara menanggulangi kebakaran hutan adalah dengan
melakukan hal-hal yang benar seperti menanam pohon kembali dan juga menghindari untuk
melakukan hal-hal yang beresiko dapat menimbulkan kebakaran hutan seperti membuang
puntung ro kok sembarangan di hutan, tidak mematikan kayu bakar saat sudah berkemah, dan
juga berpengaruh dengan musim kemarau ekstrim karena pemanasan global jadi kita jangan
memakai emisi gas efek rumah kaca berlebihan. Lalu cara lain yang harus kita lakukan adalah
lestarikan tumbuhan sekitar, lakukan penanaman kembali saat memakai pohon itu untuk
kebutuhan industri manusia, kurangi membuat lahan peternakan karena caranya dengan
membakar sebagian hutan, adakan program menanam 1000 pohon misalnya.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut penulis dari hasil analisis dapat di tarik kesimpulan bahwa peraturan-peraturan
yang saat ini berlaku di Indonesia baik dari UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999, Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan,
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.32/MenLHK/SetJen/Kum.1/3/2016 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Darkathutla), Perutan Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan, dan
Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 7 tahun 2003 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur masih tidak sesuai
14
dengan prinsip-prinsip pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Dapat kita selalu
ada saja kasus kebakaran hutan dan intensitas laporan kasus kebakaran hutan tersebut
meningkat setiap tahunnya. Juga harus melihat dari prinsip-prinsip dalam pencegahan dan
penanggulangan seperti :
1. Tanggung jawab pencegahan kebakaran hutan terutama menjadi tanggung jawab
pemerintah
2. Pihak diluar pemerintah yang juga memikul tanggung jawab mencegah kebakaran hutan
adalah pemegang izin dan masyarakat pada umumnya.
3. Penanganan kebakaran hutan dilakukan melalui pendakatan preventif dan reperesif.
4. Ketentuan-ketentuan pidana di jadikan instrumen untuk mencegah dan memberantas
kebakaran hutan.
5. Pengendalian kebekaran hutan dilakukan pada 4 tingkatan, yaitu :
a. Tingkat pusat;
b. Tingkat provinsi;
c. Tingkat Kabupaten/Kota;
d. Tingkat unit pengelolaan hutan.
6. Penanggulangan kebakaran hutan dilakukan secara lintas sektor.
B. Saran
Saran dari penulis adalah pemerintah baik pusat maupun daerah merevisi ulang
peraturan-peraturan yang ada saat ini karena dianggap bahwa beberapa peraturan yang ada
sudah terlalu lama berlaku sehingga tidak dapat mengikuti banyaknya perubahan yang terjadi
dalam perkembangan hukum kehutanan yang sudah mengalami modernisasi. Saran untuk
pemegang izin pengelolaan hutan adalah agar lebih mengawasi hutan yang merupakan tempat
yang menjadi tanggung jawabnya karena kebakaran hutan yang terjadi yang terjadi juga banyak
terjadi akibat pembakaran yang di lakukan oleh pemegang izin kurang di awasi sehingga
kebakaran menyebar lebih luas.
Saran untuk masyarakat adalah lebih peduli dengan kondisi hutan yang ada di Indonesia,
jangan membuang sampah yang dapat menyebabkan kebakaran hutan seperti membungan
puntung rokok secara sembarangan karena api sekecil itu pun bisa menyebabka kebakaran
hutan dan juga masyarakat harus cepat melapor kepada pihak yang berwenang jika mengetahui
ada seseorang yang membuang sampah tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/2892-sinergi-upaya-pencegahan-kebakaran-hutan-dan-
lahan.html#:~:text=Upaya%20pencegahan%20karhutla%20yang%20telah,patroli%20mandiri%20dan
%20pemadaman%20dini.
http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6330/capaian-tora-dan-perhutanan-sosial-di-tahun-2021
https://bnpb.go.id/berita/lima-hektar-lahan-di-kalteng-kebakaran-waspada-awal-musim-kemarau
https://dlhk.jogjaprov.go.id/yuk-cegah-kebakaran-hutan-dan-lahan
16
https://indonesiabaik.id/motion_grafis/motion-grafis-waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-
lahan#:~:text=Kabut%20asap%20dari%20kebakaran%20hutan,pemanasan%20global%20dan
%20perubahan%20iklim.
https://lindungihutan.com/blog/10-penyebab-kebakaran-hutan-di-indonesia/
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/Kebakaran-Hutan-dan-Lahan-di-HULU-SUNGAI-SELATAN-KALIMANTAN-
SELATAN-17-09-2022-73
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211227095903-20-738990/13367-hektar-lahan-gambut-di-
kalbar-terbakar-selama-10-bulan
https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/3795/briefer-krisis-kebakaran-hutan-dan-lahan-di-
indonesia-perusahaan-kelapa-sawit-dan-bubur-kertas-dengan-area-kebakaran-terbesar-tak-tersentuh-
hukum/?utm_term=&utm_campaign=GPTH-Drive+Traffic+:
+Dynamic+Ad&utm_source=adwords&utm_medium=ppc&hsa_acc=2641717568&hsa_cam=183163004
86&hsa_grp=136380207810&hsa_ad=621355663851&hsa_src=g&hsa_tgt=dsa-
19959388920&hsa_kw=&hsa_mt=&hsa_net=adwords&hsa_ver=3&gclid=Cj0KCQiAz9ieBhCIARIsACB0oG
KApUqj_GXylcxk3UZmitBgYaen5FCYI-g7odqsK0Bglk6l2bNqbEsaApqpEALw_wcB
https://www.indozone.id/life/M7slpR0/menyadari-apa-itu-deforestasi-dampak-negatif-dan-positif-dari-
kebakaran-hutan#:~:text=Dampak%20positif%20yang%20bisa%20kita,menjadi%20kaya%20dengan
%20kandungan%20mineral.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/16/173000769/bahaya-kabut-asap-dampak-dan-cara-
melindungi-diri-#:~:text=Kabut%20asap%20dapat%20menyebabkan%20iritasi,kronis%20lain%2C
%20seperti%20bronkitis%20kronik.
https://www.merdeka.com/jatim/penyebab-terjadinya-kebakaran-hutan-dan-cara-mencegahnya-
kln.html#:~:text=Kebakaran%20hutan%20dapat%20didefinisikan%20sebagai,misalnya%2C%20angin%2C
%20topografi).
https://www.riau.go.id/home/content/2015/12/04/5166-masyarakat-pihak-paling-dirugikan-atas-
dampak#:~:text=SELATPANJANG%20%2D%20Banyak%20dampak%20yang%20ditimbulkan,masyarakat
%20perlu%20dilibatkan%20dalam%20pencegahan.
17