Anda di halaman 1dari 16

KARYA ILMIAH TANGGAP DARURAT

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Nama : Ikhsan Rachman Mulyawan


Nim : C030320036
Kelas : TI 5B
Mata Kuliah : K3 dan Ketenagakerjaan
Tugas :8
Dosen Pengampu : M. Helmy Noor, S.ST, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "Tanggap
Darurat."

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Helmy


Noor,S.ST,M.T. dosen Mata Pelajaran K3 dan Ketenagakerjaan yang telah
membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya
ilmiah ini.

Karya ilmiah ini memberikan panduan praktis dalam Tanggap darurat. Bagi orang-
orang yang memerlukan pemahaman tentang keadaan darurat.

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap
semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang tanggap darurat.

Banjarmasin, 3 Desember 2022

Penulis
Daftar isi

BAB I ...................................................................................................................... 4
Pendahuluan ............................................................................................................ 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
Pembahasan ............................................................................................................. 6
2.1 Definisi Bencana ........................................................................................... 6
2.2 Studi Kasus ................................................................................................... 8
2.3 Proses Penanggulangan Bencana di Indonesia ............................................. 9
BAB III ................................................................................................................. 14
Penutup.................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14
3.1 Penutup........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 16
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Tanggap darurat bencana dan segala sesuatu yang berhubungan dengan


kebencanaan baik mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi di
indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah, seperti yang terdapat dalam
UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan Peraturan Daerah
Kota Palangkaraya Nomor 1 tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja badan
penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran. Indonesia yang merupakan
wilayah rawan bencana alam, sebagian besar bencana alam yang terjadi bertipe
bencana cepat terjadi (quick-onset natural disaster), baik yang terprediksi
maupun tidak (atau setidaknya sulit) diperkirakan. Pada jenis bencana seperti
ini, tindakantindakan pada fase tanggap darurat terlebih lagi penting dilakukan.
Tahapan tanggap darurat didalam kebencanaan bersifat cepat terjadi, segala
sesuatu ditandai dengan waktu tanggap yang sangat penting.
Bencana merupakan suatu rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana kebakaran
hutan dan lahan dapat terjadi oleh faktor alam dan non alam. Kebakaran hutan
dan lahan akibat faktor alam dapat disebabkan oleh Sambaran petir, gesekan
antar batang ranting kering yang dapat mebuat percikan api, Aktivitas vulkanis
seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi,
Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau. Faktor non alam
disebabkan oleh campur tangan manusia seperti pembakaran hutan untuk
membuka lahan, membuang puntung rokok yang masih menyala, tidak
mematikan api setalah melakukan aktivitas di hutan (camping, berburu dll).
Bencana tersebut yang merupakan faktor alam dan faktor non alam dapat
menyebabkan kerugian materi atau non materi bahkan menimbulkan korban
jiwa, kerusakan lingkungan, dan dampak psikologis masyarakat Penyebaran
hutan di Indonesia hampir berada di seluruh wilayah, sebagian besar wilayah
hutan di Indonesia merupakan lahan gambut yang sangat berpotensi untuk
pertumbuhan kelapa sawit. Luasan lahan gambut di dunia sebanyak 38.317.000
Ha terdapat di wilayah tropika dari total sebesar 423.825.000 Ha. Indonesia
menempati urutan ke 4 (empat) dalam hal luas total lahan gambut sedunia.
Sekitar 50% dari luasan lahan gambut tropika tersebut terdapat di Indonesia
yang tersebar di pulau-pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Indonesia
menempati urutan ke 4(empat) setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika
Serikat. Lahan gambut di Indonesia dengan luas sekitar 21.000.000 Ha
merupakan lahan gambut terluas di bandingkan dengan negara tropis lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Kota
Palangkaraya pada tahun 2015 ?
2. Apa sajakah persoalan yang dihadapi dalam penanganan tanggap
darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di kota palangkaraya tahun
2015 ?
1.3 Tujuan
Mengacu pada permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin
dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan
di Kota Palangkaraya tahun 2015
2. Untuk mengetahui persoalan yang dihadapi dalam penanganan tanggap
darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Kota Palangkaraya tahun
2015
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran, saran dan masukan dalam pengoptimalan kesiapsiagaan,
tanggap darurat bencana dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan
lahan di Kota Palangkaraya dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
rekomendasi perbaikan instansi terkait yaitu Badan Penanggulangan Bencana
dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) dalam ketanggap daruratan bencana
kebakaran hutan dan lahan.(1)
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi Bencana
Pengertian bencana atau disaster menurut Wikipedia : disaster is the impact of a
natural or man-made hazards that negatively effects society or environment
(bencana adalah pengaruh alam atauancaman yang dibuat manusia yang
berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).

Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,


dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah
peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana
nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror. Sedangkan
definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia
atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola
kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak,
menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial
masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2
jenis yaitu :
A. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti
kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung
meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
B. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,
kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan
komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
A. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-
bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia
seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
B. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu
bencana yaitu :
A. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,
lembaga dan masyarakat.
B. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact
ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang
darurat dilakukan.
Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan
mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah
(angry), tawar-menawar (bargaing), depresi (depression) hingga penerimaan
(acceptance).

2.2 Studi Kasus

Kebakaran merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi dengan


waktu yang singkat dan terjadi sangat cepat karena perambatan api, sehingga
individu mempunyai kewaspadaan, antara lain dengan memahami tanggap
darurat kebakaran. Tingkat pengetahuan akan tanggap darurat bencana yang
dimiliki setiap individu berbeda dengan individu lainnya sehingga respon
yang dilakukan beragam saat menghadapi keadaan darurat terutama di area
SCA PT. Inalum yang memiliki suhu pencetakan lebih dari 720 derajat
Celcius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik
dengan pengetahuan tentang sistem tanggap darurat kebakaran pekerja di area
produksi SCA PT. Inalum Kuala Tanjung. Penelitian ini bersifat analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja
di area produksi SCA PT. Inalum berjumlah 188 orang dengan jumlah sampel
57 orang yang masuk shift pagi. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan pengetahuan
sistem tanggap darurat kebakaran (pvalue 0,268), masa kerja dengan
pengetahuan sistem tanggap darurat kebakaran (p-value 0,434), pendidikan
dengan pengetahuan sistem tanggap darurat kebakaran (p-value 1,00), dan
pelatihan dengan pengetahuan sistem tanggap darurat kebakaran (p-value
1,00). Pihak Perusahaan disarankan untuk melakukan pelatihan tanggap
darurat kebakaran secara merata untuk mencegah terjadinya kebakaran.(2)

2.3 Proses Penanggulangan Bencana di Indonesia


A. Peralatan
Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri ini
tentunya akan membutuhkan berbagai peralatan logistik, berikut ini
beberapa kebutuhan logistik yang dibutuhkan dan siap pakai saat bencana
terjadi:
1) Alat transportasi baik darat, laut, dan udara
2) Alat-alat berat
3) Tenda yang berukuran besar maupun kecil
4) Peralatan medis dan obat-obatan
5) Makanan instant
6) Alat penyedia air bersih
7) dll
Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya peralatan-
peralatan tersebut, penanggulangan bencana akan sangat sulit dilakukan.
B. Logistik
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi
delapan tahapan terdiri dari:
1) Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
• Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah
awal untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang
membutuhkan, di mana, kapan dan bagaimana cara
menyampaikan kebutuhannya.
• Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan
serta kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi
korban bencana yang akan ditanggulangi.
• Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan
adalah :
➢ Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran
memberikan gambaran langkah-langkah apa saja
yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses ini.
➢ Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
o Laporan-Laporan;
o Tim Reaksi Cepat;
o Media Massa;
o Instansi terkait;
• Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
➢ Penyusunan standar kebutuhan minimal.
➢ Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah
dan panjang.
2) Pengadaan dan/atau Penerimaan
• Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan
peralatan penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan
atau inventarisasi termasuk kategori logistik atau peralatan,
dari mana bantuan diterima, kapan diterima, apa jenis
bantuannya, seberapa banyak jumlahnya, bagaimana cara
menggunakan atau mengoperasikan logistik atau peralatan
yang disampaikan, apakah ada permintaan untuk siapa
bantuan ini ditujukan.
• Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan
untuk penanggulangan bencana dilaksanakan oleh
penyelenggara penanggulangan bencana dan harus
diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan dilakukan sesuai
dengan contoh formulir dalam lampiran.
• Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
➢ Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang
diterima dari berbagai sumber.
➢ Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan
logistik dan peralatan yang ada.
➢ Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai
skala prioritas kebutuhan.
➢ Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
• Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
• Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan
➢ Proses pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dilaksanakan secara
terencana dengan memperhatikan jenis dan jumlah
kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui
pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
➢ Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah
dilaksanakan berdasarkan peraturan dan
perundangan yang berlaku dengan memperhatikan
kondisi pada keadaan darurat.

3) Pergudangan dan/atau Penyimpanan


• Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data
penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada
unit pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita
acara penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan
peralatan pada waktu itu.
• Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis
barang logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke
dalam gudang, berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya,
siapa yang menyerahkan, siapa yang menerima, cara
penyimpanan menggunakan metoda barang yang masuk
terdahulu dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan
atau menggunakan metode last-in first-out.
• Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain
pemilihan tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas
penyimpanan, system pengamanan dan keselamatan, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4) Pendistribusian
• Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan
disertai data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada
permintaan dan mendapatkan persetujuan dari pejabat
berwenang dalam penanggulangan bencana.
• Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja
yang akan menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan
peralatan yang diperlukan, kapan waktu penyampaian,
lokasi, cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan,
siapa yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.
• Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
➢ Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
➢ Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan
peralatan yang harus disampaikan.
➢ Merencanakan cara penyampaian atau
pengangkutannya.
5) Pengangkutan
• Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka
dilaksanakan pengangkutan.
• Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis
logistik dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa
yang bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk
tanggung jawab keamanannya, siapa yang
bertanggungjawab menyampaikan kepada penerima.
• Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai
dengan berita acara dan bukti penerimaan logistik dan
peralatan yang diangkut.
• Maksud dan Tujuan Pengangkutan :
➢ Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan
peralatan dari gudang penyimpanan ke tujuan
penerima
➢ Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan
logistik dan peralatan dari gudang ke tujuan.
➢ Mempercepat penyampaian.
• Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non
komersial yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.

• Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:


➢ Penerimaan di tujuan
➢ Pertanggungjawaban

6) Penerimaan di Tempat Tujuan


Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di
tempat tujuan adalah:
• Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan
jenis bantuan yang diterima.
• Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi
barang.
• Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu
kedatangan, sarana transportasi, pengirim dan penerima
barang.
• Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.
7) Pertanggung jawaban
Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah
dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan
maupun kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara
paripurna untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor), nonalam (gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial
(konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror).

Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan


darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa
tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan
kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya
bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua
bukan masalah yang mudah. Dan juga terhambatnya laju perekonomian daerah
tersebut.
Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana
dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak
dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat
bencana dan pascabencana. Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian
yang disebabkan oleh bencana.
3.1 Penutup
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh
perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun
material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah
keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk
dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan
demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat
berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.

Demikianlah makalah Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana ini saya


buat dengan penuh perjuangan.
Perbanyak maaf dan diucapkan. Terimakasih(3)
Daftar Pustaka
1. Tanggap Darurat Bencana Kebakaran di Hutan Kota. Tanggap Darurat
Bencana Kebakaran di Hutan Kota. Malang; 2012.
2. Mawan A. Modul 4 Pemahaman SMK3K. Bandung; 2017 Oct.
3. Ridha Y. M A K A L A H MANAJEMEN BENCANA TENTANG
TANGGAP DARURAT PENANGGULANGAN BENCANA. Bukittinggi;
2017 Jul.

Anda mungkin juga menyukai