Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA TERPADU

KEPERAWATAN BENCANA

OLEH KELOMPOK 2 :

1. BUNGA NAJUNDA TIVANI 6. RAHMI NAFILIA


2. DENI YUNIKA PUTRI 7. RAHAYU SAFITRI
3. DENDI YULIANDA 8. RANA ALLIYA MAHARANI
4. DWIE RAHMAWATI 9. YOMA SEPTERINA
5. MARTIO KURNIAWAN 10. AULIA DEVANI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita hadiahkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan nikmat
berupa kesehatan, kekuatan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
dengan dengan judul Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu yang merupakan tugas
Keperawatan Bencana.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka menyempurnakan tugas makalah ini agar lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi untuk kemajuan
ilmu pengetahuan.

Padang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

Bab I Pendahuluan.........................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka................................................................................

A. Definisi Bencana...................................................................................
B. Potensi bencana....................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
D. Korban bencana....................................................................................
E. Prinsip...................................................................................................
F. Asas pananggulangan bencana.............................................................
G. Hakekat penanggulangan bencana........................................................
H. Pentahapan penanggulangan bencana...................................................
I. Sistem penanggulangan bencana ditingkat daerah...............................
J. Evaluasi sistem penanggulangan bencana yang telah ada....................
K. Persiapan rencana penanggulangan bencana daerah terpadu...............

Bab III Penutup..............................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wilayah di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik
bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana non alam antara lain kebakaran
hutan yang disebabkan oleh manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi,
epidemik dan wabah penyakit. Bencana sosial meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat (Depkes RI, 2007, p.1).
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara
serius sejak terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan
sekitarnya pada 2004. Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat
komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus
meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus dipahami
dan diimplementasikan oleh semua pihak. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus
selalu siap dalam keadaan darurat, diakibatkan bencana selalu bisa terjadi kapan saja.
Bencana adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem
nasional penanggulangan bencana. Bencana merupakan gangguan serius yang
berdampak pada masyarakat sehingga mengakibatkan kerugian bagi nyawa manusia,
material maupun lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat dalam
menanggulanginya (Al Khalaileh, Bond, Beckstrand, & Al-Talafha, 2010, p.665).
Kejadian bencana di wilayah Indonesia berdasarkan data dalam Pusat Krisis
Kesehatan bencana alam adalah kategori bencana yang paling sering terjadi yaitu
mencapai 53%, bencana non alam 38% sedangkan bencana sosial 9% (Depkes RI,
2015, p.21).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Definisi Bencana ?
2. Apa saja Potensi bencana ?
3. Apa Tujuan penanggulangan bencana ?
4. Apa saja Korban bencana itu ?
5. Apa saja Prinsip penanggulangan bencana ?
6. Apa saja Asas pananggulangan bencana ?
7. Apa saja Hakekat penanggulangan bencana ?
8. Apa saja Pentahapan penanggulangan bencana ?
9. Bagaiamana Sistem penanggulangan bencana ditingkat daerah ?
10. Bagaimana Evaluasi sistem penanggulangan bencana yang telah ada?
11. Bagaimana Persiapan rencana penanggulangan bencana daerah terpadu ?

C. TUJUAN
Agar mahasiswa mengerti tentang sistem penanggulangan bencana terpadu
dan dapat menambah wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta
dalam upayan penanggulangan bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oieh
faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda serta dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

B. POTENSI BENCANA.
1. Bencana banjir.
Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersipat
merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak
(turbulent) dapat menghanyutkan manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Bencana tanah longsor.
Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu merusak
lingkungannya baik akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena
penimbunan akibat longsor tersebut.
3. Bencana letusan gunung api.
4. Bencana Gempa Bumi.
Adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi yang
disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik
(gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas uap
dll) dari dalam bumi menuju kepermukaan, disekitar gunung api, getaran
tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan yang
menimbulkan keruntuhan, disamping itu pula dampak lain yang
ditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan industri dan transfortasi, banjir
akibat runtuhnya bendungan dan tanggul.
5. Bencana Tsunami.
Gelombang air laut yang membawa material baik berupa sisa-sisa
bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas segala sesuatu yang
berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat. Bangunan-bangunan yang
mempunyai dimensi lebar dinding sejajar dengan garis pantai atau tegak
lurus dengan arah datangnya gelombang akan mendapat tekanan yang
paling kuat sehingga akan mengalami kerusakan yang paling parah.
6. Bencana Kebakaran.
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam berupa cuaca
yang kering serta faktor manusia baik yang disengaja maupun tidak,
sedangkan kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan,
korban jiwa dan harta benda dampak samping yang diakibatkan kebakaran
adalah asap yang dapat mempengaruhi kesehatan serta gangguan aktifitas
penerbangan.
7. Bencana Kekeringan.
Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan manusia, tanaman serta
hewan baik secara langsung maupun tidak langsung dampak dari bencana
kekeringan ini seringkali secara gradual/lambat, sehingga apabila tidak
dipantau secara terus menerus akan mengakibatkan bencana berupa
hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan ternak mati, petani
kehilangan mata pencaharian, sehingga berdampak urbanisasi.
8. Bencana Angin Siklon Tropis.
Tekanan dan hisapan serta tenaga angin meniup selama beberapa jam
dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan sarana umum
kebanyakan angin topan disertai hujan deras yang dapat menimbulkan
bencana lain seperti tanah longsor dan banjir.
9. Bencana Wabah Penyakit.
Wabah penyakit menular berdampak kepada masyarakat yang sangat
luas
10. Bencana Kegagalan Teknologi.
Pada skala besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global,
ledakan instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan
infrastruktur, kebakaran, pencemaran udara, sumber air minum, tanaman,
pertanian serta terganggunya kestabilan ekologi secara global.

C. TUJUAN
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedemawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

D. KORBAN BENCANA.
1. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami luka
ringan, luka berat dan meninggal dunia.
2. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya atau
rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana umum
lainnya.
3. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana lingkungan
yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara umum.

E. PRINSIP
1. Cepat dan tepat.
Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sesuai dengan tuntunan keadaan.
2. Prioritas.
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia.
3. Koordinasikan dan keterpaduan.
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan
saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan bencana
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja
sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna.
Yang dimaksud dengan berdaya guna adalah dalam mengatasi
kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan
biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam mengatasi kesulitan
masyarakat.
5. Transparansi dan akuntabilitas.
Yang dimaksud dengan transparansi pada penanggulangan bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan
akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemandiriaan.
Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus dilakukan oleh
masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
7. Nondiskriminasi.
Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran
politik apapun.
8. Nonproletisi.
Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau
kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan darurat
bencana.

F. ASAS PENANGGULANGAN BENCANA.


1. Kemanusiaan.
Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak azasi manusia,
harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional.
2. Keadilan.
Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus
mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa
kecuali.
3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan
latar belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status sosial.
4. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian.
Dalam penanggulangan bencana harus mencerminkan keseimbangan
kehidupan sosial dan lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan lingkungan
serta mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
5. Ketertiban dan kepastian hukum.
Penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
6. Kebersamaan.
Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara
gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup.
Materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana
mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan untuk
generasi yang akan datang demi untuk kepentingan bangsa dan negara.
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat proses
penanggulangan bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi
bencana maupun pada tahap pasca bencana.

G. HAKEKAT PENANGGULANGAN BENCANA.


1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah
dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan prakarsa
masyarakat serta Pemerintah Daerah.
3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya
bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan
untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang
bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan
kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin.

H. PENTAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA.


1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana. Perencanaan penanggulangan
bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan
dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat
Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap
2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.
b. Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman
dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menghadapai bencana melalui kegiatan :
1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.
2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana.
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana.
5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan
penanggulangan bencana.
6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana dilakukan
penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik secara
nasional maupun daerah.
c. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan
kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan
kegiatan meliputi
1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber
bahaya/ancaman bencana.
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.
3) Pemantauan penggunaan tehnologi.
4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan. Dilakukan oleh pemerintah atau


pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan sinkronisasi dengan cara
mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana kedalam rencana
pembangunan pusat dan daerah.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.


a. Kesiap siagaan.

Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana


dilakukan melalui :

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat


bencana.
2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan
dini.
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar.
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang
mekanisme tanggap darurat.
5) Penyiapan lokasi evakuasi.
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur
tetap tanggap darurat bencana.
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk
pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan Dini.
Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka
mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat dan dilakukan melalui :
1) Pengamatan gejala bencana.
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi.

Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang


berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui :

a. Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko


bencana.
b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata
bangunan.
c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern. .
3. Tanggap Darurat.
a.Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan
sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :
a) Cakupan lokasi bencana.
b) Jumlah korban.
c) kerusakan prasarana dan sarana.
d) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintahan.
e) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.
Keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana untuk tingkat
nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh Gubernur dan
tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat status
keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki
kemudahan akses dibidang :
1) Pengerahan sumber daya manusia.
2) Pengerahan peralatan.
3) Pengerahan logistik.
4) Imigrasi, cukai dan karantina.
5) Perijinan.
6) Pengadaan barang dan jasa.
7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.
8) Penyelamatan.
9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban.
Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pelayanan
kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada suatu
daerah melalui upaya :
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) pertolongan darurat.
3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal
dunia.
4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar.
Dalam tahap ini pemerintah harus menyediakan kebutuhan dasar
meliputi
a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b) Pangan.
c) Sandang.
d) Pelayanan kesehatan.
e) Pelayanan Psikososial.
f) Penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan
dan psikososial. Adapun yang termasuk kelompok rentan
terdiri atas :
a) Bayi, balita dan anak-anak.
b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c) penyandang cacat.
d) Lanjut usia.
6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana
dan sarana vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana
vital dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap
berlangsung, dilakukan dengan memperbaiki/menggantikan
kerusakan akibat bencana.
4. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana
dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d) Pemulihan sosial psycologis.
e) Pelayanan kesehatan.
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
g) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
h) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
i) Pemulihan fungsi pemerintah.
j) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
k) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan
pemerintah.
b. Rekonstruksi.
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik
meliputi:
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana
5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha dan masyarakat.
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan
pemerintah.

I. SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA DI TINGKAT DAERAH


Dalam penanggulangan bencana, pemerintah daerah termasuk Kabupaten dan
Kota memiliki mandat untuk melindungi penduduk dari kemungkinan bencana,
dalam hal ini, pemerintah daerah yang berada paling dekat dengan penduduk
memiliki tanggung jawab yang paling besar atas kegiatan terkait. Untuk
penanggulangan bencana yang efektif, siklus penanggulangan bencana harus
dipertimbangkan secara seksama termasuk keseimbangan antar tindakan pada saat
sebelum terjadi bencana, pada saat terjadi bencana dan sesudah terjadi bencana
serta upaya yang dibutuhkan juga harus direncanakan.
Terutama pada beberapa tahun belakangan ini, pentingnya tindakan pasca
bencana telah mendapatkan pengakuan karena upaya yang dilakukan sebelum
bencana terjadi sangat membantu dalam mengurangi risiko kemungkinan
terjadinya bencana. Dalam studi ini, sebagai wilayah percontohan penanggulangan
bencana tingkat daerah, dipilih Kabupaten Jember di Propinsi Jawa Timur,
Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman di Propinsi Sumatera Barat. Pada
bagian ini, temuan-temuan dan situasi Sistem Penanggulangan Bencana saat ini di
Kabupaten Jember dan evaluasi sistem terbaru dijelaskan untuk menerangkan
karakteristik umum penanggulangan bencana di tingkat Kabupaten dan Kota.
J. EVALUASI SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA YANG TELAH
ADA
Sebagai hasil temuan dari sistem penanggulangan bencana yang telah ada di
Kabupaten Jember, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Pariaman, sistem
tersebut harus ditingkatkan agar lebih lengkap dan tidak hanya difokuskan pada
tanggap darurat.
Evaluasi sistem penanggulangan bencana yang ada telah diidentifikasi dan
diaplikasikan untuk Perumusan Rencana-Rencana Penanggulangan Bencana
Daerah di Kabupaten dan Kota. Kriteria evaluasi didasarkan pada sistem
penanggulangan bencana Jepang.

N Hal yang Ketersedi Komentar


o Diperlukan aan
.

1 Persiapan Rencana △ PROTAP PBP merupakan sebuah rencana


Penanggulangan penanggulangan bencana. Ditunjukkan
Bencana secara terbatas dan rincian tidak terlalu
jelas. Namun, konsep dasar disebutkan
secara jelas.
Diperlukan perbaikan.

2 Persiapan Rencana × PROTAP PBP untuk seluruh jenis bencana.


Penanggulangan Perlu dipertimbangkan tingkatan dan jenis
Bencana menurut bencana.
jenis bencana

3 Pengertian risiko △ Menyiapkan Peta Umum Rawan Bencana,


akibat bencana namun tidak terlalu rinci. Perlu perbaikan.

4 Pendirian ○ SATLAK PB merupakan badan


Organisasi penanggulangan bencana. Pendiriannya
Penanggulangan hampir sama dengan dewan
Bencana penanggulangan

bencana di tiap kotamadya di Jepang.

5 Perumusana △ Beberapa hal sebagai tindakan mitigasi dan


Rencana Terkait kesiapsiagaan telah dimulai (Belum ada
Pra-Bencana dan tindakan fisik), namun, rencana rinci harus
penerapannya dipersiapkan.

6 Pendirian Kantor ○ Rupusdalops PBP berfungsi sebagai Pusat


Pusat Tanggap Komando Darurat saat terjadi bencana.
Darurat Namun, prosedur yang jelas belum
dirumuskan dalam format dokumen. Dan
tidak ada wilayah fisik yang dirancang
untuk Rupusdalops PBP

ini

7 Prosedur × Seperti telah disebutkan di atas, prosedur


Pendirian Kantor tertulis belum dibuat, dalam rencana
Pusat Tanggap
penanggulangan bencana daerah, hal
Darurat
tersebut harus diindikasikan.
(Rupusdalops
PB)

8 Pendirian Sistem △ Telepon darat dan telepon selular


Komunikasi merupakan cara komunikasi utama, perlu
mempertimbangkan cara alteratif.

9 Pembagian △ Apabila terjadi bencana skala besae,


informasi dengan diperlukan koordinasi dengan
SATKORLAK SATKORLAK PB, pada pengalaman yang
PB lalu, karena ukuran bencana terbatas,
sehingga, tidak timbul masalah. Namun,
mekanisme sistem pembagian informasi
harus dipertimbangkan lebih lanjut. Seperti
hal informasi, cara, dan

jangka waktu.

10 Penyebaran △ Penyebaran informasi untuk evakuasi


informasi umumnya dilaksanakan secara lisan, dalam
evakuasi kepada kasus bencana skala besar mekanisme cara
penduduk penyebaran perintah evakuasi harus
dirumuskan.

11 Rancangan △ SATLAK PB telah memulai merencanakan


Lokasi Evakuasi lokasi evakuasi untuk bencana Tsunami,
namun, untu kjenis bencana lainnya, belum

dirancang.

12 Persiapan × Tidak ada rencana mekanisme evakuasi dan


Rencana teknis terkait.
Evakuasi dan
pelaksanaan
teknis sarana
evakuasi

13 Persediaan × Persediaan peralatan belum cukup karena


kebutuhan kekurangan anggaran.
sehari-hari,
peralatan
penyelamat dan
kesehatan

Materi evaluasi dibatasi hanya kepada hal yang penting, dan dalam
pelaksanaan Studi, setiap hal didiskusikan dengan pejabat terkait. Materi tersebut
harus dimasukkan dalam rencana penanggulangan bencana secara sistematis, dan
seluruh karyawan harus sadar akan seluruh materinya, khususnya hal yang
berkaitan dengan penanggulangan bencana.

Rencana Penanggulangan Bencana Daerah telah dirumuskan termasuk


seluruh materi yang telah disebutkan di atas untuk meningkatkan sistem
penanggulangan bencana yang telah ada bersama dengan pemerintah.

K. PERSIAPAN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH


TERPADU

Kegiatan Penanggulangan Bencana meliputi beragam lapangan luas,


oleh sebab itu, cukup sulit untuk mengerti semua hal dan berbagai dokumen
dibuat secara terpisah. Di Jepang, Rencana Penanggulangan Bencana Daerah
merupakan dokumen yang meliputi seluruh tahap penanggulangan bencana dan
susunan institusi badan penanggulangan bencana, serta tanggung jawabnya
disebutkan di dalam dokumen sekaligus. Sehingga, dengan dokumen ini, setiap
unsur penanggulangan bencana ditunjukkan secara jelas.

Kesulitan dari penanggulangan bencana adalah koordinasi antara


organisasi terkait. Rencana membantu untuk mengurangi konflik dan
kesalahpahaman yang tidak perlu serta sebagai penunjuk untuk mengurangi
kerusakan dari kemungkinan bencana.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis. Beberapa
potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana banjir, bencana tanah longsor,
bencana letusan gunung api, bencana Gempa Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran,
Bencana Kekeringan. Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit
dan Bencana Kegagalan Teknologi.

B. SARAN

Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan kepada pembaca kiranya
dapat mempelajari dan mengetahui Sistem penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat
turut serta dalam pengendalian dini bencana yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

LIPI, & UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat.

Kemenkes RI. (2016). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, 1–18.

Anda mungkin juga menyukai