Anda di halaman 1dari 14

STUDI EPIDEMIOLOGI BENCANA

GEMPA BUMI DI BANTUL YOGYAKARTA

Makalah

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah SIK yang diampu oleh Ibu
Rini Indarti, .......

Oleh :

Nunung Khoirunnisa
( P1337437117119 )

PRODI D III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan yang berjudul Studi Epidemiologi
Letusan Gunung Berapi di Indonesia ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman yang penulis miliki, penulis yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 2
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. ANATOMI FISIOLOGI MATA ........................................ Error! Bookmark not defined.
B. GANGGUAN PADA MATA .......................................................................................... 8
BAB III ...................................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................. 10
A. SIMPULAN ............................................................................................................... 10
B. SARAN ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24/2007).
Wilayah Indonesia sangat berpotensi terjadi gempa bumi salah satunya
Kabupaten Bantul. Secara geologis, Kabupaten Bantul berdekatan dengan zona
subduksi aktif selatan pulau jawa dari lempeng tektonik Indo-Australia dan
lempeng Eurasia. Terletak dalam susunan geologi yang luar biasa, Kabupaten
Bantul memiliki ancaman terhadap bahaya seismik, dan diperkirakan akan
mengalami gempa lain dengan intensitas tinggi dalam 50 tahun kedepan (Hizbaron
et al, 2012). Tentu ancaman risiko ini tidak dapat diabaikan. Akibat bencana yang
hebat ini, maka banyak terjadi kerusakan pada sarana dan prasarana pelayanan
masyarakat, termasuk layanan kesehatan. Kondisi ini menjadikan layanan program
kesehatan menjadi terganggu. Di sisi lain, petugas kesehatan setempat sebenarnya
juga merupakan korban yang menyebabkan kinerja mereka juga tidak maksimal.
Keberadaan epidemiolog untuk dapat melakukan identifikasi kebutuhan
kesehatan dan potensi KLB menjadi sangat penting. Epidemiologi bencana
merupakan bagian dari ilmu epidemiologi yang merupakan pendekatatan sistematis
yang dipakai untuk mendiagnosis masalah kesehatan di masyarakat yang
mengalami bencana sehingga diharapkan masalah tersebut dapat ditanggulangi
dengan segera. Dewasa ini epidemiologi dipakai untuk memperlajari segala aspek
kehidupan. Dipakai untuk mempelajari frekuensi, distribusi dan faktor-faktor
pennyebab penyakit maupun bukan penyakit, penyakit infeksi dan non infeksi,

1
dalam segala situasi sampai dengan keadaan bencana. Frekuensi dan distribusi
penyakit/ kejadian pada masyarakat berdasarkan beberapa variabel pada
manusianya sendiri (person), dimana penyakit tersebut diketemukan (place), dan
kapan terjadi (time) serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
tersebut, mengemukakan alasan-alasan ilmiah kenapa pada populasi, tempat dan
waktu tertentu sesuatu penyakit lebih tinggi atau lebih rendah frekuensinya,
kemudian mencari jalan untuk menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.
Disamping itu, dalam epidemiologi bencana akan dibahas lebih kepada penerapan
epidemiologi dalam situasi bencana untuk membantu dalam mengatasi masalah
kesehatan masyarakat secara nyata mulai dari sebelum bencana, saat bencana
maupun setelah bencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bencana gempa bumi ?
2. Apa saja risiko bencana gempa bumi ?
3. Bagaimana dampak bencana gempa bumi ?
4. Bagaimana peran epidemiologi terhadap bencana gempa bumi ?
5. Bagaimana penanganan terhadap bencana gempa bumi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bencana gempa bumi.
2. Mengathui risiko bencana gempa bumi.
3. Mengetahui dampak bencana gempa bumi.
4. Mengetahui peran epidemiologi terhadap bencana gempa bumi.
5. Mengetahui penanganan bencana gempa bumi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana Gempa Bumi


Gempa bumi (erathquake) adalah vibrasi kerak bumi yang berikan getaran
mulai yang tidak terasa sampai guncangkan bumi. Terjadinya gempa bumi
berkaitan dengan panasnya tegangan pada kerak bumi yang menimbulkan
gelombang panas yang merambat melintas lapisan-lapisan bumi. Getaran bumi
yang berupa goncangan vertikal ataupun horizontal yang besarnya tergantung
kepada magnitude, kedalaman gempa (hiposentrum), struktur geologi dan jenis
batuan penyusun di suatu daerah. Jenis sesar (urat bumi) dimana bisa berupa sesar
geser, sesar turun maupun sesar naik ataupun gempa yang berulang pada sesar yang
sama. Longsoran tebing atau amblesan yang terjadi pada daerah berbukit terjal atau
sepanjang pantai terjal.
Terkait bencana gempa bumi Bantul, gempa terjadi pada tanggal 27 Mei 2016
berkekuatan 5,9 Skala Richter. Getaran/ gelombang gempa akibat patahan opak
yang memenjang sejauh 60 Km yang berpangkal di Sanden, Kabupaten Bantul,
Provinsi DIY, dan berujung di Tulung, Kabupaten Klaten. Patahan opak merupakan
patahan yang paling mengoyok karena morfologi dan topografi yang membatasi
Perbukitan Karst Wonosari dengan Yogyakarta yang berada pada daerah dataran
rendah. Walaupun tidak dijumpai bidang patahannya, namun sesar Opak
diperkirakan menjadi penyebab terjadinya gempa tersebut.

3
B. Risiko Bencana Gempa Bumi
Risiko bencana dipengaruhi oleh faktor kerentanan baik fisik, sosial, dan ekonomi.
Kerentanan fisik :
1. Kondisi struktur bangunan rumah penduduk yang tidak memenuhi standar
konstruksi tahan gempa.
2. Jenis tanah endapan Sungai Opak berupa pasir kerikilan yang bersifat lepas-
lepas dan tebal.
3. Kehadiran zona patahan, yang sensitif untuk turut bergetar ketika gelombang
gempa melalui zona patahan tersebut.
4. Kehadiran air bawah tanah yang dangkal mengakibatkan kemampuan tanah
menopang beban menjadi sangat berkurang.
Kerentanan sosial :
1. Kepadatan penduduk serta usia penduduk yang rata-rata sudah lansia atau
manula sehingga tidak cukup siaga untuk melarikan diri mencari tempat aman.
2. Kapasitas masyarakat yang belum tanggap akan bahaya gempa.
Kerentanan ekonomi :
1. Kemiskinan merupakan fakta sebagian besar komunitas sejak sebelum terjadi
bencana gempa.

4
C. Dampak Bencana Gempa Bumi Bantul
Salah satu dampak bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk
dapat dilihat dai berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi.
Bencana gempa bumi dalam jangka pendek dapat berdampak pada korban
meninggal, korban cedera berat yang memerlukan perawatan intensif, peningaktan
risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan dan sistem penyediaan air
(Pan American Health Organisation, 2006).
Risiko dan dampak bencana peta sebaran kerusakan akibat gempa jogja
menunjukkan kerugian, menelan korban jiwa sebanyak 5.760 orang tewas dan
kerusakan rumah sebanyak 388.757 unit, termasuk 187.474 unit diantaranya roboh.
Perkiraan kerusakan dan kerugian secara keseluruhan mencapai 29,1 triliun rupiah.
Dampak bencana di bidang sosial, ekonomi dan budaya :
a. Menimbulkan trauma bagi para korban, terlebih yang kehilangan anggota
keluarga dan harta bendanya.
b. Menimbulkan kerusakan pada bangunan cagar budaya.
c. Kerusakan dan kerugian sektor produktif sekitar 9 triliun rupiah, sektor industri
menengah dan kecil banyak aset dan sarana produksinya rusak karena gempa.
d. Sekitar 650.000 pekerja kehilangan pekerjaannya.
e. Sektor kesehatan dan pendidikan rusak parah dengan jumlah kerusakan dan
kerugian lebih dari 1,5 triliun rupiah.
Dampak di bidang fisik dan lingkungan :
a. Kerusakan bangunan perkantoran, akses jalan karena jembatan ambrol,
kerusakan bangunan fisik rumah sakit.
b. Lokasi peninggalan sejarah, seperti Keraton Yogya, Candi Prambanan, dan
makam raja-raja di Imogiri mengalami kerusakan.
c. Perumahan melampaui 50% dari total. Diperkirakan 154.000 rumah hancur
total dan 260.000 rumah rusak parah.
d. Kerusakan dan kerugian di sektor transportasi dan komunikasi, energi dan air
bersih serta sanitasi.

5
Timbulnya masalah kesehatan antara lain berawal dari kurangnya air bersih
yang berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan yang
merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis penyakit menular,
persediaan pangan yang tidak mencukupi merupakan awal dari proses terjadinya
penurunan derajat kesehatan yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi
secara langsung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi korban bencana. Pengungsian
tempat tinggal (shelter) yang ada sering tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga
secara langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
bila tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan masalah di bidang kesehatan.
Sementara itu, pemberian pelayanan kesehatan pada kondisi bencana sering
menemui banyak kendala akibat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya
jumlah dan jenis obat serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan dan dana
operasional. Kondisi ini tentunya dapat menimbulkan dampak lebih buruk bila
tidak segera ditangani (Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat
Jenderal Departemen Kesehatan, 2001).

6
D. Peran Epidemiologi terhadap Bencana Gempa Bumi
Disiplin ilmu kesehatan yang kerap digunakan dalam penanganan pasca
bencana adalah epidemiologi bencana. Pendekatan epidemiologi bencana
menggunakan data-data lapangan didaerah bencana untuk dapat menjadi bahan
pelajaran dalam prosedur penanganan korban sebagai faktor risiko. Pasca bencana,
epidemiologi lapangan berperan mengklasifikasi para korban cidera dan meninggal
serta dapat mengestimasi angka kematian dari total korban bencana. Peran
epidemiologi terhadap bencana gempa bumi Bantul :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat pasca
gempa bumi.
2. Memungkinkan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan bencana
gempa bumi.
3. Mengemukakan bentuk-bentuk intervensi untuk penanggulangan sampai
eradikasi penyakit atau masalah yang mengganggu kehidupan masyarakat.

E. Upaya Penanganan Bencana


Upaya penanganan Pra-Bencana :
1. Pemerintah : penyediaan alat komunikasi di ratusan desa, pemasangan kamera
CCTV, dan pembangunan shelter di wilayah pesisir.
2. Masyarakat : mengaplikasikan bangunan joglo sebagai bentuk kearifan lokal
merespon potensi bencana gempa bumi.
Upaya penanganan saat bencana :
1. Pemerintah :
- Pembangunan tempat-tempat penampungan pengungsi (shelter).
- Aksi tanggap darurat, melakukan pemadatan, menyalurkan bantuan.
- Mendirikan rumah sakit lapangan.
- Menyelenggarakan dapur umum.
- Mendirikan tenda-tenda darurat untuk menampung korban.
- Mendirikan posko dilokasi bencana.

7
- Menerjunkan personil Taruna Siaga Bencana (Tagana).
2. Masyarakat :
- Menghindari dari bangunan yang ada di sekitar seperti gedung, tiang listrik,
pohon.
- Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
- Menyalurkan bantuan logistik.
Upaya penanganan pasca-bencana :
1. Pemerintah :
- Memberi pengetahuan tentang bangunan rumah tahan gempa.
- Melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
- Mengadakan simulasi tanggap bencana.
- Pemulihan kondisi psikologi warga yang mengalami trauma.
- Mendirikan lembaga penanganan bencana yakni Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
2. Masyarakat :
- Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari alat komunikasi (apanila
terjadi gempa susulan).
- Membangun bangunan degan konstruksi tahan gempa.
- Mengikuti penyuluhan simulasi gempa dari pemerintah dan bantuan swasta.
Untuk mengurangi ancaman penyakit menular dan wabah pasca bencana,
pemerintah dan para tim relawan di lapangan harus menjamin ketersediaan
pelayanan kesehatan di lapangan berangsur-angsur normal. Monitoring dan
surveilans ketat terhadap faktor lingkungan (air, sanitasi, penanganan sampah)
dan pengendalian vektor penyakit (nyamuk dan lalat) harus mulai diperhatikan.
Kelompok-kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak, orang tua, serta
orang cacat harus didata agar bisa mendapat pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhannya. Tindakan promosi kesehatan dan imunisasi terhadap penyakit
berpotensi wabah harus mulai dilakukan di lapangan, dengan
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan setempat.

8
Pelayan minimum yang harus dijalankan pascabencana antara lain
menyediakan sarana air minum dan sanitasi dasar, pembuangan tinja (toilet),
mengendalikan vektor penyakit dan manajemen sampah termasuk pengelolaan
air limbah. Pengelolaan tinja di lokasi pengungsian juga merupakan faktor yang
sangat penting mengingat ini adalah kebutuhan dasar. Kalau tidak dikelola baik,
akan menjadi sumber bencana baru. Standar ini juga memberikan acuan untuk
standar minimal untuk asupan gizi dan keamanan makanan, standar minimal
untuk tenda atau tempat tinggal sementara dan standar minimal pelayanan
kesehatan.
Untuk mencegah penyakit dan kejadian luar biasa pascagempa peran
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mutlak diperlukan. Pemerintah
perlu menyediakan infrastuktur kesehatan termasuk fasilitas dasar dengan dan
jumlah staf kesehatan yang kompeten. Pemerintah juga perlu menjamin obatan-
obatan dan logistik, termasuk peralatan yang disediakan sesuai dengan standar
dan aturan pemerintah Indonesia. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
pelayan obat-obatan dan logistik kesehatan adalah pemilihan item yang relevan
dengan prioritas kondisi kesehatan setempat dan harus tersedia setiap saat di
fasilitas kesehatan.

9
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN :
1. Gempa bumi (erathquake) adalah vibrasi kerak bumi yang berikan getaran
mulai yang tidak terasa sampai guncangkan bumi. Gempa bumi di Bantul
Yogyakarta terjadi akibat patahan opak yang memenjang sejauh 60 Km yang
berpangkal di Sanden, Kabupaten Bantul dan berujung di Tulung, Kabupaten
Klaten.
2. Risiko bencana gempa bumi dipengaruhi oleh faktor kerentanan fisik, sosial,
dan ekonomi.
3. Bencana gempa bumi Bantul dalam jangka pendek berdampak pada manusia
dimana menelan korban jiwa sebanyak 5.760 orang tewas, berdampak pada
fisik dan lingkungan dimana kerusakan rumah sebanyak 388.757 unit, termasuk
187.474 unit diantaranya roboh, dan berdampak juga pada sosial ekonomi dan
budaya.
4. Pasca bencana, epidemiologi lapangan berperan mengklasifikasi para korban
cidera dan meninggal serta dapat mengestimasi angka kematian dari total
korban bencana.
5. Upaya penanganan bencana dalam mengatasi kesehatan masyarakat secara
nyata dapat di bagi menjadi penangan pra bencana, saat bencana, dan pasca
bencana.

10
DAFTAR PUSTAKA

Power Point Materi Epidemiologi Disaster.

Hamdani, Fuad. 2015. “Analisis Gempa Bumi Yogyakarta 217 Mei 2016 ” dalam
https://www.kompasiana.com/fuad_a_hamdani/550f430c8133111332bc61af/a
nalisis-gempa-bumi-yogyakarta-27-mei-2006 , diakses pada 23 April 2019 pukul
13.15 WIB.

Budiman, Arief. 2015. “Mitigasi Bencana dan Penataan Ruang Gempa Bumi
Yogyakarta 2016” dalam
https://www.armandbudiman/mitigasi-bencana-dan-penataan-ruang-gempa-
bumi-yogyakarta-2006 diakses pada 23 April 2019 pukul 14.00 WIB.

“Kesehatan Darurat Epidemiologi Bencana Alam”, 2016 dalam


http://infooterkinii.blogspot.com/2016/04/kesehatan-darurat-epidemiologi-
bencana.html, diakses pada tanggal 24 April 2019 pukul 14.00 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai