Anda di halaman 1dari 14

PERAN BIDAN DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA DALAM PELAYANAN KESPRO

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Ira Salfina 1520123090

Khalida 1520123125

Mela Anggia 1520123092

Maulas Shaleha 1520123091

Nuril Ria Alifa 1520123088

Nurlianti 1520123023

Novi Yuliza 1520123022

Tabriza 1520123089

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

STIKES MUHAMMADIYAH ACEH

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini Penulis membahas mengenai peran bidan dalam
Penanggulangan Bencana Dalam Pelayanan Kespro.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat di harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Banda Aceh, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Definisi.....................................................................................................................2
2.2 Wilayah Rawan Bencana Di Indonesia....................................................................3
2.3 Perempuan Sebagai Pusat........................................................................................3
2.4 Hak Perempuan dan Remaja Perempuan.................................................................5
2.5 Peran Bidan Dalam Penanggulangan Kesehatan Reproduksi Saat Bencana...........6
2.6 Pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan-Layanan KB................................7
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8
3.2 Saran.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTKA.........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara yang terletak di daerah rawan bencana, Indonesia kerap disebut sebagai
"Laboratorium Bencana". Istilah ini muncul karena kondisi geografis, geologis, serta
demografis Indonesia yang relatif mendorong lahirnya berbagai jenis bencana, baik bencana
alam, bencana non-alam, maupun bencana sosial. Laporan dari Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Indonesia menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki
risiko bencana yang tinggi, mulai dari risiko banjir, gempa bumi, longsor, hingga letusan
gunung berapi.
Namun di tengah upaya penanggulangan bencana yang dilakukan oleh pemerintah dan
institusi terkait, terdapat satu isu sentral yang umumnya luput dari pembahasan. Isu tersebut
adalah pelayanan kesehatan reproduksi pada masa darurat. Bencana memiliki dampak yang
signifikan bagi kondisi kesehatan reproduksi warga yang terdampak: khususnya perempuan,
anak, dan remaja, Rusaknya infrastruktur kesehatan akan menghambat layanan kesehatan
reproduksi yang komprehensif, Keterbatasan akses kontrasepsi dalam situasi bencana dapat
meningkatkan angka kehamilan yang tidak diinginkan, serta peningkatan insiden IMS dan HIV,
Selain itu, kondisi sosial pasca bencana yang tidak stabil dapat meningkatkan risiko kekerasan
seksual.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Makalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa pengertian situasi bencana?
3. Bagaimana peran bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Memahami arti kesehatan reproduksi
2. Memahami arti situasi bencana

1
3. Mengetahui peran bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan
psikis yang memadai agar perkembangan emosinya berlangsung dengan baik.
Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi meliputi Faktor sosial- ekonomi dan
demografi (kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang
perkembangan seksual dan reproduksi, serta tempat tinggal didaerah terpencil). Faktor budaya
dan lingkungan (praktek tradisional. kepercayaan banyak anak banyak rejeki). Faktor psikologis
(akibat dari keretakan orang tua, depresi, kehilangan rasa kebebasan). Faktor biologis (cacat
sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual).
2.1.1 Pelayanan Kesehatan Reproduksi meliputi:
a. Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Keluarga Berencana (KB)
c. Kesehatan Remaja
d. Pencegahan dan Penanggulangan penyakit Hubungan Seksual (HIV/AIDS)
e. Kesehatan Usia Lanjut.
f. Pelayanan terpadu Kekerasan dalam Keluarga
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena
itu. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana
alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

3
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Kejadian bencana adalah
peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana,
korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih
dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
2.2 Wilayah Rawan Bencana Di Indonesia
Lokasi Indonesia terletak diantara 3 lempeng dunia: Eurasian, Indo-Australia. dan
Pasifik, dan berada di "Pacific Ring of Fire". Total penduduk lebih dari 270 juta jiwa. 97% dari
total penduduk tinggal di daerah rawan bencana.
Beberapa contoh bencana alam yang terjadi di Indonesia
a. Tsunami Aceh, Desember 2004
b. Gempa Lombok, 2018
c. Gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah 2018
d. 9.391 bencana alam terjadi di tahun 2019; 5.3 juta orang terdampak dan mengungsi
e. 1,607 bencana alam di 2020 (sampai dengan 31 Mei): 534,000 penduduk terdampak dan
mengungsi.
2.3 Perempuan Sebagai Pusat
Berbicara tentang perempuan, tidak sedikit hasil kajian yang menyebutkanbahwa
perempuan dan anak masih tergolong kelompok rentan yang sering mengalami berbagai
masalah, seperti kemiskinan, bencana alam, konflik. kekerasan, dan sebagainya. Hal itu tidak
hanya terjadidi Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di seluruh dunia. Seiring berjalannya
waktu, perempuan mulai bangkit dan berhasil membuktikan bahwasanya keberadaan mereka
layak untuk diperhitungkan.
Peran perempuan antara lain:
a. Keluarga dan masyarakat terpisah

4
perempuan memiliki dua peran besar dalam kehidupan berbangsa. Peran itu pertama,
dalam lingkup keluarga, dan kedua sebagai anggota masyarakat yang memiliki andil kepada
bangsa. Di lingkup keluarga, perempuan berperan sebagai ibu, istri, dan anak. Semua peran itu
merupakan keistimewaan yang hanya diberikan kepada perempuan. Sebagai seorang ibu,
perempuan berperan besar dalam mewujudkan keutuhan keluarga. Selain itu, ia juga bertugas
mendidik dan menghasilkan keturunan yang berkualitas.
Keberhasilan perempuan dalam memainkan perannya di lingkup keluarga turut
membantu kemajuan bangsa dan negara. Sebagai anggota masyarakat, kaum perempuan juga
banyak yang andil dalam memengaruhi suatu kebijakan.
b. Mekanisme perlindungan dan pelayanan kesehatan, pendidikan dan keamanan
terganggu/tidak berfungsi.
Seperti yang kita ketahui kondisi masyarakat pasca bencana membutuhkan banyak
perhatian. Sarana dan prasarana yang dibangun darurat terkadang tidak memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan khusus yang mampu menunjang pemenuhan hak atas 4 kodrat yang di
alami kaum perempuan. Misalnya saja sarana toilet dan kamar mandi darurat yang terkadang
hanya dibangun seadanya dan cenderung beresiko terjadinya pelecehan seksual. Jarak toilet
dan kamar mandi yang jauh serta penerangan seadanya juga membahayakan keselamatan
kaum perempuan. Belum lagi tenda penampungan yang mencampur seluruh masyarakat tanpa
memilah jenis kelamin dalam satu tempat, membuat kaum perempuan sangat tidak nyaman
dalam menyusui.
Sarana dan prasarana yang memadai menjadi kunci utama dalam. memenuhi hak kaum
perempuan agar terhindar dari kekerasan. Saran dan prasarana harus memberikan rasa aman
serta nyaman bagi kaum perempuan dan anak. Hal ini tentunya dapat diwujudkan dengan
memisahkan toilet umum yang masih campur dengan laki-laki, memperbaiki toilet yang tidak
memiliki pintu. atau tidak tertutup sempurna, membangun toilet yang jaraknya tidak jauh dari
lokasi pengungsian, memberikan penerangan cahaya yang baik pada akses jalan. ke toilet agar
tidak memicu kejahatan, menyediakan ruang khusus untuk ibu. menyusui dan tertutup dari
jangkauan laki-laki, menyediakan ruang ganti pakaian dalam khusus bagi perempuan, dan lain
sebagainya. Seluruh upaya ini bertujuan untuk memastikan perempuan terhindar dari potensi
kekerasan dan pelecehan yang mengancam.

5
c. Mekanisme dukungan masyarakat tidak berfungsi
Tantangan yang dihadapi yaitu masih banyak pandangan negatif masyarakat yang
menyatakan bahwa perempuan banyak menuntut dalam kondisi bencana. Disinilah pentingnya
memahami perspektif gender dengan merubah pola pikir (mindset) dalam pemenuhan hak,
khususnya dalam melindungi hak perempuan. Jika bukan kita yang menyuarakan, lalu siapa
lagi?
d. Kekerasan terhadap perempuan meningkat di situasi krisis
London School of Economics melansir bahwa perempuan beresiko 4 kali lebih besar
mengalami kekerasan dalam situasi bencana, sedangkan dalam situasi normal saja 1 dari 3
perempuan mengalami kekerasan (BPS).
Perempuan sangat rentan menjadi korban dalam situasi bencana, mengapa demikian?
Pada dasamya perempuan memiliki 4 kodrat yakni menstruasi, mengandung, melahirkan dan
menyusui. Bayangkan jika kaum perempuan berada dalam kondisi tersebut dan mengalami
bencana alam. Dalam kondisi ini perempuan sangat rentan mengalami kekerasan terlebih jika
keempat kodrat perempuan tersebut tidak terpenuhi hak-haknya.
Untuk mencegah terjadi kekerasan dalam kondisi bencana, perempuan harus dibekali dan
diberikan pemahaman ciri-ciri serta apa langkah yang harus dilakukan ketika bencana.
KemenPPPA telah membentuk Peraturan Menteri PPPA (Permberdayaan Perlindungan
Perempuan dan Anak) terkait Perlindungan Hak Perempuan Berbasis Gender di Pengungsian,
yang dapat diimplementasikan dalam 2 kondisi yaitu konflik dan bencana.
2.4 Hak Perempuan dan Remaja Perempuan
Situasi Krisis meningkatkan resiko hal yang sudah beresiko.
 Kurangnya perawatan dan layanan kebidanan meningkatkan kematian ibu
 Meningkatnya resiko komplikasi kehamilan dan persalinan karena kurangnya asupan dan
gizi
 Gangguan pelayanan kesehatan dan perpindahan penduduk menunjukkan bahwa persalinan
dapat terjadi dimana saja
 Meningkatnya perilaku beresiko dapat meningkatkan resiko penularan penyakit menular
seksual dan HIV

6
 Keterbatasan metode keluarga berencana meningkatkan resiko kehamilan yang tidak
direncanakan/diinginkan
 Kurangnya informasi dasar tentang kesehatan seksual dan reproduksi
 Meningkatnya kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan dalam keluarga
2.5 Peran Bidan Dalam Penanggulangan Kesehatan Reproduksi Saat Bencana:
2.5.1 Aktifasi Koordinasi Kesehatan Reproduksi
 Koordinator kespro
 Penanggung jawab masing-masin objectif PPAM
 Persiapan deployment tim siaga kespro
 Koordinasi langsung oleh pusat dengan pembinaan intens dilapangan
 Shifting peran koordinasi ke Provinsi atau Kabupaten terdampak
 Dukungan Teknis berkelanjutan
 Dukungan data dan pengelolaan informasi
 Advokasi untuk keberlanjutan fungsi koordinasi dan kesiapsiagaaN
Peran Bidan:
 Melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, ketersediaan sumber daya serta
logistic.
 Memastikan ketersediaan dan pendistribusian logistik kebidanan.
2.5.2 Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender
 Edukasi Kesehatan Reproduksi termasuk KB kepada perempuan tedampak
 Memberikan informasi dan layanan penanganan kekerasan Seksual
 Menyediakan pelayanan medis bagi korban
 Pemberian profilaksis pasca pajanan dan kontrasepsi darurat (dalam 72jam)
 Dukungan psikologis awal (PFA) bagi penyintas perkosaan
 Mekanisme rujukan kesehatan
 Penguatan Kapasitas (Bidan dan Volunteer ruang ramah perempuan) -Front liner
2.5.3 Pencegahan Penularan Penyakit Menular Seksual dan HIV
 Pemberian informasi ketersediaan layanan ARV

7
 Menerapkan kewaspadaan standar
 Pemberian profilaksis pasca pajanan
 Memastikan ketersediaan kondom
2.5.4 Adolescent Inclusion and Youth Engagement (Keterlibatan Remaja Dan Pemuda)
 Informasi Mekanisme rujukan
 Edukasi Kespro remaja
 Nara sumber radio dll (jika memungkinkan)
2.6 Pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan – Layanan KB
 Pemberian layanan KB di dalam tenda/pos kespro
 Melakukan outreach (jika diperlukan dan jika memungkinkan)
 Memfasilitasi pelibatan masyarakat
 Melaporkan ketersediaan alkon 6
2.6.1 Perencanaan Integrasi layanan Kespro komprehensif
 Penguatan mekanisme
 Penguatan intervensi pelokalan
 Keberlanjutan kegiatan
 Integrasi layanan kespro comprehensive
 Penguatan ketahanan masyarakat
2.6.2 Pembelajaran untuk penguatan pelayanan Bidan dalam situasi bencana
 Penguatan kapasitas terhadap pencapaian PPAM
 Tata laksana klinis korban kekerasan dalam situasi bencana
 Ibu Neonatal
 Pelayanan Klinis dan Kewaspadaan Standar
 Perawatan untuk penyedia layanan
 Penguatan mekanisme deployment
 Monitoring dan pelaporan
 Penguatan mitra kerja dan penguatan pelokalan (Kemenkes, BKKBN, IBI, IDI, POC
UNFPA, Yayasan Pulih, PKBI, Americares, LSM dan institusi lokal lainnya)

8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi meliputi Faktor sosial- ekonomi dan
demografi (kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang
perkembangan seksual dan reproduksi,
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
3. Peran Bidan Dalam Penanggulangan Kesehatan Reproduksi Saat Bencana:
- Melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, ketersediaan sumber daya
serta logistic.
- Memastikan ketersediaan dan pendistribusian logistik kebidanan.
3.2 Saran
Sebagai bidan kita harus aktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
apa saja pelayanan yang bisa diberikan dalam situasi bencana dalam hal ini bisa bekerja
sama dengan BPBD

10
DAFTAR PUSTAKA

https://bnpb.go.id/definisi-bencana

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1716/4x-lebih-rentan- kekerasan-kaum-
perempuan-harus-dilindungi

UNFPA Peran Bidan dalam Kesehatan Reproduksi Bencana.pd

11

Anda mungkin juga menyukai