PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
i
KATA PENGANTAR
PONTIANAK
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B. TUJUAN............................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................................................2
C. METODE DAN SITEMATIKA PENULISAN.................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
A. KONSEP DASAR BENCANA.......................................................................................3
1. Definisi bencana.............................................................................................................3
2. Jenis bencana.................................................................................................................4
3. Fase-fase bencana.........................................................................................................4
B. KONSEP DASAR MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA...........................5
1. Dampak bencana pada aspek fisik...............................................................................5
2. Dampak bencana pada aspek psikologis/kejiwaan.....................................................6
C. MASALAH PSIKOSOSIAL AKIBAT BENCANA...................................................10
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH
KESEHATAN AKIBAT BENCANA......................................................................................14
BAB III.........................................................................................................................................20
APLIKASI KASUS......................................................................................................................20
A. KASUS DAN STRATEGI PELAKSANAAN................................................................20
1. PROSES KEPERAWATAN........................................................................................20
2. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN.........................................................................................21
BAB IV.........................................................................................................................................24
PENUTUP....................................................................................................................................24
A. KESIMPULAN................................................................................................................24
B. SARAN............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak di wilayah yang rawan
bencana. Hal tersebut disebabkan negara ini memiliki kondisi geografis, geologis,
hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik itu
bencana alam, non alam, dan bencana sosial. Beberapa kejadian bencana besar
seperti gempabumi dan tsunami Aceh (2004), gempabumi Padang (2005) dan
gempabumi Yogyakarta (2006) dan sebagainya telah memberikan dampak yang luar
biasa terhadap masyarakat Indonesia (BNPB, 2013)
. Beberapa bencana alam yang paling memilukan terjadi antara lain:
gempa dan tsunami di Aceh pada tanggal 26 desember 2004 yang memakan
korban jiwa sebanyak 165.708 jiwa, 37.063 jiwa hilang dan kerugian materiil
mencapai lebih 48 triliun. Begitu juga dengan gempa Padang yang terjadi pada
tahun 2009 memakan korban jiwa 1.117 jiwa yang tewas, korban luka erat 1.214
jiwa dan kerugian materiil sampai triliunan rupiah. (Elita et al., 2017)
Bencana sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, bahkan hidup bersama
masyarakat dalam keaadaan alam yang ditinggalinya maupun pada pemenuhan
hasratnya dalam pengelolaan alam sekitar Akan tetapi, seringnya masyarakat
Indonesia kurang perhatian terhadap bencana justru sebelum bencana itu
menimpanya. Saat melanda, bencana selalu saja membawa kepiluan atas tragedi
kemanusiaan. Bencana menyebabkan kerugian baik moril maupun materil di tengah-
tengah masyarakat, menyebabkan degradasi mental masyarakat, gangguan psikis
dan jatuhnya korban jiwa. Bencana selalu menyandera kita atas perjumpaan kita
dengan mereka yang terkena dampak. Dalam bencana yang datang tiba-tiba dan
tanpa prediksi, masyarakat larut dalam suasana yang mencekam, panik dengan
membawa segudang persoalan masing-masing yang berubah menjadi gangguan
psikis ditala oleh bencana yang menimpa. (Sabir, 2016)
Bencana memiliki dampak yang sangat merugikan manusia, rusaknya sarana
dan prasarana fisik hanyalah sebagian kecil dari dampak terjadinya bencana
disamping masalah kesehatan seperti korban luka, penyakit menular tertentu,
menurunnya status gizi, stress, trauma dan masalah psikososial, bahkan korban jiwa.
2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa memahami
konse[ dasar masalah kesehatan jiwa pada kasus psca bencana.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui ;
a. Konsep dasar bencana,
b. Konsep dasar masalah kesehatan akibat bencana,
c. Masalah psikososial akibat bencana,
d. Asuhan keperawatan pada masalah kesehatan akibat bencana.
C. METODE DAN SITEMATIKA PENULISAN
Sitematika penulisan dalam makalah ini yakni:
BAB I : Pendahuluan : Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka : Konsep dasar bencana, konsep dasar masalah kesehatan
akibat bencana, masalah psikososial akibat bencana,Asuhan keperawatan pada
masalah kesehatan akibat bencana
BAB III : Aplikasi kasus : Kasus dan strategi pelaksanaan
BAB IV : Penutup : Kesimpulan dan saran
D.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR BENCANA
Berbagai musibah dan bencana alam yang terjadi dalam dua dasawarsa
terakhir ini tidak bisa lepas dari pengaruh kodisi geografis Indonesia dan ulah
manusia. Dilihat dari kondisi geografis, Indonesia adalah negara maritim yang
memiliki ribuan pulau besar dan kecil yang terletak di antara lempengan tektonis
Euro- Asia dan lempengan Indo-Australia. Disamping itu bencana juga dapat
terjadi karena ulah manusia seperti mengeksploitasi hutan yang berlebihan
sehingga menyebabkan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, Tsunami,
banjir dan tanah longsor di berbagai daerah wilayah Indonesia.
1. Definisi bencana
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana pada bab 1: Ketentuan umum, Pasal 1 bahwa yang
dimaksud dengan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Masah menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Beberapa
kondisi yang dapat menjadi penyebab terjadi bencana adalah kondisi
geografis, geologis, hidrologis, dan demografis baik yang disebabkan oleh
faktor alam maupun faktor manusia. Akibat bencana dapat menyebabkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis yang dapat menghambat pembangunan nasional
Berdasarkan beberapa pengertian bencana tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa bencana adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
disebabkan oleh faktor alam maupun ulah manusia, yang dapat
mengakibatkan adanya kerusakan, kerugian, dan kehilangan baik materi
maupun non materi yang dapat mengganggu proses kehidupan yang tidak
dapat ditanggulangi tanpa bantuan dari orang atau pihak lain.
4
2. Jenis bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana dalam Bab 1 tentang Ketentuan Umum, Pasal 1
terdapat tiga macam bencana, yaitu: bencana alam, bencana non alam dan
bencana sosial;
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, Tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
3. Fase-fase bencana
Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana, fase
bencana dan fase pasca bencana. Fase pra bencana adalah masa sebelum terjadi
bencana. Fase bencana adalah waktu/saat bencana terjadi. Fase pasca bencana
adalah tahapan setelah terjadi bencana. Semua fase ini saling mempengaruhi dan
berjalan terus sepanjang masa.
Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana.
Kegiatan sebelum terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan pencegahan,
mitigasi (pengurangan dampak), dan kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat
penting untuk mengurangi dampak bencana. Saat terjadinya bencana diadakan
tanggap darurat dan setelah terjadi bencana (pasca-bencana) dilakukan usaha
rehabilitasi dan rekonstruksi.. (Erita & Mahendra, 2019)
5
pemiliki toko yang tokonya sama sama terbakar saat kerusuhan di Solo
14 Mei 2008, menunjukkan reaksi yang berbeda. Pemilik toko yang
tokonya dibakar langsung dalam amuk massa, menunjukkan gejala ptsd
yang lebih kuat daripada pemilik toko yang tokonya terbakar dalam
kerusuhan tersebut namun secara tidak langsung (karena angin yang
bertiup kencang, membawa api dari rumah ke rumah)
3. Jenis kelamin dan usia. Wanita (terutama ibu -ibu yang memilik i anak
balita), anak usia lima sampai sepuluh, dan orang- orang tua lebih
rentan daripada yang lain. Orang dengan daya tahan fisik yang lebih
lemah, akan mengintepretasikan suatu ancaman lebih besar/mengerikan
daripada seseorang dengan daya tahan tubuh yang lebih kuat.
Sebaliknya pada bayi dan anak - anak dibawah 2 tahun, meski secara
fisik mereka masih lemah, namun kondisi psikologis mereka sangat
ditentukan oleh orang tua atau orang dewasa yang ada di dekat mereka
karena kemampuan kognitif mereka dalam mengenali bahaya masih
terbatas. Jika orang dewasa disekitar mereka bersikap tenang, maka
merek juga akan relatif tenang.
4. Kepribadian. Orang -orang dengan kepribadian yang matang, konsep
diri yang positip dan reseliensi yang bagus akan lebih mampu daripada
yang tidak memiliki. Orang -orang yang tumbuh dengan tidak percaya
diri, ketika menghadapi bencana juga akan mempersepsi tentang
kekuatan dirinya maupun masa depannya secara negatif dan pesimis.
5. Ketersediaan jaringan dan dukungan sosial – Keberadaan keluarga
yang mendukung, teman- teman, dan masyarakat akan mampu
mengurangi kemungkinan efek samping jangka panjang. Masyarakat
yang masih erat, dan saling peduli akan lebih mampu mengatasi masa -
masa sulit daripada masyarakat perkotaan yang individualis. K unjungan
dan sapaan terhadap penyintas, akan mempercepat pemulihan mereka.
Pada faktor ini, tradisi kenduri 7 hari, 30 hari atau 100 hari paska
kematian pada masyarakat Muslim di Jawa ataupun kebaktian
penghiburan pada orang Nasrani, memiliki peranan yang besar dalam
pemulihan. Penyintas yang kehilangan anggota keluarganya
mendapatkan dukungan sosial dengan kehadiran saudara dan sahabat
mereka .
10
pusat pemondokkan, menarik diri dan marah. Jika program spesifik tidak
dilakukan dengan pada kelompok ini, akan timbul risiko perkembangan
personalitas yang menyimpang seperti tindakkan anti sosial,
pengeksploitasian oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab,
18. Terdapat semangat dan antusiasme yang tinggi dari beberapa kelompok
untuk melakukan aktivitas psikososial, meskipun tidak semua kelompok ini
dibekali dengan kompetensi yang cukup untuk melakukan intervensi
psikososial.
yang mendampinginya.
3. Kearifan lokal. Setiap budaya pasti sudah mengembangkan aturan dan tradisi
untuk melindungi komunitasnya, termasuk memandu anggotanya untuk pulih
dari suatu bencana. Pekerja kemanusiaan perlu menggali informasi tentang
ritual -ritual atau tradisi yang dimiliki, dan menggunakannya seba gai bagian
dari intervensi psikososial.
16
g) Sulit berkomunikasi
h) Keadaan modd terganggu
i) Sesak didada
j) Lemah
3) Factor predisposisi
a) Genetic
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluaraga yang
mempunyai riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk
menghadapi kehilangan.
b) Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, secara hidup terataur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang sedang mengalami gangguan
fisik.
c) Kesehatan mental/jiwa
Individu yang mempunyai gangguan jiwa seperti depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya, pesimis dan dibayangi
dengan masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi
kehilangan.
d) Pengalaman kesehatan dimasa lalu
Kehialngan atau perpisahan denagn orang yang bermakna dimasa
kanak-kanak mempengaruhi individu dalam menghadapi kehilangan
di masa dewasa
4) Factor presipitasi
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat biopsikososial antara
lain kehialngan kesehatan(sakit), kehilangan fungsi seksualitas,
kehilangan keluarga dan harta benda, indibidu yang kehilangan sering
menunjukan perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis,
marah, putus asa, kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai orang
lain yang akhirnya membawa keadaan depresi.
5) Spiritual
a) Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b) Kehadiran tempat ibadah
18
tetap menjaga pola makan ibu ya disini, supaya ibu tetap bertenaga dan juga
tidak boleh sampai sakit. Apalagi ibu juga sedang berkuliah, nanti kuliahnya jadi
keteteran karena ibu sakit, dan pasti juga banyak tugas kan ya bu.”
Perawat :“Ibu tidak perlu cemas lagi jika sudah berada disini, karena semua tim
yang bertugas disini akan selalu membantu ibu dan memenuhi kebutuhan ibu
selama disini. Nanti juga akan ada tim yang mengevakuasi dan menyelamatkan
barang-barang ibu yang masih bisa untuk diselamatkan. Jadi ibu tidak perlu
khawatir. Apabila ada sesuatu hal yang ibu butuhkan, ibu juga tidak boleh
sungkan-sungkan untuk memberitahukannya kepada kami disini ya.”
Perawat : “Ketika ibu merasakan cemas, gelisah dan takut karena musibah tadi,
apa upaya yang sudah ibu lakukan disini untuk mengurangi kecemasan ibu?”
Perawat : “Baik ibu, tidak apa apa.. Sekarang saya akan ajarkan ibu teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa kecemasan ibu ya.. Sebelumnya
apakah ibu sudah tau apa itu teknik relaksasi napas dalam?”
Perawat : “Baik ibu, teknik relaksasi napas dalam kita lakukan dengan menarik
napas secara dalam melalui hidung, lalu ditahan sekitar 3 detik, lalu kita
hembuskan melalui mulut. Boleh kita cobakan bu?” (Boleh sus)
Perawat : “Ibu perhatikan saya dulu ya..” (mempraktikkan)
Perawat : “Sekarang giliran ibu untuk mencobanya...”
Perawat : “Baik, bagus sekali ibu. Ibu dapat mengulangi aktivitas ini hingga rasa
cemas ibu berkurang ya bu.”
TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan (Subyektif dan byektif)
Subjektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi
bu? Apakah ibu cukup lega setelah menceritakan apa yang ibu
rasakan?”(Saya sudah lumayan lega sus, dan kecemasan saya sudah sedikit
berkurang)
Objektif : “Boleh ibu ulangi bagaimana teknik relaksasi napas dalam yang
sudah kita lakukan tadi bu?”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan):
Perawat : “Setelah ini, jika ibu merasa cemas dan tegang ibu bisa
mempraktikkan teknik relaksasi napas dalam seperti yang sudah kita lakukan
tadi ya bu, ibu bisa ulangi aktivitas tadi sampai ibu merasa cemas ibu
25
berkurang.”
c. Kontrak yang akan datang (Topik, Waktu dan Tempat)
Topik : “Baik bu, nanti sore sekitar pukul 5 saya akan datang lagi kesini
untuk
mengecek tekanan darah ibu kembali apakah sudah stabil atau belum.”
Waktu : “Kegiatan kita kira-kira memakan waktu sekitar 10 menit.”
Tempat : “Dan kita tetap lakukan disini ya bu.”
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Banjir merupakan peristiwa
dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang
oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi
wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu terjadinya banjir jua
dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan
volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem aliran
sungai.
Masalah kesehatan yang sering timbul akibat bencana banjir dalam
waktu relatif lama adalah dapat menyebabkan kerusakan sistem sanitasi dan air
bersih, serta menimhulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui media air (water-borne diseases) seperti diare dan
leptospirosis.
Dampak psikososial adalah suatu perubahan psikis dan sosial yang
terjadi setelah adanya bencana atau peristiwa traumatik. Perubahan psikis dan
tatanan social budaya akan sangat menjadi factor berpengaruh terhadap masalah
ini. Ciri-ciri Masalah psikososial yang akan sering muncul pasca bencana
diantanya cemas, khawatir berlebihan, takut, mudah tersinggung, sulit
konsentrasi, bersifat ragu-ragu/merasa rendah diri, merasa kecewa, pemarah dan
agresif.
Adapun diagnosa keperawatan utama yang sering muncul pasca bencana
adalah berduka, ansietas dan keputusasaan, sehigga intervensi yang akan
dilakukan adalah dukungan proses berduka, reduksi ansietas dan dukungan
emosional.
B. SARAN
Bencana akan senantiasa datang dan menghantui kita sebagai mausia, tugas kita
adalah berusahan untuk lebih aware terhadap masalah ini, dengan meningkatkan
27
kewaspadaan dini terhadap bencana. Banyak hal yang harus kita persiapkan sebelum
bencana itu dating. Bisa berupa pengetahuan pencegahan maupaun penangan apabila telah
terjadi bencana.
Bagi pemerintah diharapkan agar senantiasa memberikan dukungan baik berupa
material maupun non material terhadaop korban bencana dimanapun terjad. Tampa
memandang kelompok tertentu atau bahkan pandangan politik tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. (2013). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tentang.
Dwidiyanti, M., Hadi, I., Wiguna, R. I., & Ningsih, H. E. W. (2018). Gambaran Risiko
Gangguan Jiwa pada Korban Bencana Alam Gempa di Lombok Nusa Tenggara
Barat. Holistic Nursing and Health Science, 1(2), 82.
https://doi.org/10.14710/hnhs.1.2.2018.82-91
Elita, Y., Sholihah, A., & Sahiel, S. (2017). Acceptance and Commitment Therapy
(ACT) Bagi Penderita Gangguan Stress Pasca Bencana. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, 5(2), 97–101. https://doi.org/10.29210/117800
Erita, & Mahendra, D. (2019). Manajemen gawat darurat dan bencana.
Journal.Thamrin.Ac.Id, 1, 148.
Fatoni, Z. (2013). PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PARTISIPASI
MASYARAKAT HEALTH PROBLEMS IN A DISASTER SITUATION : THE ROLE
OF HEALTH PERSONNELS AND COMMUNITY PARTICIPATION. 8(1).
Novia, K., Hariyanti, T., & Yuliatun, L. (2020). The Impact of Natural Disaster on
Mental Health of Victims Lives: Systematic Review. International Journal of
Science and Society, 2(3), 65–85. https://doi.org/10.54783/ijsoc.v2i3.128
Pfefferbaum, B., Sweeton, J. L., Nitiéma, P., Noffsinger, M. A., Varma, V., Nelson, S.
D., & Newman, E. (2014). Child disaster mental health interventions: Therapy
components. Prehospital and Disaster Medicine, 29(5), 494–502.
https://doi.org/10.1017/S1049023X14000910
PPNI. (2022). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan
Keperawatan.
Price, M., Higa-McMillan, C., Kim, S., & Frueh, B. C. (2013). Trauma experience in
children and adolescents: An assessment of the effects of trauma type and role of
interpersonal proximity. Journal of Anxiety Disorders, 27(7), 652–660.
https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2013.07.009
Sabir, A. (2016). Gambaran Umum Persepsi Masyarakat Terhadap Bencana di
Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Sosial, 5(3), 304–326.
SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dan Tindakan
Keperawatan.
Tim Pokja, S. D. P. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis
dan Komunitas.