Fasilitator :
Erna Dwi Wahyuni, S.Kep.,Ns.M.Kep
Disusun Oleh:
SGD 3 Kelas A-2 Angkatan 2016
1. Grace Marcellina Butarbutar (131611133061)
2. Lukmania Andriani Putri (131611133068)
3. Sabila Nisak (131611133071)
4. Silvia Farhanidiah (131611133072)
5. Konita Shafira (131611133073)
6. Tantya Edipeni Putri (131611133074)
7. Asih Parama A (131611133075)
8. Elyn Zoegestyn (131611133088)
9. Muhammad Rezza Romadlon (131611133126)
10. Esti Ristanti (131611133129)
11. Hayu Ulfaningrum (131611133143)
12. Sulpince Weya (131611122152)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Bencana yang berjudul “Identifikasi Penyakit Khusus Beserta Penanganannya Dan
Identifikasi Second Disaster”
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan baik
moral dan material baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penyusunan ini,
antara lain kepada:
1. Erna Dwi Wahyuni, S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai fasilitator.
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap makalah ini dapat dimengerti oleh pembaca dan bermanfaat
bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Namun kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Kami mohon saran dan kritik dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. ii
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bencana ......................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Bencana .............................................................................. 4
2.1.2 Jenis Bencana ................................................................................... 5
2.1.3 Fase-Fase Bencana ........................................................................... 5
2.1.4 Paradigma Penanggulangan Bencana .............................................. 6
2.1.5 Koordinator Lembaga Penanganan Bencana ................................... 6
2.1.6 Pengurangan Resiko Bencana .......................................................... 7
2.1.7 Contoh-Contoh Bencana Alam ........................................................ 8
2.2 Identifikasi Penyakit Khusus Beserta Penanganannya .............................. 16
2.2.1 Penyakit Akibat Gempa Bumi dan Penanganannya ........................ 16
2.2.2 Penyakit Akibat Gunung Meletus dan Penangannya ....................... 21
2.2.3 Penyakit Akibat Tsunami dan Penanganannya ................................ 24
2.2.4 Penyakit Akibat Banjir Bandang dan Penanganannya ..................... 28
2.3 Masalah yang Muncul Pasca Bencana ....................................................... 32
2.4 Penanganan Masalah Pasca Bencana ......................................................... 35
2.5 Kejadian Luar Biasa (KLB) Pasca Bencana .............................................. 37
2.6 Pencegahan dan Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Pasca Bencana .43
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 46
3.2 Saran ........................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana juga dapat didefinisikan sebagai situasi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana bisa mengubah pola
kehidupan yang awalnya normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda
dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan
lonjakan kebutuhan dasar (Bakornas PBP).
Menurut data Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013, terdapat 205
juta jiwa penduduk tinggal di daerah rawan bencana. Data menunjukkan bahwa
kejadian bencana telah meningkat secara signifikan dalam satu dekade
terakhir.Pada kurun waktu tersebut Indonesia dilanda 11.274 kejadian bencana
yang telah menelan korban jiwa sebanyak 193.240 orang dan mengakibatkan
total kerugian sekurang-kurangnya Rp420 triliun. Besarnya kerugian ini akan
berpengaruh pada beban APBN per tahun sehingga perlu adanya satu rencana
terpadu penanggulangan bencana dalam 5 tahunke depan. Rencanaini yang
disebut sebagai RENAS PB 2015-2019.
Secara geografis, Indonesia terletak di wilayah yang rawan bencana,
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja dan
kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi
kehidupan masyarakat. Posisi wilayah Indonesia yang berada di garis
Katulistiwa dan berbentuk Kepulauan menimbulkan potensi tinggi terjadinya
berbagai jenis bencana hidrometeorologi, yaitu banjir, banjir bandang,
kekeringan, cuaca ekstrim (angin puting beliung), abrasi, gelombang ekstrim
dan kebakaran lahan dan hutan. Fenomena perubahan iklim memberikan
kontribusi terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi. Meningkatnya
jumlah penduduk yang diikuti meningkatnya permukiman yang kurang
terkendali serta tingginya perkembangan teknologi menimbulkan potensi tinggi
terjadinya bencana antropogenik yaitu epidemik dan wabah penyakit, serta
kegagalan teknologi (kecelakaan industri).
Selain faktor alam, kurangnya informasi masyarakat terhadap tanda-tanda
penanganan bencana sering kali menjadi hambatan tersendiri dalam upaya
penanggulangan bencana. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah
strategis bidang kesehatan khususnya oleh perawat komunitas untuk
penanggulangan bencana. Peran perawat yang berkaitan dengan kejadian
bencana sangat diperlukan baik untuk kesiapsiagaan saat tanggap darurat
maupun pasca bencana di pengungsian.
1. Tingkat pusat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen setingkat menteri yang memiliki
fungsi perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan
efisien; dan pengoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai
tugas :
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil
dan setara.
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan.
c. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.
d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap
saat dalam kondisi darurat bencana
e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan
h. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
Tugas dan kewenangan Departemen Kesehatan adalah merumuskan
kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan
penanganan krisis dan masalah kesehatan lain baik dalam tahap sebelum,
saat maupun setelah terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan
instansi terkait baik Pemerintah maupun non Pemerintah, LSM, Lembaga
Internasional, organisasi profesi maupun organisasi kemasyarakatan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu Departemen
Kesehatan secara aktif membantu mengoordinasikan bantuan kesehatan
yang diperlukan oleh daerah yang mengalami situasi krisis dan masalah
kesehatan lain.
Gambar 1. Struktur Organisasi BNPB
Gambar 2 Struktur organisasi dalam Departemen Kesehatan pada
penanggulangan bencana
C. Tsunami
a) Defisini Tsunami
Kata tsunami berasal dari Jepang, yang dimana tsu berarti
pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami biasa terjadi jika
gempa bumi berada di dasar laut dengan pergerakan vertikal yang
cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan gunungapi
di laut atau terjadi longsoran di laut. Karena terdiri dari pulau-pulau,
maka Indonesia sangat rawan mengalami bencana tsunami. Bencana
tsunami merupakan suatu gelombang laut sangat besar yang
dihasilkan oleh perubahan vertikal massa air dan diakibatkan oleh
gangguan massa air di laut dalam secara tiba-tiba
(NERC,2000;Abbott, 2004 dalam Sunarto dkk, 2014:58). Tsunami
merupakan bencana yang biasanya terjadi setelah terjadinya gempa
bumi, namun tidak semua gempa mengakibatkan tsunami. Hanya
gempa besar dengan skala tertentu yang merupakan penyebab atau
pemancing tsunami.
b) Peyebab Tsunami
1) Pusat gempa dibawah dasar laut.
2) Kedalaman <60 Km (dangkal).
3) Kekuatan e”6 - e”6.5 SR.
4) Dasar laut mengalami penyesaran vertical (sesar naik atau sesar
turun).
5) Kolom air laut di atas episentrum tebal.
6) Terjadi ledakan dahsyat gunungapi dibawah
7) permukaan air laut (contoh; Gunungapi Krakatau, 1883).
8) Terjadi longsoran besar didasar laut
D. Banjir Bandang
a) Definisi Banjir Bandang
Banjir merupakan kejadian meningkatnya volume air dalam
saluran dan melampaui kapasitas daya tampung saluran. Sedangkan
banjir bandang merupakan banjir yang berlangsung dalam waktu yang
singkat sekitar 6 jam disebabkan oleh hujan lebat, bendungan jebol,
tanggul jebol. Karakteristik banjir bandang dengan cepatnya kenaikan
muka air sungai/saluran. Pada proses banjir bandang merupakan
proses lanjutan, dengan didahului oleh tanah longsor akibat hujan
lebat. Banjir bandang membawa material berupa lumpur, batang kayu,
dan batu-batuan yang merupakan hasil longsoran. Banjir bandang
memiliki sifar sangat merusak dan menimbulkan banyak korban jiwa
pada daerah yang dilalui akibat tidak sempatnya dilakukan evakuasi
pada saat kejadian, dan kerusakan pada bangunan akibat gempuran
material yang dibawa banjir.
b) Peyebab Banjir Bandang
Banjir Bandang dipicu oleh beberapa faktor antara lain,
geomorfologi yang bergunung dan lereng curam; formasi geologi
terdiri dari batuan vulkanik muda; vegetasi penutup tidak mendukung
penyerapan air hujan seperti hutan gundul, lahan kritis, dan tumbuhan
yang ada tidak mampu menopang tanah; kejadian longsor yang
menyebabkan terbendungnya sungai dibagian hulu; perilaku
eksploatif manusia terhadap lingkungan tanpa dilakukan konservasi
tanah dan air. Pada umumnya untuk kejadian banjir bandang didahului
oleh:
1) Hujan lebat
2) Banyak pohon tumbang
3) Kayu terbawa pemukiman
4) Debit air lebih tinggi
5) Air keruh
6) Penyusutan muka air sungai
7) Adanya suara gemuruh
Daerah yang merupakan kawasan rawanbencana banjir
bandang antara lain, kawasan dengan bentang alam kontras antara
perbukiran dengan kemiringan lereng yang curam menjadi dataran
rendah; daerah zona endapan yang membentuk bentang lahan berupa
aluvial fan yaitu zona akumulasi sedimen banjiryang membentuk
morfologi seperti kipas; daerah hulu terdiri dari batuan lapuk pada
zona gempa, sehinga adanya gempa akan memicu terjadinya longsor
pada tebing sungai dengan kelerengan tinggi.
2.2 Identifikasi Penyakit Khusus Beserta Penanganannya
2.2.1 Penyakit Akibat Gempa Bumi dan Penanganannya
A. Penyakit Akibat Gempa Bumi
Salah satu permasalahan kesebatan akibat bencana adalah
meningkatnya potensi kejadian penyakit menular maupun penyakit tidak
menular. Bahkan, tidak jarang kejadian luar biasa (KLB) untuk beberapa
penyakit menular tertentu, seperti KLB diare dan disentri yang
dipengaruhi lingkungan dan sanitasi yang memburuk akibat bencana
seperti banjir. Diagram 1, misalnya, memperlihatkan infeksi saluran
pemafasan akut (ISPA) merupakan keluhan yang paling banyak diderita
pengungsi sepuluh jenis penyakit bencana letusan Gunung Merapi tahun
2010 di Kabupaten Sleman. Data EHA - WHO Indonesia (2010) per 27
Oktober 2010 juga mencatat 91 korban bencana Merapi harus dirujuk ke
RS Sardjito di Y ogyakarta, sebagian besar diantaranya karena
mengalami gangguan pemafasan dan!atau Iuka bakar.
Nur, Arief Mustofa. 2010. Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya. Balai Informasi
dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI. Jurnal Geografi :
Volume 7 No. 1 Januari 2010
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/92/93 (05/09/2019)
Utomo, Kukuh Setio et. al. 2018. Kajian Kesiapsiagaan terhadap Bencana Tsunami
di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Jurnal GeoEco :
Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 68-76
Suryani, Anih Sri. (2014). Dampak Negatif Abu Vulkanik Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan. Vol. VI, No. 04/II/P3DI/Februari/2014
Widodo, Dwi Rustiono, Sutopo, Purwo Nugroho dan Donna Asteria. (2017).
Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan
Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ilmu Lingkungan. Vol.15. Issue. 2:135-142, ISSN 1829-8907
Adi, Seno. April 2103. Characterization of Flash Flood Disaster in Indonesia.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesi. Vol 15, No. 1, Pp 42-51.
Junaidi Rigo, Adnil E, Rosfita R. 2015. Gambaran Angka Kejadian Gangguan
Anxietas pada Warga Batu Busuk Kelurahan Padang Besi Kecamatan
Lubuk Kilangan Kota Padang Akibat Banjir Bandang 24 Juli 2012. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol 4, No 2, Pp 519-522
Permenkes RI Nomor 949/ Menkes/ SK/ VIII/ 2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
Permenkes RI Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.
Agus, Tri. 2019. Pengaruh Debu Vulkanik Pada Erupsi Gunung Berapi DIY
Terhadap Kesehatan Paru. Uniersitas Banten Jaya. Vol. 2 No. 1 Februari
2019
Marniati. 2017. Identifikasi Sosial Budaya Ibu Terhadap Pencegahan Diare Pada
Balita. Aceh. Universitas Teuku Umar : Semdi Unaya-2017, 146-154