Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BENCANA GLOBAL DAN MANAJEMEN BENCANA DI INDONESIA

OLEH:

JUNIANDHITA RENJANI (14120210135)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah tentang "Bencana
Global dan Manajemen Bencana di Indonesia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Bencana yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
bapak dosen pengampu dan teman-teman kelas.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 28 Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Definisi Manajemen Bencana...............................................................................5
B. Gambaran Umum Bencana Global dan Sistem Pengurangan Bencana di
Indonesia....................................................................................................................6
C. Pengertian Bencana Global dan Jenis-Jenis Bencana Global...............................8
D. Tahapan Manajemen Bencana............................................................................10
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana telah menyebabkan banyak korban dan kerusakan dalam beberapa tahun
belakangan di wilayah Indonesia. Banyaknya bencana yang terjadi tidak terlepas dari
faktor letak geografis bangsa Indonesia. Indonesia terletak pada pertemuan lempeng
tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan kawasan beriklim tropik, sehingga
menjadikan sebagian wilayahnya rawan terhadap bencana alam.

Tahun 2018 merupakan tahun bencana di Indonesia. Tiga bencana besar terjadi
dengan selang waktu yang berdekatan. Gempabumi Nusa Tenggara Barat,
gempabumi , tsunami dan likuifaksi Sulawesi Tengah serta tsunami Selat Sunda
merupakan bencana yang banyak menyebabkan dampak baik korban dan kerusakan.
Selama tahun 2018 terjadi 2.572 kali kejadian bencana yang menyebabkan 4.814
orang meninggal & hilang, 21 ribu orang luka-luka dan 300 ribu lebih rumah
mengalami kerusakan. Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling
sering terjadi mencapai 96,8%, namun melihat dari jumlah korban meninggal &
hilang akibat bencana maka bencana geologi merupakan penyumbang terbesar.
Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menjadi langkah untuk menurunkan dampak
terhadap bencana yang terjadi. Pelibatan tokoh masyarakat dalam kegiatan
penanggulangan bencana dapat menjadi jalan untuk memberikan pengetahuan
kebencanaan yang akhirnya dapat memengaruhi sikap dan perilaku mereka saat
terjadi bencana.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi manajemen bencana?
2. Apa saja gambaran umum bencana global dan sistem pengurangan bencana di
Indonesia?
3. Apa itu bencana global dan jenis-jenis bencana global?
4. Apa saja tahapan manajemen bencana?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan apa itu definisi manajemen bencana
2. Untuk mendeskripsikan apa saja gambaran umum bencana global dan sistem
pengurangan bencana di Indonesia
3. Untuk menjelaskan pengertian bencana global dan jenis-jenis bencana global
4. Untuk mendeskripsikan tahapan manajemen bencana.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Bencana


Manajemen penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai segala upaya
atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang
dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis,
yang dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan pengawasan dalam
penanggulangan bencana. Proses tersebut juga melibatkan berbagai macam
organisasi yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan akibat bencana.

Gambar Proses Manajemen Bencana.

5
B. Gambaran Umum Bencana Global dan Sistem Pengurangan Bencana di
Indonesia
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi
(gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat faktor
hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat
faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman),
akibat kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi
nuklir, pencemaran bahan kimia), serta kerusakan lingkungan (kebakaran hutan dan
lahan, tumpahan minyak, dan lain lain) (Laporan Kajian Bencana, 2015). Wilayah
Indonesia berada pada kawasan rawan bencana alam. Pertemuan tiga lempeng
tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di
bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur yang saling bergerak dan
bertumbukan, sehingga menimbulkan jalur gempa bumi dan rangkaian gunung api
aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang sejajar
dengan jalur penunjaman kedua lempeng yaitu Lempeng Indo-Australia dengan
Lempeng Eurasia. Lebih khusus lagi, jalur gempa bumi juga terjadi pada jalur
patahan regional seperti Patahan Sumatera/Semangko.

Selain disebabkan oleh faktor geologi tersebut, Indonesia terletak di sekitar


khatulistiwa yang beriklim tropis dan berbentuk kepulauan. Hal ini menyebabkan
secara hidrografi wilayah Indonesia rawan banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem,
gelombang ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan dan abrasi. Dampak negatif dari
perubahan iklim global semakin membuat wilayah Indonesia rentan terhadap
berbagai bencana terkait dampak perubahan iklim (Laporan Kajian Bencana, 2015).

6
Berikut adalah data terakhir peta risiko bencana di Indonesia.

Index Risiko Bencana Indonesia

Gambar tersebut menunjukkan perbedaan warna pada wilayah tertentu di


pulau-pulau di Indonesia menunjukkan intensitas risiko bencana yang berbeda.
Pada warna hijau menunjukkan risiko bencana yang rendah artinya tidak terlalu
berbahaya, sedangkan warna kuning menunjukkan intensitas sedang, dan merah
menunjukkan wilayah dengan intensitas risiko bencana tertentu dengan intensitas
tinggi atau sering dan berbahaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
memang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam (natural

7
disaster). Pada hasil pencatatan data bencana menunjukkan bahwa rata-rata
kejadian bencana dari tahun 2000-2014 lebih dari 1000 bencana (BNPB, 2014).
Data ini membuktikan bahwa bencana merupakan ancaman yang sangat nyata bagi
kehidupan masyarakat Indonesia. Sedangkan Berdasarkan perkiraan BNPB, jumlah
total penduduk yang terpapar bahaya kelas sedang dan tinggi adalah 148,4 juta jiwa
atau 62,4% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut dapat dibedakan
berdasarkan kelas yaitu 6,6 juta jiwa atau 2,79% terpapar bahaya kelas tinggi dan
141,8 juta jiwa atau 59,69% terpapar bahaya kelas sedang.

C. Pengertian Bencana Global dan Jenis-Jenis Bencana Global


Bencana Global dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang secara alami maupun
karena ulah manusia, terjadi secara mendadak atau berangsur-angsur, dan
menimbulkan akibat yang merugikan, sehingga masyarakat dipaksa untuk melakukan
tindakan penanggulangan. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang rawan
akan bencana. Hal ini disebabkan karena secara geografis, Indonesia berada diantara
dua Samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga akibatnya
rawan terkena bencana Tsunami. Wilayah Indonesia dikenal juga sebagai wilayah
tektonik (lempeng) aktif, hal itu disebabkan karena Indonesia berada di tiga lempeng
tektonik aktif utama, yaitu “Eurasia di sebelah utara, Samudera Hindia-Australia di
sebelah selatan dan lempeng Pasifik di timur.” (Kusumasari, 2014: 74). Beberapa
peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia diantaranya meliputi gempabumidan
tsunami di Aceh pada tahun 2004, gempabumidan tsunami di Pulau Niastahun 2005,
gempabumi di Yogyakarta tahun 2006. Perisiwa itu cukup menjadi bukti bahwa
Indonesia adalah wilayah yang rawan akan bencana. Fakta inilah yang kemudian
mendasari lahirnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana di Indonesia.

8
Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, dirumuskan tentang pengertian bencana dan jenis-jenis bencana yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan
harta benda, dan dampak psikologis.
2. Dalam undang-undang ini dijabarkan juga jenis-jenis bencana yang dikelompokan
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
3. Bencana alam didefinisikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
4. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
5. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Dari pengertian dan jenis-jenis bencana diatas, bisa dikatakan bahwa bencana dapat
memiliki dampak yang serius dan menimbulkan kerusakan baik itu dibidang ekologi,
ekonomi, dan kerusakan–kerusakan lainnya yang berkaitan erat dengan manusia dan
lingkungannya. Untuk mengatasi hal itu, maka Pemerintah Indonesia berusaha
melakukan penanggulangan dan pengurangan resiko bencana yang terjadi, dengan
cara membuat suatu lembaga yang berwenang dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang diberi nama Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. Badan tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan Peraturan

9
Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, yang merupakan penjabaran dari ketentuan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pembentukan
lembaga penanggulangan bencana ini diharapkan dapat melindungi masyarakat dari
bencana dan juga dapat mengurangi resiko bencana.

D. Tahapan Manajemen Bencana


Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk
mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
1) Pra Bencana
Tahapan pra bencana ini merupakan tahapan manajemen bencana pada kondisi
sebelum kejadian atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini, dan mitigasi.
1. Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak mudah dilakukan
karena menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin di teman masyarakat.
Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan
anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
2. Peringatan dini, langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan kepada
masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian seperti banjir, gempa
bumi, tsunami, letusan gunung api atau badai terjadi.
3. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana, sehingga jelas bahwa
mitigasi bersifat pencegahan sebelum kejadian.
2) Saat Kejadian Bencana
Saat peringatan dini ataupun tanpa peringatan sekalipun namun bencana tetap terjadi
maka di situlah diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat

10
mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.

1. Tanggap Darurat:
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan sarana dan prasarana.
Tanggap darurat adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian
bencana. Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan yang dibentuk di masing-
masing daerah atau organisasi. Dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang memiliki
Badan Penanggulangan Bencana (BPBD). Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam kondisi tanggap darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya,
sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena
dan diperkirakan tingkat kerusakannya
b) Penentuan status keadaan darurat bencana
c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat
pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana sangat besar dan
berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana
nasional
d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
yaitu:
1) Pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan papan
2) Perlindungan terhadap kelompok rentan, yaitu anak-anak, orang tua, wanita, pasien
rumah sakit, dan warga yang dianggap lemah lainnya

11
3) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital seperti saluran telepon,
jaringan listrik, air minum, akses jalan.

2. Penanggulangan Bencana:
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi
bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana
memerlukan keahlian dan pendekatan khusus menurut kognisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh
karena itu tim tanggap darurat harus diorganisir dan dirancang untuk dapat
menangani berbagai jenis bencana.

3) Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah
berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1. Rehabilitasi:
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Di tingkat
industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan jalannya
operasi perusahaan seperti sebelum terjadi bencana terjadi. Upaya rehabilitasi
misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalannya perusahaan
seperti semula.
2. Rekonstruksi:
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,
kelembagaan pada wilayah pasca-bencana baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya

12
peran serta masyarakat dalam segala kegiatan aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pasca-bencana. Proses rekonstruksi tidak mudah dan memerlukan upaya
keras dan terencana dan peran serta semua anggota masyarakat.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana alam memang tidak selalu bisa dicegah kemunculannya, begitu juga dengan
kerugian materi maupun korban jiwa yang ditimbulkannya, namun penting untuk
disadari bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan mengenai bencana
sejak dini, merupakan kunci utama mengurangi dampak bencana alam. Berbagai cara
telah diupayakan petugas bencana maupun relawan untuk menanggulangi masalah
ini, tidak sedikit membawakan hasil yang baik, tidak sedikit pula yang kurang
berdampak.
Kunci kesuksesan suatu upaya atau program berawal dari tiap pribadi, bagaimana
kesadaran masyarakat berperan aktif dalam sebuah gerakan kepedulian sosial bagi
sesama, gerakan yang menjangkau banyak jiwa di berbagai daerah, terdekat hingga
pelosok. Penyebaran informasi dan sosialisasi secara langsung maupun menggunakan
media, dapat menjadi tradisi yang baik di tengah masyarakat modern saat ini yang
sering kali acuh tak acuh kepada sesama.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Ainun Rosyida, Analisis perbandingan dampak kejadian bencana


hidrometeorologi dan geologi di indonesia, Jurnal dialog penanggulangan
bencana, 2019; 10(1):12-21
 M.Arsyad, Manajemen pelatihan dan penanggulangan bencana, Jurnal
manajemen penanggulangan bencana, 2017; 13(2):38-44
 Dio Mahardika, Manajemen bencana oleh badan penanggulangan bencana
daerah, J. manajemen bencana oleh bpbd, 2008; 5(5):44-49
 Anggun Dwi Panorama, Kerja sama pengurangan risiko bencana indonesia, J.
academia praja, 2021; 4(1):223-243
 Saraswati Ayudina Permana, Manajemen bencana oleh badan
penanggulangan bencana daerah di wilayah kecamatan sadananya, J.
manajemen bencana oleh bpbd, 2013; 8(1):99-101

15

Anda mungkin juga menyukai