Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MITIGASI BENCANA

TENTANG

TANGGAP DARURAT BENCANA

Oleh
Hafizd Huda Prayoga
0701212210

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Tanggap Darurat Penanggulangan
Bencana.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah Tanggap Darurat Penggulangan


Bencana ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca serta
penulis sendiri.

Medan, Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1
3
2. RUMUSAN MASALAH .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. DEFENISI BENCANA ........................................................................................... 4
2. PROSES PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA ...................... 6
3. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN LOGISTIK ............................. 11
BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP
1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 15
2 PENUTUP .................................................................................................................. 16
REFERENSI ...................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Letak geografis Indonesia di daerah Khatulistiwa dengan morfologi yang
beragam dari dataran sampai pegunungan tinggi menyebabkan Indonesia
termasuk negara yang paling rawan terhadap bencana.

Berdasarkan data Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi


Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR), Indonesia menduduki
peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan letusan
gunung berapi.

Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri,
diperlukan upaya manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah
upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian
bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban dan kerugian
yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011).

Dalam upaya penanganan risiko bencana harus disesuaikan dengan kondisi desa
setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan pertimbangan-pertimbangan dasar
yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut manajemen risiko yang terdiri
dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi
dan pengendalian risiko, monitoring dan reporting risiko.

iv
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan
pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada
kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster
preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap
kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/
kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika bencana.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa


pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan
penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana
(disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan
perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management
policies).

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga
kegiatan utama, yaitu:
A. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
B. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat
untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and
rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;
C. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi,
dan rekonstruksi.

Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal
justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang
sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi
bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat
maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan
apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana
memperkecil dampak bencana.

2
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana,
untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan
mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril
maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan
sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang
masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana
pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi
juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan,
trauma atau depresi.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana
adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi.

2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa itu bencana ?
B. Bagaimana proses penanggulangan bencana di Indonesia ?
C. Bagaimana penyelenggaraan manajemen logistiknya?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFENISI BENCANA
Pengertian bencana atau disaster menurut Wikipedia : disaster is the impact of a
natural or man-made hazards that negatively effects society or environment
(bencana adalah pengaruh alam atauancaman yang dibuat manusia yang
berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).

Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,


dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah
peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana
nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror. Sedangkan definisi

4
bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari
kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan
harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta
menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).

Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis


yaitu :
A. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti
kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung
meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
B. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,
kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan
komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:


A. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-
bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia
seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
B. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

5
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana
yaitu :
A. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada
fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,
lembaga dan masyarakat.
B. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact
ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang
darurat dilakukan.
C. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali
pada fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para
korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan
(denial), marah (angry), tawar-menawar (bargaing), depresi (depression)
hingga penerimaan (acceptance).

2. PROSES PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA


A. Peralatan
Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri ini
tentunya akan membutuhkan berbagai peralatan logistik, berikut ini
beberapa kebutuhan logistik yang dibutuhkan dan siap pakai saat bencana
terjadi:
1) Alat transportasi baik darat, laut, dan udara
2) Alat-alat berat
3) Tenda yang berukuran besar maupun kecil
4) Peralatan medis dan obat-obatan
5) Makanan instant

6
6) Alat penyedia air bersih
7) dll
Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya peralatan-
peralatan tersebut, penanggulangan bencana akan sangat sulit dilakukan.

B. Logistik
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi
delapan tahapan terdiri dari:
1) Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
 Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal
untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang
membutuhkan, di mana, kapan dan bagaimana cara
menyampaikan kebutuhannya.
 Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan
serta kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi
korban bencana yang akan ditanggulangi.
 Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan
adalah :
 Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran
memberikan gambaran langkah-langkah apa saja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan proses ini.
 Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
o Laporan-Laporan;
o Tim Reaksi Cepat;
o Media Massa;
o Instansi terkait;
 Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
 Penyusunan standar kebutuhan minimal.
 Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan
panjang.

7
2) Pengadaan dan/atau Penerimaan
 Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau
inventarisasi termasuk kategori logistik atau peralatan, dari
mana bantuan diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya,
seberapa banyak jumlahnya, bagaimana cara menggunakan
atau mengoperasikan logistik atau peralatan yang
disampaikan, apakah ada permintaan untuk siapa bantuan ini
ditujukan.
 Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan
untuk penanggulangan bencana dilaksanakan oleh
penyelenggara penanggulangan bencana dan harus
diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan dilakukan sesuai
dengan contoh formulir dalam lampiran.
 Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
 Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima
dari berbagai sumber.
 Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik
dan peralatan yang ada.
 Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala
prioritas kebutuhan.
 Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
 Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
 Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan
 Proses pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dilaksanakan secara terencana
dengan memperhatikan jenis dan jumlah kebutuhan,
yang dapat dilakukan melalui pelelangan, pemilihan

8
dan penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
 Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah
dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundangan
yang berlaku dengan memperhatikan kondisi pada
keadaan darurat.

3) Pergudangan dan/atau Penyimpanan


 Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data
penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada
unit pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita
acara penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan
pada waktu itu.
 Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang
logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam
gudang, berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang
menyerahkan, siapa yang menerima, cara penyimpanan
menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu
dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan atau
menggunakan metode last-in first-out.
 Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain
pemilihan tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas
penyimpanan, system pengamanan dan keselamatan, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

4) Pendistribusian
 Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan
disertai data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada
permintaan dan mendapatkan persetujuan dari pejabat
berwenang dalam penanggulangan bencana.

9
 Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang
akan menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan
peralatan yang diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi,
cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan, siapa
yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.
 Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
 Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
 Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan
peralatan yang harus disampaikan.
 Merencanakan cara penyampaian atau
pengangkutannya.

5) Pengangkutan
 Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka
dilaksanakan pengangkutan.
 Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis
logistik dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa
yang bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung
jawab keamanannya, siapa yang bertanggungjawab
menyampaikan kepada penerima.
 Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai
dengan berita acara dan bukti penerimaan logistik dan
peralatan yang diangkut.
 Maksud dan Tujuan Pengangkutan :
 Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan
peralatan dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima
 Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik
dan peralatan dari gudang ke tujuan.
 Mempercepat penyampaian.

10
 Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial
yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.

 Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:


 Penerimaan di tujuan
 Pertanggungjawaban

6) Penerimaan di Tempat Tujuan


Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di
tempat tujuan adalah:
 Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan
jenis bantuan yang diterima.
 Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
 Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,
sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.
 Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.

7) Pertanggungjawaban
Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah
dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan
maupun kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara
paripurna untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap
pemangku proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip
akuntabilitas dan transparansi.

3. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN LOGISTIK


Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana menganut
pola penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga atau
sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah, mulai dari:

11
A. Tingkat Nasional,
B. Tingkat Provinsi,
C. Tingkat Kabupaten/Kota.
Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan terjadi
termasuk di dalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti fungsinya,
sistem komando, sistem operasi, sistem perencanaan, system administrasi dan
keuangan, sistem komunikasi dan sistem transportasi.

Masing-masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen logistik


dan peralatan penanggulangan bencana menggunakan pedoman delapan
tahapan manajemen logistik dan peralatan, yang pada masingmasing tingkat
lembaga penyelenggara memiliki ciri-ciri khusus sebagai konsekuensi sesuai
dengan tingkat kewenangannya.

A. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan
peran tersebut BNPB mempunyai kemudahan akses dan koordinasi dengan
organisasi yang dapat membantu system manajemen logistik dan peralatan
untuk bencana. Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan
Tingkat Nasional adalah:
1) Seluruh komponen kelembagaan mematuhi dan melaksanakan sistem
manajemen logistik dan peralatan yang telah ditetapkan, baik dalam
keadaan prabencana, keadaan terjadi bencana, dan pascabencana.
2) Dukungan pemerintah, pemerintah tingkat provinsi, kabupaten/kota
atau atau lembaga lain dapat dikoordinasikan sesuai dengan sistem
manajemen logistik dan peralatan.
3) Menghimpun fakta dan informasi yang diperlukan oleh masyarakat
dari berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam
bentuk informasi melalui media massa yang mudah diakses.

12
4) Menjalankan Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana secara konsisten.
5) Berfungsi sebagai penanggung jawab atas tugas dan koordinasi
seluruh sumberdaya dalam penanggulangan bencana yang berkaitan
dengan logistik dan peralatan yang dipergunakan.
6) Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pendistribusian bantuan
dari luar negeri, dengan sistem satu pintu.
7) Menjadi koordinator dalam hal informasi dan komunikasi dalam
penanggulangan bencana. Dalam hal ini jaringan komunikasi antar
tingkatan organisasi pendukung sistem logistik dan peralatan harus
terjalin dengan baik.
8) Sistem logistik dan peralatan tingkat nasional merupakan pemegang
sistem komando bencana dalam hal logistik dan peralatan.

B. Tingkat Provinsi
Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Provinsi
adalah :
1) Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat provinsi
memiliki tanggung jawab, tugas dan wewenang di wilayahnya.
2) Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang
meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
3) Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan
logistik dan peralatan di area bencana.
4) Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area
bencana.
5) Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang
terlibat dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara
periodik kepada kepala BNPB.
6) Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap
tahapan manajemen logistik dan peralatan.

13
7) Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.

C. Tingkat Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat
Kabupaten/Kota adalah :
1) Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen
logistik dan peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap
darurat dan pemulihan darurat.
2) Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil,
peralatan dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-
pusat operasi (pos komando) di area bencana.
3) Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi
BPBD.
4) Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.

14
BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

1. KESIMPULAN
Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor), nonalam (gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial
(konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror).

Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan


darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka.

Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,


mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa
tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan
kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya
bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua
bukan masalah yang mudah. Dan juga terhambatnya laju perekonomian daerah
tersebut.

Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana


dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak
dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat

15
bencana dan pascabencana. Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian
yang disebabkan oleh bencana.

2. PENUTUP
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh
perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun
material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah
keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk
dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan
demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat
berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.

Demikianlah makalah Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana ini saya buat


dengan penuh perjuangan.
Perbanyak maaf dan diucapkan. Terimakasih

16
REFERENSI

1) http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana.
2) http://id.scribd.com/doc/70339439/Definisi-Bencana#
3) http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-peralatan-
dan-manajemen.html
4) http://www.bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana
5) http://www.pmi.or..id

6) Manajemen Penanggulangan Bencana, Palang Merah Indonesia, Jakarta 2007

17

Anda mungkin juga menyukai