Anda di halaman 1dari 22

WAWASAN KEMARITIMAN

“POTENSI DAN MITIGASI BENCANA”

DISUSUN OLEH :
ELKA WAHYU NINGSI
J1A121255
KESMAS E

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur patutlah dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Petensi dan Mitigasi Bencana” sesuai waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini disusun berdasarkan dari berbagai sumber melalui internet.


Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan masukan yang positif
dari berbagai pihak untuk kesempurnaannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih


atas segala kritikannya demi kelengkapan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa lainnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan penulisan........................................................................................2
D. Manfaat penulisan......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

A. Pengertian Mitigasi Bencana....................................................................3


B. Jenis-jenis Mitigasi.....................................................................................4
C. Tujuan dan Metode-Metode Mitigasi Bencana.......................................5
D. Bahaya-bahaya dan Pengaruh-pengaruh Mitigasi Bencana..................6
E. Kebijakan dan Strategi dalam Mitigasi Bencana...................................7
F. Manajemen Mitigasi Bencana.................................................................10
G. Kegiatan Mitigasi.....................................................................................11
H. Langkah-langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu bencana. 12

BAB III PENUTUP..............................................................................................19

A. Kesimpulan...............................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau-pulau


kecil dan pantai terpanjang Ke-2 didunia setelah kanada. Karena kondisi geografis
dan geologisnya wilayah Indonesia berpotensi mengalami bencana alam terutama
pulau-pulau kecil. Umumnya bencana yang terjadi menyebabkan penderitaan bagi
masyarakat,baik berupa korban jiwa manusia,kerugian harta benda maupun
kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah
dicapai.

Bencana diartikan sebagai suatu kejadian yang diluar kebiasaan (kondisi


normal). Bencana dapat dibagi dalam bencana fisik dan bencanan nonfisik.
Bencana selain disebabkan oleh factor alam yang diluar kondisi normal dapat juga
disebabkan oleh tindakan manusia yang secara simultan dapat mendatangkan
bencana.Salah satu bencana yang disebabkan oleh faktor alam yaitu tsunami.

Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng bumi yang aktif, yaitu
lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng
Filipina. Lempeng tersebut saling mendorong satu sama lain. Aktifitas lempeng
tersebut adalah penyebab tsunami paling sering di wilayah Indonesia.

Mitigasi merupakan berbagai tindakan/upaya preventif untuk meminimalkan


dampak negatifbencana yang diantisipasi akan terjadi dimasa dating disuatu
daerah tertentu,merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan semua
lapisan masyarakat. Mitigasi dapat bersifat structural maupun non structural.
Kedepan terdapat kecenderungan bahwa sudah menjadi kebutuhan untuk lebih
menitikberatkan pada upaya mitigasi ketimpang respon pasca bencana.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mitigasi bencana?
2. Apa jenis-jenis mitigasi?
3. Apa tujuan dari metode mitigasi bencana?
4. Apa bahaya-bahaya dan pengaruh-pengaruh mitigasi bencana?
5. Bagaimana kebijakan dan strategi dalam mitigasi bencana?
6. Bagaimana manajemen mitigasi bencana?
7. Apa langkah-langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu bencana?
C. Tujuan penulisan

adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah wawasan kemaritiman


2. Mengetahui pengertian, jenis-jenis, dan tujuan mitigasi bencana
3. Mengetahui pengaruh-pengaruh, strategi, dan manajemen mitigasi
bencana
4. Menambah wawasan mengenai arti penting mitigasi bencana
5. Memahami tentang bagaimana tindakan yang kita lakukan apabila terjadi
suatu bencana
D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu
dapat menambah pemahaman kita mengenai potensi dan mitigasi bencana, selain
itu dapat memberi pengetahuan kepada kita bagaimana menghadapi suatu
bencana apabila sudah terjadi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko


dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan
bencana, baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari
keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana,
diantaranya tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap
kategori bencana, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran
masyarakat dalam menghadapi bencana, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan
dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu dan
pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.
Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia)
diantaranya:
 Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
 Fokusnya bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan,
tenaga kerja, perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya.
 Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
 Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun
sendiri.
 Menggunakan sumber daya lokal (sesuai dengan prinsip desentralisasi)
 Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, serta pilihan subsidi biaya tambahan dalam
membangun rumah.
 Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.

3
 Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di
daerah rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun
implikasi politik
 Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
Untuk membantu Grameds untuk memahami mitigasi bencana, buku Pendidikan
ingkungan Hidup Dan Mitigasi Bencana Jilid 1 ini hadir dalam bentuk cerita,
gambar, serta permainan yang dapat membuat pembelajaran materi lebih menarik.

B. Jenis-jenis Mitigasi Bencana


Secara umum, mitigasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni mitigasi struktural
dan non-struktural. Mengacu pada arti mitigasi yang sudah dibahas sebelumnya,
adapun jenis-jenis mitigasi sebagai berikut:
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural merupakan upaya dalam mengurangi risiko bencana dengan
melakukan pembangunan prasarana fisik. Prasarana fisik yang dibangun harus
memiliki standar spesifikasi tertentu dan memanfaatkan teknologi. Beberapa contoh
yang bisa dipelajari misalnya:
 Penggunaan sistem peringatan dini untuk memperkirakan adanya tsunami
 Membuat struktur bangunan yang tahan terhadap gempa
 Menggunakan alat deteksi aktivitas gunung berapi
 Pembangunan kanal untuk mencegah banjir
Mitigasi struktural lebih mengedepankan tindakan mengurangi kerentanan
terhadap bencana, yakni dengan melakukan rekayasa bangunan yang tahan bencana.
Struktur bangunan yang tahan bencana yang dimaksud adalah yang tidak mengalami
kerusakan berarti dan membahayakan manusia jika terjadi bencana.
2. Mitigasi Non-Struktural
Merupakan upaya mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi melalui
peraturan tertentu atau kebijakan. Beberapa contoh mitigasi non struktural adalah:

4
 Larangan membuang sampah ke sungai, saluran air, selokan
 Mengatur secara baik tata ruang kota sesuai peruntukannya
 Mengatur kapasitas dalam pembangunan masyarakat
Mitigasi non-struktural lebih berhubungan dengan pembuatan kebijakan dan
peraturannya yang bertujuan mencegah terjadinya risiko bencana.

C. Tujuan dan Metode-Metode Mitigasi Bencana


Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian pada
saat terjadinya bahaya di masa mendatang.Tujuan utama adalah untuk mengurangi
resiko kematian dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan sekunder mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-kerugian sektor swasta sejauh
hal-hal itu mungkin mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan-tujuan ini
mungkin mencakup dorongan bagi orang-orang untuk melindungi diri mereka sejauh
mungkin.
Strategi mitigasi harus dirancang untuk aplikasi yang diusulkan program-program
mitigasi bencana dilaksanakan di Philipina tidak mungkin dapat diterapkan secara
langsung di Peru. Ada beberapa solusi baku. Beberapa elemen individu dan teknik-
teknik mitigasi akan dapat diterapkan.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut:
 Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan
kerusakan sumber daya alam.
 Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi
serta mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman.
Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia):

5
 Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
 Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga
kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
 Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
 Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun
sendiri.
 Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
 Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun
rumah.
 Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
 Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah
yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi
politik.
 Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.

D. Bahaya-bahaya dan Pengaruh-pengaruh Mitigasi Bencana


Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan
sifat bencana. Dalam setiap negara dan dalam setiap daerah, tipe bahaya-bahaya yang
dihadapi berbeda-beda. Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain mempunyai
sejarah-sejarah tentang kerusakan badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah
gempa bumi. Kebanyakan negara rentan terhadap beberapa kombinasi dari berbagai
bahaya dan semua menghadapi kemungkinan bencana-bencana teknologi sebagai
akibat kemajuan pembangunan industri. Pengaruh dari bahaya-bahaya yang mungkin
muncl dan kerusakan yang mungkin diakibatkan tergatung pada apa yang ada di
daerah itu.

6
Pemahaman dari bahaya-bahaya alam dan proses-proses yang menyebabkan
bahaya-bahaya itu adalah tanggung jawab dari para ahli seismologi, vulkanologi,
klimatologi, hidrologi dan para ilmuwan lainnya. Pengaruh dari bahaya alam terhadap
bangunan-bangunan dan lingkungan buatan manusia merupakan bahan kajian dari
para insinyur dan para ahli risiko. Kematian dan luka yang disebabkan oleh bencana-
bencana dan konsekuensi-konsekuensi dari kerusakan sehubungan dengan gangguan
masyarakat dan dampak-dampaknya terhadap ekonomi menjadi bidang penelitian
bagi para praktisi medis, ekonomi dan ilmu social, ilmu pengetahuan masih relative
muda, contohnya, sebagian besar catatan dari gempa yang menimbulkan kerusakan
dengan menggunakan instrumen-instrumen pembaca gerakan kuat diperoleh kurang
lebih tiga puluh delapan tahun yang lalu, dan hanya semenjak adanya foto satelit
badai-badai ropis sudah bisa secara rutin melacak. Pemahaman bahaya-bahaya
mencakup tentang:

 Bagaimana bahaya itu muncul


 Kemungkinan terjadi dan besarnya
 Mekanisme fisik kerusakan
 Elemen-elemen dan aktivitas-aktivitas yang paling rentan terhadap pengaruh-
pengaruhnya.
 Konsekuensi-konsekuensi kerusakan

E. Kebijakan dan Strategi dalam Mitigasi Bencana


1. Kebijakan

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain:

1) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama
bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur
masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum,

7
petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang
bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.
2) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

2. Strategi

Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:

1) Pemetaan.

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana.
Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama
dalam antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini
penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya adalah:

a. Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan


b. Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
c. Peta bencana belum terintegrasi
d. Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga
menyulitkan dalam proses integrasinya.

2) Pemantauan.

Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan


antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah

8
melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan
ekonomi dilakukan di beberapa kawasan rawan bencana.

3) Penyebaran informasi

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan
leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang
rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
Memberikan informasi ke media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah
salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan
terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah
dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.

4) Sosialisasi dan Penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-


LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan
kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu
diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan
alam di daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan
bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.

5) Pelatihan/Pendidikan

Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi
bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan,
pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat
pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk
kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

6) Peringatan Dini

Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil


pengamatan secara kontinu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan

9
secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu—waktu terjadi
bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui
pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam
menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan
bencana berupa saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan
(sementara atau seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan
lainnya.

F. Manajemen Mitigasi Bencana

a) Penguatan institusi penanganan bencana.


b) Meningatkan kemampuan tanggap darurat.
c) Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan risiko bencana.
d) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada sistem infrastruktur dan utilitas.
e) Meningkatkan keamanan tehadap bencana pada bangunan strategis dan penting.
f) Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah perumahan dan fasilitas
umum.
g) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan industri.
h) Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan sekolah dan anak-anak
sekolah.
i) Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-kaidah bangunan tahan
gempa dan tsunami serta banjir dalam proses pembuatan konstruksi baru.
j) Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena bencana, kerentanan
terhadap bencana dan teknik-teknik mitigasi.
k) Memasukkan prosedur kajian risiko bencana kedalam perencanaan tata ruang/ tata
guna lahan.
l) Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam jangka panjang setelah
terjadi bencana.

10
G. Kegiatan Mitigasi

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana dapat berupa kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan
gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan lainnya. Oleh karena itu peran mitigasi
bencana sangat diperlukan agar dapat mengurangi dampak dari bencana yang terjadi.
Adapun beberapa Kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

3. pengembangan budaya sadar bencana;

4. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;

5. identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;

6. pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

7. pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

8. pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan


hidup

9. kegiatan mitigasi bencana lainnya. Robot sebagai perangkat bantu manusia,


dapat dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi
bencana bekerja untuk mengurangi risiko terjadinya bencana.

Contoh robot mitigasi bencana diantaranya:


a. robot pencegah kebakaran

11
b. robot pendeteksi tsunami
c. robot patroli/pemantau rumah atau Gedung
d. robot pemantau gunung api
e. robot penghijauan
f. robot pembersih sungai
g. robot assistant untuk penyuluhan bencana
h. robot mitigasi bencana lainnya

Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:

1. kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)


2. kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)
3. kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan)
4. kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi)

Bila dilihat dari defisini, mitigasi berarti kegiatan yang dilakukan sebelum
bencana terjadi, untuk mencegah atau mengurangi dampak risiko bencana. Kegiatan
yang bersifat preventif masuk kategori pertama (mitigasi). Sementara kuratif
(penyembuhan) masuk dalam kategori 4, kegiatan pasca bencana. Untuk PRC2013,
robot yang dikompetiskan dapat mencakup rasamitigasi yang diperluas.

H. Langkah-langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu bencana


1) Bencana Banjir

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana banjir antara lain:

a. Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk menempatkan


fasilitas vital yang rentan terhadap banjir pada daerah yang aman.
b. Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan
dibuat bertingkat.
c. Pembangunan infrastruktur harus kedap air.

12
d. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut
sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk
mengurangi bencana banjir.
e. Pembersihan sedimen.
f. Pembangunan pembuatan saluran drainase.
g. Peningkatan kewaspadaan di daerah dataran banjir.
h. Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat)
i. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.
j. Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara penyimpanan/pergudangan
perbekalan, tempat istirahat/ tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi).

2) Bencana Tanah Longsor

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana tanah longsor antara lain:

a. Pembangunan permukiman dan fasilitas utama lainnya menghindari daerah


rawan bencana.
b. Menyarankan relokasi.
c. Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari
bahaya liquefaction
d. Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari
penurunan yang tidak seragam (differential settlement).
e. Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat
fleksibel.
f. Mengurangi tingkat keterjalan lereng.

3) Bencana Gunung Berapi

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gunung Api antara lain:

a. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau
di luar dari kawasan rawan bencana.

13
b. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan
atau lahan
c. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
d. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu
gunung api
e. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api
yang sering meletus, misalnya Gunung Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru
(Jatim), G. Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
f. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api
harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta kawasan Rawan
Bencana Gunung api (penyuluhan).
g. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api
hendaknya paham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika
terjadi letusan gunung api (penyuluhan)
h. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini
yang diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).
i. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan koordinasi
dengan aparat/Pengamat Gunung api.

4) Bencana Gempa Bumi

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana Gempa Bumi antara lain:

a. Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan


getaran/gempa.
b. Memastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas
bangunan.
c. Pembangunan fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi.
d. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
e. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan bencana.

14
5) Bencana Tsunami

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya tsunami


b. Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya
tsunami
c. Pembangunan tsunami Early Warning System
d. Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berisiko
e. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam
gayaair tsunami
f. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah
pemukiman. Tempat/ bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses
untuk menghidari ketinggian tsunami.

6) Bencana Kebakaran

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran


b. Peningkatan penegakan hukum
c. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan
kebakaran secara dini
d. Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan air dan Hydran untuk
pemadaman api
e. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara
ketat
f. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman
yang heterogeny
g. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di
daerahnya.

7) Bencana Kekeringan

15
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a. Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti


penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara
pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien
b. Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check
dam, reboisasi
c. Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk
menghindari penebangan hutan/tanaman
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan melaksanakan
pengelolaan Iahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.

8) Bencana Angin Siklon Tropis

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a. Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu


bertahan terhadap gaya angin
b. Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin
khususnya di daerah yang rawan angin topan
c. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang
terlindung dari serangan angin topan
d. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin

9) Bencana Wabah Penyakit

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di


jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah
terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi
melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan

16
b. Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi
c. Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya
manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi,
transportasi, logistik serta pembiayaan operasional
d. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan
menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua
jajaran.

10) Bencana Konflik

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana akibat konflik antara lain:

a. Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara


stabilitas ketentraman dan ketertiba
b. Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi
politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945
c. Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara
konsisten, berkeadilan dan kejujuran
d. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan
penghormatan, dan penegakkan HAM
e. Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur
negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna,
produktif, transparan, bebas dari KKN.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mitigasibencana adalah sebuah upaya untuk memperingan suatu dampak dari


terjadinya bencana. mitigasi bencana harusbenar-benar dilakukan ketik terjadi suatu
bencana baik longsor,banjir bandang, tsunami,dan lain-lain. Mitigasi bencana juga
harusbenar-benardirencanakan sematang mungkin agar dalampelaksanaan dilapangan
dapat berjalan dengan baik.

B. Saran

Dalam mitigasi bencana sebaiknya dilakukan dengan kerja sama yang baik
antara pihak pemerintah dan pihak masyarakat agar semua pihak tidak
kesulitan/menderita pada saat terjadi bencana.

I.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. “Mitigasi Bencana – Pengertian, Tujuan, Jenis &
Tahapan”,https://rimbakita.com/mitigasi-bencana/, diakses pada 26 Desember 2021.
Anonim. 2021. “Persiapan Bencana : Wikipedia”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Persiapan_bencana, diakses pada 26 Desember 2021.
Fetty Fitria. 2015. “Makalah Mitigasi Bencana”,
https://www.academia.edu/16525036/makalah_mitigasi_bencana, diakses pada 26
Desember 2021.

19

Anda mungkin juga menyukai