Anda di halaman 1dari 15

“MANAJEMEN BENCANA”

OLEH :
WIDYAWATI
J1A119086
REGULER A 2019

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah “Manajemen Bencana” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen saya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang manajemen bencana bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih dosen saya yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akansaya nantikan demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah ini.

Kendari, 28 Maret 2021

Widyawati

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Pengertian Manajemen Bencana................................................................................3
B. Tahapan Manajemen Bencana...................................................................................3
C. Contoh Manajemen Bencana.....................................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi
Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa
bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman
bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk
ancaman gempa serta enam untuk banjir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) selama Januari 2013 mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di
Indonesia. BNPB juga mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat
kejadian tersebut. kejadian bencana belum semua dilaporkan ke BNPB.
Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, rumah rusak sedang, rumah rusak
ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat
dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga sekarang,
BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai
daerah di Indonesia yang terkena bencana. Namun, penerapan manajemen bencana di
Indonesia masih terkendala berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan
informasi kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum maupun di tingkat
pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial kebencanaan
merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan manajemen bencana di
Indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana
sulit dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi
kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk
menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu manajemen bencana?
2. Bagaimana tahapan manajemen bencana?
3. Bagaimana contoh manajemen bencana?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen bencana
2. Memahami tahapan manajemen bencana
3. Mengetahui contoh manajemen bencana
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bencana


Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, manajemen bencana adalah suatu proses
dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana.
Tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut.
1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup. 
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban.
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman. 
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan
sosial daerah yang terkena bencana.
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut. 
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

B. Tahapan Manajemen Bencana


Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
menjelaskan bahwa bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Manajemen bencana merupakan suatu
proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman
melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
1. Pra Bencana
Tahapan pra bencana ini merupakan tahapan manajemen bencana pada kondisi
sebelum kejadian atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini, dan
mitigasi.
 Kesiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak
mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin di
teman masyarakat. Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena
sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi
datangnya suatu bencana.
 Peringatan dini
Langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang
bencana yang akan terjadi sebelum kejadian seperti banjir, gempa bumi,
tsunami, letusan gunung api atau badai terjadi.
 Mitigasi bencana
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana adalah upaya untuk
mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana,
sehingga jelas bahwa mitigasi bersifat pencegahan sebelum kejadian.

2. Saat Kejadian Bencana


Saat peringatan dini ataupun tanpa peringatan sekalipun namun bencana tetap
terjadi maka di situlah diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk
dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau
kerugian dapat diminimalkan.
 Tanggap Darurat:
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana. Tanggap darurat adalah
tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana. Tindakan
ini dilakukan oleh tim penanggulangan yang dibentuk di masing-masing
daerah atau organisasi. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kondisi
tanggap darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan diperkirakan tingkat kerusakannya
b) Penentuan status keadaan darurat bencana
c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga
dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana sangat
besar dan berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan
sebagai bencana nasional
d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban
bencana yaitu:
a) Pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan papan
b) Perlindungan terhadap kelompok rentan, yaitu anak-anak, orang tua,
wanita, pasien rumah sakit, dan warga yang dianggap lemah lainnya
c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital seperti saluran
telepon, jaringan listrik, air minum, akses jalan.
 Penanggulangan Bencana:
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus
menurut kognisi dan skala kejadian. Tim tanggap darurat diharapkan mampu
menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu tim tanggap darurat harus
diorganisir dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.

3. Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka
langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
 Rehabilitasi:
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Di tingkat industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan untuk
mengembalikan jalannya operasi perusahaan seperti sebelum terjadi bencana
terjadi. Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan
memulihkan jalannya perusahaan seperti semula.
 Rekonstruksi:
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,
kelembagaan pada wilayahpasca-bencana baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala kegiatan aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca-bencana. Proses rekonstruksi tidak mudah
dan memerlukan upaya keras dan terencana dan peran serta semua anggota
masyarakat lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktifitas
yang menjadi informasi.

C. Contoh Manajemen Bencana


1. Gunung Berapi
(1) Pra erupsi.
a. Sadar jarak dan level kerawanan lokasi rumahmu dengan gunung berapi.
b. Tetap memantau berita tentang status gunung berapi yang berada di dekat
tempat tinggalmu.
c. Mempelajari tahapan proses gunung berapi ketika akan meletus sehingga
kamu lebih siaga dan tahu kapan harus mengevakuasi diri.
d. Simak dan ikuti arahan dari petugas berwenang tentang status dan radius
aman dari puncak gunung berapi.
e. Hapalkan jalur-jalur evakuasi dan tempat perlindungan yang biasanya
sudah ditentukan oleh pihak berwenang, jika sewaktu-waktu gunung
meletus kamu tidak panik dan kebingungan karena sudah tahu kemana
harus menyelamatkan diri.
f. Jika status gunung berapi meningkat, ajak keluargamu untuk menyiapkan
segala keperluan penting sebelum terjadi letusan. Makanan, minuman,
uang tunai, obat-obatan P3K, senter dan radio yang menggunakan baterai,
baterai ekstra, pakaian hangat/selimut, masker, kantung tidur, dan kemas
dalam satu tas ransel agar bisa langsung dibawa saat proses evakuasi.
g. Gunakan masker sekali pakai, pilih yang kerapatannya tinggi seperti N95
yang mampu menghalangi 95% partikel yang masuk ke hidung. Siapkan
juga kacamata pelindung.
h. Diskusikan dengan orang-orang di rumahmu rencana untuk tetap
berkomunikasi selama evakuasi saat erupsi terjadi.
(2) Saat Gunung Berapi Meletus
a. Patuhi perintah evakuasi dari pihak berwenang, tinggalkan tempat yang tak
aman, segera menuju ke titik kumpul, jangan bandel untuk tidak mengikuti
petunjuk yang justru dapat merugikan diri sendiri.
b. Hindari arah angin yang searah dengan abu vulkanik agar tidak terkena
hujan abu.
c. Hindari daerah lereng gunung, sungai, aliran lahar dan lembah yang dapat
berisiko terkena material dari gunung berapi.
d. Pakailah masker, pakaian tertutup, topi, kacamata pelindung. Jika kondisi
mendesak tak ada masker, pakai kain (basah) untuk menutupi mulut dan
hidung agar terhindar dari menghirup debu vulkanik.
e. Hindari menggunakan lensa kontak.
f. Tetap berlindung di tempat aman, jangan beraktivitas di luar dalam waktu
lama.
g. Tetap dan pantau keluarga untuk tetap bersama saat evakuasi.

(3) Pasca Erupsi


a. Pantau perkembangan kondisi terkini lewat radio.
b. Hindari tempat yang terkena hujan abu karena partikel-partikel dari abu
tersebut dapat merusak paru-paru.
c. Hindari aliran sungai saat baru selesai erupsi gunung berapi.
d. Saat kondisi telah aman, mulailah membersihkan atap rumah dari abu
vulkanik karena jika tertimbun di atap, dapat menjadi beban tambahan
yang berisiko merubuhkan rumah. Lakukan dengan hati-hati.
e. Hindari menyalakan AC jika ruangan rumah belum bersih dari abu
vulkanik.
f. Mesin mobil dapat rusak jika terkena paparan abu vulkanik, sebisa
mungkin menggunakan kendaraan lain saat keluar rumah.

2. Banjir

(1) Pra Banjir


a. Pantau berita atau informasi terbaru seputar banjir dan ramalan cuaca
b. Ketahui tanda-tanda peringatan yang berhubungan dengan bahaya
banjir, seperti Siaga I - Siaga IV dan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan.
c. Pahami rute evakuasi dan persiapannya
d. Ketahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga
apabila banjir terjadi.
e. Simpan berbagai dokumen penting di tempat yang aman dan tahan air.

(2) Saat Banjir

a. Segera menuju tempat aman yang telah ditentukan aparat berwenang


atau cari lokasi yang tinggi.
b. Cabut/matikan alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan
menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di
atas/dalam air.
c. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-
tempat lain yang tergenang air.
d. Jangan mengemudikan mobil menerobos wilayah banjir.
e. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya
kehabisan air bersih.

(3) Pasca Banjir

a. Hindari genangan air (jika masih ada) karena bahaya setrum listrik.
Jika perlu matikan saklar listrik PLN.
b. Saat membersihkan rumah, waspada binatang berbahaya seperti ular
yang sering hanyut saat banjir.
c. Hindari area yang airnya baru surut mungkin jalan bisa keropos dan
ambles
d. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
e. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
f. Jika menggunakan genset listrik darurat, pastikan pembuangan gas jauh
dari pintu/jendela untuk mencegah bahaya keracunan gas.
3. Gempa Bumi
(1) Pra Gempa Bumi

a. Masyarakat diminta menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila


gempa bumi terjadi.
b. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan
saat gempa bumi, seperti menunduk, perlindungan terhadap kepala,
berpegangan, ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
c. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan
persediaan obat-obatan.
d. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa
bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu Anda bisa merenovasi bagian
bangunan yang sudah rentan.
e. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan
lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
(2) Saat Gempa Bumi
a. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan
mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
b. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan jatuhnya pecahan kaca,
genteng atau material lainnya. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke
lapangan terbuka. Jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber listrik
atau gedung yang mungkin roboh.
c. Jangan gunakan lift apabila Anda berada di lantai atas dalam bangunan.
Gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah
berada dalam lift, segera tekan semua tombol, atau gunakan interphone
untuk panggilan kepada pengelola bangunan.
d. Kenali bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti apa sudut bangunan.
Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas
keamanan, ikuti instruksi evakuasi.
e. Saat Anda berada dalam mobil, Anda kemungkinan akan kehilangan
kontrol terhadap mobil. Maka jauhi persimpangan, pinggirkan dan
berhentikan mobil Anda di kiri bahu jalan. Kemudian ikuti instruksi
petugas berwenang dengan memerhatikan lingkungan sekitar atau melalui
alat komunikasi seperti radio dan gawai.
(3) Pasca Gempa Bumi
a. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa bumi
berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang
membahayakan saat evakuasi.
b. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
c. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.
d. Berdirilah di tempat terbuka yang jauh dari gedung dan instalasi listrik dan
air. Apabila di luar bangunan adalah lokasi dengan tebing di sekelilingnya,
maka hindari daerah yang rawan longsor.
e. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu
lintas.
f. Tetap waspada adanya gempa bumi susulan.
BAB III
PENUTUP
\

A. Kesimpulan
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, manajemen bencana adalah suatu proses
dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana.

B. Saran
Sebagai masyarakat yang tinggal di negara yang rentan terkena bencana alam,
kita harus memahami manajemen bencana agar dapat menjadi pengetahuan dasar kita
dalam menangani bencana yang sewatktu-waktu akan datang di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumasri, Bevola. 2014. Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal. Yogyakarta:
Gava Media.

Nurjanah, dkk. 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

Athoilah, Anton. 2010. Dasar-Dasar Manejemen. Bandung: CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai