i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lain-lain. Aktivitas tersebut mengambil tempat pada sebidang lahan
(industri, sawah, tambang, perkotaan, daerah pariwisata dan lain
sebagainya). Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia melakukan
perjalanan antara tata guna tanah tersebut dengan menggunakan sistem
jaringan transportasi.
Beberapa interaksi dapat dilakukan dengan telekomunikasi,
seperti telepon, faksimili atau surat. Akan tetapi hampir semua interaksi
yang terjadi memerlukan perjalanan dan oleh sebab itu akan
menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Sasaran umum dari
perencanaan transportasi adalah membuat interaksi menjadi semudah dan
seefisien mungkin (Jurnal PWK No. 3, 1997:37). Sebaran geografis
antara tata guna tanah (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari
fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung untuk mendapatkan
volume dan pola lalu lintas (sistem pergerakan). Volume dan pola lalu
lintas pada jaringan transportasi akan mempunyai efek feedback atau
timbal balik terhadap lokasi tata guna tanah yang baru dan perlunya
peningkatan prasarana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Transportasi
Transportasi adalah suatu proses pemindahan melalui jalur
perpindahan baik melalui prasarana alami seperti udara, sungai, laut atau
buatan manusia (man made) seperti jalan raya, jalan rel dan jalan pipa.
Objek yang diangkut dapat berupa orang ataupun barang dengan
menggunakan alat. sarana angkutan serta sistem pengaturan dan kendali
tertentu yakni adanya manajemen lalu lintas, sistem operasi, maupun
prosedur perangkutan. Dalam sistem transportasi, jalan merupakan unsur
yang paling mendukung keberlangsungan sarana transportasi. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
3
mengurangi biaya tempuh pergerakan
mempertinggi keselamatan pergerakan
mempertinggi keamanan
memperbaiki kenyamanan dan kemudahan fasilitas
transportasi yang ada
memperbaiki kehandalan fasilitas transportasi yang ada.
2. Mempertinggi efisiensi transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
mengurangi pemakaian kendaraan/ mobil pribadi
pemakaian kendaraan umum ditingkatkan
pemakaian sepeda angin dan pejalan kaki
mempertinggi kapasitas transportasi yang ada
3. Menekan beaya peningkatan kwalitas dan efisiensi sistem
transportasi yang ada Langkah yang dapat dilakukan :
menekan beaya investasi/ capital
menekan biaya operasi
4. Meminimkan dampak lingkungan dari adanya jasa transportasi dan
fasilitas transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
mengurangi kebisingan
mengurangi polusi udara
mengurangi penggunaan energi/ penghematan BBM
5. Informasi dampak sosial dan ekonomi yang positif dan mengurangi
dampak negatif dari fasilitas transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
pelayanan tranportasi khusus pada segolongan masyarakat
yang kurang beruntung ( missal Cacat )
distribusi pelayanan dan biaya transportasi yang lebih merata
dan adil
mengurangi penggusuran , dsb.
4
2.3. Permasalahan Transportasi Perkotaan
Salah satu yang menjadi permasalahan Transportasi perkotaan
adalah jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan indonesia
terjadi peningkatan dari tahun ke tahun akibat tingginya tingkat
urbanisasi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah negara yang
sedang berkembang, dalam hal ini instansi dan departemen terkait serta
para perencana transportasi perkotaan, adalah masalah kemacetan lalu
lintas serta pelayanan angkutan umum perkotaan. Adapun usaha
pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memecahkan masalah
transportasi perkotaan telah banyak dilakukan, baik dengan
meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada maupun dengan
pembangunan jaringan jalan baru, ditambah dengan rekayasa dan
manajemen lalu lintas terutama pengaturan efisiensi transportasi
angkutan umum dan pertambahan armadanya. Namun, berapapun
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membenahi
sistem transportasi ini hasilnyan adalah tetap akan terjadi yang namanya
kemacetan dan tundaan. Hal ini tetap tidak bisa dihindari karena
kebutuhan transportasi terus berkembang secara pesat, sedangkan
penyediaan fasilitas dan prasarana transportasi berkembang sangat
lambat sehingga tidak bisa mengikutinya.
Masalah lalu lintas tersebut jelas menimbulkan kerugian yang
sangat besar pada pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan bahan
bakar, pemborosan waktu (tundaan), dan juga rendahnya tingkat
kenyamanan dan lingkungan. Hal tersebut menyebabkan perlunya
dipikirkan alternatif pemecahan masalah transportasi, terutama
kemacetan di daerah perkotaan. Adapun Aspek permasalahan
transportasi perkotaan adalah :
1. Sarana dan Prasarana Lalu lintas masih terbatas
Tidak Seimbangnya pertumbuhan jumlah kendaraan sebesar
11,47 % per tahun dengan pertumbuhan prasaran jaringan
jalan yang hanya 4% per tahun
Fasilitas pejalan kaki (trotoar) belum memadai dan masih
sangat kurang
5
Kapasitas persimpangan masih terbatas
Sarana penyeberangan jalan belum memadai.
2. Manajemen Lalu Lintas belum berfungsi secara optimal
Kendaraan berpenumpang kurang dari dua orang masih terlalu
banyak
Fungsi jalan belum berpisah secara nyata (fungsi arteri masih
bercampur dengan fungsi lokal)
Jalan dan trotoar digunakan oleh pedagang kaki lima dan
usaha lainnya seperti bengkel dan parkir liar.
Lalu lintas sistem satu arah masih terbatas pada jalan tertentu.
Lajur Khusus Bus (LKB) baru diterapkan pada beberapa jalan
untuk jam tertentu saja.
Penerapan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas masih terbatas
pada jam tertentu saja.
3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai
Dari sekitar 2 juta kendaraan bermotor, tercatat jumlah
angkutan pribadi 86%, angkutan umum 2,51% dan sisanya
sebesar 11,49% adalah angkutan barang. Selain itu, diketahui
bahwa 57% perjalanan orang mempergunakan angkutan
umum sehingga proporsi angkutan penumpang menjadi tidak
seimbang, yaitu 2,51% angkutan umum harus melayani 57%
perjalanan orang sedangkan 86% angkutan pribadi hanya
melayani 43% perjalanan orang.
Tidak seimbangnya jumlah angkutan umum dengan jumlah
perjalanan orang yang harus dilayani menyebabkan muatan
angkutan umum melebihi kapasitasnya, terutama pada jam
sibuk.
Penataan trayek angkutan umum belum mengacu pada
hierarki jalan.
4. Disiplin pemakai jalan masih rendah
Disiplin pengendara, penumpang, maupun pejalan kaki masih
kurang.
6
Perubahan peraturan menyebabkan perlunya waktu untuk
penyesuaian
Pendidikan lalu lintas tidak masuk dalam pendidikan formal.
2.4. Kebutuhan Transportasi Perkotaan
Kecendrungan perjalanan orang dengan angkutan pribadi di
daerah perkotaan akan terus meningkat bila kondisi sistem transportasi
tidak diperbaiki secara lebih mendasar. Hal ini berarti akan lebih banyak
lagi kendaraan pribadi yang digunakan karena pelayanan angkuatan
umum tidak dapat diharapkan lagi. Beberapa faktor penyebab adalah
sebagai berikut:
Aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum yang
memadai.
Meningkatnya harga tanah di pusat kota mengakibatkan
tersebarnya lokasi pemukiman jauh dari pusat kota atau bahkan
sampai ke luar kota yang tidak tercakup oleh sistem jaringan
layanan angkutan umum.
Dibukanya jalan baru semakin merangsang penggunaan angkutan
pribadi karena biasanya di jalan baru tersebut belum terdapat
jaringan layanan angkutan umum pada saat itu.
Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau angkutan
pengumpan yang menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama
layanan angkutan umum.
Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan
akan tepat waktu yang diinginkan penumpang dalam pelayanan
angkutan umum.
7
transportasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya ada dua peran utama
prasarana transportasi :
8
tepat dijadikan solusi dalam pemecahan permasalahan transportasi di
Indonesia. Konsep ini juga telah banyak berhasil di terapkan di
negara maju lainnya sehingga pemerintah dan masyarakat Indonesia
bisa belajar banyak akan keberhasilan konsep sustainable transportation
dari Negara maju seperti Curitiba, Brazil dengan sistem
transportasi yang ramah lingkungan tersebut.
9
dari satu halte ke halte lain semakin lama sebagai akibat dari tidak
sterilnya jalur busway, kurangnya jumlah bus dibandingkan dengan
tingginya jumlah penumpang sehingga penumpang terpaksa penuh sesak
di dalam bus, terbatasnya pengisian tempat pengisian Bahan Bakar Gas
(BBG) sehingga busway lebih lama menunggu di tempat pengisian BBG
sehingga banyak penumpang yang terlantar, dan menurunnya kualitas
prasarana busway seperti shelter busway yang rusak serta jembatan
menuju shelter yang tidak nyaman. Di samping itu, tidak berjalannya
sistem feeder busway menyulitkan penduduk yang tinggal di daerah
suburban di daerah Bodetabek kesulitan untuk mencapai shelter
busway terdekat, tidak adanya gedung parkir di sekitar shelter membuat
pengguna kendaraan pribadi yang tinggal di daerah suburban enggan
untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi untuk menggunakan
busway yang akan menuju pusat kota. Pengoperasian busway
sebenarnya memiliki 15 koridor. Akan tetapi, koridor IX-XV belum
beroperasi. Berikut ini adalah gambar dari 15 koridor busway yang akan
dan telah beroperasi.
10
ini adalah dengan penggunaan jalur transportasi kereta api, karena
sistem angkutan ini dinilai mempunyai beberapa kelebihan terutama
dalam jumlah pengangkutan. Seperti dibuktikan kereta api Jabotabek,
satu rangkaian dengan empat buah gerbong bisa mengangkut sekitar
1.250 penumpang dalam waktu sekitar satu jam antara Bogor-Jakarta.
Jika jumlah penumpang ini diangkut dengan bus yang berkapasitas 75
orang (termasuk berdiri) maka akan dibutuhkan sekitar 17 buah bus
dengan waktu perjalanan dua kali lipat. Dengan melihat ilustrasi ini
maka jenis angkutan darat lainnya tak akan menandingi keandalan
kereta api.(Wibawa,1996) MRT adalah pengangkut massal serta
transportasi yang paling dapat diandalkan di Singapore. Sedangkan
Light Rapid Transit (LRT) yang masih dalam tahap perencanaan di DKI
Jakarta dan ketersediaannya hanya berada di kawasan tertentu yang
belum dijangkau MRT, dengan terbentuknya monorail dengan gerbong
2-3. MRT dikelola dan diatur oleh perusahaan milik pemerintah yang
namanya SMRT. Monorel Jakarta adalah sebuah sistem Mass Transit
dengan kereta rel tunggal (monorel) dengan jalur elevated, yang kini
pembangunannya tersendat. Rencananya monorail ini terdiri dari dua
koridor yang melintas di dalam kota. Pembangunan Monorail tersebut
kini sedang dalam pembangunan di Jakarta, Indonesia
11
penumpang. Sebuah system transit massa tidaklah secara otomatis
dijamin memiliki banyak calon penumpang seperti yang telah
diperkirakan, dengan pengecualian bagi orang-orang yang memang
bergantung pada transportasi public, yang perlu “diperjuangkan” untuk
dijadikan sebagai (bagian dari) system transit. Hal ini menuntut tarif
yang kompetitif (competitive fares), kehandalan (realibility), dan
kecepatan (speed) dari pengoperasiannya yang mana pertimbangan
matang diperlukan. Kota yang besar dengan jumlah penduduk yang
besar dan memiliki kendaraan pribadi dengan jumlah yang besar juga.
Jalan di kota besar dipenuhi dengan kendaraan-kendaran pribadi
setiap waktunya, sehingga tidak heran bila jalur transportasi
menjadi padat dan menimbulkan kemacetan. Seharusnya ada himbauan
untuk menggunakan angkutan masal agar tidak semua penduduk
menggunakan kendaraan pribadi yang dapat mengakibatkan kemacetan
pada jalan raya. Jalur lalu lntas sangat padat pada jam-jam sibuk, hal ini
disebabkan karena hampir seluruh masyarakat di Jakarta menggunakan
kendaraan pribadi dalam melakukan segala aktivitas.
12
penggunaan kendaraan pribadi dengan menegakan hukum transportasi
mengenai pajak kendaraan di Indonesia dengan meningkatkan tarif
pajak dan mengoptimalisasi penggunaan transportasi publik serta
pemanfaatan hasil perolehan pajak untuk perbaikan utilitas jalan dan
infrastruktur kota adalah solusi yang tepat dalam mengurangi
kemacetan lalu lintas dan berbagai masalah transportasi
kota yang ada saat ini. Sarana dan prasarana yang terdapat di
jalur transportasi sebaiknya diperbaiki dan dikembangkan.
Terdapat tiga kemungkinan yang menyebabkan jalur transportasi
tidak nyaman, seperti terdapat celukan, aspal yang tidak rata, dan
rambu-rambu kurang mencukupi. Pemasangan rambu-rambu
seharusnya ditempatkan di setiap tempat yang berbahaya. Namun
kenyataan belum semua terpasang dengan baik. Seperti halnya di
tikungan dan berjurang belum semua dipasang rambu-rambu dan pagar
pengaman yang mengitari jalan tersebut. Tiga penyebab gangguan pada
jalur transportasi dapat mengakibatkan kecelakaan pada pengguna
jalan. Sangat disayangkan bila kecelakaan sampai terjadi karena akibat
dari kontrol yang kurang dari petugas dan juga masyarakat hingga
menyebabkan jalur transportasi tidak aman dan nyaman. Dalam hal ini
dibutuhkan kerjasama antara petugas, masyarakat, dan pemerintah
dalam mencapai kenyamanan bersama. Untuk estetika, adanya
penambahan jalur hijau di sepanjang jalur transportasi. Penanaman
pohon dan berbagai tanamanan disepanjang jalur transportasi sangat
berguna. Hal ini memberikan dampak yang baik untuk jalur
transportasi beserta pengguna jalur transportasi. Fungsi utama dari
penanaman pohon sebagai penghasil oksigen yang sangat dibutuhkann
setiap makhluk hidup. Karbondioksida dan gas buangan dari
kendaraan bermotor akan diserap oleh tanaman tersebut, sehingga
penyakit pernapasan dan kanker yang ditimbulkan pada gas buangan
bisa ditekan. Disamping itu, perluasan Ruang terbuka hijau dan jalan
bagi pejalan kaki sangat diprioritaskan agar masyarakat khususnya bagi
para pejalan kaki merasa nyaman dan aman dengan desain
pedestrian yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Dengan
demikian, konsep transportasi berkelanjutan akan berjalan dengan
13
keteraturan dan kedisiplinan para pengguna jalan tentunya. Selain itu,
perbaikan transportasi public yang ada sangat diutamakan sebagai salah
satu daya tarik masyarakat agar menggunakan Transportasi public yang
telah tersedia sehingga kemacetan di lalu lintas akan berkurang dan
Jalan menjadi lebih berwawasan lingkungan juga dengan
pembangunan taman-taman kota dan green sidewalk di setiap tepi
jalan dengan prasarana jalan yang memadai seperti adanya Halte
Bus dan Stasiun Monorail setiap pemberhentian di beberapa point
tertentu
14
BAB III
PENUTUP
2.7. Kesimpulan
1. Permasalahan yang terjadi pada sistem transportasi perkotaan adalah
akibat semakin banyak jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi.
Yang dimana masih lambatnya perkembangan prasarana transportasi
untuk bisa memecahkan masalah lalu lintas khusus kemacetan yang
terjadi.
2. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas dimana pertumbuhan
jumlah kendaraan sebesar 11,47 % / tahun sedangkan pertumbuhan
prasarana jaringan jalan hanya 4 % / tahun
3. Manajemen Lalu lintas belum berfungsi secara optimal
4. Pelayanan angkutan umum penumpang masih belum memadai
5. Kurangnya kesadaran para pengguna jalan dengan masih rendahnya
nilai disiplin dalam berkendara
6. Kurangnya seseorang untuk melakukan perjalan dengan menggunakan
fasilitas umum ( angkutan umum) di bandingkan menggunakan
kendaraan Pribadi
7. Tingkat pertumbhan prasarana transportasi yang tidak bisa mengejar
tingginya laju pertumbuhan kebutuhan transportasi, hal ini disebabkan
keterbatasan dana dan waktu.
8. Penerapan Transportasi perkotaan yang sedang dilakukan di indonesia
khsuus di daerah jakarta adalah dengan menggadakan alat angkutan
massal beruapa Bus Rapid Transit (BRT), Bus Transjakarta,
9.
2.8. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.co.id/2011/11/sistem-transportasi-
perkotaan.html
16