Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Bab. 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
Bab. 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

2.1. Transportasi ............................................................................................. 4


2.2. Sistem Transportasi ................................................................................. 4
2.3. Permasalahan Transportasi Perkotaan .................................................. 6
2.4. Kebutuhan Transportasi........................................................................... 8
2.5. Alternatif dan Pemecahan Masalah ......................................................... 9
2.6. Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi ...................................... 10
2.6.1. Dampak Pergeseran Waktu ........................................................ 11
2.6.2. Dampak Pergeseran Rute / Lokasi ............................................. 11
2.6.3. Dampak Pergeseran Moda .......................................................... 11
2.6.4. Dampak Pergeseran Lokasi Tujuan ........................................... 12
2.7. Kebijakan Penunjang Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) .. 12
Bab. 3 PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 13
3.2. Saran ....................................................................................................... 14

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama,
yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang
perkembangan. Untuk pengembangan wilayah perkotaan yang baru,
fungsi merangsang perkembangan lebih dominan. Hanya saja
perkembangan tersebut perlu dikendalikan ( salah satunya dengan
peraturan ) agar sesuai dengan bentuk pola yang direncanakan.
Transportasi perkotaan mempunyai tujuan yang luas, yaitu
membentuk suatu kota dimana kota akan hidup jika sistem transportasi
berjalan baik. Artinya mempunyai jalan-jalan yang sesuai dengan
fungsinya serta perlengkapan lalu lintas lainnya. Selain itu transportasi
juga mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan dan meningkatkan
kemudahan pelayanan, memperluas kesempatan perkembangan kota,
serta meningkatkan daya guna penggunaan sumber-sumber yang ada.
Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga
biasanya dianggap membentuk satu landuse transport system. Agar tata
guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya
harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya
akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, tranportasi
yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi
sia-sia, tidak termanfaatkan.
Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi
oleh negara-negara yang telah maju (developed) dan juga oleh negara-
negara yang sedang berkembang (developing) seperti Indonesia baik di
bidang transportasi perkotaan (urban) maupun transportasi antar kota
(regional). Terciptanya suatu sistem transportasi yang menjamin
pergerakan manusia dan/atau barang secara lancar, aman, cepat, murah
dan nyaman merupakan tujuan pembangunan di sektor perhubungan
(transportasi).Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktivitas,
seperti industri, pariwisata, perdagangan, pertanian, pertambangan dan

1
lain-lain. Aktivitas tersebut mengambil tempat pada sebidang lahan
(industri, sawah, tambang, perkotaan, daerah pariwisata dan lain
sebagainya). Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia melakukan
perjalanan antara tata guna tanah tersebut dengan menggunakan sistem
jaringan transportasi.
Beberapa interaksi dapat dilakukan dengan telekomunikasi,
seperti telepon, faksimili atau surat. Akan tetapi hampir semua interaksi
yang terjadi memerlukan perjalanan dan oleh sebab itu akan
menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Sasaran umum dari
perencanaan transportasi adalah membuat interaksi menjadi semudah dan
seefisien mungkin (Jurnal PWK No. 3, 1997:37). Sebaran geografis
antara tata guna tanah (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari
fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung untuk mendapatkan
volume dan pola lalu lintas (sistem pergerakan). Volume dan pola lalu
lintas pada jaringan transportasi akan mempunyai efek feedback atau
timbal balik terhadap lokasi tata guna tanah yang baru dan perlunya
peningkatan prasarana.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada di atas adapun yang menjadi rumusan
masalah pada Makalah Sistem transportasi ini adalah :
1. Permasalah yang terjadi dari Transportasi Perkotaan
2. Bagaimana Kebutuhan Transportasi Perkotaan
3. Alternatif dan Pemecaham Masalah Transportasi Perkotaan
4. Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi
5. Menentukan beberapa Kebijakan penunjang konsep Manajemen
Kebutuhan Transportasi

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari Sistem transportasi perkotaan ini adalah
1. Untuk mengetahui penerapan sistem transportasi perkotaan
2. Untuk mengetahui akan kebutuhan Transportasi Perkotaan
3. Untuk mencari alternatif dan pemecahan masalah transportasi
perkotaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Transportasi
Transportasi adalah suatu proses pemindahan melalui jalur
perpindahan baik melalui prasarana alami seperti udara, sungai, laut atau
buatan manusia (man made) seperti jalan raya, jalan rel dan jalan pipa.
Objek yang diangkut dapat berupa orang ataupun barang dengan
menggunakan alat. sarana angkutan serta sistem pengaturan dan kendali
tertentu yakni adanya manajemen lalu lintas, sistem operasi, maupun
prosedur perangkutan. Dalam sistem transportasi, jalan merupakan unsur
yang paling mendukung keberlangsungan sarana transportasi. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

2.2. Sistem Transportasi


sistem transportasi merupakan suatu konsep perencanaan dan
kebijakan transportasi perkotaan yang bertujuan untuk mempertinggi
efisiensi dan optimasi sistem dan jaringan transportasi yang ada dengan
orientasi jangka pendek dan jangka menengah dengah biaya yang relatif
murah. anajemen Sistem Transportasi (MST) dijalankan dengan cara
mengoptimalkan jaringan fasilitas transport yang ada. Tujuan dari
Manajemen Sistem Transportasi (MST) setidaknya ada 5, yaitu sebagai
berikut :
1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas jasa pelayanan
transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
 memperpendek waktu tempuh pergerakan

3
 mengurangi biaya tempuh pergerakan
 mempertinggi keselamatan pergerakan
 mempertinggi keamanan
 memperbaiki kenyamanan dan kemudahan fasilitas
transportasi yang ada
 memperbaiki kehandalan fasilitas transportasi yang ada.
2. Mempertinggi efisiensi transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
 mengurangi pemakaian kendaraan/ mobil pribadi
 pemakaian kendaraan umum ditingkatkan
 pemakaian sepeda angin dan pejalan kaki
 mempertinggi kapasitas transportasi yang ada
3. Menekan beaya peningkatan kwalitas dan efisiensi sistem
transportasi yang ada Langkah yang dapat dilakukan :
 menekan beaya investasi/ capital
 menekan biaya operasi
4. Meminimkan dampak lingkungan dari adanya jasa transportasi dan
fasilitas transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
 mengurangi kebisingan
 mengurangi polusi udara
 mengurangi penggunaan energi/ penghematan BBM
5. Informasi dampak sosial dan ekonomi yang positif dan mengurangi
dampak negatif dari fasilitas transportasi yang ada
Langkah yang dapat dilakukan :
 pelayanan tranportasi khusus pada segolongan masyarakat
yang kurang beruntung ( missal Cacat )
 distribusi pelayanan dan biaya transportasi yang lebih merata
dan adil
 mengurangi penggusuran , dsb.

4
2.3. Permasalahan Transportasi Perkotaan
Salah satu yang menjadi permasalahan Transportasi perkotaan
adalah jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan indonesia
terjadi peningkatan dari tahun ke tahun akibat tingginya tingkat
urbanisasi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah negara yang
sedang berkembang, dalam hal ini instansi dan departemen terkait serta
para perencana transportasi perkotaan, adalah masalah kemacetan lalu
lintas serta pelayanan angkutan umum perkotaan. Adapun usaha
pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memecahkan masalah
transportasi perkotaan telah banyak dilakukan, baik dengan
meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada maupun dengan
pembangunan jaringan jalan baru, ditambah dengan rekayasa dan
manajemen lalu lintas terutama pengaturan efisiensi transportasi
angkutan umum dan pertambahan armadanya. Namun, berapapun
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membenahi
sistem transportasi ini hasilnyan adalah tetap akan terjadi yang namanya
kemacetan dan tundaan. Hal ini tetap tidak bisa dihindari karena
kebutuhan transportasi terus berkembang secara pesat, sedangkan
penyediaan fasilitas dan prasarana transportasi berkembang sangat
lambat sehingga tidak bisa mengikutinya.
Masalah lalu lintas tersebut jelas menimbulkan kerugian yang
sangat besar pada pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan bahan
bakar, pemborosan waktu (tundaan), dan juga rendahnya tingkat
kenyamanan dan lingkungan. Hal tersebut menyebabkan perlunya
dipikirkan alternatif pemecahan masalah transportasi, terutama
kemacetan di daerah perkotaan. Adapun Aspek permasalahan
transportasi perkotaan adalah :
1. Sarana dan Prasarana Lalu lintas masih terbatas
 Tidak Seimbangnya pertumbuhan jumlah kendaraan sebesar
11,47 % per tahun dengan pertumbuhan prasaran jaringan
jalan yang hanya 4% per tahun
 Fasilitas pejalan kaki (trotoar) belum memadai dan masih
sangat kurang

5
 Kapasitas persimpangan masih terbatas
 Sarana penyeberangan jalan belum memadai.
2. Manajemen Lalu Lintas belum berfungsi secara optimal
 Kendaraan berpenumpang kurang dari dua orang masih terlalu
banyak
 Fungsi jalan belum berpisah secara nyata (fungsi arteri masih
bercampur dengan fungsi lokal)
 Jalan dan trotoar digunakan oleh pedagang kaki lima dan
usaha lainnya seperti bengkel dan parkir liar.
 Lalu lintas sistem satu arah masih terbatas pada jalan tertentu.
 Lajur Khusus Bus (LKB) baru diterapkan pada beberapa jalan
untuk jam tertentu saja.
 Penerapan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas masih terbatas
pada jam tertentu saja.
3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai
 Dari sekitar 2 juta kendaraan bermotor, tercatat jumlah
angkutan pribadi 86%, angkutan umum 2,51% dan sisanya
sebesar 11,49% adalah angkutan barang. Selain itu, diketahui
bahwa 57% perjalanan orang mempergunakan angkutan
umum sehingga proporsi angkutan penumpang menjadi tidak
seimbang, yaitu 2,51% angkutan umum harus melayani 57%
perjalanan orang sedangkan 86% angkutan pribadi hanya
melayani 43% perjalanan orang.
 Tidak seimbangnya jumlah angkutan umum dengan jumlah
perjalanan orang yang harus dilayani menyebabkan muatan
angkutan umum melebihi kapasitasnya, terutama pada jam
sibuk.
 Penataan trayek angkutan umum belum mengacu pada
hierarki jalan.
4. Disiplin pemakai jalan masih rendah
 Disiplin pengendara, penumpang, maupun pejalan kaki masih
kurang.

6
 Perubahan peraturan menyebabkan perlunya waktu untuk
penyesuaian
 Pendidikan lalu lintas tidak masuk dalam pendidikan formal.
2.4. Kebutuhan Transportasi Perkotaan
Kecendrungan perjalanan orang dengan angkutan pribadi di
daerah perkotaan akan terus meningkat bila kondisi sistem transportasi
tidak diperbaiki secara lebih mendasar. Hal ini berarti akan lebih banyak
lagi kendaraan pribadi yang digunakan karena pelayanan angkuatan
umum tidak dapat diharapkan lagi. Beberapa faktor penyebab adalah
sebagai berikut:
 Aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum yang
memadai.
 Meningkatnya harga tanah di pusat kota mengakibatkan
tersebarnya lokasi pemukiman jauh dari pusat kota atau bahkan
sampai ke luar kota yang tidak tercakup oleh sistem jaringan
layanan angkutan umum.
 Dibukanya jalan baru semakin merangsang penggunaan angkutan
pribadi karena biasanya di jalan baru tersebut belum terdapat
jaringan layanan angkutan umum pada saat itu.
 Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau angkutan
pengumpan yang menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama
layanan angkutan umum.
 Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan
akan tepat waktu yang diinginkan penumpang dalam pelayanan
angkutan umum.

2.5. Penyediaan Transportasi

Yang dimaksud dengan penyediaan transportasi di sini adalah


prasarana transportasi.Ciri utama prasaran transportasi adalah melayani
pengguna (user) dan harus dapat digunakan di mana saja dan kapan
saja. Dengan demikian penting untuk diketahui secara tepat dan akurat
besarnya kebutuhan akan transportasi di masa mendatang, sehingga
dapat dihemat sumber daya dengan mengatur atau mengelola prasarana

7
transportasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya ada dua peran utama
prasarana transportasi :

a. Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah


perkotaan.
b. Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang
timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.

Peran utama sering digunakan oleh para perencana


pengembang wilayah untuk mengembangkan wilayahnya sesuai
dengan rencana. Suatu daerah pemukiman baru yang hendak
dipasarkan, perlu disediakan sistem prasarana transportasi, agar
Aksesibilitas pemukiman tersebut semakin tinggi, sehingga minat
pembeli bertambah besar untuk tinggal di kawasan tersebut. Hal yang
sama juga terjadi di lahan permukiman transmigrasi, yang selain
fasilitas rumah dan lahan kerja (ladang, sawah) yang sudah siap pakai
dan siap garap, perlu prasarana transportasi agar pemukiman tersebut
dapat berkembang. Perkembangan prasarana transportasi dapat
ditingkatkan sesuai dengan peramalan kebutuhan akan pergerakan pada
masa mendatang. Di sini peran kedua dari sistem prasarana transportasi
mulai tampak.

2.6. PENERAPAN TRANPORTASI BERKELANJUTAN DI


INDONESIA

Dewasa ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya


mensosialisasikan dan berusaha merealisasikan konsep sustainable
transportation. Langkah awal permerintah, yaitu dengan pembuatan
busway di Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan transportasi terutama
di kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Sedangkan realisasi
dari konsep sustainable transport lainnya masih dalam rencana, salah
satunya yaitu monorail. Rencana perbaikan sistem Kereta Api
Indonesia dengan perencanaan monorail sebenarnya telah disampaikan
beberapa tahun lalu, namun sampai saat ini hal tersebut belum
terealisasikan. Konsep Sustainable transportation ini memang sangat

8
tepat dijadikan solusi dalam pemecahan permasalahan transportasi di
Indonesia. Konsep ini juga telah banyak berhasil di terapkan di
negara maju lainnya sehingga pemerintah dan masyarakat Indonesia
bisa belajar banyak akan keberhasilan konsep sustainable transportation
dari Negara maju seperti Curitiba, Brazil dengan sistem
transportasi yang ramah lingkungan tersebut.

Berikut ini adalah beberapa penerapan Sistem


Transportasi di Indonesia yaitu Bus Rapid Transit (BRT) di Jakarta
diwujudkan dengan dibangunnya beberapa koridor. Bus Transjakarta
atau biasa juga disebut dengan Busway. Sejauh ini telah beroperasi 9
koridor busway dari 15 koridor yang direncanakan. Busway ini
sebenarnya memberikan harapan bagi warga ibukota untuk menjawab
solusi kemacetan yang ada karena memiliki keunggulan dari bus umum
lainnya. Busway dilengkapi dengan pendingin udara, waktu tempuh
yang relatif cepat dibanding kendaraan umum lainnya, dan memilki jalur
khusus sehingga tidak terkena dampak macet. Hal ini dapat dilihat dari
daya angkut dan volume penumpang busway yang meningkat setiap
tahunnya yaitu sebesar 10%-15% tiap tahunnya. Hal ini dapat
dilihat dari grafik sebagai berikut : Berdasarkan Gambar Jumlah
Penumpang Busway tersebut, terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah
penumpang busway selalu meningkat. Hasil penelitian Institute
Transportation and Developement Policy (ITDP) Indonesia,
perpindahan pengguna mobil pribadi ke busway mencapai 14 persen.
Direktur ITDP Indonesia, Fatimah Sari Nasution, menyatakan bus
Transjakarta merupakan angkutan umum tertinggi yang memindahkan
pengguna mobil pribadi dari seluruh program serupa di penjuru dunia
yang diasistensi oleh ITDP. Beberapa penelitian, termasuk dari
JICA mencatat angka 14 persen perpindahan dari pengguna mobil
pribad ke bus Transjakarta

Akan tetapi, setelah dicermati bahwa dua tahun terakhir atau


beberapa tahun yang akan datang peningkatan jumlah penumpang
diprediksi akan stagnan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang
menurunkan kualitas pelayanan Busway, diantaranya waktu tempuh bus

9
dari satu halte ke halte lain semakin lama sebagai akibat dari tidak
sterilnya jalur busway, kurangnya jumlah bus dibandingkan dengan
tingginya jumlah penumpang sehingga penumpang terpaksa penuh sesak
di dalam bus, terbatasnya pengisian tempat pengisian Bahan Bakar Gas
(BBG) sehingga busway lebih lama menunggu di tempat pengisian BBG
sehingga banyak penumpang yang terlantar, dan menurunnya kualitas
prasarana busway seperti shelter busway yang rusak serta jembatan
menuju shelter yang tidak nyaman. Di samping itu, tidak berjalannya
sistem feeder busway menyulitkan penduduk yang tinggal di daerah
suburban di daerah Bodetabek kesulitan untuk mencapai shelter
busway terdekat, tidak adanya gedung parkir di sekitar shelter membuat
pengguna kendaraan pribadi yang tinggal di daerah suburban enggan
untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi untuk menggunakan
busway yang akan menuju pusat kota. Pengoperasian busway
sebenarnya memiliki 15 koridor. Akan tetapi, koridor IX-XV belum
beroperasi. Berikut ini adalah gambar dari 15 koridor busway yang akan
dan telah beroperasi.

Kepadatan yang ditimbulkan di arus lalu lintas


mengakibatkan berbagai masalah yang terjadi di Indonesia. Negara-
negara maju telah memberi contoh cara menekan laju arus pada jalur
transportasi dipermukaan tanah, yaitu dengan cara membangun
angkutan kereta api bawah tanah (subway) dan melayang diatas tanah
(elevated). Hal ini sangat membantu mengurangi kemacetan yang
terjadi pada lalu lintas jalan raya di negara tersebut.
Kota yang besar dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki
kendaraan pribadi dengan jumlah yang besar juga. Jalan di kota besar
dipenuhi dengan kendaraan-kendaran pribadi setiap waktunya,
sehingga tidak heran bila jalur transportasi menjadi padat dan
menimbulkan kemacetan. Seharusnya ada himbauan untuk
menggunakan angkutan masal agar tidak semua penduduk menggunakan
kendaraan pribadi yang dapat mengakibatkan kemacetan pada jalan
raya. Peningkatan angkutan yang bersifat masal harus lebih intensive
dan nyaman. Salah satu alternatif terbaik untuk menjawab permasalahan

10
ini adalah dengan penggunaan jalur transportasi kereta api, karena
sistem angkutan ini dinilai mempunyai beberapa kelebihan terutama
dalam jumlah pengangkutan. Seperti dibuktikan kereta api Jabotabek,
satu rangkaian dengan empat buah gerbong bisa mengangkut sekitar
1.250 penumpang dalam waktu sekitar satu jam antara Bogor-Jakarta.
Jika jumlah penumpang ini diangkut dengan bus yang berkapasitas 75
orang (termasuk berdiri) maka akan dibutuhkan sekitar 17 buah bus
dengan waktu perjalanan dua kali lipat. Dengan melihat ilustrasi ini
maka jenis angkutan darat lainnya tak akan menandingi keandalan
kereta api.(Wibawa,1996) MRT adalah pengangkut massal serta
transportasi yang paling dapat diandalkan di Singapore. Sedangkan
Light Rapid Transit (LRT) yang masih dalam tahap perencanaan di DKI
Jakarta dan ketersediaannya hanya berada di kawasan tertentu yang
belum dijangkau MRT, dengan terbentuknya monorail dengan gerbong
2-3. MRT dikelola dan diatur oleh perusahaan milik pemerintah yang
namanya SMRT. Monorel Jakarta adalah sebuah sistem Mass Transit
dengan kereta rel tunggal (monorel) dengan jalur elevated, yang kini
pembangunannya tersendat. Rencananya monorail ini terdiri dari dua
koridor yang melintas di dalam kota. Pembangunan Monorail tersebut
kini sedang dalam pembangunan di Jakarta, Indonesia

Dari sisi transportasi, menciptakan kota berwawasan


lingkungan dapat diupayakan dengan mengurangi volume kendaraan,
yaitu melalui penggunaan angkutan umum massal atau penggunaan
kendaraan ramah lingkungan. Penggunaan sepeda telah diinisiasi oleh
komunitas yang menerapkan gaya hidup berwawasan lingkungan,
misalnya komunitas B2W (Bike to Work) di Jakarta. Sepeda menjadi
pilihan menarik karena biaya operasionalnya yang murah, dan
kesanggupan memperpendek waktu tempuh di jalanan yang macet,
akibat kemampuannya bermanuver di sela-sela kendaraan lain.
(Artiningsih etal, 2009). Satu sistem transit yang baru memperkenalkan
tambahan pilihan akan moda transportasi bagi penduduk perkotaan.
Sementara hal ini memiliki pengaruh positif bagi mobilitas perkotaan,
satu tantangana utama bagi semua system adalah untuk menarik

11
penumpang. Sebuah system transit massa tidaklah secara otomatis
dijamin memiliki banyak calon penumpang seperti yang telah
diperkirakan, dengan pengecualian bagi orang-orang yang memang
bergantung pada transportasi public, yang perlu “diperjuangkan” untuk
dijadikan sebagai (bagian dari) system transit. Hal ini menuntut tarif
yang kompetitif (competitive fares), kehandalan (realibility), dan
kecepatan (speed) dari pengoperasiannya yang mana pertimbangan
matang diperlukan. Kota yang besar dengan jumlah penduduk yang
besar dan memiliki kendaraan pribadi dengan jumlah yang besar juga.
Jalan di kota besar dipenuhi dengan kendaraan-kendaran pribadi
setiap waktunya, sehingga tidak heran bila jalur transportasi
menjadi padat dan menimbulkan kemacetan. Seharusnya ada himbauan
untuk menggunakan angkutan masal agar tidak semua penduduk
menggunakan kendaraan pribadi yang dapat mengakibatkan kemacetan
pada jalan raya. Jalur lalu lntas sangat padat pada jam-jam sibuk, hal ini
disebabkan karena hampir seluruh masyarakat di Jakarta menggunakan
kendaraan pribadi dalam melakukan segala aktivitas.

Penggunaan kendaraan pribadi di Indonesia meningkat


pesat setiap tahunnya, hal ini dikarenakan permintaan akan
kendaraan pribadi yang tinggi dan ketiadaan pemerintah dalam
membatasi jumlah kendaraan yang masuk di Negara kita ini. Sehingga
menimbulkan Pertambahan jumlah moda transportasi yang tak
terkendali dan melebihi daya kapasitas jalan yang ada, khususnya di
Jakarta. Pesatnya tingkat Urbanisasi yang terjadi di kota Jakarta ini
memberikan dampak negative terhadap perkembangan kota dan
menurunnya kualitas lingkungan akibat perkembangan infrastruktur
kota yang kadang kurang memperhatikan akan pentingnya
penghijauan kota dan utuilitas jalan. Selain itu, Penggunaan sumber
daya alam yang berlebihan (Bahan bakar minyak) sebaiknya dialihkan
menjadi energi alternative lainnya yang lebih menekan penggunaan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan mengurangi
penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Pembatasan jumlah kendaraan dan mengurangi

12
penggunaan kendaraan pribadi dengan menegakan hukum transportasi
mengenai pajak kendaraan di Indonesia dengan meningkatkan tarif
pajak dan mengoptimalisasi penggunaan transportasi publik serta
pemanfaatan hasil perolehan pajak untuk perbaikan utilitas jalan dan
infrastruktur kota adalah solusi yang tepat dalam mengurangi
kemacetan lalu lintas dan berbagai masalah transportasi
kota yang ada saat ini. Sarana dan prasarana yang terdapat di
jalur transportasi sebaiknya diperbaiki dan dikembangkan.
Terdapat tiga kemungkinan yang menyebabkan jalur transportasi
tidak nyaman, seperti terdapat celukan, aspal yang tidak rata, dan
rambu-rambu kurang mencukupi. Pemasangan rambu-rambu
seharusnya ditempatkan di setiap tempat yang berbahaya. Namun
kenyataan belum semua terpasang dengan baik. Seperti halnya di
tikungan dan berjurang belum semua dipasang rambu-rambu dan pagar
pengaman yang mengitari jalan tersebut. Tiga penyebab gangguan pada
jalur transportasi dapat mengakibatkan kecelakaan pada pengguna
jalan. Sangat disayangkan bila kecelakaan sampai terjadi karena akibat
dari kontrol yang kurang dari petugas dan juga masyarakat hingga
menyebabkan jalur transportasi tidak aman dan nyaman. Dalam hal ini
dibutuhkan kerjasama antara petugas, masyarakat, dan pemerintah
dalam mencapai kenyamanan bersama. Untuk estetika, adanya
penambahan jalur hijau di sepanjang jalur transportasi. Penanaman
pohon dan berbagai tanamanan disepanjang jalur transportasi sangat
berguna. Hal ini memberikan dampak yang baik untuk jalur
transportasi beserta pengguna jalur transportasi. Fungsi utama dari
penanaman pohon sebagai penghasil oksigen yang sangat dibutuhkann
setiap makhluk hidup. Karbondioksida dan gas buangan dari
kendaraan bermotor akan diserap oleh tanaman tersebut, sehingga
penyakit pernapasan dan kanker yang ditimbulkan pada gas buangan
bisa ditekan. Disamping itu, perluasan Ruang terbuka hijau dan jalan
bagi pejalan kaki sangat diprioritaskan agar masyarakat khususnya bagi
para pejalan kaki merasa nyaman dan aman dengan desain
pedestrian yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Dengan
demikian, konsep transportasi berkelanjutan akan berjalan dengan

13
keteraturan dan kedisiplinan para pengguna jalan tentunya. Selain itu,
perbaikan transportasi public yang ada sangat diutamakan sebagai salah
satu daya tarik masyarakat agar menggunakan Transportasi public yang
telah tersedia sehingga kemacetan di lalu lintas akan berkurang dan
Jalan menjadi lebih berwawasan lingkungan juga dengan
pembangunan taman-taman kota dan green sidewalk di setiap tepi
jalan dengan prasarana jalan yang memadai seperti adanya Halte
Bus dan Stasiun Monorail setiap pemberhentian di beberapa point
tertentu

14
BAB III
PENUTUP
2.7. Kesimpulan
1. Permasalahan yang terjadi pada sistem transportasi perkotaan adalah
akibat semakin banyak jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi.
Yang dimana masih lambatnya perkembangan prasarana transportasi
untuk bisa memecahkan masalah lalu lintas khusus kemacetan yang
terjadi.
2. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas dimana pertumbuhan
jumlah kendaraan sebesar 11,47 % / tahun sedangkan pertumbuhan
prasarana jaringan jalan hanya 4 % / tahun
3. Manajemen Lalu lintas belum berfungsi secara optimal
4. Pelayanan angkutan umum penumpang masih belum memadai
5. Kurangnya kesadaran para pengguna jalan dengan masih rendahnya
nilai disiplin dalam berkendara
6. Kurangnya seseorang untuk melakukan perjalan dengan menggunakan
fasilitas umum ( angkutan umum) di bandingkan menggunakan
kendaraan Pribadi
7. Tingkat pertumbhan prasarana transportasi yang tidak bisa mengejar
tingginya laju pertumbuhan kebutuhan transportasi, hal ini disebabkan
keterbatasan dana dan waktu.
8. Penerapan Transportasi perkotaan yang sedang dilakukan di indonesia
khsuus di daerah jakarta adalah dengan menggadakan alat angkutan
massal beruapa Bus Rapid Transit (BRT), Bus Transjakarta,
9.

2.8. Saran

Perlu dilakukan pengkajian ulang tentang Transportasi perkotaan baik di


bidang sarana dan prasarana agar kiranya masalah – masalah yang
berkaitan dengan transportasi perkotaan bisa di tekan turun

15
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin,Ahmad.2014”Pengertian dan tujuan manajemen transportasi”.


https://www.belajarsipil.com/2014/01/15/pengertian-dan-tujuan-manajemen-
sistem-transportasi/diakses pada jumat, 19 januari 2018 jam 10.00

http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.co.id/2011/11/sistem-transportasi-
perkotaan.html

Syarkawi,Thahir,Mukhtar.”Sistem transportasi”.Materi Kuliah Sistem


Transportasi Pertemuan 8

16

Anda mungkin juga menyukai