Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERBAIKAN TANAH
PERBAIKAN TANAH SECARA PERKUATAN (10 JENIS)

DOSEN PEMBIMBING
ROZA MILDAWATI.ST.MT

DISUSUN OLEH :
CAHYO ARIONO
153110314
KELAS VIC

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU

2018
P e r b a i k a n Ta n a h |

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum saya ucapkan kepada Dosen Prodi Perbaikan Tanah
ibu Roza Mildawati.ST.MT yang telah membantu memberikan pembelajaran
kepada mahasiswa, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah
ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya. Untuk itu besar harapan
saya jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul makalah ini sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.

Pekanbaru, 11 Maret 2018

Penyusun
P e r b a i k a n Ta n a h |

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Perumusan masalah............................................................................ 2
1.3. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan....................................................................................... 3
2.1. Perbaikan Tanah Secara Perkuatan..................................................... 3
2.1.1 Perbaikan Tanah dengan Cara Stone Columns........................ 3
2.1.2 Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Pile................................. 4
2.1.3 Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Compaction Pile............. 5
2.1.4 Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile (Kapur)................ 6
2.1.5 Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile (Semen)............... 7
2.1.6 Perbaikan Tanah dengan Cara Cerucuk................................... 8
2.1.7 Perbaikan Tanah dengan Cara Grouted Pile............................ 9
2.1.8 Perbaikan Tanah dengan Cara Grouting.................................. 9
2.1.9 Perbaikan Tanah dengan Cara Soil Nailing............................. 10
2.1.10 Perbaikan Tanah dengan Cara Material Geosynthetic
(Geotextile, Geomembran, Geogrid)........................................ 12
BAB III Penutup............................................................................................. 16
3.1. Kesimpulan......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 18
P e r b a i k a n Ta n a h |

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu teknik sipil, jenis tanah dilihat dari besar butiran tanah. Secara
garis besar dikedalaman tanah terdapat tanah yang mengandung butiran
berdiameter besar seperti pasir/ krikil, batuan dan tanah berbutir halus seperti
lanau, lempung. Tanah berbutir halus pada umumnya mempunyai kekuatan geser
lebih rendah dari tanah berbutir besar. Tanah berbutir halus yang sering dijumpai
adalah lempung atau lanau yang mempunyai tingkat kestabilan rendah, oleh
karena itu perlu diadakannya perbaikan tanah.
Dalam praktek usaha perbaikan tanah sering dijumpai dari cara yang
tradisional sampai cara yang modern. Kedua cara tersebut dapat diterima tetapi
secara ekonomi pada prinsipnya adalah stabilitas tanah ini untuk mencari
alternatif perbaikan tanah yang termurah dan berkonsidi cukup stabil. Hampir
selalu usaha perbaikan tanah menjadi mahal karena menyangkut perbaikan tanah
dalam volume yang sangat besar.

1.2 Perumusan Masalah


1) Jelaskan Perbaikan Tanah Secara Perkuatan!
2) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Stone Columns?
3) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Pile?

4) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Compaction Pile?

5) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile (Kapur)?

6) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile (Semen)?

7) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Cerucuk?

8) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Grouted Pile?

9) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Grouting?

10) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Soil Nailing?


P e r b a i k a n Ta n a h |

11) Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Material Geosynthetic (Geotextile,


Geomembran, Geogrid)?

1.3 Tujuan
1) Dapat menjelaskan Perbaikan Tanah Secara Perkuatan!
2) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Stone
Columns?
3) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Pile

4) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Sand


Compaction Pile

5) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile


(Kapur)

6) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile


(Semen)

7) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Cerucuk

8) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Grouted Pile

9) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Grouting

10) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Soil Nailing

11) Dapat menjelaskan Bagaimana Perbaikan Tanah dengan Cara Material


Geosynthetic (Geotextile, Geomembran, Geogrid)
P e r b a i k a n Ta n a h |

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbaikan Tanah Secara Perkuatan


Perbaikan tanah secara perkuatan tanah (soil reinforcement) adalah suatu
jenis stabilisasi tanah yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau
mempertahankan kemampuan dan kinerja tanah sesuai syarat teknis yang
dibutuhkan, dengan memberikan material sisipan ke dalam lapisan tanah tersebut.
Selanjutnya material lapisan tanah yang terbentuk dari hasil tindakan perkuatan
tanah disebut tanah perkuatan (reinforced earth).
Tanah perkuatan adalah lapisan tanah yang telah diberikan material sisipan
yang mampu membentuk suatu sistem yang dapat bekerja sebagai satu kesatuan,
sehingga kemampuan dari sistem tersebut menjadi jauh lebih besar atau lebih
optimal dari pada kemampuan awal dari lapisan tanah tersebut.
Secara garis besar perkuatan tanah dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan utama dari tindakan perkuatan, yakni :
1) Perkuatan tanah dasar (bearing capacity reinforcement).

2) Perkuatan dinding penahan (retaining wall reinforcement) Pembahasan


tentang perkuatan tanah tidak akan diuraikan.

2.2.1 Perbaikan Tanah dengan Cara Stone Columns

Teknik kolom batu (stone column technique) merupakan pengembangan


dari teknik vibroflotation atau vibro compaction, dengan menggunakan material
pengisi dari kerikil besar atau batu. Jika dikatakan bahwa teknik vibroflotation
efektif diterapkan untuk tanah granuler yang belum konsiten, maka teknik stone
column dapat digunakan untuk pemadatan tanah yang mengandung lempung dan
lanau yang bergradasi halus sampai tanah organik, dimana partikel-partikelnya
tidak dapat diatur ulang oleh getaran.
Kolom-kolom batu memungkinkan perlakuan terhadap jenis tanah ini
melalui penggabungan bahan granular (kadang-kadang disebut pemberat) yang
dipadatkan dengan sistem tahap yang meningkat (ascending steps). Untuk
P e r b a i k a n Ta n a h |

penerapan stone column material batu bisa digantikan dengan blok-blok beton
atau mortar dari adukan semen dengan material tanah sebagai bahan pengisi.
Stone column juga bisa berfungsi sebagai saluran pembuangan, dan membantu
percepatan konsolidasi pada tanah di sekitarnya. Untuk daerah pada kawasan
rawan gempa (seismic area), stone column juga dapat mengurangi risiko likuifaksi
pada tanah.

2.2.2 Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Pile

Sand pile merupakan metode perbaikan tanah lunak yang sudah selama
kurang lebih 20 tahun. Apabila suatu bangunan dibangun diatas tanah lunak yang
mampu-mampat, maka secara otomatis akan terjadi setlement pada tanah yang
akan mengganggu kestabilan dari struktur diatasnya. Waktu terjadinya
pemampatan atau Time rate of settlement yang terjadi bisa jadi akan berlangsung
dalam waktu yang tidak singkat dan cenderung sangat lama. Penggunaan inilah
yang akan mengurangi Time rate of settlement yang awalnya berlangsung lama
menjadi jauh lebih singkat.
Aplikasi penggunaan sand pile pertama kali berkembang di California pada
tahun 1930an. Pada dekade yang sama, Kjellman dari Sweden memperkenalkan
prototype dari prefabricated vertical drains yang terbuat dari semacam papan pipih
(Jamiolkowski dkk, 1983). Setelah dikembangkan bentuk prototype tersebut,
kemudian berkembang beberapa tipe yang terbuat dari lapisan selaput plastic
dengan material yang tembus air yang berfungsi sebagai filter.
Sebelum tahun 1980an, sebagian besar perbaikan tanah lunak untuk
mengatasi pemampatan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan sand pile
untuk pengaliran air arah lateral. Cara ini memang sebenarnya sangat efektif
namun proses pelaksanaannya sangat lama dan juga lebih mahal. Selain itu
kendala lain yang terjadi adalah, terjadinya clogging (tertutupnya pori-pori pasir)
oleh butiran lanau atau butiran dengan diameter yang lebih kecil dari pasir.
Sehingga hal tersebut dapat menghalangi pengaliran air keluar dari masa tanah.
Sand pile yang aplikasi pemasangannya yaitu dengan memenuhi boreholes
dalam tanah dengan pasir juga memiliki beberapa kelemahan. Ketika proses
P e r b a i k a n Ta n a h |

instalasi sand pile, peralatan untuk melobangi suatu tanah dimasukkan kedalam
tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya displacement baik pada sisi vertical
maupun horizontal. Beberapa kesulitan dan kerugian dari penggunaan sand pile
dirangkum oleh Yeung (1997) adalah sebagai berikut:
1) Pasir yang digunakan sebagai material sand drains adalah pasir yang
sesuai dengan ketentuan yang mungkin saja akan susah diperoleh di
lapangan atau sekitar pelaksanaan proyek.
2) Pengaliran air bisa menjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan karena
proses instalasi yang kurang baik.
3) Selama memasukkan material pasir kedalam tanah kemungkinan
terjadinya colaps pada lubang adalah sangat besar.
4) Diameter sand drain yang tidak sesuai dengan perhitungan awal karena
tanah yang sangat lunak menyebabkan pasir merembet melebihi diameter
yang ditentukan akan menyebabkan pembengkakan biaya.
5) Kondisi tanah disekitar sand drain akan terganggu dan mungkin dapat
menyebabkan berkurangnya nilai permeability dalam tanah sehingga air
tidak dapat mengalir dengan baik.
6) Efek perkuatan dengan menggunakan sand drains dapat mengurangi
keefektifan dari preloading.

2.2.3 Perbaikan Tanah dengan Cara Sand Compaction Pile

Perkuatan Sand Compaction Pile (SCP) merupakan perkuatan yang


mengandalkan dan menggabungkan sistem pemadatan serta drainase untuk
mendapatkan kekuatan tanah yang optimal. Perkuatan jenis ini dapat diaplikasikan
dalam berbagai jenis tanah, dari tanah jenis lempung sampai tanah pasir. Pada
tanah pasir metode SCP dapat digunakan sebagai metode untuk mencegah
terjadinya liquefaction. Metode ini telah terbukti dalam mencegah terjadinya
liquefaction pada saat gempa (Hiroki Kinoshita, 2012).
Metode Sand Compaction Pile menggunakan vibro-hammer yang
menggunakan teknik vibrasi untuk memadatkan pasir pada tanah. Alat yang
P e r b a i k a n Ta n a h |

digunakan biasanya terdiri dari mesin pemancang SCP yang akan digunakan
sebagai basis dari alat tersebut, dan alat yand dapat menjadi pengangkut dan
pemancang yang memiliki mesin rotari atau hidrolik untuk menggerakan casing
cetakan pasir. Casing cetakan memiliki diameter 400-500 am yang dapat
menghasilkan SCP padat dengan diameter 700 mm. Terdapat juga dua jenis mesin
pengangkat dan pemancang : Pin rack-sprocket type dan Rack-pinion.

2.2.4 Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile (Kapur)

Untuk mendapatkan akurasi dan efektifitas di dalam penerapan suatu


metode perbaikan tanah, beberapa hal yang harus di pahami dengan baik, antara
lain ; prinsip teknis dari jenis perbaikan tanah yang akan diterapkan, sifat-sifat
bahan stabilizer, kriteria tanah yang cocok dengan bahan stabilizer, mekanisme
reaksi antara tanah dengan bahan stabilizer, dan perubahan properties tanah yang
terjadi dan relevansinya dengan syarat teknis yang ingin dicapai.

Prinsip Teknis
Kapur merupakan bahan stabilizer yang secara kimiawi bersifat basa.
Prinsip perbaikan tanah dengan kapur adalah mencampurkan kapur untuk
meanfaatkan keunggulan sifat-sifat teknis dari bahan kapur, dengan tanah yang
memiliki karakteristik kurang baik, seperti tanah dengan plastisitas yang tinggi
(high plasticity), potensi ekspansi yang tinggi (expansive soil), kompresibilitas
yang tinggi, dan lain sebagainya.
Perbaikan tanah dengan kapur tidak sekedar dicampurkan, namun juga
diikuti dengan pemadatan. Oleh karena itu tanah yang diperbaiki dengan bahan
kapur, akan mempermudah pekerjaan pemadatan tanah, karena kapur akan
mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah, serta membuat struktur partikel tanah
lempung menjadi rapuh (fragile), sehingga mudah untuk dipadatkan. Namun
demikian konskuensi negative dari perbaikan tanah dengan kapur adalah
menurunkan nilai kepadatan maksimum dari massa tanah.
Penggunaan kapur sebagai bahan stabilizer untuk perbaikan tanah,
sebenarnya sudah dipergunakan oleh militer pada zaman kerajaan Romawi, untuk
P e r b a i k a n Ta n a h |

membangun jalan tanah untuk menunjang mobilisasi pasukan perang dan alat
perang mereka. Metode
perbaikan tanah dengan kapur kembali dikembangkan yang lebih luas,
selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, yang bukan hanya digunakan pada
pembangunan jalan, namun juga diterapkan pada pembangunan landasan pesawat
tempur dan pesawat angkutan militer. Sampai sekarang perbaikan tanah dengan
kapur lebih berkembang pesat, karena sudah lebih banyak digunakan untuk
berbagai kepentingan pembangunan infrastruktur, baik untuk jalan raya, landasan
pesawat, reklamasi lahan, backfill pada konstruksi dinding penahan, dan lain
sebagainya.

Karakteristik Bahan Stabilizer


Berdasarkan persyaratan dalam SNI 03-4147-1996, jenis kapur yang
direkomendasikan untuk digunakan sebagai bahan perbaikan tanah adalah kapur
padam dan kapur tohor. Sebagaimana yang diketahui bahwa ada beberapa jenis
kapur, antara lain :
1) Kapur tohor (CaO), yaitu kapur dari hasil pembakaran batu kapur pada
suhu ± 90°C, dengan komposisi sebagian besar berupa Kalsium
Karbonat (CaCO3);
2) Kapur padam, yaitu kapur dari hasil pemadaman kapur tohor dengan air,
sehingga membentuk senyawa Kalsium Hidrat [Ca(OH)2];
3) Kapur tipe I, yaitu kapur yang mengandung kalsium hidrat [Ca(OH)2]
tinggi, dengan kadar Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat;
4) Kapur tipe II, yaitu kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung
Magnesium Oksida (MgO) lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat.

2.2.5 Perbaikan Tanah dengan Cara Mixing Pile (Semen)

Perbaikan tanah dengan semen adalah suatu campuran dari tanah yang
dihancurkan, semen dan air yang kemudian dilakukan proses pemadatan yang
akan menghasilkan suatu bahan baru yang disebut material tanah-semen. Reaksi
semen dengan material tanah dan air, akan membuat senyawa yang mengeras
P e r b a i k a n Ta n a h |

sehingga memperbaiki kekuatan tanah dan sifat-sifat teknis tanah tersebut menjadi
lebih kuat dan lebih tahan terhadap air.

Prinsip Teknis
Semen merupakan material yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan kohesif
sebagai perekat yang mengikat fragmen-fragmen mineral menjadi suatu kesatuan
yang kompak. Semen dikelompokan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu semen hidrolis
dan semen non-hidrolis. Semen hidrolis adalah suatu bahan pengikat yang
mengeras jika bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air,
seperti semen portland, semen putih dan sebagainya. Sedangkan semen non-
hidrolis adalah semen yang tidak dapat stabil dalam air.

Karakteristik Bahan Stabilizer


Semen Portland sebagai semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
mencampurkan batu kapur yang mengandung kapur (CaO) dan lempung yang
mengandung silika (SiO2), oksida alumina (Al2O3) dan oksida besi (Fe2O3),
dalam oven dengan suhu kira-kira 145°C sampai menjadi klinker. Klinker ini
dipindahkan, digiling sampai halus disertai penambahan 3-5% gips, untuk
mengendalikan waktu pengikat semen agar tidak berlangsung terlalu cepat.
Berdasarkan pengalaman jenis semen yang paling efektif dipergunakan
sebagai bahan stabilizer dalam pekerjaan perbaikan tanah adalah semen portland.
Hal ini ukuran partikel semen portland relatif halus (± 20 micron), sehingga
proses hidrasi lebih cepat. Menurut Ingles & Metcalf (1972), bahwa penggunaan
semen yang memiliki partikel lebih halus dari saringan No. 300, akan
memberikan tambahan kuat geser sampai 40%. Oleh karena itu dalam spesifikasi
yang ditentukan dalam SNI 03 – 3438 – 1994, disyaratkan jenis semen untuk
pekerjaan perbaikan tanah adalah semen portland.

2.2.6 Perbaikan Tanah dengan Cara Cerucuk

Prinsip kerja perbaikan tanah dengan cara cerucuk yaitu sebelum dilakukan
penimbunan terlebih dahulu memasang bantalan baik yang terbuat dari bamboo
P e r b a i k a n Ta n a h |

(cerucuk) atau dari kayu gelondongan (corduroy) sehingga saat tanah dihampar
tidak bercampur dengan tanah asli dibawahnya dan tanah timbunan tersebut
membentuk satu kesatuan yang mengapung diatas tanah aslinya semacam pontoon
yang mengapung diatas air. Terdapat pondasi cerucuk bamboo yang telah
dimodifikasi dan dipatentkan oleh Pak Mansyur Irsyam (dosen ITB) yang telah
diaplikasikan pada bebepara daerah diindonesia serta telah terbukti mamfaatnya.
Tipe-tipe cerucuk, yaitu :
1) Cerucuk kayu atau bambu, biasanya tiang yang digunakan berukuran
panjang 4-6 m dengan diameter 10 cm.
2) Cerucuk beton, untuk tanah lunak yang lebih dalam, dan bila kapasitas
daya dukung beban yang lebih besar diperlukan, penggunaan dari tiang
beton pra cetak lebih cocok. Tiang pra cetak berbentuk persegi atau segi
tiga dengan sisi berukuran 10-40 cm, akan memberikan kapasitas daya
dukung yang cukup besar.

2.2.7 Perbaikan Tanah dengan Cara Grouted Pile

2.2.8 Perbaikan Tanah dengan Cara Grouting

Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara semen
dan air diinjeksikan dengan tekanan ke dalam rongga, pori, rekahan dan retakan
P e r b a i k a n Ta n a h |

batuan yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat
secara fisika maupun kimiawi. pekerjaan grouting merupakan salah satu cara
dalam perbaikan pondasi (foundation treatment) pada bendungan air terutama
bendungan.
Selain itu grouting juga metode untuk mengisi rongga struktur beton yang
kropos dan penambahan coran akibat pengecoran tidak sempurna, Mortar fillet
( Pinggulan sudut ) untuk pondasi mesin, sebagai dudukan mesin ,dudukan
bearing pondasi jembatan, pembuatan beton pra cetak, penutup retak yang besar,
tentunya semen Grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik tidak susut dan
dapat mengalir sangat baik, memenuhi persyaratan standar corps of engineering
CDR C-621 dan ASTM C-1107.
Teknologi grouting bukanlah barang baru, grouting sudah ada sejak tahun
1800-an dan bahkan sebelumnya. Grouting awalnya hanya digunakan untuk
mengontrol aliran air, tetapi sekarang telah meluas dan aplikasinya tidak terbatas,
diantaranya adalah digunakan untuk:
1) Mengurangi aliran atau rembesan air
2) Meningkatkan daya dukung tanah/batuan
3) Pemadatan (mengisi rongga dan celah/rekahan pada tanah/batuan), dan
4) Memperbaiki kerusakan struktur.

2.2.9 Perbaikan Tanah dengan Cara Soil Nailing

Soil nailing pertama kali diaplikasikan sebagai perkuatan untuk sebuah


dinding penahan tanah di Perancis (1961). Kemudian dikembangkan oleh
Rabcewicz (1964, 1965), untuk digunakan dalam galian terowongan, yang dikenal
dengan “The New Austrian Tunneling Method” (NATM).
Metode ini mengkombinasikan perkuatan pasif dari batangan baja dan
shotcrete (adukan beton yang ditembakkan dengan tekanan tinggi pada suatu
permukaan). Adanya perkuatan pasif dari batangan besi pada sekeliling dinding
terowongan, sangat mengurangi beban yang harus diterima struktur terowongan
jika dibandingkan dengan metode konvensional. Perbandingan antara kedua
metode ini ditunjukkan secara skematis pada gambar di bawah.
P e r b a i k a n Ta n a h |

Perbandingan Skematis Antara Austrian Tunneling Method dan Metode


Konvensional
Salah satu dinding tanah yang menggunakan perkuatan soil nailing
ditemukan pada proyek pelebaran jalan kereta api dekat Versailles, Perancis
(1972), dengan lereng setinggi 18 meter dengan kemiringan 70°. Metode ini
dipilih, karena dianggap lebih efektif dari segi biaya, dan proses konstruksinya
lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional lain. Dengan berbagai
kelebihannya, kemudian metode ini berkembang pesat di Eropa, dan sekitarnya,
terutama di Perancis dan Jerman.
Pada saat ini, dinding soil nailing banyak digunakan sebagai struktur
perkuatan pada tanah galian, baik sebagai struktur sementara maupun sebagai
struktur permanen. Seiring perkembangan teknik perencanaan, dan teknik
konstruksi, aplikasi soil nailing akan terus berkembang.

Kelebihan soil nailing :

1) Peralatan konstruksinya mudah dipindahkan dan dapat digunakan pada


lokasi yang sempit.

2) Tekniknya fleksibel, mudah untuk dimodifikasi.

3) Tidak menimbulkan kebisingan.

4) Lebih sedikit gangguan pada properti/bangunan disekitarnya.

5) Membutuhkan ruang “shoring” yang lebih sedikit.


P e r b a i k a n Ta n a h |

6) Volume baja untuk nail bars dalam soil nailing lebih sedikit
dibandingkan dengan ground anchors, karena umumnya batangan baja
dalam soil nailing lebih pendek.

7) Material yang dibutuhkan juga relatif lebih sedikit, jika dibandingkan


dengan ground anchors.

8) Luas area yang dibutuhkan dalam masa konstruksi lebih kecil


dibandingkan dengan teknik lain, sehingga cocok untuk pekerjaan yang
memiliki areal konstruksi terbatas.

9) Dinding dengan soil nailing relatif lebih fleksibel terhadap penurunan,


karena dinding untuk soil nailing lebih tipis jika dibandingkan dengan
dinding gravitasi.

Kelemahan soil nailing :


1) Metode soil nailing tidak dapat digunakan untuk tanah jenuh air.
2) Tidak cocok digunakan untuk tanah dengan gaya geser yang sangat
rendah, tidak juga pada pasir dan kerikil yang kohesinya buruk.
3) Lereng tanah harus dapat mempertahankan bentuknya tanpa bantuan
konstruksi penahan lain, pada saat proses “nailing” berlangsung dan
sebelum shotcrete diaplikasikan.
4) Drainase baik adalah hal yang penting, terutama untuk struktur yang
permanen.
5) Soil nailing tidak cocok diaplikasikan untuk struktur yang membutuhkan
kontrol ketat terhadap deformasi. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan post tension nail, namun langkah ini akan meningkatkan
biaya kosntruksi.
6) Pelaksanaan konstruksi soil nailing relatif lebih sulit, sehingga
membutuhkan kontraktor yang ahli, dan berpengalaman.
P e r b a i k a n Ta n a h |

2.2.10 Perbaikan Tanah dengan Cara Material Geosynthetic (Geotextile,


Geomembran, Geogrid)

Geosintetik adalah material yang saat ini populer dalam proyek konstruksi
di Indonesia terutama dalam pembangunan jalan di atas tanah lunak seperti di
pulau Sumatera dan Kalimantan yang banyak terdapat tanah gambut. Selain itu
geosintetik juga diaplikasikan sebagai filter pada konstruksi penahan gelombang
baik di tepian pantai maupun lepas pantai. Istilah geosintetik mengacu pada
material sintetik yang digunakan dalam permasalahan geoteknik. Material sintetik
merupakan hasil polimerisasi dari industri-industri kimia atau minyak bumi.
Penggunaan bahan sintetik ini berkaitan dengan sifat ketahanan
(durabilitity) material sintetik terhadap senyawa-senyawa kimia, pelapukan,
keausan, sinar ultra violet dan mikroorganisme. Polimer utama yang digunakan
untuk pembuatan geosintetik adalah Polyester (PET), Polyamide (PM),
Polypropylene (PP), dan Polyethylene (PE).

 Geotekstil

Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang


digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan
teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk
perkuatan tanah lunak.

Beberapa fungsi dari geotekstil yaitu:

1) Untuk perkuatan tanah lunak.

2) Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup


lama dan mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding
penahan tanah.

3) Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan


pelindung.

Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus:


P e r b a i k a n Ta n a h |

1) Timbunan tanah diatas tanah lunak

2) Timbunan diatas pondasi tiang

3) Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence

Pada hakekatnya, timbunan diatas tanah lunak merupakan masalah daya


dukung. Pertimbangan lain adalah bahwa stabilitas timbunan kritis pada akhir
konstruksi. Hal ini dikarenakan permeabilitas tanah lempung lunak yang tidak
memungkinkan pengaliran dan konsolidasi pada masa konstruksi. Pada akhir
konstruksi, beban telah diterapkan, tetapi tidak ada peningkatan kuat geser tanah
akibat konsolidasi.
Sesudah konsolidasi terjadi, peningkatan kuat geser umumnya
menghilangkan perlunya perkuatan geotextile untuk menambah stabilitas. Untuk
memperoleh peningkatan kuat geser, tinggi timbunan harus sedemikian sehingga
pada awal kosntruksi mengakibatkan tegangan vertikal yang melewati tegangan
pra-konsolidasinya.
Jadi peranan geotextile adalah mempertahankan stabilitas sampai tanah
lunak terkonsolidasi (kuat geser meningkat berarti) sampai saat dapat memikul
beban timbunan itu sendiri.
Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotekstil perkuatan
tanah lunak adalah Konstruksi sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan,
menghemat waktu pelaksanaan, menghemat biaya konstruksi. Sedangkan
kerugian dari penggunaan geotekstil adalah bahwa geotekstil tidak tahan terhadap
sinar ultra violet. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penutupan berupa pasangan
batu kali ataupun dengan bahan lainya.

 Geomembran

Geomembrane adalah jenis bahan Geosintetik. Geomembrane adalah


lapisan kedap air yang digunakan secara luas sebagai penampang dan pelapis.
Sampai tahun terakhir, kebanyakan geomembrane digunakan sebagai kanal dan
pelapis kolam.
P e r b a i k a n Ta n a h |

Salah satu aplikasi saat ini yang terbesar adalah di lokasi TPA untuk
penahanan limbah berbahaya atau sampah kota. Dalam banyak aplikasi ini
geomembrane bekerja dengan geotekstil atau bahan jaring yang memperkuat atau
melindungi sementara geomembrane yang lebih fleksibel juga bertindak sebagai
jalan keluar untuk gas dan lindi yang dihasilkan dalam limbah tertentu.
Geomembrane terbuat dari berbagai material. Beberapa bahan
geomembrane umum adalah EPDM rubber (ethylene propylene diena Monomer),
Low-Density Polyethylene (LDPE), High-Density Polyethylene (HDPE), polivinil
klorida (PVC), Polyurea dan Polypropylene (PP). Tipe lain dari geomembrane
adalah geomembrane aspal (seperti Teranap), yang terdiri dari poliester geotekstil
non-woven dan bulu kaca, diresapi dalam aspal SBS yang dimodifikasi.
Produk Geomembrane direkayasa untuk membantu memberikan solusi
biaya yang efektif dan untuk memenuhi persyaratan desain tertentu sebagai
penghalang cairan, penahanan dan aplikasi geoteknik lainnya.

 Geogrid

Geogrid adalah Perkuatan sistem anyaman. Geogrid berupa lembaran


berongga dari bahan polymer. Pada umumnya sistem serat tikar banyak digunakan
untuk memperkuat badan timbunan pada jalan, lereng atau tanggul dan dinding
tegak. Mekanisme kekuatan perkuatan dapat meningkatkan kuat geser.
Pembangunan jalan diatas tanah lunak dengan metode:
1) Penggunaan cerucuk kayu yang berfungsi sebagai settlement reducer,
yang walaupun memiliki kelemahan keterbatasan umur material namun
telah terbukti dan diterima sebagai suatu sistem.
2) Penggunaan sistem Corduroy/geotextile bagian dari tanah soil
reinforcement untuk menaklukkan kuat geser.
3) Penggunaan sistem Cakar ayam yang dikombinasikan dengan geotextile
diatas tanah lunak.
P e r b a i k a n Ta n a h |

4) Menggunakan cerucuk matras beton dengan komponen cerucuk dan


matras dimana setiap unit pelat matras masing-masing berada disebuat
titik/cerucut.
5) Penggunaan bahan expandsed Polysstyrene yang yang mempunyai berat
jenis sangat rendah untuk konstruksi timbunan jalan raya, maupun
sebagai lapisan pendukung fondasi diatas tanah lunak sehingga
memperkecil tegangan yang bekerja.
P e r b a i k a n Ta n a h |

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Perbaikan tanah secara perkuatan tanah (soil reinforcement) adalah suatu jenis
stabilisasi tanah yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau mempertahankan
kemampuan dan kinerja tanah sesuai syarat teknis yang dibutuhkan, dengan
memberikan material sisipan ke dalam lapisan tanah tersebut.

2) Teknik kolom batu (stone column technique) merupakan pengembangan dari


teknik vibroflotation atau vibro compaction, dengan menggunakan material
pengisi dari kerikil besar atau batu.

3) Perkuatan Sand Compaction Pile (SCP) merupakan perkuatan yang


mengandalkan dan menggabungkan sistem pemadatan serta drainase untuk
mendapatkan kekuatan tanah yang optimal.

4) Prinsip perbaikan tanah dengan kapur adalah mencampurkan kapur untuk


meanfaatkan keunggulan sifat-sifat teknis dari bahan kapur, dengan tanah
yang memiliki karakteristik kurang baik, seperti tanah dengan plastisitas yang
tinggi (high plasticity), potensi ekspansi yang tinggi (expansive soil),
kompresibilitas yang tinggi, dan lain sebagainya.

5) Perbaikan tanah dengan semen adalah suatu campuran dari tanah yang
dihancurkan, semen dan air yang kemudian dilakukan proses pemadatan yang
akan menghasilkan suatu bahan baru yang disebut material tanah-semen.

6) Prinsip kerja perbaikan tanah dengan cara cerucuk yaitu sebelum dilakukan
penimbunan terlebih dahulu memasang bantalan baik yang terbuat dari
bamboo (cerucuk) atau dari kayu gelondongan (corduroy) sehingga saat tanah
dihampar tidak bercampur dengan tanah asli dibawahnya dan tanah timbunan
tersebut membentuk satu kesatuan yang mengapung diatas tanah aslinya
semacam pontoon yang mengapung diatas air.
P e r b a i k a n Ta n a h |

7) Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara semen
dan air diinjeksikan dengan tekanan ke dalam rongga, pori, rekahan dan
retakan batuan yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan
menjadi padat secara fisika maupun kimiawi.

8) Soil nailing pertama kali diaplikasikan sebagai perkuatan untuk sebuah


dinding penahan tanah di Perancis (1961). Kemudian dikembangkan oleh
Rabcewicz (1964, 1965), untuk digunakan dalam galian terowongan, yang
dikenal dengan “The New Austrian Tunneling Method” (NATM).

9) Geosintetik juga diaplikasikan sebagai filter pada konstruksi penahan


gelombang baik di tepian pantai maupun lepas pantai. Material sintetik
merupakan hasil polimerisasi dari industri-industri kimia atau minyak bumi.
P e r b a i k a n Ta n a h |

DAFTAR PUSTAKA

http://insinyursipil.blogspot.co.id/2015/01/metode-metode-perbaikan-tanah.html

http://www.ar.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2012/11/15008083-Immanuel-
Hepma-Sihol-Mardame.pdf

https://tantristory.wordpress.com/2011/03/13/stone-column/

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/viewFile/16753/16269

http://pandu-equator.com/geotekstil-memperbaiki-dan-memperkuat-struktur-
tanah-untuk-konstruksi-jalan/

https://aboutsoil.wordpress.com/2012/07/27/perbaikan-tanah-dengan-geosintetik/

https://ceritaengineer.com/perkuatan-tanah-menggunakan-soil-nailing/

https://smiagiundip.wordpress.com/2013/03/31/metode-grouting-untuk-
penguatan-pondasi-tanah/

Anda mungkin juga menyukai