ZARNOLD AZIZ
153110402
KELAS VI B
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERBAIKAN TANAH
DENGAN CARA PERKUATAN” tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mendapatkan
pengetahuan yang lebih tentang perbaikan tanah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Perbaikan Tanah Cara Stone Colomns ............................................................................ 2
2.2 Perbaikan Tanah Cara Sand Pile ...................................................................................... 3
2.3 Perbaikan Tanah Cara Sand Compaction Pile ................................................................. 3
2.4 Perbaikan Tanah Cara Mixing Pile (Kapur) .................................................................... 5
2.5 Perbaikan Tanah Cara Mixing Pile (Semen) ................................................................... 5
2.6 Perbaikan Tanah Cara Cerucuk ....................................................................................... 7
2.7 Perbaikan Tanah Cara Grouted Pile ................................................................................. 7
2.8 Perbaikan Tanah Cara Grouting....................................................................................... 7
2.9 Perbaikan Tanah Cara Soil Nailing................................................................................ 10
2.10 Perbaikan Tanah Cara Material Geosyntethic ............................................................. 16
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah dasar merupakan bagian penting dari kunstruksi jalan karena tanah ini
mendukung seluruh konstrusi diatasya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya
pembangunan bangunan tersebut karena kekuatan tanah tersebut. Tanah dasar dalam
keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi kandungan
mineralnya. Pembangunan konstruksi diatas tanah tidak selalu berada pada tanah dasar
yang relative baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya
tanah tersebut didapat langsung dipakai sebagai lapisam dasar (subgrade). Oleh karena itu
tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah. Stabilisasi
tanah adalah alternative yang dapat diambil untuk memprbaiki sifat-sifat tanah yang ada.
Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah
agar lebih rapat dan saling mengunci.
Apabila suatu tanah yang terdapat dilapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah
tertekan atau apabila ia mempunyai indesk konsistensi yang tidak baik. Permeabilitas yang
terlalu tinggi atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu
konstuksi bangunan maka tanah tersebut harus distabilisasikan.
1.2. Rumusan Masalah
Apa saja metode perbaikan tanah secara perkuatan ?
1.3. Tujuan
Mengetahui apa saja metode perbaikan tanah secara perkuatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbaikan Tanah Cara Stone Colomns
Stone column merupakan upaya penggalian yang dilakukan untuk mengganti
sebagian tanah yang akan digunakan sebagai dasar konstuksi dengan kolom vertical yang
dipadatkan. Fungsi utama pemasangan stone column adalah untuk meningkatkan daya
dukung tanah yang kurang baik sehingga dapat menerima beban yang lebih besar dan
settlement yang terjadi akan berkurang. Menurut Barksdale dan Banchus, 1982 selain
untuk meningkatkan daya dukung tanah, fungsi lain dari stone column adalah :
a) Cara kerja
Prosedur penerapan stone column secara ringkas adalah dimulai di bagian bawah
pada kedalaman tanah yang akan diperbaiki, dan berlanjut ke arah permukaan. Vibrator
dapat menembus lapisan tanah dengan bantuan beras sendirinya. Ujung depan loader
menempatkan batu di sekitar vibroflot di permukaan tanah dan batu jatuh ke ujung
vibroflot dengan bantuan air yang disiram di sekitar bagian luar vibroflot. Vibrator ini
kemudian diangkat beberapa kaki dan batu jatuh di sekitar vibroflot ke ujungnya,
mengisi rongga yang terbentuk saat vibroflot dinaikkan. sehingga dapat memadatkan
tanah sekaligus dapat menggeser batu sampai 2 - 3 kaki ke samping (0,75 sampai 0,9
m). Air pembilasan biasanya diarahkan ke cekungan deformasi yang terbentuk, dimana
suspensi partikel tanah yang halus berkumpul.
2
Pengeboran awal (predrilling) juga dapat diterapkan untuk tanah permukaan yang
kering. Kedalaman lapisan tanah yang dapat diperbaiki dengan teknik stone column
dapat mencapai 100 kaki atau kurang lebih 30 m.
3
Gambar 3. Detail Non-Vibratory SCP Method
a) Cara kerja
4
b) Kelebihan dan kekurangan
1. Sand Pile yang memiliki diameter konsisten yang diinstal menggunakan sistem vibrasi
vertikal.
2. Vibrator dapat menggunakan material yang beragam seperti Pasir dan Kerikil
3. SCP dapat menggunakan metode Non-Vibratory jika dibutuhkan
5
Siapkan konfigurasi injeksi bahan kimia berdasarkan panjang instalasi yang
diinginkan pada tabel1.
Instalasi kolom semen tersebut dibuat pada stiap jarak + 200 cm satu dengan
yang lainnya
Tandai blade dan pipa galvanish pada tiap kedalaman yang akan diinjeksi.
6
2.6 Perbaikan Tanah Cara Cerucuk
Pondasi cerucuk merupakan pondasi yang terdiri dari susunan tiang-tiang kayu yang
memiliki diameter antara 8 m hingga 15 m. Langkah-langkah untuk memasangnya adalah
dengan memperkuat tanah dasar dengan cara menimbun tanah baru yg lebih stabil.
Kemudian, siapkan kayu untuk ditancapkan dan selanjutnya ditancapkan secara
vertikal, setelah itu disatukan/dipadukan dengan cara diikat & dibuat bidang yang datar
untuk peletakkan pondasi.
Dengan memakai pondasi cerucuk, sehingga dapat memperkuat tanah lunak, menjaga
keseimbangan/stabilitas tanah agar mencegah terjadinya longsor, dan juga dapat
menambah kekuatan daya topang tanah.
Jenis kayu yang dimanfaatkan untuk metode ini di antaranya kayu gelam, kayu
betangor, kayu medang, kayu dolken, kayu ubah dan jenis kayu lainnya yang tak mudah
untuk rapuh apabila terendam oleh air dan juga tak mudah patah apabila menahan beban
yang berat.
Grouting merupakan suatu metode atau teknik yang dilakukan untuk memperbaiki
keadaan bawah tanah dengan cara memasukkan bahan yang masih dalam keadaan cair,
dengan cara tekanan, sehingga bahan tersebut akan mengisi semua retakan-retakan dan
lubang-lubang yang ada di bawah permukaan tanah, kemudian setelah beberapa saat bahan
tersebut akan mengeras, dan menjadi satu kesatuan dengan tanah yang ada sehingga
kestabilan suatu permukaan tanah akan tetap terjaga.
7
Grouting juga dapat diartikan sebagai metode penyuntikan bahan semi kental (slurry
material) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang bor, dengan tujuan menutup
diskontruksi terbuka, rongga-rongga dan lubang-lubang pada lapisan yang dituju untuk
meningkatkan kekuatan tanah (Dwiyanto, 2005). Sedangkan bahan-bahan yang biasanya
dijadikan sebagai material pengisi pada grouting diantaranya campuran semen dan air;
campuran semen, abu batu dan air; campuran semen, clay dan air; campuran semen, clay,
pasir dan air; asphalt; campuran clay dan air dan campuran bahan kimia.
Menurut Pangesti (2005), fungsi grouting di dalam tanah atau batuan dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
Grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan lapisan tipis batuan dengan pengaruh
minimum terhadap struktur asli.
Apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat tarik batuan atau tanah yang di
grouting, akhirnya material pecah dan grouting dengan cepat menembus zona
rekahan
8
a) Cara kerja
b. Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor. Dalam grouting ada 2
macam pemboran, yaitu pemboran dengan pengambilan core dan pemboran tanpa
core. Diameter lubang bor adalah 76 cm untuk pemboran coring dan 46 mm untuk
pemboran non coring. Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan mesin
dengan penggerak hidrolik agar kualitas core yang dihasilkan lebih bagus.
Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada tahun 1933, yang
bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari deformasi batuan. Nilai lugeon
adalah suatu angka yang menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes ke
dalam formasi batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit, dengan
menggunakan tekanan standar 10 Bars atau sekitar 10 kg/cm2. Angka ini hampir
sama dengan koefisien kelulusan air sebesar 1 x 10-5 cm/detik. Nilai lugeon dapat
memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam batuan dan sifat batuan itu
sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
d. Grouting
Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan semi kental
(slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang bor. Komponen utama
peralatan grouting adalah grout mixer dan grout pump.
9
b) Kelebihan dan kekurangan
Manfaat dari suatu pekerjaan grouting antara lain adalah sebagai berikut (Dwiyanto,
2005):
Soil nailing cocok untuk tanah tanah berbutir kasar/pasir dan lempung teguh/stiff
clay.Metode ini tidak cocok untuk soft clay (su<48 kN/m2), karena tahanan gesek yang
rendah, sehingga memerlukan nails yang sangat panjang untuk mencapai stabilitas yang
cukup.Metode ini juga tidak cocok untuk loose sand (N-SPT<10) atau Dr<30%, poorly
graded sand dengan Cu<2.
Soil Nailing, contohnya digunakan pada konstruksi terowongan dengan metode cut
and fill, untuk memperbaiki stabilitas dan penyokong pada galian.
a) Cara kerja
10
Tahapan Konstruksi Dinding Soil Nailing Secara Umum
11
Perkuatan Sementara Dengan Timbunan Menerus (Continuous Berm)
Dalam pekerjaan soil nailing, metode pengeboran auger dengan lubang terbuka
(tanpa casing/selubung) paling banyak digunakan karena pekerjaannya relatif lebih
cepat dan biaya yang relatif lebih rendah. Namun, untuk tanah yang kurang stabil,
pengeboran berdiameter besar harus dihindari, dan pengeboran dengan drill
casing/selubung bor sangat dianjurkan untuk menghindari keruntuhan tanah dalam
lubang bor.
12
hasil pengecoran. Namun, untuk kasus tertentu pada tanah yang lemah memerlukan
daya ikatan yang lebih tinggi, ini dapat dihasilkan dengan melakukan pengecoran
dengan tekanan tinggi (jet grouting). Adanya tekanan juga dapat menghasilkan beton
yang lebih padat, dan diameter efektif pengecoran mengembung menjadi lebih besar,
dengan demikian kemampuan menahan gaya cabut juga menjadi lebih baik.
Aliran air ke dalam dinding galian harus dicegah. Oleh karena itu, metode
konvensional dalam pengendalian air permukaan dan drainase, diperlukan selama masa
konstruksi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penambahan lembaran
geokomposit vertikal, dapat membantu mencegah peningkatan tekanan air tanah pada
muka lereng.
Muka sementara dari sebuah dinding soil nailing umumnya terbuat dari shotcrete,
dengan ketebalan antara 75 sampai 100 mm. Lapisan shotcrete akan menjadi perkuatan
sementara, dan melindungi permukaan galian dari erosi, serta sebagai pengisi rongga-
13
rongga yang terbentuk akibat keretakan tanah. Pelaksanaan konstruksi muka sementara
dengan shotcrete.
Dalam pembuatan adukan untuk shotcrete ada dua syarat yang saling berlawanan,
dan harus dipenuhi, yaitu kemampuan ditembakkan (shootability), dan kemampuan
dipompa (pumpability). Shootability adalah kemampuan adukan utuk menempel pada
permukaan hingga ketebalan tertentu, dan tidak mengelupas. Pumpability adalah
kemampuan adukan untuk mengalir seperti cairan, sehingga mudah dipompa. Untuk
memenuhi syarat shootability, adukan yang ideal adalah adukan dengan kekentalan
tinggi, sedangkan untuk pumpability membutuhkan adukan yang berkemampuan alir
baik, dan kekentalan rendah. Oleh karena itu, kontraktor harus memperhatikan kedua
syarat tersebut dalam membuat adukan sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan
menghasilkan dinding shotcrete yang baik.
Kualitas dan keawetan shotcrete bergantung pada dua faktor, yaitu kadar semen
dalam adukan dan kepadatan dinding. Shotcrete dengan kadar semen tinggi umumnya
berkisar antara 350-410 kg semen per m3, jumlah kadar semen harus disesuaikan untuk
memenuhi syarat shootability, dan pumpability. Kepadatan dinding bergantung pada
kadar udara yang masuk dalam adukan sewaktu ditembakkan. Peningkatan kadar udara
akan menurunkan kekuatan beton yang dihasilkan (sekitar 5% kuat tekan berkurang
setiap 1% kandungan udara dalam adukan).
Pembuatan muka permanen dari shotcrete sama dengan yang dilakukan dalam
pembuatan muka sementara. Ketebalan muka permanen dari shotcrete umumnya
berkisar antara 150, dan 300 mm, belum termasuk ketebalan dari dinding sementara.
Pengecoran dilakukan secara berlapis dengan ketebalan tiap lapisan antara 50 hingga
100 mm.
Peralatan konstruksinya mudah dipindahkan dan dapat digunakan pada lokasi yang
sempit.
Tekniknya fleksibel, mudah untuk dimodifikasi.
Tidak menimbulkan kebisingan.
Lebih sedikit gangguan pada properti/bangunan disekitarnya.
Membutuhkan ruang “shoring” yang lebih sedikit.
Volume baja untuk nail bars dalam soil nailing lebih sedikit dibandingkan dengan
ground anchors, karena umumnya batangan baja dalam soil nailing lebih pendek.
Material yang dibutuhkan juga relatif lebih sedikit, jika dibandingkan dengan
ground anchors.
Luas area yang dibutuhkan dalam masa konstruksi lebih kecil dibandingkan dengan
teknik lain, sehingga cocok untuk pekerjaan yang memiliki areal konstruksi
terbatas.
Dinding dengan soil nailing relatif lebih fleksibel terhadap penurunan, karena
dinding untuk soil nailing lebih tipis jika dibandingkan dengan dinding gravitasi.
15
Kelemahan soil nailing
Metode soil nailing tidak dapat digunakan untuk tanah jenuh air.
Tidak cocok digunakan untuk tanah dengan gaya geser yang sangat rendah, tidak
juga pada pasir dan kerikil yang kohesinya buruk.
Lereng tanah harus dapat mempertahankan bentuknya tanpa bantuan konstruksi
penahan lain, pada saat proses “nailing” berlangsung dan sebelum shotcrete
diaplikasikan.
Drainase baik adalah hal yang penting, terutama untuk struktur yang permanen
Soil nailing tidak cocok diaplikasikan untuk struktur yang membutuhkan kontrol
ketat terhadap deformasi. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan post tension
nail, namun langkah ini akan meningkatkan biaya kosntruksi.
Pelaksanaan konstruksi soil nailing relatif lebih sulit, sehingga membutuhkan
kontraktor yang ahli, dan berpengalaman.
16
Geotekstil merupakan material lolos air atau material tekstil bikinan pabrik yang
dibuat dari bahan-bahan sintesis, seperti: polypropilene, polyester, polyethylene, nylon,
polyvinyl chloride dan campuran dari bahan-bahan tersebut. Seluruh material ini adalah
thermoplastic.
Geotekstil meliputi :
2. Non woven (tanpa tenun) : Non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat
bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded
(enggunakan bahan kimia)
17
Gambar : Geotekstil Non Woven (Sumber: http://www.geomuanyag.hu)
Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama
: polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.
Fungsi geotekstil disini adalah sebagai tulangan, pemisah atau drainase. Bila
timbunan terletak pada tanah lunak, deformasi yang berlebihan menyebabkan timbunan
menjadi melengkungke bawah. Melengkungnya tubuh timbunan ini merusakkan
bangunan di atasnya.
18
Pada prinsipnya, timbunan berperilaku sama seperti balok yang dibebani, yaitu bila
timbunan melengkung terlalu tajam, maka akan timbul retak-retak di bagian bawahnya.
Analisis mekanika tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi tanah dan
geometri timbunannya. Dari analisis ini akan dihasilkan kekuatan tulangan geotekstil
yang dibutuhkan agar timbunan tidak berdeformasi secara berlebihan.
Geotekstil, bila diletakkan di bawah timbunan jalan atau tanggul juga dapat
mengurangi tegangan-tegangan pada lapisan tanah di bagian bawah, yaitu ketika lapisan
ini mengalami tarikan akibat beban yang bekerja. Dengan adanya geotekstil, integritas
struktur timbunan lebih terjaga, sehingga beban timbunan disebarkan ke area yang lebih
luas dan dengan demikian geotekstil dapat mengurangi intensitas tekanan ke tanah di
bawahnya.
Jika tanah lunak yang berada di bawah timbunan terpenetrasi ke dalam bahan
timbunan di atasnya, maka sifat-sifat mekanis tanah timbunan akan terpengaruh, yaitu
kekuatan tanah di sekitar dasar timbunan akan berkurang. Kadar air dalam tanah lunak
secara berangsur-angsur berkurang oleh adanya geotekstil yang berfungsi sebagai
drainase.
a) Cara kerja
19
Gambar : Cara pemasangan geotekstil (Sumber : http://www.galeripustaka.com)
Macam-macam peletakan geotekstil pada timbunan di atas tanah lunak (Gourc,
1993)
Dalam aplikasi stabilisasi timbunan, geosintetik dapat diletakkan dalam berbagai
cara, seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas (Gourc, 1993), penjelasannya yaitu
:
Gambar a :
Geotekstil diletakkan pada pertemuan tanah lunak dan timbunan yang berfungsi
sebagai pemisah / separasi, mencegah kontaminasi tanah timbunan oleh butiran halus
tanah lunak di bawahnya. Selain itu, geotekstil juga berfungsi sebagai tulangan.
Gambar b :
Geotekstil pada bagian ujungnya ditekuk ke belakang untuk mencegah
kelongsoran lereng.
Gambar c :
Geotekstil membentuk bantalan berisi tanah untuk mendistribusikan beban dan
atau berfungsi sebagai lapisan drainase.
Gambar d :
Lapisan drainase dihubungkan dengan jaringan drainase vertikal.
Gambar e :
Geotekstil dipasang agar lereng timbunan dapat dibuat lebih tegak.
20
Gambar f :
Geotekstil digabungkan dengan sistem kolom tiang-tiang yang mendukung
sebagian dari beban timbunan.
Gambar g :
Geotekstil di ujung-ujungnya dikunci agar tidak terjadi penggelinciran (sistem
wager).
Gambar h :
Geotekstil diletakkan di bawah berm untuk meyakinkan stabilitas timbunan.
Rakit tulangan geotekstil yang diletakkan pada kolom tiang-tiang (gambar f)
bertujuan untuk meringankan beban tanah pondasi dari beban timbunan. Rakit yang
didukung oleh tiang-tiang berguna dalam meneruskan beban ke tanah yang lebih dalam
dan sekaligus mengurangi tekanan tanah pada kedalaman yang dangkal. Jadi,
pengurangan tegangan adalah akibat beban di permukaan yang ditransfer oleh tiang ke
tanah pondasi pada kedalaman yang lebih dalam melalui rakit geotekstil dan tiang-
tiang.
Geotekstil sebagai tulangan hanya dapat mentransfer beban ke tiang bila telah
terjadi penurunan tanah. Karena itu, tegangan tarik yang terjadi pada rakit geotekstil
harus lebih kecil daripada kuat tarik ijinnya. Bila tidak digunakan geotekstil, penutup
tiang (pile cap) yang lebih besar harus digunakan pada kolom-kolom tiangnya, atau
kolom-kolom tiang harus dibuat berjarak dekat.
21
BAB III
KESIMPULAN
Metode perbaikan tanah ini prinsipnya yaitu tanah dipasang perkuatan, sehingga
gesekan antar tanah dan perkuatan akan menimbulkan ikatan diantara keduanya dan berfungsi
menahan tarikan yang terjadi dalam tanah. Tanah hanya memiliki kekuatan terhadap tekan,
dengan adanya perkuatan maka tanah yang dipasang perkuatan memiliki kekuatan tarik.
22
DAFTAR PUSTAKA
23