Anda di halaman 1dari 30

PELAKSANAAN PROYEK DAN JENIS PEKERJAAN BENDUNG PRAFI

TUGAS TERSTRUKTUR

TEKNIK PENGAIRAN

Diajukan Sebagai Tugas Mahasiswa Semester V

Mata Kuliah Manajemen Konstruksi Kelas B

Dosen Pengampu Ir. Suwanto Marsudi, MS.

Disusun Oleh:

Muhammad Shidqy Aufa

NIM. 175060400111005

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Manajemen Kontruksi
ini.
Makalah Tugas Manajemen Kontruksi ini dibuat sebagai salah satu tugas yang harus
ditempuh oleh Mahasiswa jurusan Pengairan Fakultas Teknik untuk dapat nilai mata kuliah
Manajemen Kontruksi, serta dapat lebih mengenal dan mengetahui karateristik Manajemen
Kontruksi sesuai dengan teori yang telah diberikan kepada Mahasiswa.
Dalam penyusunan Makalah Tugas Manajemen Kontruksi ini penyusun ingin berterima
kasih kepada :
1. Bapak Ir. Suwanto Marsudi, MS. selaku dosen mata kuliah Manajemen Kontruksi
2. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dari laporan yang telah kami susun. Oleh
karena itu kami mengharap masukan untuk memperbaiki kekurangan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua sehingga bermanfaat
bagi penyusun dan para pembaca.

Malang, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup Materi .......................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Bendung................................................................................................................... 3
2.2 Definisi Manajemen Konstruksi............................................................................................ 4
2.3 Tujuan Manajemen Kontruksi ............................................................................................... 4
BAB III ........................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
3.1 Metode Pelaksanaan Proyek.................................................................................................. 5
3.1.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan.......................................................................... 5
3.1.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Sementara ...................................................... 6
3.1.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Permanen....................................................... 7
3.2 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)......................................................... 11
3.3 Jenis dan Uraian Pekerjaan ................................................................................................. 11
3.4 Alat Berat untuk Proyek Bendung ...................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun kecil yang
menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama petani sebagai basis dasar
negara Agraris. Sehingga perlu dikembangkan potensi - potensi sungai tersebut guna
meningkatkan hasil produksi pertanian, salah satunya dengan membangun bendung.
Bendung sebagai salah satu contoh bangunan air mencakup hampir keseluruhan aspek bidang
ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah, geoteknik, dan manajemen konstruksi didalam
perencanaan teknis strukturnya. Untuk mendapatkan struktur bendung yang tepat perlu dilakukan
analisis dan perhitungan yang detail dan menyeluruh, hal ini dikarenakan adanya hubungan saling
ketergantungan dari banyak aspek dalam pelaksanaannya. Oleh karena alasan – alasan di atas,
kami sebagai penulis memilih Bendung sebagai objek judul Tugas Akhir ini dan kami sebagai
calon Sarjana Sipil harus mampu merencanakan secara teknis struktur bangunan sipil, dalam hal
ini adalah bendung.
Dalam tahapan proyek dimulai dari perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan
pembangunan bendung ini, diperlukan suatu manajemen konstruksi yang mempengaruhi kualitas
dan kuantitas proyek. Penerapan manajemen konstruksi yang signifikan adalah pada penjadwalan
dan pengendalian proyek. Penerapan manajemen konstruksi baik perkiraan jadwal maupun biaya
sangat bermanfaat, karena dapat memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang mungkin
akan terjadi pada masa yang akan dating. Dan salah satu cara pengendalian biaya dan waktu adalah
analisa nilai hasil (earned value analysis) yang dapat mengintegrasikan biaya dan waktu secara
tepat, untuk itu kami coba mengetengahkan cara analisa tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


Pembuatan makalah ini bertujuan untuk agar wawasan kita semakin bertambah sebagai
mahasiswa teknik pengairan. Selain itu, kita juga belajar untuk mengetahui berbagai macam item
dan jenis pekerjaan yang terkait dengan proyek pembangunan Bendung Prafi serta penjadwalan
pelaksanaan proyek. Sehingga dengan menulis makalah ini, pembaca mengetahui fungsi dan
komponen dari manajemen konstruksi itu sendiri.

1
1.3 Ruang Lingkup Materi
Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang keluar dari tema paper/makalah maka
diberikan ruang lingkup materi, antara lain:

1. Pembahasan tentang item pekerjaan yang terkait dengan pelaksanaan proyek Bendung Prafi
2. Daftar alat berat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek Bendung Prafi

2
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Bendung
Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf
muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkan. Tipe bendung dapat dibedakan yaitu
bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu, beton, sedangkan bendung gerak yaitu bendung
yang terbuat dari pitu sorong atau pintu radial.
Bendung gerak terdiri dari tubuh bendung dan mercu bendung. Tubuh bendung merupakan
ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi
untuk mengatur tinggi minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi tinggi genangan
yang akan terjadi di udik bendung.
Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga kini, khususnya dalam
penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi, telah ribuan bangunan bendung dibangun. Salah
satu jenis bendung yang dibangun ialah bendung tetap dari bahan pasangan batu. Bendung itu
dirancang dan dibangun oleh tenaga teknik Indonesia, juga oleh tenaga teknik asing yang datang
ke Indonesia dengan membawa konsep baru. Rancangan itu itu baik oleh tenaga teknik Indonesia
maupun oleh tenaga teknik asing memberikan suatu perkembangan tipe, bentuk,dan tata letak
bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik,
namun sebagian diantara ribuan bendung baru itu mengalami masalah yang disebabkan oleh
berbagai hal, 20 diantaranya masalah gangguan penyadapan aliran, gangguan angkutan sedimen,
masalah penggerusan setempat, sampai hancurnya bangunan. Untuk penyebutan suatu bendung,
biasanya diberi nama sungai atau sama dengan nama kampung atau desa disekitar bendung itu.
Bagian – bagian bangunan utama dari bendung antara lain :
• bangunan pengelak
• bangunan pengambilan
• bangunan pembilas (penguras)
• kantong lumpur
• pekerjaan sungai
• bangunan-bangunan pelengkap

3
2.2 Definisi Manajemen Konstruksi
Manajemen Konstruksi dibagi menjadi dua kata yaitu Manajemen yang berarti seni yang
melaksanakan dan mengatur dan konstruksi yang berarti susunan dan hubungan bahan bangunan
sedemikian rupa sehingga dapat menahan beban dan menjadi kuat. Manajemen Konstruksi adalah
suatu sistem yang menjalankan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang spesifik yang dibatasi
oleh waktu, sasaran, dan biaya. Peran Manajemen Konstruksi sangat penting bagi sebuah
konstruksi. Pekerjaan seorang Manajemen Konstruksi dibagi menjadi tiga yaitu: Planning,
Implementation, dan Controlling.

2.3 Tujuan Manajemen Kontruksi


Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur
pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan
persyaratan (specification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula
mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka
pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengwasan mutu (Quality Control),
pengawasan biaya (cost control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan,
namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut
sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut:

1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan
sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan -
masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang
mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan
dan penyerahan proyek.
2. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah
suatu proyek dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap desain.
3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai
proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain

4. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi


pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap
pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.

4
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Metode Pelaksanaan Proyek
Metode pelaksanaan dalam konstruksi Bendung Prafi ini harus direncanakan dengan sebaik
mungkin. Dimana metode pelaksanaan ini menjelaskan mengenai tahapan pelaksanaan pekerjaan
yang logis dan teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi medan kerja untuk memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien.

3.1.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan


1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi adalah kegiatan mendatangkan peralatan yang akan digunakan selama pelaksanaan
konstruksi Bendung Prafi. Sedangkan Demobilisasi adalah kegiatan mengembalikan peralatan
yang telah selesai digunakan dalam pelaksanaan konstruksi. Dalam pelaksanaan konstruksi
Bendung ini peralatan yang dibutuhkan terdiri dari :
• Dump Truck
• Compressor
• Vibrator Roller
• Concrete Vibrator
• Motor Grider
• Excavator
• Water Tanker
• Concrete Mixer
• Wheel Loader
• Tandem Roller
• Tamper
• Tronton
2. Pembersihan dan Penataan Lokasi
Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan konstruksi Bendung Prafi adalah
membersihkan dan menata lokasi pekerjaan sesuai dengan gambar perencanaan yang telah
disetujui.

5
3. Pembuatan Direksi Keet dan Barak Kerja
Tahap kedua adalah pembuatan direksi keet dan barak kerja. Direksi keet adalah bangunan yang
digunakan untuk penyimpanan material ataupun tempat rapat. Barak kerja adalah bangunan yang
dibuat untuk tempat tinggal sementara para pekerja.
4. Pengukuran Bowplank
Tahap ketiga adalah melakukan pengukuran Bowplank. Pekerjaan ini dilakukan untuk
menentukan dimana lokasi pembangunan yang akan dilaksanakan nantinya. Pengukuran bowplank
ini dilakukan bersama dengan pemilik proyek, pelaksana proyek, konsultan perencana, konsultan
pengawas dan Instansi yang terkait.

3.1.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Sementara


1. Pekerjaan Jalan Akses dan Jembatan Sementara
Jalan akses atau jalan inspeksi serta jembatan sementara dibangun sebagai sarana bagi tenaga kerja
pelaksana proyek untuk memudahkan mereka dalam melaksanakan inspeksi selama proyek
berlangsung, karena tidak semua bagian konstruksi yang sedang berjalan dapat dilalui dengan
mudah, sehingga diperlukan bangunan ini.
2. Pekerjaan Saluran Pengelak
Saluran pengelak (diversion channel) dibuat untuk mengalihkan aliran sungai selama proyek
bendung berlangsung. Pekerjaan dimulai dengan dengan mengerjakan diversion work dengan
menggali tanah dan pembuatan tanggul untuk mengalihkan aliran sungai.
3. Pekerjaan Bangunan Pengaman Tebing dan Saluran
Bangunan pengaman pada tebing dan saluran berfungsi untuk melindungi saluran pengelak dari
erosi dan gerusan oleh aliran air yang melewati saluran pengelak. Bangunan pengaman terbentuk
dari tumpukan batu dan karung.
4. Pekerjaan Cofferdam
Bangunan cofferdam pada proyek bendung berfungsi untuk memudahkan berlangsungnya
pelaksanaan proyek bendung. Cofferdam melindungi bendung yang masih dalam proses
pembangunan dari aliran sungai utama. Dalam pembangunannya pekerjaan cofferdam dibagi
menjadi dua, yaitu pekerjaan cofferdam hulu dan pekerjaan cofferdam hilir.
5. Pekerjaan Pipa Intake

6
Pada proyek Bendung Prafi terdapat intake saluran irigasi, sehingga agar air yang mengalir ke
intake tidak terganggu selama pelaksanaan proyek bendung, dipasanglah pipa parallel (2 barrel)
untuk menyadap air sebelum cofferdam hulu untuk mengalirkan ke intake.
6. Pekerjaan Pembongkaran Jembatan Sementara
Tahapan pekerjaan pembongkaran ini dilakukan apabila sudah tidak digunakan lagi untuk
inspeksi, sehingga secepat mungkin harus dibongkar.
7. Pekerjaan Penutupan Saluran Pengelak
Saluran pengelak hanya berfungsi untuk mengalihkan aliran air dari sungai utama agar tidak
melewati proyek bendung yang sedang berlangsung. Apabila proyek Bendung Prafi selesai, maka
saluran pengelak harus ditutup agar aliran air kembali melewati sungai utama.

3.1.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Permanen


1. Pekerjaan Dewatering
Yang dimaksud dengan dewatering pada bangunan penutup sungai ini misalnya pada bangunan/
pekerjaan bendung. Dalam melaksanakan pekerjaan bendungan biasanya membutuhkan waktu
pengerjaan yang cukup panjang (lama), terkadang bisa melalui beberapa musim.
Pekerjaan dewatering pada dasarnya, dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada saat debit sungai
terkecil, sehingga aka memperingan proses pekerjaan dewatering (pengeringan). Tetapi karena
tuntutan pekerjaan dan schedule pelaksanaan, sering pekerjaan dewatering masih perlu dilakukan
pada musim hujan, ketika debit sungai sudah mulai membesar. Dalam hal ini cofferdam dibuat
dalam dua tahap yang cukup untuk menanggulangi musim kemarau dengan debit kecil pada tahap
awal, dan pada tahap berikutnya dibuat cofferdam yang lebih tinggi.
2. Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah adalah penggalian dan pengangkutan semua material tanah baik yang akan
digunakan ataupun yang tidak akan digunakan lagi. Pekerjaan galian tanah ini mencakup
penanganan, pengangkutan ke lokasi pembuangan/penampungan, pembentukan dan perapihan
sesuai alur, elevasi, kemiringan, dan ukuran yang tercantum pada gambar pekerjaan. Alat yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah Dump Truck, Excavator, dan alat bantu. Tahapan pekerjaan
galian tanah:
• Pemasangan patok pada interval jarak tertentu dengan elevasi, ukuran dan kemiringan
sesuai dengan gambar kerja
• Pemberian arahan dan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) kepada para pekerja

7
• Pemasangan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilokasi proyek
• Pelaksanaan galian tanah menggunakan Excavator sesuai dengan patok yang telah
ditentukan
• Hasil galian tanah diangkut menggunakan Dump Truck ke tempat yang telah disetujui oleh
pengawas/ Direksi/ Konsultan sebelumnya
• Pemeriksaan ukuran, elevasi, kemiringan memanjang dan melintang galian apakah sudah
sesuai dengan gambar kerja
3. Galian Batu
Pekerjaan galian batu berbeda dengan pekerjaan tanah karena dalam pekerjaan galian batu ada
proses penghancuran batu menggunakan Excavator Hyd Breaker sebelum diangkut. Lingkup
pekerjaan galian batu adalah penggalian, pembelahan/penghancuran, pengangkutan semua
material baik yang akan digunakan lagi ataupun tidak. Pembentukan dan perapihan galian sesuai
alur, elevasi, kemiringan, dan ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Alat yang digunakan
dalam pekerjaan ini adalah Dump Truck, Excavator, Excavator Hyd Breaker, Compressor, dan alat
bantu. Tahapan pekerjaan galian batu:
• Pemasangan patok pada interval tertentu dengan elevasi, ukuran, dan kemiringan sesuai
dengan gambar kerja
• Pemberian arahan dan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) kepada para pekerja
• Pemasangan rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lokasi proyek
• Pelaksanaan pembelahan batu menggunakan Excvator Hyd Breaker
• Pelaksanaan galian batu menggunakan Excavator sesuai dengan patok yang telah
ditentukan.
• Hasil galian batu diangkut menggunakan Dump Truck ke tempat yang telah disetujui oleh
pengawas/ Direksi/ Konsultan sebelumnya
• Pemeriksaan ukuran, elevasi, kemiringan memanjang dan melintang galian apakah sudah
sesuai dengan gambar kerja
• Peninjauan Pengawas/ Direksi/ Konsultan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan apakah
telah sesuai dengan spesifikasi teknis sehingga dapat dilakukan pekerjaan selanjutnya.
4. Pekerjaan Galian Pondasi
Pekerjaan galian ini bertujuan untuk memasang pondasi bendung. Adapun tahapan
pelaksanaannya antara lain:

8
• Pekerjaan galian tanah dengan menggunakan alat manual cangkul dan belincong, apabila
kondisi lahan memungkinkan pekerjaan galian tanah dapat menggunakan alat bantu
excavator.
• Pasang patok dan benang untuk acuan galian.
• Gali tanah dengan acuan patok dan benang yang telah dipasang.
• Buang tanah sisa galian pada area yang telah ditentukan dan tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.
• Galian tanah untuk pondasi dilakukan sampai kedalaman dan lebar sesuai rencana.
• Pada setiap periode tertentu kedalaman galian tanah selalu diperiksa dengan
menggunakan alat ukur manual atau dengan theodolith.
• Bila ada genangan air dalam galian maka disediakan pompa drainase secukupnya supaya
air dapat segera dipompa ke luar, sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.
• Saat penggalian tanah sangat memungkinkan ditemukannya lokasi bekas pembuangan
sampah, banyak potongan kayu, atau tanah yang berlumpur. Bila hal ini dijumpai,
baiknya benda-benda tersebut diangkat.
• Urugan tanah dilakukan setelah pekerjaan cor beton pondasi selesai dikerjakan dan beton
pondasi telah mencapai umurnya.
• Urgan tanah kembali dengan memanfaatkan tanah bekas galian.
• Urug tanah disekitar lubang bekas galian pondasi.
• Urugan tanah diratakan dan dipadatkan.
5. Urugan Tanah Kembali dan Pemadatan
Pekerjaan urugan tanah kembali dan pemadatan dapat dilakukan setelah pekerjaan pembetonan
selesai setelah itu baru dilakukan pemadatan. Dalam pekerjaan timbunan harus dilakukan tes
penimbunan terlebih dahulu untuk mengetahui kadar air, gradasi material, ketebalan hamparan,
jenis, berat, serta jumlah lintasan alat pemadatan yang akan dipakai terhadap material yang akan
dijadikan bahan penimbunan dengan menggunakan alat berat. Alat yang digunakan pada pekerjaan
ini adalah Dump Truck, Excavator, Vibrator Roller, Motor Grader, Tandem Roller, dan Water
Tanker. Setelah pekerjaan dewatering, galian, dan urugan tanah telah selesai maka pekerjaan tubuh
bendung dapat dilaksanakan.

6. Pekerjaan Lantai Kerja

9
Langkah selanjutnya adalah dengan menyiapkan lantai kerja dengan mutu beton K-100. Selama
proses pengerjaan lantai kerja berlangsung tidak boleh ada kendaraan yang melewatinya
dikarenakan dapat merusak permukaannya. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah
Concrete Mixer, Water Tanker, dan Alat bantu.
7. Pekerjaan Intake Tyrol
Dalam proyek pembangunan Bendung Prafi ini menggunakan intake bangunan tyrol. Pemanfaatan
bangunan utama tyrol dimaksudkan untuk menghindarkan bahaya benturan angkutan sedimen batu
gelundung serta angkutan benda padat lainnya terhadap bangunan dan untuk mengatasi gangguan
penyadapan aliran sungai akibat berpindahnya alur sungai. Jadi intake tyrol berfungsi untuk
menyadap air langsung dari dasar sungai melalui bukaan saringan yang dipasang pada tubuh
bendung dan ditujukan untuk membatasi besar diameter muatan sedimen yang ikut tersadap.
8. Pekerjaan Apron
9. Pekerjaan Pembesian
Setelah pekerjaan lantai kerja selesai maka dilanjutkan dengan pekerjaan pembesian. Pekerjaan
pembesian pada pekerjaan ini adalah pemasangan besi tulangan 24 polos. Dalam pelaksanaannya
jumlah dan jarak pembesian harus sesuai dengan yang telah ditentukan pada desain. Agar tidak
mudah lepas atau bergeser maka pemasangan pembesian diikat dengan kawat beton.
10. Pekerjaan Bekisting
Setelah pemasangan besi tulangan selesai maka pemasangan bekisting dapat dilakukan.
Perencanaan bekisting harus didasarkan oleh kemudahan pemasangan, kemudahan
pembongkaran, kecepatan pemasangan dan biaya yang efisien. Pembongkaran bekisting dapat
dilakukan paling cepat setelah beton berumur dua hari.
11. Pekerjaan Pembetonan
Setelah pemasangan bekisting selesai maka dilakukan pemeriksaan yang meliputi dimensi dan
selimut beton. Setelah itu dilakukan tahap pembetonan dengan menggunakan mutu beton K-225.
Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Concrete Mixer, Water Tanker, dan Alat bantu.
12. Pekerjaan Beton Cyclope
Beton Cyclope terdiri dari campuran semen, pasir beton, batu pecah mesin, dan batu belah dengan
perbandingan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Alat yang digunakan pada
pekerjaan ini adalah Concrete Mixer, Concrete Vibrator, dan Water Tanker.

10
3.2 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada konstruksi Bendung Prafi
merupakan kegiatan yang harus dipatuhi seluruh elemen yang berhubungan langsung dengan
pelaksanaan konstruksi Bendung Prafi. Kegiatan pelaksanaan K3 dimulai dari perekrutan pekerja
yang harus bersedia mengikuti semua peraturan K3 yang telah ditetapkan pada pelaksanaan
konstruksi Bendung Prafi. Selain itu setiap memulai suatu pekerjaan selalu dilakukan penjelasan
mengenai kondisi dan bahaya yang dihadapi di tempat kerja, penggunaan perlengkapan
keselamatan dan cara maupun sikap aman dalam melakukan pekerjaan. Berikut adalah rencana
peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):
1. Sebelum memulai suatu kegiatan sediakan waktu untuk berdoa dan memperhatikan keamanan;
2. Selalu berjalan dan menggunakan jalur yang benar saat berjalan di area proyek
3. Selalu menjaga standar tentang kebersihan dan kerapihan
4. Melakukan pemanasan/peregangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan manual (kegiatan
yang banyak menggunakan aktivitas anggota badan)
5. Menerapkan prosedur mengangkut barang yang benar dalam bekerja
6. Memastikan bahwa semua pekerja mengikuti prosedur keselamatan pengoperasian peralatan
kerja yang benar
7. Selalu mengenakan atau memakai Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar

3.3 Jenis dan Uraian Pekerjaan


Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi item-item dan uraian pekerjaan pada proyek
pembangunan Bendung Prafi:
No. URAIAN PEKERJAAN
I PEKERJAAN PERSIAPAN
I.1 Pembersihan dan penataan lokasi
I.2 Pembuatan direksi keet dan barak kerja
I.3 Pengukuran bowplank

II PEKERJAAN KONSTRUKSI SEMENTARA


II.1 Jalan akses
II.2 Jembatan sementara
II.3 Saluran pengelak
II.4 Bangunan pengaman tebing
II.5 Bangunan pengaman saluran
II.6 Coferdam hulu

11
No. URAIAN PEKERJAAN
II.7 Coferdam hilir
II.8 Pipasmentara ke intake
II.9 Pembongkaran jembatan sementara
II.10 Penutupan Saluran pengelak

III PEKERJAAN KONSTRUKSI PERMANEN


III.1 Pekerjaan tubuh bendung
a. Pekerjaan pembongkaran tb.bend eksisting
b. Pekerjaan dewatering
c. Pekerjaan galian pondasi
d. Pekerjaan tubuh bendung
e. Pekerjaan Beton
f. Pekerjaan Penulangan
g. Pekerjaan Bekisting
h. Pekerjaan Plester
i. Pekerjaan Lain-Lain
III.2 Pekerjaan intake tyroll
a. Pekerjaan saringan tyroll
b. Pekerjaan steel liner di sal pengumpul
III.3 Pekerjaan apron
a. Pekerjaan apron hulu
b. Pekerjaan apron hilir
III.4 Pekerjaan dinding penahan hulu
a. Dinding penahan hulu - kiri
b. Dinding penahan hulu - kanan
III.5 Pekerjaan dinding penahan hilir
a. Dinding penahan hilir - kiri
b. Dinding penahan hilir - kanan
III.6 Pekerjaan sand trap
a. Pekerjaan Tanah dan Batu
b. Pekerjaan Beton
c. Pekerjaan Penulangan
d. Pekerjaan Bekisting
e. Pekerjaan Lain-Lain

3.4 Alat Berat untuk Proyek Bendung


1. Asphalt Mixing Plant (AMP)
Alat Pencampur Aspal atau biasa disebut Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah satu
kesatuan perangkat peralatan untuk memproduksi campuran hot mix yang terdiri dari agregat

12
(artikel terkait: jenis-jenis agregat), aspal panas dan bahan pengisi atau filler. Apabila dilihat
dari proses pencampurannya maka AMP dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. AMP tipe takaran (batch type)
b. AMP tipe menerus (continuous type)

Gambar 1.1 Alat Asphalt Mixing Plant (AMP)


2. Asphalt Finisher
Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal hot mix yang dihasilkan
dari alat produksi aspal yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) pada permukaan jalan yang akan
dikerjakan. Terdapat dua jenis Asphalt Finisher yaitu jenis crawler yang menggunakan track
dan jenis roda karet (Wheeled). Pada Asphalt Finisher jenis track, penghamparannya lebih
halus serta lebih datar dibandingkan Asphalt Finisher yang menggunakan roda karet dengan
ukuran yang sama.
Asphalt Finisher Memiliki roda yang berupa kelabang atau dimaksud dengan crawler track
dengan hopper yang tidak beralas. Sedangkan dibawah hopper terdapat pisau yang juga selebar
hopper. Ketika sistem penghamparan, awalannya diawali dengan memasukkan aspal ke
hopper. Lalu aspal bakal segera turun ke permukaan serta disisir oleh pisau. Untuk memperoleh
tingkat kerataan yang dikehendaki bakal ditata oleh pisau tersebut.
Asphalt hot mix dari dump truck, dituangkan secara berangsur-angsur ke hopper finisher
yang dapat menampung volume dari alat pengangkut tersebut. Pada kondisi jalan yang lebar,

13
posisi paving dan screw dapat ditambah lebarnya (extention) sampai maksimum sesuai spek
alat, demikian pula ketebalan dari hamparan asphalt dapat di sesuaikan.

Gambar 1.2 Alat Asphalt Finisher


3. Asphalt Sprayer
Aspal Sprayer adalah peralatan yang digunakan untuk menyemprotkan aspal cair pada
pekerjaan finishing jalan. Aspal Sprayer merupakan alat gelar yang harus dimiliki kontraktor
jalan. Pada umumnya, alat penyemprot aspal diberikan untuk memberikan lapis pengikat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) pada permukaan yang akan diberi lapis aspal
diatasnya dengan tujuan untuk mengikat lapis perkerasan baru dengan lapis perkerasan lama.

Gambar 1.3 Alat Asphlat Sprayer

4. Bulldozer
Bulldozer adalah jenis peralatan konstruksi (biasa disebut alat berat atau construction
equipment) bertipe traktor menggunakan Track/ rantai serta dilengkapi dengan pisau (dikenal

14
dengan blade) yang terletak di depan. Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali,
mendorong dan menarik material (tanah, pasir, dsb). Istilah bulldozer sering kali digunakan
untuk menggambarkan semua tipe alat berat (Eksavator, Loader, dsb) meskipun istilah ini
tepatnya hanya menunjuk ke traktor berantai yang dilengkapi dengan blade.
Selain blade sebagai perlengkapan standar Bulldozer, pada sisi belakang Bulldozer bisa
dipasang perlengkapan tambahan berupa:
Ripper untuk membongkar material yang tidak dapat digali menggunakan blade, biasanya
untuk pekerjaan pembuatan jalan atau pertambangan.
Winch untuk menarik material, sering digunakan pada pekerjaan pengeluaran kayu di hutan.

Gambar 1.4 Alat Bulldozer

5. Air Compressor
Compressor adalah suatu mesin mekanik yang berfungsi untuk memampatkan fluida gas
atau meningkatkan tekanan udara. Compressor biasanya menggunakan mesin diesel/mesin
bensin atau motor listrik sebagai tenaga penggeraknya. Udara yang dihasilkan dari Compressor
mempunyai tekanan yang berbeda-beda, tergantung dari spesifikasi BAR yang dimilki
compressor itu sendiri. Udara yang bertekanan itu biasanya digunakan untuk mengisi angin
ban, pembersihan peralatan/perkakas, gerinda udara (air gerinder), pengecatan dengan teknik
spray/ air brush, medis (oil free Compressor) dan lain sebagainya.

15
Alat ini juga bisa berfungsi untuk sistem pneumatik. Berbeda dengan sistem hidrolik yang
menggunakan cairan oli sebagai penggerak mekanik, sistem Pneumatik ini menggunakan
tekanan udara untuk menggerakan cylinder kerja yang mengubah tekanan udara tersebut
menjadi tenaga mekanik (gerakan maju mundur pada cylinder). Lahirnya prinsip kerja dari
compressor terinspirasi pada sistem pernapasan manusia yaitu sistem kerja paru-paru yang
ditemukan oleh ilmuwan bernama Otto von guiricke pada tahun 1650. Prinsip kerja ini diambil
ketika manusia mengambil nafas dalam-dalam untuk meniup api lilin, maka ia akan
meningkatkan tekanan udara di dalam paru-paru, sehingga menghasilkan udara bertekanan
yang kemudian dihembuskan untuk meniup api lilin tersebut.

Gambar 1.4 Alat Air Compressor


6. Concrete Mixer
Concrete mixer adalah sebuah alat untuk memproduksi beton ready mix, dengan volume
yang kecil akan tetapi dari segi kualitas beton tetap seragam dan sesuai proporsi material yang
telah ditentukan dalam desain mix.
Secara Umum Sebuah Concrete mixer merupakan alat yang menggabungkan semen secara
agregat seperti pasir atau kerikil, dan air untuk membentuk beton . Sebuah Concrete mixer
menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen. Untuk volume yang lebih kecil
biasa menggunakan mixer beton portabel sehingga beton dapat dibuat di lokasi konstruksi.

16
Gambar 1.6 Alat Concrete Mixer

7. Dump Truck
Truk jungkit atau truk pembuang (dump truck) adalah truk yang isinya dapat dikosongkan
tanpa penanganan. Truk pembuang biasa digunakan untuk mengangkut barang semacam pasir,
kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Secara umum, truk jungkit dilengkapi dengan
bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa
diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat
yang diinginkan. Dump Truck biasa digunakan untuk mengangkut material alam seperti tanah,
pasir, batu split, dan juga material olahan seperti beton kering pada proyek konstruksi.
Umumnya material yang dimuat pada dump truck oleh alat pemuat seperti excavator backhoe
atau loader.

Gambar 1.8 Alat Dump Truck

17
8. Excavator Backhoe
Excavator, backhoe atau shovel adalah suatu alat berat yang diperuntukkan memindahkan
suatu material, sehingga dapat meringankan pekerjaan yang berat apabila dilakukan dengan
tenaga manusia.Dan juga untuk mempercepat waktu pengerjaan sehingga dapat menghemat
waktu. Excavator sering digunakan untuk :
o Menggali parit, lubang, pondasi
o Penghancuran gedung
o Perataan permukaan tanah
o Mengangkat dan memindahkan material
o Mengeruk sungai
o Pertambangan
Beberapa bidang industri yang sering menggunakan Excavator antara lain Konstruksi,
Pertambangan, dan Infrastruktur.

Gambar 1.9 Alat Excavator Backhoe

9. Flat Bed Truck


Truk flatbed adalah jenis truk yang dapat diartikulasikan atau kaku. Seperti namanya,
bodywork-nya benar-benar rata, tanpa sisi atau atap. Hal ini memungkinkan pemuatan barang
yang cepat dan mudah, dan akibatnya mereka digunakan untuk mengangkut muatan berat yang
tidak rentan atau rentan terhadap hujan, dan juga untuk muatan abnormal yang membutuhkan
lebih banyak ruang daripada yang tersedia pada badan tertutup.

18
Gambar 1.10 Alat Flatbed Truck

10. Generating Set


Genset adalah akronim dari “Generator set”, yaitu suatu mesin atau perangkat yang terdiri
dari pembangkit listrik (generator) dengan mesin penggerak yang disusun menjadi satu
kesatuan untuk menghasilkan suatu tenaga listrik dengan besaran tertentu.

Gambar 1.11 Alat Generator Set

11. Motor Grader

19
Secara umum Motor Grader mempunya 3 as roda, satu ditengah, as roda belakang di ujung
kendaraan, dan as ketiga terdapat dibagian ujung depan. Sementara mesin dan kabin berada
diatas. Terdapat enam bagian utama pada unit Motor Grader. Keenamnya adalah bagian
penggerak atau prime mover, kerangka atau frame, sacrifier, pisau atau moldboard, circle dan
drawbar. Adapun alat penggerak utama Motor Grader sendiri yaitu roda ban yang posisinya
berada di bagian belakang, sementara frame fungsinya menghubungkan penggerak as roda
bagian depan. Karena letak frame cukup tinggi alat berat ini mampu bergerak lincah sewaktu
bermanufer.

Gambar 1.12 Alat Motor Grader

12. Track Loader (Traxcavator)


Alat Berat ini berfungsi untuk memuat material atau tanah atau batu kedalam alat
pengangkut (dump truck atau hopper pada beltconveyor) atau memindahkan material ketempat
lain dengan jarak angkut sangat terbatas (load and carry). Hanya biasa beroperasi di daerah
yang agak keras dan pada landasan yang kurang rata.
Daya cengkeram lebih kuat, tetapi kurang mampu di daerah yang lunak dan basah, mampu
mengambil sendiri tanah merah asli atau yang agak lunak. Memerlukan daerah pemuatan
(loading point) sedikit agak lebar tetapi perpindahan daerah operasi kurang cepat (kurang
mobile).

20
Gambar 1.13 Alat Traxcavator

13. Wheel Loader


Wheel loader adalah alat berat mirip dozer shovel, tetapi beroda karet (ban), sehingga baik
kemampuan maupun kegunaannya sedikit berbeda. Wheel Loader menggunakan ban sebagai
penggeraknya yang memudahkan mobilitas dan juga fungsi articulate yang memberikan ruang
gerak fleksibel . Wheel loader merupakan alat yang dipergunakan untuk pemuatan material
kepada dump truck dan sebagainya. Sebagai prime mover loader menggunakan tracktor. Disini
dikenal dua macam loader (ditinjau dari prime movernya), yakni :
a. Loader dengan penggeraknya crawler tractor atau disebut track cavator.
b. Loader dengan penggeraknya crawler tractor atau disebut wheel tractor.

Gambar 1.14 Alat Wheel Loader

21
14. Concrete Vibrator
Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran di mana
fungsinya ialah untuk pemadatan beton yang dituangkan ke dalam bekisting. Hal ini ditujukan
agar kandungan udara yang terjebak dalam campuran beton dapat keluar. Getaran yang
dihasilkan oleh vibrator akan mengeluarkan gelembung udara dari beton sehingga beton yang
dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang merata dan menghindari tejadinya keropos atau
“sarang lebah” pada beton. Vibrator beton STRONG:
• Cocok digunakan untuk memadatkan tuangan cor yang masih baru
• Frame / rangka kokoh sehingga lebih awet dan kuat
• Ringan dan mudah dipindahkan

Gambar 1.15 Alat Concrete Vibrator

15. Stone Crusher dan Kombinasi dengan Wheel Loader


Stone Crucher adalah sebuah alat yang didesain untuk memecahkan batu dari ukuran yang
besar menjadi ukuran yang lebih kecil. Selain untuk memecahkan batuan, stone crucher juga
berfungsi untuk memisahkan butir-butir batuan yang telah dipecahkan menggunakan screen
atau saringan. Dengan screen, batuan dapat dikelompokkan sesuai ukuran yang kita inginkan.

22
Gambar 1.16 Alat Stone Crusher

16. Water Pump


Prinsip serta cara kerja water pump mobil adalah dengan berputar mengikuti putaran mesin
yang di sambungkan oleh sebuah belt dari puli crankshaft atau poros mesin,karena itu jika
drive belt yang memutar waterpump putus menyebabkan overheating karena air radiator tidak
bersirkulasi.

Gambar 1.17 Alat Water Pump

17. Concrete Pump


Concrete pump adalah sebuah mesin/alat yang digunakan untuk menyalurkan adonan beton
segar dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat pengecoran yang letaknya sulit dijangkau
23
oleh truck mixer. Struktur beton bertulang banyak dipilih untuk bangunan tingkat tinggi, maka
diperlukan alat-alat konstruksi yang dapat menunjang proses pembangunan tersebut.

Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan dengan
truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat. Sedangkan concrete pump jenis fixed
berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap.

Gambar 1.21 Alat Concrete Pump

18. Rock Drill Breaker


Rock drill breaker adalah alat berat yang dipakai untuk memecahkan atau menghancurkan
batu, bentuknya semacam bor raksasa yang dipasang pada ujung excavator atau orang sering
menyebutnya sebagai backhoe/Bego.

24
Gambar 1.22 Alat Rock Drill Breaker

19. Vibrating Rammer


Mesin Stamper atau yang dikenal sebagai tamping rammer merupakan alat yang
dipergunakan untuk memadatkan tanah, Mesin Stamper sangat membantu untuk mempercepat
proses pemadatan tanah timbun, selain itu Mesin Stamper juga dapat memadatkan tanah asli
kohesif. Mesin Stamper biasanya digunakan dalam proses pemadatan untuk bangunan gedung,
pemadatan jalan, halaman, selain itu Mesin Stamper juga digunakan untuk pekerjaan
pemadatan timbunan lainnya. Bahan bakar yang biasanya digunakan Mesin Stamper adalah
Bensin.

25
Gambar 1.23 Alat Vibrating Rammer

20. Concrete Truck Mixer


Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran
yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal.
Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat
mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material
seperti concretebatch plant dan asphalt mixing plant.
Concrete mixer truck adalah merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton kelokasi proyek dimana selama dalam
pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran permenit agar beton tetap
homogen serta tidak mengeras. Truk khusus yang dilengkapi dengan concrete mixer berfungsi
untuk mengaduk/mencampur campuran beton ready mix yang cara kerjanya mirip dengan
molen.
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja, ketika dalam perjalanan menuju lokasi proyek, drum
ini berputar perlahan yang berlawanan dengan arah jarum jam sehingga adukan mengarah
kedalam. Perputaran didalam bertujuan agar tidak terjadi pergeseran ataupun pemisahan
agregat sehingga adukan tetap homogen. Dengan demikian mutu beton akan selalu terjaga
sesuai dengan kebutuhan rencana. Apabila sampai pada lokasi pekerjaan dan pengecoran

26
berlangsung. Kemudian arah putaran drum dibalikan searah dengan arah jarum jam dan
kecepatan putaran diperbesar sehingga adukan beton keluar. Proses pengiriman beton ready
mix diatur dengan memperhatikan jarak, kondisi lalu lintas, cuaca dan suhu sebab dapat
mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran.

Gambar 1.24 Alat Concrete Truck Mixer

27

Anda mungkin juga menyukai