Tinjauan Pustaka
Berdasarkan arti kata, komposit itu sendiri mempunyai arti gabungan atau
susunan kombinasi. Jadi material komposit merupakan material yang dibuat dari
gabungan/kombinasi dua atau lebih material secara fisik (bukan kimia), yang
6
berbeda dalam komposisi dan ukuran secara makrokopis, dimana yang satu
berfungsi sebagai penguat/pengikat terhadap yang lain. Kombinasi dalam skala
makroskopik adalah hal yang membedakan material komposit dengan material
paduan (alloy).
Perbedaan utama material komposit terhadap material lain umumnya
adalah pada sifat materialnya yang inhomogeneous dan orthotropic. Material
inhomogeneous adalah material yang sifatnya tidak seragam dan merupakan
fungsi dari posisi pada tubuh material tersebut sedangkan material orthotropic
adalah material yang sifatnya berbeda pada tiga arah yang ada.
7
3. Structural composite, yaitu material yang merupakan kombinasi dari
komposit dan homogeneus, sifatnya bergantung pada material pembentuk
dan rancangan geometri elemennya. Structural composite dapat dibedakan
menjadi:
a. Laminates, yaitu gabungan dua dimensional sheet atau panel yang
mempunyai kecendrungan arah high-strength, contohnya plywood.
b. Sandwich, yaitu komposit yang terdiri atas dua lapisan muka (faces),
diantaranya terdapat lapisan material berdensitas rendah (core) dan
memiliki kekakuan dan kekuatan yang lebih rendah pula, contohnya
konstruksi honeycomb core sandwich panel.
8
bahan metal. Keunggulan seperti inilah yang dimanfaatkan oleh berbagai industri
pada berbagai aplikasi yang membutuhkan bahan-bahan yang ringan tetapi kuat
dan kaku.
9
Bahan anisotropik berarti sifat-sifatnya berubah dengan perubahan arah;
yang berarti merupakan fungsi arah dan posisi.
Karena sifatnya yang tidak homogen tersebut, bahan komposit sering dipelajari
dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu mikromekanik dan makromekanik.
Mikromekanik adalah kaji bahan komposit dimana interaksi antara bahan-
bahan pembentuknya dipelajari dalam skala mikroskopik. Lingkup kaji ini
misalnya: mempelajari antara serat dan matriks; aliran dan pemindahan tegangan
dari serat dan matriks, serta penentuan modulus elastisitas bahan sebagai fungsi
dari modulus elastisitas bahan-bahan pembentuknya.
Sedang kaji makromekanik adalah kaji bahan komposit dimana bahan
dianggap homogen dan pengaruh bahan-bahan pembentuknya hanya ditengarai
sebagai sifat yang tampak secara keseluruhan pada bahan komposit. Di sini tidak
diperhatikan lagi bahan pembentuknya secara sendiri-sendiri. Pada kaji ini tidak
dipelajari, misalnya susunan serat dalam matriks yang pada kaji mikroskopik
merupakan kajian utama.
Salah satu keuntungan bahan komposit adalah kemungkinan bahan
tersebut diarahkan dalam arah tertentu (tailoring). Artinya, bahan tersebut dapat
diarahkan sehingga hanya kuat dan kaku dalam arah tertentu dan lemah dalam
arah-arah yang tidak dikehendaki. Kemampuan ini jelas tidak dipunyai bahan
isotropik, yang per defenisi berarti mempunyai kekuatan dan kekakuan dalam
segala arah. Pengetahuan tentang mikromekanik dan makromekanik ini akan
berperan besar dalam mengarahkan bahan tersebut agar persyaratan structural
yang dikehendaki tercapai.
10
Kriteria ini menyatakan bahwa suatu laminat dianggap gagal jika satu saja
laminanya mengalami kegagalan
2) Kegagalan laminat ultimate (Progressive and Ultimate-laminate failure)
Kriteria ini menyatakan bahwa suatu laminat dianggap gagal jika beberapa
laminanya mengalami kegagalan sehingga mengakibatkan kekuatan
laminatnya menurun secara signifikan.
3) Kegagalan interlaminar (Interlaminar failure)
Kriteria ini menyatakan bahwa suatu laminat dianggap gagal jika telah
terjadi pemisahan (separation) antar lamina yang bersebelahan walaupun
lamina-laminanya sendiri masih utuh. Kegagalan interlaminar ini bisa
menyebabkan delaminasi atau pemisahan antar lamina.
σ 2 ≥ F2t (2.2)
11
Kegagalan terjadi jika:
σ 1 ≥ F1c (2.3)
σ 2 ≥ F2 c (2.4)
o Tegangan Geser
Kegagalan terjadi jika:
τ 12 ≥ F6 atau σ 6 ≥ F6 (2.5)
2. Teori Tsai-Hill
Hill memperluas kriteria Von Misses untuk material anisotropik.
Azzi-Tsai memperluas persamaan ini untuk komposit anisotropik
berpenguat serat. Kegagalan terjadi bila hasil perhitungan dari persamaan
(2-9) sama atau lebih besar dari satu.
σ 12 σ 22 σ 1σ 2 σ 62
+ − + ≥1 (2.6)
F12 F22 F12 F62
Angka yang diperoleh dari perhitungan sisi kiri pada persamaan (2.6)
disebut sebagai angka Tsai-Hill. Angka Tsai-Hill biasa digunakan untuk
menunjukkan faktor keamanan dari material komposit. Semakin kecil angka Tsai-
Hill ini, semakin tinggi faktor keamanan dari material komposit tersebut,
demikian juga sebaliknya.
12
2.2 Sistem Perpipaan
Pipa yang berada pada sebuah kawasan terbatas atau industri tertentu biasa
disebut sebagai piping, sedangkan pipa yang berada pada kawasan publik baik
darat maupun laut, dan biasanya digunakan untuk transportasi fluida disebut
sebagai pipeline. Penggunaan sistem perpipaan cukup beragam, antara lain
digunakan untuk menyalurkan fluida dari sumur menuju tempat pengolahan atau
antar bangunan anjungan lepas pantai (offshore facility) ataupun dari bangunan
anjungan lepas pantai langsung ke darat (onshore facility).
Berdasarkan jenis fluida dan fungsinya, pipeline system dapat dibedakan
menjadi:
1. Export line (trunk lines)
Export line adalah pipeline yang manyalurkan minyak atau gas olahan
antar platform atau antara platform dan shore facility.
2. Flowline
Flowline adalah pipeline yang menyalurkan fluida dari sumur pengeboran
ke komponen downstream process yang pertama.
3. Water injection/gas lift
Injection line adalah pipeline yang mengarahkan liquid atau gas untuk
mendukung aktifitas produksi, contoh: air atau injeksi gas, gas lift,
chemical injection line.
4. Product line
Product line adalah pipeline yang menyalurkan fluida produk hasil proses
pengolahan ke tempat penampungan sementara untuk selanjutnya
didistribusikan kepada konsumen.
5. Interfield lines
Interfield lines adalah pipeline yang menghubungkan antar lokasi
pengeboran (field).
Pada perancangan pipeline harus diperhatikan kelayakan rancangannya
baik dari segi mekanik maupun segi ekonomis. Dalam tahap perancangannya
semua perhitungan dan penentuan aspek yang ada harus dilakukan sesuai dengan
aturan-aturan dan pengalaman yang ada yaitu Code, Standard dan Recommended
Practice yang sesuai.
13
2.2.1 Pipa Komposit GRP[2]
Penggunaan pipa komposit merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan korosi yang dihadapi dalam penggunaan pipa logam, terutama
penggunaan pipa pada lingkungan yang agresif. Jenis pipa komposit yang pada
saat ini banyak digunakan pada industri migas adalah pipa Glass Reinforced
Plastics (GRP) atau sering juga disebut dengan Fiber Reinforced Plastics (FRP).
Beberapa kelebihan dan kekurangan pipa komposit bila dibandingkan dengan pipa
logam ditampilkan pada tabel 2.2 berikut.
Kelebihan Kekurangan
14
2.2.2.1 Proses Filament Winding[3&9]
Pada proses ini, mula-mula serat kaca dilewatkan pada creel yang terletak
pada sebuah carriage yang bergerak translasi pada sumbu putar mandrel, lalu
serat tersebut dilewatkan ke dalam resin bath, agar serat tersebut dilumuri oleh
resin. Kemudian serat kaca yang telah dibasahi oleh resin tersebut dibalutkan
dengan pola dan sudut kemiringan tertentu pada mandrel yang berputar, dalam
tegangan yang terkendali. Hal ini dilakukan berulang kali secara kontinu sehingga
diperoleh dinding yang berlapis-lapis dengan tebal sesuai dengan tebal yang
diinginkan. Proses ini akan menghasilkan pipa komposit dengan rasio berat 70:30
(serat:resin). Ilustrasi proses manufaktur filament winding untuk pipa komposit
GRP dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.
15
dengan sifat ekspansi termal dan ketahanan terhadap bending yang baik. Ilustrasi
proses manufaktur centrifugal casting untuk pipa komposit GRP dapat dilihat
pada gambar 2.4 berikut.
16
2.2.3 Metode Penyambungan Pipa Komposit[8]
Dalam menentukan jenis metode penyambungan yang akan digunakan ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Ketahanan (Reability)
b. Kemampuan untuk menahan beban bending
c. Kondisi lingkungan pemasangan
d. Kemudahan pembuatan
Berdasarkan ISO 14692-4, beberapa teknik penyambungan yang dapat
digunakan pada pipa komposit GRP, antara lain:
1. Adhesively bonded joints
17
(sambungan
( n berulir) sud
dah terbuktii dapat diguunakan. Biassanya peranccangan ulir
digunakan
d Standard
S merican Petrroleum Instittute (API). Teknik
Am T penyyambungan
lain
l yang daapat digunakkan untuk pipa komposit GRP dapaat dilihat paada gambar
2.8
2 berikut.
Flanged
F Belt & Spinggot O
O-Ring Bell & Spingot
2.2.4
2 Codee dan Stand
dard Perancaangan Pipa Komposit G
GRP
Setiaap perancanggan sistem pperpipaan haarus mengikkuti aturan-aaturan yang
telah
t ditetappkan, baik yang
y disusunn berdasarkaan penelitiann maupun yang
y dibuat
berdasarkan
b n pengalamaan. Tujuannnya adalahh supaya hhasil rancanngan yang
diperoleh
d teersebut amann dan dapatt berfungsi dengan
d baikk sesuai den
ngan tujuan
perancangan
p nnya. Hamppir keseluruuhan aturann-aturan teersebut telaah disusun
menjadi
m d, Recommennded Practicce dan Guideeline. Code merupakan
Codde, Standard m
suatu aturan
n yang legal dan dapat dijadikan
d huk
kum. Standaard memuat spesifikasi
pipa
p dan komponen-komponennyya yang digunakan secara intternasional.
Recommend
R n pengalaman praktik dari suatu
ded Practicee merupakann kumpulan
instansi
i atau
u organisasii yang didokkumentasikaan menjadi sebuah pan
nduan yang
dapat
d digunaakan dalam sebuah perancangan nam
mun tidak daapat digunak
kan sebagai
hukum.
h Guiideline meru
upakan pannduan yang dapat digunnakan sebaggai rule of
thumb
t dalam
m perancangan.
Saat ini standdard dan code
c peranccangan unttuk sistem perpipaan
bermaterial
b logam sepeerti baja suddah banyak dan
d sudah m
memuat ham
mpir semua
aspek
a peranncangan yan
ng ada. Berbbeda dengan
n pipa logam
m, code dann standard
untuk
u peranncangan men
nggunakan ppipa kompossit masih rellatif sedikit dan belum
memuat
m sem
mua aspek yaang ada. Hal tersebut merupakan
m saalah satu alassan kenapa
18
pipa komposit penggunaannya masih sangat terbatas sampai saat sekarang ini.
Code dan standard untuk pipa komposit, khususnya GRP yang telah ada, yaitu:
• ISOa 14692 “Petroleum and natural gas industries — Glass-reinforced
plastics (GRP) piping”, 2002
• ASMEb B31.3 “Process Piping (nonmetallic piping, Chapter VII)”
• BSc 7159 “British Standard Code of practice for Design and construction
of glass reinforced plastics (GRP) piping systems for individual plants or
sites”
• ABSd “Guide for Certification of FRP Hydrocarbon Production Piping
System”
• ASTMe D 2992 “Standard Practice for Obtaining Hydrostatic or Pressure
Design Basis for “Fiberglass” (Glass-Fiber-Reinforced Thermosetting-
Resin) Pipe and Fittings”
• API SPECIFICATION 15 (LR dan HR) “Specification For Low/High
Pressure Fiberglass Line Pipe and Fittings”
• UKOOAf Document (1994) “Specifications and recommended practice
for the use of GRP piping offshore”
Code dan standard yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah ISO
14692 “Petroleum and natural gas industries Glass-reinforced plastics (GRP)
piping”. ISO 14692 merupakan standard pipa komposit terbaru yang ada sekarang
ini dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Teknik Minyak
dan Gas (Migas). Selain itu ISO 14692 juga merupakan penyempurnaan dari
standard yang sudah ada sebelumnya yaitu dokumen UKOOA 1994.
a
International Standard Organization
b
American Society of Mechanical Engineers
c
British Standard
d
American Bureau of Shipping
e
American Society for Testing and Materials
f
United Kingdom Offshore Operators Association
19
yang terjadi terus menerus atau dalam jangka panjang (long-term), misalnya berat
sendiri (dead weight) dan tekanan internal maupun eksternal. Occasional load
merupakan pembebanan yang terjadi pada periode tertentu saja dan tidak
berlangsung lama (short-term), misalnya beban akibat angin dan gempa. Contoh
dan jenis pembebanan yang harus diperhatikan dalam perancangan dapat dilihat
pada tabel 2.4.
20
1. Perubahan bentuk atau deformasi yang terlalu besar, dapat berupa
deformasi plastik atau permanen, buckling dan deformasi elastik yang
terlalu besar.
2. Patah (facture), dapat berupa patah akibat tegangan yang melampaui batas
kekuatan, patah berkeping-keping akibat beban impak, patah lelah akiban
beban fatigue dan retak.
3. Kerusakan permukaan, dapat berupa permukaan terkelupas, berlubang-
lubang atau aus.
21
Pada penggunaan untuk hidrokarbon, termasuk minyak mentah dan
kondensatnya, minyak diesel, cairan kimia solvent-based atau saluran drain yang
berbahaya, sebaiknya dilakukan analisis resiko. Hasil analisis ini digunakan untuk
membandingkan resiko pada pipa logam yang beroperasi pada kondisi yang sama.
Pipa GRP boleh digunakan bila tidak ada potensi kegagalan yang signifikan
teridentifikasi atau dimana konsekuensi dari kegagalan dinilai kecil. Aplikasi
hidrokarbon bertekanan tinggi membutuhkan pertimbangan adanya api dan
performa ketahanannya terhadap api.
22
Dimana:
tr = tebal dinding pipa yang diperkuat
D = diameter rata-rata pipa
Epoxy 110°C
Polyester 70°C
Phenolic 150°C
23
regresi dan pengujian ketahanan selama 1000 jam. Qualified pressure diperoleh
dengan persamaan sebagai berikut:
p q = p LCL = f 1 ⋅ p LTHP
(2.8)
dimana, PLCL adalah tekanan hasil pengujian pada tingkat kepercayaan diri yang
rendah (lower confidence limit) yang ekivalen dengan tekanan long-term
hydrostatic pressure (LTHP) dikalikan faktor parsial f1 sebesar 97,5% limit faktor
kepercayaan yaitu sebesar 0,85.
Nilai qualified pressure pun dapat dicari melalui nilai qualified stress jika
yang disediakan dari produsen adalah nilai tersebut dengan hubungan:
D
σ qs = p q × (2.9)
2t r
atau,
2t r ⋅ σ LCL
p q = p LCL = (2.10)
D
Dimana:
A1 = faktor parsial untuk temperatur
A2 = faktor parsial untuk resistansi kimia
A3 = faktor parsial untuk pembebanan siklik
24
• Faktor Parsial untuk Resistansi Kimia, A2
Efek dari degradasi secara kimia, baik akibat medium yang
ditransportasikan maupun akibat lingkungan luar, harus dipertimbangkan.
Faktor parsial untuk resistansi kimia untuk medium air bernilai 1,0. Untuk
medium lain, A2 harus ditentukan dengan pengujian lain berdasarkan
ASTM D3681 dan prENg 13121-2.
⎛ 2 1 2 ⎞ ⎡ 2 ⎛ N − 7000 ⎞⎤
A3 = ⎜ Rc + (1 − Rc ) ⎟ × exp⎢(1 − Rc )⎜1 − ⎟ (2.13)
⎝ 16 ⎠ ⎣ ⎝ 108 ⎠⎥⎦
g
Draft European Standard
25
Dimana:
f2 = faktor untuk tipe pembebanan
f3 = faktor untuk pembebanan aksial
• Faktor Pembebanan, f2
Faktor tipe pembebanan ditentukan dari tipe pembebanan yang
dominan pada pipa, sesuai dengan tabel 2.6 berikut.
yaitu:
σ sa ( 0:1)
r = 2⋅ (2.15)
σ sh ( 2:1)
Dimana:
σsh(2:1) = kekuatan arah hoop jangka pendek dalam kondisi
pembebanan 2:1
σ sa(0:1) = kekuatan arah aksial murni jangka pendek
Nilai f3 dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
untuk r ≤ 1
2σ ab (2.16)
f3 = 1 −
r × f 2 × σ fs
26
untuk r > 1
2σ ab (2.17)
f3 = r −
f 2 × σ fs
27
akan ditentukan panjang span statik maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi
operasi, instalasi dan hydrotest. Dalam analisis span, biasanya pipa dalam kondisi
partially restraint akan lebih kritis bila dibandingkan dengan pipa dalam kondisi
fully restraint.
Analisis ini akan menghitung panjang span maksimum yang
diperbolehkan agar tegangan akibat gaya yang bekerja pada pipa yang ditumpu
tidak menyebabkan kegagalan statik akibat tegangan berlebih (overstress) pada
pipa. Analisis ini akan mencakup aspek tegangan maksimum dan juga ketahanan
terhadap euler buckling yang diatur oleh Standard ISO 14692.
Dimana:
f2 = faktor untuk tipe pembebanan
A1 = faktor parsial untuk temperatur
A2 = faktor parsial untuk resistansi kimia
28
A3 = faktor parsial untuk ppembebanann siklik
2.8.2
2 Berd
dasarkan Eu
uler Bucklin
ng
nurut ISO 14692 bagian 8.7.2, bebann aksial komp
Men mpresif, seperrti ekspansi
termal
t dan ekspansi
e tekaanan, pada ppipa yang dii-span dengaan panjang teertentu dan
dianggap
d memiliki
m inerrsia π D 3tr 8 serta dalam kondisi tertahan (rrestrained),
tidak
t boleh
h melewati batas gayaa maksimum
m euler buuckling (Fa,,max), yang
didefenisika
d an dengan peersamaan berrikut:
π 3 D 3 .tr
Fa ,maax = Ea (2.20)
8 L2
Dimana:
D
L = panjang span
s (m)
Ea = modulus elastisitas pipa
p arah akssial (MPa)
or keamanann terhadap eeuler bucklinng harus lebih besar dari 3. Kondisi
Fakto
pipa
p yang mengalam
mi gaya teekan aksial euler buuckling diilliustrasikan
sebagaimanaa dapat dilihhat pada gam
mbar 2.10 berrikut.
[13]
Gambar 2..10 Euler Buckling
B
2.9
2 Anallisis Burial
Perh
hitungan ked
dalaman pippa berdasarkkan persamaaan defleksii Splangler
dan
d persamaaan bucklingg Von Missees secara garris besar terccantum dalam
m AWWA
M45.
M Metod
de tersebut berdasarkann asumsi nilai rancang yang
y digunaakan untuk
bedding,
b baackfill dan tingkat keepadatan tanah diperolleh dengann pelatihan
lapangan
l yaang baik dan
n peralatan yyang cocok. Jika asumsi tak dapat digunakan,
defleksi
d dap
pat lebih tingggi atau lebihh rendah dibanding hitunngan hasil prrediksi.
Anallisis ini bertuujuan untukk mengetahu
ui ketahanan pipa (bukann crossing)
dalam
d menaahan beban tanah
t sesuai dengan keddalaman ranccang. Analissis ini akan
menghitung
m kedalaman
n kubur maaksimum yaang diperbolehkan agarr tegangan
29
akibat beban yang bekerja pada pipa yang dikubur tidak menyebabkan kegagalan
akibat tegangan berlebih (overstress) pada pipa. Analisis ini akan mencakup aspek
tegangan hoop maksimum dan juga ketahanan terhadap collapse buckling yang
diatur oleh standard ISO 14692.
Dimana:
30
f2 = faktor untuk tipe pembebanan
A1 = faktor parsial untuk temperatur
A2 = faktor parsial untuk resistansi kimia
A3 = faktor parsial untuk pembebanan siklik
31
Gambar 2.11 Casing pada crossing jalan raya[15]
Data-data lain yang dibutuhkan dalam perancangan croosing jalan raya ini
antara lain:
• Geometri dan lokasi crossing
• Kedalaman minimum dari cover ke dasar paling bawah dan ke permukaan
jalan
• Metode konstruksi (bored, punched atau open-cut)
• Spesifikasi perpipaan (size, tebal dinding, tekanan operasi, kelas lokasi dan
lain sebagainya)
• Bentuk profil penampang
• Tanda peringatan
32
2.10.3 Crossing Sungai
Ada 2 metode yang biasa digunakan pada perancangan crossing sungai,
yaitu:
1. Melewatkan pipa pada bagian atas permukaan sungai
Perancangan dengan menggunakan metode ini biasanya dilakukan pada
sungai yang tidak dipergunakan sebagai jalur transportasi dengan lebar
yang tidak terlalu besar namun dalam. Kelebihan metode ini adalah biaya
instalasi yang relatif lebih murah dan proses pemasangannya lebih
gampang, namun metode ini sangat dibatasi oleh sifat kekakuan pipa.
2. Melewatkan pipa dengan dikubur pada dasar sungai
Metode ini bisanya dilakukan pada sungai yang lebar dan tidak terlalu
dalam. Kelebihan metode ini adalah pipa tidak menggangu aktifitas sungai
dan tidak dipengaruhi oleh sifat kekakuan pipa, sedangakan kekurangan
metode ini adalah biayanya yang relatif mahal dan proses instalasi lebih
rumit.
Analisis tegangan dan fleksibilitas pada crossing sungai ini dapat
dilakukan dengan bantuan software pipe stress analysis, CAESAR v 4.5.
Perhitungan tegangan ijin dilakukan berdasarkan code UKOOA, Specification and
Recommended Practice for The Use of GRP Pipelines.
33
2.11.1 Batas Tegangan Maksimum Perancangan[8]
Persyaratan umum pada perancangan adalah tegangan total hoop, σh,sum,
dan tegangan total aksial, σa,sum, pada seluruh komponen pipa akibat beban
sustained dan occasional tidak boleh melebihi nilai yang didefinisikan pada long-
term design envelope. Jika tegangan total tersebut melebihi batas tersebut maka
pipa dengan rating tekanan yang lebih tinggi harus dipilih. Proses ini diulang
sampai tegangan total pipa memenuhi syarat yang telah dijelaskan tersebut.
Dimana:
Ip = momen inersia polar pipa (m4), yang dihitung dengan rumus,
34
I p = I p (OD ) − I p ( ID)
πOD 4 πID 4 π (2.27)
Ip =
64
−
64
=
64
(OD 4
− ID 4 )
M = momen bending akibat dead weight pada batang yang ditumpu di
dua tempat (Nm), dihitung dengan rumus:
M i = ρ o × 9,81× LS / 8
2
(2.28)
Dimana:
ΔTeff = perubahan temperatur perancangan efektif (oC)
ΔTpa = perbedaan temperatur antara temperatur lingkungan dan temperatur
perancangan (oC)
k = faktor yang memperhitungkan konduktifitas termal pipa GRP yang
rendah. k = 0,85 untuk cairan dan 0,8 untuk gas
35
Sedangkan tegangan aksial akibat ekspansi termal dapat dihitung dengan
persamaan:
σ at = E a ⋅ α ⋅ ΔTeff (2.33)
Dimana,
Ea = modulus elastisitas pipa arah aksial (MPa)
α = koefisien muai panjang pipa (mm/mm/oC)
Berbeda dengan sistem perpipaan logam, pada sistem perpipaan
komposit perlu dipertimbangkan juga ekspansi akibat tekanan dalam pipa. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya modulus elastisitas dari bahan komposit itu sendiri.
Besarnya ekspansi pipa akibat tekanan dalam dapat dihitung dengan persamaan:
⎛ 1 ν min ⎞ ⎛ P ⋅ r ⎞
Δ Pr essure = ⎜⎜ − ⎟⋅⎜ ⎟ (2.34)
⎝ 2 Et E h ⎟⎠ ⎝ t ⎠
Dimana:
ΔPressure = ekspansi pipa akibat tekanan internal
Etensile = modulus elastisitas aksial (MPa)
Eh = modulus elastisitas arah hoop (MPa)
νmin = poisson’s ratio
P = tekanan internal (MPa)
r = jari-jari luar pipa (m)
t = tebal pipa (m)
Gaya tekan aksial akibat ekspansi tekanan dapat dihitung dengan
persamaan:
σ ap = E a ⋅ Δ Pr essure (2.35)
36
6 K b .We .R.Eh .tr
Sb =
Eh .tr 3 + 24 K z . p.R 3 (2.37)
Dimana:
Kb = parameter bending
We = beban eksternal yang bekerja pada pipa (N/m)
Eh = modulus elastisitas pipa arah hoop (MPa)
Kz = parameter defleksi
R = jari-jari luar pipa (m)
Gaya luar yang bekerja pada pipa yang terkubur adalah beban tanah dan
beban kendaraan (pada crossing jalan raya dan tel kereta). Beban tanah dihitung
dengan persamaan prism load berikut.
Wd = γ .D.h (2.38)
Dimana:
γ = berat jenis tanah (kg/m3)
D = diameter pipa (m)
h = kedalaman kubur (m)
Beban kendaraan (wheel live load) dihitung dengan menggunakan
persamaan Boussinesq’s Point Load untuk wheel live load berikut:
CT .I
WL = ⋅P (2.39)
L
Dimana:
I = faktor impak untuk live loads, berdasarkan API RP 1102
CT = koofisien influence untuk beban terkonsentrasi tunggal = 4 Iσ
L = panjang pipa efektif, biasanya diambil 0,91 m
P = wheel load (N/m)
Iσ = influence value, dihitung berdasarkan variasi harga m dan n pada
grafik gambar 2.12 berikut.
Bd L
m= , n=
2H 2H
37
Gambar 2.12 Influence value Iσ for conentrated or uniform surcharge of limited
extent[10]
Jadi, beban eksternal total yang dialami oleh pipa adalah sebagai berikut:
We = Wd + WL (untuk crossing jalan dan rel kereta) (2.40)
38
2.11.7 Analisis Tegangan Menggunakan Software CAESAR II v 4.5[16]
39
(σx / σx-all)2 + (σhoop / σhoop-all)2 – [σx σhoop / (σx-all σhoop-all)] ≤ 1.0 (2.44)
Dimana:
40
Dimana:
r = σa(0:1)/σa(2:1)
• Beban Operasi
• Beban Sustained
Kasus beban sustained (Load case SUS) adalah kondisi selama pipa
mengalami beban internal pressure (tekanan dalam) dan efek berat pipa
beserta aksesorisnya. Pada code UKOOA, kasus beban ini tidak ditentukan
allowable stressnya.
• Beban Ekspansi
41
Kasus beban ekspansi (Load case EXP) adalah kondisi pembebanan akibat
efek perbedaan antara temperatur lingkungan dan temperatur pipa selama
beroperasi. Tegangan ijin untuk kasus ini tidak diatur di dalam code.
42
konduktif dengan kecepatan tinggi serta sistem tersebut tidak dibumikan
(di”ground”kan).
Berdasarkan ISO 14692, analisis elektrostatik dilakukan dengan cara
melakukan pendekatan resiko secara kualitatif berdasarkan aspek-aspek yang
diatur di dalam code ISO 14692. Aspek-aspek yang perlu dilakukan yaitu resiko
yang terjadi dan kemungkinan terjadinya listrik statik pada perpipaan GRP
berdasarkan kondisi operasinya.
Menurut ISO 14692 Annex G, kriteria yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pendekatan resiko adalah sebagai berikut:
1. Keadaan atmosfer (udara) di sekitar pipa.
2. Fluida yang ditransmisikan oleh pipa.
3. Efek kejutan listrik minor terhadap aktifitas pekerja dan lingkungan di
sekitar pipa.
Faktor –faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya listrik statik
pada suatu sistem perpipaan GRP adalah sebagai berikut:
1. Metode terjadinya listrik statik
Pendekatan terhadap metode terjadinya listrik statik dapat dilihat dari dua
aspek yaitu:
a. Sifat konduktifitas listrik
Jika fluida yang ditransmisikan oleh sistem perpipaan yang dirancang
bersifat konduktif yaitu fluida dengan konduktifitas lebih besar dari
10000 pS/m, contohnya air laut dan minyak mentah maka
kemungkinan untuk terjadinya listrik statik akan kecil dan sebaliknya
jika fluida yang ditransmisikan bersifat non-konduktif yaitu
konduktifitas kecil dari 10000 pS/m, contohnya kerosin, solar maka
kemungkinan untuk terjadinya listrik statik besar dan perlu
diperhatikan perancangan elektrostatiknya.
b. Laju aliran fluida
Jika laju aliran fluida baik itu di dalam maupun di luar pipa lebih besar
dari 1 m/s maka resiko terjadinya listrik statik akan relatif besar oleh
karena itu perlu diperhatikan perancangan elektrostatiknya.
2. Mekanisme yang memungkinkan terjadi penumpukan listrik statik
43
Faktor ini dilihat berdasarkan ketersediaan komponen pada perpipaan yang
dapat berfungsi sebagai kapasitor, yaitu komponen logam yang terisolasi
dari tanah (bumi) dan memiliki hambatan yang sangat besar. Jika ada
komponen yang memenuhi kriteria tersebut maka perlu dilakukan
perancangan elektrostatik.
3. Sifat elektroda (alami) dari struktur pipa
Berhubungan dengan ketersediaan energi minimum pada sistem perpipaan
untuk terjadinya loncatan listrik (energi minimum = 0,2 mJ).
Energi discharge dapat juga terjadi pada celah antara insulasi dan pipa dan
tindakan penanggulangan harus segera dilakukan ketika mengoperasikan pipa
yang tidak berisi penuh (partially filled) dan fluida mengandung uap/gas yang
mudah terbakar. Percikan api dari beberapa loncatan listrik statik bisa
menyebabkan dinding pipa rusak (berlubang) atau muncul kejutan listrik yang
dapat membahayakan pekerja/penduduk di sekitar lokasi perpipaan.
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko dari
listrik statik pada perpipaan GRP antara lain:
1. Menggunakan hambatan yang terhubung ke tanah (sistem grounding).
2. Menggunakan pipa dengan konduktifitas tertentu.
3. Menggunakan pipa dengan sifat kelistrikan tertentu.
4. Memasangkan cladding dengan sifat elektostatik dissipative.
Berdasarkan ISO 14692, besarnya konduktifitas listrik, electrostatic
dissipative dan persyaratan grounding yang dibutuhkan oleh sistem perpipaan
GRP yang berada pada lokasi berbahaya dipilih berdasarkan kondisi operasinya.
44