TEKNIK
Secara umum pembangunan Jaringan Rawa pada setiap daerah rawa dari
pekerjaan-pekerjaan ini meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
Sewa Direksi Keet
Pembuatan Papan Nama
Mobilisasi dan Demobilisasi
Uitzet / Pemasangan Bouwplank
Pembuatan Laporan dan MC-0 s/d MC100
Foto Dokumentasi
1. Pekerjaan Galian Saluran Utama.
Pembersihan Lokasi
Galian Tanah dengan Alat Berat
Perapian dan pembentukan Tanggul Hasil Galian.
Sebagai dasar dalam analisis Rencana Anggaran Biaya (RAB) penentuan harga satuan
pekerjaan berdasarkan Harga Satuan Upah dan bahan ini setempat yang dikeluarkan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung periode Triwulan IV Tahun 2009 yang
dikeluarkan pada Bulan Desember 2009 (Kabupaten Tulang Bawang).
Tabel 7.3 Harga Satuan Pekerjaan dengan Tenaga Manusia Metode BOW
Perhitungan volume pekerjaan didasarkan pada hasil perhitungan pada gambar desain
dengan menggunakan program Auto Cad. Adapun hasil perhitungan disajikan pada
laporan penunjang RAB dan BOQ.
Secara ringkas volume pekerjaan seperti tersajikan pada tabel-tabel analisis biaya
pelaksanaan pekerjaan (RAB) di bawah ini.
Tabel 7.4 Rincian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Adi Mulyo.
Tabel 7.6 Rincian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Cambai Kiri.
Tabel 7.7 Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Cambai Kanan
Secara keseluruhan biaya pelaksanaan pekerjaan dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 7.8 Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Keseluruhan Daerah Rawa Adi
Mulyo Blok I&II
Tabel 7.12 Pentahapan Pelaks anaan Pekerjaan Pembangunan Rawa Sungai Cambai
Kanan
Tabel 7.13 Jadwal Implementasi Pekerjaan Pembangunan Rawa Adi Mulyo Blok I & II
Berbagai pendapat mengenai arti dari usaha tani pada hakekatnya mempunyai visi
yang sama yaitu cara bagaimana seseorang dapat mengusahakan dan mengkoordinir
faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal utama
sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sedangkan tujuan akhir dari
usaha tani adalah pendapatan keluarga petani (family farm income) yang terdiri atas
laba, upah tenaga keluarga dan bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 15
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO
disini yaitu selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul oleh
petani, sedangkan laba, upah tenaga keluarga dan bunga modal sendiri dianggap
sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi.
Menurut polanya usaha tani dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok, yakni :
a. Usahatani Khusus : yaitu usaha tani yang hanya mengusahakan satu cabang
usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, perikanan ataupun tanaman
pangan
b. Usahatani Tidak Khusus : yaitu usaha tani yang mengusahakan beberapa cabang
usaha secara bersama-sama tetapi dengan batas yang tegas,
c. Usahatani Campuran : yaitu usahatani yang mengusahakan beberapa cabang
secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya
tumpang sari dan mina padi.
Analisa usaha tani merupakan upaya untuk menilai besarnya input dan output dari
setiap kegiatan usaha tani terutama pada kondisi tanpa maupun dengan adanya
proyek pada kondisi saat ini dan yang akan datang. Komponen input pertanian
meliputi tenaga kerja baik manusia, hewan maupun mesin, benih, pupuk dan sarana
produksi lainnya yang dipergunakan dalam usaha tani tanaman padi dan tanaman
palawija. Sedangkan produksi pertanian didapatkan dari hasil pengamatan di
lapangan serta prediksi hasil yang mungkin dicapai pada kondisi optimal.
Untuk menilai kelayakan usaha tani di lokasi pekerjaan, maka akan diusulkan analisis
usaha tani pada dua kondisi, yaitu kondisi dengan proyek (jika rencana pembangunan
jaringan rawa jadi dilaksanakan) dan untuk kondisi tanpa proyek (jika rencana
pembangunan jaringan rawa tidak jadi/gagal dilaksanakan). Analisa usaha tani sangat
diperlukan guna menilai sejauh mana manfaat proyek dilihat dari aspek usaha tani.
Batasan-batasan yang digunakan dalam analisa usaha tani adalah sebagai berikut :
Periode analisis adalah 30 tahun
Harga yang dipakai dalam dua keadaan, yaitu untuk kondisi dengan dan tanpa
proyek.
Hasil analisa usaha tani pada kondisi tanpa proyek (Without Project) menunjukkan
potensi produksi di daerah proyek untuk masa yang akan datang tanpa adanya
proyek. Analisa itu dilakukan dengan memperhatikan kegiatan usaha tani saat ini
serta perkiraannya untuk kegiatan usaha tani pada masa yang akan datang dengan
keberadaan sarana pengairan terus seperti saat survey dilakukan. Jenis usaha tani
yang dilakukan oleh petani pada waktu yang akan datang tanpa proyek diasumsikan
sama seperti sekarang, akan tetapi karena majunya pengetahuan dan harga serta
pengalaman petani, banyak produksi tanpa proyek sekalipun diasumsikan lebih tinggi
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 16
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO
Analisa ekonomi teknik dimaksudkan untuk menilai kelayakan investasi dari proyek
yang akan dilaksanakan, analisa ekonomi dilakukan dengan menggunakan sistem
analisis arus tunai berdiskontro (discounted cash flow analysis). Factor diskontro
(discount factor) diperlukan sebagai antipasti terhadap opportunity cost dari suatu
investasi. Analisis ekonomi akan dilakukan terhadap pertambahan (selisih)
keuntungan yang diperoleh pada kondisi DENGAN PROYEK dan TANPA PROYEK.
Jika pada analisis usaha tani tersebut diatas dibahas mengenai kemungkinan
pendapatan usaha petani pada kondisi TANPA PROYEK dan DENGAN PROYEK
menggunakan harga financial, maka pada analisa ekonomi ini kemungkinan
keuntungan usaha tani akan dilakukan dengan menggunakan harga ekonomi pada
tingkat petani. Tujuan utama analisa ekonomi ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana manfaat proyek ini dapat dirasakan langsung oleh petani yang bersangkutan,
sementara tujuan uatama analisis ekonomi teknik adalah untuk mengetahui dan
mengidentifikasi sejauh mana manfaat proyek ini dilihat dari aspek ekonomi secara
nasional ataupun secara regional.
Selanjutnya kegiatan proyek akan dinyatakan layak apabila kondisi sebagai berikut :
BCR > 1
NPV > 0
EIRR > suku bunga Bank
nilai discount factor. Dengan demikian, suatu proyek dikatakan layak jika nilai
IRR > nilai factor diskontro. Jika nilai NPV memberikan gambaran tentang
keuntungan bersih absolute dari suatu iinvestasi, maka IRR mencerminkan
effisiensi dari suatu investasi.
7.3.2 Asumsi-Asumsi
Untuk melakukan analisis ekonomi ini diberlakukan batasan-batasan dari asumsi-
asumsi yang umum digunakan yaitu sebagai berikut :
Laju inflasi diperkirakan akan berakibat sama baik untuk sisi penerimaan
maupun biaya, sehingga laju inflasi diabaikan pada analisis.
Faktor Diskontro (Discount Rate Factor) yang digunakan dalam analisis adalah
12 %
Periode proyek ditentukan 30 tahun
Nilai Investasi sama dengan 0 (nol)
Tahun awal analisis tahun 2011
Harga financial ditentukan atas harga pasar yang berlaku pada saat survey
dilaksanakan
Harga ekonomi adalah harga Internasional tanpa pajak dan subsidi.
Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah rawa Adi Mulyo
Tabel 7.14 Perhitungan Indikator Kelayakan Ekonomi Rencana Daerah Rawa Adi Mulyo
(Skenario Moderat) Rp.1,000,-
Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Rawa ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 48.33%, BCR = 3.03, NPV = RP.
33.291.331.000,- dan BEP pada tahun ke enam.
Dengan sensitifity terhadap perubahan kondisi asumsi sebagaimana terlihat pada
gambar-gambar berikut ini.
Gambar 7.2 Sensitifity Ekonomis Daerah rawa Adi Mulyo terhadap Kenaikan
Biaya Konstruksi.
Gambar 7.3 Sensitifity Ekonomis Daerah rawa Adi Mulyo terhadap Penurunan
Hasil Produksi.
Gambar 7.4 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Adi Mulyo terhadap Perubahan
Suku Bunga Pinjaman.
Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah rawa Tebing Tinggi
Nilai Proyek adalah : Rp. 10,130,937,000,-
B/C : 2.69
NPV : 17,439,490,000,-
EIRR : 43.43%
Tabel 7.15 Perhitungan Indikator Kelayakan Ekonomi Rencana Daerah Rawa Tebing
Tinggi (Skenario Moderat) Rp.1,000,-
Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Rawa ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 43,43%, BCR = 2,69, NPV = RP.
17.439.490.000,- dan BEP pada tahun ke enam.
Dengan sensitifity terhadap perubahan parameter ekonomi sebagaimana terlihat pada
gambar berikut :
Gambar 7.5 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Tebing Tinggi terhadap Kenaikan
Biaya Konstruksi.
Gambar 7.6 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Tebing Tinggi terhadap Penurunan
Hasil Produksi.
Gambar 7.7 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Tebing Tinggi terhadap Perubahan
Tingkat Suku Bunga Pinjaman.
Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah Rawa Cambai Kiri
Nilai Proyek adalah : Rp. 12,414,031,000,-
B/C : 2.60
NPV : 20,305,930,300,-
EIRR : 43.16%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Irigasi ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 43,16%, BCR = 2,60, NPV = RP. 20.305.930
dan BEP pada tahun ke enam. Dengan sensitifity terhadap perubahan parameter
ekonomi sebagaimana terlihat pada gambar berikut :
Gambar 7.8 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri terhadap Kenaikan
Biaya Konstruksi.
Gambar 7.9 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri terhadap Penurunan
Hasil Produksi.
Gambar 7.10 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri terhadap
Perubahan Suku Bunga Pinjaman.
Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah Rawa Cambai Kanan
Nilai Proyek adalah : Rp. 14,012,532,000,-
B/C : 2.08
NPV : 14,542,451,670,-
EIRR : 44.86%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Rawa ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 44,86%, BCR = 2,08, NPV = RP.
14,542,452,000,- dan BEP pada tahun ke enam. Dengan sensitifity terhadap
perubahan parameter ekonomi sebagai berikut:
Gambar 7.11 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan terhadap
Kenaikan Biaya Konstruksi.
Gambar 7.12 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan terhadap
Penurunan Hasil Produksi.
Gambar 7.13 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan terhadap
Perubahan Tingkat Suku Bunga.
Dari hasil analisis ekonomi dapat secara langsung diurutkan skala prioritas
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan nilai-nilai parameter ekoinominya, namun dalam
penetapan skala prioritas masih perlu mempertimbangkan hal-hal lain yang lebih
berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan tersebut seperti :
a. Sosial budaya
b. Ekonomi masyarakat
c. Kondisi kelembagaan
d. Ketersediaan anggaran pemerintah
e. Sarana penunjang yang sudah ada, dan
f. Tanggapan masyarakat setempat.
Dalam kajian ini konsultan hanya menyajikan kajian kelayakan secara ekonomi dan
sensitifitasnya. Skala prioritas yang disusun juga berdasarkan parameter ekonomis
tersebut.
Adapun skala prioritas yang diusulkan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Keterangan :
: Garis Komando
JP : Juru Pengairan
Gambar 7.15 Struktur Organisasi O&P Rawa Adi Mulyo dan Rawa Cambai
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII -
38
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO
BANGUNAN/GEDUNG
Kantor Pengamat 3 Buah Pengadaan Baru
Sumur Bor, Pompa + 3 Unit Pengadaan Baru
Aksesoris
Generator Listrik 5 Kva 3 Unit Pengadaan Baru
TRANSPORTASI
Sepeda Motor 3 Unit Pengadaan Baru
PERALATAN KANTOR
Mesin Tik 3 Unit Pengadaan Baru
Meja Kursi 3 Set Pengadaan Baru
Lemari Arsip 3 Set Pengadaan Baru
PERALATAN O&P
Kertas Lakmus 60 Lembar Pengadaan Baru
Papan Duga air/Peilschaal 10 Buah Pengadaan Baru
Waterpass 1 Set Pengadaan Baru
Hand Bor 3 Set Pengadaan Baru
Penakar Hujan 1 Unit Pengadaan Baru
Camera Digital 1 Unit Pengadaan Baru
Pita ukur 50 m 3 Buah Pengadaan Baru
Pita ukur 5 m 3 Buah Pengadaan Baru
Dari hasil tersebut, maka pola tanam yang diusulkan adalah sebagai
berikut :
Tipe tata guna tanah akan menentukan pengelolaan air yang diperlukan.
Padi sawah, palawija, tanaman keras tahunan dan bahkan saat tanah tidak
ditanami apa-apa (bero) masing-masing memerlukan pengelolaan air
sendiri-sendiri. Padi sawah memerlukan genangan, sedangkan palawija
memerlukan muka air tanah dibawah permukaan tanah. Pengelolaan air bisa
juga dijadikan instrument (alat) untuk pemberantasan hama (umpamanya
hama belalang) dan mencegah tumbuhnya rumput-rumput liar.
1. Pengelolaan Air Untuk Tanaman Padi
Pengelolaan air untuk padi sawah dimusim hujan difokuskan pada
penggenangan air dengan sekali-kali membuang air untuk tujuan
pemupukan dan pencucian (Leaching). Drainase perlu dilakukan bila (1)
genangan terlalu dalam atau (2) bila air permukaan ataupun air tanah
kualitasnya memburuk. Oleh karena itu selain pengamatan terhadap
pertumbuhan tanaman dan keasaman air permukaan perlu juga diamati
secara teratur kadar racun yang terkandung dalam air tanah.
a. Pemberantasan Hama dan Air
Sejenis belalang merusak tanaman dengan cara menggigit dasar
batang. Penggenangan akan menyebabkan berpindahnya binatang-
binatang ini ketanggul-tanggul.
b. Kedalaman Genangan dan Pencegahan Rerumputan
Untuk padi yang ditanam, pengaturan air selama periode anakan
dapat diselangi dengan pekerjaan menyiangi. Pertumbuhan
rerumputan liar bisa diberantas dengan cara penggenangan terus
menerus sedalam 16 cm.
Untuk tanah yang mengandung asam sulfat dengan topografi yang lebih
tinggi dimana palawija ditanam sepanjang tahun, para petani disarankan
oleh air hujan, sehingga lahan akan tetap dapat memberikan hasil yang
cukup baik untuk tanaman.
3) Tanah Gambut
Karena lapisan atas organis ini memiliki permeabilitas yang tinggi, maka
kehilangan air (seepage losses) akan sangat besar sekali. Dipihak lain
tanah jenis ini peka terhadap reaksi oksidasi pyrit yang dangkal dan
terakumulasinya asam organik di dalam keadaan air tergenang. Oleh
karena itu tanah gambut perlu lebih sering didrainase dalam waktu yang
pendek setiap 2-4 minggu sekali selama masa pertumbuhan padi.