Anda di halaman 1dari 45

BAB - 7 RAB DAN ANALISIS EKONOMI

TEKNIK

7.1 RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN

7.1.1 Estimasi Volume Pekerjaan


Pekerjaan pembangunan daerah Rawa Adi Mulyo dapat dibagi menjadi 4
(empat) paket daerah rawa yaitu :
a. Daerah Rawa Adi Mulyo
b. Daerah Rawa Tebing Tinggi,
c. Daerah Rawa Cambai Kiri dan
d. Daerah Rawa Cambai Kanan.

Estimasi volume pekerjaan/kubikasi dihitung berdasarkan Gambar-gambar Rencana


(Design Drawings) yang telah disetujui. Hasil perhitungan volume pekerjaan (BOQ)
selengkapnya disajikan terlampir.

Secara umum pembangunan Jaringan Rawa pada setiap daerah rawa dari
pekerjaan-pekerjaan ini meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
Sewa Direksi Keet
Pembuatan Papan Nama
Mobilisasi dan Demobilisasi
Uitzet / Pemasangan Bouwplank
Pembuatan Laporan dan MC-0 s/d MC100
Foto Dokumentasi
1. Pekerjaan Galian Saluran Utama.
Pembersihan Lokasi
Galian Tanah dengan Alat Berat
Perapian dan pembentukan Tanggul Hasil Galian.

2. Pembuatan Bangunan Pengatur Muka Air yang meliputi :


Pembersihan lokasi
Galian Tanah Pondasi
Timbunan Tanah Didapatkan
Pemasangan Cerucuk Gelam
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 1
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Pasangan Beton Bertulang


Plesteran
Beton Bertulang

Pasangan Sand Bag


Pemasangan Pintu Klep

3. Pekerjaan Saluran Sub Sekunder meliputi :


Pembersihan Lokasi
Galian Tanah dengan Alat Berat
Perapian dan Pembentukan Tanggul
Pembuatan Bangunan Tabat pintu klep otomatis.
4. Bangunan Pelengkap merupakan sarana yang diperlukan. Pekerjaan ini meliputi
:
Bangunan Pintu Kontrol muka air
Jembatan Pelayanan
Dan lain-lain

5. Pekerjaan saluran suplesi irigasi. Pekerjaan ini meliputi :


Pembuatan sarana bangunan pengambilan.
Galian Tanah Saluran
Timbunan Tanah Dipadatkan
Pasangan Linning
Bangunan Sadap
6. Pekerjaan Finhising merupakan pekerjaan perapian akhir lokasi pekerjaan dan
permukaan saluran dan tanggul rencana. Pekerjaan ini meliputi :
Nomenklatur
Perapian Lokasi Pekerjaan

7.1.2 Harga Satuan Upah dan Bahan

Sebagai dasar dalam analisis Rencana Anggaran Biaya (RAB) penentuan harga satuan
pekerjaan berdasarkan Harga Satuan Upah dan bahan ini setempat yang dikeluarkan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung periode Triwulan IV Tahun 2009 yang
dikeluarkan pada Bulan Desember 2009 (Kabupaten Tulang Bawang).

Harga satuan pekerjaan dianalisis dengan mengunakan pedoman perhitungan P5


untuk pekerjaan dengan alat berat dan BOW untuk pekerjaan dengan tenaga manusia,
dalam hal item pekerjaan yang tidak tersedia dalam analisa, akan dilakukan analisis
tambahan.
Daftar harga satuan upah, bahan dan Pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 2
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.1 Harga Satuan Upah di Kabupaten Tulang Bawang

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung, Triwulan IV Tahun 2009.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 3
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.2 Harga Satuan Bahan di Kabupaten Tulang Bawang

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung, Triwulan IV Tahun 2009.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 4
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Harga Satuan Pekerjaan dengan Alat Berat Metode P5

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 5
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 6
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.3 Harga Satuan Pekerjaan dengan Tenaga Manusia Metode BOW

7.1.3 Estimasi Biaya Pelaksanaan Pekerjaan

Perhitungan volume pekerjaan didasarkan pada hasil perhitungan pada gambar desain
dengan menggunakan program Auto Cad. Adapun hasil perhitungan disajikan pada
laporan penunjang RAB dan BOQ.
Secara ringkas volume pekerjaan seperti tersajikan pada tabel-tabel analisis biaya
pelaksanaan pekerjaan (RAB) di bawah ini.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 7
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.4 Rincian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Adi Mulyo.

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, tahun 2010

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 8
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.5 Rincian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Tebing


Tinggi.

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, tahun 2010

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 9
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.6 Rincian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Cambai Kiri.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 10
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.7 Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Daerah Rawa Cambai Kanan

Secara keseluruhan biaya pelaksanaan pekerjaan dapat disajikan pada tabel berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 11
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.8 Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Keseluruhan Daerah Rawa Adi
Mulyo Blok I&II

7.1.4 Pentahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Dari hasil perhitungan estimasi biaya pelaksanaan menunjukkan bahwa biaya
pelaksanaan keseluruhan pekerjaan mencapai Rp. 52,817,960,000.00. Hal ini akan
sulit untuk terealisasikan pada satu tahun anggaran, untuk itu konsultan menyusun
pentahapan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan lokasi dan kebutuhan dari masing-
masing lokasi rawa. Pentahapan ini tidak bersifat mengikat, namun sebagai gambaran
untuk usulan penyusunan anggaran setiap tahapnya.
A. Daerah Rawa Adi Mulyo
Biaya pelaksanaan pembangunan daerah rawa Adi Mulyo secara keseluruhan
memerlukan biaya sebesar Rp. 16,718,140,000.00. Disusun pentahapan
pelaksanaan menjadi 3 tahap dan dibagi menjadi 4 paket pekerjaan, sebagai
berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 12
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.9 Pentahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Rawa Adi


Mulyo

B. Daerah Rawa Tebing Tinggi


Biaya pelaksanaan pembangunan daerah rawa Tebing Tinggi secara keseluruhan
memerlukan biaya sebesar Rp. 10,594,030,000.00. Disusun pentahapan
pelaksanaan menjadi 3 tahap dan dibagi menjadi 4 paket pekerjaan, sebagai
berikut :

Tabel 7.10 Pentahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Rawa Tebing


Tinggi

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 13
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

C. Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri


Biaya pelaksanaan pembangunan daerah rawa Sungai Cambai Kiri secara
keseluruhan memerlukan biaya sebesar Rp. 10,972,720,000.00. Disusun
pentahapan pelaksanaan menjadi 3 tahap dan dibagi menjadi 3 paket pekerjaan,
sebagai berikut :

Tabel 7.11 Pentahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Rawa Sungai Cambai


Kiri

D. Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan


Biaya pelaksanaan pembangunan daerah rawa Sungai Cambai Kanan secara
keseluruhan memerlukan biaya sebesar Rp. 15,001,800,000.00. Disusun
pentahapan pelaksanaan menjadi 3 tahap dan dibagi menjadi 4 paket pekerjaan,
sebagai berikut :

Tabel 7.12 Pentahapan Pelaks anaan Pekerjaan Pembangunan Rawa Sungai Cambai
Kanan

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 14
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Jadwal Implementasi pelaksanaan pekerjaan dapat disusun berdasarkan pemaketan di


atas dengan schedule sebagaimana terlihat pada tabel dibawa ini.

Tabel 7.13 Jadwal Implementasi Pekerjaan Pembangunan Rawa Adi Mulyo Blok I & II

7.2 Analisis Nilai Manfaat

Berbagai pendapat mengenai arti dari usaha tani pada hakekatnya mempunyai visi
yang sama yaitu cara bagaimana seseorang dapat mengusahakan dan mengkoordinir
faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal utama
sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sedangkan tujuan akhir dari
usaha tani adalah pendapatan keluarga petani (family farm income) yang terdiri atas
laba, upah tenaga keluarga dan bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 15
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

disini yaitu selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul oleh
petani, sedangkan laba, upah tenaga keluarga dan bunga modal sendiri dianggap
sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi.
Menurut polanya usaha tani dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok, yakni :
a. Usahatani Khusus : yaitu usaha tani yang hanya mengusahakan satu cabang
usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, perikanan ataupun tanaman
pangan
b. Usahatani Tidak Khusus : yaitu usaha tani yang mengusahakan beberapa cabang
usaha secara bersama-sama tetapi dengan batas yang tegas,
c. Usahatani Campuran : yaitu usahatani yang mengusahakan beberapa cabang
secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya
tumpang sari dan mina padi.
Analisa usaha tani merupakan upaya untuk menilai besarnya input dan output dari
setiap kegiatan usaha tani terutama pada kondisi tanpa maupun dengan adanya
proyek pada kondisi saat ini dan yang akan datang. Komponen input pertanian
meliputi tenaga kerja baik manusia, hewan maupun mesin, benih, pupuk dan sarana
produksi lainnya yang dipergunakan dalam usaha tani tanaman padi dan tanaman
palawija. Sedangkan produksi pertanian didapatkan dari hasil pengamatan di
lapangan serta prediksi hasil yang mungkin dicapai pada kondisi optimal.
Untuk menilai kelayakan usaha tani di lokasi pekerjaan, maka akan diusulkan analisis
usaha tani pada dua kondisi, yaitu kondisi dengan proyek (jika rencana pembangunan
jaringan rawa jadi dilaksanakan) dan untuk kondisi tanpa proyek (jika rencana
pembangunan jaringan rawa tidak jadi/gagal dilaksanakan). Analisa usaha tani sangat
diperlukan guna menilai sejauh mana manfaat proyek dilihat dari aspek usaha tani.
Batasan-batasan yang digunakan dalam analisa usaha tani adalah sebagai berikut :
Periode analisis adalah 30 tahun
Harga yang dipakai dalam dua keadaan, yaitu untuk kondisi dengan dan tanpa
proyek.

Usaha Tani Tanpa Proyek

Hasil analisa usaha tani pada kondisi tanpa proyek (Without Project) menunjukkan
potensi produksi di daerah proyek untuk masa yang akan datang tanpa adanya
proyek. Analisa itu dilakukan dengan memperhatikan kegiatan usaha tani saat ini
serta perkiraannya untuk kegiatan usaha tani pada masa yang akan datang dengan
keberadaan sarana pengairan terus seperti saat survey dilakukan. Jenis usaha tani
yang dilakukan oleh petani pada waktu yang akan datang tanpa proyek diasumsikan
sama seperti sekarang, akan tetapi karena majunya pengetahuan dan harga serta
pengalaman petani, banyak produksi tanpa proyek sekalipun diasumsikan lebih tinggi
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 16
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

dari pada kondisi saat ini.


Analisa usaha tani tanpa proyek secara rinci dapat dilihat pada Laporan Penunjang
Sosial Ekonomi.

Usaha Tani Dengan Proyek


Pengembangan pertanian tanaman padi yang dimaksudkan adalah meningkatkan pola
pemanfaatan lahan yang diusulkan untuk tanaman padi sawah beririgasi, diantaranya
melalui peningkatan intensitas tanam dengan diikuti oleh peningkatan pengetahuan
petani tentang tata cara berusaha tani yang benar diantaranya penggunaan bibit
unggul, penggunaan pupuk yang tepat dan lain sebagainya serta lebih diarahkan pada
sistem pertanian yang lebih ekonomis.
Usaha tani pada kondisi dengan proyek terutama untuk proyeksi hasil tanaman dan
kebutuhan sarana produksi pertanian didasarkan atas usulan pengembangan
pertanian yang diuraikan sebelumnya. Asumsi-asumsi tersebut merupakan
pertimbangan utama didalam analisis :
Pola Tanam dan Intensitas Tanam
Sarana Produksi Pertanian
Produksi Tanaman
Pemasaran Hasil Pertanian

Pola Tanam dan Intensitas Tanam


Pola tanam yang dilaksanakan oleh sebagian besar petani di daerah Rawa Adi Mulyo
Blok I dan II adalah sistem padi sonor yang dilakukan pada saat kemarau panjang.
Intensitas penanaman menggambarkan frekwensi penanaman dalam setahun pada
suatu areal tertentu. Intensitas penanaman 100 % menunjukkan seluruh areal
ditanami sekali dalam setahun, atau setengah dari luas areal tersebut ditanami dua
kali dalam setahun. Dengan demikian intensitas tanam untuk dua kali tanaman dalam
setahun adalah 200 %.

Diperkirakan pada awal-awal pengembangan intensitas tanam maksimum belum


dapat dilaksanakan secara maksimal, hal ini dikarenakan oleh terbatasnya sarana dan
pengalaman petani dalam hal mengelola tanaman padi sawah, akan tetapi
diperkirakan luas tanam akan meningkat dalam setiap tahunnya. Waktu tiga sampai
lima tahun diasumsikan sebagai waktu intensitas tanam maksimum bagi masing-
masing pola usaha tani dengan penanaman dua kali tanam setahun (intensitas tanam
200 %) dan pola tanam padi-padi atau padi palawija.
Sementara itu intensitas tanam yang dilakukan oleh petani pada saat ini dengan
sistem padi sonor baru terjadi tiga kali tanam pada tahun 1997, 2002, dan 2007.
Varietas yang biasa diusahakan oleh petani adalah padi varietas IR 64, Cihereng,
Ciliwung, Ampai , Komojoyo. Produktivitas lahan rata-rata yang dapat dihasilkan untuk
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII - 17
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

1 Ha lahan sawah diatas 1 Ton GKP (Gabah Kering Panen).

Gambar 7.1 Pengusahaan Tanaman Pangan di Salah satu di Daerah Kajian

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 18
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

7.3 ANALISA EKONOMI TEKNIK

Analisa ekonomi teknik dimaksudkan untuk menilai kelayakan investasi dari proyek
yang akan dilaksanakan, analisa ekonomi dilakukan dengan menggunakan sistem
analisis arus tunai berdiskontro (discounted cash flow analysis). Factor diskontro
(discount factor) diperlukan sebagai antipasti terhadap opportunity cost dari suatu
investasi. Analisis ekonomi akan dilakukan terhadap pertambahan (selisih)
keuntungan yang diperoleh pada kondisi DENGAN PROYEK dan TANPA PROYEK.

Jika pada analisis usaha tani tersebut diatas dibahas mengenai kemungkinan
pendapatan usaha petani pada kondisi TANPA PROYEK dan DENGAN PROYEK
menggunakan harga financial, maka pada analisa ekonomi ini kemungkinan
keuntungan usaha tani akan dilakukan dengan menggunakan harga ekonomi pada
tingkat petani. Tujuan utama analisa ekonomi ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana manfaat proyek ini dapat dirasakan langsung oleh petani yang bersangkutan,
sementara tujuan uatama analisis ekonomi teknik adalah untuk mengetahui dan
mengidentifikasi sejauh mana manfaat proyek ini dilihat dari aspek ekonomi secara
nasional ataupun secara regional.
Selanjutnya kegiatan proyek akan dinyatakan layak apabila kondisi sebagai berikut :
BCR > 1
NPV > 0
EIRR > suku bunga Bank

1 7.3.1 Kriteria Penilaian


Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisa ekonomi ini adalah NPV (Net Present
Value); IRR (Internal Rate of Return) dan BCR (Benefit Cost Ratio).

Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan jumlah arus tunai bersih
berdiskontro (discount net cash flow) selama periode proyek. Nilai NPV
merupakan gambaran jumlah keuntungan bersih dari suatu investasi yang dinilai
pada saai ini (pada awal proyek) dengan memperhitungkan oportunity cost dari
investasi tersebut. Suatu proyek dikatakan layak secara ekonomi/finansial jika
nilai NPV > 0, atau dengan kata lain tingkat keuntungan yang diperoleh minimal
harus sama dengan opportunity cost dari modal yang diinvestasikan.

Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah gambaran besarnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dari suatu investasi. Pada nilai NPV = 0, nilai IRR akan sama dengan
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

nilai discount factor. Dengan demikian, suatu proyek dikatakan layak jika nilai
IRR > nilai factor diskontro. Jika nilai NPV memberikan gambaran tentang
keuntungan bersih absolute dari suatu iinvestasi, maka IRR mencerminkan
effisiensi dari suatu investasi.

Benefit Cost Ratio (B/C)


Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan perbandingan antara jumlah present value
(nilai kini) dari arus tunai penerimaan/benefit dengan nilai kini arus tunai
biaya/cost. Suatu proyek dikatakan layak jika nilai kini dari arus tunai benefit
lebih besar dari pada nilai kini dari arus tunai biaya/cost. Dengan demikian untuk
mencapai kelayakan ekonomi, suatu proyek harus mempunyaiu nilai B/C > 1.

7.3.2 Asumsi-Asumsi
Untuk melakukan analisis ekonomi ini diberlakukan batasan-batasan dari asumsi-
asumsi yang umum digunakan yaitu sebagai berikut :
Laju inflasi diperkirakan akan berakibat sama baik untuk sisi penerimaan
maupun biaya, sehingga laju inflasi diabaikan pada analisis.
Faktor Diskontro (Discount Rate Factor) yang digunakan dalam analisis adalah
12 %
Periode proyek ditentukan 30 tahun
Nilai Investasi sama dengan 0 (nol)
Tahun awal analisis tahun 2011
Harga financial ditentukan atas harga pasar yang berlaku pada saat survey
dilaksanakan
Harga ekonomi adalah harga Internasional tanpa pajak dan subsidi.

7.3.3 Harga Analisis Ekonomi


Hasil analisis ekonomi yang termasuk dalam pekerjaan Rawa Adi Mulyo Blok I & II
adalah sebagai berikut :
Faktor Diskontro (Discount Rate Factor) sebesar 12 %
Waktu Konstruksi adalah 3 sampai 4 tahun
Fasilitas Jaringan Rawa : Normalisasi Saluran, Pembuatan Saluran baru,
Pemasangan pintu-pintu pengatur air, pembuatan tanggul penangkis dan
Fasilitas pendukung untuk proses produksi pertanian.
Umur Proyek : 30 tahun
Biaya O & P sebesar 0.5 % per tahun
Produksi padi diperkirakan antara 3 5 ton/ha/MT

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 20
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

7.3.4 Analisa Sensitivitas


Karena dalam analisa proyek banyak diperlukan ramalan, maka perhitungan-
perhitungan biaya dan manfaat mengandung ketidakpastian, biaya konstruksi dapat
dipengaruhi keadaan cuaca, umur kegunaan dapat lebih pendek. Karena permintaan
terhadap jasa angkutan dapat berubah dengan adanya perubahan-perubahan yang
tidak diketahui sebelumnya dalam pola pembangunan ekonomi, dan masih banyak lagi
faktor-faktor lain yang membuat ramalan jadi kurang tepat.

Mengenai kemungkinan-kemungkinan tersebut, maka analisa sensitivitas atau


kepekaan perlu dilakukan untuk menguji tingkat keandalan proyek pada beberapa
asumsi-asumsi perubahan komponen proyek karena gejolak perekonomian meliputi
biaya konstruksi naik 10 %, biaya operasional dan pemeliharaan naik 10 %,
keuntungan turun 10 % dan pelaksanaan proyek tertunda 1 (satu) tahun. Analisa
sensitivitas ini dilaksanakan hanya untuk semua faktor ekonomi, sedangkan untuk
analisa finansial sebagai gambaran harga pasar tidak dilakukan, hasil uji sensitivitas ini
selengkapnya disajikan pada Tabel terlampir.Arus biaya dan keuntungan bersih dan
Nilai EIRR serta parameter sekonomi lainnya dari hasil analisa sensitivitas untuk
masing-masing alternatif disajikan pada Lampiran.

Penurunan EIRR dikarenakan adanya capital naik 10 % menunjukkan nilai ekonomi


yang lebih rendah, keadaan ini wajar karena investasi yang dikeluarkan untuk rencana
pengembangan tersebut relatif lebih tinggi, khususnya pada tahun-tahun awal
pelaksanaan konstruksi. Kenaikan biaya ini akan banyak menekan keuntungan yang
relatif lebih besar, hal ini terjadi juga bila kondisi pelaksanaan konstruksi tertunda 1
(satu) tahun, keadaan ini terutama disebabkan oleh makin lamanya waktu yang dapat
dicapai untuk memperoleh keuntungan pertanian yang optimum (pengembangan
penuh), turunnya keuntungan pertanian hingga 10 % juga menurunkan EIRR.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan tes
sensitivitas ini, rencana pengembangan daerah rawa tersebar tergolong sangat rentan,
dengan gejolak EIRR seperti disajikan pada Tabel terlampir.

Namun demikian, kondisi tersebut masih dapat dikembangkan dengan pertimbangan


nilai manfaat sosial yang akan didapatkan tergolong sangat penting bangi masyarakat
disekitarnya. Hal ini dilatar belakangi oleh tidak tersedianya lapangan kerja yang ada
sehingga masyarakat harus mencari lapangan kerja pada wilayah desa atau
kecamatan lainnya.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 21
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

7.3.5 Analisa Ekonomis Daerah Rawa Adi Mulyo

Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah rawa Adi Mulyo

Nilai Proyek adalah : Rp. 16,031,146,000,-


B/C : 3.03
NPV : 33,291,331,140,-
EIRR : 48.33%

Secara umum hasil analisis dapat disajikan sebagai berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 22
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.14 Perhitungan Indikator Kelayakan Ekonomi Rencana Daerah Rawa Adi Mulyo
(Skenario Moderat) Rp.1,000,-

Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Rawa ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 48.33%, BCR = 3.03, NPV = RP.
33.291.331.000,- dan BEP pada tahun ke enam.
Dengan sensitifity terhadap perubahan kondisi asumsi sebagaimana terlihat pada
gambar-gambar berikut ini.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 23
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.2 Sensitifity Ekonomis Daerah rawa Adi Mulyo terhadap Kenaikan
Biaya Konstruksi.

Gambar 7.3 Sensitifity Ekonomis Daerah rawa Adi Mulyo terhadap Penurunan
Hasil Produksi.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 24
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.4 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Adi Mulyo terhadap Perubahan
Suku Bunga Pinjaman.

7.4 Analisa Ekonomi Daerah Rawa Tebing Tinggi

Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah rawa Tebing Tinggi
Nilai Proyek adalah : Rp. 10,130,937,000,-
B/C : 2.69
NPV : 17,439,490,000,-
EIRR : 43.43%

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 25
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.15 Perhitungan Indikator Kelayakan Ekonomi Rencana Daerah Rawa Tebing
Tinggi (Skenario Moderat) Rp.1,000,-

Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Rawa ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 43,43%, BCR = 2,69, NPV = RP.
17.439.490.000,- dan BEP pada tahun ke enam.
Dengan sensitifity terhadap perubahan parameter ekonomi sebagaimana terlihat pada
gambar berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 26
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.5 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Tebing Tinggi terhadap Kenaikan
Biaya Konstruksi.

Gambar 7.6 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Tebing Tinggi terhadap Penurunan
Hasil Produksi.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 27
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.7 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Tebing Tinggi terhadap Perubahan
Tingkat Suku Bunga Pinjaman.

7.4.1 Analisa Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri

Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah Rawa Cambai Kiri
Nilai Proyek adalah : Rp. 12,414,031,000,-
B/C : 2.60
NPV : 20,305,930,300,-
EIRR : 43.16%

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 28
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.16 Perhitungan Indikator Kelayakan Ekonomi Rencana Pengembangan Daerah


Rawa Sungai Cambai Kiri (Skenario Moderat) Rp.1,000,-

Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Irigasi ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 43,16%, BCR = 2,60, NPV = RP. 20.305.930
dan BEP pada tahun ke enam. Dengan sensitifity terhadap perubahan parameter
ekonomi sebagaimana terlihat pada gambar berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 29
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.8 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri terhadap Kenaikan
Biaya Konstruksi.

Gambar 7.9 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri terhadap Penurunan
Hasil Produksi.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 30
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.10 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kiri terhadap
Perubahan Suku Bunga Pinjaman.

7.4.2 Analisa Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan

Dengan asumsi tersebut diatas, hasil analisa ekonomi yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
Lokasi Daerah Rawa Cambai Kanan
Nilai Proyek adalah : Rp. 14,012,532,000,-
B/C : 2.08
NPV : 14,542,451,670,-
EIRR : 44.86%

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 31
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.17 Perhitungan Indikator Kelayakan Ekonomi Rencana Pengembangan Daerah


Rawa Sungai Cambai Kanan (Skenario Moderat) Rp.1,000,-

Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara ekonomis pengembangan Daerah Rawa ini
layak untuk dilaksanakan dengan IRR = 44,86%, BCR = 2,08, NPV = RP.
14,542,452,000,- dan BEP pada tahun ke enam. Dengan sensitifity terhadap
perubahan parameter ekonomi sebagai berikut:

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 32
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.11 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan terhadap
Kenaikan Biaya Konstruksi.

Gambar 7.12 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan terhadap
Penurunan Hasil Produksi.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 33
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.13 Sensitifity Ekonomis Daerah Rawa Sungai Cambai Kanan terhadap
Perubahan Tingkat Suku Bunga.

7.4 SKALA PRIORITAS PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dari hasil analisis ekonomi dapat secara langsung diurutkan skala prioritas
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan nilai-nilai parameter ekoinominya, namun dalam
penetapan skala prioritas masih perlu mempertimbangkan hal-hal lain yang lebih
berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan tersebut seperti :
a. Sosial budaya
b. Ekonomi masyarakat
c. Kondisi kelembagaan
d. Ketersediaan anggaran pemerintah
e. Sarana penunjang yang sudah ada, dan
f. Tanggapan masyarakat setempat.

Dalam kajian ini konsultan hanya menyajikan kajian kelayakan secara ekonomi dan
sensitifitasnya. Skala prioritas yang disusun juga berdasarkan parameter ekonomis
tersebut.
Adapun skala prioritas yang diusulkan adalah sebagai berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 34
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 4.18 Skala Prioritas Pelaksanaan berdasarkan Parameter Ekonomi

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 35
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

7.5 PETUNJUK OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN

7.5.1 Organisasi dan Kelembagaan


Sesuai dengan Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia untuk
lahan rawa pengelolaannya dilaksanakan pada dua tingkatan yaitu:
1. Tingkat Proyek:
Pengelolaan ditingkat jaringan utama dimana pelaksanaannya
menjadi tanggung jawab staf Dinas Pekerjaan Umum. c/q staf
Lapangan O&P
2. Tingkat Usaha Tani:
Pengelolaan ditingkat usaha tani dan tingkat tersier dimana
pelaksanaanya menjadi tanggung jawab petani sendiri atau
Persatuan Petani Pemakai Air (P3A).

Pengoperasian bangunan-bangunan pengendali sekunder yang


dilakukan oleh organisasi O & P, harus disesuaikan dengan pengelolaan
air pada tingkat tersier dan tingkat usaha tani. Oleh karena itu staf O &
P tidak hanya bertanggung jawab atas pengoperasian bangunan-
bangunan air (konsep tugas), akan tetapi juga harus banyak
memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada para petani ditingkat
tersier dan tingkat usaha tani dalam teknik pengelolaan air (konsep
bantuan).
1. Organisasi O& P Tingkat Proyek
Organisasi O&P yang diusulkan pada daerah Rawa Adi Mulyo adalah
sebagaimana terlihat pada gambar dibawah. Organisasi O&P daerah
Rawa Adi Mulyo sesuai kewenangannya merupakan UPTD
Kabupaten Mesuji. Sambil menunggu pengaturan lebih lanjut
organisasi pelaksana di tingkat lapangan berada di UPTD Kabupaten
Mesuji. Idealnya daerah Rawa Adi Mulyo yang cakupan arealnya
mencapai 3.209 ha dikendalikan oleh UPTD Mesuji Atas yang
organisasinya sudah terbentuk. Selain melaksanakan tugas sehari-
hari sebagai pelaksana O & P, UPTD juga merupakan unit organisasi
yang paling depan dalam kaitan dengan peraturan perundangan
yang berlaku, yaitu :
PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi Pasal 82 dan 83 dalam hal
pengendalian alih fungsi lahan beririgasi (untuk menjaga
adanya alih fungsi lahan rawa yang sudah/akan dibangun
Pemerintah).

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 36
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Permen PU No. 64 Tahun 1993 tentang Reklamasi Rawa Pasal 20


dalam hal pengamananan garis sempadan saluran primer dan
sekunder (sebagai persiapan bila saluran sudah dibangun).

Sesuai kewenangan pengelolaan jaringan rawa Adi Mulyo yang


berada di Pemerintah Pusat, maka kegiatan O&P jaringan rawa
dilaksanakan oleh BBWSMS Mesuji Sekampung melalui Kegiatan
O&P Wilayah II. Dalam pelaksanaan di lapangan Pengawas
Lapangan Rawa Adi Mulyo dan Rawa Cambai berkoordinasi dengan
Ka. UPTD Rawa Mesuji Atas. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh
O&P Wilayah II meliputi :
Melakukan kerjasama operasi dengan UPTD Rawa Mesuji Atas
dalam melaksanakan pekerjaan seperti : pembabatan rumput.
Biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini berasal dari PK OP
SDA II.
Melakukan kerjasama dalam memonitoring pekerjaan lapangan
yang dilakukan oleh Pengawas/pelaksana Lapangan Rawa Adi
Mulyo dan Rawa Cambai
Mengumpulkan hasil monitoring dan pertanggungjawaban hasil
pekerjaan dari Pengawas Lapangan.

Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi

Gambar 7.14 Struktur Organisasi O&P Tingkat Balai Besar


Wilayah Sungai Mesuji Sekampung

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 37
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Keterangan :
: Garis Komando
JP : Juru Pengairan
Gambar 7.15 Struktur Organisasi O&P Rawa Adi Mulyo dan Rawa Cambai
PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
Draft Laporan Akhir Bab VII -
38
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

2. Tingkat Usaha Tani


Pengelolaan ditingkat tersier dan usaha tani menjadi tanggung jawab
petani sendiri baik secara individu maupun melalui kelompoknya.
Pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah salah
satu keberhasilan pengelolaan air dan peningkatan produksi pertanian.

Prasarana organisasi yang paling efektif untuk peningkatan


pengelolaan air ditingkat usaha tani dan produksi pertanian adalah bila
para petani yang ada dalam satu blok tersier membentuk wadah
kelompok tani. Beberapa kelompok satuan tersier yang ada dalam satu
desa akan terhimpun dalam P3A. Karena itu kepala desa, camat dan
bupati akan bertanggung jawab atas pembinaan P3A ini. Peranan staf
O & P (Juru dan Pengamat Pengairan) dalam hal ini hanya pendukung
saja. Gambar 7.3 adalah bentuk daripada struktur organisasi P3A yang
perlu dikembangkan di rawa Adi Mulyo dan rawa Cambai.
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Gambar 7.16 Bagan Struktur Organisasi P3A

Setiap P3A harus menunjuk/mengangkat seorang juru bicara yaitu ili-ili,


yang bertanggung jawab atas pengoperasian sehari-hari ditingkat
tersier. Tugas utama dari ili-ili diantaranya adalah:
a. Berkomunikasi dengan staf O & P mewakili para petani;
b. Koordinasi antara kegiatan pengelolaan air ditingkat usaha tani dan
kegiatan pengelolaan air didalam masing-masing blok tersier.
c. Mengkoordinasikan dan mengorganisir kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan saluran-saluran tersier dan kuarter, tanggul-tanggul dan
bangunan air.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 40
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

d. Pembinaan/penyuluhan dan informasi kepada petani perihal teknik-


teknik pengelolaan air, tata letak sawah, dan praktek-praktek
pertanian.

7.5.2 Fasilitas O&P dan Peralatan


Agar pelaksanaan O&P dapat berjalan maksimal, petugas lapangan O&P harus
dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang memadai. Perumahan yang layak
akan menunjang petugas O&P untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Tabel 7.1 memuat sejumlah peralatan dan fasilitas O&P yang diperlukan
dilapangan.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 41
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

Tabel 7.19 Jenis Fasilitas dan Peralatan O&P Yang Diperlukan


Jenis Fasilitas Total
Satuan Keterangan
O&P Kebutuhan

BANGUNAN/GEDUNG
Kantor Pengamat 3 Buah Pengadaan Baru
Sumur Bor, Pompa + 3 Unit Pengadaan Baru
Aksesoris
Generator Listrik 5 Kva 3 Unit Pengadaan Baru

TRANSPORTASI
Sepeda Motor 3 Unit Pengadaan Baru

PERALATAN KANTOR
Mesin Tik 3 Unit Pengadaan Baru
Meja Kursi 3 Set Pengadaan Baru
Lemari Arsip 3 Set Pengadaan Baru

PERALATAN O&P
Kertas Lakmus 60 Lembar Pengadaan Baru
Papan Duga air/Peilschaal 10 Buah Pengadaan Baru
Waterpass 1 Set Pengadaan Baru
Hand Bor 3 Set Pengadaan Baru
Penakar Hujan 1 Unit Pengadaan Baru
Camera Digital 1 Unit Pengadaan Baru
Pita ukur 50 m 3 Buah Pengadaan Baru
Pita ukur 5 m 3 Buah Pengadaan Baru

Sumber : Analisa Konsultan 2010

7.5.3 Rekomendasi Pola Tanam dan Pengelolaan Air


Memperhatikan pada hasil analisis dan kondisi daerah kajian, maka pola
tanam disusun dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kondisi hidro-topografi
b. Katersediaan air untuk tanaman
c. Kesesuian lahan
d. Kondisi klimatologi
e. Pengaruh pola budidaya

Dari hasil tersebut, maka pola tanam yang diusulkan adalah sebagai
berikut :

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 42
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

1. Pola Tanam I padi-padi


2. Pola Tanam II padi-palawija (jagung)
3. Pola Tanam III padi/mina-padi/mina (pada lebak dalam)

Tipe tata guna tanah akan menentukan pengelolaan air yang diperlukan.
Padi sawah, palawija, tanaman keras tahunan dan bahkan saat tanah tidak
ditanami apa-apa (bero) masing-masing memerlukan pengelolaan air
sendiri-sendiri. Padi sawah memerlukan genangan, sedangkan palawija
memerlukan muka air tanah dibawah permukaan tanah. Pengelolaan air bisa
juga dijadikan instrument (alat) untuk pemberantasan hama (umpamanya
hama belalang) dan mencegah tumbuhnya rumput-rumput liar.
1. Pengelolaan Air Untuk Tanaman Padi
Pengelolaan air untuk padi sawah dimusim hujan difokuskan pada
penggenangan air dengan sekali-kali membuang air untuk tujuan
pemupukan dan pencucian (Leaching). Drainase perlu dilakukan bila (1)
genangan terlalu dalam atau (2) bila air permukaan ataupun air tanah
kualitasnya memburuk. Oleh karena itu selain pengamatan terhadap
pertumbuhan tanaman dan keasaman air permukaan perlu juga diamati
secara teratur kadar racun yang terkandung dalam air tanah.
a. Pemberantasan Hama dan Air
Sejenis belalang merusak tanaman dengan cara menggigit dasar
batang. Penggenangan akan menyebabkan berpindahnya binatang-
binatang ini ketanggul-tanggul.
b. Kedalaman Genangan dan Pencegahan Rerumputan
Untuk padi yang ditanam, pengaturan air selama periode anakan
dapat diselangi dengan pekerjaan menyiangi. Pertumbuhan
rerumputan liar bisa diberantas dengan cara penggenangan terus
menerus sedalam 16 cm.

2. Pengelolaan Air Untuk Tanaman Palawija


Pengelolaan / pengaturan air untuk palawija relatif mudah, karena
hanya difokuskan pada pengeringan lahan. Faktor yang menyulitkan
adalah bila ada lapisan tanah yang mengandung asam sulfat potensial
(racun) dikedalaman tertentu. Sehingga kedalaman air tanah perlu
dibatasi, bila tidak demikian keadaan tanah bisa menjadi asam atau
keracunan.

Untuk tanah yang mengandung asam sulfat dengan topografi yang lebih
tinggi dimana palawija ditanam sepanjang tahun, para petani disarankan

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 43
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

untuk membuat sistem jaringan saluran pembuangan dangkal dengan


kedalaman 0,50 m pada setiap jarak 10 m. Hujan lebat dan muka air
yang tinggi di dalam saluran bisa dimanfaatkan untuk mencuci
(leaching) tanah secara teratur. Bila palawija ditanam di lahan yang
sebelumnya pernah ditanami padi, maka ada kecenderungan munculnya
tanah dangkal yang mengandung asam sulfat yang bisa menghambat
pertumbuhan tanaman. Pencucian tanah akan dapat memperbaiki
keasaman tanah ini, akan tetapi dalam kasus yang luar biasa perlu diberi
kapur.

3. Pengelolaan Air pada lahan saat Tidak Ditanami (Bero)


Dalam periode ini pengoksidasian pyrit dan pembuangan unsur-unsur
racun dari tanah dapat dipercepat dengan cara merendahkan muka air
didalam saluran dan kemudian diikuti dengan pencucian (pembilasan).
Hasil yang diharapkan adalah lapisan tanah yang mengandung asam
sulfat perlahan-lahan menjadi lebih dalam dan hal ini berarti
meningkatkan kesuburan tanah.

Lain daripada itu (pengeringan lahan) akan mempercepat pematangan


tanah, dengan perkataan lain struktur tanah menjadi lebih baik, dan
daya dukung tanah meningkat, sehingga penyiapan lahan dengan cara
mekanis maupun ternak dapat dilakukan. Drainase (pengeringan) juga
mempercepat proses oksidasi bahan-bahan organis dan pada gilirannya
mempermudah pembajakan sawah.

Pada lahan yang mempunyai lapisan tanah atas (toplayer) organik


(gambut) yang tebal periode bero ini bisa menyebabkan drainase yang
berlebihan. Oleh karena periode bero ini biasanya jatuh pada musim
kemarau, maka oksidasi gambut dan penurunan tanah akan sangat
besar sekali. Dalam hal ini maka usaha konservasi air selama periode
bero mungkin diperlukan.

7.5.4 Pengolahan Tanah yang dianjurkan


1) Tanah Liat Rawa Pasang Surut
Tanah liat rawa pasang surut cenderung memiliki air tanah yang asam
dan beracun yang ditimbulkan oleh oksidasi pyrit setempat dan aliran air
dibawah tanah. Dengan cara drainase dangkal yang intensif (kedalaman
drainase antara 0,40 m sampai 0,50 m), zone akan akan cukup terbilas

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 44
SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI SEKAMPUNG
SURVEY INVESTIGASI DESAIN JARINGAN RAWA ADI MULYO

oleh air hujan, sehingga lahan akan tetap dapat memberikan hasil yang
cukup baik untuk tanaman.

Di daerah ini, pengelolaan air ditingkat usaha tani diarahkan kepada


pemanfaatan irigasi dengan cara (a) penggenangan lahan sawah dan (b)
membilas dengan cepat dan kuat unsur-unsur keasaman dan racun (H+,
SO44-, Fe2+ dan asam-asam organis). Agar usaha-usaha ini dapat berhasil
dengan baik, pintu-pintu tabat yang ada dalam saluran tersier harus
dalam keadaan terbuka dan parit-parit keliling dan parit melintang
didalam lahan sawah harus tetap ada dan terpelihara.

2) Tanah Darat Dataran Tinggi


Tanah jenis ini perlu penanganan yang hati-hati karena mudah tercemar
racun. Muka air tanah harus dijaga jangan sampai kurang dari 0,40-0,60
m di bawah permukaan tanah. Jaringan parit dangkal didalam lahan
sawah yang rapat akan mempercepat pembuangan unsur-unsur racun
dari tanah.

3) Tanah Gambut
Karena lapisan atas organis ini memiliki permeabilitas yang tinggi, maka
kehilangan air (seepage losses) akan sangat besar sekali. Dipihak lain
tanah jenis ini peka terhadap reaksi oksidasi pyrit yang dangkal dan
terakumulasinya asam organik di dalam keadaan air tergenang. Oleh
karena itu tanah gambut perlu lebih sering didrainase dalam waktu yang
pendek setiap 2-4 minggu sekali selama masa pertumbuhan padi.

Drainase dalam yang dilaksanakan pada periode bera harus dihindarkan,


karena akan mempercepat pengoksidasian tanah atas organis, yang
pada gilirannya akan meningkatkan kepekaan tanah gambut terhadap
kebakaran. Bila tanah atas organis ini menghilang lapisan tanah bawah
yang mengandung pyrit akan muncul ke permukaan yang akan
menyebabkan kegagalan total terhadap penanaman berikutnya. Untuk
mencegah pengoksidasian tanah gambut yang terlalu cepat, harus
dijaga agar muka air tanah tidak lebih dalam dari 0,50 m dibawah
permukaan tanah.

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA


Draft Laporan Akhir Bab VII - 45

Anda mungkin juga menyukai