Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PROGRAM
PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, PENYELAMATAN KEBAKARAN DAN
PENYELAMATAN NON KEBAKARAN

KEGIATAN
PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, PEMADAMAN, PENYELAMATAN DAN
PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEBAKARAN DALAM
DAERAH KABUPATEN KOTA

SUB KEGIATAN
PENCEGAHAN KEBAKARAN DALAM DAERAH KABUPATEN KOTA

PEKERJAAN
Studi Kelayakan Pembangunan Embung Di Pagai Utara Dan Sikakap

TAHUN ANGGARAN 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kepulauan Mentawai merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil
yang terdapat di pantai barat Sumatera, yang terdiri dari 4 (empat) pulau
utama yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai
Selatan dan beberapa pulau kecil disekitarnya, dengan total seluruhnya 99
pulau.

Wilayah Kabupaten Mentawai secara geografis, geologis, hidrologis dan


klimatologis memungkinkan terjadi berbagai ancaman bencana. Kondisi
alam seperti ini menimbulkan risiko bencana yang tinggi. Sebagian besar
wilayahnya berada dalam kawasan rawan bencana, baik yang berasal dari
ancaman banjir, wabah penyakit, kebakaran permukiman, angin
putingbeliung, kebakaran hutan lahan dan lain-lain. Keragaman ancaman
bencana di atas memerlukan upaya peningkatan kapasitas semua
stakeholder baik dari unsur pemerintah, masyarakat, civil society maupun
pihak swasta sehingga mampu mengurangi risiko bencana. Selain itu,
berbagai pengalaman sejarah kebencanaan di Kabupaten Kepulauan
Mentawai memberikan kesadaran Pemerintah Daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai untuk mengembangkan kebijakan yang sistematis
berkaitan dengan penanggulangan bencana.

Kebakaran hutan dan lahan menyebabkan berbagai dampak bagi


lingkungan dan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh
faktor alam dan manusia. Faktor manusia yang menjadi pemicu kebakaran
hutan dan lahan diantaranya konversi lahan, kegiatan penyiapan lahan,
dan pembukaan lahan untuk pertanian maupun perkebunan dengan cara
pembakaran. Tingginya konversi lahan di Indonesia disebabkan oleh faktor
sosial-ekonomi masyarakat, kebijakan kepemilikan lahan, bencana alam,
dan demografi serta konversi lahan. Upaya pengendalian kebakaran hutan
dan lahan merupakan langkah yang tepat dan berguna bagi penyelamatan
hutan dari bahaya kebakaran. Untuk menumbuh-kembangkan peran serta
masyarakat dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
pada wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Praktik Konservasi Tanah dan Air (KTA) pada dasarnya ditujukan untuk
mengendalikan proses erosi dan sedimentasi serta untuk memelihara
keberadaan dan ketersediaan air sesuai fungsi dan manfaatnya. Untuk
tujuan pengendalian erosi dan sedimentasi, dibuat bangunan KTA di
antaranya berupa DPi, DPn dan GP. Sedangkan untuk pengembangan
sumber daya air atau dengan kata lain untuk tujuan memperkecil aliran
permukaan (surface run off) dan memperbesar infiltrasi air hujan, dibuat
embung, SRA dan biopori.
Pada prinsipnya yang diperlukan dalam konservasi tanah dan air :
a. Mengusahakan agar kapasitas infiltrasi tanah tetap besar sehingga
jumlah aliran permukaan dapat dikurangi.
b. Mengurangi laju aliran permukaan sehingga daya pengikisannya
terhadap permukaan rendah dan material yang terbawa aliran dapat
diendapkan.
c. Mengusahakan agar daya tahan tanah terhadap daya tumbuk atau
penghancuran agregat tanah oleh butir hujan tetap ada.
d. Mengusahakan agar pada bagian-bagian tertentu dari tanah dapat
menjadi penghambat atau menahan partikel yang terangkut aliran
permukaan agar terjadi pengendapan yang tidak jauh dari tempat
pengikisan.

Dengan adanya Konservasi Tanah dan Air (KTA) tersebut di atas jelas
tergambar langsung maupun tidak langsung akan membantu tercapainya
tujuan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) (memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
terjaga). Selain itu, berkaitan system penyangga kehidupan tetap terjaga
maka kegiatan Konservasi Tanah dan Air (KTA) dalam rangka RHL harus
tetap berbasis pada unit DAS yang memperhatikan hubungan antar
morfologi DAS (hulu, tengah dan hilir).

Perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan perumahan, secara


tidak langsung dapat merusak kawasan resapan air, padahal kawasan
resapan air sangat penting untuk menunjang ketersediaan air tanah. Jika
ketersediaan air tanah berkurang maka pasokan air tanah juga ikut
berkurang. Disamping itu dengan dengan intesitas curah hujan yang
tinggi, aliran permukaan air dari permukiman menjadi tinggi dan menjadi
salah satu penyumbang bagi terjadinya banjir.

Konservasi Tanah dan Air adalah upaya perlindungan, pemulihan,


peningkatan, dan pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan sesuai dengan
kemampuan dan peruntukan Lahan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan dan kehidupan yang lestari, pembuatan Embung Air di
lapangan agar sesuai dengan kaidah dan ketentuan teknis yang berlaku.
Tujuan pembuatan embung air untuk menampung dan mengalirkan air
pada kolam penampung dan sebagai cadangan air untuk berbagai
kebutuhan pada musim kemarau.

Atas pertimbangan tersebut diatas, BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai


melalui Dana Bagi Hasil – Dana Reboisasi (DBH-BR) melaksanakan
Kegiatan Pembangunan Embung di Kabupaten Kepulauan Mentawai
dengan terlebih dahulu dilaksanakan Studi Kelayakan atas usulan lokasi
Pembangunan Embung, yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pembangunan embung guna memenuhi ketersediaan atau cadangan air
untuk kebakaran hutan dan lahan serta menjadi cadangan air sewaktu
musim kemarau.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan ini adalah :
Melakukan Identifikasi Kelayakan lokasi rencana Pembangunan
Embung sebagai cadangan air bagi kebakaran hutan dan lahan serta
menjadi cadangan air dimusim kemarau dan manfaat lainnya
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. mendapatkan data dasar tentang potensi-potensi embung yang dapat
dikembangkan secara investasi untuk penyediaan cadangan cadangan
air bagi kebakaran hutan dan lahan serta menjadi cadangan air
dimusim kemarau.
2. menentukan lokasi-lokasi definitif potensi embung.
3. menentukan rencana daerah layanan mencakup jumlah penduduk
terlayani dan alternatif trase jaringan air bersih atau irigasi, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan desain rinci penyediaan air
baku.

1.3. SASARAN
Sasaran kegiatan yang ingin dicapai adalah :
Mendapatkan dokumen studi kelayakan pembangunan embung di lokasi
yang diusulkan menjadi lokasi pembangunan embung.

1.4. SUMBER DANA DAN PEMBIAYAAN


- Biaya untuk Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Kelayakan Pembangunan
Embung ini adalah sebesar Rp. 95.000.000,- (Sembilan Puluh Lima
Juta Rupiah) yang bersumber dari Dana Bagi Hasil – Dana Reboisasi
(DBH-DR) melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun Anggaran 2021.
- Nilai HPS Rp. 94.955.300,- (Sembilan Puluh Empat Juta Sembilan
Ratus Lima Puluh Lima Ribu Tiga Ratus Rupiah)

1.5. NAMA DAN ORGANISASI PENGADAAN BARANG / JASA


Nama dan organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan kegiatan ini
adalah :
1) Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai
2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
3) Pengguna Anggaran (PA) / Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
4) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

1.6. SISTEM PELAKSANAAN KEGIATAN


Secara teknis paket pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Kelayakan Rencana
Pembangunan Embung ini dilaksanakan dengan menggunakan penyedia
jasa konsultansi melalui sistim Pengadaan Langsung sebagai ahli
perencanaan bidang Jasa Nasehat dan Konsultansi Rekayasa Teknik
(RE101).

1.7. DASAR HUKUM


1. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
2. UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
3. PP No 42 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
4. PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
5. PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Menteri PUPR No. 9 Tahun 2015 tentang Penggunaan
Sumber Daya Air
9. Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007, tentang Penyelenggaraan
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
10. Peraturan Menteri PUPR No. 01 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan Sumber
Daya Air
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 37 tahun 2003
tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan
Contoh Air Permukaan;
12. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 110 tahun 2003 tentang
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber
Air;
13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman
Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air;
14. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor 3 Tahun
2015 tentang RTRW Kab. Kepulauan Mentawai Tahun 2015-2035.
16. Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan
Hutan Lindung Nomor P.6/PDASHL?SET/KUM.1/8/2017 tentang
Pentunjuk Teknis Bangunan Konservasi Tanah dan Air.
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.32/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang Pengendalian Hutan dan
Lahan;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor 2 Tahun
2017 tentang penanggulangan Bencana Daerah;
19. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan
Kebakaran Hutan dan Lahan;
20. Studi-studi terdahulu yang terkait
BAB II
LINGKUP KEGIATAN

2.1. LOKASI KEGIATAN


Lingkup Lokasi kegiatan dipulau Pagai Utara & Sikakap ada 2 (dua) lokasi
Kecamatan yaitu di Kecamatan Pagai Utara (Desa Saumanganya) dan
Kecamatan Sikakap (Desa Sikakap).

2.2. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN


Pekerjaan Studi Kelayakan Lokasi Pembangunan Embung adalah melakukan
studi atas layak atau tidaknya layak dibangun embung dilokasi tersebut
yang mana kegunaan tersebut adalah untuk cadangan air untuk kebakaran
hutan dan lahan serta menjadi cadangan air disaat musim kemarau, yang
meliputi antara lain :
a. Pengumpulan data:
 Data kebutuhan air multisektor:
merupakan data kebutuhan air yang diperlukan dan meliputi jumlah
air yang diperlukan untuk irigasi pertanian, jumlah kebutuhan air
minum, jumlah kebutuhan air baku untuk rumah tangga
penggelontoran limbah kota dan air untuk stabilitas aliran sungai
dan kehidupan biota alami.
 Data topografi:
peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai peta situasi untuk
letak bangunan utama; gambar-gambar potongan memanjang dan
melintang sungai di sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan
bangunan utama.
 Data hidrologi:
data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data ini
harus mencakup beberapa periode ulang; daerah hujan; tipe tanah
dan vegetasi yang terdapat di daerah aliran. Elevasi tanah dan luas
lahan yang akan didrain menyusut luas.
 Data morfologi:
kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bedload) maupun
layang (suspended load) termasuk distribusi ukuran butir,
perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai, secara
horisontal maupun vertikal, unsur kimiawi sedimen.
 Data geologi:
kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan;
keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar,
kelulusan (permeabilitas) tanah, bahaya gempa bumi, parameter
yang harus dipakai.
 Standar untuk perencanaan:
peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara nasional,
seperti PBI beton, daftar baja, konstruksi kayu Indonesia, dan
sebagainya.
 Data lingkungan dan ekologi
 Data elevasi bendung sebagai hasil perhitungan muka air saluran
dan dari luas sawah yang diairi.
 Debit mata air dan debit periodik.
b. Penentuan Potensi Sumber Air Embung didasarkan Pada
Kriteria dan Indikatornya, Yang Terutama Mencakup Kriteria:
 Karateristik hidrologi
 Karakteristik sumber air baku
 Karakteristik daerah aliran sungai
 Topografi
 Kualitas air
 Daya dukung lingkungan & konservasi
c. Menentukan lokasi bangunan utama (embung)
Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah:
 Pertimbangan topografi
 Kemantapan geoteknik fondasi bendung
 Pengaruh hidraulik
 Pengaruh regime sungai
 Tingkat kesulitan saluran induk
 Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
 Luas layanan
 Luas daerah tangkapan air
 Tingkat kemudahan pencapaian
 Biaya pembangunan
 Kesepakatan stakeholder
d. Pelaksanaan Survey Sumber Air
 Kuantitas dipilih alternatif sumber air yang kapasitasnya cukup
memenuhi kebutuhan
 Kontinuitas debit, dipilih alternatif sumber air yang debitnya
kontinyu sepanjang tahun (misal untuk opsi sumur gali ketersediaan
air dimusim kemarau harus menjadi perhatian)
 Kualitas, diutamakan sumber air yang kualitasnya sesedikit mungkin
memerlukan pengolahan/perbaikan kualitas
 Jarak sumber air ke area yang akan dilayani tidak terlalu jauh
 Elevasi, diutamakan ketinggian lokasi sumber air lebih tinggi dari
ketinggian lokasi area yang akan dilayani sehingga air dapat
mengalir secara gravitasi
 Trase/lintasan yang dilalui diutamakan trase yang rata/tidak turun
naik, sehingga pengaliran air tidak terhambat (untuk perpipaan)

2.3. KELUARAN
Merekomendasikan layak dan tidak layaknya dibangun embung dilokasi
tersebut sesuai dengan Juknis Berdasarkan Peraturan Dirjen Pengendalian
Daerah Aliran Sugai dan Hutan Lindung Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor : P.6/PDASHL/SET/KUM.1/8/2017 tentang Petunjuk
Teknis Bangunan Konservasi Tanah dan Air. Berupa Dokumen Studi
Kelayakan Pembangunan embung yakni teridentifikasinya potensi-potensi
lokasi pembangunan embung untuk memenuhi kebutuhan air sebagai
cadangan air untuk kebakaran hutan dan lahan serta cadangan air sewaktu
musim kemarau.

2.4. WAKTU PELAKSANAAN


Waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan pekerjaan Studi Kelayakan Lokasi
Pembangunan Embung adalah 30 (Tiga Puluh) hari kalender atau 1 (satu)
bulan sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.

2.5. TENAGA AHLI


Kualifikasi personil yang ditugaskan oleh Konsultan dalam melaksanakan
pekerjaan Studi Kelayakan Lokasi Pembangunan Embung harus
berpengalaman, berkualitas, dan mampu didalam tugasnya masing-masing
yang sesuai dengan profesionalismenya, dengan kualifikasi sebagai berikut:
a. Profesional Staff (Tenaga Ahli)
1. Ketua Team/Tema Leader
Berpendidikan S-1 Teknik Sipil / Teknik Pengairan dengan
pengalaman kerja profesional sedikitnya 3 tahun memiliki SKA Ahli
Muda, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir
seluruh kegiatan anggota tim kerja selama pekerjaan sampai
dengan pekerjaan dinyatakan selesai dan bertanggung jawab atas
semua produk.
2. Ahli Hidrollik dan Bangunan Air / Cost Estimate
Berpendidikan S-1 Teknik Sipil / Teknik Pengairan berpengalaman
sesuai bidang tugasnya sekurang-kurangnya selama 2 Tahun dan
memiliki SKA Ahli Muda
3. Ahli Teknik Lingkungan
Berpendidikan S-1 Teknik Lingkungan berpengalaman sesuai
bidang tugasnya sekurang-kurangnya selama 2 Tahun dan
memiliki SKA Ahli Muda
b. Tenaga Penunjang
a. 1 (satu) orang CAD Operator, berpendidikan minimal D3 memiliki
pengalaman 3 tahun kerja pada bidang tugasnya.
b. 2 (dua) orang Surveyor, berpendidikan minimal D3 memiliki
pengalaman 3 tahun kerja pada bidang tugasnya.
c. 1 (satu) orang Administrasi dan Keuangan, berpendidikan minimal
SMA/Setara memiliki pengalaman 3 tahun kerja pada bidang
tugasnya.
1 (satu) orang Administrasi, berpendidikan minimal SMA/Setara
memiliki pengalaman 3 tahun kerja pada bidang tugasnya.
d. Petugas K3 Konstruksi, berpendidikan minimal SMA/Setara memiliki
pengalaman 3 tahun kerja pada bidang tugasnya
e. 1 (satu) orang Tenaga Bantu Lokal, berpendidikan minimal
SMA/Setara
2.6 PELAPORAN
Konsultan harus membuat dan menyerahkan laporan produk pekerjaannya
sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi program kerja konsultan, metode pelaksanaan
pekerjaan yang akan dilaksanakan, hasil yang akan diperoleh dari
kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut, serta masalah yang perlu
didiskusi. Laporan ini dibuat sebanyak 3 eksemplar kepada direksi
pekerjaan. Laporan disampaikan 10 (sepuluh) hari kalender terhitung
sejak SPMK.
2. Laporan Antara
Laporan ini berisi mengenai kemajuan pekerjaan, hasil kajian dan
analisis data primer dan sekunder, kendala yang di hadapi pada setiap
bulan selama pekerjaan ini dilaksanakan serta perubahan-perubahan
metode penelitian. Hasil perkerjaan dan kendala yang dihadapi
dikonsultasikan atau didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan. Laporan
ini dibuat sebanyak 3 (tiga) eksemplar. Laporan diserahkan paling
lambat 20 (dua puluh) hari kalender terhitung sejak SPMK.
3. Laporan Akhir Sementara
Laporan ini merupakan draft laporan akhir mengenai kegiatan dan hasil
pekerjaan yang berisikan tentang pendahuluan, Hasil Kajian dan
analisis data, hasil penelitian, Rekomendasi, kesimpulan dan saran
untuk dipresentasikan. Laporan Akhir Sementara diserahkan paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum selesainya kontrak Laporan ini dibuat
sebanyak 3 (tiga) eksemplar. Pada waktu presentasi Konsultan wajib
membagikan resume laporan akhir sementara yang akan
dipresentasikan.
4. Laporan Akhir
Laporan ini berisikan perbaikan dan penyempurnaan dari laporan akhir
sementara yang telah presentasikan, berisi tentang pendahuluan,
metodologi penelitian, Kajian dan analisis data, hasil penelitian,
rekomendasi, kesimpulan dan saran. Laporan disampaikan paling
lambat 1 hari sebelum berakhirnya masa kontrak. Jumlah laporan akhir
yang harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) eksemplar. Laporan akhir ini
terdiri dari 3 Buku, yaitu:
 Buku 1, merupakan laporan akhir, dicetak pada kertas berukuran
A4.
 Buku 2, merupakan Lampiran data-data pengukuran dan
pengamatan di lapangan, beserta dokumentasinya, dicetak pada
kertas berukuran A4.
 Buku 3, merupakan Lampiran peta-peta dan Gambar: data
sekunder, hasil penelitian dan saran-saran, dicetak pada kertas
berukuran A3.
5. Penggandaan File ke Flashdisk
Konsultan harus menyerahkan seluruh hasil laporan ke dalam Flashdisk
sebanyak 3 (3) buah lengkap.

2.4 PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dibuat untuk menjadi pedoman
minimal dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Tuapejat, 04 Oktober 2021


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

JONSA, S.E.
NIP. 19780814 201001 1 023

Anda mungkin juga menyukai