Anda di halaman 1dari 59

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERENCANAAN SITE PLAN KOMPLEK


PERUMAHAN GALMAS RESIDENCE TAHAP II
KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya


Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh :

IDA PUSPITA EMAWATI


NIM : I 8707044

PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL INFRASTRUKTUR PERKOTAAN


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERENCANAAN SITE PLAN KOMPLEK


PERUMAHAN GALMAS RESIDENCE TAHAP II
KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

IDA PUSPITA EMAWATI


NIM : I 8707044

Telah disetujui untuk dipertahankan Tim Penguji Pendadaran


Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Diperiksa dan disetujui,


Dosen Pembimbing

Ir. ADI YUSUF MUTTAQIEN, MT.


commit to198803
NIP. 19581127 user 1 001
PERENCANAAN SITE PLAN KOMPLEK
PERUMAHAN GALMAS RESIDENCE TAHAP II
KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN

TUGAS AKHIR
Disusun oleh :

perpustakaan.uns.ac.id IDA PUSPITA EMAWATI digilib.uns.ac.id

NIM : I 8707044

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Pendadaran Fakultas Teknik


Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya.
Pada hari : Senin
Tanggal : 7 Februari 2011
Tim Penguji Pendadaran :
1. Ketua : Ir. Adi Yusuf Muttaqien, MT. : ......................................
NIP. 19581127 198803 1 001
2. Anggota 1 : Ir. Kuswanto Nurhadi, MSP : ......................................
NIP. 19600515 198601 1 001
3. Anggota 2 : Widi Hartono,ST,MT : ......................................
NIP. 19730729 199903 1 001

Disahkan, Disahkan
Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program D-III Teknik
Fakultas Teknik UNS Jurusan Teknik Sipil FT UNS

Ir. BAMBANG SANTOSA, MT Ir. SLAMET PRAYITNO, MT


NIP. 19590823 198601 1 001 NIP. 19531227 198601 1 001
Mengetahui,
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik UNS

Ir. NOEGROHO DJARWANTI, MT


NIP. 19561112 198403 2 007

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan yang demikian itu
sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Yaitu mereka
yang yakin bahwa mereka akan menemui Rabbnya dan kembali
kepadaNya.
(Q.S Al Baqarah 45-46)

Hanya ada satu pilihan: ke depan, maju dan terus maju. Tak ada kata
mundur! Kita harus bisa... Semangaaaatt!!!!!!!

Sedikit pengetahuan yang digunakan untuk berkarya


sungguh lebih berharga daripada
banyak pengetahuan yang disimpan saja.
(Kahlil Gibran)

Motivasi diri adalah bahan bakar bagi kehidupan


Percaya diri adalah gas penggerak kehidupan
Tahu diri adalah rem yang mengendalikan.
(Solikhin Abu Izzuddin)

Kemampuan adalah sesuatu yang kita peroleh sebagai hasil dari


keinginan yang kuat.

Jangan anggap kegagalan itu malapetaka tapi anggap sebuah


pengalaman yang sangat berharga, karena dari situ akan terbuka pintu-
pintu kesuksesan.

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN
‫ﺒﺴﻡﺍﷲﺍﻠﺮﺣﻤﻦﺍﻠﺮﺣﻴﻢ‬

Segala Puji bagi Allah SWT Pencipta dan Penguasa seluruh jaga raya
yang telah memberikan kehidupan dan petunjuk-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku yang selalu memberikan limpahan kasih


sayangnya dan terima kasih atas doa, dukungan, kesabarannya serta
nasehat-nasehatnya selama ini.

Kedua kakakku (mbak yuli dan mas koko) beserta segenap keluarga
besar penulis yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk
menjadi manusia yang berguna dan bersahaja.

Bapak Ir. Adi Yusuf Muttaqien,MT terima kasih atas bimbingan dan
bantuannya. Semoga dengan nasehat-nasehat yang bapak berikan
bisa menjadi semangat buatku untuk menjadi pribadi yang lebih
baik.

Buat almamaterku tercinta...........i proud of you.

Sobat-sobatku (hendri, lina, ria, rute, sarik dan wiwin) yang selalu
membantuku dalam suka maupun duka. Thank’s bro...

Temen-temenku seperjuangan (Infrastruktur Perkotaan 2007 dan


anak-anak Kos PB 03) Terima kasih atas dukungannya serta
bantuannya, Semoga masa depan cerah mendampingi kita
semua……Amin!!!!!!!

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

IDA PUSPITA EMAWATI, 2011, “PERENCANAAN SITE PLAN


KOMPLEK PERUMAHAN GALMAS RESIDENCE TAHAP II
KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN”.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat


tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan (UU No.4 tahun 1992). Oleh karena itu, perumahan merupakan salah
satu elemen penting dalam pembangunan suatu wilayah. Bagi sebuah lingkungan
perkotaan, kehadiran lingkungan perumahan sangatlah penting dan berarti karena
bagian terbesar pembentuk struktur ruang perkotaan adalah lingkungan
permukiman. Oleh karena itu perencanaan sebuah perumahan memegang peranan
yang sangat penting dalam pengendalian laju pembangunan agar berdampak
positif dan berkesinambungan. Perencanaan itu harus dilakukan, dimulai dari
perencanaan rumah-rumah hingga perencanaan lingkungan permukiman dan
ruang perkotaan, bahkan hingga perencanaan wilayah. Melihat pentingnya
peranan perumahan bagi kehidupan manusia, maka penciptaan rumah yang layak
dalam lingkungan perumahan yang sehat adalah hal yang mutlak diperlukan dan
perlu didukung oleh segenap pelaku didalamnya, dalam hal ini melibatkan
pengembang, pemerintah maupun masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur serta menggunakan data yang
dimiliki oleh instansi terkait dalam hal ini adalah Perumahan Galmas Residence
Kecamatan Jogonalan. Metode pengolahan data dilakukan secara manual dengan
menggunakan pengukuran langsung di lapangan untuk mencari luas keseluruhan
lahan yang akan dibangun komplek Perumahan Galmas Residence Tahap II.

Setelah dilakukan perhitungan maka luas lahan yang dibangun pada Perumahan
Galmas Residence Tahap II terdiri dari luas fasilitas perumahan (terbangun)
65,35% dan luas fasilitas lingkungan (terbuka) 34,65 % dengan total 20.570 m2
yang artinya memenuhi syarat perbandingan antara wilayah terbangun dengan
wilayah terbuka yaitu sebesar 70% : 30%. Perumahan Galmas Residence Tahap II
merencanakan bangunan hunian sebanyak 95 unit.

Kata kunci : Perencanaan, Perumahan, Site Plan, Rencana Tapak

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACK

IDA PUSPITA EMAWATI, 2011, “PERENCANAAN SITE PLAN


KOMPLEK PERUMAHAN GALMAS RESIDENCE TAHAP II
KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN”.

Housing is a group home that serves as a neighborhood or residential environment


that is equipped with facilities and environmental infrastructure (Act No.4 of
1992). Therefore, housing is one important element in the development of a
region. For an urban environment, the presence of housing environment is very
important and meaningful because of the bulk-forming structure is the urban space
settlements. Therefore, planning a housing plays a very important role in
controlling the rate of development for positive and sustainable impact. Planning
must be done, starting from the planning of the houses until the settlement of
environmental planning and urban space, even up to regional planning. Seeing the
importance of housing to human life, the creation of a decent house in a healthy
housing environment is absolutely necessary and must be supported by all actors
in it, in this case involves a developer, government and society.

Data were gathered through literature studies and using data held by relevant
agencies in this regard is the Housing Galmas Jogonalan Residence District.
Method of data processing is done manually by using direct measurements in the
field to search the entire land area to be constructed complex Galmas Housing
Residence Phase II.

After calculating the land area that was built on Galmas Housing Residence Phase
II consists of spacious housing facilities (wake) 65.35% and spacious environment
facility (open) 34.65% with a total of 20,570 m2, which means eligible wake
region with a comparison between an open area which is 70%: 30%. Housing
Galmas Residence Phase II plans as many as 95 unit residential building.

Keywords: Planning, Housing, Site Plan

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas
Akhir ini dengan judul PERENCANAAN SITE PLAN KOMPLEK
PERUMAHAN GALMAS RESIDENCE TAHAP II KECAMATAN
JOGONALAN KABUPATEN KLATEN dengan baik. Dalam penyusunan Tugas
Akhir ini, penyusun banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan yang
sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Segenap pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta


beserta stafnya.
2. Segenap pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
beserta stafnya.
3. Segenap pimpinan Program D-III Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta stafnya.
4. Bapak Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Ir. Adi Yusuf Muttaqien, MT selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir ini.
6. Kepala Pimpinan PT.Galmas Cipta Graha.
7. Segenap karyawan-karyawati PT. Galmas Cipta Graha yang telah membantu
saya dan memberikan petunjuk dalam melaksanakan penyelesaian tugas akhir
ini.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan
UNS angkatan 2006, 2007, 2008 dan 2009 yang telah memberikan bantuan
dan semangat dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran tugas akhir hingga terwujudnya laporan ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan


keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta masih kurangnya pemahaman
yang penyusun miliki sehingga dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan,
maka penyusun berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi
yang tertarik dengan perencanaan perumahan atau bagi siapa yang
memerlukannya.

Surakarta, Februari 2011

Penyusun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN.............................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah.......................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
1.6. Metode Penulisan ........................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI


2.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5
2.1.1. Definisi Rumah................................................................ 6
2.1.2. Persyaratan Dasar Perencanaan ....................................... 8
2.1.2.1. Ketentuan umum ............................................... 8
2.1.2.2. Persyaratan Lokasi............................................. 10
2.1.2.3. Pengaturan Daerah Perumahan.......................... 11
2.1.3. Persyaratan Prasarana Lingkungan.................................. 13
2.1.3.1. Panjang Deretan Kavling................................... 13
commit to user
2.1.3.2. Jalan................................................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2. Dasar Teori .................................................................................. 16


2.2.1. Asumsi dan Kebutuhan Informasi ................................... 16
2.2.2. Besaran dan Luas............................................................. 16
2.2.3. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan ......................... 18
2.2.4. Konsep Pembangunan yang berwawasan Lingkungan ... 18
2.2.5. Perbandingan antar Wilayah Terbangun (Build up Area)
dengan Wilayah Terbuka (Open Space) sebesar
70%:30% ......................................................................... 19
2.2.6. Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan Perumahan.. 19
2.2.7. Sarana Terbuka Hijau ...................................................... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 22
3.2. Obyek Penelitian ......................................................................... 22
3.3. Langkah-Langkah Penelitian....................................................... 22
3.4. Permohonan Ijin .......................................................................... 22
3.5. Mencari Data dan Informasi........................................................ 23
3.6. Mengolah Data ............................................................................ 23
3.7. Penyusunan Laporan ................................................................... 25

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Data ............................................................................... 26
4.1.1. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan......................... 26
4.1.2. Hasil Pengukuran Lahan ................................................. 26
4.1.3. Perbandingan antar Wilayah Terbangun (Build up Area)
dengan Wilayah Terbuka (Open Space) ......................... 27
4.1.4. Perizinan.......................................................................... 28
4.1.5. Konsep Pola Hunian........................................................ 29
4.1.6. Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan Perumahan . 29
4.1.6.1 Jalan................................................................... 29
4.1.6.2 Air Bersih .......................................................... 30
commit to user
4.1.6.3 Air Limbah ........................................................ 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.6.4 Pembuangan Air Hujan ..................................... 30


4.1.6.5 Pembuangan Sampah......................................... 31
4.1.6.6 Jaringan Listrik dan Telekomunikasi ................ 31
4.1.6.7 Fasilitas Sosial ................................................... 31
4.1.6.8 Ruang Terbuka Hijau ........................................ 32
4.1.7. Rencana Anggaran Biaya Harga Jual Tanah................... 32
4.2. Pembahasan ................................................................................. 34
4.2.1. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan ......................... 34
4.2.2. Perbandingan antar Wilayah Terbangun (Build up Area)
dengan Wilayah Terbuka (Open Space).......................... 34
4.2.3. Konsep Pola Hunian ........................................................ 35
4.2.4. Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan Perumahan.. 35
4.2.4.1. Jalan................................................................... 35
4.2.4.2. Air Bersih .......................................................... 35
4.2.4.3. Air Limbah ........................................................ 35
4.2.4.4. Pembuangan Air Hujan ..................................... 36
4.2.4.5. Pembuangan Sampah......................................... 36
4.2.4.6. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi ................ 36
4.2.4.7. Fasilitas Sosial ................................................... 36
4.2.4.8. Ruang Terbuka Hijau ........................................ 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.................................................................................. 38
5.2. Saran ............................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xv


PENUTUP.......................................................................................................... xvi
LAMPIRAN.................................................................................................... xvii

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan untuk Sarana

Lingkungan Berdasarkan Kepadatan Penduduk...................................13

Tabel 4.1. Karakteristik Jalan Lingkungan.................................................. 30

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar Ukuran Lebar Jalan dan Panjang Kavling.........................13

Gambar 3.1. Gambar Diagram Alir Analisis Data................................................24

Gambar 4.1. Gambar Ukuran Lahan Perumahan Galmas Reidence

Tahap II................................................................................................. 27

Gambar Lahan yang Akan Dibangun.......................................................... L1 -L.4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambahan penduduk daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan sarana dan


prasarana perkotaan semakin meningkat terutama kebutuhan perumahan.
Mengingat pengadaan perumahan daerah perkotaan sangat terbatas, masalah
pemenuhan kebutuhan perumahan sampai saat ini masih sulit dipecahkan,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Di lain pihak, kebutuhan
perumahan daerah perkotaan selalu meningkat dengan pesat.

Manusia yang membutuhkan rumah bertambah dengan mudah dan cepat,


sementara itu, pertambahan rumah bergerak sangat lambat. Rumah yang
merupakan kebutuhan dasar manusia perwujudannya ternyata bervariasi menurut
“siapa” penghuninya, mengikuti teori jenjang kebutuhan (Hierarchy of Needs)
Maslow (Newmark,1997), sebagai berikut :
1. Kebutuhan Fisiologis (psysiological needs).
2. Kebutuhan akan Rasa Aman (security and safety needs).
3. Kebutuhan akan Hubungan Sosial (sosial needs).
4. Kebutuhan Penghargaan Terhadap Diri Sendiri (self-esteem or ego needs).
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (self-actualization needs).

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat


tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan (UU No.4 tahun 1992). Oleh karena itu, perumahan merupakan salah
satu elemen penting dalam pembangunan suatu wilayah. Mengacu pada
pentingnya fungsi perumahan dalam perencanaan suatu wilayah diperlukan upaya
untuk dapat memahami permasalahan dan potensi yang terkandung dalam suatu
commit to user
kelompok hunian. Tidak hanya itu saja, perlu adanya identifikasi dan analisis yang

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

berkaitan serta menjadi masukan berharga bagi perencanaan suatu kawasan. Oleh
karena itulah diperlukan suatu latihan dan simulasi yang berorientasi ke kondisi
riil lapangan tentang kondisi dan kualitas suatu kelompok hunian. Menurut
Ettingger, kriteria perumahan sebaiknya memenuhi standar yang baik ditinjau dari
berbagai aspek antara lain sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi kesehatan dan keamanan dapat melindungi penghuninya
dari cuaca hujan, kelembaban dan kebisingan, mempunyai ventilasi yang
cukup, sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah serta dilengkapi dengan
prasarana air, listrik dan sanitasi yang cukup.
2. Mempunyai cukup ruangan untuk berbagai kegiatan di dalam rumah dengan
privasi yang tinggi.
3. Mempunyai cukup akses pada tetangga, fasilitas kesehatan, pendidikan,
rekreasi, agama, perbelanjaan dan lain sebagainya.

Tugas akhir ini mengambil lokasi di Perumahan Galmas Residence yang terletak
di Desa Tegalmas, Kelurahan Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten
Klaten. Perumahan Galmas Residence Tahap I ini adalah perumahan sebagai salah
satu pertumbuhan fisik dalam suatu wilayah yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang dapat berfungsi sebagai sarana produksi keluarga, merupakan titik
strategis dalam pembangunan manusia seutuhnya. Melihat semakin bertambahnya
jumlah penduduk di lingkungan Kecamatan Jogonalan dan sekitarnya maka perlu
direncanakan pengembangan komplek Perumahan Galmas Residence Tahap II.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas adalah:


1. Bagaimana menampung minat konsumen jika di Perumahan Galmas
Residence Tahap I sudah penuh?
2. Bagaimana perencanaan site plan komplek perumahan yang memenuhi
standar dan menampung minat konsumen?
commit to user
3. Bagaimana menganalisis harga jual tanah?
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini agar masalah tidak terlalu melebar dan menjauh maka perlu
dilakukan antar batasan wilayah adalah sebagai berikut:
1. Studi kasus dilakukan di Perumahan Galmas Residence Tahap I Kecamatan
Jogonalan Kabupaten Klaten.
2. Perencanaan yang dilakukan tidak menganalisis infrastruktur.
3. Perencanaan Perumahan Galmas Residence Tahap II merupakan
pengembangan dari Perumahan Galmas Residence Tahap I Kecamatan
Jogonalan Kabupaten Klaten.
4. Harga jual tanah berdasarkan harga setempat.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Merencanakan komplek Perumahan Galmas Residence Tahap II yang
menampung minat konsumen jika di Perumahan Galmas Residence Tahap I.
2. Merencanakan site plan komplek Perumahan Galmas Residence Tahap II
yang memenuhi standar dan menampung minat konsumen.
3. Analisis harga jual tanah di Perumahan Galmas Residence Tahap II.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan muncul dari penelitan ini adalah:


1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil sesuai dengan teori
yang didapat di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Memberikan tambahan informasi kepada warga Kecamatan Jogonalan
Kabupaten Klaten di bidang perumahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

1.6. Metode Penulisan

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:


1. Metode Interview
Melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait
untuk memperoleh data yang diinginkan.
2. Metode Studi Observasi
Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
obyek yang akan dipelajari.
3. Metode Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara membaca buku penunjang untuk melengkapi
pengetahuan teoritis maupun praktis kemudian membandingkannya dengan
kenyataan di lapangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Pengertian yang tertuang dalam Undang - undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana lingkungan. Satuan lingkungan perumahan meliputi :
1. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
3. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.

Dalam pengertian tradisional perumahan hanya merupakan tempat berlindung,


tetapi dalam dunia modern perumahan dipergunakan untuk melayani berbagai
kebutuhan. Sehingga pada zaman modern ini, perumahan bukan hanya semata-
mata bangunan fisik yang memberi naungan, akan tetapi perumahan menyediakan
ruang untuk berbagai kegiatan seperti: tidur, makan, rekreasi, memasak dan
bekerja. Perumahan memberikan status relative tertentu selama seseorang dinilai
berdasarkan kualitas dan lokasi rumahnya. Jadi, karena perumahan selalu
merupakan komoditi pokok nilainya sekarang lebih ditekankan pada lokasi, status
dan aktiva investasi dari pada fungsi fisiknya.

Melihat pentingnya peranan perumahan bagi kehidupan manusia, maka


penciptaan rumah yang layak dalam lingkungan perumahan yang sehat adalah hal
yang mutlak diperlukan dan perlu didukung oleh segenap pelaku didalamnya,
commitpemerintah
dalam hal ini melibatkan pengembang, to user maupun masyarakat. Dengan

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

demikian, untuk mewujudkan impian tersebut, maka peranan dari komponen-


komponen penyusun suatu lingkungan perumahan yang meliputi tanah, rencana
tapak, prasarana lingkungan, fisik rumah, prasarana jalan, pembiayaan dan
fasilitas lingkungan sangat diperlukan. Peranan-peranan dari komponen tersebut
tampak nyata secara fisik dari suatu lingkungan perumahan, di mana dapat dilihat
pada fisik rumah beserta prasarana lingkungannya seperti: saluran air bersih,
saluran air limbah, saluran air hujan, tempat pembuangan sampah, jaringan listrik,
jaringan telepon, prasarana jalan dan fasilitas lingkungan yang terdapat di dalam
lingkungan perumahan tersebut seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, pusat
perbelanjaan dan niaga, peribadatan, olah raga, lapangan terbuka, maupun
kebudayaan dan rekreasi.

Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas, maka perencanaan perumahan meliputi


pembangunan perumahan di atas suatu kawasan pemukiman yang ditata dengan
perencanaan yang baik sesuai dengan tata ruang dan tata guna tanah, dilengkapi
dengan prasarana dan fasilitas ruangan sehingga merupakan suatu lingkungan
perumahan yang fungsional bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat.

2.1.1. Definisi Rumah

Rumah adalah salah satu produk terpenting yang dihasilkan manusia dalam usaha
mereka untuk memajukan peradaban karena rumah merupakan masalah yang
aktual, kompleks dan bersifat multidisiplinier. (Jo Santoso, Budi P. Iskandar,
Parwoto, 2002).

Elemen terpenting dari pembentukan suatu perumahan adalah rumah itu sendiri.
Dengan singkat dapat disebutkan beberapa ciri hakiki yang secara intrinsik
menandai perumahan manusia. Ciri-ciri hakiki itu adalah sebagai berikut :
1. Rumah memberikan keamanan
Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani. Sebagai keutuhan pribadi yang
jasmani ia membutuhkan pengamanan bagi badannya. Tempat berteduh untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

menghindari teriknya panas matahari, dinginnya air hujan dan kepengapan


udara polusi. Rumah harus menjaga kesehatan badan.
2. Rumah memberikan ketenangan hidup
Dunia dalam jangka dewasa ini dipenuhi oleh keramaian dari hiruk pikuk
yang memekakakan telinga. Kesibukan dan keramaian itu dapat menimbulkan
ketegangan patologis. Bahkan jaman teknologi yang begitu maju justru
merupakan ancaman yang meresahkan, karena manusia di situ merasa
dirampas dari ketenangan dan kepribadiannya. Rumah seharusnya
menunjukkan manfaatnya untuk tempat memperoleh jasmani dan rohani.
Rumah adalah tempat rekoleksi kekuatan.
3. Rumah memberikan kemesraan dan kehangatan hidup
Dalam jangka teknologi maju, di mana hubungan intersubyektif nyaris
tergeser dan diganti dengan perhitungan yang kering dan non personal,
kemesraan dan kehagatan hidup ini dirasa sangat dibutuhkan. Bagaimanapun
juga manusia adalah makhuk yang menuju kepada kemandiriannya dan ingin
menemukan dirinya. Di sini rumah mampu memberikan wahana yang ideal
dan suasana yang mampu mendorong penemuan dirinya.
4. Rumah memberikan kebebasan
Kegiatan-kegiatan budaya itu sendiri merupakan proses pembebasan manusia.
Karya manusia pada hakekatnya adalah langkah-langkah menuju kepada
penemuan diri. Rumah memberikan kondisi kepada pencapaian kebebasan
psikologis dan sosial.

Menurut Eko Budhiarjo (1987:55) berbagai konsep tentang rumah yaitu :


1. Rumah sebagai pengejawatan jati diri.
2. Rumah sebagai wadah keakraban.
3. Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi.
4. Rumah sebagai akar dan kesinambungan.
5. Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari.
6. Rumah sebagai pusat jaringan sosial.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

7. Rumah sebagai struktur fisik artinya konsep rumah yang terakhir inilah,
rumah sebagai bangunan yang selalu menjadi perhatian terbesar dari berbagai
pihak.

Konsep lainnya yang menyentuh aspek-aspek sosial dan psikologis, tata nilai dan
perilaku lantas lepas dari pengamatan. Rumah tetap merupakan ruang hidup
pribadi bagi manusia yang mencerminkan sikap hidup pribadinya serta
membentuk kepribadiannya. Sedangkan menurut Fritz Wilkening (1989:9) nilai
rumah tergantung pada empat faktor antara lain: luas rumah, hubungan antar
ruang, penataan ruang dan denah ruang.

Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal kebutuhan
sosial, rumah memberikan peluang untuk interaksi dan aktivitas dengan teman,
tetangga dan keluarga. Lebih dari itu rumah memberikan peluang untuk
tumbuhnya harga diri. Kesuksesan seseorang tercermin dari rumah dan
lingkungan tempat huniannya. Rumah tidak lagi cukup sebagai tempat untuk
hidup tetapi sudah harus menjadi sarana pengembangan pribadi bagi setiap
penghuninya sebagai cerminan ekspresi, realisasi dan jati diri.

2.1.2. Persyaratan Dasar Perencanaan

2.1.2.1. Ketentuan Umum

Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan lingkungan


perumahan adalah:
1. Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah
manajemen lingkungan yang baik dan terarah, sehingga dalam
perencanaannya mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan (RUTRK) Kota setempat.
Lingkungan suatu perumahan merupakan faktor yang sangat penting dan
keberadaannya tidak boleh diabaikan. Kondisi lingkungan yang baik akan
membawa dampak yang baik pula terhadap penghuni perumahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2. Perencanaan lingkungan perumahan meliputi perencanaan sarana hunian,


prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk
menciptakan lingkungan perumahan yang serasi, sehat, harmonis dan aman.
Pengaturan ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan perumahan
sebagai satu kesatuan fungsional dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi,
dan sosial budaya.
3. Perencanaan suatu bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam perencanaan
suatu perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran bangunan, luas
tanah, kebutuhan ruang, konstruksi bangunan maupun bahan bangunan yang
digunakan dengan jangkauan pelayanannya. Hal ini perlu dipertimbangkan
mengingat kemampuan rata-rata daya beli masyarakat pada umumnya sangat
berbeda-beda.
4. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian
dari sistem pelayanan umum sehingga dalam perencanaannya harus
dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan
fungsional lainnya.
5. Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang
sehat, aman, serasi, teratur dan terarah serta berkelanjutan/ berkesinambungan
harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan ekologis setiap rencana
pembangunan rumah atau perumahan, baik yang dilakukan oleh perorangan
ataupun badan usaha perumahan.
6. Perencanaan lingkungan harus memenuhi kemudahan bagi semua orang,
termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental seperti para
penyandang cacat, lansia, ibu hamil dan penderita penyakit tertentu atas dasar
pemenuhan asas aksesibilitas (sesuai Kepmen No.468 Tahun 1998), yaitu :
a. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu


lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

2.1.2.2. Persyaratan Lokasi

Lokasi kawasan perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan tata ruang lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
setempat. Dalam menentukan lokasi perumahan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Ditinjau dari segi teknis pelaksanaannya
a. Mudah mengerjakannya, dalam arti tidak banyak pekerjaan cut dan fill,
pembongkaran tonggak-tonggak kayu dan sebagainya.
b. Bukan daerah banjir, bukan daerah gempa, bukan daerah angin ribut,
bukan daerah rayap.
c. Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti.
d. Tanahnya baik sehingga konstruksi bangunan yang ada dapat
direncanakan dalam sistem yang semurah mungkin.
e. Mudah mendapatkan sumber air bersih, listrik, pembuangan air
limbah/kotor/hujan (drainase) dan lain-lain.
f. Mudah mendapatkan bahan-bahan bangunan.
2. Dilihat dari segi kesehatan dan kemudahan
a. Sebaiknya jauh dari lokasi pabrik-pabrik yang dapat mendatangkan polusi
misalnya debu pabrik, buangan sampah dan limbah pabrik.
b. Sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan.
c. Sebaiknya dipilih yang udaranya masih sehat.
d. Sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik,
sekolah, pasar, puskesmas dan lain kebutuhan keluarga.
e. Sebaiknya mudah dicapai commit to user
dari tempat kerja para penghuni.
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

3. Dilihat dari segi politis dan ekonomis


a. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
sekelilingnya.
b. Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat sekelilingnya untuk
membangun rumah dan lingkungan yang sehat, layak dan indah walaupun
bahan-bahan bangunannya terdiri dari bahan-bahan produksi lokal.
c. Mudah penjualannya karena lokasi disukai oleh calon pembeli dan dapat
mandatangkan keuntungan yang wajar bagi Developernya.

Indikator perkembangan lokasi perumahan adalah kondisi-kondisi lokasi yang


dapat diukur secara objektif meliputi jumlah rumah, luas lokasi perumahan,
supply dan demand perumahan, pola perkembangan lokasi perumahan

2.1.2.3. Pengaturan Daerah Perumahan

Setelah lokasi daerah perumahan ditentukan berdasarkan pilihan yang optimal,


maka agar dalam jangka panjang daerah perumahan tersebut tidak menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan dalam arti luas, perlu sekali dibuat rencana
tapaknya (site plan). Rencana tapak ini penting sekali karena akan menentukan
bentuk kota yang ada. Dalam merencanakan site plan perumahan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Susunan kapling hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga
kelompok-kelompok kapling yang besar dan kecil dapat teratur dalam
komposisi yang baik, sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah sosial
yang negatif.
2. Jaringan jalan yang lebar hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan kemudahan yang cukup kepada para penghuninya untuk
berkomunikasi.
3. Disediakan tanah-tanah untuk fasilitas umum yang cukup misalnya tempat
bermain, penghijauan, tempat beribadat, sekolah dan lain-lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

4. Jaringan saluran drainase, pembuangan air limbah dan sebagainya harus


diatur sedemikian rupa sehingga lokasi perumahan yang ada dapat bebas dari
genangan air atau banjir.
5. Perencanaan suatu daerah permukiman seharusnya juga dapat memberikan
kemudahan bagi para penduduk yang tinggal di sekitar daerah perumahan
tersebut bahkan kalau mungkin dapat diciptakan suatu kesatuan yang baik.

Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan pada


beberapa ketentuan khusus yaitu :
1. Besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan penduduk
<200 jiwa/ha.
2. Untuk mengatasi mendapatkan kesulitan lahan, beberapa sarana dapat
dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan tidak
mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh.
3. Untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan redusi sebesar 15-
30 % terhadap persyaratan kebutuhan lahan.
4. Perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan
harus direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan keberadaan
sarana dan prasarana yang telah ada dengan tidak mengurangi kualitas dan
kuantitas secara menyeluruh.

Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan perumahan


yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan,
menggunakan pendekatan besaran kepadatan penduduk.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan Untuk Sarana Lingkungan


Berdasarkan Kepadatan Penduduk

Klasifikasi Kapadatan
kawasan Rendah Sedang Tinggi Sangat padat
Kepadatan <150 151-200 201-400 >400 jiwa/ha
penduduk jiwa/ha jiwa/ha jiwa/ha
Reduksi 15% 30%
- -
kebutuhan lahan maksimal maksimal

Sumber : Tata Cara Perencanaan Lingkungan di Perkotaan SNI 03-1733-2004

2.1.3. Persyaratan Prasarana Lingkungan

2.1.3.1 Panjang Deretan Kapling

Panjang deretan kapling ditetapkan maksimal 100 m. Dengan demikian pada


setiap panjang jalan lingkungan pembagi mencapai 100 m, harus bertemu dengan
jalan lingkungan utama atau jalan lingkungan pembagi atau jalan lingkungan
pembantu.

a
c
b
c
a b

b b

Gambar 2.1 Gambar Ukuran Lebar Jalan dan Panjang Kapling


Sumber dari buku Menelusuri Pembangunan Perumahan dan pemukiman.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Keterangan:

a = Jalan utama dengan lebar minimal 7 meter


b = Jalan lingkungan pembagi dengan lebar minimal 3,6 m, sebaiknya 5 m
c = Jalan lingkungan pembantu dengan lebar 2 m

2.1.3.2 Jalan

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi
segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu-lintas kendaraan, orang dan hewan.

1. Jalan penghubung atau jalan masuk


Yang dimaksud jalan penghubung atau jalan masuk adalah jalan yang
menghubungkan antara jalan masuk atau lokasi proyek dengan jaringan jalan
umum menuju pusat kota yang telah ada.

Lebar jalan (ROW) penghubung minimal 7 m dengan lebar perkerasan


minimal 3,50 m. Apabila jalan penghubung tersebut masih di bawah 7 m
lebarnya, maka diusahakan untuk dapat diperlebar hingga 7 m.

Yang dimaksud jalan masuk adalah jalan yang menghubungkan antara jalan
penghubung atau jalan yang telah ada dengan lokasi proyek. Lebar jalan
masuk minimal 7 m dengan lebar perkerasam minimal 3,50 m.

2. Jalan lingkungan utama


Yang dimaksud jalan lingkungan utama adalah jalan yang menghubungkan
antara jalan lingkungan pembagai satu dan jalan lingkungan pembagi lainnya
dengan jalan masuk. Lebar minimal 7 m dan ukuran lebar perkerasan sama
dengan pada jalan penghubung.

3. Jalan lingkungan pembagi


Yang dimaksud jalan lingkungan pembagi adalah jalan untuk menuju ke
kavling-kavling yang ada. Untuk dapat memperoleh suatu perencanaan
commit to user
lingkungan yang baik, maka sebaiknya lebar jalan lingkungan pembagi dapat
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

disesuaikan dengan besarnya rumah yang menghadap jalan tersebut dengan


ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk rumah tipe inti hingga tipe 36 : lebar jalan lingkungan pembaginya
minimal 3,60 m dan sebaiknya dibuat > 5 m.
b. Umtuk tipe rumah di atas 36 hingga tipe 54 : lebar jalan lingkungan
pembaginya minimal 6 m.
c. Untuk rumah tipe di atas 54 hingga tipe 70 : lebar jalan lingkungan
pembagainya minimal 7 m.

Dalam hal panjang jalan pembagi dengan lebar di bawah 7 m, lebih dari 100
m, maka pada ujung dari jalan tersebut harus ditemukan dengan sesuatu jalan
yang lebarnya minimal 7 m. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pelayanan terhadap rumah-rumah yang ada terutama pada waktu terjadi
kebakaran atau keadaan darurat lainnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prasarana jalan di lingkungan


perumahan :
1. Salah satu prasarana penting yang harus disediakan secara baik dan terpadu
adalah prasarana jalan, khususnya jalan di kawasan perumahan yang juga
merupakan bagian penting dari suatu kota dalam Sistem Jaringan Jalan
Sekunder.
2. Jaringan jalan di kawasan perumahan menurut fungsinya adalah jalan lokal
dan jalan lingkungan dalam system jaringan jalan sekunder.
3. Jaringan jalan pada kawasan perumahan dibagi ke dalam 5 bagian yaitu, jalan
lokal sekunder I, jalan lokal sekunder II, Jalan lokal sekunder III, jalan
lingkungan I dan jalan lingkungan II.
4. Wewenang penyelenggaraan jalan pada kawasan perumahan ini adalah
Pemerintah Kabupaten Kota yang dilaksanakan oleh Bupati/ Walikota, karena
system jaringan jalan tersebut merupakan bagian dalam system jaringan jalan
sekunder. Dalam hal pemerintah kabupaten/kota belum mampu membiayai
pembangunan jalan yang menjadi
committanggung
to user jawabnya secara keseluruhan,
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

maka pemerintah kabupaten/kota dapat minta bantuan Kantor Menpera,


berupa stimulan melalui program pengembangan kawasan siap bangun dan
lingkungan siap bangun serta kawasan khusus.
5. Didalam standar teknis penanganan jalan kawasan perumahan dijelaskan
bagaimana cara membangun jalan-jalan tersebut, prototipe konstruksi jalan,
parameter perencanaan, perencanaan dimensi minimal ideal jalan kawasan,
termasuk saluran drainase yang berfungsi untuk mengeringkan jalan.
6. Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai SNI 03-2853-1995, SNI 03-
2446-1991, SNI 03.6967-2003.

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Asumsi dan Kebutuhan Informasi

1. Data Dasar Lingkungan Perumahan


a. 1 RT : terdiri dari 150 - 250 jiwa
b. 1 RW : terdiri dari 8 - 10 RT (2.500 jiwa)
c. 1 Kelurahan : terdiri dari 10 - 12 RW (30.000 jiwa)
d. 1 Kecamatan : terdiri dari 4 - 6 kelurahan (120.000 jiwa)
e. 1 Kota sekurang-kurangnya terdiri dari 1 kecamatan

2. Asumsi Dasar Lingkungan Perumahan


a. Jumlah penghuni rata-rata : 5 jiwa
b. Kecepatan rata-rata pejalan kaki : 4.000 m/jam
c. Jarak ideal jangkauan pejalan kaki : 400 m

2.2.2. Besaran dan Luas

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan lingkungan


perumahan di perkotaan, untuk menentukan luas minimum rata-rata perpetak
tanah didasarkan pada faktor-faktor kehidupan manusia (kegiatan), faktor alam
dan peraturan bangunan. Rumus luas lantai
commit to minimum
user per orang :
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

L per orang = ..................................................................... (2.1)

Keterangan : L per orang = Luas hunian lantai per orang


U = Kebutuhan udara segar/jam dalam satuan m3
Tp = Tinggi plafon minimal dalam satuan m

Berdasarkan kegiatan yang terjadi di dalam rumah hunian, yaitu: tidur (ruang
tidur), masak, makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang duduk/ruang
tamu), kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam 16 – 24 m3 dan per anak
per jam 8 – 12 m3, dengan pergantian udara dalam ruang sebanyak-banyaknya 2
kali per jam dan tinggi plafon rata-rata 2,5 m. Rumus kebutuhan luas lantai
minimum hunian per orang dewasa :

L per orang dewasa = = ,


= 9,6 m2 .................... (2.2)

Keterangan : U dewasa = Kebutuhan udara segar/orang dewasa/jam dalam


satuan m3
Tp = Tinggi plafon minimal dalam satuan m

Sedangkan rumus kebutuhan luas lantai minimum hunian per orang anak :

L per anak = = = 4,8 m2 ....................................... (2.3)


,

Keterangan: U anak = Kebutuhan udara segar/anak-anak/jam dalam


3
satuan m
Tp = Tinggi plafon minimal dalam satuan m

Jadi bila satu kepala keluarga terkecil rata-rata terdiri dari 5 orang (ayah + ibu + 3
orang anak) maka kebutuhan luas lantai minimum dihitung sebagai berikut :
Luas lantai utama = (2 x 9,6) + (3 x 4,8 ) m2 = 33.6 m2
Luas lantai pelayanan = 50% x 33,6 m2 = 16,8 m2
Total luas lantai = 51 m2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Jika koefisien dasar bangunan 50%, maka rumus luas kaveling minimum untuk
keluarga dengan anggota 5 orang :

Luas kaveling minimum = 51 m2 = 100 m2 .................. (2.4)

( 1 kel. = 5 orang)

Keterangan : 100 = Ketetapan prosentase


50 = Koefisien dasar bangunan
51 = Total luas lantai

2.2.3. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan

Berdasarkan Peraturan Menteri No.32/PERMEN/2006 tentang petujuk teknis


kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, penetapan
lokasi lahan yang sesuai didasarkan kriteria berikut :
1. Jarak tempuh lokasi menuju pusat kegiatan dan pelayanan selama kurang
lebih 30 menit.
2. Ketersediaan jalan penghubung dengan kawasan sekitarnya.
3. Keadaan topografi lapangan datar.
4. Daya dukung tanah untuk bangunan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
5. Drainase alam yang baik.
6. Kemudahan memperoleh air minum.
7. Sambungan listrik dan sambungan telepon.
8. Kedekatan dengan fasilitas pendidikan tinggi.
9. Kesehatan dan pusat perbelanjaan.
10. Kemungkinan pembuangan sampah yang layak.

2.2.4. Konsep Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan

Tindakan antisipasi untuk pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan


dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan mendudukan obyek
(lokasi aktivitas) dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, misalnya
penanganan masalah air bersih, pengadaan sumur resapan, sanitasi jamban
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

keluarga, maupun penanganan untuk hal-hal yang berhubungan dengan


lingkungan hidup yang dapat berdampak akibat perumahan dan permikiman.

2.2.5. Perbandingan Antar Wilayah Terbangun (Build Up Area) Dengan


Wilayah Terbuka (Open Space) Sebesar 70% : 30%

Menurut Program Pembangunan Perumahan (PROPERNAS) dan sesuai dengan


RTRW dan RUTRK Kabupaten Klaten, peraturan yang harus dipenuhi oleh
pengembang dalam membangun suatu perumahan adalah pengembang harus
membagi daerah peruntukan dan wilayah terbuka 70% : 30%. Realisasasi dari
aturan ini adalah pembagian antara luasan hunian total sebesar 70% dan luas
wilayah terbuka (jalan dan ruang terbuka) sebesar 30%. Tujuan dari ketentuan
luasan total hunian sebesar 70% adalah untuk menjaga keseimbangan dan
kelestarian lingkungan. Dampak yang dirasakan paling nyata dalam hal ini adalah
terkait dengan pasokan air bersih di lahan kita. Semakin kecil luasan hunian,
berarti semakin luas lahan yang tidak terbangun, yang berarti semakin luas
permukaan lahan lokasi yang berpotensi untuk meresapkan air ke dalam tanah.
Banyaknya air yang meresap pada tanah tersebut akan mempengaruhi pasokan air
bersih di sumur yang berada di kawasan tersebut.

2.2.6. Prasarana, Sarana dan Utilitas lingkungan Perumahan

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan


perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana adalah fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan
kawasan yang membutuhkan pengelolaan berkelanjutan dan professional agar
dapat memberikan pelayanan memadai pada masyarakat. Pengembang perumahan
harus menyiapkan prasarana, sarana dan utilitas pendukung yang sesuai dengan
klasifikasi perumahan yang dibangun agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga,
misalnya membuat saluran air bersih dan air kotor, memasang jaringan telepon,
jaringan listrik, melakukan pengerasan jalan yang menuju lokasi perumahan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

sebagainya sehingga memperlancar sirkulasi lalu lintas dari perumahan dan


menuju perumahan.

2.2.7. Sarana Terbuka Hijau

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan lingkungan


perumahan di perkotaan, ruang terbuka merupakan komponen berwawasan
lingkungan. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam
Instruksi Mendagri no. 14 tahun 1988, yang menyatakan “Ruang terbuka hijau
yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya
tanaman dalam pemanfaatan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya
fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008


tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Penyediaan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini yaitu untuk perlindungan atau pengamanan,
sarana dan prasarana misalnya untuk melindungi kelestarian sumber daya
alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan pengguna lahan
agar fungsi utamanya tidak terganggu.
2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Fungsi RTH pada kategori ini untuk menentukan luas RTH berdasarkan
umlah penduduk dilakukan dengan mengalihkan antara jumlah penduduk
yang dilayani dengan standar luas RTH perkapita sesuai peraturan yang
berlaku.
3. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah perkotaan adalah sebagai berikut :
a. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH Privat;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

b. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat;
c. Apabila luas RTH baik public maupun privat di kota yang bersangkutan
telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, memiliki proporsi tersebut harus dipertahankan
keberadaannya.

Standar ruang terbuka lingkungan tempat perumahan dan rekreasi sangat


bervariasi. Persyaratan ruang terbuka hijau didasarkan pada luas wilayah dan
berdasarkan jumlah penduduk. Untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan bahwa
ruang terbuka hijau publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan privat
(perorangan) paling sedikit 10% dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan
atau mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika di dalam
suatu perumahan memiliki RTH lebih besar dari 20%, maka :
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;
2. Penyegaran udara;
3. Mengendalikan banjir dan pengatur tata air.

Berikut ini adalah rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah


terbangun dengan wilayah terbangun :

Wilayah terbangun = .................................. (2.5)

Berikut ini adalah rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah


terbangun dengan wilayah terbangun :

Wilayah terbuka = .................................... (2.6)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3

METODE PERENCANAAN

3.1. Lokasi dan Waktu Perencanaan

Lokasi perencanaan ini dilakukan di Perumahan Galmas Residence Tahap II


Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten. Waktu survey dilaksanakan pada bulan
Juni tahun 2010.

3.2. Obyek Perencanaan

Obyek perencanaan ini adalah :


Areal persawahan yang berada di sebelah barat Perumahan Galmas Residence
Tahap II Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten.

3.3. Langkah-Langkah Perencanaan

Perencanaan ini dilakukan secara bertahap, langkah-langkah perencanaan ini


adalah :
1. Permohonan ijin
2. Mencari data atau informasi
3. Survey lapangan
4. Mengolah data
5. Penyusunan laporan

commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

3.4. Permohonan Ijin

Permohonan ini ditujukan kepada P.T. Galmas Cipta Graha selaku developer dari
Perumahan Galmas Residence Tahap I dan supaya diijinkan untuk mendapatkan
data yang diperlukan di lokasi.

3.5. Mencari Data atau Informasi

1. Tahap Persiapan
Tahap dimaksudkan untuk mempermudah jalannya perencanaan seperti
pengumpulan data, analisis, dan penyusunan laporan.
Tahap persiapan meliputi :
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan
sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun
dalam penyusunan hasil perencanaan.
b. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau
tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam
penyusunan perencanaan.

2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang dimiliki oleh
P.T. Galmas Cipta Graha selaku developer yang langsung mengelola
perumahan tersebut serta pengukuran langsung di lapangan sebagai
pembanding dan pelengkap.

3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan untuk mencatat hasil perencanaan
atau survey.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

3.6. Mengolah Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah


data tersebut. Pada tahap mengolah atau menganalisis data dilakukan dengan
menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai. Hasil dari suatu pengolahan
data digunakan kembali sebagai data untuk menganalisis yang lainnya dan
berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil akhir tentang pembuatan site plan
tersebut. Adapun urutan dalam analisis data dapat dilihat pada diagram alir pada
Gambar 3.1.

Mulai

Pengumpulan Data
1. Site Plan perumahan tahap I
2. Data Pengkuran (survey lapangan)
3. Studi Pustaka

Penghitungan dan Perencanaan Site Plan Tahap II

Pembuatan Site Plan Perumahan Galmas Residence Tahap II

Pembahasan dan Kesimpulan

Selesai

commit to user
Gambar 3.1 Diagram Alir Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

3.7. Penyusunan Laporan

Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah terkumpul
kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir yang
dapat memberikan solusi mengenai perencanaan pembangunan Perumahan
Galmas Residence Tahap II Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

4.1.1. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan

Kecamatan Jogonalan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di


Kabupaten Klaten yang secara umum difungsikan untuk fungsi perumahan atau
pemukiman, sarana pendidikan, perhubungan, perdagangan dan sebagainya.
Karena lokasinya yang strategis, pemanfaatan lahan di lingkup Kecamatan
Jogonalan ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai lahan terbangun dan ruang
terbuka hijau yang berupa perumahan atau pemukiman, bangunan perdagangan,
pendidikan dan lain sebagainya.

Di kawasan perumahan ini tersedia jalan penghubung dengan kawasan sekitarnya.


Ini dimaksudkan supaya masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat saling
berinteraksi sosial. Selain itu, perumahan ini juga dekat dengan pusat kegiatan,
drainase alam yang baik yang langsung dialirkan ke sungai, mudahnya
memperoleh air minum, tersedianya sambungan listrik dan telepon, dekat dengan
fasilitas pendidikan tinggi dan tersedianya penanganan sampah yang baik.

4.1.2. Hasil Pengukuran Lahan

Dari hasil pengukuran di lapangan, didapatkan luas lahan secara keseluruhan


adalah sebesar 20570 m2 dan ukuran lahan seperti pada gambar di bawah ini :

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

GALMAS RESIDENCE TAHAP II


Skala 1:100

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Lahan di Lapangan

4.1.3. Perbandingan Antar Wilayah Terbangun (Build Up Area) Dengan


Wilayah Terbuka (Open Space)

Luas lahan yang dibangun pada Perumahan Galmas Residence Tahap II terdiri
dari :
1. Luas Wilayah Terbangun (Build Up Area) : 13.443 m2
Antara lain:
a. Perumahan : 12.780 m2
b. Masjid : 308 m2
c. Ruang pertemuan : 308 m2
d. Pos jaga : 7 m2
e. TPS : 40 m2

2. Luas Wilayah Terbuka (Open Space) : 7.127 m2


Antara lain :
a. Taman : 498 m2
b. Taman bermain : 220 m2
c. Jalan : 6.409 m2
commit to user
3. Luas Lahan Total : 20.570 m2
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Dari data di atas, maka dapat diketahui besarnya perbandingan antara wilayah
terbangun dengan wilayah terbuka dengan perhitungan sebagai berikut :

Wilayah terbangun =

= × 100%
= 65,35 %

Wilayah terbuka =

= × 100%

= 34,65 %

Perbandingan antara wilayah terbangun dengan wilayah terbuka pada Perumahan


Galmas Residence Tahap II Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten adalah
65,35% : 34,65%.

4.1.4. Perizinan

Dalam kegiatan pembangunan perumahan diharuskan melalui proses perizinan


sebelum pelaksanaan berlangsung. Proses perizinannya yang harus ditempuh oleh
pengembang Perumahan Galmas Residence Tahap II meliputi beberapa hal yaitu:
pertama kali perizinan yang diajukan adalah perizinan peruntukan kepada
pemerintah daerah setempat, dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten Klaten.
Setelah mengajukan izin peruntukan maka akan dilakukan sidang yang
menghasilkan Izin Peruntukan dan Penggunaan Tanah (IPPT). Karena proses
pembangunan dikerjakan pada lahan konversi yaitu dari lahan persawahan
menjadi lahan bangun, maka perlu dilakukan proses pengeringan sesuai dengan
proses perizinan. Setelah itu pengembang membuat site plan tentang bangunan
yang akan dibangun di atas lahan tersebut sesuai dengan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Proses perizinan yang ditempuh meminta persetujuan dari
Bupati melalui instansi terkait yaitu Bappeda, KPT, BPN, Satpol PP, Camat
terkait.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

4.1.5. Konsep Pola Hunian

Perumahan Galmas Residence Tahap II ini merencanakan bangunan hunian


sebanyak 95 unit, dengan perincian yang sesuai site plan sebagai berikut :
1. Rumah tipe 90/165 : 10 unit
2. Rumah tipe 90/150 : 26 unit
3. Rumah tipe 70/130 : 25 unit
4. Rumah tipe 60/120 : 24 unit
5. Rumah tipe 54/110 : 10 unit

Pada Perumahan Galmas Residence Tahap II ini menggunakan sistem pola siap
bangun, yang berarti jika ada pembeli baru akan dilaksanakan pembangunan unit
rumah yang diinginkan, sehingga masih ada lahan yang kosong atau belum
dibangun.

4.1.6. Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan Perumahan

4.1.6.1. Jalan

Salah satu prasarana penting yang harus disediakan secara baik dan terpadu adalah
prasarana jalan, khususnya jalan di kawasan perumahan yang juga merupakan
bagian penting dari suatu kota dalam sistem jaringan jalan sekunder. Jaringan
jalan di kawasan perumahan menurut fungsinya adalah jalan lokal dan jalan
lingkungan dalam sistem jaringan jalan sekunder. Bentuk perkerasan dari jalan di
lingkungan Perumahan Galmas Residence Tahap II ini adalah perkerasan lentur
dengan sirtu (pasir batu) dimana lapis permukaan dilapisi dengan paving, jalan ini
terdiri dari 1 lajur 2 arah.

Jalan di dalam lingkungan Perumahan Galmas Residence Tahap II menggunakan


paving, dengan karakteristik sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1 Karakteristik Jalan Lingkungan

Lebar jalan (m) Panjang total jalan (m)


5 84
7 832
8,25 20

4.1.6.2. Air Bersih

Kebutuhan air bersih di Perumahan Galmas Residence Tahap II terpenuhi dari


sumur pantek. Atau dapat pula penghuni rumah menggunakan layanan air minum
dalam kawasan dapat diberikan oleh PDAM atau Badan Pengelola air Minum
Kawasan/Swasta. Kualitas air bersih yang dihasilkannya pun baik.

4.1.6.3. Air Limbah

Air limbah di kawasan Perumahan Galmas Residence Tahap II sebagian besar


limbahnya berasal dari rumah tangga, yang pengelolaannya cukup dengan
menyediakan septictank dan sumur resapan setiap unit rumah sesuai site plan
yaitu sebanyak 95 unit. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat di
kawasan perumahan meliputi penanganan jarak tangki septictank terhadap sumur
air minimal 10 m.

4.1.6.4. Pembuangan Air Hujan

Dalam pembangunan kawasan perumahan aspek harus diperhatikan adalah


tersedianya prasarana drainase yang mampu menjamin kawasan tersebut tidak
tergenang air pada waktu musim hujan. Di kawasan Perumahan Galmas
Residence Tahap II, saluran drainase menggunakan buis beton yang terletak di sisi
luar bangunan hunian atau di samping jalan lingkungan yang saling berhubungan
dan dialirkan ke sungai. Pada setiap 10 m di saluran drainase terdapat sumur
resapan air hujan dengan ukuran diameter dalam 60 cm dan dengan kedalaman 30
cm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

4.1.6.5. Pembuangan Sampah

Kawasan perumahan yang sehat dan bersih adalah kawasan perumahan yang
dilengkapi dengan sistem pengelolaan sampah yang memadai, yaitu sistem
pengelolaan yang aman, nyaman dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembuangan sampah di Perumahan Galmas Residence Tahap II ini menggunakan
space kontainer bak sampah dengan dimensi kapling :
- Panjang : 8m
- Lebar : 5m
- Luas : 40 m2

Dengan adanya space kontainer bak sampah ini, dapat menampung sampah rumah
tangga yang berasal dari setiap unit tempat tinggal.

4.1.6.6. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi

Pada kawasan Perumahan Galmas Residence Tahap II ini menggunakan jaringan


listrik dengan daya listrik setiap hunian sebesar 1300 VA. Hal ini dilakukan
karena perumahan tersebut diperuntukkan untuk kalangan masyarakat menengah
ke atas. Jaringan telekomunikasi (telepon kabel) pada Perumahan Galmas
Residence Tahap II ini telah tersedia dan penyediannya sesuai dengan permintaan
penghuni rumah.

4.1.6.7. Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial yang terdapat pada Perumahan Galmas Residence Tahap II yang di
rencanakan terdiri dari tempat ibadah (masjid) dan sarana ruang pertemuan.
Tempat ibadah (masjid) yang direncanakan berada di atas lahan seluas 308 m2
dengan lebar 14 m dan panjang 22 m. Sarana ruang pertemuan, direncanakan
berada di atas lahan seluas 308 m2 dengan lebar 14 m dan panjang 22 m. Fasilitas
sosial ini terletak di tengah-tengah kawasan perumahan. Hal ini dimaksudkan agar
setiap orang dalam satu kompleks perumahan dapat saling berinteraksi sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

4.1.6.8. Ruang Terbuka Hijau

Kawasan perumahan perlu menyediakan ruang terbuka hijau yang bermanfaat


untuk menjaga kualitas dan kesimbangan lingkungan di sekitar kawasan. Ruang
terbuka hijau bermanfaat tidak langsung seperti perlindungan tata air, konservasi
hayati atau keanekaragaman hayati dan bermanfaat langsung seperti kenyamanan
fisik (teduh, segar) disekitarnya, tempat wisata (bermain). Pada kawasan
Perumahan Galmas Residence Tahap II terdapat ruang terbuka hijau yang
berfungsi sebagai penghijauan. Ruang terbuka hijau ini berada di tengah-tengah
perumahan, di depan pos jaga dan lokasi tertentu. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 34/PERMEN/M/
2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Kawasan Perumahan, luas wilayah ruang terbuka hijau paling sedikit
10 % (sepuluh persen) dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan, maka
luasnya adalah :

Luas RTH = x Luas Wilayah Kawasan Perumahan

= × 20570

= 2057 m2

4.1.7. Rencana Anggaran Biaya Harga Jual Tanah

Pengadaan perumahan tidak luput dari survey lokasi. Sebelum melaksanakan


pembangunan perumahan, terlebih dahulu dilakukan survey lokasi karena lokasi
menentukan harga tanah. Lokasi Perumahan Galmas Residence Tahap II yang
berlokasi di Desa Tegalmas Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten ini sangat
strategis karena letaknya yang dekat dengan jalan raya, pusat kota, perdagangan,
pendidikan, kesehatan, keamanan dan fasilitas pelayanan kota.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Daftar harga jual rumah normal per unit :


1. Type 90/165 = Rp 195.000.000,00
2. Type 90/150 = Rp 188.000.000,00
3. Type 70/130 = Rp 173.500.000,00
4. Type 60/120 = Rp 160.000.000,00
5. Type 54/110 = Rp 127.000.000,00

Tabel 4.2 Harga Jual Rumah Per Unit Setelah Ditambah 5% dari Harga Jual untuk
di Posisi Pojok dan di Jalan Utama

Jumlah
Rumah di Harga Jual
Tipe Jumlah Harga @ Unit Harga Total
No Bag.Pojok Rumah
Rumah Rumah (Rp) Rumah (Rp)
& di Jalan +5% (Rp)
Utama
1. 90/165 10 195.000.000,00 4 390.000,00 1.989.000.000,00
2. 90/150 26 188.000.000,00 10 940.000,00 4.982.000.000,00
3. 70/130 25 173.500.000,00 3 260.000,00 4.363.525.000,00
4. 60/120 24 160.000.000,00 3 160.000,00 3.856.000.000,00
5. 54/110 10 127.000.000,00 2 127.000,00 1.287.000.000,00
Biaya Total (Rp) 16.473.255.000,00

Biaya produksi ( sumber A.P.Sudarna, 2010 )


1. Pembebasan tanah ( 30% dari biaya total )
Rp 4.941.967.500,00
2. Perizinan ( 5% dari biaya total )
Rp 823.661.250,00
3. Infrastruktur ( 15% dari biaya total )
Rp 2.470.983.750,00+
Harga jual tanah total = Rp 8.236.612.500,00

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Harga jual tanah total


harga jual tanah per m =
Luas tanah
8.236.612.500
=
20570

= Rp 400.000,00 /m

Jadi harga jual tanah per m2 adalah Rp Rp 400.000,00

4.2. Pembahasan

4.2.1. Tuntutan Kesesuaian Peruntukan Lahan

Pembangunan Perumahan Galmas Residence Tahap II di Desa Tegalmas sudah


sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRK) Kabupaten Klaten yang
merupakan rencana dari penyebaran penduduk di Kecamatan Jogonalan dan
sekitarnya. Dari data yang diperoleh penetapan lokasi lahan perumahan tersebut
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik
Indonesia No.32/PERMEN/2006 tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun
dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

4.2.2. Perbandingan Antar Wilayah Terbangun (Build Up Area) Dengan


Wilayah Terbuka (Open Space)

Pada Perumahan Galmas Residence Tahap II perbandingan antara wilayah


terbangun dengan wilayah terbuka adalah 65,35% : 34,65% , sehingga telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku bahwa perbandingan antara wilayah terbangun
dengan wilayah terbuka adalah 70% : 30%. Hal ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan dan kelestarian lingkungan terkait dengan banyaknya pasokan air
yang dapat terpenuhi pada kawasan tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

4.2.3. Konsep Pola Hunian

Pada Perumahan Galmas Residence Tahap II ini tidak mengacu pada pola hunian
1:3:6 di mana rumah mewah 1 unit, rumah menengah 3 unit dan rumah sederhana
6 unit. Hal ini bertujuan karena pada Perumahan Galmas Residence Tahap II
memang diperuntukkan untuk kalangan masyarakat menengah ke atas.

4.2.4. Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan Perumahan

4.2.4.1. Jalan

Jalan di lingkungan Perumahan Galmas Residence Tahap II ini menggunakan


paving seperti halnya pada tahap I. Hal ini dimaksudkan karena paving lebih
efisien dan dapat menyerap air. Dalam site plan digambarkan bahwa jalan
lingkungan dalam kawasan perumahan menggunakan paving sehingga
pelaksanaan pembangunan jalan dalam kawasan perumahan harus sesuai dengan
site plan yang telah ada.

4.2.4.2. Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Perumahan Galmas Residence Tahap II


terpenuhi dari sumur pantek dan PDAM atau Badan Pengelola air Minum
Kawasan/Swasta. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 34/ PERMEN/ M/ 2006 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Kawasan Perumahan.

4.2.4.3. Air Limbah

Dengan adanya penanganan berupa pengadaan septictank pada setiap unit rumah
hunian, diharapkan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan di kawasan
perumahan tersebut. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.32/PERMEN/2006 tentang Petunjuk
Teknis Kawasan Siap Bangun dancommit
Lingkungan
to userSiap Bangun yang Berdiri Sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

4.2.4.4. Pembuangan Air Hujan

Penanganan pembuangan air hujan pada kawasan perumahan ini dilakukan


dengan pembuatan saluran drainase yang nantinya akan disalurkan ke sungai dan
pembuatan sumur resapan tiap 10 m. Saluran drainase menggunakan buis beton
dengan diameter 60 cm dan kedalamannya 30 cm. Penanganan tersebut pada
kawasan perumahan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Republik Indonesia No.32/PERMEN/2006 tentang Petunjuk Teknis
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

4.2.4.5. Pembuangan Sampah

Pada Perumahan Galmas Residence Tahap II ini terdapat space kontainer bak
sampah. Tempat tersebut berfungsi sebagai Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) dari tiap-tiap hunian rumah yang kemudian akan diangkut ke Tempat
Pembuangan akhir (TPA). Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.32/PERMEN/2006 tentang Petunjuk
Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

4.2.4.6. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi

Pada kawasan Perumahan Galmas Residence Tahap II ini menggunakan pasokan


listrik setiap hunian sebesar 1300 VA dan jaringan telekomunikasi (telepon kabel)
juga telah tersedia. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.32/PERMEN/2006 tentang Petunjuk
Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

4.2.4.7. Fasilitas Sosial

Dengan adanya fasilitas sosial berupa tempat ibadah (masjid) dan sarana gedung
pertemuan RW diharapkan agar kegiatan sosial dan kemasyarakatan dapat
terwujud dan terlaksana dengan baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

4.2.4.8. Ruang Terbuka Hijau

Luas ruang terbuka pada site plan seluas 2057,6 m2, sedangkan luas ruang terbuka
hijau jika dihitung mengacu pada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
seluas 2057 m2, sehingga luas ruang terbuka hijau telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 34/PERMEN/M/
2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Kawasan Perumahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Perencanaan site plan Perumahan Galmas Residence Tahap II di Desa Tegalmas


Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten, diperoleh hasil :
1. Pada Perumahan Galmas Residence Tahap II ini bangunan hunian dibuat
lebih bervariasi dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai
agar dapat menampung minat konsumen.
2. Rasio bangunan dan sarana prasarana yang terdapat pada Perumahan Galmas
Residence Tahap II telah sesuai dengan syarat-syarat pembangunan
perumahan yang mengacu pada RTRW dan RUTRK Kabupaten Klaten, yaitu
65,35% lahan terbangun : 34,65% lahan terbuka.
3. Dalam perencanaan Perumahan Galmas Residence Tahap II di dapat harga
jual tanah per m2 adalah Rp 400.000,00 /m2.

5.2. Saran

Untuk melengkapi hasil Perencanaan Site Plan Perumahan Galmas Residence


Tahap II, disarankan melengkapi dengan perencanaan :
1. Sistem drainase
2. Infrastruktur jalan
3. Manajemen pengelolaan sampah

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Bank Tabungan Negara. 1990. Ketentuan Minikmal Proyek Perumahan Dan


Rumah Sederhana. Bank Tabungan Negara. Jakarta.

Bayu Wibowo. 2010. Perencanaan Site Plan Perumahan Taman Sentosa Tahap II
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Eko Budiharjo. 1987. Arsitektur Perkembangan Dan Konservasi. Jakarta.

Frirtz Wilkening. 1989. Tata Ruang. Kanisius. Jogjakarta.

Jo Santoso. Budi P Iskandar. Parwoto. 2002. Sistem Perumahan Sosial Di


Indonesia. Center Of Urban Studie Universitas Indonesia. Jakarta.

Sudarno. 2010. Prosiding Seminar Nasional. Pengolahan Infrastruktur Dalam


Menyikapi Bencana Alam. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Suparno Sastra M. Endy Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan


Perumahan. Andi. Jogjakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992. Tentang Perumahan


dan Permukiman.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.32/PERMEN/M/2006 tentang


Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun dan
Berdiri Sendiri.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.34/PERMEN/M/2006 tentang


Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan.

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENUTUP

Demikian Tugas Akhir Perencanaan Site Plan Komplek Perumahan Galmas


Residence Tahap II Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten ini telah selesai saya
susun.

Semoga apa yang telah penulis sajikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai infrastruktur perkotaan khususnya masalah perencanaan site
plan perumahan, baik di bangku kuliah maupun di lapangan.

Penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini selanjutnya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

D3 TEKNIK SIPIL INFRASTRUKTUR PERKOTAAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1. Lahan yang akan dibangun

Gambar 2. Lahan yang akan dibangun

commit to user

Anda mungkin juga menyukai