Anda di halaman 1dari 161

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

DAN HUTAN LINDUNG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL


PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG
NOMOR P. 4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

Menimbang: a. bahwa danau di Indonesia yang merupakan sumber air serta


memiliki nilai ekologis, ekonomis dan sosial yang sangat
tinggi mengalami penurunan kondisi dan terancam
kelestariannya sehingga perlu dilakukan pengendalian
kerusakan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur
Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung tentang Pengendalian Kerusakan Danau;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888);
3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
-2-

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 4725);
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
6. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi
Tanah dan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 299, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5608);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4161);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292); dan
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P. 18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713);

MEMUTUSKAN
Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU.
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk
secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan
sebutan istilah lokal.
2. Sempadan danau adalah lahan yang mengelilingi dan
berjarak tertentu dari tepi badan danau yag berfungsi
sebagai kawasan perlindungan danau.
3. Riparian adalah zona yang menghubungkan daratan dan
perairan sungai atau danau yang dipengaruhi oleh material
dan air serta ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan yang
beradaptasi untuk hidup di daerah yang tergenang air.
4. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.
5. Daerah Tangkapan Air yang selanjutnya disebut DTA adalah
suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan.
6. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitas lingkungan hidup.
7. Ekosistem Danau adalah tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitas lingkungan hidup pada perairan darat.
8. Pelestarian fungsi danau adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup danau.
-4-

9. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan


lingkungan hidup untuk mendukung peri kehidupan
manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya.
10. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
11. Kerusakan Danau adalah perubahan langsung dan/atau
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
perairan darat yang melampaui kriteria kerusakan perairan
darat.
12. Kriteria Kerusakan Danau adalah ukuran batas perubahan
sifat fisik, kimia, dan/atau hayati danau yang dapat
ditenggangoleh ekosistem danau untuk dapat melestarikan
fungsinya.
13. Status Trofik adalah status kualitas air berdasarkan kadar
unsur hara dan kandungan biomassa atau produktivitasnya.
14. Pengendalian kerusakan danau adalah upaya untuk
menjamin keberlanjutan ketersediaan air, meningkatkan dan
memelihara kualitas air, dan menjaga keanekaragaman
hayati melalui kegiatan pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan.
15. Pencegahan kerusakan danau adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kerusakan danau yang dapat
disebabkan oleh faktor alam dan/atau manusia.
16. Penanggulangan kerusakan danau adalah upaya untuk
menghentikan atau mengurangi penyebab kerusakan danau,
atau mengurangi kerusakan danau yang sedang terjadi.
17. Pemulihan fungsi danau adalah upaya untuk
mengembalikan fungsi danau dengan melakukan perbaikan
secara fisik, kimia dan/atau biologi.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
19. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi
tugas dan tanggung jawab di bidang Pengendalian Daerah
Aliran Sungai dan Hutan Lindung.
-5-

Pasal 2
Tujuan pengendalian kerusakan danau:
a. menjamin keberlanjutan ketersediaan air;
b. meningkatkan dan memelihara kualitas air;
c. menjaga kelestarian keanekaragaman hayati;
d. memelihara, memulihkan dan meningkatkan kondisi
lingkungan hidup di daerah tangkapan/resapan air,
sempadan, riparian dan perairan; dan
e. mendukung kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.

Pasal 3
(1) Pengendalian kerusakan danau meliputi :
a. Pencegahan kerusakan;
b. Penanggulangan kerusakan;dan
c. Pemulihan fungsi.
(2) Pengendalian kerusakan danau dilaksanakan dengan
tahapan:
a. Inventarisasi dan penilaian kerusakan;
b. Perencanaan;
c. Pelaksanaan; dan
d. Pemantauan dan evaluasi.

BAB II
INVENTARISASI DAN PENILAIAN KERUSAKAN

Pasal 4
(1) Inventarisasidanau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf a dilakukan dengan pengumpulan data dan
informasi primer dan sekunder melalui:
a. koordinasi; dan/atau
b. survei lapangan.
(2) Inventarisasi danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk memperoleh data dan informasi karakter
dan kondisi danau.
-6-

Pasal 5
(1) Data dan informasi karakter dan kondisi danau sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) antara lain:
a. nama;
b. lokasi (posisi geografis, wilayah DAS, sub DAS dan
wilayah administratif);
c. status sertifikasi dan tata batas;
d. tipologi pembentukan;
e. fungsi dan pemanfaatan air;
f. iklim, temperatur, kelembaban udara dan curah hujan;
g. morfologi (luas, kedalaman, dan volume air);
h. geologi dan geomorfologi kawasan;
i. nama dan jumlah sungai masuk (inlet) dan sungai keluar
(outlet);
j. kualitas air dan status trofik perairan;
k. sebaran gulma air;
l. laju erosi dan sedimentasi;
m. keanekaragaman hayati;
n. topografi, pola ruang, status kawasan, tutupan, dan
pemanfaatan lahan di sempadan, riparian, dan daerah
tangkapan air; dan
o. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
(2) Data dan informasi karakter dan kondisi danau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dan dituangkan dalam
dokumen Profil Danau.
(3) Dokumen Profil Danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai bahan penilaian kerusakan danau.

Pasal 6
(1) Penilaian kerusakan danau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf a dapat didahului dengan identifikasi
kerusakan indikatif melalui pengolahan data spasial.
(2) Penilaian kerusakan danau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan dengan parameter antara lain:
a. perubahan luas badan air;
b. perubahan kedalaman danau;
c. kualitas air;
-7-

d. status trofik;
e. keanekaragaman hayati;
f. tutupan gulma air;
g. sampah di badan danau dan sempadan;
h. tutupan lahan terbangun di sempadan; dan
i. tutupan vegetasi di sempadan, riparian dan daerah
tangkapan air.
(3) Hasil penilaian kerusakan danau dikategorikan ke dalam
kondisi:
a. baik;
b. terganggu; dan
c. rusak.

Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inventarisasi dan
penilaian kerusakan danau sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal ini.

BAB III
PERENCANAAN

Pasal 8
(1) Hasil penilaian kerusakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 menjadi acuan perencanaan pengendalian kerusakan
danau.
(2) Perencanaan pengendalian kerusakan danausebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen rencana
pengendalian kerusakan danau.
(3) Dokumen rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat antara lain:
a. profil atau karakter dan kondisi danau;
b. hasil penilaian kerusakan;
c. analisis permasalahan;
d. sasaran atau kondisi yang diharapkan;
e. strategi, program dan kegiatan yang diperlukan;
f. target capaian dan indikator kinerja;
g. penanggung jawab program dan kegiatan; dan
-8-

h. tata waktu dan anggaran.

Pasal 9
(1) Rencana pengendalian kerusakan danaudisusun untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dijabarkan lebih rinci
dalam rencana tahunan.
(2) Rencana pengendalian kerusakan danau dapat dituangkan
dan menjadi bagian dalam rencana pengelolaan danau yang
terpadu lintas sektor.

Pasal 10
(1) Rencana pengendalian kerusakan danau pada usaha
dan/atau kegiatan disusun oleh penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan dan dituangkan dalam:
a. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL);
b. Rencana Kerja Usaha (RKU);
c. Rencana Kerja Tahunan (RKT);
d. Dokumen perencanaan lainnya.
(2) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai dasar pemantauan, evaluasi, dan pengawasan.

Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana pengendalian
kerusakan danau sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Direktur Jenderal ini.

BAB IV
PELAKSANAAN

Pasal 12
(1) Pelaksanaan pengendalian kerusakan danausebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilaksanakan melalui
upaya:
a. pencegahan kerusakan danau;
b. penanggulangan kerusakan danau; dan
c. pemulihan fungsi danau.
-9-

(2) Pencegahan kerusakan danau sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
a. pengintegrasian perlindungan daerah tangkapan air,
sempadan, riparian dan badan air danau dalam rencana
tata ruang;
b. penerapan kriteria baku kerusakan danau, baku mutu
air, daya tampung beban pencemaran air, status trofik
dan baku mutu air limbah terhadap kegiatan/usaha yang
berpotensi merusak/mencemari danau;
c. pelarangan kegiatan yang berpotensi merusak ekosistem
danau antara lain:
1) okupasi lahan di badan air,
2) penebaran jenis spesies asing dan/atau invasif,
3) budidaya perikanan dengan keramba jaring apung
dan keramba jaring tancap pada danau tertutup,
4) pembuangan sampah dan limbah;
d. pembatasan kegiatan yang berpotensi merusak ekosistem
danau antara lain:
1) pertanian yang menggunakan pupuk kimia dan
pestisida,
2) penambangan,
3) budidaya perikanan dengan keramba jaring apung
dan keramba jaring tancap,
4) transportasi air yang mengganggu kehidupan
perairan;
e. pengaturan pemanfaatan air berdasarkan daya dukung
dandaya tampung lingkungan hidup dengan
memperhatikan antara lain:
1) ketersediaan air,
2) keanekaragaman hayati,
3) morfologi alami yang bernilai konservasi tinggi,
4) fungsi hidrologis,
5) fungsi pengendali bencana,
6) fungsi estetika alami,
f. pemeliharaan dan pengayaan tanaman di daerah
tangkapan air;
-10-

g. penerapan prinsip konservasi tanah dan air dalam


pengolahan lahan pertanian dan perkebunan;
h. penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah;
i. penyediaan dan pembangunan sarana prasarana
pembuangan sampah dan limbah;
j. perlindungan zona konservasi spesies asli dan/atau
endemik;
k. perlindungan dan pembuatan sarana prasarana untuk
jalur migrasi spesies asli dan/atau endemik;
l. penerapan pola perikanan tangkap yang ramah
lingkungan;
m. pengembangan ekowisata berbasis danau;
n. sosialisasi dan edukasi fungsi, manfaat, kondisi danau,
dan kegiatan pencegahan kerusakan danau kepada
masyarakat;
o. penguatan kelembagaan melalui pembentukan
forum/komunitas peduli danau;
p. peningkatan kerjasama antar wilayah dalam pendanaan
dan pemanfaatan jasa lingkungan; dan/atau
q. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(3) Penanggulangan kerusakan danau dilakukan dengan cara:
a. penertiban kegiatan-kegiatan di sempadan, riparian dan
perairan danau yang mencemari dan/atau merusak
ekosistem danau antara lain:
1) pertanian yang menggunakan pupuk kimia dan
pestisida,
2) penambangan,
3) peternakan,
4) budidaya perikanan dengan keramba jaring apung dan
keramba jaring tancap,
5) okupasi lahan di badan air,
6) perikanan tangkap yang menurunkan populasi spesies
asli dan/atau endemik,
7) transportasi air yang mengganggu kehidupan perairan,
dan
8) penebaran jenis ikan asing dan/atau invasif;
-11-

b. penerapan prinsip konservasi tanah dan air dalam


pengolahan lahan pertanian dan perkebunan;
c. pembuatan bangunan konservasi tanah dan air di daerah
tangkapan air;
d. penguatan tebing danau secara ekohidrolika dengan
tanaman dan batuan;
e. pembuatan instalasi pengolahan air limbah;
f. pembersihan dan/atau pemanfaatan gulma air;
g. pembuatan parit atau lahan basah penangkap bahan
pencemar;
h. pembuatan pembatas dan jalur migrasi untuk
perlindungan habitat spesies asli dan/atau endemik;
i. pemberian informasi peringatan kerusakan danau
kepada masyarakat;
j. sosialisasi dan aksi penanggulangan kerusakan danau
bersama masyarakat; dan/atau
k. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(4) Pemulihan fungsi danau dilakukan dengan cara:
a. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan;
b. remediasi atau pemulihan kualitas air secara fisika, kimia
dan/atau biologi;
c. restorasi danau untuk pengembalian fungsi lingkungan
antara lain dilakukan dengan cara:
1) penanaman di daerah tangkapan air, sempadan, dan
riparian danau;
2) penertiban bangunan di sempadan danau;
3) penebaran spesies asli dan endemik di perairan
dan/atau riparian;
4) pembersihan sampah;
5) pembersihan dan/atau pemanfaatan gulma air;
6) pengerukan dan pemanfaatan sedimen di badan air
danau secara ramah lingkungan;
d. sosialisasi dan aksi pemulihan fungsi danau;
e. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
-12-

Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengendalian
kerusakan danau sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal ini.

BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 14
(1) Pemantauan kerusakan danau dilakukan sesuai dengan
parameter kriteria kerusakan danau.
(2) Pemantauan terhadap kondisi kerusakan danau dilakukan
antara lain melalui pemantauan kualitas air danau yang
dilaksanakan paling sedikit dua (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun mewakili musim hujan dan musim kemarau.
(3) Hasil pemantauan digunakan untuk:
a. evaluasi kondisi danau secara rutin;
b. bahan perbaharuan data dan informasi pada sistem
informasi dan basis data kerusakan danau; dan
c. penanganan kasus kerusakan danau.

Pasal 15
(1) Evaluasi kerusakan danau dilakukan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu)tahun untuk mengetahui:
a. status dan kecenderungan kondisi danau;
b. keberhasilan dan pengaruh pelaksanaan pengendalian
kerusakan danau terhadap kondisi danau.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk penyempurnaan kegiatan pengendalian
kerusakan danau.

Pasal 16
(1) Dalam hal ditemukan kondisi kerusakan danau yang
berpotensi menimbulkan bencana atau kejadian berdampak
penting seperti banjir, kekeringan dan pembalikan massa air,
dilakukan sistem peringatan dini.
-13-

(2) Sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dengan cara:
a. penyebarluasan informasi mengenai potensi bencana;
dan
b. penerapan teknologi peringatan dini.
(3) Cara sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dikoordinasikan dengan instansi yang menangani
bidang penanggulangan bencana.

Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan kualitas air danau
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Direktur
Jenderal ini.

BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 18
(1) Masyarakat memiliki hak untuk berperan serta dalam
pengendalian kerusakan danau.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk mewujudkan pengendalian kerusakan
danau yang transparan, efektif, akuntabel dan berkualitas
(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dapat dilakukan pada tahap:
a. inventarisasi dan penilaian kerusakan;
b. perencanaan;
c. pelaksanaan;
d. pemantauan dan evaluasi; dan
e. pengawasan.

Pasal 19
(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (3) dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a. memberikan data, informasi, saran dan usulan kepada
Pemerintah/pemerintah daerah;
b. melaksanakan kegiatan;
-14-

c. menerapkan kearifan lokal; dan


d. memberikan dukungan fasilitas dan pendanaan.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditingkatkan oleh pemerintah dengan cara:
a. memberikan informasi;
b. memberikan akses penyampaian informasi dan pendapat;
c. meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
keterampilan;
d. memberikan penghargaan;
e. mengembangkan kelembagaan masyarakat;
f. memberikan bantuan sarana prasarana;
g. memberikan pendampingan implementasi kegiatan; dan
h. memfasilitasi pengembangan jejaring kerjasama.

BAB VII
SISTEM INFORMASI

Pasal 20
(1) Pengendalian kerusakan danau didukung oleh sistem
informasi.
(2) Sistem informasi dilakukan untuk menyimpan, mengolah
dan mempublikasikan data dan informasi pengendalian
kerusakan danau meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi.

BAB VIII
PENDANAAN

Pasal 21
Sumber pendanaan penyelenggaraan pengendalian kerusakan
danau dapat berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. Anggaran Badan Usaha;
d. Perseorangan;
e. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
-15-

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 April 2019

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM DIREKTUR JENDERAL,

DAN KERJASAMA TEKNIK,

ttd. ttd.

ARIEF SETIYO UTOMO IDA BAGUS PUTERA PARTHAMA

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth.


1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia;
2. Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
3. Pejabat Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran
Sungai dan Hutan Lindung;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati seluruh Indonesia;
6. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab di bidang
Lingkungan Hidup dan kehutanan di seluruh Indonesia;
7. Kepala Unit Pelaksana Teknis Lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung di seluruh Indonesia.
- 16 -

LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P.4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU

INVENTARISASI DAN PENILAIAN KERUSAKAN DANAU

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Berdasarkan data yang berasal dari Pusat Limnologi LIPI diketahui
bahwa Indonesia sedikitnya memiliki 521 danau yang memliki luas di
atas 10 Hektar (Nontji, 1996) yang tersebar di semua pulau terutama di
Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Disebutkan pula bahwa
Indonesia juga memiliki 3 dari 20 danau terdalam di dunia yang
dalamnya lebih dari 400 meter. Jumlah dan luas danau di masing-masing
pulau dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1. Jumlah dan Luas Danau Indonesia


10-99 100-999 Luas (Ha) dan
No. Pulau > 999 Ha
Ha Ha Jumlah
1. Sumatera 88 69 13 190.043 (170)
2. Kalimantan 61 61 17 84.231 (139)
3. Jawa dan 19 10 2 6.270 (31)
Bali
4. NTT dan NTB 7 4 3 6.041 (14)
5. Sulawesi 11 10 9 141.871 (30)
6. Maluku 5 3 2 3.438 (10)
7. Papua 39 76 12 59.830 (127)
JUMLAH 230 233 58 491.724 (521)
Sumber: Nontji (1996) – Puslit Limnologi LIPI

Data lainnya menyebutkan (Kementerian PU, 2014) bahwa Indonesia


memiliki danau yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia
(seperti yang tersaji pada tabel di bawah ini) yang berjumlah 840 danau.
Namun dari kedua data tersebut belum adasebuah data akurat pun yang
menjelaskan nama-nama danau di seluruh Indonesia, beserta letak, luas
serta kondisinya yang dapat menjadi acuan berbagai pihak terkait.
- 17 -

Tabel 1.2. Sebaran Danau di Indonesia


No. Pulau Provinsi Jumlah
1. Sumatera Aceh 17
Sumatera Utara 8
Sumatera Barat 18
Riau 27
Bengkulu 8
Jambi 7
Sumatera Selatan 58
Lampung 45
2. Jawa Banten 32
Jawa Barat 206
Jawa Tengah 89
DI Jogjakarta 69
Jawa Timur 8
3. Bali dan Nusra Bali 8
Nusa Tenggara Barat 4
Nusa Tenggara Timur 35
4. Kalimantan Kalimantan Barat 3
Kalimantan Timur 23
Kalimantan Selatan 2
5. Sulawesi Sulawesi Selatan 30
Sulawesi Utara 30
Sulawesi Tengah 20
Sulawesi Tenggara 15
Gorontalo 6
6. Papua Papua 54
7. Maluku Maluku 10
Maluku Utara 8
Jumlah 840
Sumber : Direktorat Bina OP, Ditjen SDA, Kementerian PU, 2014

Diketahui pula bahwa danau juga memliki fungsi fungsi dan nilai
manfaat yang sangat beragam. Selain memiliki fungsi ekologi dan kaya
akan keanekaragaman hayati, fungsi danau dalam menunjang kehidupan
manusia secara ekonomi dan non-ekonomi juga sangat besar. Fungsi dan
manfaat danau dapat dikelompokkan sebagaimana yang ditunjukkan oleh
tabel di bawah ini.
Tabel 1.3. Fungsi dan Manfaat Danau
Fungsi dan Nilai
Keterangan
Manfaat
Manfaat langsung (Direct Function)
1. Pengendali banjir Menampung kelebihan air pada musim penghujan dan
dan kekeringan menyalurkan cadangan air pada musim kemarau.
2. Pengisi air tanah Menjaga keberadaan air tanah (tawar) yang dapat
dan pencegah menahan intrusi air laut ke dalam air tanah di daratan,
intrusi air laut dan aliran air tawar permukaan yang dapat membatasi
masuknya air laut ke dalam aliran sungai.
3. Jalur transportasi Perairan danau telah digunakan selama ribuan tahun
oleh masyarakat sebagai sarana perhubungan
(transportasi).
4. Rekreasi Danau, terutama yang memiliki nilai estetika, dapat
menjadi lokasi yang menarik untuk rekreasi.
- 18 -

Fungsi dan Nilai


Keterangan
Manfaat
5. Penelitian dan Banyak danau yang menyimpan misteri ilmu
pendidikan pengetahuan sehingga menarik untuk digunakan sebagai
lokasi penelitian, termasuk kegiatan pendidikan.
Fungsi ekologi
6. Penambat sedimen
Sistem perakaran, batang, dan daun vegetasi tertentu di
dari darat dan
danau dapat menambat sedimen serta menjernihkan air.
penjernih air
7. Penahan dan
Badan air dan vegetasi yang terdapat di danau dapat
penyedia unsur
menahan dan mendaur ulang unsur hara.
hara
8. Penahan dan Badan air dan keseluruhan komponen lingkungan yang
penawar terdapat di dalamnya dapat menurunkan daya racun
pencemaran bahan pencemar yang masuk ke dalamnya.
9. Stabilisasi iklim Secara keseluruhan, kondisi hidrologi dan daur materi
mikro pada lahan basah dapat menstabilkan iklim mikro,
terutama curah hujan dan suhu.
10. Pengendali iklim Danau dapat meyerap dan menyimpan karbon sehingga
global berfungsi sebagai pengendali lepasnya karbon ke udara
yang berkaitan langsung dengan perubahan iklim global.

Hasil produksi (ekonomis dan non-ekonomis)


11. Penyedia air untuk Sejak dahulu, air permukaan yang terdapat di danau
masyarakat telah digunakan oleh masyarakat untuk berbagai
keperluan.
12. Pengisi air tanah Air permukaan yang terdapat di danau dapat mengisi
akuifer melalui pori-pori tanah.
13. Penyedia air untuk Kelebihan air pada suatu danau dapat mengairi
lahan basah ekosistem lahan basah lainnya yang berada di dekatnya
lainnya sehingga lahan basah tersebut dapat tetap menjalankan
fungsi-fungsinya.
14. Sumber perikanan Danau merupakan habitat berbagai komoditas perikanan,
seperti ikan mas, ikan mujair, dan udang.

15. Pendukung Danau merupakan sumber pengairan utama berbagai


pertanian kegiatan pertanian terutama sawah.
16. Sumber energi Energi yang dihasilkan dari pergerakan air danau dapat
dikonversi menjadi energi lain (misalnya listrik).
Kekhasan (attributes)
17. Merupakan habitat
Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai
berbagai
habitatnya baik dalam sebagian maupun keseluruhan
keanekaragaman
siklus hidupnya.
hayati
18. Keunikan tradisi, Banyak danau memiliki nilai estetika yang khas sehingga
budaya dan menjadi bagian dari perkembangan budaya masyarakat
warisan setempat.
19. Habitat bagi
sebagian atau Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai
seluruh siklus tempat perkembangbiakan, pemeliharaan, pembesaran,
hidup flora dan dan tempat mencari makan.
fauna.
Sumber: Strategi Lahan Basah, KLH (2004)
- 19 -

Memperhatikan potensi danau beserta fungsi dan manfaatnya yang


sangat besar, maka sangat mendesak untuk segera melakukan
inventarisasi danau. Inventarisasi danau ini selain berguna sebagai
bahan penyusunan basis data danau Indonesia, juga yang lebih penting
lagi adalah sebagai dasar penyusunan profil, penilaian kerusakan serta
perencanaan perlindungan atau pencegahan, penanggulangan serta
pemulihan kerusakan danau hingga implementasi penyelamatannya.
Untuk lebih jelasnya pola pikir kegiatan inventarisasi danau dalam
kerangka penyelamatan danau dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Basis Data
Inventarisasi danau
Danau
Indonesia
Penyusunan Profil Danau

Penilaian Kerusakan Danau


(Baik, Terganggu, Rusak)

Pencegahan Penanggulangan Pemulihan

Penyusunan Rencana
Penyelamatan/Pengelolaan
Danau Terpadu

Implementasi Penyelamatan Danau

Gambar 1.1 Alur Pikir Inventarisasi Danau dalam


Kerangka Penyelamatan Danau

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan disusunnya Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Inventarisasi Danau ini adalah sebagai acuan bagi para pihak, khususnya
Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung di seluruh Indonesia di dalam
melaksanakan kegiatan inventarisasi danau di masing-masing wilayah
kerja Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung.
Hasil inventarisasi danau ini diharapkan dapat menjadi basis data danau
yang dapat dijadikan acuan para pihak di dalam melakukan perencanaan
pencegahan, penanggulangan atau pemulihan kerusakan danau.

I.3. Sasaran
Sasaran kegiatan inventarisasi danau ini adalah seluruh danau-danau di
Indonesia, baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan,
- 20 -

namun selain Danau Prioritas I dan II yang ditetapkan pada Konferensi


Nasional Danau IndonesiaI (KNDI I) pada tahun 2009.

I.4. Ruang Lingkup


Danau yang dimaksud dalam kegiatan inventarisasi ini adalah danau,
situ, ranu, telaga atau nama lain dengan sebutan istilah lokal yang
terbentuk secara alamiah, tidak termasuk embung, waduk, dan
bendungan.

I.5. Pengertian
1. Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara
alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah
lokal
2. Inventarisasi danau adalah sebuah proses untuk mendapatkan
informasi tentang keberadaan, karakteristik serta kondisi danau
3. Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau adalah suatu wilayah daratan
yang menampung dan menyimpan air dari curah hujan dan
mengalirkannya ke danau secara langsung atau melalui sungai yang
bermuara ke danau
4. Tipologi danau adalah tipe danau berdasarkan asal pembentukannya
5. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana terjadinya
pergerakan air di bumi serta distribusinya baik di atas maupun di
bawah di bagian bawah permukaan bumi. Hal tersebut juga
mencakup tentang sifat kimia dan fisika air dengan reaksi terhadap
lingkungannya
6. Kualitas air adalah mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu
7. Status trofik danau adalah status kualitas air danau berdasarkan
kadar unsur hara dan kandungan biomassa atau produktivitasnya
8. Waktu tinggal air danau adalahrata-rata waktu yang
dibutuhkan air mulai dari masuk ke danau melalui segala cara,
menetap, dan keluar lagi melalui outlet
9. Stratifikasi danau adalah proses terbentuknya beberapa lapisan air
pada danau karena terjadi perbedaan berat jenis air danau
10. Keanekaragamanhayati adalah adalah keanekaragaman di antara
makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya, daratan,
lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi
yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekosistem
11. Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang planet bumi, termasuk
komposisi, keterbentukan dan sejarahnya
12. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan
proses yang membentuknya
- 21 -

13. Geomorfologi dan Geologi kawasan danau yaitu menjelaskan proses-


proses yang pernah terjadi terhadap bentang lahan di sekitar kawasan
sekitar danau, serta menjelaskan juga tentang lapisan-lapisan batuan
yang terbentuk
14. Batimetri danau adalah pengukuran dan pemetaan dari topografi
dasar danau
- 22 -

BAB II
PELAKSANAAN INVENTARISASI DANAU

II.1. Strategi Pelaksanaan Inventarisasi Danau


Memperhatikan keterbatasan sumberdaya, baik waktu, tenaga dan biaya,
maka kegiatan Inventarisasi Danau di seluruh wilayah kerja BPDASHL
dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
1. Pelibatan pihak-pihak terkait
Untuk menghimpun data dan informasi, maka perlu pelibatan
kementerian/lembaga terkait termasuk unit pelaksana teknis di
daerah, pemerintah daerah, pakar, perguruan tinggi dalam
penghimpunan data dan informasi
2. Pendapat/justifikasi ahli
Untuk memberikan pandangan mengenai status kondisi serta
karakteristik danau, termasuk nilai strategis danau, maka
pendapat/justifikasi ahli sangat diperlukan;
3. Penerapan pola inventarisasi spasial dan non spasial
Memperhatikan keterbatasan sumberdaya, maka pola inventarisasi
dilakukan melalui pendekatan spasial yakni melalui citra satelit
maupun non spasial yakni dengan melakukan pendataan langsung di
lapangan
4. Pendalaman data sesuai dengan kategori kebutuhan kedalaman
data
Tingkat kedalaman penyajian data untuk masing-masing danau
dibedakan menurut luasannya. Adapun tingkat kedalaman penyajian
data untuk masing-masing kategori luas danau dapat dilihat pada
lampiran.

II.2. Tahapan Kegiatan Inventarisasi Danau


Untuk melakukan kegiatan inventarisasi danau maka perlu melakukan
beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dan informasiawal danau
Pengumpulan data dan informasi awal tentang danau dapat diperoleh
melalui data sekunder. Data mengenai nama, lokasi serta luas danau
dapat kita ketahui melalui citra satelit.

2. Identifikasi Kategori Luas Danau


Selanjutnya setelah diperoleh data awal danau, maka dilakukan
kategorisasi luas danau yang dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yakni
danau dengan luas, 1)< 10 Ha, 2)10 – 99 Ha, 3) 100 – 999 Ha, dan 4)
- 23 -

> 999 Ha. Selanjutnya diperoleh informasi awal mengenai banyaknya


danau di masing-masing kategori luas.
3. Penyempurnaan data dan informasi awal danau
Setelah diketahui informasi awal mengenai jumlah danau menurut
masing-masing kategori, maka diperlukan penyempurnakan data dan
informasi awal tersebut. Penyempurnaan data dan informasi tersebut
dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi baik bersifat
sekunder maupun primer. Untuk pengumpulan data sekunder dapat
dilakukan melalui pertemuan/rapat koordinasi maupun mendatangi
langsung para pihak terkait. Adapun pihak-pihak terkait yang dapat
menajdi sumber data dan informasi untuk penyempurnaan data dan
informasi awal danau antara lain adalah Perguruan Tinggi, Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi/Kabupaten/Kota, BBWS/BWS, Bappeda,
BPS Daerah, dll. Sedangkan pengumpulan data secara primer
dilakukan melalui verifikasi lapangan.
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi sekunder, dapat
menggunakan contoh tabel jenis data dan sumber data.
4. Verifikasi Lapangan
Untuk danau – danau yang belum dapat dipastikan keberadaannya
serta diperlukan pengumpulan data langsung (primer), maka dapat
dilakukan verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan ini dapat berguna
untuk mengetahui nama, lokasi (administratif maupun koordinat)
serta informasi lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat
kedalaman data yang diinginkan.
Verifikasi lapangan untuk data yang lebih detil/dalam dilakukan
terutama untuk danau-danau memiliki luas yang cukup besar (>100
Ha) dan memiliki nilai strategis dan/atau menurut pandangan ahli
perlu dikendalikan (dicegah/ditanggulangi/ dipulihkan)
kerusakannya.
5. Rekapitulasi Inventarisasi danau
Setelah dilakukan verifikasi data awal danau, maka dapat diperoleh
tabel rekapitulasi jumlah danau per kategori luas di wilayah kerja
BPDASHL yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1.4. Rekapitulasi Danau Berdasarkan luas di Wilayah Kerja


BPDASHL
No. Luas (Ha) Jumlah
1. < 10
2. 10– 99
3. 100 – 999
4. > 999

Selanjutnya untuk masing-masing danau disajikan data dan informasi


utama yang mencakup lokasi danau (administratif dan posisi
geografis) serta luas danau seperti yang disajikan dalam tabel di
bawah ini.
- 24 -

Tabel 1.5. Data dan Informasi Utama Hasil Inventarisasi Danau


No. Nama Danau Lokasi Danau Posisi Luas (Ha)
Desa Kec. Kab. Prov. Geografis
(Koordinat)
1.
2.
3.
dst
Catatan : Penyajiannya diurutkan menurut luas danau
6. Penyajian Data dan Informasi ke Dalam Profil Danau
Setelah jumlah danau menurut kategori luas danau telah diketahui,
selanjutnya danau-danau yang telah diinventarisasi tersebut disajikan
dalam bentuk profil. Untuk menyajikan data dan informasi danau-
danau tersebut dalam bentuk Profil, maka diperlukan pengumpulan
data dan informasi pendukung. Adapun kedalaman data untuk
penyajian profil masing-masing danau dibedakan menurut kategori
luas. Data dan informasi yang akan disajikan ke dalam profil
sebagaimana tercantum pada Contoh Tabel “Kategori Kebutuhan
Kedalaman Data dan Informasi menurut Luas Danau”.
7. Pemilihan Danau-danau Prioritas
Setelah diketahui seluruh danau menurut kategori luas, maka
dilakukan pemilihan danau-danau prioritas. Adapun danau yang
dapat dipilih menjadi danau prioritas adalah danau-danau yang
memiliki luas yang cukup besar (> 100 Ha) dan/atau memiliki nilai
strategis dan/atau menurut pandangan ahli perlu dikendalikan
(dicegah/ditanggulangi/dipulihkan) kerusakannya. Selanjutnya
danau prioritas tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1.6. Dana - Danau Prioritas di Wilayah Kerja BPDASHL


No. Nama Luas Lokasi Asal Pembentukan Fungsi & Alasan
Danau (Koordinat/Kec/Kab/Prov) (tipologi/morfogenesis) Manfaat Pemilihan

Catatan : danau-danau yang dipilih menjadi danau prioritas adalah


danau-danau di luar danau prioritas I dan II sesuai
Kesepakatan Bali tahun 2009.

Untuk danau-danau di pulau Jawa atau wilayah lainnya yang


memiliki jumlah danau di dalam satu kabupaten/kota yang cukup
besar, maka tidak dilakukan pemilihan danau prioritas, namun
dilakukan analisa kondisi danau per wilayah Kabupaten/kota. Untuk
memudahkan analisis tersebut, maka data dan informasi danau
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
- 25 -

Tabel 1.7. Daftar Kondisi Danau di Kabupaten/Kota


No. Nama Lokasi Luas (Ha) Kondisi Keterangan
Danau (Desa/Kel./Kec.) Asal Saat ini

8. Penyusunan Matrik Rekomendasi Penyelamatan Danau


Untuk danau-danau prioritas yang telah dipilih maka disusun sebuah
matrik rekomendasi program/kegiatan penyelamatan untuk masing-
masing danau. Adapun penyajian matrik rekomendasinya disajikan
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.8. Rekomendasi Penyelamatan Danau
Permasalahan Program/Kegiatan Sasaran Penanggung Jawab
Utama Pendukung

Untuk danau-danau di pulau Jawa atau wilayah lainnya yang


memiliki danau cukup besar di dalam satu kabupaten/kota, maka
dilakukan penyusunan matrik rekomendasi program/kegiatan
penyelamatan danau per wilayah kabupaten/kota seperti di bawah
ini.
Tabel 1.9. Rekomendasi Program/Kegiatan Penyelamatan Danau di
Kabupaten/Kota
Permasalahan Program/Kegiatan Sasaran Penanggung Jawab
Utama Pendukung

Secara umum maka diagram alur tahapan pelaksanaan inventarisasi


danau beserta output yang dihasilkan di setiap tahap dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
- 26 -

Data Awal
Inventarisasi Danau
berdasarkan analisis data
1. Pengumpulan Data dan Informasi Awal Danau
spasial

2. Identifikasi Kategori Luas Danau Data Awal Inventarisasi


Danau Berdasarkan Luas

3. Penyempurnaan Data dan Informasi Awal Danau


Data dan Informasi
Utama Hasil
4. Verifikasi Lapangan Inventarisasi Danau
yang telah terverifikasi

5.Rekapitulasi Inventarisasi Danau

6. Penyajian Data dan Informasi keDalam Profil Danau


Profil Danau

Danau-danau Prioritas
7. Pemilihan Danau-danau Prioritas

Rekomendasi Program/
8. Penyusunan Matrik Rekomendasi Kegiatan untuk
Penyelamatan Danau
Prioritas
Gambar 2.1 Diagram Alur dan Output pada setiap Tahap Pelaksanaan
Inventarisasi Danau

II.3. Kelembagaan Pelaksanaan Inventarisasi Danau


Dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan
inventarisasi danau, maka perlu dibangun kelembagaan yang melibatkan
para pihak terkait. Pada tahap apa dan bagaimana bentuk pelibatan para
pihak pada setiap tahapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
- 27 -

1.Pengumpulan Data dan Informasi Awal Danau BIG

2. Identifikasi Kategori Luas Danau

Perguruan Tinggi, LIPI, BBWS/BWS,


3. Penyempurnaan Data dan Informasi Awal Danau BBKSDA/BKSDA, Dinas LH, Dinas ESDM,
Dinas PSDA, , dll.

4. Verifikasi Lapangan Masyarakat, Aparat Desa

Perguruan Tinggi, BBWS/BWS,


5.Rekapitulasi Inventarisasi Danau BPDASHL, BBKSDA/BKSDA, Bappeda,
Dinas LH, Dinas PSDA, Dinas ESDM,
Dinas Perikanan, Dinas Pertanian, Dinas
6. Penyajian Data dan Informasi keDalam Profil Danau BMKG Daerah, BPS Daerah, Pemerhati
Lingkungan, dll.

7. Pemilihan Danau-danau Prioritas Bappeda, BBWS/BWS, Dinas LH, Pakar

Sekda, Bappeda, BBWS/BWS, BPDASHL,


8. Penyusunan Matrik Rekomendasi BBKSDA/BKSDA, Dinas terkait di Daerah,
Pakar, dll.

Gambar. Tahap Kegiatan Inventarisasi dan Pelibatan Para Pihak


Terkait

BAB III
PENILAIAN KERUSAKAN DANAU

Penilaian Kerusakan Danau merupakan tahapan penting dalam pengendalian


kerusakan danau karena memberikan acuan dalam menentukan danau yang
prioritas untuk ditangani serta pola dan teknis penanganan yang diperlukan.
Hasil penilaian kerusakan danau akan memberikan informasi apakah danau
dalam kondisi baik, terganggu atau rusak. Penilaian kerusakan danau,
termasuk penilaian kerusakan situ dilakukan berdasarkan Kriteria Kerusakan
Danau dan Kriteria Kerusakan Situ sebagaimana tercantum di Tabel 1.11 dan
Tabel 1.12.
- 28 -

Tabel 1.11. Kriteria Kerusakan Danau


Kondisi
No Parameter Penjelasan Keterangan
Baik Terganggu Rusak
1 Laju penyusutan Penyusutan luas < 5% 5-25 % >25 % Danau
luas badan air badan air danau vulkanik dan
tektonik
2 Laju Prosentase <5% 5-10% >10%
pendangkalan pendangkalan
3 Kualitas air Status Mutu Air Tidak Cemar Cemar sedang
tercemar ringan dan berat
4 Status trofik Indeks Status Oligotrofik- Eutrofik Hyper-eutrofik Danau
Trofik Mesotrofik vulkanik dan
tektonik
Eutrofik - Hypereutrofik Danau
paparan
banjir
5 Keanekaragaman Trend populasi Masih Terjadi Sangat
hayati floran/fauna banyak penurunan menurun/
asli/endemik populasi punah
6 Tutupan gulma air Luas tutupan < 1% 1-5% >5% Danau
gulma air vulkanik dan
dibandingkan luas tektonik
danau <5% 5-20% >20% Danau
paparan
banjir
7 Tutupan vegetasi Luas tutupan >90% 50-90% <50%
di riparian vegetasi
dibandingkan luas
riparian
8 Tutupan vegetasi Luas tutupan >90% 50-90% <50%
di sempadan vegetasi
dibandingkan luas
sempadan
9 Tutupan vegetasi Luas tutupan >30% 15-30% 0-15%
di daerah vegetasi
tangkapan air dibandingkan luas
daerah tangkapan
air
10 Timbunan sampah Sebaran timbunan Tidak ada Sedikit Terdapat
di sempadan dan sampah di sampah sampah timbunan
perairan danau sempadan dan sampah
perairan danau
11 Tutupan lahan Luas lahan 0% 1-5% >5%
terbangun di terbangun
sempadan dibandingkan luas
sempadan (pada
lokasi tertentu)

Tabel 1.12. Kriteria Kerusakan Situ


No Parameter Penjelasan Kondisi
Baik Terganggu Rusak
1 Laju penyusutan Penyusutan luas badan air situ <5% 5-25% >25%
luas badan air
2 Laju Prosentase pendangkalan <5% 5 – 25 % > 25 %
pendangkalan (dibandingkan kondisi 5 tahun
sebelumnya)
3 Kualitas air Status mutu air Tidak Cemar ringan Cemar
tercemar sedang
dan berat
4 Tutupan gulma Luas tutupan gulma air dibandingkan <5% 5 – 10 % > 10 %
air luas situ
5 Tutupan vegetasi Luas tutupan vegetasi dibandingkan luas >90% 50-90% <50%
di sempadan sempadan
6 Tutupan lahan Luas lahan terbangun dibandingkan luas Tidak ada sedikit sekali Bangunan
terbangun di sempadan bangunan bangunan tersebar
sempadan
7 Timbunan Sebaran timbunan sampah di sempadan Tidak ada Sedikit Terdapat
sampah di dan perairan situ sampah sampah timbunan
sempadan dan sampah
perairan situ
8 Tata air Aliran air dan prasarananya untuk situ Ada sarana Ada sarana Tidak ada
yang berfungsi sebagai pengendali banjir inlet dan namun tidak sarana
outlet berfungsi
- 29 -

BAB IV
PELAPORAN

IV.1. Pelaporan
Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya disajikan di dalam
laporan Hasil Inventarisasi Danau. Adapun format penyajian laporan
serta penjelasan isi dari masing-masing bagian laporan tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Latar belakang mencakup alasan pentingnya dilakukan
inventarisasi danau
1.2 Maksud dan Tujuan
Diuraikan maksud dan tujuan dilaksanakannya inventarisasi
danau
1.3 Ruang Lingkup
Dijelaskan mengenai ruang lingkup danau yang diinventarisasi
1.4 Gambaran Umum Wilayah Kerja
Pada bagian ini diuraikan gambaran umum wilayah kerja
BDASHL, termasuk di dalamnya nama-nama DAS yang masuk
ke dalam wilayah kerjanya.

b. Bab II. Hasil Inventarisasi Danau


2.1. Rekapitulasi hasil inventarisasi
Pada bagian ini disajikan tabel jumlah seluruh danau per
masing-masing kategori luas dilengkapi dengan narasi
deskripsi terhadap tabel tersebut.
2.2. Hasil inventarisasi seluruh danau
Pada bagian ini disajikan tabel berisi data dan informasi yang
mencakup nama danau dan lokasi danau (administratif dan
koordinat) serta luas masing-masing danau di wilayah kerja
BPDASHL, dilengkapi dengan narasi deskripsi terhadap tabel
tersebut.

c. Bab III. Profil Danau


Pada bagian ini diuraikan masing-masing danau menurut kategori
luas danau.
3.1 Danau kategori luas < 10Ha
Untuk danau dengan kategori luas< 10 Ha, maka deskripsi
penjelasan disajikan dalam format 1/2 halaman per danau.

3.2 Danau kategori luas 10 – 99 Ha


Untuk danau dengan kategori luas10 - 99 ha, maka deskripsi
penjelasan disajikan dalam format 1 -2 halaman per danau.
3.3 Danau kategori luas 100 – 999 Ha
Untuk danau dengan kategori luas100 - 999 ha, maka
deskripsi penjelasan disajikan dalam format sekitar 2 – 5
halaman per danau (tergantung ketersediaan data).
- 30 -

3.4 Danau kategori luas lebih dari 999 Ha


Untuk danau dengan kategori luas lebih dari 999 Ha, maka
deskripsi penjelasan disajikan dalam format sekitar 5 – 10
halaman per danau (tergantung ketersediaan data)

d. Bab IV. Rekomendasi Penyelamatan Danau


Pada bagian ini dijelaskan tentang danau-danau yang perlu
ditangani serta rekomendasi penyelamatan terhadap danau-danau
tersebut.
4.1. Danau-Danau Prioritas untuk Ditangani
Pada bagian ini diuraikan danau-danau prioritas yang perlu
ditangani beserta alasan pemilihan danau prioritas tersebut.
Disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.
4.2. Masukan Program/Kegiatan serta peran para pihak dalam
penyelamatan danau-danau prioritas
Pada bagian ini diuraikan program/kegiatan yang diusulkan
serta peran para pihak di dalam penyelamatan danau-danau
prioritas tersebut. Penyajiannya disajikan dalam bentuk
matrik.

e. Daftar pustaka

f. Lampiran-lampiran
a. Tabel Hasil Inventarisasi Danau
b. Peta Hasil Inventarisasi Danau berdasarkan wilayah kerja
BPDASHL (skala peta disesuaikan)
c. Peta – peta tematik (Peta DTA Danau, Peta Penggunaan/Tata
Guna Lahan, Peta Geologi Kawasan Danau, dsb.).

IV.2. Pencetakan dan Pengiriman Laporan


a. Laporan dicetak pada ukuran A 4, dijilid sebanyak 5 eksemplar
(sesuai kebutuhan), jilid hard cover sebanyak 1 eksemplar, dengan
warna sampul (cover) muka biru.
b. Pengiriman laporan Hasil Inventarisasi Danau sebanyak 1 eksemplar
ditujukan ke Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan
Lindung cq Direktorat Pengendalian Kerusakan Periaran Darat
dengan menyertakan soft copy yang dialamatkan kepada:

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG


Cq.DIREKTORAT PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT
Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV Lantai 6, Wing B, Jl. Gatot Subroto
Jakarta Pusat
No. Telp/ Fax: 021-5701139
Email: danaupdashl@yahoo.com

Contoh Tabel Kategori Kebutuhan Kedalaman Data dan Informasi menurut


Luas Danau
- 31 -

No Data dan Informasi Sifat/detil data < 10 ha 10 - 99 ha 100 - 999ha > 999 ha

DATA UTAMA (PRIMER)


1. Nama danau* Uraian    
2. Posisi Geografis Koordinat (angka    
GPS)
3. Letak administrasi Uraian    
(alamat/dusun,
desa, kecamatan,
kabupaten,
provinsi)
4 Luas** Dalam Hektar    
5. Dokumentasi/ Foto situasi,    
Foto keindahan dan
atau
kerusakan/pence-
maran danau
DATA PENDUKUNG (SEKUNDER)
6. Tipologi / Asal Uraian - -  
pembentukan (vulkanik/tektonik
/
tektovulkanik/pap
aran
banjir/lainnya
7. Fungsi dan Uraian (perikanan,    
Pemanfaatan Danau irigasi, air baku
air minum, wisata,
PLTA dll.)

8. Iklim Uraian iklim - -  


sekitar danau,
termasuk curah
hujan, suhu dan
kelembaban udara
9. Kedalaman Kedalaman rata-    
rata
10. Kualitas air Uraian dan angka -   
Info Umum Info umum Data terlengkap
Baik/buruk/ atau BOD- yang ada
jernih/keruh/ COD-TSS
info umum
lainnya
11. Topografi Uraian/peta - -  
Uraian & peta Uraian & peta
12. Tata Uraian/peta/tabel -   
Guna/Pemanfaatan Uraian umum Uraian Uraian, tabel &
lahan di DTA umum, peta
tabel/peta
13. Luas DTA Angka metrik/peta - -  
Uraian & peta

14. Hidrologi Uraian/angka/tab - -  


el/peta (terutama Jumlah & Peta hidrologi,
terkait sungai nama sungai nama sungai
masuk dan keluar) masuk/keluar masuk/keluar
dan debit
15. Permasalahan Uraian -   
utama permasalahan di
DTA, Sempadan Uraian umum Uraian umum Uraian
dan permasalahan
Perairan/badan dilengkapi
air danau (misal perkiraan
sedimentasi, penyebab dan
pencemaran dari dampak
perikanan,
pertanian, galian
C, dll.)

DATA PENDUKUNG (TERSIER)

16. Status trofik Uraian - -  

17. Waktu tinggal air tahun - -  


danau

18. Volume Volume maksimal    

19. Stratifikasi danau Uraian - -  


- 32 -

No Data dan Informasi Sifat/detil data < 10 ha 10 - 99 ha 100 - 999ha > 999 ha

20. Keanekaragaman Uraian -   


hayati Nama Nama Nama spesies,
jenis/spesies jenis/spesies kecenderungan
asli/endemik asli/endemik populasi dan
&kecenderun data detil
gan populasi
secara umum
21. Geologi dan Uraian - -  
Geomorfologi Uraian umum
Uraian umum plus peta
plus peta

22. Batimetri Peta - -  

Uraian umum Uraian umum


plus peta plus peta
23. Tutupan gulma air Uraian -   

Banyak/ Info umum % tutupan dan


sedikit atau % kecenderungan/
tutupan trend

24. Sosial ekonomi dan Uraian jumlah -   


Kearifan Lokal penduduk dan
mata pencaharian Jumlah Jumlah Jumlah
masyarakat penduduk penduduk penduduk
sekitar danau sekitar dan sekitar dan sekitar dan mata
(misal pertanian, mata mata pencaharian dan
penangkap ikan, pencaharian pencaharian Kearifan Lokal
pegawai dll) yang dominan yang dominan yang Ada

25. Pemanfaatan lahan Uraianjenis -   


sempadan pemanfaatan Jenis Jenis Semua jenis
(pertanian, pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan
perumahan, yang dominan yang dominan yang ada dan
sarana dan luas yang
prasarana wisata, dominan
tambang Gol. C,
dll.) dan angka
luasan
26. Laju erosi di DTA/ Uraian dan angka -   
laju sedimentasi di Uraian umum Uraian dan Angka laju erosi
Danau kecenderunga dan/atau
n pendangkalan
pendangkalan
27. Laju penyusutan Uraian dan angka -   
luas / Uraian dan Uraian dan Uraian dan
Kedalaman kecenderunga kecenderunga kecenderungan
n n

28. Program/Kegiatan Uraian kegiatan -   


Penyelamatan (misal
ekosistem danau pengerukan, Uraian umum Uraian umum Uraian umum
yang telah pengambilan
dilaksanakan sampah/eceng
gondok,
pembuatan IPAL,
penanaman di
sempadan,
pembatasan
perikanan
budidaya, dll.)

Keterangan :
1. Data Utama (Primer) adalah data yang harus disajikan di dalam laporan
inventarisasi danau, sedangkan Data Pendukung (Sekunder dan Tersier) adalah
data pendukung yang dapat disajikan jika data tersebut tersedia (dapat diperoleh)
2. *) Jika belum ada nama danau dapat diberi nama dengan nama desa/dusun atau
nama lokal menurut sebutan masyarakat setempat
3. **) Jika tidak mendapatkan data luas danau secara sekunder, maka luas danau
dapat merujuk kepada luas danau berdasarkan analisis data spasial
- 33 -

Tabel. Jenis Data dan Sumber Data

No. Jenis Data Sumber Data


1. Peta/Informasi Hidrologi dan Batas DAS dan Dinas PSDA, BWS/BBWS,
Sub DAS BPDASHL
2. Peta /Informasi Bathimetri Danau BBWS/BWS, Perguruan
Tinggi
3. Peta /Informasi Topografi BPDASHL
4. Peta/Informasi Penggunaaan/Tata Guna BPDASHL
Lahan DTA Danau
5. Peta/Informasi Topografi BPDASHL
6. Peta/Informasi Hidrologi BBWS/BWS
7. Peta/Informasi Morfologi Danau (Luas, BBWS/BWS, LIPI
Kedalaman, Volume)
8. Peta/Informasi Geologi dan Geomorfologi Kementerian ESDM, Dinas
kawasan danau ESDM, BBWS/BWS
9. Peta/Informasi Daerah Tangkapan Air (DTA) BPDASHL, BBWS/BWS
Danau
10. Data Kualitas air dan status trofik danau Perguruan Tinggi, Dinas LH
13 Data Tingkat Sedimentasi/Laju Erosi BBWS/BWS, BPDASHL
14. Data Laju Penutupan Luas / Kedalaman Perguruan Tinggi,
BBWS/BWS
15. Data Keanekaragaman Hayati Danau Dinas LH, Perguruan Tinggi,
Balitbangda,
BBKSDA/BKSDA
16. Data Klimatologi kawasan danau (suhu, curah Pusat data klimatologi
hujan, radiasi matahari, dsb) daerah, Dinas Pertanian,
Litbang Pertanian
17. Data waktu tinggal air Perguruan Tinggi, Dinas LH,
Balai Penelitian
18. Data Keanekaragaman Hayati Danau BBKSAD/BKSDA, Perguruan
Tinggi,Dinas Kelautan dan
Perikanan Akademi
Perikanan,dll.
19. Data tutupan gulma air Perguruan tinggi,
BBWS/BWS, Dinas LH
20. Data Sosial, ekonomi dan budaya/Kearifan BPS, Perguruan Tinggi,
Lokal Potensi Desa
21. Dst. Dst.

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM DIREKTUR JENDERAL,

DAN KERJASAMA TEKNIK,

ttd. ttd.

ARIEF SETIYO UTOMO IDA BAGUS PUTERA PARTHAMA


- 34 -

LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P. 4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU

PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DANAU

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki 840 buah danau dengan ukuran dan jenis yang
beragam, dan 500 lebih buah danau merupakan danau besar yang
berukuran lebih dari 10 Hektar, dengan luas total mencapai sekitar 0,25 %
luas daratan. Danau-danau tersebut sangat kaya dengan keberagaman
fungsi dan keanekaragaman hayati serta perannya yang sangat penting
sebagai sumber air dan pengendali iklim global serta sebagai penunjang
kehidupan masyarakat. Untuk itu, arah pengelolaan dan pemanfaatan
ekosistem danau-danau tersebut perlu dirumuskan secara hati-hati tidak
hanya untuk kepentingan pemanfaatan saat ini namun yang terpenting
adalah kepentingan generasi mendatang di masa depan. Menyadari hal itu,
maka arah kebijakan pengelolaan ekosistem danau perlu segera
diterjemahkan oleh para pengambil kebijakan di tingkat pusat maupun
daerah ke dalam suatu rumusan Rencana Pengelolaan Danau sesuai
karakteristik, status kerusakan serta tantangan permasalahan ekosistem
danau yang ada di masing-masing ekosistem danau.
Pengelolaan danau secara khusus di Indonesia belum memiliki sejarah yang
panjang seperti pengelolaan sungai. Danau masih sering diposisikan
sebagai sumber air besar yang tidak ada habisnya. Kesepakatan Bali tahun
2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang ditandatangani oleh 9
(Sembilan) Menteri pada Konferensi nasional Danau Indonesia I, telah
memasuki era baru. Setelah pada tahun 2011 diluncurkan Gerakan
Penyelamatan Danau (Germadan) di Semarang pada saat Konferensi
Nasional Danau Indonesia II dan telah tersusunnya Rencana Aksi
Penyelamatan Danau untuk 15 danau prioritas I yang meliputi Danau Toba,
Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Rawadanau, Danau
Rawapening, Danau Sentarum, Danau Kaskade Mahakam (Semayang,
Melintang, Jempang), Danau Limboto, Danau Poso, Danau Tempe, Danau
Tondano, Danau Matano, Danau Batur dan Danau Sentani.
Tahun 2015-2019 merupakan periode implementasi Rencana Aksi
Penyelamatan Danau Prioritas seperti yang tertuang dalam RPJMN 2015-
2019 dimana disebutkan bahwa salah satu Sasaran Utama Ketahanan Air
adalah “Pengelolaan Kualitas Air Danau dengan indikator membaiknya
Kualitas Air di 15 Danau” serta melaksanakan “Pengelolaan Danau Terpadu
di 15 danau prioritas nasional”.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan perlunya pengelolaan danau
secara terpadu yang harus melibatkan pemangku kepentingan pengelolaan
sumberdaya alam yang terdiri dari unsur–unsur masyarakat, dunia usaha
dan pemerintah dengan prinsip-prinsip keterpaduan, kesetaraan dan
berkomitmen untuk menerapkan penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya
alam yang adil, efektif, efisien dan berkelanjutan. Dalam penyelenggaraan
pengelolaan danau tersebut diperlukan perencanaan yang terintegrasi antar
berbagai pemangku kepentingan dalam satu kesatuan ekosistem danau
- 35 -

secara utuh mulai dari daerah tangkapan air (DTA), sempadan dan badan
air danau itu sendiri.
Dalam rangka menyusun sebuah Rencana Pengelolaan Danau yang terpadu
serta memastikan berbagai pihak terkait terlibat di dalam proses
penyusunan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi
pelaksanaannya, maka perlu disusun pedoman penyusunan Rencana
Pengelolaan Danau.

I.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


Maksud dan tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk memberikan
arahan bagi para pihak, khususnya yang diberi kewenangan dalam
menyusun Rencana Pengelolaan Danau, baik ditingkat Pemerintah Pusat,
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, agar Rencana Pengelolaan Danau yang
dihasilkan dapat memenuhi kaidah- kaidah penyusunan Rencana
Pengelolaan Danau seperti yang tertuang dalam Pedoman ini.
Sasaran penyusunan Rencana Pengelolaan Danau dilakukan untuk setiap
Danau di Indonesia, karena masing-masing danau memiliki karakteristik
yang berbeda-beda.

I.3. Pengertian
Berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan pengelolaan Danau
antara lain:
1. Daerah aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
2. Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara
alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah
lokal.
3. Daerah tangkapan air danau adalah luasan lahan yang mengelilingi
danau dan dibatasi oleh tepi sempadan danau sampai dengan
punggung bukit pemisah aliran air.
4. Sempadan danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak
tertentu dari tepi badan danau yang berfungsi sebagai kawasan
pelindung danau.
5. Pengelolaan danau adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan pengendalian
kerusakan danau.
6. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
8. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9. Daerah tangkapan air danau adalah suatu wilayah daratan yang
menampung dan menyimpan air dari curah hujan dan mengalirkannya
ke danau secara langsung atau melalui sungai yang bermuara ke
danau.
10. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke laut secara alami, yang batasnya di darat
- 36 -

merupakan pemisah topografis dan batasnya di laut sampai dengan


daerah perairan yang masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.
11. Ekosistem Danau adalah ekosistem akuatik perairan danau dan
ekosistem terestrial daerah tangkapan air danau
12. Beban pencemaran adalah jumlah berat suatu unsur pencemar yang
terkandung dalam air atau air limbah yang masuk ke sumberdaya air.
13. Daya tampung beban pencemaran air danau adalah kemampuan
danau dan waduk untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa
mengakibatkan airnya menjadi tercemar atau terganggu
pemanfaatannya.
14. Kajian Lingkungan Hidup Strategis adalah proses sistematis dan
komprehensif untuk mengevaluasi dampak lingkungan dengan
mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi serta prinsip-prinsip
keberlanjutan dari usulan kebijakan, rencana, dan program
pembangunan.
15. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi tercemar atau kondisi baik suatu sumber air dalam waktu
tertentu dengan membandingkannya dengan baku mutu air atau kelas
air yang ditetapkan.
16. Status trofik adalah status kualitas air danau berdasarkan kadar
unsur hara dan kandungan biomassa atau produktivitasnya.
17. Eutrofikasi adalah proses peningkatan kadar unsur hara terutama
parameter nitrogen dan parameter fosfor di air danau.
18. Oligotrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur hara
dengan kadar rendah.
19. Mesotrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur
hara dengan kadar sedang.
20. Eutrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur hara
dengan kadar tinggi.
21. Hipertrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur
hara dengan kadar sangat tinggi.
22. Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa
sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai
dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media
tata air.
23. Spesies asli adalah spesies-spesies yang menjai penduduk suatu
wilayah atau ekosistem secara alami tanpa campur tangan manusia.
Kehadiran spesies ini (baik binatang maupun tumbuhan) melalui
proses alami tanpa intervensi manusia
24. Spesies endemik merupakan gejala alami sebuah biota untuk menjadi
unik pada suatu wilayah geografi tertentu. Sebuah spesies bisa disebut
endemik jika spesies tersebut merupakan spesies asli yang hanya bisa
ditemukan di sebuah tempat tertentu dan tidak ditemukan di wilayah
lain. Wilayah di sini dapat berupa pulau, negara, atau zona tertentu
25. Spesies asing adalah spesies, subspesies, atau pada tingkatan takson
yang lebih rendah, yang diintroduksi keluar habitat alaminya pada
masa lalu atau saat sekarang, meliputi setiap bagian, biji-bijian, telur
atau propagules dari spesies tersebut yang mungkin bertahan atau
merupakan rangkaian dari hasil reproduksi
26. Spesies invasif adalah spesies, baik spesies asli maupun bukan, yang
mengkolonisasi suatu habitat secara masif dan menimbulkan dampak
negatif
27. Spesies asing invasif adalah spesies yang diintroduksi secara sengaja
atau tidak disengaja yang berasal dari luar habitat alaminya, dimana
mereka memiliki kemampuan untuk membentuk diri mereka,
menyerang, berkompetisi dengan spesies lokal/asli dan mengambil alih
lingkungan barunya
- 37 -

28. Spesies introduksi (introduced species) merupakan spesies yang yang


berkembang di luar habitat (wilayah) aslinya akibat campur tangan
manusia baik disengaja ataupun tidak. Beberapa spesies ada yang
merusak (bersifat invasif) dan lainnya tidak memiliki dampak negatif
bahkan menguntungkan bagi ekosistem dan manusia
29. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman di antara makhluk
hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya, daratan, lautan dan
ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekoistem
30. Introduksi adalah pergerakan oleh kegiatan manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung, berupa spesies asing, keluar dari
habitat alaminya. Perpindahan tersebut dapat terjadi dalam lingkup
negara atau antar negara
31. Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan
berbasis wawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi,
berkualitas, dan percepatan (akselerasi).
32. Minatorium perikanan danau adalah pusat data dan informasi
sumberdaya ikan, pusat kajian sumberdaya ikan, pusat benih ikan
danau, serta pusat bisnis perikanan danau.
33. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang
melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi
sumberdaya, daya dukung, dan proses-proses ekologis. Terdiri dari
tahap persiapan, pengumpulan, dan analisis data, penyusunan draft
rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan
penetapan dengan mempertimbangkan kajian- kajian aspek ekologi,
sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.
34. Epilimnion adalah lapisan atas air danau dan yang terkena cahaya
matahari
35. Thermocline adalah lapisan air danau dimana terjadi perubahan
suhunya
36. Hypolimnion adalah lapisan bawah air danau di bawah Thermocline
37. Tata Kelola Pariwisata (DMO) adalah struktur tata kelola tempat tujuan
wisata yang mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan
pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui
pemanfaatan jejaring, informasi, dan teknologi, yang terpimpin secara
terpadu dengan peran serta masyarakat, asosiasi, industri, akademisi,
dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan,
volume kunjungan wisata, lama tinggal, dan besaran pengeluaran
wisatawan serta manfaat bagi masyarakat di tempat tujuan wisata.
38. Peta Daerah Tangkapan Air adalah Peta yang menginformasikan
daerah-daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air
hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung
gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama
39. Peta Penggunaan Lahan adalah peta penggunaan lahan
menginformasikan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya
dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra
40. Peta Tata Guna Lahan adalah peta yang menggambarkan konstruksi
vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan yang tampak
secara langsung dari citra penginderaan jauh yang umumnya terdiri
dari tiga kelas data yaitu struktur fisik yang dbangun oleh manusia,
fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanah pertanian dan kehidupan
binatang, dan tipe pembangunan.
41. Peta Lereng adalah Peta yang menginformasikan kemiringan Lereng
yang merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi
secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah
- 38 -

tertentu variabel yang digunakan dalam pengidentifikasian kemiringan


lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas muka
laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan
geomorfologi yang bekerja
42. Peta Jenis Tanah adalah peta yang menggambarkan variasi dan
persebaran berbagai jenis tanah atau sifat-sifat tanah (seperti pH,
tekstur, kadar organik, kedalaman, dan sebagainya) di suatu area.
43. Peta Batimetri danau adalah peta yang menginformasikan kedalaman
di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau
danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai
atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut
kontur kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki
informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan
44. Geopark adalah sebuah konsep manajemen sumberdaya keragaman
bumi (geodiversity) sebagai daya tarik wisata, yang mencakup geologi,
biologi, sosial-budaya, dan pariwisata.
45. SRI (System Rice Intensification) adalah usaha tani padi sawah irigasi
yang menerapkan pengelolaan tanah, tanaman, dan air secara intensif
dan efisien melalui pemberdayaan kelompok tani dan kearifan
lokal/daerah.
46. UPPO adalah upaya perbaikan kesuburan lahan guna meningkatkan
produktivitas pertanian dan menekan pencemaran limbah ternak yang
difasilitasi dengan pembangunan unit pengolah pupuk organik, terdiri
dari bangunan rumah kompos, bak fermentasi, Alat Pengolah Pupuk
Organik (APPO), kendaraan roda 3, bangunan kandang ternak dan
ternak sapi/kerbau.
- 39 -

BAB II
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DANAU

2.1. Prinsip Dasar Pengelolaan Danau


Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan Danau adalah :
1. Dilaksanakan secara terpadu didasarkan atas Danau sebagai satu
kesatuan ekosistem, satu rencana dan satu sistem pengelolaan;
2. Melibatkan para pemangku kepentingan, terkoordinasi, menyeluruh dan
berkelanjutan;
3. Bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis sesuai
dengan karakteristik danau;
4. Dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan
manfaat antar para pemangku kepentingan secara adil;
5. Berlandaskan pada azas akuntabilitas.
Beberapa hal yang mengharuskan pengelolaan danau diselenggarakan
secara terpadu adalah:
1. Terdapat keterkaitan antar berbagai kegiatan/sektor dalam pengelolaan
sumberdaya danau;
2. Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup
berbagai bidang kegiatan;
3. Batas wilayah ekosistem suatu danau tidak selalu
berhimpitan/bertepatan dengan batas wilayah administrasi
pemerintahan;
4. Interaksi daerah hulu sampai hilir mulai dari Daerah Tangkapan Air
yang menjadi inlet danau, sempadan dan perairan danau dapat
berdampak negatif maupun positif sehingga memerlukan koordinasi
antar pihak.

2.2. Alur Pikir Rencana Pengelolaan Danau


Memperhatikan potensi danau beserta fungsi dan manfaatnya yang sangat
besar, untuk itu danau perlu dikelola dengan baik. Dalam rangka mengelola
danau yang sangat besar di Indonesia maka dilakukan inventarisasi danau,
dengan melakukan pengumpulan data dan informasi biofisik dan
karakteristik seluruh danau di Indonesia yang kemudian dituangkan dalam
bentuk profil danau. Profil danau mnjadi dasar dalam melakukan penilaian
kerusakan danau (baik, terancam, rusak). Hasil penilaian kerusakan danau
menjadi dasar perencanaan pencegahan, penanggulangan atau pemulihan
kerusakan danau. Dalam menyusun rencana pengendalian danau yang
dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Danau harus memperhatikan
kebijakan, program dan kegiatan sektor. Selanjutnya Rencana Pengelolaan
danau yang telah tersusun harus masuk ke dalam RPJMN/RPJMD dan
RTRW.
Untuk lebih jelasnya pola pikir kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan
danau dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
- 40 -

Inventarisasi danau

Penyusunan profil danau


(Informasi umum dan karakteristik
danau)

Penilaian Kerusakan Danau (baik,


terancam, rusak)

Pencegahan Penanggulangan Pemulihan

Kebijakan, rencana, Penyusunan Rencana


kegiatan sektor Pengelolaan Danau

RENCANA RPJMN/D/
PENGELOLAAN DANAU RTRW

Implementasi Pengelolaan Danau

Gambar 2.1 Alur Pikir Rencana Pengelolaan Danau

2.3. Proses Penyusunan Rencana


Secara menyeluruh, perumusan Rencana Pengelolaan Danau dilaksanakan
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
Pada tahap awal, penyusun Rencana Pengelolaan Danau perlu
melakukan penilaian status dan kondisi ekosistem danau, baik pada
ekosistem akuatik (perairan danau), ekosistem sempadan maupun
ekosistem terestrial Daerah Tangkapan Air (DTA) danau. Untuk
melakukan penilaian tersebut, maka terdapat beberapa parameter yang
menjadi acuan penilaian kondisi status ekosistem danau, seperti yang
tercantum pada Contoh 1. Hal ini perlu dilakukan untuk melakukan
penilaian cepat terhadap status ekosistem danau serta menjadi dasar
bagi pengumpulan data yang lebih tajam dan mendalam tentang status
kondisi ekosistem danau secara keseluruhan.
2. Pengumpulan data dan informasi untuk memperkuat gambaran kondisi
danau dan permasalahannya
Ketersediaan data dan informasi terkini menjadi modal dasar
penyusunan Rencana Pengelolaan Danau yang tepat dan akurat. Sifat
data dapat bersifat primer maupun sekunder. Sumber data dapat
berasal dari institusi pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat
termasuk perguruan tinggi. Untuk itu, sebelum dilakukan proses
- 41 -

penyusunan Rencana Pengelolaan Danau, maka pengumpulan data dan


informasi harus dilakukan. Sumber institusi untuk beberapa data yang
diperlukan dalam proses penyusunan Rencana Pengelolaan Danau
dapat dilihat pada Contoh 2.
3. Perumusan masalah
Perumusan masalah yang benar akan menghasilkan perumusan strategi
dan program/ kegiatan yang tepat atau tidak bias. Untuk mengetahui
permasalahan secara jernih, perlu dilakukan telaahan akar masalah.
Secara umum permasalahan ekosistem danau yang dapat terjadi
meliputi permasalahan yang bersifat biofisik serta sosial ekonomi dan
kelembagaan.

4. Perumusan kondisi yang diharapkan


Setelah tahap perumusan masalah dilakukan, maka selanjutnya
diperlukan perumusan kondisi danau yang diharapkan atau arah
peruntukkan dan pemanfaatan ekosistem danau ke depan, yang dalam
hal ini disebut visi dan misi pengelolaan danau. Perumusan visi dan misi
ini menjadi dasar dalam penentuan strategi atau program yang
diperlukan dalam rangka pengelolaan danau.
5. Penentuan strategi atau program yang diperlukan
Penentuan strategi atau program yang diperlukan adalah bagian dari
upaya mengisi gap antara kondisi saat ini (permasalahan yang
ada/eksisting) dengan kondisi yangdiharapkan. Strategi atau
program/kegiatan yang akan dilaksanakan diharapkan dapat menjadi
solusi permasalahan ekosistem danau sehingga kondisi danau yang
diharapkan atau dicita-citakan dalam visi dan misi pengelolaan danau
dapat tercapai.
6. Pengumpulan data dan informasi tambahan mengenai Kebijakan,
Rencana dan Program (KRP) pada institusi terkait Pengumpulan data
dan informasi tambahan mengenai KRP pada institusi terkait sangat
diperlukan. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi KRP yang sudah
ada, sedang atau akan dilaksanakan oleh institusi-institusi yang
terkait. Tahapan ini juga penting untuk mengetahui kendala atau
hambatan mengapa suatu KRP tidak dapat berjalan baik sehingga
diperlukan suatu solusi yang kemudian dapat menjadi bahan dalam
merumuskan KRP baru. Selain itu, tahapan ini juga berguna untuk
mengidentifikasi peran dan fungsi kelembagaan yang tepat untuk
melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan peran, tugas dan fungsi
yang melekat pada masing-masing institusi, mengidentifikasi adanya
tumpang tindih KRP atau bahkan bertentangan dengan KRP pengelolaan
danau satu dengan yang lainnya.
7. Analisis pengambilan keputusan untuk menentukan program Untuk
menentukan program maka perlu dilakukan analisis pengambilan
keputusan. Alat analisis yang dilakukan dapat menggunakan analisis
SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity dan Threat), AHP dan lain- lain.
Ketepatan dalam melakukan pengambilan keputusan menjadi cikal
bakal dihasilkannya rumusan penentuan program pengelolaan danau
yang efektif.
8. Perumusan program dan kegiatan pengelolaan danau
Pada tahap ini seluruh tahapan yang telah dilakukan pada tahap 1
hingga tahap 7 dituangkan dalam suatu matrik Rencana Pengelolaan
Danau, yang menjabarkan tentang permasalahan, program/kegiatan,
sasaran (outcome), indikator capaian (output), baseline data, target
capaian jangka 5 tahun yang dijabarkan dalam perencanaan 1 tahunan
dan institusi penanggung jawab serta pembiayaan.
- 42 -

Untuk lebih jelasnya tahapan proses penyusunan rencana Pengelolaan Danau


dalam setiap tahapan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Pengumpulan
Pengumpulan Analisis
data dan Perumusan Penentuan Perumusan
data dan pengambilan
informasi untuk masalah Perumusan strategi dan Rencana
Identifikasi informasi keputusan
memperkuat (termasuk kondisi yang program/ Pengelolaan
masalah tambahan untuk
gambaran kondisi identifikasi diharapkan kegiatan yang Danau dalam
mengenai KRP menentukan
danaudan akar masalah diperlukan bentuk matrik
institusi terkait program/
permasalahany kegiatan
a

Gambar 2.2 Proses Penyusunan Rencana Pengelolaan Danau

Untuk 15 (lima belas) danau prioritas yang telah tersusun Rencana Aksi
Penyelamatan Danau yang tertuang di dalam dokumen GERMADAN, maka
Rencana Pengelolaan Danau disusun dengan memperbaharui dan
menyempurnakan Rencana Aksi Penyelamatan Danau tersebut.

2.4. Kelembagaan

Kelembagaan pengelolaan danau memegang peranan penting di dalam


keberhasilan upaya pelestarian atau pemulihan kerusakan danau.
Kelembagaan pengelolaan danau harus berperan secara aktif dan
menyeluruh mulai dari tahap penyusunan rencana, pelaksanaan hingga
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan danau. Namun sampai
saat ini belum ada institusi tertentu yang ditunjuk sebagai lembaga dalam
pengelolaan danau, untuk itu kelembagaan pengelolaan danau dilakukan
dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing- masing
Kementerian/Lembaga/Pemda.

Kelembagaan pengelolaan danau harus dipersiapkan sebelum proses


penyusunan rencana pengelolaan danau disusun. Kelembagaan pengelolaan
danau berupa Tim atau Kelompok Kerja (Pokja) Pengelolaan Danau yang
dibentuk oleh Menteri/Gubernur/Bupati/ Walikota sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut:

a. keanggotaan Pokja Pengelolaan Danau harus melibatkan institusi


pemerintah yang terkait, dunia usaha dan masyarakat termasuk
pakar/tenaga ahli yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota untuk danau yang lokasi dan DTA nya dalam satu
kabupaten/kota, Surat Keputusan Gubernur untuk danau yang lokasi
dan/atau DTA nya lintas kabupaten/kota, dan Surat Keputusan untuk
danau yang lokasi dan/atau DTA nya lintas provinsi;
b. untuk danau yang berada di wilayah kawasan konservasi kehutanan
(Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Alam, Suaka Margasatwa,
dll), maka kepala pemangku wilayah kawasan konservasi kehutanan
(Kepala Taman Nasional/Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya
- 43 -

Alam/Balai Konservasi Sumber Daya Alam) memiliki peran yang besar


dalam kelembagaan Pokja Pengelolaan Danau tersebut.

Adapun susunan kelembagaan Pokja Pengelolaan Danau disajikan pada


tabel di bawah ini. Sedangkan contoh Surat Keputusan pembentukan
Pokja Pengelolaan Danau dapat dilihat pada Contoh 3.

Tabel 2.1 Susunan Kelembagaan Pokja Pengelolaan Danau


Tingkat KawasanKonservas
No. Keanggotaan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota i
1. Ketua MenteriL Sekda/ Sekda/ Sekda/Kepala
HK Kepala KepalaBappeda BappedaProvinsi/
Bappeda Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Provinsi
2. WakilKetua MenteriPP KepalaDinas KepalaDinas KepalaPemangk
N/ Provinsiyang Kabupaten/Kota u Kawasan
Kepala membidangiLingk yangmembidangiLin
Bappena unganHidup gkunganHidup
s
3. Sekretaris DirjenPDASHL KepalaBPDASHL KepalaBPDASHL KepalaBPDASHL

4. Anggota K/L/D DinasProvinsidan DinasKab./Kota DinasProvinsidan


terkait,Akad Kab./Kota terkait,Akademisi,D Kabupaten/Kota
emisi,Dunia terkait,Dunia uniaUsaha,Masyara terkait,DuniaUsaha,
Usaha,Masy Usaha,Akademisi, kat Akademisi,Masyarak
arakat Masyarakat at

Susunan Kelembagaan Pokja Pengelolaan Danau dapat dirubah sesuai


dengan pertimbangan strategis di masing-masing wilayah danau dengan
tetap memperhatikan keterwakilan sektor- sektor terkait.
Apabila kelembagaan Pokja Pengelolaan Danau telah terbentuk sebelum
Pedoman ini disusun, maka kelembagaan pengelolaan danau dapat
mengikuti kelembagaan yang telah ada tersebut dengan tetap
memperhatikan unsur-unsur keanggotaan yang ditetapkan pada tabel 2.1
diatas.
Dalam proses penyusunan rencana pengelolaan danau, Pokja Pengelolaan
Danau berkonsultasi dengan kementerian teknis terkait, dalam hal ini
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan cq. Direktur Jenderal
Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung.

Setelah Rencana Pengelolaan Danau tersusun oleh Pokja Pengelolaan


Danau, maka Pokja yang telah bekerja untuk menyusun Rencana
Pengelolaan Danau selanjutnya bekerja mengawal pelaksanaannya serta
melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan implementasi Rencana Pengelolaan Danau antara lain:
a. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan minimal 2 kali dalam
setahun;
b. pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengacu kepada
capaian target yang tercantum dalam Matrik Rencana Pengelolaan
Danau yang telah tersusun;
c. hasil pemantauan dan evaluasi tahun berjalan merupakan dasar bagi
penyusunan Rencana Pengelolaan Danau Tahunan tahun berikutnya;
d. hasil pemantauan dan evaluasi tahun berjalan dilaporkan kepada
Menteri selambat- lambatnya pada awal tahun berikutnya;
e. jika hasil pemantauan dan evaluasi pada periode 5 (lima) tahun pertama
menunjukkan bahwa target capaian belum tercapai, maka Pokja
Pengelolaan Danau wajib menyusun Rencana Pengelolaan Danau periode
berikutnya (Rencana 5 tahunan) sesuai dengan “kondisi yang
diharapkan dan ingin dicapai”.
- 44 -

BAB III
PENYAJIAN NASKAH

3.1. Format Penyajian


Format penyajian Rencana Pengelolaan Danau terdiri dari 2 (dua) buku
yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Berikut ini akan
dijelaskan uraian dari masing-masing buku tersebut.

3.1.1. Buku I
Buku I adalah buku utama yang memuat kata pengantar, legalitas dan
substansi inti dokumen Rencana Pengelolaan Danau yang terdiri dari 5
(lima) bagian serta lampirannya berupa penetapan kelembagaan/Pokja dan
Matrik Rencana Pengelolaan Danau.
Adapun penjelasan dari isi buku I dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kata Pengantar
Kata pengantar di tanda tangani oleh Ketua Kelembagaan/Pokja
Pengelolaan Danau.
2. Lembar pengesahan
Dokumen Rencana Pengelolaan Danau disahkan melalui
penandatanganan lembar pengesahan oleh Penyusun dan Pengesah
(sesuai sub bab 3.2).
3. Daftar Isi
4. Daftar Tabel
5. Daftar Gambar
6. Daftar Lampiran
7. Bab I. Pendahuluan
Bagian ini berisi :
A. Latar belakang
1) Latar belakang menjelaskan pentingnya penyusunan Rencana
Pengelolaan Danau dalam upaya pelestarian dan pemulihan
(penyelamatan) ekosistem danau;
2) Penjelasan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi/Kabupaten/ Kota maupun Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR) Kabupaten/Kota dimana danau tersebut berada;
3) Nilai strategis danau (menjadi bagian wilayah strategis
provinsi/kabupaten/kota);
4) Kebijakan terkait danau yang sudah pernah disusun, misalnya
Rencana Strategis Danau, Peraturan Daerah terkait pengelolaan
danau; dst.
B. Peraturan perundangan
Pada bagian ini, dimasukkan peraturan perundangan terkini baik
yang bersifat nasional maupun daerah. Untuk peraturan
perundangan nasional terkait dengan pengelolaan danau, dapat
dilihat pada Contoh 4.

Untuk peraturan di tingkat daerah, maka yang perlu ditampilkan


adalah :
1) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
2) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah;
3) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Kawasan
Strategis Provinsi/ Kabupaten/Kota;
4) Peraturan-peraturan daerah lainnya yang terkait dengan :
a. Kelembagaan pengelolaan danau (Pembentukan
Forum Danau, Badan Koordinasi/Pengelolaan Danau, dll);
- 45 -

b. Perikanan (aturan penangkapan ikan, dll);


c. Baku Mutu Lingkungan/Air;
d. Pengelolaan Danau;
e. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS);
f. Pengelolaan Sumber Daya Air; dll.

C. Tujuan dan Manfaat


Menjelaskan tujuan dan manfaat disusunnya Rencana Pengelolaan
Danau.

Contoh Tujuan Rencana Pengelolaan Danau :


1. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi para
penentu kebijakan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam
pengelolaan danau serta implementasinya di lapangan;
2. Pengembangan peran kelembagaan dan instansi terkait sesuai
kewenangannya untuk penyelamatan dan pengelolaan danau;
dan
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat pengguna dalam
pengelolaan dan konservasi sumberdaya hayati danau.

Contoh Manfaat Rencana Pengelolaan Danau Terpadu :


1. Memberikan penyadaran masyarakat, pemangku kepentingan
dan instansi terkait tentang pentingnya pengelolaan ekosistem
danau dari semua bentuk penyebab kerusakan yang terjadi
sekarang ini;
2. Mengembalikan Fungsi ekosistem danau sebagai habitat alami
berbagai fauna seperti burung dan ikan, sebagai ekosistem
pendukung dan fungsi ekonomi bagi masyarakat; dan
3. Terwujudnya ekosistem danau yang berdaya guna, lestari dan
bersifat alami serta bermanfatat bagi kepentingan seluruh
masyarakat.

8. Bab II. Gambaran Umum


Gambaran umum meliputi data dan informasi ekosistem danau yang
meliputi :
2.1. Informasi Umum
a. Letak Geografis
Pada bagian ini menjelaskan tentang letak georafis danau
(koordinat lokasi danau), letak danau dari ketinggian diatas
permukaan laut (dpl), letak administrasi dan batas
administrasinya yang disertai foto danau terkini dan peta lokasi
kawasan danau yang berisi informasi lokasi danau beserta
batas- batas administrasi dusun, desa, kecamatan, kabupaten/
kota dan provinsi.
b. Status dan Kondisi Kawasan Danau
1) Iklim
Pada bagian ini ditampilkan data tentang iklim di sekitar
danau, termasuk curah Hujan, suhu dan kelembaban
udara.
2) Hidrologi
Data hidrologi yang ditampilkan pada bagian ini meliputi :
a) Data informasi dan Peta DAS (batas DAS dan Sub DAS)
b) Data series status mutu air danau terakhir
Data series status mutu air yang ditampilkan adalah
data series status mutu air danau yang dapat
dibandingkan dalam kurun waktu tertentu (lihat Contoh
5).
- 46 -

c) Status trofik danau


Informasi status trofik danau sangat penting untuk
menentukan tingkat kekritisan perairan danau. Secara
umum, status trofik danau terdiri dari 4 (empat) jenis
status, yakni oligotrof, mesotrof, eutrof dan hipereutrof.
Untuk lebih jelasnya penentuan status trofik dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Kriteria Status Trofik Danau


KadarRata-rata Kadar Rata-rata KadarRata-rata KecerahanRata-
StatusTrofik Total-N(µg/l) Total-P(µg/l) Khlorofil-a (µg/l) rata(m)
Oligotrof ≤650 <10 <2.0 ≥10
Mesotrof ≤750 <30 <5.0 ≥4
Eutrof ≤1900 <100 <15 ≥2,5
Hipereutrof >1900 ≥100 ≥200 <2,5

d) Nama dan jumlah sungai masuk (inlet) dan sungai


keluar (outlet) untuk musim kemarau dan penghujan,
beserta gambar/sketsa pola aliran sungai.
Beriku tadalah contoh gambar/sketsa pola aliran sungai
masuk (inlet) dan outlet (keluar).

Gambar 3.1 Sistem Pengaliran Danau dan Sungai Mahakam


(Germadan Kaskade Mahakam, 2014)
Keterangan Gambar :
1. S.Be 5. S.Belayan 9. S.Pela 13. S.Bongan
2. S.Enggelam 6. S.Melintang 10. S.Baroh 14. S.Jantur
3. S.Kahala 7. S.NN 11. S.Keliran 15. S.Aloh
4. S.Maharang 8. S.Kiliranjambu 12. S.Ohong 16. S.Batubumbun

e) Rata-rata debit air masuk danau (inlet) dan air keluar


(outlet) untuk musim kemarau dan penghujan dalam
bentuk tabel dan atau grafis;
Berikut adalah contoh data rata-rata debit air masuk
danau (inlet) dan air keluar (outlet) untuk musim
kemarau dan penghujan.
- 47 -

Tabel 3.2 Kecepatan Arus dan Debit Aliran Sungai Sesaat


yang Masuk dan Keluar Danau Semayang, Melintang dan
Jempang
3
Lokasi Kecepatan Arus(m/dt) Debit Aliran(m /dt)
S.M.Muntai (inlet) 0,51 53,8
S.Enggelam (inlet) 0,35 9,7
S.Kahala (inlet) 0,42 23,4
S.Pela (outlet) 0,18 104,5
Ohong (inlet) 0,20 26,3
Keliran (inlet) 0,22 3,5
Bongan (inlet) 0,16 3,3
Baroh (inlet) 0,36 5,8
Jantur (outlet) 0,61 37,4
Sumber : Germadan Kaskade Mahakam, 2014

Gambar 3.2 Grafik Debit andalan sungai masuk dan keluar


Danau Kerinci (BBWS, 2008 dalam Germadan Kerinci)

f) Rata-rata tinggi muka air danau bulanan (fluktuasi


tinggi muka air danau);

3) Topografi dan Tata Guna Lahan


Pada bagian ini dijelaskan tentang keadaan topografi, tata
guna lahan dan penutupan lahan, serta lahan kritis di
daerah tangkapan air danau. Pada bagian ini juga perlu
ditambahkan informasi/data peta lainnya seperti,
kemiringan lereng, dan jenis tanah kawasan danau.
Pada bagian ini juga sebaiknya dapat dijelaskan juga
kecenderungan penggunaan lahan di daerah tangkapan air
danau dalam beberapa waktu tertentu. Hal ini sangat
berharga untuk mengetahui kondisi di daerah tangkapan air
ekosistem danau dari waktu ke waktu. Selain itu, jika
memungkinkan data lahan kritis dapat ditampilkan dan
dibandingkan kecenderungan-nya untuk periode jangka
waktu tertentu (misalnya 5 tahun).
4) Geomorfologi dan/atau Geologi Kawasan Danau
Pada bagian ini dijelaskan tentang geomorfologi dan/atau
geologi disekitar kawasan danau. Geomorfologi menjelaskan
tentang bentuk permukaan bumi serta proses-proses yang
berlangsung terhadap permukaan bumi/ bentang lahan
sejak bumi terbentuk sampai sekarang. Sedangkan geologi
adalah menjelaskan tentang lapisan lapisan batuan yang
berada di dalam bumi beserta susunannya. Sehingga yang
dimaksud geomorfologi dan geologi kawasan danau yaitu
menjelaskan proses-proses yang pernah terjadi terhadap
- 48 -

bentang lahan disekitar kawasan sekitar danau, serta


menjelaskan juga tentang lapisan-lapisan batuan yang
terbentuk. Contoh Peta Geomorfologi dan Geologi dapat
dilihat pada Contoh 6.
5) Fungsi dan Manfaat Danau
Fungsi dan manfaat danau menjelaskan tentang fungsi dan
nilai manfaat danau yang meliputi : manfaat langsung,
manfaat ekologi, hasil produksi (ekonomis dan non
ekonomis) dan kekhasan. contoh-contoh fungsi dan nilai
manfaat ekosistem danau tersaji pada Contoh 7.
Pada bagian fungsi dan manfaat ini juga perlu dijelaskan
fungsi dan manfaat danau yang paling dominan. Hal ini
penting untuk menjelaskan lebih jauh tentang kondisi
eksisting pemanfaatan danau saat ini.
Untuk fungsi ekonomis, misalnya sumber perikanan perlu
dijelaskan lebih lanjut tentang kegiatan perikanan dan
budidaya di danau, seperti: jumlah KJA (keramba jaring
apung) baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun
perusahaan, sebaran KJA di perairan danau, data jumlah
hasil perikanan budidaya per tahun dan data hasil
perikanan tangkap per tahun. Selain itu data dan informasi
tentang jenis ikan yang ditangkap maupun dibudidayakan
juga sebaiknya dapat diinformasikan. Selain itu untuk
danau yang jugadimanfaatkan untuk PLTA perlu diuraikan
lebih lanjut tentang manfaat danau dari segi penyediaan
energi.
c. Karakteristik Danau
1) Tipe Danau
Pada bagian ini dijelaskan tentang tipe danau. Tipe danau
sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
rangka menyusun program/kegiatan rencana pengelolaan
danau. Beberapa tipe danau yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Contoh 8.
2) Morfologi Danau
Informasi morfologi danau meliputi informasi tentang
morfometri dan batimetri danau.
Menurut Wetzel (1983) parameter morfologi danau
direpresentasikan oleh panjang dan lebar maksimum
permukaan danau, volume air, luas permukaan danau,
kedalaman maksimum, panjang garis pantai dan shoreline
development.
Morfometri adalah suatu metoda pengukuran dan analisa
secara kuantitatif dimensi-dimensi fisik suatu badan
perairan misalnya danau. Analisa-analisa limnologi suatu
danau sering memerlukan pengetahuan atau data-data
morfometri secara detail seperti data kedalaman, luasan
atau area permukaan bentuk kontur dasar, dan volume air
pada masing-masing strata.
Batimetri berasal dari bahasa Yunani yaitu Bathy- yang
berarti kedalaman dan - metry yang berarti ilmu ukur,
sehingga batimetri didefinisikan sebagai pengukuran dan
pemetaan dari topografi dasar laut.
- 49 -

Contoh 8. Informasi Morfometri dan Batimetri Danau :


Tabel Morfometri dan Batimetri Danau Singkarak

No. Parameter Satuan Dimensi


1. Luas permukaan Ha 11.220
2. Keliling km 61,00
3. Panjang maksimum km 20,00
4. Lebar maksimum km 7,00
5. Kedalaman maksimum m 296,00
6. Volume air km3 16.1
7. Kedalaman rata-rata m 136
8. Kedalaman relatif (%) 2,45
9. Pengembangan garis pantai (DL) 0,16
10. Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Ha 129.000
11. Rasio luas DTA/luas permukaan 1:11,5
Danau
Sumber : Germadan Singkarak, 2013

3) Stratifikasi Danau
Informasi stratifikasi danau diperlukan untuk mengetahui
batas kedalaman setiap lapisan danau. Stratifikasi danau
adalah proses terbentuknya beberapa lapisan air pada danau
karena terjadi perbedaan berat jenis air danau.

Gambar 3.3. Stratifikasi Danau

Contoh informasi morfologi dan stratifikasi danau dapat


dilihat pada tabel di bawah ini. Contoh peta batimetri dapat
dilihat pada Contoh 9.
- 50 -

Tabel 3.3 Contoh Informasi Morfologi dan Stratifikasi Danau


Toba
2021’32”–2056’28’’LU dan
Letak Geografis 98026’35’’–99015’40’’BT
1
Morfologi dan stratifikasi
2
1. Luas permukaan (km ) 1.124
2. Keliling (km) 428,7
3. Panjang maksimum (km) 5
4. Lebar maksimum (km) 0
2
5. Kedalaman maksimum (m) 5,
6
9 3
6. Volume (x10 m ) 2
0,
25
7. Kedalaman rata-rata (m) 8
6,
2
8. Kedalaman relative (%) 2
1
9. Luas DTA(km )
2 8,
2,
10. Rasio luas DTA/luas permukaan danau 3
48
2
11. Pengembangan garis pantai (SLD) 4,
6
3
12. Lapisanepilimnion (m) 2,
0-30
13. Lapisan metalimnion (m) 1
6
30-100
14. Lapisan hipolimnion (m) 1
>100
Sumber: Germadan Toba, 2014

4) Jenis flora dan fauna yang ada di danau (nama, jenisnya,


dst);
a) Biota asli dan atau endemik danau (untuk jenis biota asli
atau endemik danau, gambar perlu ditampilkan);
b) Foto-Foto jenis Flora dan Fauna yang ada di danau;
c) Peta sebaran keanekaragaman hayati.
d) Data dan informasi tentang penurunan populasi dan
ancaman keanekaragaman hayati danau
e) Data dan informasi tentang spesies asing atau spesies
asing invasif di perairan danau
5) Sosial, Ekonomi dan Budaya
a) Jumlah penduduk, kecenderungan pertumbuhan
penduduk per tahun, dan kepadatan penduduk;
b) Tingkat pendapatan penduduk;
c) Tingkat pendidikan penduduk;
d) Jenis mata penceharaian penduduk;
e) Jumlah dan tingkat hasil produktivitas hasil pertanian,
perkebunan, perikanan;
f) Budaya dan kearifan lokal penduduk, dll.

9. Bab III. Perumusan Masalah dan Kondisi yang Diharapkan


Secara umum pada bagian ini dijabarkan rumusan masalah secara jelas
dan serta kondisi yang diharapkan, termasuk di dalamnya perumusan
visi dan misi pengelolaan ekosistem danau.
3.1. Perumusan masalah
Pada bagian ini yang paling penting adalah menjabarkan
perumusan masalah ekosistem danau secara jelas. Perumusan
masalah yang tepat menjadi cikal bakal keberhasilan penentuan
program/kegiatan yang tepat pula. Dengan dirumuskannya
masalah, diharapkan perumusan program dapat dilakukan dengan
lebih mudah, dan rumusan program/kegiatanya menjadi tepat atau
tidak bias. Berikut ini adalah alur pikir proses perumusan masalah.
- 51 -

Telaahan masalah,
Identifikasi antara lain untuk
permasalahan mengetahui:
berdasarkan: intensitas masalah,
data dan informasi Rumusan
dampak terhadap Masalah
yang tersedia dan lingkungan dan
masaukan pemangku kehidupan
kepentingan masyarakat,
dan akar masalah

Gambar 3.4 Proses Perumusan Masalah

Hasil rumusan masalah selanjutnya dapat ditampilkan dalam


bentuk diagram alir atau tabel yang dapat mempermudah
menemukenali permasalahan dan penyebabnya.
Secara umum permasalahan ekosistem danau yang terjadi meliputi
permasalahan yang bersifat biofisik serta sosial ekonomi dan
kelembagaan.
a. Permasalahan Biofisik
Permasalahan biofisik dapat terjadi di daerah tangkapan air,
sempadan maupun di perairan danau. Contoh-contoh bentuk
permasalahannya seperti di bawah ini.
1) Permasalahan Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)
Danau
a. Konflik dan alih fungsi Penggunaan lahan di DTA;
b. Illegal logging;
c. Erosi;
d. Peningkatan Luas Lahan Kritis, dll.
Untuk memperkuat permasalahan yang ada, maka perlu
ditampilkan data dan foto-foto kondisi permasalahan
kerusakan di DTA danau
2) Kerusakan Sempadan Danau
a. Konflik dan alih fungsi Pemanfaatan lahan di Sempadan;
b. Erosi, dll;
Untuk memperkuat permasalahan yang ada, maka perlu
ditampilkan data dan foto-foto kondisi permasalahan
kerusakan di sempadan danau.
3) Kerusakan/pencemaran Perairan Danau
a. penurunan kualitas air danau;
b. Luasnya tutupan tanaman air/gulma air (eceng gondok,
alga air, dll.);
c. Tingginya laju sedimentasi;
d. Penurunan/ancaman keanekaragaman hayati (flora dan
fauna); termasuk keberadaan jenis asing invasif- Invasif
Alien Spesies (JAI-IAS);
e. Pemanfaatan perairan danau yang
menyalahi aturan (pengeluaran sertifikat di perairan
danau);
f. Penurunan produksi ikan akibat penurunan kualitas air;
g. Aktivitas penangkapan/budidaya ikan yang merusak
ekosistem danau, dll.
Untuk memperkuat permasalahan yang di perairan
danau, maka perluditampilkan data dan foto-foto kondisi
permasalahan kerusakan/ pencemaran di peraiaran danau,
misalnya foto aktivitas budidaya keramba jaring apung (KJA)
atau Peta Sebaran Keramba Jaring Apung.
- 52 -

4) Resiko Bencana
a. Bencana kematian ikan;
b. Kejadian bencana (Gempa bumi, gunung meletus, dsb.);
c. Kejadian Bencana Overturn;
d. Fluktuasi muka air yang dapat mengancam ekosistem
dan keberadaan penduduk sekitar kawasan danau.
e. Untuk memperkuat permasalahan resiko bencana yang
ada, maka perlu ditampilkan data dan foto-foto kondisi
bencana yang pernah terjadi di danau. Ada baiknya juga
dapat dilengkapi dengan peta-contohnya seperti Peta
Banjir.
b. Permasalahan Kelembagaan dan Sosial Ekonomi
Pada bagian ini diuraikan tentang permasalahan yang bersifat
kelembagaan dan sosial ekonomi yang menjadi penyebab upaya
pengelolaan, perlindungan atau pemulihan ekosistem danau
terhambat atau tidak optimal. Permasalahan kelembagaan dan
sosial ekonomi masyarakat antara lain :
1) Belum adanya peraturan perundangan di daerah terkait
perlindungan, pengelolaan dan pemulihan ekosistem danau;
2) Adanya tumpang tindih kebijakan atau peraturan yang
mempengaruhi kebijakan pengelolaan/penyelamatan danau;
3) Lemahnya peran serta masyarakat dalam
pelestarian/penyelamatan ekosistem danau;
4) Belum optimalnya peran serta pemerhati lingkungan,
dunia usaha dan perguruan tinggi, serta masyarakat
secara umum;
5) Tingkat kesejahteraan dan pendidikan masyarakat sekitar
danau yang masih rendah, dll.

3.2. Perumusan Kondisi yang Diharapkan


Pada bagian ini dirumuskan kondisi yang diharapkan dari
pengelolaan ekosistem danau. Untuk merumuskan Visi dan Misi
Pengelolaan Danau harus dijabarkan tentang kondisi yang
diharapkan. Kondisi yang diharapkan ini lah yang akan menjadi
cikal bakal perumusan visi dan misi pengelolaan danau.
Dalam perumusan visi dan misi serta Rencana Pengelolaan Danau,
harus dapat dijelaskan secara jernih, seperti apa kondisi yang ada
saat ini, dan seperti apa kondisi yang diharapkan dapat dicapai di
masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dikumpulkan
berbagai data dan informasi, baik terkait dengan daerah tangkapan
air, sempadan danau, maupun kondisi perairan danau itu sendiri,
termasuk di dalamnya yang terkait dengan kualitas dan kuantitas
air, serta tentunya keanekaragaman hayati dan kondisi sosial,
ekonomi dan budaya dari kehidupan masyarakat di sekitar danau.
“Kondisi yang diharapkan”, diidentifikasi dengan menghimpun
masukan dari para pemangku kepentingan.
“Kondisi yang ada saat ini”, dapat digambarkan melalui kondisi
kualitas air dan laju erosi/sedimentasi danau atau kelestarian
keanekaragaman hayati. Berikut ini beberapa contoh penjabaran
“Kondisi yang ada saat ini ” dan “Kondisi yang diharapkan” :
1. Kualitas air
a. Baku mutu air danau saat ini berada pada kelas air II
dengan status cemar berat, kondisi yang diharapkan baku
mutu air kelas II dengan status cemar ringan.
b. Status trofik air danau saat ini hipertrofik berat, kondisi
yang diharapkan status trofik adalah mesotrofik.
- 53 -

2. Laju sedimentasi danau saat ini sebesar 2,5 juta


ton/tahun, kondisi yang diharapkan laju sedimentasi
menurun menjadi 500 ribu ton/tahun.
3. Jumlah spesies ikan endemik/asli danau yang hilang saat ini
ada 9 (sembilan) spesies, kondisi yang diharapkan minimal 5
(lima) spesies tersebut bisa terpulihkan dan kembali berada di
danau.
“Kondisi yang diharapkan” di atas merupakan acuan untuk
menyusun visi dan misi pengelolaan danau. Visi dan Misi
Pengelolaan Danau juga harus diselaraskan dengan arah visi dan
misi pemerintah daerah serta arah peruntukkan atau pemanfaatan
ekosistem danau ke depan.

10.Bab IV. Penentuan dan Perumusan Program Strategis


Berdasarkan hasil rumusan masalah serta kondisi yang diharapkan
pada bagian sebelumnya, berupa penjabaran visi dan misi pengelolaan
danau, maka selanjutnya perlu dirumuskan program pengelolaan
danau. Program yang dirumuskan harus dapat menjawab atau
meminimalkan permasalahan yang terjadi. Pada bagian di bawah ini
akan diuraikan mengenai tata cara analisis penentuan program strategis
dan perumusan Rencana Pengelolaan Danau.
4.1. Analisis Penentuan Program Strategis
Program/kegiatan penyelamatan ekosistem danau menghubungkan
antara kondisi atau permasalahan yang ada, dengan kondisi yang
diharapkan. Untuk memperoleh program/kegiatan yang efektif,
maka harus jelas keterkaitan antara program yang direncanakan
dengan permasalahan yang telah diidentifikasi pada tahap awal.
Mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan, dilakukan
analisis sederhana untuk mengetahui program/kegiatan yang
paling strategis, yang dapat dilakukan antara lain dengan analisis
SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat).
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis ditentukan
program/kegiatan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan. Sesuai dengan arahan program yang tercantum dalam
Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, maka terdapat 8
pilihan program pengelolaan danau, antara lain :
1) Program penataan ruang kawasan danau
2) Program Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau,
3) Program Penyelamatan ekosistem lahan sempadan danau
4) Program Penyelamatan DAS dan DTA danau,
5) Program Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau,
6) Program Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan
Informasi Ekosistem Danau,
7) Program Pengembangan kapasitas, kelembagaandan
koordinasi, dan
8) Program Peningkatan Peran dan Partisipasi masyarakat Adapun
rincian kegiatan untuk masing-masing program diatas
dicantumkan pada Contoh10.
4.2. Perumusan Rencana Pengelolaan Danau
Setelah dilakukan analisis pengambilan keputusan (SWOT, AHP,
dll) dan dijabarkan hasil pilihan program/kegiatan, maka
dilanjutkan dengan perumusan Rencana Pengelolaan Danau yang
dilakukan melalui pengisian matrik Rencana Pengelolaan Danau
dengan langkah-langkah seperti dibawah ini :
1. Penentuan rumusan permasalahan;
- 54 -

Pada kolom ini diisi hasil rumusan permasalahan yang telah


dijabarkan pada bagian sebelumnya yang merupakan dasar dari
pemilihan program/kegiatan super prioritas/ prioritas.
2. Penentuan Program/Kegiatan;
Pada kolom ini diisi hasil penentuan program yang telah
diidentifikasi pada analisis pengambilan keputusan (SWOT,
AHP, dll).
3. Penentuan Sasaran (Outcome);
Berisi sasaran dari program/kegiatan yang akan dilaksanakan.

4. Penentuan Indikator Kinerja (Output);


Pada kolom ini diisi indikator kinerja (output) yang akan dicapai
dalam pelaksanaan program/kegiatan yang akan dilaksanakan.
Penentuan indikator kinerja ini sangat penting sebagai dasar
evaluasi kemajuan pelaksanaan program/kegiatan dalam waktu
5 tahun ke depan.
5. Penentuan Data Dasar (Baseline Data);
Pada kolom ini diisi data dasar (baseline data) yang menjadi
rujukan awal pelaksanaan program/ kegiatan. Baseline data ini
sangat penting untuk mengetahui status atau kondisi terkini
dari suatu usulan program/kegiatan, yang dapat menjadi modal
awal atau rujukan pelaksanaan program/kegiatan ke depan.
Baseline data ini harus diisi dengan data terkini sebelum
Rencana Pengelolaan Danau ini disusun. Jika baseline data
bersifat data fisik maka diharapkan data yang diisi adalah data
yang bersifat kuantitatif. Misalnya data luas lahan kritis terkini
(Ha), luas lahan sempadan yang terokupasi (Ha), data tingkat
sedimentasi terkini (cm/tahun), dst.
6. Penentuan Target Capaian Output (dijabarkan dalam 5 tahun);
Pada kolom ini diisi target capaian output per tahun untuk 5
tahun ke depan. Pada pengisian penentuan target capaian ini,
maka kesepakatan dengan para penanggungjawab pelaksana
program/kegiatan sangat penting. Untuk itu konfirmasi kepada
penanggung jawab program/kegiatan terhadap target capaian
(output) yang akan diisi pada setiap kolom per tahunnya sangat
penting.
Penjabaran penentauan target capaian dapat bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Untuk program/kegiatan yang bersifat fisik,
maka target capaian per tahun harus diisi dengan capaian yang
bersifat kuantitatif (angka).
7. Penentuan Institusi Penanggungjawab (Utama–Pendukung);
Pada kolom ini, diisi intitusi penanggung jawab, baik yang
utama maupun pendukung. Untuk mengisi kolom ini, maka
perlu mempertimbangkan kewenangan serta tugas dan fungsi
masing- masingpemangku kepentingan. Ilustrasi institusi
utama dan pendukung yang terkait dengan pengelolaan danau
dapat dilihat pada Contoh 11.
8. Penentuan Alokasi Anggaran
Pada kolom ini, diisi perkiraan anggaran yang dibutuhkan
untuk melaksanakan program/kegiatan yang telah dijabarakan
pada kolom sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya cara pengisian masing-masing kolom pada
Matrik Rencana Pengelolaan Danau dapat dilihat pada Contoh 12.
Setelah Matrik Rencana Pengelolaan Danau selesai disusun maka
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris serta seluruh anggota Pokja
Pengelolaan Danau harus membubuhkan tanda tangan di bawah
Matrik tersebut.
- 55 -

Perumusan Program Strategis 5 (lima) tahunan dalam bentuk


matrik di atas, selanjutnya dijabarkan dalam Matrik Rencana
Pengelolaan Danau Tahunan sebagaimana Lampiran13. Rencana
Pengelolaan Danau Tahunan tersebut disusun setiap tahun
minimal 1 tahun sebelum tahun berjalan.
11.Bab V. Penutup
Pada bagian ini diuraikan tentang beberapa hal antara lain :
1) target pencapaian “Kondisi yang diharapkan” (5 tahun, 10 tahun, 15
tahun dst.);
2) mekanisme Rencana Pengelolaan Danau masuk ke dalam
RPJMN/RPJMD serta RTRW, yang memuat uraian tentang :
a. Rencana Pengelolaan Danau masuk ke dalam RPJMN/RPJMD
tahun ….. s/d …..
b. Rencana Pengelolaan Danau menjadi dasar bagi
penyusunan/koreksi/revisi RTRW (disebutkan pada bagian
RTRW yang mana yang akan menjadi bahan masukan
penyusunan/koreksi/revisi RTRW).

3.1.2. Buku I
Buku II memuat peta-peta tematik dengan skala 1 : 50.000 s.d 1 : 250.000
antara lain :
1. Peta Lokasi Kawasan Danau dan Informasi Wilayah Administrasi
Danau
2. Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau
3. Peta Hidrologi dan Batas DAS dan Sub DAS
4. Peta Bathimetri Danau
5. Peta Tata Guna Lahan DTA Danau
6. Peta Penutupan Lahan DTA Danau
7. Peta Kelerengan DTA Danau
8. Peta Geologi kawasan danau
9. Peta Lahan Kritis DTA danau
10. Peta Potensi Kerawanan Bencana
11. Peta Tematik lainnya.

3.2. Legalitas
Dokumen Rencana Pengelolaan Danau dianggap sah jika sudah ditanda
tangani oleh Penyusun dan Pengesah. Penyusun dan Pengesah adalah
sebagai berikut :
1. Penyusun adalah Ketua Pokja Pengelolaan Danau;
2. Pengesah adalah Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota dengan
ketentuan :
a) danau yang lokasi dan DTA nya berada dalam satu
kabupaten/kota disahkan oleh Bupati/Walikota;
b) danau yang lokasi dan/atau DTA nya lintas kabupaten/kota atau
danau yang berada dalam kawasan strategis provinsi disahkan oleh
Gubernur;
c) danau yang lokasi dan/atau DTA nya lintas provinsi atau danau
yang berada dalam Kawasan Strategis Nasional disahkan oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
- 56 -

BAB IV
PENUTUP

Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Danau ini dibuat untuk


memudahkan penyusun dalam hal ini Pokja Pengelolaan Danau dalam
merumuskan Rencana Penglolaan Danau di wilayahnya masing-masing.
Rencana Pengelolaan Danau adalah bentuk konkrit solusi penyelamatan danau
sesuai arahan program/kegiatan yang telah digariskan dalam Grand Design
Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia. Keberhasilan penyusunan dan
implementasi Rencana Pengelolaan Danau sangat bergantung kepada dukungan
dan komitmen para pihak terkait, baik pemerintah pusat/daerah, dunia usaha
maupun masyarakat.

Ketajaman dan kedalaman perumusan Rencana Pengelolaan Danau sangat


ditentukan oleh keberhasilan pengumpulan data dan informasi yang kemudian
dituangkan dalam Gambaran Umum Danau (Status Kondisi, Karakteristik dan
Permasalahan Danau). Selanjutnya untuk menghasilkan pemilihan
program/kegiatan yang tepat, maka analisis harus didasarkan kepada data dan
informasi yang telah terkumpul dan diuraikan pada bagian sebelumnya
(Gambaran Umum Danau - kondisi umum - status kondisi - permasalahan).
Untuk pengisian matrik Rencana Pengelolaan Danau dibutuhkan kehati- hatian
dalam mengisi target capaian per tahunnya, karena pelaksanaannya sangat
ditentukan oleh komitmen dan keseriusan para pihak terkait dalam pelaksanaan
program/ kegiatan pengelolaan danau.

Keberhasilan penyusunan Rencana Pengelolaan Danau sangat ditentukan oleh


peran Pokja Pengelolaan Danau, oleh karena itu Menteri LHK/Sekda/Bappeda
yang bertindak sebagai Ketua Pokja Pengelolaan Danau harus berperan lebih
optimal untuk mendapatkan dukungan para pihak dalam penyusunan dan
implementasi Rencana Pengelolaan Danau.
- 57 -

Contoh Tabel 1

A. Penilaian Status Ekosistem Akuatik (Perairan Danau)


STATUS EKOSISTEM DANAU
Parameter Danau
Baik Terancam Rusak
Ekosistem Akuatik (Perairan Danau)
Status Trofik Oligotrof–Mesotrof Eutrof Hypereutrof
Kelas Kualitas Air Kelas1-Kelas2 Kelas3 Kelas 4
Status Mutu Air Tidaktercemar Tercemar sedang Tercemar berat
Keanekaragaman Hayati Masih terdapat jenis fauna/flora endemik Berkurangnya jenis fauna/flora Hilangnya jenis
Danasli (indigenous) Endemic dan asli fauna/flora endemik
dan asli; banyak
ditemukan jenis
introduksi/invasif
Jaring-jaringMakanan Tingkat trofik seimbang (produsen primer/ Tingkattrofiktidakseimbang Tidak terjadi tingkat
(foodweb) sekunder, konsumen/tersier) trofik
Tutupan Tumbuhan Air Terkendali,tidak menyebar,dan tidak Kurangterkendalidan Menyebar,tidakter
mengganggu fungsi danau (maksimal1%, mengganggu fungsidanau kendali,dan sangat
untuk danau paparan banjir dan sangat mengganggu
dangkal <5m,maksimal 5%) fungsi danau
Alga/ganggang Sedikit Sedang Marak (bloom)
biru (Microcystis)
Limbah Pakan Jumlah produksi ikan dan penggunaan Jumlah produksi ikan dan Kegiatan budidaya
Perikanan Budidaya pakan sesuai dengan daya tamping danau penggunaan pakan melebihi dan pemakaian
dan perizinan daya tamping danau akan pakantidak
tetapi memenuhi perizinan terkendali,tidak
memenuhi
perizinan,dan
melebihi daya
tamping danau.
Sumber:Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012

B. Penilaian Status Ekosistem Sempadan


STATUSEKOSISTEMDANAU
ParameterDanau
B Terancam Rusak
EkosistemSempadan a
Sempadan Danau Tidak ada bangunani Mulai ada sedikit bangunan Banyak bangunan
k
Sempadan Pasang-Surut a. Tidak ada bangunan Ada pengolahan lahan a) Ada bangunan
b. Tidak ada pengolahan lahan, Untuk perkebunan dan sawah b) Ada pengolahan lahan serta
serta tidak ada perkebunan dan Serta pemupukan. ada perkebunan dan sawah
sawah dengan pemupukan dengan pemupukan
Pembuangan Limbah Tidak ada pembuangan limbah Ada pembuangan limbah, tidakada Ada pembuangan limbah,
system pengendalian pencemaran sistem pengendalian
air, namun tidak melampaui daya pencemaran air tidak ada atau
tamping pencemaran air danau kurang baik, dan telah
melampaui
PemanfaatanAirDanau dayatampungpencemaranaird
Pemanfaatan Tenaga Tidak mengubah karakteristik Mengubahkarakteristikpasang- anau
Mengubah hidrologi dan
Air PLTA pasang-surut muka air dan tidak surutmukaairakantetapitidak neraca air sehingga air danau
mengganggu ekosistem akuatik menggangguekosistemakuatik surut drastis dan mengganggu
ekosistem akuatik
Pengambilan Air Baku Tidak mengubah karakteristik Mengubah karakteristik pasang- Mengubah hidrologi dan
pasang- surut muka air dan tidak surut muka air akan tetapi tidak neraca air sehingga air danau
mengganggu ekosistem akuatik mengganggu ekosistem akuatik surut drastic dan mengganggu
ekosistem akuatik
Sumber : Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012
- 58 -

C. Status Ekosistem Terestrial Daerah Tangkapan Air


STATUS EKOSISTEM DANAU
ParameterDanau
Baik Terancam Rusak
Ekosistem Terestrial Daerah Tangkapan Air
Penutupan Vegetasi >30% 25–30% <25%
Permanen di Lahan DTA*)
Erosi Lahan DTA Tingkat erosi masih di bawah Tingkat erosi telah Tingkat erosi telah
batas toleransi erosi menyamai batas toleransi melebihi batas toleransi
erosi erosi
Dampak Pendangkalan Tidak terjadi pendangkalan Pendangkalan rata-rata per a) Pendangkalan rata-rata
Danau tahun pertahun ≥2 % dari
<2% dari kedalaman danau. kedalaman danau
b) Pendangkalan
menyebabkan ekosistem
tipe danau sangat dangkal
berubah menjadi ekosistem
rawa
Pembuangan Limbah Ada pembuangan Ada pembuangan limbah, Ada pembuangan limbah,
limbah, ada system tidak ada sistem system pengendalian
pengendalian pengendalian pencemaran pencemaran air tidak ada atau
air, akan tetapi
Pencemaran air, dan sesuai kurang baik, dan telah
tidak melampaui daya
dengan daya tamping melampaui daya tampung
tampung pencemaran air
pencemaran air danau
danau pencemaran air danau
Sumber : Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012

Contoh 2
No. Kebutuhan Data Sumber Data
1. Peta Lokasi Kawasan Danau dan Informasi Wilayah BAPPEDA,BWS, Dinas Pekerjaan Umum
Administrasi Danau
2. Peta/Informasi Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau BPDASHL.BBWS/BWS
3. Peta/Informasi Hidrologi dan Batas DAS dan Sub DAS PSDA/BWS/BBWS/BPDASHL
4. Peta/Informasi Bathimetri Danau BBWS
5. Peta/Informasi Tata Guna Lahan kawasan Danau BBWS/BWS
6. Peta/Informasi Penggunaaan Lahan DTA Danau BPDASHL
7. Peta/Informasi Penutupan Lahan DTA Danau BPDASHL
8. Peta/Informasi Lereng/KelerenganDTA Danau BPDASHL/BBWS/BWS
9. Peta/Informasi MorfologiDanau BBWS/BWS
10. Peta/Informasi Geologi kawasan danau Kementerian ESDM, Dinas ESDM,BBWS/BWS
11. Peta/Informasi Tanah kawasan/DTA danau BPDASHL, KementerianLHK.
12. Peta/Informasi Lahan Kritis DTA danau BPDASHL, KementerianLHK.
13 Peta Potensi Kerawanan Bencana BPDASHL/BBWS/BWS
13. Data Kualitasair danau (kimia dan fisika), serta DinasPSDA,Dinas LH
14. debitair
Data Fluktuasi Muka Air Danau BBWS/BWS,PLTA
15. DataTingkat Sedimentasi BBWS/BWS
16. Data Keanekaragaman Hayati Danau Dinas LH, PerguruanTinggi, Balitbangda, BBKSDA/
BKSDA
17. Data BMKG, Dinas Pertanian, Litbang Pertanian
18. Klimatologikawasandanau(suhu,curahhujan,radiasimata
Peta/Informasi RTRW dan RDTR Kawasan Danau BAPPEDA, BBWS/BWS
19. hari,dsb)
Data dan Informasi tentang kegiatan perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan
(budidaya keramba jaring apung/jaring tancap, Akademi Perikanan, Perguruan Tinggi, dll.
perikanan tangkap, jenis ikan di perairan danau,
jenis ikan endemik peraturan tentang tata cara dan
aturan penagkapan, dll)
20. Data Sosial, ekonomi dan budaya (kajian Sosial BPS, Universitas terkait, Potensi Desa
ekonomi)
21. Dst. Dst.
- 59 -

Contoh 3
Contoh SK Pembentukan Pokja

GUBERNUR XXX
KEPUTUSAN GUBERNUR XXX
NOMOR :......./...../....../2018

TENTANG
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA
PENGELOLAAN DANAU XXX PROVINSI XXX

GUBERNUR XXX,

Menimbang : a. bahwa Danau XXX dan kawasan sekitarnya memiliki nilai historis
serta fungsi sosial, ekonomis, dan ekologis yang berperan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. bahwa saat ini kondisi fisik dan ekologis Danau XXX telah
mengalami degradasi yang ditandai dengan kerusakan daerah
tangkapan air, penurunan kualitas air, kepunahan jenis endemik
serta bencana kenaikan muka air danau, sehingga perlu dilakukan
upaya penanganan secara komprehensif, terpadu dan
berkelanjutan;
c. bahwa dalam rangka optimalisasi dan efektivitas upaya-upaya
penanganan Danau XXX untuk dapat kembali sesuai fungsi dan
peruntukkannya perlu dibentuk kelompok kerja yang terdiri dari
lintas sektor terkait;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana pada huruf a,
huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Gubernur XXX
tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengelolaan Danau XXX
Provinsi XXX Tahun 2018.
:
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok- pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomr 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2013)
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046)
3. Undang-undang Nomor ..... Tahun .... tentang Pembentukan
Provinsi XXX (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun ....
Nomor ....., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor ......)
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
- 60 -

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587);
9. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah
dan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
299, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5608);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
DAS Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5292);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .... Nomor
...., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .....).
14. Peraturan Pemerintah Daerah Nomor ... Tahun .... tentang .....
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .... Nomor ....,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .....).
15. Peraturan Pememerintah Daerah Nomor .... Tahun .... tentang
..........( ..... (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .... Nomor
...., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .....).
16. Dst.
Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun
2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau
dan/atau Waduk;
2. Peraturan Gubernur XXX Nomor ...Tahun .... tentang
.....................

3. Peraturan Bupati XXX Nomor .... Tahun .....tentang ...................


4. Peraturan Walikota XXX Nomor .... Tahun .....tentang ..................
5. Dst.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Membentuk Kelompok Kerja Pengelolaan Danau XXX Provinsi XXX
sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini
KEDUA : Kelompok Kerja Pengelolaan Danau XXX sebagaimana dimaksud
pada Diktum KESATU mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
A. Tim Pengarah
1. menyatukan visi dan misi pengelolaan Danau XXX yang
berkelanjutan;
2. melakukan pembinaan terhadap program dan kegiatan
pengelolaan Danau XXX;
3. memastikan arah kebijakan, program dan kegiatan lintas sektor
di Danau XXX searah dengan visi dan misi pengelolaan Danau
XXX;
4. melakukan supervisi dan monitoring dalam penerapan baku
mutu air dan status trofik air Danau XXX ke dalam periijinan,
- 61 -

penaatan dan pengawasan terhadap kegiatan/usaha yang


berpotensi merusak danau;
5. .......................
B. Tim Pelaksana
1. merumuskan visi dan misi pengelolaan Danau XXX yang
berkelanjutan;
2. menyusun Rencana Pengelolaan Danau XXX;
3. mengkoordinasikan, mensinergikan serta mengharmonisasikan
program dan kegiatan pengelolaan Danau XXX;
4. melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pengelolaan Danau XXX;
5. menetapkan Baku Mutu Air dan Status Trofik air Danau XXX,
6. ...............................
KETIGA : Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja bertanggung jawab
dan menyampaikan laporan kepada Gubernur XXX melalui Sekretaris
Daerah Provinsi XXX dan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melalui Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan
Lindung
KEEMPAT : Biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini dibebankan
kepada pemerintah provinsi XXX sesuai masa kerja kepengurusan
Pokja
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ..............
pada tanggal ............. 2018
GUBERNUR XXX

XXXXXXXXXXXXX
Tembusan:
1. Yth. Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, KLHK
2. Yth. Bupati XXXX di XXXX
3. Yth. Walikota XXXX di XXXX
4. Yth. Insperktorat Provinsi XXXXX 5.
5. Yth. Kepala ..............................
6. Masing-masing yang bersangkutan
- 62 -

LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR XXXX

NOMOR : .../..../.../ 2018


TANGGAL :
TENTANG : PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGELOLAAN DANAU XXXX
PROVINSI XXX

TIM PENGARAH

Pembina : Gubernur XXX


Dandim ..... XXX
Ketua DPRD Provinsi XXX
Bupati XXX
Walikota XXX
Muspida Provinsi XXX
Muspida Kabupaten XXX
Muspida Kota XXX
Dewan Adat Suku XXX

TIM PELAKSANA ....................................

Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi XXX


Wakil Ketua : Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi
XXX
Sekretaris : Kepala BPDASHL XXXXX
Anggota : 1. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten XXX
2. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota
XXX
3. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi XXX
4. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten XXX
5. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota XXX 6. ...................
6. ...................
7. ...................
8. ...................
9. ...................
10. Kepala Balai Wilayah Sungai XXX
11. Unsur Perguruan Tinggi
12. Forum DAS ...... Provinsi XXX
13. Para Kepala Distrik di Wilayah Danau XXX
14. Para Kepala Kampung di Pesisir Danau XXX
15. Para Tokoh Agama dan Tokoh Adat

GUBERNUR XXX

XXXXXXX
- 63 -

Contoh 4

Peraturan Perundangan Nasional yang terkait dengan pengelolaan ekosistem danau antara
lain adalah :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya Pertanian;
4. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan;
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
13. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan Konvensi
PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati;
14. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
danEkosistemnya;
15. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
- 64 -

Contoh 5

A. Tabel Parameter Kualitas Air dan Lokasi Sampling


Lokasi
No. Parameter Uji Inlet Outlet Lokasi A Lokasi B Lokasi ... dst
Fisika
1. Temperatur (oC)
2. Residu Terlaut (TDS) (mg/L)
3. Residu Tersuspensi (TSS) (mg/L)
4. Kecerahan (m)
5. Turbiditry
6. DHL
Kimia
7. pH
8. BOD (mg/L)
9. COD (mg/L)
10. DO (mg/L)
11. Nitrat (NO3-) (mg/L)
12. Nitrit (NO2-) (mg/L)
13. Amoniak (NH3-) (mg/L)
14. Sulfat (SO4-2) (mg/L)
15. Kalsium (Ca) (mg/L)
16. Klorida (Cl) (mg/L)
17. Sianida (CN) (mg/L)
18. Klorin Bebas (Cl2) (mg/L)
19. Sulfida (H2S) (mg/L)
20. Minyak/Lemak
21. Phenol
22. Detergent (MBAS)
23. Total Fosfat sebagai P (mg/L)
24. Besi Terlarut (Fe)(mg/L)
25. Timbal (Pb) (mg/L)
26. Tembaga (Cu) (mg/L)
27. Kadmium (Cd) (mg/L)
28. Krom Total (mg/L)
29. Nikel (Ni) (mg/L)
30. Seng (Zn) (mg/L)
31. Selenium (Se) (mg/L)
32. Mangan (Mn) (mg/L)
33. Kobalt (Co) (mg/L)
34. Total P (µg/L)

Catatan:
1. Lokasi A, B, dst diutamakan diambil pada daerah sumber pencemar (pertanian,
limbah penduduk, peternakan, budidaya perikanan (keramba jaring apung,), dll.
2. Untuk danau-danau dalam yang memiliki beberapa stratifikasi lapisan danau
maka harus dapat diambil sample air dari tiga titik sampel berdasarkan
kedalaman danau (epilimnion, metalimnion dan hypolimnion).
- 65 -

B. Tabel Kualitas Air Danau Tahun .. s/d Tahun ….


Kualitas Air Danau XX
No. ParameterUji Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
X XX XXX XXXX XXXXX
1. Status Mutu
2. Status Trofik
Fisika
3. Temperatur (oC)
4. Residu Terlaut (TDS) (mg/L)
5. Residu Tersuspensi (TSS) (mg/L)
6. Kecerahan (m)
7. Turbiditry
8. DHL
Kimia
9 pH
10 BOD (mg/L)
11 COD (mg/L)
12 DO (mg/L)
13 Nitrat (NO3-) (mg/L)
14 Nitrit (NO2-) (mg/L)
15 Amoniak (NH3-) (mg/L)
16 Sulfat (SO4-2) (mg/L)
17 Kalsium (Ca) (mg/L)
18 Klorida (Cl) (mg/L)
19 Sianida (CN) (mg/L)
20 Klorin Bebas (Cl2) (mg/L)
21 Sulfida (H2S) (mg/L)
22 Minyak/Lemak
23 Phenol
24 Detergent (MBAS)
25 Total Fosfat sebagai P (mg/L)
26 Besi Terlarut (Fe) (mg/L)
27 Timbal (Pb) (mg/L)
28 Tembaga (Cu) (mg/L)
29 Kadmium (Cd) (mg/L)
30 Krom Total (mg/L)
31 Nikel (Ni) (mg/L)
32 Seng (Zn) (mg/L)
33 Selenium (Se) (mg/L)
34 Mangan (Mn) (mg/L)
35 Kobalt (Co) (mg/L)
36 Total P (µg/L)
- 66 -

Contoh 6

A.Contoh Peta Geomorfologi Kawasan Danau Tempe


- 67 -

B. Contoh Peta Geologi Danau Kaskade Mahakam


- 68 -

Contoh 7

Fungsi dan Manfaat Danau


Fungsi dan Nilai Manfaat Keterangan
Manfaat langsung (Direct Function)
1.Pengendali banjir dan Menampung kelebihan air pada musim penghujan dan
kekeringan menyalurkan cadangan air pada musim kemarau.
2.Pengisiair tanah dan Menjaga keberadaan air tanah (tawar) yang dapat menahan intrusi
pencegah intrusi air air laut ke dalam air tanah di daratan, dan aliran air tawar
laut permukaan yang dapat membatasi masuknya air laut ke dalam
aliran sungai.
3.Jalur transportasi Perairan danau telah digunakan selama ribuan tahun
oleh masyarakat sebagai sarana perhubungan
(transportasi).
4.Rekreasi Danau, terutama yang memiliki nilai estetika, dapat menjadi
lokasi yang menarik untuk rekreasi.
5.Penelitian dan pendidikan Banyak danau yang menyimpan misteri ilmu pengetahuan sehingga
menarik untuk digunakan sebagai lokasi penelitian,termasuk
kegiatan pendidikan.
Fungsi ekologi
6.Penambat sedimen dari darat Sistem perakaran, batang, dan daun vegetasi tertentu di danau
dan penjernih air dapat menambat sedimen serta menjernihkan air.
7.Penahan dan penyedia unsur Badan air danvegetasiyang terdapat di danau dapat menahan dan
hara mendaur ulang unsure hara.
8.Penaha ndan penawar Badan air dan keseluruhan komponen lingkungan yang terdapat di
pencemaran dalamnya dapat menurunkan daya racun bahan pencemar yang
masuk ke dalamnya.
9.Stabilisasi iklim mikro Secara keseluruhan, kondisi hidrologi dan daur materi pada lahan
basah dapat menstabilkan iklim mikro, terutama curah hujan dan
suhu.
10.Pengendali iklim global Danau dapat menyerap dan menyimpan karbon sehingga berfungsi
sebagai pengendali lepasnya karbon ke udara yang berkaitan
langsung dengan perubahan iklim global.
Hasil produksi (ekonomis dan non-ekonomis)
11.Penyedia air untuk Sejak dahulu, air permukaan yang terdapat di danau telah
masyarakat digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.
12.Pengisi air tanah Air permukaan yang terdapat di danau dapat mengisi akuifer melalui
pori-pori tanah.
13.Penyedia air untuk lahan Kelebihan air pada suatu danau dapat mengairi ekosistem lahan
basah lainnya basah lainnya yang berada di dekatnya sehingga lahan basah
tersebut dapat tetap menjalankan fungsi-fungsinya.
14.Sumber perikanan Danau merupakan habitat berbagai komoditas perikanan, seperti
ikan mas, ikan mujair, dan udang.
15.Pendukung pertanian Danau merupakan sumber pengairan utama berbagai kegiatan pertanian
terutama sawah.
16.Sumber energi Energi yang dihasilkan dari pergerakan air danau dapat dikonversi
menjadi energi lain (misalnya listrik).
Kekhasan (attributes)
17.Merupakan habitat berbagai Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai
keanekaragaman hayati habitatnya baik dalam sebagian maupun keseluruhan siklus
hidupnya.
18.Keunikan tradisi, budaya dan Banyak danau memiliki nilai estetika yang khas sehingga
warisan menjadi bagian dari perkembangan budaya masyarakat
setempat.
19.Habitat bagi sebagianatau Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai
seluruh siklus hidup flora tempat perkembangbiakan, pemeliharaan, pembesaran,dan
dan fauna. tempat mencarimakan.
Sumber : Strategi Lahan Basah (KLH, 2004) dalam Grand Design Penyelamatan
Ekosistem Danau, 2012
- 69 -

Contoh 8
Tabel Tipe Danau di Indonesia
No. TipeDanau Danau Keterangan
1. Danau Tektonik Diatas, Dibawah, Lindu, Matano, Terbentuk akibat gempa bumi,
Paniai, Poso, Singkarak dan Towuti
2. Danau Vulkanik Danau Tiga Warna dan Terbentuk akibat letusan gunung
Segara Anak, Rawa Danau, berapi
Tondano

3. Danau Tekto-vulkanik Toba, Maninjau, Kerinci dan Ranau Terbentuk oleh aktivitas gempa
bumidan letusan gunung berapi
4. Danau Kawah Gunung Kelud dan Galunggung Terletak pada elevasi tinggi di sekitar
gunung, memiliki dasar yang dalam
dan relative stabil
5. Danau Kaldera Maninjau dan Batur Terletak pada elevasi tinggi di sekitar
gunung, memiliki dasar yang dalam
dan relative stabil
6. Danau Sesar–Lingkar Bratan-Buyan-Tamblingan
Kaldera
7. Danau Paparan Semayang, Melintang, Jempang, Terletak pada elevasi rendah dan
Banjir (Flood Limboto dan Tempe dangkal serta cenderung mengalami
Plain) pendangkalan terus-menerus akibat
pelumpuran dan berkembangnya
tumbuhan air
8. Danau Tapal Danau Teluk di Jambi
Kuda (Oxbow)
9. Danau Longsoran Sentani, Ranau dan Bandung Purba
Bencana Alam
10. Danau Pelarutan Paniai dan Dolina di Biak
11. Danau Morai/Gletser Danau Ertzberg di Papua
12. Danau Kars Danau Ayam aru di Papua Barat Terbentuk akibat perkembangan
tektonik yang intensif berupa sesar
atau patahan yang telah memotong dan
merobek batuan karbonat di kawasan
setempat
13. Danau Payau Danau Bunung di Sulawesi Utara Terletak di pantai, kualitas air payau
akibat terkena intrusi air asin dari
laut
Sumber : Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012
- 70 -

Contoh 9

Contoh Peta Batimetri Danau Toba


- 71 -

Contoh 10

Tabel. Rincian Kegiatan untuk masing-masing Program Pengelolaan Danau


No. Program Kegiatan
1. Penataan Ruang Kawasan danau
A. Penataan Ruang Kawasan 1. Penyusunan RTRW dan RDTR Kawasan Danau
Danau 2. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Kawasan Ekosistem Danau
3. Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau
2. Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau (Badan Air)
A. Pengendalian Pencemaran A. Penentuan dan Penetapan
Air 1. Kelas air
2. Status trofik danau
3. Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA)
danau*)
B. Penertiban terhadap kegiatan :
1. Budidaya perikanan Keramba Jaring Apung (KJA)
2. Pemberian dan pengawasan izin pembuangan limbah
yang bersumber dari beberapa sektor kegiatan
antara lain industri, pariwisata, dan peternakan
3. Pertanian lahan surutan (yang menggunakan pupuk
kimia dan pestisida), pemukiman
4. Transportasi air (yang menimbulkan limbah/ceceran
minyak dan pengaturan tonase kapal)
C. Pemantauan dan evaluasi kualitas air
1. Pemantauan kualitas air danau secara berkala
2. Penentuan status mutu air danau
B. Revitalisasi Danau 1. Pengerukan dasar dan tepian danau dengan
memperhatikan kondisi ekosistem perairan danau
C. Pengendalian Daya Rusak 1. Survei, Investigasi, dan Desain Pengendali Banjir
Air 2. Pembangunan bangunan pengendali banjir (Bendung
Gerak)
A. Pengendalian Gulma Air A. Teknik mekanis
(Eceng Gondok) 1. Pengadaan alat pembersih eceng gondok
2. Pengadaan mesin pencacah eceng gondok
3. Pembuatan pagar pembatas wilayah eceng gondok
B. Teknik Biokontrol (Ikan Koan)
C. Pengadaan kapal pengangkut/perahu motor untuk
penanganan eceng gondok
D. Pengadaan dumping area pembuangan eceng gondok
E. Pembangunan dermaga kapal pengangkut/perahu
motor untuk penanganan eceng gondok
E. Pengendalian dan 1. Pengerukan sedimen/lumpur danau (untuk tanah
Pemanfaatan Sedimen mineral bukan gambut)
Perairan Danau 2. Pemanfaatan sedimen (tanah mineral) untuk
kompos/pupuk organik atau media tumbuh
3. Pemanfaatan sedimen (tanah mineral) danau untuk
bahan baku pembuatan batu bata
F.Konservasi Sumberdaya dan 1. Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan Danau
Keanekaragaman Hayati 2. Pembangunan Minatorium
3. Pengembangan perikanan tangkap ramah
lingkungan
4. Pembangunan reservat/rumah ikan
5. Penertiban teknik penangkapan ikan
6. Penertiban penangkapan ikan endemik
7. Restocking (penebaran) benih ikan endemik
8. Pelarangan restocking (penebaran) jenis ikan invasif
(jenis asing invasif)
9. Penilaian kelayakan introduksi ikan dari luar danau
- 72 -

3. Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan Danau


A. Penataan Sempadan Danau 1. Penentuan daerah sempadan dan daerah air surut
(draw down) sebagai zona perlindungan danau
dalam tata ruang ekosistem danau
2. Pemasangan patok batas sempadan danau
3. Penanaman tanaman keras di daerah sempadan
danau sebagai batas alami perlindungan danau
(penanaman tumbuhan pelindung)
4. Relokasi bangunan/permukiman di sempadan
danau
5. Pembangunan jalan pembatas ruas danau
6. Pembangunan dermaga beserta fasilitas
pembuangan limbah yang memadai
7. Larangan dan penertiban pengolahan lahan
sempadan dan daerah air surut
8. Penertiban sarana dan prasarana pariwisata yang
melanggar tata kelola lingkungan
9. Tidak menerbitkan sertifikat tanah dan izin
bangunan di lahan sempadan danau
10. Pelarangan pengurugan/penimbunan tepian danau

B. Pengendalian Limbah 1. Pembangunan sarana drainase dan sanitasi untuk


Sempadan kegiatan di sempadan danau
2. Pengolahan limbah tinja penduduk
3. Pembuatan saluran/peredam limbah rumah tangga
(IPLT)
4. Pembangunan septic tank permukiman
5. Penertiban dan pengawasan izin pembuangan air
limbah
6. Peningkatan fasilitas teknologi pengolahan sampah
7. Penyediaan tempat dan pengolahan sampah
8. Pemanfaatan limbah untuk kompos dan biogas

4. Penyelamatan DAS dan DTA Danau


A. Penanganan Lahan Kritis, 1. Konservasi tanah DAS/DTA secara sipil teknis :
Erosi, Banjir, dan a.Pembuatanterasering/gully control/gully plug;
Sedimentasi b.Pembuatan bronjong/pelindung tebing/turap;
c.Pembangunan sarana dan prasarana pengendalian
sedimen (pembuatan check dam/dam penahan/dan
pengendali)
2. Konservasi Tanah DAS / DTA secara vegetatif :
a. Pembangunan vegetasi sediment trap;
b. Pengembangan agroforesty;
c. Countour cropping.
3. Pengukuran debit dan sedimen
4. Pembangunan tanggul dan penyalur sedimen
5. Pembangunan outlet pintu air sungai terpadu
6. Pembangunan embung/dam parit
7. Pembangunan sumur resapan dan lubang resapan
biopori
8. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam/luar kawasan
hutan (disarankan dengan menggunakan spesies
tanaman endemik/lokal dan dilarang menggunakan
tanaman jenis invasif)
9. Pembuatan hutan rakyat
10. Pembuatan kebun bibit rakyat
11. Bantuan bibit tanaman kehutanan kepada
masyarakat
B. Pengendalian Pencemaran 1. Penentuan daya tampung beban pencemaran air
DTA dan DAS (DTBPA) pada ekosistem DAS
2. Pembuatan saluran penyaring/peredam limbah
rumah tangga (IPLT)
- 73 -

3. Pembuatan septic tank permukiman


4. Pembangunan IPAL Komunal (terintegrasi dengan
pembangunan drainase di sub-sub das)
5. Penertiban dan pengawasan izin pembuangan air
limbah
6. Pelarangan kegiatan pertambangan (galian C)
7. Perbaikan fasilitas teknologi pengolahan sampah
8. Penyediaan tempat pembuangan dan pengolahan
sampah
C. Pengembangan Pertanian 1. Pengembangan pertanian ramah lingkungan
Ramah Lingkungan (pertanian organik)
2. Penyuluhan penggunaan pupuk organik
3. Pengembangan SRI (System Rice Intensification)
4. Pengaturan pola tanam
5. Pengembangan UPPO (Unit Pengolahan Pupuk
Organik)
6. Pengembangan RPPO (Rumah Pengolahan Pupuk
Organik)
7. Fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk dan
pestisida
8. Pengembangan sistem drainase pertanian
9. Pengembangan drainase irigasi yang terpisah dengan
drainase limbah
D. Pelarangan Kegiatan 1. Pelarangan kegiatan pertambangan galian C
Pertambangan Galian C
2. Pembinaan terhadap penambang galian C/alih mata
pencaharian
5. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau
A. Penyusunan Masterplan 1. Kajian terhadap kelaikan pemanfaatan air oleh PLTA
Tata Guna Air Danau 2. Studi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Pembangunan PLTA (memperhatikan ekisistensi
ekosistem seperti menentukan kawasan fishway, dan
lain-lain)
3. Penyediaan air baku yang berkelanjutan
6. Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi, dan Informasi Ekosistem Danau
A. Pengembangan Sistem 1. Penyusunan kerangka dan pembakuan sistem
Monitoring, Evaluasi, dan informasi dan basis data geospasial
Informasi Ekosistem 2. Pengumpulan data dan informasi mengenai :
Danau a. peta dan karakteristik morfometri danau
b. peta neraca lingkungan danau
c. peta DAS dan DTA kritis
d. morfologi danau, hidrologi, dan hidrobiologi danau
d. kondisi dan status ekosistem danau
e. keanekaragaman hayati danau
f. jenis ikan endemik yang perlu dilindungi
a. pemanfaatan sumberdaya air, yang telah
digunakan dan yang direncanakan atau yang
dialokasikan serta persyaratannya
b. pemantauan kualitas air
c. sumber pencemar dan kerusakan danau
3. Evaluasi dan Penetapan Status Kerusakan
Ekosistem (Daerah Tangkapan Air, Sempadan, dan
Perairan Danau)
4. Pengembangan sistem pemantauan dan peringatan
dini bencana perairan danau (arus balik/overturn)
dan banjir
- 74 -

7. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan dan Koordinasi


A. 1. Peningkatan koordinasi antara instansi pemerintah
Pembentukan/Pengemban pusat dan daerah
gan Kelembagaan
2. Pengembangan Peraturan Daerah dan Pedoman
Pengelolaan Ekosistem Danau

3. Peningkatan kemampuan dan pemahaman pengelola


danau dan masyarakat

8. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat


A. Pemberdayaan dan 1. Sosialisasi dan penyadaran arti penting danau
Peningkatan Partisipasi kepada masyarakat dan para pengambil kebijakan
Masyarakat dalam 2. Pelatihan, alih pengetahuan, pendidikan, dan
Pemanfaatan dan penyuluhan dalam upaya meningkatkan
Konservasi Danau kemampuan pengelolaan ekosistem danau yang
mencakup:
a. Pengembangan program pembinaan dan
percontohan perikanan ramah lingkungan
b. Pembinaan dan peningkatan kesadaran
masyarakat pembudidaya dan nelayan melalui
co-management untuk pelestarian sumberdaya
ikan
c. Pembinaan penggunaan pupuk ramah
lingkungan melalui pengalihan penggunaan
pupuk kimia ke pupuk organik
d. Pembinaan dan pelatihan pemanfaatan
tumbuhan air/eceng gondok untuk bahan baku
kerajinan, biogas, kompos dan pakan ternak
e. Pembinaan terhadap petani/pengusaha sedimen
(tanah mineral) perairan danau
f. Pembinaan pengolahan air limbah rumah tangga
g. Pengembangan Sekolah Lapang Konservasi
Lahan
h. Pemanfaatan limbah pertanian, peternakan, dan
permukiman untuk kompos dan biogas
i. Pembinaan terhadap penambang (galian C)
melalui alih mata pencaharian
3. Identifikasi, penggalian, pelestarian, dan
implementasi kearifan lokal dalam upaya
pemanfaatan danau secara bijaksana
4. Pembentukan kelompok masyarakat peduli danau
(forum danau)
5. Pembentukan (jejaring) kelompok masyarakat dan
memfasilitasi kerjasama antara kelompok
masyarakat dengan pemerintah daerah dalam upaya
keterpaduan kelembagaan masyarakat

B. Pengelolaan Pariwisata 1. Tata Kelola Destinasi Pariwisata (DMO = Destination


Danau Berkelanjutan Management Organizations) melalui pengembangan
Daya Tarik Wisata yang Berwawasan Lingkungan
dan Berkelanjutan,
2. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Bidang
Pariwisata
3. Geopark
4. Promosi pariwisata/ekoturisme
5. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata
ramah lingkungan

Keterangan :
*) Penentuan dan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau untuk
Danau tertutup, yakni danau yang tidak mempunyai outlet (aliran air keluar
permukaan/outlet berupa sungai) tidak perlu dilakukan.
- 75 -

Contoh 11

Tabel. Ilustrasi Institusi Utama dan Pendukung Program dan Kegiatan Pengelolaan Ekosistem Danau Indonesia
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
1. Pemanfaatan Penetapan 1. Penyusunan RTRW dan Pemanfaatan Ruang Kementerian Agraria Kementerian Dalam
ruang tidak Tata Ruang RDTR kawasan danau kawasan Danau sesuai dan Tata Ruang, Negeri, Kementerian
sesuai dengan Kawasan 2. Penyusunan Kajian dengan daya dukung dan Kementerian Pertanian, Kementerian
peruntukkannya Danau Lingkungan Hidup Strategis daya tampung kawasan Lingkungan Hidup dan Pariwisata, Kementerian
2. Konflik (KLHS) Kawasan Ekosistem Kehutanan Kelautan dan Perikanan
pemanfaatan Danau
ruang 3. Penyusunan Zonasi SKPD Prov/Kab/Kota
Pemanfaatan Perairan Danau terkait
SKPD Prov/Kab/Kota
yang membidangai
Perencanaan Daerah,
Tata Ruang dan
Pertanahan, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
Pencemaran air Pengendalian A. Penentuan dan Penetapan: Pemanfaatan danau dan SKPD Prov/Kab/Kota Kementerian Lingkungan
oleh limbah: Pencemaran 1. Kelas Air beban pencemaran yang membidangi Hidup dan Kehutanan,
1. Pemukiman Air 2. Status trofik limbahnya tidak melebihi Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan
2. Peternakan 3. Daya Tampung Beban daya tampung beban Pemukiman, Pertanian, Umum dan Perumahan
3. Pertanian Pencemaran Air (DTBPA) pencemaran air danau Peternakan Perikanan Rakyat, Kementerian
4. Perikanan
Danau*) dan Kelautan, Kelautan dan Perikanan,
Budidaya
5. Pariwisata B. Penertiban terhadap Pariwisata, Kementerian Pertanian,
6. Industri kegiatan: Perhubungan, Kementerian Pariwisata,
7. Transportasi air 1. Budidaya perikanan Perindustrian Kementerian ESDM,
Keramba Jaring Apung Kementerian Ristek dan
(KJA) Dikti, Kementerian
2. Pemberian dan Dalam Negeri,
pengawasan izin Kementerian
pembuangan limbah yang Perhubungan
bersumber dari beberapa
sektor kegiatan, antara
lain industri, pariwisata
dan peternakan
3. Pertanian lahan surutan
(yang menggunakan
pupuk kimia dan
pestisida), pemukiman
4. Transportasi air (yang
- 76 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
menimbulkan
limbah/ceceran minyak
dan pengaturan tonase
kapal)
C. Pemantauan dan Evaluasi
Kualitas Air
1. Pemantauan kualitas air
danau secara berkala
2. Penentuan status mutu air
danau

Perubahan Revitalisasi Pengerukan dasar danau Berkurangnya pendangkalan Kementerian Pekerjaan Kementerian
morfometri danau Danau dengan memperhatikan kondisi Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
akibat ekosistem danau Rakyat Kehutanan,
pendangkalan dan Kementerian Ristek dan
penyempitan SKPD Prov/Kab/Kota Dikti (LIPI/BPPT)
yang membidangi
Sumberdaya Air, Pemerintah Daerah
Pekerjaan Umum Prov/Kab/Kota

Permasalahan Pengendalian 1. Survei, Investigasi dan Desain Teratasinya permasalahan Kementerian Pekerjaan Badan Nasional
Banjir Daya Rusak Pengendali Banjir kawasan banjir di kawasan sekitar Umum dan Perumahan Penanggulangan
Air danau dan sekitarnya danau Rakyat, Bencana
2. Pembangunan Bendung
Gerak SKPD Prov/Kab/Kota Badan Penanggulangan
yang membidangi Bencana Daerah
sumberdaya air,
Pekerjaan Umum

Gulma air Pengendalian 1. Teknik mekanis Terkendalinya luasan Kementerian Pekerjaan Kementerian
gulma air a.Pengadaan alat pembersih tutupan gulma air di Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
(Misalnya : eceng gondok perairan danau Rakyat, Kementerian Kehutanan,
Eceng b.Pengadaan alat pencacah Kelautan dan Kementerian Kelautan
Gondok) eceng gondok Perikanan, dan Perikanan,
c. Pembuatan pagar Kementerian Pertanian,
pembatas wilayah eceng SKPD Prov/Kab/Kota, Kementerian
gondok yang membidangi Perindustrian,
2. Teknik Biokontrol (Ikan Koan) Sumberdaya Air, Kementerian
3. Pengadaan kapal Kelautan dan Perdagangan, BPPT, LIPI
pengangkut/perahu motor Perikanan, Pertanian,
- 77 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
untuk penanganan eceng Litbang
gondok
4. Pengadaan dumping area
pembuangan eceng gondok
5. Pembangunan dermaga kapal
pengangkut/perahu motor
untuk penanganan eceng
gondok

Sedimentasi Pengendalian 1. Pengerukan sedimen/lumpur Meningkatnya volume SKPD Prov/Kab/Kota Kementerian Pekerjaan
dan danau (tanah mineral bukan tampung perairan danau yang menangani bidang Umum dan Perumahan
Pemanfaatan gambut) sumberdaya air, Rakyat, Kementerian
Sedimen 2. Pemanfaatan sedimen (tanah lingkungan hidup, Lingkungan Hidup dan
Perairan mineral) perairan danau pertanian, Kehutanan,
Danau untuk kompos/pupuk perindustrian, Kementerian Ristek dan
organik atau media tumbuh Lembaga/Badan Dikti
3. Pemanfaatan sedimen (tanah penelitian dan
mineral) perairan danau penerapan teknologi
untuk bahan baku pusat dan daerah
pembuatan batu bata

Menurunnya Konservasi 1. Penyusunan Rencana Lestarinya populasi ikan Kementerian Kelautan Pusat Penelitian
populasi ikan Sumberdaya Pengelolaan Perikanan Danau endemik di perairan danau dan Perikanan, Perikanan/limnologi di
endemik, dan 2. Pembangunan Minatorium Kementreian Pusat maupun di
terjadinya Keanekaraga 3. Pengembangan perikanan Lingkungan Hidup dan daerah, perguruan
introduksi ikan man Hayati tangkap ramah lingkungan Kehutanan tinggi
invasif/spesies 4. Pembangunan
asing serta reservat/rumah ikan SKPD Prov/Kab/Kota
terputusnya jalur endemik yang menangani bidang
ruaya (migrasi) perikanan, lingkungan
5. Penertiban teknik
ikan hidup dan kehutanan
penangkapan ikan
6. Penertiban penangkapan ikan
endemik
7. Restocking (penebaran) benih
ikan endemik
8. Pelarangan restocking
(penebaran) jenis ikan invasif
(jenis asing invasif)
8. Penilaian kelayakan
introduksi ikan dari luar
danau
- 78 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung

Alih fungsi dan Penataan 1. Penentuan daerah sempadan Pulihnya fungsi sempadan Kementerian Pekerjaan Kementerian
okupasi lahan. Sempadan dan daerah air surut (draw danau sesuai dengan Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
Terdapat Danau down) sebagai zona ketentuan Pasal 56 Ayat 3 Rakyat, Menteri Agraria Kehutanan,
pemukiman perlindungan danau dalam PP 26 Tahun 2008 tentang dan Tata Ruang, Kementerian Dalam
penduduk di tata ruang ekosistem danau RTRW, dan Pasal 14 PP 38 Institusi Prov/Kab/Kota Negeri, Kementerian
sebagian lahan 2. Pemasangan patok batas Tahun 2011 tentang Sungai yang menangani bidang Ristek dan Dikti (BPPT
sempadan danau, sempadan danau pertanahan negara, dan LIPI), Kementerian
dan lahan surutan 3. Penanaman tanaman keras kehutanan, lingkungan Pariwisata, BIG (Badan
danau digarap di daerah sempadan danau hidup, pemukiman, Informasi Geospasial),
untuk pertanian sebagai batas alami pariwisata, pertanian Kementerian Pertanian
sawah, kegiatan perlindungan danau
pariwisata yang (penanaman tumbuhan
mencemari pelindung)
kawasan danau 4. Relokasi
bangunan/pemukiman di
sempadan danau
5. Pembangunan jalan
pembatas ruas danau
6. Pembangunan dermaga
beserta fasilitas pembuangan
limbah yang memadai
7. Larangan dan penertiban
pengolahan lahan sempadan
dan daerah air surut
8. Penertiban sarana dan
prasarana pariwisata yang
melanggar tata kelola
lingkungan
9. Tidak menerbitkan sertifikat
tanah dan izin bangunan di
sempadan danau
10.Pelarangan
pengurugan/penimbunan di
tepian danau

Pengendalian 1. Pembangunan sarana Tersedianya sarana dan Kementerian Pekerjaan Kementerian


Limbah drainase dan sanitasi untuk prasarana pengendalian Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
Sempadan kegiatan di sempadan danau limbah di sempadan danau Rakyat, Kehutanan,
2. Pengolahan limbah tinja Kementerian Dalam
penduduk SKPD Prov/Kab/Kota Negeri, Kementerian
- 79 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
3. Pembuatan saluran/peredam yang menangani bidang RISTEK (BPPT dan LIPI),
limbah penduduk rumah kehutanan, lingkungan Kementerian Pariwisata,
tangga (IPLT) hidup, pemukiman Kementerian Pertanian
4. Pembangunan septic tank pariwisata, dan
pemukiman pertanian
5. Penertiban dan pengawasan
izin pembuangan air limbah
6. Peningkatan fasilitas
teknologi pengolahan sampah
7. Penyediaan tempat dan
pengolahan sampah
8. Pemanfaatan limbah untuk
kompos dan biogas

Lahan kritis, erosi, Penanganan 1. Konservasi Tanah DAS /DTA 1. Pulihnya lahan kritis Kementerian Pekerjaan Kementerian Ristek dan
banjir, dan Lahan Kritis, secara sipil teknis 2. Mempertahankan luas Umum dan Perumahan Dikti (BPPT dan LIPI),
sedimentasi Erosi, Banjir, a. Pembuatan hutan minimal 30 % di Rakyat, Kementerian Kementerian Pertanian,
dan terasering/gully wilayah DTA Lingkungan Hidup dan Kementerian Dalam
Sedimentasi control/gully plug Kehutanan, Negeri
b. Pembuatan Kementerian Pertanian,
bronjong/pelindung
tebing/turap SKPD Prov/Kab/Kota
c. Pembangunan sarana dan yang menangani bidang
prasarana pengendalian sumberdaya air,
sedimen (pembuatan kehutanan, lingkungan
check dam/dam hidup, dan pertanian
penahan/dan pengendali)
2. Konservasi Tanah DAS/DTA
secara vegetatif
a. Pembangunan vegetasi
sediment trap
b. Pengembangan agroforestry
c. Countour cropping
3. Pengukuran sedimen dan
debit
4. Pembangunan tanggul dan
penyalur sedimen
5. Pembangunan outlet pintu
air sungai terpadu
6. Pembangunan embung/dam
parit
- 80 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
7. Pembangunan sumur
resapan dan lubang resapan
biopori
8. Rehabilitasi hutan dan lahan
di dalam/luar kawasan
hutan (disarankan dengan
menggunakan spesies
tanaman endemik/lokal dan
dilarang menggunakan
tanaman jenis invasif)
9. Pembuatan hutan rakyat
10.Pembuatan kebun bibit
rakyat
11.Bantuan bibit tanaman
kehutanan kepada
masyarakat

Pencemaran Pengendalian 1. Penentuan daya tampung Terkendalinya pencemaran Kementerian Kementerian Pekerjaan
Limbah Domestik, Pencemaran beban pencemaran air Limbah di DAS dan DTA Lingkungan Hidup dan Umum dan Perumahan
Industri, dan DTA dan DAS (DTBPA) di ekosistem DAS Kehutanan, SKPD Rakyat, Kementerian
Pertambangan 2. Pembuatan saluran Prov/Kab/Kota yang Pertanian, Kementerian
(Galian C) penyaring/peredam limbah menangani bidang Dalam Negeri,
rumah tangga (IPLT) lingkungan hidup, Kementerian Ristek dan
3. Pembuatan septic tank di kebersihan/pekerjaan Dikti (BPPT),
pemukiman umum, pertanian, dan Kementerian Pariwisata
4. Pembangunan IPAL komunal peternakan, energi dan
(terintegrasi dengan sumberdaya mineral
pembangunan drainase di
sub-sub DAS)
5. Penertiban dan pengawasan
izin pembuangan air limbah
6. Pelarangan kegiatan
pertambangan (galian C)
7. Peningkatan fasilitas
teknologi pengolahan
sampah
8. Penyediaan tempat
pembuangan sampah dan
sarana pengolahan sampah
Pencemaran Pengembanga 1. Pengembangan pertanian Terkendalinya pencemaran Kementerian Pertanian, Kementerian
limbah pertanian n Pertanian organik limbah pertanian dan SKPD Prov/Kab/Kota Lingkungan Hidup dan
- 81 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
dan peternakan Ramah 2. Penyuluhan penggunaan peternakan di DAS dan DTA yang menangani bidang Kehutanan,
Lingkungan pupuk organik pertanian, peternakan, Kementerian Ristek dan
3. Pengembangan SRI (System dan lingkungan hidup Dikti (BPPT)
Rice Intensification)
4. Pengaturan pola tanam
5. Pengembangan UPPO (Unit
Pengolahan Pupuk Organik)
6. Pengembangan RPPO
(Rumah Pengolahan Pupuk
Organik)
7. Fasilitasi dan pengawasan
penggunaan pupuk dan
pestisida
8. Pengembangan drainase
irigasi yang terpisah dengan
drainase limbah
9. Pengembangan sistem
drainase pertanian

Penurunan tinggi Penyusunan 1. Water Management Tercapainya keseimbangan Kementerian Pekerjaan Kementerian
muka air danau Rencana pemanfaatan air danau hidrologi dan tata guna air Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
Induk Tata untuk pengairan, air baku, danau Rakyat, Kementerian Kehutanan,
Guna Air PLTA, dan lain-lain ESDM, SKPD Kementerian Ristek dan
Danau 2. Kelayakan lingkungan dalam Prov/Kab/Kota yang Dikti, Pelaku Usaha
pemanfaatan air danau menangani bidang Pemanfaatan Air Danau
(memperhatikan eksistensi Sumberdaya Air, Energi,
ekosistem seperti Lingkungan Hidup,
menentukan kawasan Badan Penelitian
fishway, dsb)
3. Penyediaan air baku yang
berkelanjutan
Keterbatasan data Pengembanga 1. Penyusunan kerangka dan Tersedianya sistem basis Kementerian Ristek dan Kementerian Dalam
dan informasi n Sistem pembakuan sistem data dan informasi kondisi Dikti, (Puslit Limnologi Negeri, Kementerian
ekosistem danau Monitoring, informasi dan basis data ekosistem danau yang dapat LIPI, BPPT, Badan Pekerjaan Umum dan
Evaluasi, dan geospasial diakses oleh semua pihak Informasi Geospasial Perumahan Rakyat,
Informasi 2. Pengumpulan data dan (BIG), Biro Pusat Kementerian
Ekosistem informasi mengenai : Statistik (BPS)), Lingkungan Hidup dan
Danau d.peta dan karakteristik SKPD Prov/Kab/Kota Kehutanan,
morfometri danau yang menangani bidang Kementerian Pertanian,
e. peta neraca lingkungan kehutanan, sumberdaya Kementerian Pariwisata,
danau air, data dan informasi, Kementerian ESDM,
- 82 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
f. peta DAS dan DTA lingkungan hidup, Pusat Kementerian Kelautan
g. morfologi, hidrologi dan Penelitan dan dan Perikanan, BPN
hidrobiologi danau Pengembangan di
h.kondisi dan status tingkat pusat maupun BAPPEDA
ekosistem danau daerah, lembaga Prov/Kab/Kota
i. keanekaragaman hayati penelitian
danau pemerintah/non-
j. jenis ikan endemik yang pemerintah, perguruan
perlu dilindungi tinggi dan pakar
g. pemanfaatan sumberdaya
air yang telah dilakukan
dan yang direncanakan
atau yang dialokasikan
serta persyaratannya
h.pemantauan kualitas air
i. sumber pencemar dan
kerusakan danau
3. Evaluasi dan penetapan
status kerusakan ekosistem
danau (DTA, Sempadan dan
Perairan)
4. Pengembangan Sistem
pemantauan dan peringatan
dini bencana perairan danau
(arus balik (overturn)/banjir)
Lemahnya Pembentukan 1. Peningkatan koordinasi Penguatan kapasitas Kementerian Dalam Kementerian Pekerjaan
koordinasi antar / antara instansi pemerintah kelembagaan dan koordinasi Negeri, Pemerintah Umum dan Perumahan
pihak, kurangnya Pengembanga pusat dan daerah penyelamatan ekosistem Daerah Prov/Kab/Kota, Rakyat, Kementerian
kebijakan tentang n 2. Pengembangan peraturan danau DPRD Prov/Kab/Kota. Lingkungan Hidup
upaya Kelembagaan daerah dan pedoman Kehutanan,
penyelamatan penyelamatan ekosistem Kementerian Pertanian,
ekosistem danau danau Kementerian Pariwisata,
3. Peningkatan kemampuan Kementerian ESDM,
dan pemahaman pengelola Kementerian Kelautan
danau dan masyarakat dan Perikanan,
Kementerian Agraria
dan Tata Raung
SKPD terkait di tingkat
Prov/Kab/Kota,
Perguruan tinggi, dan
masyarakat
- 83 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
Rendahnya Peningkatan 1.Sosialisasi dan penyadaran Peningkatan kualitas Kementerian Dalam Kementerian Pariwisata,
keterlibatan Peran dan arti penting danau kepada lingkungan dan kehidupan Negeri, BAPPEDA Kementerian
masyarakat dan Partisipasi masyarakat dan pengambil masyarakat Prov/Kab/Kota, SKPD Lingkungan Hidup dan
kearifan lokal Masyarakat kebijakan Prov/Kab/Kota yang Kehutanan,
dalam dalam 2.Pelatihan, alih pengetahuan, menangani bidang Kementerian
penyelamatan Pemanfaatan pendidikan dan penyuluhan pendidikan dan Kebudayaan,
ekosistem danau dan kepada masyarakat dan kebudayaan, sosial, Pendidikan Dasar dan
Konservasi pengambil kebijakan tentang lingkungan hidup, Menengah, Kementerian
Danau kemampuan pengelolaan pertanian, kehutanan, Sosial, BAPPENAS, Biro
ekosistem danau yang meliputi pekerjaan umum, Pusat Statistik
: pemerhati lingkungan,
a. Pengembangan program perguruan tinggi
pembinaan dan
percontohan perikanan
ramah lingkungan
b. Pembinaan dan
peningkatan kesadaran
masyarakat pembudidaya
dan nelayan melalui co-
management untuk
melestarikan sumberdaya
ikan
c. Pembinaan penggunaan
pupuk ramah lingkungan
melalui pengalihan
penggunaan pupuk kimia
ke pupuk organik
d. Pembinaan dan pelatihan
pemanfaatan tumbuhan
air/eceng gondok untuk
bahan baku kerajinan,
serta produksi biogas,
kompos dan pakan ternak
e. Pembinaan terhadap
petani/pengusaha
sedimen/tanah mineral
danau
f. Pembinaan pengolahan air
limbah rumah tangga
g. Pengembangan Sekolah
Lapang Konservasi Lahan
- 84 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
h. Pemanfaatan limbah
pertanian, peternakan, dan
pemukiman untuk kompos
dan biogas
i. Pembinaan terhadap
penambang (galian C)
melalui alih mata
pencaharian
j. Identifikasi, penggalian,
pelestarian, dan
implementasi kearifan lokal
dalam upaya pemanfaatan
danau secara bijaksana.
3.Pembentukan kelompok
masyarakat peduli danau
(forum danau)
4.Pembentukan (jejaring)
kelompok masyarakat dan
memfasilitasi kerjasama
antara kelompok masyarakat
dengan pemerintah daerah
dalam upaya keterpaduan
kelembagaan masyarakat

Pengelolaan 1. Tata Kelola Destinasi Terwujudnya kawasan wisata Kementerian Pariwisata, Kementerian Dalam
Pariwisata Pariwisata (DMO = danau yang berwawasan Kementerian Pekerjaan Negeri, Kementerian
Danau Destination Management lingkungan Umum dan Perumahan Kelautan dan
Berkelanjutan Organizations) melalui Rakyat, Kementreian Perikanan, Kementerian
pengembangan daya tarik Lingkungan Hidup dan Perindustrian,
wisata yang berwawasan Kehutanan, BAPPEDA Kementerian
lingkungan dan Prov/Kab/Kota Perdagangan,
berkelanjutan Kementerian
2. Pemberdayaan masyarakat SKPD Prov/Kab/Kota Perhubungan
mandiri di bidang pariwisata yang menangani bidang
3. Geopark pariwisata, pekerjaan
4. Pengembangan sarana dan umum, sosial,
prasarana pariwisata ramah lingkungan hidup,
lingkungan komunikasi dan
informasi
- 85 -

Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
1.Pemanfaatan Penetapan Tata 1. Penyusunan RTRW dan Pemanfaatan Ruang kawasan Kementerian Agraria dan Kementerian Dalam
ruang tidak Ruang Kawasan RDTR kawasan danau Danau sesuai dengan daya Tata Ruang, Kementerian Negeri, Kementerian
sesuai dengan Danau 2. Penyusunan Kajian dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup dan Pertanian, Kementerian
peruntukkannya Lingkungan Hidup kawasan Kehutanan Pariwisata,
2.Konflik Strategis Kementerian Kelautan
pemanfaatan (KLHS) Kawasan dan Perikanan
ruang Ekosistem SKPD
Danau Prov/Kab/Kota
3. Penyusunan Zonasi yang membidangi SKPD
Pemanfaatan Perairan Perencanaan Prov/Kab/Kota
Danau Daerah,Tata Ruang terkait
Dan Pertanahan,
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan

Keterangan:
1. SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
2. *) Penentuan dan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau untuk Danau tertutup, yakni danau yang
tidak mempunyai outlet (aliran air keluar permukaan/outlet berupa sungai) tidak perlu dilakukan.
- 86 -

Contoh 12. Matrik Rencana Pengeloaan Danau


Indikator Target Capaian Penanggungjawab Alokai
No Permasalahan Program Kegiatan Sasaran Capaian BaselineData Thn Thn Thn Thn Thn
(Outcome) (Output) Ke- Ke-2 Ke- Ke- ke-5 Utama Pendukung Anggaran
1 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Kerusakan DTA Penyelama-tan Penang-gu- Memulih-kan 50 % luas Luas lahan
Danau DAS dan DTA langan lahan ..... Ha lahan lahan kritis kritis saat ini ... Ha ... Ha ..Ha ..Ha ...Ha BPDASHL Dinas LH
Danau kritis seluas kritis ( ..... Ha) dapat .......Ha Prov.
...... Ha direhabili-tasi

2. Menurunnya Konservasi Peneba-ran Memulihkan 50.000 benih Tidak terdata 10 rb 10 rb 10 rb 10 rb 10 rb Dinas BKSDA .......
populasi ikan Sumberdaya dan (restoc-king) keberadaan ikan .... di Kelautan
endemik Keanekara- spesies dan kelimpa- taburkan di dan
gaman Hayati endemik di han spesies danau dalam 5 Perika-
kawasan endemk yang tahun nan,
danau terancam Dinas LH
punah Kab.
3. Menurunnya Penyelamatan Evaluasidanpe Ditetapkan SK Data Draft SK Surat Sosialisasi Implementas Implemen- DLHKab KLH, DKP, ........
kualitas air Perairan Danau neta-pan Baku BMKA & Bupatitentang pengukuran Keputusan i tasi XX, LIPI, DLH Provinsi,
MutuKualitas Status BMKA dan Baku Mutu Bupati & BagianHu PLN Sektor
Air (BMKA) TrofikDanau Status Trofik Kualitas Air Sosialisasi kum, Bukit-tinggi
dan Status Air Danau
TrofikDanau

Peman-tauan Tersedianyad Frekuensi Peman-tauan 4 kali di 21 4 kali di 21 4 kali di 21 4 kali di 21 4 kali di 21 Dinas LH KLHK, LIPI .......
Kualitas Air ata kualitas peman-tauan kualitas air titik dgn 10 titik dgn 10 titik dgn 10 titik dgn 10 titik dgn 10 Prov dan
Danau secara air secara per tahun dilaksa-nakan para-meter para-meter parame-ter parame-ter parame-ter Kab.
berkala dan kontinyu minimal 2 kali 2 kali per
berkesi-nam- di 21 titik tahun di 15
bungan dengan jumlah titik dengan 8
10 parameter parame-ter

Pemba-ngunan Mengurangi Dinas Kemen. PUPR, .......


sarana dan beban 7 IPAL 1 IPAL terba- 1 1 1 IPAL 1 IPAL 1 IPAL Penataan Dinas LH
prasara-nan limbah Domestik ngun di ........ IPAL IPAL Ruang Provinsi
IPAL domestik domestik terbangun dan
di kawasan dalam 5 tahun Pemu-
danau kiman
Provinsi
dan Kab.
- 87 -

Matrik Rencana Pengelolaan Danau ini berisikan 10 kolom utama yang antara lain terdiri dari kolom Nomor, Permasalahan, Program, Kegiatan, Sasaran
(Outcome), Indikator Capaian (Output), Baseline Data, Target Capaian, Penanggung Jawab Utama dan Pendukung serta Alokasi Anggaran. Pada matrik ini
disajikan rencana pengelolaan danau yang dipisahkan berdasarkan kegiatan program pengelolaan danau. Penjelasan dan maksud isi dari masing-masing
kolom adalah sebagai berikut:

No. : Pada kolom ini berisi urutan penomoran


Permasalahan : Pada kolom ini berisi rumusan permasalahan
Program : Pada kolom ini berisi program pengelolaan danau yang akan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan danau
Kegiatan : Pada kolom ini berisi kegiatan pengelolaan danau yang merupakan bagian dari program
Sasaran (Outcome) : Pada kolom ini berisi sasaran pelaksanaan program/kegiatan
Indikator Capaian
(Output) : Pada kolom ini berisi standar keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengelolaan danau
Pada kolomini berisi basis data/ketersediaan informasi dasar yang berkaitan dengan kegiatan yang akan
Baseline Data : dilaksanakan
Pada kolomini berisi standar keberhasilan yang akan dicapai dalam jangka waktu 5 tahun (capaian per tahun
Target Capaian : Perlu dijabarkan secara jelas)
Penanggung jawab Pada kolom ini berisi institusi pemerintah/pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat yang terlibat dan
Utama dan Pendukung : Menjadi penanggung jawab utama dan/atau pendukung terlaksananya kegiatan pengelolaan danau

Alokas iAnggaran : Pada kolom ini berisi perkiraan anggaran yang ditumbuhkan untuk kebutuhan pelaksanaan program/kegiatan
- 88 -

Contoh 13. Matrik Rencana Pengelolaan Danau Tahunan


No Permasalahan Program Kegiatan Target Capaian Lokasi Kegiatan Institusi Alokasi
Penanggung Jawab Anggaran
1 2 3 4 5 6 7 8

Matrik Rencana Pengelolaan Danau Tahunan ini berisikan 8 kolom utama yang antara lain terdiri dari kolom Nomor, Permasalahan, Program, Kegiatan, Target
Capaian, Lokasi Kegiatan, Institusi Penanggung Jawab dan Alokasi Anggaran. Pada matrik ini disajikan rencana pengelolaan danau yang dipisahkan berdasarkan
kegiatan program pengelolaan danau. Penjelasan dan maksud isi dari masing-masing kolom adalah sebagai berikut :
No : Pada kolom ini berisi urutan penomoran
Permasalahan : Pada kolom ini berisi rumusan permasalahan
Program : Pada kolom ini berisi program pengelolaan danau yang akan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan danau
Kegiatan : Pada kolom ini berisi kegiatan pengelolaan danau yang merupakan bagian dari program
Target Capaian : Pada kolom ini berisi standar keberhasilan yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 tahun (sesuai dengan target capaian yang
tercantum dalam matrik Rencana Pengelolaan Danau Lima Tahunan)
Lokasi Kegiatan : Pada kolom ini berisi sebaran lokasi dimana kegiatan akan dilaksanakan
Institusi : Pada kolom ini berisi institusi pemerintah/pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat yang menjadi penanggung jawab kegiatan
Penanggung Jawab pengelolaan danau
Alokasi Anggaran : Pada kolom ini berisi perkiraan anggaran yang ditumbuhkan untuk kebutuhan pelaksanaan kegiatan
No : Pada kolom ini berisi urutan penomoran
Permasalahan : Pada kolom ini berisi rumusan permasalahan
Program : Pada kolom ini berisi program pengelolaan danau yang akan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan danau
Kegiatan : Pada kolom ini berisi kegiatan pengelolaan danau yang merupakan bagian dari program
Target Capaian : Pada kolom ini berisi standar keberhasilan yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 tahun (sesuai dengan target capaian yang
tercantum dalam matrik Rencana Pengelolaan Danau Lima Tahunan)
Lokasi Kegiatan : Pada kolom ini berisi sebaran lokasi dimana kegiatan akan dilaksanakan
Institusi : Pada kolom ini berisi institusi pemerintah/pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat yang menjadi penanggung jawab kegiatan
Penanggung Jawab pengelolaan danau
Alokasi Anggaran : Pada kolom ini berisi perkiraan anggaran yang ditumbuhkan untuk kebutuhan pelaksanaan kegiatan

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM DIREKTUR JENDERAL,
DAN KERJASAMA TEKNIK,

ttd. ttd.

ARIEF SETIYO UTOMO IDA BAGUS PUTERA PARTHAMA


- 89 -

LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P.4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU

PELAKSANAAN PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU

Pelaksanaan Pengendalian Kerusakan Danau terdiri dari pencegahan


kerusakan, penanggulangan kerusakan dan pemulihan fungsi.Beberapa
bentuk pelaksanaan pengendalian kerusakan danau dapat merujuk pada
Peraturan Perundang-undangan terkait antara lain Peraturan mengenai
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Pengelolaan Kualitas Air. Beberapa bentuk
lainnya dalam pelaksanaan pengendalian kerusakan danau dijelaskan lebih
detil sebagai berikut:
A. Pedoman Zonasi Ekosistem Danau
B. Pedoman Pembuatan Taman Air Purifikasi atau Lahan Basah Buatan
C. Pedoman Pemanfaatan Eceng gondok

A. PEDOMAN ZONASI EKOSISTEM DANAU

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Indonesia memiliki ratusan (diperkirakan 520 buah danau ) buah danau yang
tersebar dari Pulau Sumatera hingga Papua, dengan total luasan sekitar 490
ribu hektar. Ditinjau dari proses pembentukannya, danau-danau tersebut
terbentuk baik akibat bencana alam (tektonik, vulkanik, atau longsoran)
maupun proses alam yang bertahap (sedimentasi dan erosi). Danau tektonik
terbentuk akibat peristiwa geologi, contohnya Danau Poso di Sulawesi Tengah
dan Matano di Sulawesi Selatan. Danau vulkanik dan kaldera merupakan
danau yang terbentuk akibat letusan gunung api seperti Danau Bratan di Bali
dan Maninjau di Sumatera Barat. Danau banjir terbentuk akibat proses
sedimentasi, erosi dan banjir, contohnya Danau Semayang dan Melintang di
Kalimantan Timur. Sedangkan danau pelarutan/erosi terbentuk di Pulau
Gamping seperti danau-danau di Pulau Saparua dan Kei di Kepulauan
Maluku.
Pada umumnya danau-danau di Indonesia bersifat multi guna (misalnya fungsi
utama sebagai PLTA namun dimanfaatkan juga sebagai irigasi dan budidaya
perikanan). Akibat peruntukan multi guna tersebut, menyebabkan banyaknya
permasalahan/ancaman yang kini muncul, diantaranya pendangkalan,
- 90 -

eutrofikasi, pencemaran, penurunan produktivitas akibat penangkapan


berlebih, berkurangnya volume air danau saat kemarau dan banjir saat hujan.
Permasalahan atau ancaman tersebut jika tidak segera ditanggulangi diduga
akan merugikan berbagai pihak pengguna danau, karena nilai-nilai maupun
manfaat yang diberikan danau akan berkurang atau bahkan sirna akibat
pengelolaan yang kurang bijaksana. Salah satu upaya untuk menata
pemanfaatan danau, agar dapat memberi nilai dan manfaat optimal jangka
panjang (berkelanjutan) adalah melalui zonasi perairan danau (atau disingkat
Zonasi Danau) sebagai acuan bagi sektor terkait dan pemerintah daerah dalam
melakukan kegiatannya. Sesuai dengan amanah UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional maka penetapan tata ruang ekosistem danau secara
terpadu sangat diperlukan sehingga pemanfaatan perairan danau dapat
berkelanjutan.
Morfometri dan struktur danau alami dan danau buatan memiliki banyak
perbedaan yang menyebabkan perbedaan pula dalam karakteristik biologi
fisika dan kimia perairan. Tidak setiap danau harus memiliki Zonasi Danau
yang sama, karena setiap Danau memiliki tingkat nilai & manfaat yang
berbeda sesuai ukuran dan kondisi sosial ekonomi masyrakat di sekitarnya.
Pedoman Zonasi Danau disusun berdasarkan pengenalan karakteristik danau
secara alami, serta berbagai jenis pemanfaatan perairannya.

I.2. Tujuan, Manfaat dan Sasaran Pedoman


I.2.1. Tujuan
Tujuan Secara umum, dokumen ini bertujuan memberikan arahan kebijakan
dalam pengelolaan ekosistem danau melalui perencanaan zonasi danau,
sehingga nilai-nilai dan manfat danau dapat digunakan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat untuk generasi sekarang dan yang akan datang.
I.2.2. Manfaat
a. Membangun kesamaan persepsi dari pengambil keputusan dan pihak-
pihak yang berkepentingan atas keberadaan suatu danau sehingga tercipta
keharmonisan pemanfaatan ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
b. Mengarahkan upaya-upaya pembangunan di badan air dan sekitar danau
dengan pendekatan-pendekatan yang berskala prioritas agar nilai dan
manfaat danau dapat optimal dan berlangsung secara berkelanjutan;
c. Membantu pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat
dalam mengelola ekosistem danau melalui perencanaan zonasi danau
dengan berbagai pertimbangan ekologi, sosial budaya dan ekonomi serta
menyelaraskannya melalui kebijakan.
I.2.3. Sasaran
Sasaran Buku pedoman ini ditujukan untuk pemerintah, pemerintah daerah,
swasta/dunia usaha dan masyarakat serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan terhadap keberadaan suatu ekosistem danau agar
- 91 -

pemanfaatan danau dapat berlangsung secara berkelanjutan dalam


meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

I.3. Ruang Lingkup


Zonasi yang dimaksudkan dalam pedoman ini adalah suatu bentuk rekayasa
teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai
dengan potensi sumberdaya, daya dukung dan proses-proses ekologis yang
terdiri dari tahap persiapan, pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft
rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan tata batas, dan
penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian aspek ekologi, sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Cakupan Pedoman
 Pedoman zonasi danau ini mencakup penjelasan tahapan serta faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam menyusun Zonasi Danau melalui Sudut
Pandang Ekologis (kondisi Bio-Fisik-Kimiawi perairan) dan Pendekatan
Pengelolaan (ditinjau dari kondisi sosial budaya, kepentingan ekonomi dan
kebijakan).
 Pedoman zonasi ini hanya diperuntukkan untuk menentukan zonasi
perairan danau alami air tawar, sedangkan danau buatan, situ, danau air
payau maupun asin (laguna) serta danau paparan banjir akan dilakukan
diatur secara tersendiri.
 Cakupan zonasi perairan danau dalam pedoman ini mencakup perairan
danau (badan air danau) dan daerah sempadan danau. Namun demikian
penentuan zonasi perairan danau tersebut harus memperhatikan kondisi
Daerah Tangkapan Air danau (DTA).
- 92 -

BAB II
PRINSIP DAN KRITERIA PENETAPAN ZONASI DANAU

II.1. Ekologi Danau


Danau memiliki kedalaman yang perbedaannya sangat signifikan dibanding
tipe perairan darat menggenang lainnya. Kedalaman perairan danau bisa
mencapai lebih dari 500 m, bagian tengah biasanya terdalam.Kedalaman
perairan danau memungkinkan terjadinya stratifikasikolom airnya baik akibat
perubahan (penurunan) suhu perairan dan daya tembus sinarmatahari. Lebih
lanjut stratifikasi kolom air akan mempengaruhi pola sirkulasi air.
II.1.1. Stratifikasi Vertikal Kolom Air Berdasarkan Perbedaan Suhu
Berdasarkan perbedaan suhu perairan, stratifikasi kolom air danau dapat
dikelompokkanmenjadi tiga (3) yaitu :
1. Epilimnion merupakan lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini bagian
yang hangat kolom air, suhu relatif konstan (perubahan suhu sangat kecil
secara vertikal). Seluruh massa air di lapisan ini tercampur dengan baik
karena pengaruh angin dan gelombang.
2. Metalimnion atau yang sering disebut Termoklin, merupakan lapisan
pemisah antar zona epilimnion dan hipolimnion. Perubahan suhu dan
panas secara vertikal relatif besar pada lapisan ini. Setiap penambahan
kedalaman satu meter terjadi penurunan suhu air sekitar 1 derajat celcius.
3. Hipolimnion, terletak di bawah lapisan termoklin. Lapisan ini lebih dingin,
bercirikan adanya perbedaan suhu secara vertikal relatif kecil. Sifat
massa airnya stagnan, tidak mengalami percampuran (mixing) dan
memiliki kekentalan air (densitas) yang lebih besar. Pada umumnya di
wilayah tropis memiliki perbedaan suhu air permukaan dengan bagian
dasar hanya sekitar 2 – 3 derajat celcius (1).

Gambar 1. Stratifikasi kolam air danau akibat perubahan suku perairan


(modifikasi dari www.ourlake.org)

II.1.2. Stratifikasi Vertikal Kolom Air Akibat Perbedaan Intensitas Cahaya


Stratifikasi akibat sinar matahari menghasilkan zona tembus cahaya (zona
fotik) danzona gelap, tidak tembus cahaya (zona afotik). Lebih lanjut
karakteristik masing-masinglapisan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fotik, yang merupakan lapisan yang masih mendapat cukup cahaya
matahari;terjadi proses fotosintesis oleh biota plankton sehingga zona ini
- 93 -

kandungan unsurharanya berkurang (miskin unsur hara) namun kadar O2


meningkat sebagai hasilproses ini.
2. Lapisan kompensasi adalah lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1%
dariintensitas cahaya permukaan;
3. Afotik, yaitu lapisan yang terletak di bawah lapisan kompensasi, dengan
intensitascahaya sangat kecil atau bahkan tidak terdapat cahaya (afotik).
karena tidak terjadiproses fotosistensis, kandungan unsur haranya masih
tinggi (kaya unsur hara).

Gambar 2. Zonasi Perairan Danau (Pedoman Ekosistem Danau, KLH, 2008)

II.1.3. Zonasi di Dalam Danau (benthic zonation)


Ditinjau dari bentuk kontur dasar suatu perairan danau (dapat diketahui dari
Peta Bathimetri), atau potongan melintang suatu danau (cross section) maka di
dalam suatu danau biasanya terdapat: (a) zona litoral (wilayah berair dangkal),
(b) zona limnetik (periaran terbuka) dan (c) zona profundal.
1. Zona Littoral: wilayah berair dangkal, penetrasi cahaya mencapai dasar
perairan. Hal ini dicirikan dengan tumbuhnya tumbuhan yang berakar di
dasar perairan.
2. Zona Limnetik: wilayah perairan terbuka, dari permukaan air sampai
kedalaman kompensasi. Organisme yang hidup pada wilayah ini adalah
plankton, nekton dan kadang-kadang neuston.
3. Zona Profundal: wilayah dasar perairan, dan lapisan di atasnya tidak
mendapat penetrasi cahaya matahari (afotik).
- 94 -

Gambar 3. Zonasi di dalam danau (Cummings, 2000)

II.1.4. Flora dan Fauna Danau


Klasifikasi organisme yang hidup di perairan danau berdasarkan tempat
hidupnya :
1. Benthos: organisme nabati atau hewani yang hidup di dasar perairan. Di
permukaan dasar (epifauna), dan di dalam dasar perairan (infauna). Dapat
juga dibagi berdasarkan cara makannya yaitu organisme penyaring (filter
feeders), misalnya jenis kerang; dan organisme pemakan deposit (deposit
feeders), misalnya jenis siput.
2. Perifiton: organisme nabati atau hewani hidup melekat di batang atau
daunvegetasi akuatik atau di permukaan benda-benda yang ada di
permukaan dasar perairan atau yang muncul di luar permukaan dasar
perairan.
3. Plankton: terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Hidupnya melayang-
layang secara pasif dalam air penyebarannya tergantung kepada arus.
Berdasarkan ukurannyaplankton terdiri dari dua yaitu netplankton
(plankton jaring) dan nannoplankton.Netplankton yaitu plankton yang
dapat ditangkap dengan menggunakan plankton net (jaring plankton),
sedangkan nanoplankton yaitu plankton yang berukuran kecil sehingga
tidak dapat ditangkap dengan plankton net.
4. Nekton: organisme yang mampu berenang, dapat berpindah tempat secara
aktif.Organisme nekton misalnya ikan, amfibia, insekta yang dapat
berenang.
5. Neuston: organisme yang hidup di permukaan air.

II.1.5. Gulma Air


Gulma air (aquatic weeds) adalah tumbuhan air yang pada suatu keadaan
tertentu dianggap menimbulkan kerugian bagi manusia, atau tumbuhan air
yang tidak diinginkan tumbuh. Tumbuhan air dianggap sebagai pengganggu
karena menimbulkan dampak negatif berupa gangguan terhadap pemanfaatan
perairan secara optimal, misalnyamempercepat pendangkalan, menyumbat
saluran irigasi, memperbesar kehilangan airmelalui proses evapotranspirasi
- 95 -

(proses hilangnya air melalui permukaan air dan tumbuhan), mempersulit


transportasi perairan, menurunkan hasil perikanan, ataupunberupa gangguan
langsung dan tidak langsung lainnya terhadap kesehatan manusia serta
tempat berlindung ikan dari kejaran predator dan tempat bertelur ikan, selain
itusebagai bahan makanan manusia. Keberadaan tumbuhan air pada perairan
dan tepiandanau sangat diperlukan sebagai habitat kehidupan dan
perkembangbiakan organismedanau. Namun apabila pertumbuhannya tidak
terkendali maka akan menjadi gulma yangmengganggu fungsi serta
pemanfaatan danau. Oleh karena itu perlu luas daerah gulmayang berimbang
dengan fungsi danau, serta zonasinya.
1. Jenis yang berakar di dasar danau dangkal atau tepian danau dan
seluruhbatangnya terendam didalam perairan danau tersebut. Jenis ini
adalah Hydrillavericillata dan Nayas indica.
2. Jenis yang berakar di dasar danau dangkal atau tepian danau
sedangkanbatangnya berada dipermukaan air. Jenis ini adalah genjer dan
Cyperus Sp.Limnocharisflaon.
3. Jenis yang mengapung pada permukaan air danau. Jenis ini adalah
Salviniamalasta (kayambang) dan Echornnia crassipes (eceng gondok).
Gulma dapat dikendalikan dengan berbagai cara misalnya dengan pendekatan
kimiawidengan menggunakan pestisida, biologi (hayati) dengan menggunaan
ikan karperrumput/white amur, pengangkatan secara manual.

II.2. Kriteria Penetapan Zonasi


Danau memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi ekologi dan fungsi
kemasyarakatan (sosial-ekonomi-budaya). Sebagai penyimpan air, danau
memiliki fungsi utama sebagai sumber dayaair bagi keperluan permukiman,
pertanian, peternakan, industri, dan pembangkit listrik tenagaair, juga
berfungsi sebagai sarana transportasi, berbagai macam kegiatan usaha
perikanan,pariwisata, dan olah raga air.Sedangkan fungsi ekologidanau adalah
sebagai habitatkehidupan biota air (keanekaragaman hayati) seperti jenis-jenis
ikan endemik dan sumberpakan hewan liar.
Berdasarkan pemanfaatan terhadap sumberdaya air, dapat diklasifikasikan
menjadi pemanfaatan absraksi dan non abstraksi. Pemanfaatan sumber daya
air danau abstraksi ialah pemanfaatan air dengan cara pengambilan air danau
keluar dari perairan danau, seperti pembangkit tenaga listrik, air baku untuk
keperluan keseharian penduduk dan kebutuhan industri dan pertambangan,
air pertanian, perkebunan dan perikanan.
Pemanfaatan sumber daya air danau non abstraksi ialah pemanfaatan air
danau tanpa mengeluarkannya dari perairan danau, seperti perikanan
tangkap, budidaya, pariwisata danolah raga air, transportasi air dan
pengendalian banjir. Pemanfaatan air danau abstraksi perlu dikendalikan agar
tidak mengganggu keseimbangan muka air danau yang berkaitan juga dengan
kehidupan biota perairan. Pemanfaatan tersebut diatas dapat diklasifikasikan
menjadibeberapa zona pemanfaaatan perairan danau sebagaimana disajikan
dalam Tabel 3.
- 96 -

II.2.1. Sempadan Danau


Istilah “sempadan danau” dalam Kepres 32/1990 disebut sebagai kawasan
sekitar danau. Kawasan ini harus dilindungi dengan menetapkan wilayah
sekeliling badan air danau antara 50–100 meter dari batas air danau, juga
memperhatikan tipologi kawasan sekitar danau apakah curam, terjal, sempit
atau datar dan luas. Pada kawasan sempadan tidak diperbolehkan kegiatan
yang bersifat mengganggu fungsi danau sebagai ekosistem penyedia jasa
lingkungan. Isi Kesepakatan Pengelolaan Danau berkelanjutan, Bali tahun
2009 yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sempadan danau adalah
dorongan kepada semua pihak untuk melakukan hal-hal: (1) Pengendalian
pencemaran air; (2) Konservasi keanekaragaman hayati; (3) Pengaturan dan
pengawasan kegiatan budidaya pada perairan; (4) Pengaturan perijinan
sertifikasi lahan bangunan; (5) Pengendalian erosi; (6) Langkah-langkah
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; (7) Pembinaan dan penyuluhan kapada
masyarakat.

II.2.2. Badan Air Danau


Kesepakatan Pengelolaan Danau berkelanjutan, Bali tahun 2009 ditujukan
secara khusus untuk melindungi ekosistem danau terutama “badan air”
danau. Oleh sebab itu sebagian besar kebijakan dalam Kesepakatan
Pengelolaan Danau berkelanjutan, Bali tahun 2009 berkaitan dengan
pengelolaan “badan air” danau yaitu: (1) Pengendalian pencemaran air; (2)
Konservasi keanekaragaman hayati; (3)Pengaturan dan pengawasan kegiatan
budidaya pada perairan; (4) Pengendalian erosi; (5) Kajian untuk pemanfaatan
sumberdaya air danau; (6) Pengembangan sistem monitoring, evaluasi, dan
informasi danau seperti penyediaan sistem informasi dini kerusakan air dan
bencana di danau; (6) Peningkatan peran masyarakat; (7) Penyediaan
pendanaan berkelanjutan.
Pendekatan yang digunakan dalam penentuan zonasi danau dalam panduan
ini mengintegrasikan Pendekatan Ekologi terdiri dari aspek biologi, morfometri
danau, fisika dan kimiawi perairan, dan Pendekatan Pemanfaatan yang terdir
dari aspek sosial, budaya, ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang
relevan.Dengan mengintegrasikan semua aspek tersebut, diharapkan produk
hukum Zonasi Danau akan memiliki suatu kekuatan/landasan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Secara garis besar tahapan penetapan zonasi danau
digambarkan pada skema berikut.
- 97 -

Gambar 4. Skema penetapan zonasi danau


Keterangan:
Warna biru menunjukan tahapan penetapan zonasi yang berhubungan dengan
badan air dan sempadan danau. warna kuning adalah informasi tambahan
dari DTA Danau.

II.3. Pendekatan Ekologi dan Pengelolaan untuk Penetapan Zonasi Danau


Penilaian Identifikasi zonasi perairan danau didasarkan kepada kriteria
pendekatan Ekologi danpendekatan pengelolaan. Kriteria zonasi tersebut
adalah sebagai berikut:
II.3.1. Pendekatan Ekologi
Kriteria Morfometry dan Bathymetry Danau
Pengukuran morfometri dan pembuatan peta bathymetry mutlak dilakukan
karena merupakan informasi mendasar tentang pola keruangan atau
karakteristik fisik dari suatu danau. Melalui peta bathymetri dan informasi
morfometri dapat diketahui lokasi-lokasi mana saja di dalam danau yang
akan/telah/tengah mengalami pendangkalan, lokasi inlet dan outlet air yang
menuju ke dan keluar dari danau, tutupan permukaaan danau oleh pulau-
pulau kecil maupun keberadaan tanaman air.
Lebih lanjut dari informasi Morfometry dan Bathymetry ditentukan daerah
rawan bencanayaitu daerah yang memiliki potensi/peluang menyebabkan
- 98 -

terjadi perubahan drastis kondisi biofisik danau akibat aktivitas hidrologis


(seperti banjir), Geologis (peristiwa vulkanik, misalnya untuk Danau Toba,
longsoran pada Danau Maninjau), Biologi (serbuan oleh invasif spesies,
misalnya eceng gondok, eutrofikasi/alga blooming yang menyebabkan
kematian massal ikan), Arus balik (di Danau Maninjau)
Kriteria Biologi, Fisika dan Kimia Perairan
Informasi aspek biologi atau keanekaragaman hayati suatu perairan danau
maupun biota yangmemanfaatkan perairan danau penting diketahui guna:
1. Menentukan zona tersebut perlu dilindungi tanpa adanya pemanfaatan
ataupun pemanfaatan terbatas mengingat fungsinya sebagai habitat untuk
mendukung kehidupan bagi suatu spesies tertentu yang dilindungi.
2. Menyajikan informasi ada tidaknya endemik species dan status
perlindungan jenis dari organisme yang ditemukan.
3. Menginformasikan adanya organisme invasif (invasive species) terkait
dengan pengelolaan, jenis-jenis biota aquatik yang merupakan invasif
spesies serta peluang ancaman yang akan ditimbulkan.
4. Menginformasikan adanya ikan katadromus dan anadromus dan jalur
migrasinya.
Informasi fisika dan kimiawi perairan (kualitas air) mencakup informasi terkini
dan catatan periodik kualitas air baik secara vertikal maupun horizontal dan
status kesuburan/pencemaran air danau. Sebaran kualitas air danau secara
vertikal, akan memberikan informasi tentang adanya pelapisan masa air (water
stratification) danau (baik ditinjau dari suhu air dan kelarutan gas-gas di
dalam air)sehingga dapat diantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan jika
terjadi pengadukan (overturn) air danau (contoh: air dekat dasar danau yang
miskin oksigen dan kaya gasberacun seperti H 2S, jika terangkat ke lapisan atas
danau, saat terjadinya pengadukan, dapat mematikan berbagai kehidupan di
air termasuk ikan-ikan di dalam karamba jaring apung).
Parameter kualitas air danau yang diukur dapat mengacu pada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air yang mencakup berbagai persyaratan untuk
pemanfaatan air yaitu peruntukan air baku air minum; prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, airuntuk mengairi
pertanaman; dan atau peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air
yangsama dengan kegunaan tersebut.
Dalam rangka menentukan status tropik danau, telah ditetapkan suatu
kebijakan melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009
tentang Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau
Waduk yang mengacu pada kriteria ILEC 2001.
- 99 -

Tabel 1. Kriteria Status Trofik Waduk atau Danau


Status Kadar Rata-rata Kadar Rata-rata Kadar Rata-rata Kecerahan
Trofik Total N (µg/l) Total P (µg/l) Khlorofil-a (µg/l) Rata-rata (m)

Oligotrofik 661 >10 1,7 4,2


Mesotrofik 753 < 30 4,7 16,1
Eutrofik 1875 < 100 14,3 42,6
Hyperetrofik Tinggi ≥ 100 100 – 200 > 500

II.3.2. Pendekatan Pengelolaan


Status (hukum) dan Kebijakan formal berkaitan dengan status keberadaan
pengelola danau
Danau yang berada di kawasan konservasi memiliki fungsi utama sebagai
kawasan lindung. Beberapa danau yang berada dalam kawasan konservasi
yaitu tiga danau di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan yaitu Danau Matano,
Towuti dan Mahalona berada dalam Taman Wisata Alam, Danau Lindu di
Sulawesi Tengah dan Danau Sentarum di Kalimantan Barat berada dalam
Kawasan Taman Nasional.
Status danau yang berada di luar kawasan konservasi mempunyai fungsi
lindung dan budidaya. Fungsi lindung ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian ekosistem danau yang mencakup komponen biotik dan
abiotik. Sedangkan fungsi budidaya ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi danpotensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Informasi Rencana Tata Ruang perlu diketahui agar zonasi danau yang akan
dibuat selaras dengan arah kebijakan pemanfaatan ruang di daerah tersebut.
Selain itu dilakukan juga identifikasi jenis-jenis pemanfaatan danau yang telah
ada untuk menilai pemanfaatan prioritas suatu danau. Perlu diingat bahwa
pada umumnya daerah sempadan danau di Indonesia telah terjadi
okupasi/perebutan lahan (enroachment) sehingga sempadan danau berstatus
hak milik. Informasi aktivitas sektor bisnis di danaudan sekitarnya (restaurant,
KJA, tambang, peternakan, perkebunan) perlu dilakukan karena dari sisi
ekonomi memberikan pendapatan namun dari sisi lingkungan berpotensi besar
menimbulkan pencemaran.
Kriteria Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Danau
Informasi sosial budaya masyarakat yang tinggal di sekitar danau serta yang
telah menikmati manfaat atas keberadaan danau baik secara langsung
maupun tidak langsungperlu diketahui guna mengetahui persepsi mereka
terkait rencana zonasi danau, sertaperkiraan dampak sosial budaya yang
ditimbulkan dengan adanya zonasi. Beberapa kriteria yang diperlukan perlu
diidentifikasi meliputi:
1. Dukungan masyarakat serta potensi konflik kepentingan; kriteria ini
digunakan untuk menilai dukungan masyarakat terhadap kegiatan zonasi
serta implementasi zonasi dapat berjalan dengan baik
- 100 -

2. Kearifan lokal dan adat istiadat; kriteria ini digunakan untuk melihat ada
pengetahuan lokal/pengetahuan tradisional ataupun adat dan kebiasaan
masyarakat yang dapat membantu kelestarian sumberdaya alam.
Metode yang dapat dilakukan untuk menggali informasi sosial budaya dengan
orientasi langsung di lapangan dan wawancara dengan perwakilan masyrakat
dari berbagai profesi dan tingkat kepentingan.
Kriteria Ekonomi
Kriteria ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui nilai ekonomi suatu
sumberdaya danau baik bagi masyarakat di sekitar danau maupun nilai
ekonomi dalam skala besar bagipendapatan daerah. Kriteria yang dapat
diidentifikasi meliputi:
1. Nilai penting perikanan; kriteria ini digunakan untuk melihat nilai penting
sektorperikanan dalam suatu wilayah danau mencakup jumlah produksi
baik perikanan tangkap maupun budidaya.
2. Estetika, potensi rekreasi dan pariwisata; kriteria ini digunakan untuk
melihat keindahan alamiah dari suatu perairan dan/atau biota yang
memiliki daya tarik tertentu dan apakah memiliki potensi dalam rekreasi
dan pariwisata.
3. Kemudahan mencapai lokasi; kriteria ini memperhatikan ketersediaan
akses dan
4. kemudahan dalam mencapai lokasi kawasan dari berbagai daerah
mencakup juga ketersediaan fasilitas transportasi air.
5. Potensi danau sebagai PLTA dan sumber air baku (pemanfaatan abstraksi)
Berdasarkan kriteria-kriteria identifikasi tersebut di atas, selanjutnya
ditentukan jenis zona periaran danau baik untuk fungsi lindung maupun
fungsi budidaya. Adapun pembagian zona untuk fungsi lindung mencakup:
zona suaka perikanan, zona sempadan danau, zona religi dan sosial budaya,
dan zona restorasi-rawan bencana. Sedangkan untuk fungsi budidaya
mencakup: zona perikanan tangkap, zona perikanan budidaya, zona wisata Air,
zona alur transportasi dan zona PLTA, zona sumber air baku dan mata air.
Kriteria–kriteria di bawah ini dapat berkembang sesuai kebutuhan di daerah
dengan tujuan untuk melestarikan keberlanjutan fungsi danau.

Tabel 2. Tabel Kriteria Zonasi Danau


Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria
Fungsi Lindung
Zona suaka Suaka perikanan adalah a. Tempat hidup dan
perikanan kawasan perairan tertentu berkembangbiak satu atau lebih
dengan kondisi dan ciri jenis ikan tertentu yang perlu
tertentu sebagai tempat dilindungi dan dilestarikan.
berlindung/ berkembang b. Mempunyai satu atau beberapa
biak jenis sumber daya ikan tipe ekosistem sebagai habitat
tertentu, yang berfungsi jenis ikan tertentu yang relatif
sebagai daerah perlindungan masih alami.
c. Mempunyai luas yang cukup
sebagai habitat ikan sebagaimana
disebutkan di atas untuk
menjamin proses ekologi secara
- 101 -

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria


alami serta dapat dikelola secara
efektif.
d. Aktivitas yang diperbolehkan
untuk pendidikan.
e. Sumberdaya ikan di zona suaka
perikanan tidak boleh ditangkap.
Zona sempadan Sempadan danau a. Pemaatan untuk ruang terbuka
danau merupakan satu kesatuan hijau.
ekologis dengan sistem b. Pelarangan pendirian bangunan
badan air danau. kecuali bangunan yang
keberadaan sempadan dimaksudkan untuk pengelolaan
danau ditujukan untuk badan air dan atau pemanfaatan
pencegahan abrasi atau hal- air.
hal lain yang dapat c. Pendirian bangunan hanya
menyebabkan pengurangan dibatasi untuk menunjang fungsi
luasan badan air danau, taman rekreasi.
nilai ekologis dan estetika d. Perlu dilakukan penetapan lebar
kawasan. Melindungi sempadan danau.
keanekaragaman hayati e. Vegetasi asli perlu dipertahankan
organisme akuatik danau dan jika perlu direstorasi.
f. Tidak boleh ada pengambilan
material yang merusak fungsi
ekosistem danau, kecuali untuk
tujuan restorasi
Zona tepian sebagai Melindungi keanekaragaman a. Mencakup zona litoral habitat
habitat perlindungan hayati organisame akuatik danau.
keanekaragaman danau b. Tidak boleh ada bangunan atau
hayati (zona litoral) instalasi akuakultur apapun di
zona litoral
c. Tidak boleh ada pengambilan
material yang merusak fungsi
ekosistem danau kecuali untuk
tujuan restorasi.
Zona restorasi rawan Daerah rawan bencana yang a. Adanya perubahan fisik, sifat fisik
bencana dimaksudkan meliputi dan hayati yang secara ekologi
peluang terjadi perubahan berpengaruh kepada kelestarian
drastis kondisi biofisik ekosistem yang pemulihannya
danau akibat aktivitas diperlukan campur tangan
hidrologis, geologis biologi, manusia.
teknologi. Tujuan b. Adanya invasif spesies yang
pengelolaan dimaksudkan menggangu jenis atau spesies asli
untuk memulihkan dalam kawasan.
komunitas hayati dan c. Pemulihan ekosistem danay dapat
ekosistemnya yang dilakukan melalui teknik
mengalami kerusakan serta penyifonan air di lapisan dasar,
mengurangi dampak risiko penanaman kembali sempadan
bencana. Zona-zona lain danau, perbaikan habitat litoral,
kecuali suaka perikanan penebaran ikan jenis asli dan
dapat berubah status pengendalian gulma air.
menjadi zona restorasi jika
terjadi kerusakan fungsi
ekologis baik akibat
pencemaran maupun sebab
biologis
Zona religi, budaya Bagian dari perairan danau a. Adanya lokasi untuk kegiatan
dan sejarah di dalamnya terdapat situs religi yang masih digunakan oleh
religi, peninggalan warisan masyarakat.
budaya dan atau sejarah b. Adanya situs budaya dan sejarah
- 102 -

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria


yang dimanfaatkan untuk baik yang dilindungi UU maupun
kegiatan keagamaan, yang tidak dilindungi.
perlindungan nilai-nilai
budaya dan sejarah
Fungsi Budidaya
Zona tangkap ikan Tujuan pengelolaan a. Jaminan peremajaan stok dengan
dimaksudkan agar aktivitas mempertahankan lokasi suaka
penangkapan tidak perikanan.
menimbulkan kerusakan b. Mempertahankan
ekologis dan konflik sosial keanekaragaman fisik kawasan.
c. Konektivitas hulu dan hilir
sehingga di zona tangkap tidak
mengganggu jalur migrasi.
d. Alat tangkap yang sudah tidak
berfungsi tidak boleh dibiarkan di
dalam badan air.
e. Alat tangkap dan cara
penangkapan yang ramah
lingkungan.
f. Tidak memutus jalur migrasi ikan
katadromus atau anadromus
Zona perikanan Dimaksudkan agar aktivitas a. Morfometri dan bathimetri serta
budidaya budidaya tidak menimbulkan kualitas fisika kimia dan bilogi
kerusakan ekologis perairan mendukung untuk
(berkelanjutan) dan konflik aktivitas budidaya (tidak
sosial melampaui nilai baku mutu
peruntukan perikanan)
b. Pengukuran daya tampung dan
daya dukung beban pencemaran
danau untuk menentukan jumlah
unit dan luasan budidaya.
c. Tidak mengganggu alur
transportasi dan zona wisata air.
d. Tidak dapat dikembangkan untuk
danau-danau vulkanik yang tidak
memiliki outlet.
e. Zona perikanna tidak untuk
danau yang tertutup (enclosed
lake)
Zona wisata air Dimaksudkan agar aktivitas a. Morfometri dan bathimetri serta
wisata tidak menimbulkan kualitas fisika kimia dan biologi
kerusakan ekologis, perairan mendukung untuk
menimbulkan konflik sosial wisata.
atau bertentangan dengan b. Keamanan bagi pengunjung dan
nilai-nilai masyarakat kemudahan akses menuju lokasi.
setempat. Pengelolaan zona c. Tidak terganggu sumber
wisata ditujukan agar pencemar.
mendatangkan pendapatan
baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi
masyarakat setempat.
Zona alur Pengaturan alur transportasi a. Morfometri dan bathimetri
transportasi agar tidak terjadi konflik mendukung untuk aktivitas
kepentingan dengan transportasi.
pemanfaatan lain serta b. Alur maupun dermaga tidak
meminimalisasi dampak melintasi zona suaka perikanan
pencemaran perairan dan zona perikanan budidaya.
c. Pengaturan batas tonnase dan
- 103 -

Jenis zona Tujuan Pengelolaan Kriteria


kecepatan kapal.
Zona PLTA Ditujukan agar aktivitas a. Bangunan PLTA tidak boleh
pembangkit tenaga listrik mengganggu keseimbangan
tidak mengganggu hidrologi danau sehingga tidak
masukan/debit air ke dalam mengurangi kemampuan air
danau dan jalur migrasi ikan danau untuk menetralisir
pencemaran air.
b. Tidak memutus jalur migrasi ikan
katadromus dan anadromus.
c. Jumlah debit air yang dipakai
memperhatikan jumlah
ketersediaan air dan kebutuhan
air lainnya seperti air baku dan air
industri, agar permukaan air
danau tidak surut.
d. Tersedia wilayah pengamanan dari
kegiatan lainnya agar tidak
mengganggu sarana dan operasi
PLTA, sesuai dengan karakteristik
dan kondisi danau.
Zona penyediaan air Penyediaan air baku a. Prioritas penggunaan air danau
baku diprioritaskan untuk adalah untuk keperluan rumah
(direkomendasikan keperluan rumah tangga tangga penduduk yang tinggal di
lokasi yang terdapat penduduk yang tinggal sekitar danau.
mata air menjadi sekitar danau dan b. Pengambilan air baku PDAM
zona penyediaan air pengkontrolan kualitas air harus memperhatikan jumlah
baku) bagi peruntukan air minum ketersediaan air dan kebutuhan
penduduk setempat.
c. Lokasi intake harus memenuhi
syarat kualitas air dan bebas dari
kegiatan yang berpotensi
mencemari danau serta
tersedianya wilayah pengamanan.
d. Penyediaan air baku untuk
industri harus memperhatikan
jumlah ketersediaan air baku
minum untuk kebutuhan
penduduk setempat dan PDAM
e. Tersedia wilayah pengamanan dari
kegiatan lainnya agar tidak
mengganggu sarana dan operasi
penyediaan air baru
- 104 -

Tabel 3. Kriteria Penetapan Zona Perairan Danau


- 105 -

BAB III
TAHAPAN PENETAPAN ZONASI PERAIRAN DANAU

Zonasi perairan danau bagi pengelolaan suatu danau yang berkelanjutan


merupakan arahan pemanfaatan sumber daya perairan danau oleh
pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang
diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dari diagram alir
pada Gambar 3 tahapan penyusunan zonasi danau dapat dibagi menjadi
tahapan sebagai berikut :

III.1. Tahap 1. Perencanaan


Tahapan Perencanaan merupakan tahapan awal dari kegiatan untuk
menetapkan zonasi ekosistem danau. Pada tahap perencaaan ini dapat
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Koordinasi mengenai rencana kegiatan dilakukan oleh instansi yang
membidangi sumberdaya air, lingkungan hidup, pertanian, kehutanan,
perikanan dan kelautan, tata ruang, energi dan sumberdaya air, riset dan
teknologi, pariwisata, Bappenas. Sedangkan pada Pemerintah Daerah
dilakukan oleh dinas yang menangani sumberdaya air, Bappeda,
lingkungan hidup, pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, tata
ruang, energi dan sumberdaya air, riset dan teknologi, pariwisata
2. Pembentukan Forum atau Kelompok Kerja untuk mengembangkan Visi
Bersama dalam rangka persiapan penetapan zonasi ekosistem danau.
3. Penentuan metode yang akan digunakan.
Metodelogi pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengkaji data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data awal (sekunder) meliputi :
a. Laporan penelitian-penelitian dan observasi yang pernah dilakukan di
daerah yang diusulkan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
lembaga lainnya
b. Hasil Interpretasi dari Citra Satelit.
c. Rencana tata ruang dari instansi terkait, serta sejarah proses terhadap
inisiatif zonasi
Pengkajian lapangan seperti pengukuran biofisik kimiawi perairan dan kajian
sosial ekonomi dapat dilakukan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi,
konsultan dan LSM.

III.2. Tahap 2. Pengumpulan informasi biofisik kimiawi, peluang risiko


bencana serta bentuk pengelolaan dan kebijakan
Pada tahapan ini, informasi terkini yang wajib dikumpulkan meliputi: (1)
Kondisi bio-fisik-kimiawi (termasuk tersedianya Peta bathimetri, dimensi
ukuran-ukuran fisik danau, kualitas air horizontal dan vertikal, daya tampung
beban pencemaran dan keanekaragaman hayati); Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Sekitar Danau yang mencakup (2) Identifikasi Stakeholder dan
- 106 -

Jenis-jenis Pemanfaatan Danau; (3) Status (hukum) dan Kebijakan formal


berkaitan dengan status keberadaan danau.

III.3. Tahap 3. Analisa informasi dan membuat Rancangan Zonasi Danau


Setelah berbagai informasi/data yang disebutkan pada tahap 1 dan 2 di atas
terkumpulkan, laludianalisa untuk selanjutnya dibuatkan “rancangan Zonasi
Danau tujuan utama dari upaya zonasi danau yang ingin dicapai. Konsep
Zonasi sebaiknya disiapkan oleh sejumlah pakar yang memahami aspek-aspek
tersebut di atas (seperti: ahli Limnology terkait kajian biofisik-kimiawi perairan
danau, Ahli Kebijakan terkait analisa kebijakan-kebijakan pengelolaan danau,
Ahli sosial ekonomi budaya yang mengkaji nilai manfaat sumberdaya danau
bagi kepentingan masyarakat)
1. Berbagai data biofisik-Sosek-kebijakan yang perlu dianalisa
2. Peta zonasi dapat dibuat dengan peta minimal skala 1:25.000 sedangkan
untuk perizinan dibutuhkan peta skala 1: 5000, tergantung pada luasan
danau

III.4. Tahap 4. Konsultasi Publik terhadap Rancangan Zonasi Danau


Setelah konsep Rancangan Zonasi terbentuk, selanjutnya adalah
mematangkan RPD menjadidokumen Zonasi Danau yang final, yaitu melalui
konsultasi-konsultasi publik dengan melibatkan para pemangku kepentingan
(stakeholders) lain, seperti pengambil kebijakan, sektor usaha, wakil
masyarakat yang berada di sekitar danau. Tujuan dari konsultasi adalah
untuk mendapatkan berbagai masukkan bagi perbaikan Rancangan Zonasi
Danau dan mengakomodasikan berbagai kepentingan multi pihak (sejauh
tujuan utama Zonasi Danau adalah untuk mempertahankan keberlanjutkan
manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam danau) agar nantinya saat
dokumen Zonasi Danau diterapkan di lapangan tidak menimbulkan konflik
dengan/antara para pengguna danau.

III.5. Tahap 5. Pengesahan / legalisasi Zonasi Danau dan Sosialisasi


Dokumen Final dari Zonasi Danau, yang telah disusun di atas dan telah
memperoleh masukkandari berbagai pihak (melalui Konsultasi Publik),
selanjutnya akan dituangkan ke dalamperaturan/kebijakanPemerintah dan
Pemerintah Daerah (berikut konsekuensi terhadappelanggaran-pelanggaran
yang mungkin terjadi terhadap kebijakan ini).Tahapan ini lebihmerupakan
wewenang/tugas Pemerintah, Pemerintah Daerah dalam menetapkan status
hukumdari Zonasi Danau serta mensosialisasikannya kepada berbagai pihak
yang memilikikepentingan langsung / tidak langsung atas keberadaan danau
di daerah tersebut.
Pengajuan zonasi dapat diinisiasi/ diajukan oleh kelompok orang atau oleh
Pemerintah,Pemerintah Daerah.Perizinan pemanfaatan dan pengelolaan ruang
badan air danau dansempadan diserahkan sepenuhnya kepada daerah kecuali
untuk danau yang berada dikawasan konservasi dan atau yang dikelola
langsung oleh pemerintah pusat.
- 107 -

III.6. Tahap 6. Implementasi Zonasi Danau


Tahapan ini merupakan ujung tombak dari berhasil tidaknya suatu Zonasi
Danau mencapai tujuannya, yaitu mempertahankan keberlanjutan dari nilai-
nilai dan manfaat danau dapat digunakan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Peran
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam mengawasi
pelaksanaan Zonasi Danau adalah sangat penting. Pelanggaran-pelanggaran
terhadap kebijakan yang sudahditetapkan dan telah mendapat kesepakatan
dari berbagai pihak merupakan pendukung kuatdalam melaksanakan
penegakkan hukum di lapangan.Tahapan sosialisasi dan diseminasi dapat
dilakukan melalui poster, radio, multimedia, workshop.

Contoh 1. Simulasi Penetapan Zonasi Ekosistem Danau


Morfometri
Hasil pengukuran morfometri untuk parameter permukaan dan bawah
permukaan Danau Tondano disajikan dalam bentuk Tabel 1 dan Gambar 1
berikut.
- 108 -

Tabel 1. Morphometry Danau X

Gambar 5. Peta Bathimetri Danau X

Karakter Fisika Kimia Air


Pengukuran parameter fisik kimia dikelompokkan kedalam dua variasi
karakteristik yaitu variasivertikal dan horisontal.
Sebaran Vertikal
Pengukuran parameter fisika dan kimia in-situ di tengah danau dilakukan
pada 6 titik kedalaman Pengukuran dilakukan pada siang hari, kondisi cuaca
cerah dan perairan tenang. Secara umum gambaran nilai masing-masing
parameter fisika dan kimia di daerah karamba tancap dengan kedalaman
maksimal 11m disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 3 berikut:
- 109 -

Tabel 2. Nilai kualitas air di daerah Kerambah Tancap pada berbagai lapisan kolom air

Gambar 6. Sebaran vertikal suhu (a), pH dan DO (b) dan TDS dan DHL (c) di daerah keramba

Sebaran Horizontal
Ringkasan data hasil pengukuran dalam bentuk kisaran nilai di bagian tengah
danau (intake PT Air), daerah karamba dan daerah outlet danau dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Pengukuran pada Zona Sumber Air Baku, Daerah Karamba dan Outlet Danau
- 110 -

Keanekaragaman Hayati
Kelompok Avifauna (burung)
Sejumlah 31 spesies burung berhasil ditemukan dan diidentifikasi dimana 6
spesies diantaranya merupakan spesies yang dilindungi berdasarkan Undang-
Undang yang berlaku di Indonesia. Jenis yang dilindungi meliputi beberapa
jenis kuntul (Ardeidae), elang, raja udang dan burung-madu (Lihat Tabel 6).
Tabel 4. Jenis-jenis Burung Yang dilindungi berdasarkan Undang-undang di Indonesia

Kelompok Fauna Aquatik (Ikan, Moluska dan udang-udangan)


Sedikitnya 10 spesies ikan, 3 spesies krustacea dan 3 spesies moluska,
ditemukan dari daerah pengamatan. Sebagian dari jumlah temuan tersebut
merupakan jenis asing (alliens species) untuk Danau X. Misalnya Mujair
Oreochromis mossambicus, dan ikan Nila O. Niloticus merupakan jenis yang
diintroduksi – beberapa catatan menyebutkan jenis ini masuk pada tahun1969
ke Indonesia (belum diketahui, kapan jenis ini masuk ke Danau Tondano).
Beberapa jenis Moluska yang ditemukan yang juga merupakan spesies yang
terintroduksi ke danau ini, yaitu: Keong Mas (Pomacea canaliculata), Kijing
Taiwan (Anodonta sp.).
- 111 -

Gambar 7. Ikan Payangka (Ophieleoris) dalam berbagai ukuran


Salah satu jenis ikan yang cukup populer di Kabupaten Y adalah Payangka,
Ophieleotrisaporos (Bleeker 1854). Payangka memiliki beberapa nama local,
penduduk di bagian selatan danau menyebutnya Payangka; sementara di
bagian utara (khususnya Rembokan, Kakas) menyebutnya Worukus.
Penduduk menyebutkan bahwa payangka merupakan jenis ikan asliDanau X,
namun Soeroto (1988) menyebutkan bahwa jenis ini diintroduksi ke Danau X
padatahun 1902 dari Danau Z; sementara Kottelat, dkk. (1993) menyebutkan
bahwa sebaran asli jenis ini adalah di wilayah Indo-West Pasifik. Ikan
Payangka yang masih muda (juvenile) disebutikan nike, sehingga terkadang
orang salah paham dan mengartikan bahwa payangka dan nikeadalah dua
jenis ikan yang berbeda.

Ancaman pada Keanekaragaman Hayati


Beberapa ancaman yang baik secara langsung maupun tak langsung telah dan
akan mengancamkelestarian keanekaragaman-hayati di wilayah ini. Ancaman
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reklamasi sebagian (Partial reclamation).
Konversi lahan/rawa di tepi Danau X pada beberapa titik, teramati aktivitas
reklamasi di bagian selatan (Kec. Timur). Reklamasi dilakukan untuk
pembangunan jalan untuk mencapai tepi danau kemudian membangun
rumah/restoran. Kegiatan ini selain secara langsung maupun tidak
langsung dapat memberi pengaruh negatif pada kondisi ekosistem danau.
2. Perburuan (Hunting/poaching).
Beberapa penduduk menyebutkan bahwa meski tidak secara khusus,
perburuan dilakukan terhadap jenis burung weris (Gallirallus torquatus)
yang dianggap sebagai hama pengganggu ladang atau perkebunan mereka.
Selain weris jenis-jenis burung-air lain seperti Mandar besar (Porphyrio
porphyrio), Belibis (Dendrocygna arquata) juga menjaditarget perburuan
untuk konsumsi sendiri.
3. Dampak Negatif Budidaya ikan dalam keramba jaring. Over populasi dari
budidaya ikan dalam keramba jaring akan mengancam kelestarian Danau
X, secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh penggunaan
pakan yang sebagian besar terbuang ke luar jaring, mengotori dasar danau–
kondisi ini berpotensi menimbulkan, “up-welling‟ yang dapat berakibat fatal
bagi ikan-ikan di danau tersebut.
4. Pariwisata (Tourism-recreation).
Jika tidak dilakukan pengaturan, baik penempatan serta pembatasan
sesuai daya dukung ekosistem Danau X, maka dikhawatirkan keberadaan
aspek pariwisata dapat merusak kelestarian ekosistem ini.
5. Pertumbuhan berlebih tumbuhan (Excess vever growth of vegetation), hal ini
telah mulai terjadi untuk tumbuhan air, eceng gondok (Eichhornia
crasssipes).
- 112 -

6. Pertanian (Agriculture along drying margin), hal-hal yang dapat memberi


dampak negative dariaktifitas pertanian, antara lain: penggunaan pupuk
dan pestisida.
7. Limbah domestik (Domestic sewage), pemukiman yang terus berkembang
disekitar Danau Xsangat berpotensi memberikan dampak negative –
terutama dari limbah rumah-tangga yang dihasilkan.

Gambar 8. Peta Penggunaan Lahan Danau X Tahun 2010


Usulan zonasi ekosistem danau X
- 113 -

Gambar 9. Simulasi Zonasi Danau X


B. PEDOMAN PEMBUATAN TAMAN AIR PURIFIKASI ATAU LAHAN BASAH
BUATAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Umum
Salah satu permasalahan yang menyebabkan kerusakan ekosistem sungai
atau danau adalah menurunnya kualitas air akibat buangan limbah dari
berbagai jenis kegiatan di sempadan maupun daerah tangkapan air. Secara
konvensional, hal ini dikendalikan dengan membangun dan mengoperasikan
instalasi pengolahan air limbah biasa pada kegiatan usaha yang bersifat
institusi. Namun, apabila penurunan kualitas air disebabkan oleh kegiatan
non institusi seperti pertanian, hal ini sulit dikendalikan. Untuk itu diperlukan
cara-cara alternatif yang dapat mencegah atau menanggulangi penurunan
kualitas air tersebut, salah satunya adalah dengan taman purifikasi.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud penyusunan petunjuk teknis Pembuatan Taman Purifikasi ini adalah
sebagai pedoman bagi pelaksana/penanggungjawab pembuatan Taman
Purifikasi di lapangan agar sesuai dengan kaidah dan ketentuan teknis yang
berlaku. Sedangkan tujuannya adalah untuk memudahkan para petugas
lapangan dalam melaksanakan pembuatan Taman Purifikasi sehingga
terselenggara secara efektif, efisien dan berdayaguna.
Tujuan pembuatan Taman Purifikasi adalah untuk menangkap dan mengolah
buangan limbah atau aliran air yang mengadung limbah sehingga tidak
menurunkan kualitas air sungai atau danau.

I.3. Pengertian
Taman purifikasi adalah rancangan taman air di daratan atau di perairan yang
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas air dan memulihkan
fungsi ekosistem sungai atau danau dengan menangkap bahan pencemar
secara vegetatif. Dalam pustaka internasional, taman ini biasa disebut dengan
istilah constructed wetland atau lahan basah buatan. Dasar pengoperasiannya
sama dengan pertanian yang menggunakan energi matahari dan tumbuhan.

I.4. Gambaran Sistem Secara Umum


Taman Purifikasi merupakan rangkaian kolam-kolam galian dengan media
tanah/pasir/kerikil dengan air setinggi sekitar 60-70 cm, yang diberi
tumbuhan air.
- 114 -

Gambar 1. Contoh Taman Purifikasi

Taman Purifikasi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas air dan


memulihkan fungsi ekosistem yang terganggu akibat buangan air limbah
rumah tangga, industri, pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan
maupun pelindian (landfill leachate), dengan aktifitas mikroorganisme yang
sudah melekat secara alamiah pada akar tanaman.
Sistem ini berkesinambungan secara alami, mudah dan murah dioperasikan,
tidak memerlukan perawatan yang rumit, serta bersifat ramah lingkungan.
Pengoperasiannya tidak memerlukan bahan kima, energi listrik maupun
teknisi khusus. Secara kimiawi, sistem ini tidak menciptakan keadaaan
anaerobik sehingga tidak berbau apabila didesain dengan baik. Sistem ini
menjaga keanekaragaman hayati karena dapat menjadi habitat untuk mencari
makan dan berbiak bagi beberapa jenis hewan seperti ikan dan burung air.
Sistem ini bernilai estetis karena dapat dikembangkan sebagai taman air yang
indah untuk obyek pariwisata. Selain itu, sistem ini menyejukkan daerah
sekitar serta dapat menjadi tempat penampungan air hujan. Sistem ini
memiliki fungsi sosial karena merupakan tempat yang sesuai untuk
pendidikan masyarakat termasuk anak-anak sekolah dalam meningkatkan
kesadaran terhadap lingkungan serta turut memperbaiki kesehatan
lingkungan. Sistem ini sangat cocok diterapkan di daerah tropis karena proses
penguraian limbah dengan tanaman air di daerah tropis dapat berlangsung
sepanjang tahun.

Prinsip sistem ini adalah memanfaatkan mikroorganisme dan tumbuhan dalam


menguraikan limbah. Tumbuhan berfungsi sebagai tempat tinggal,
berkembang dan penyedia oksigen bagi mikroorganisme pengurai limbah.
Mikroorganisme berperan penting dalam penjernihan air. Peningkatan kualitas
air terjadi melalui interaksi proses biologi, fisika dan kimia secara terpadu
antara tanaman, substrat dan komunitas mikroorganisme. Proses yang terjadi
antara lain filtrasi dan sedimentasi dari padatan tersuspensi, filtrasi organisme
patogen, penguraian materi organik, dan penyerapan logam-logam berat.
Tumbuhan juga menahan laju aliran air sehingga padatan terendapkan. Lahan
basah yang alami sangat tidak disarankan digunakan untuk sistem ini karena
sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Jenis tanaman air yang terbukti berfungsi baik untuk Taman Purifikasi adalah
Phragmites sp. dan Typha sp.
- 115 -

Gambar 2. Contoh tanaman Typha


Kemampuan Taman Purifikasi untuk meningkatkan kualitas air adalah
sebagai berikut:
Parameter Kemampuan penyisihan (%)
Di daerah empat musim Di daerah tropis
BOD 73-90 80-95
COD 80-95 73-97
Total N 35-64 58-95
Total P 25-55 67-94
Coliform 99 99

I.5. Contoh Taman Purifikasi


Taman Purifikasi sudah diterapkan di beberapa lokasi di Bali untuk
menangkap limbah domestik dari perkantoran dan sekolah. Sistem ini juga
sudah diuji coba oleh LIPI dan diterapkan antara lain di Danau Maninjau, Situ
Cibinong, dan sempadan Sungai Citarum.

Gambar 3. Contoh Taman Purifikasi di daratan

Gambar 4. Contoh Taman Purifikasi di daratan dengan tanaman berbunga


- 116 -

Gambar 5. Contoh Taman Purifikasi di Perairan

Gambar 6. Contoh Taman Purifikasi di Perairan dengan tanaman berbunga

I.6. Ruang Lingkup


Ruang lingkup petunjuk teknis pembuatan Taman Purifikasi yaitu :
1. Rancang Bangun Taman Purifikasi.
2. Pelaksanaan.
3. Pengawasan dan Pendampingan.
4. Serah Terima.
- 117 -

BAB II
RANCANG BANGUN TAMAN PURIFIKASI

II.1. Persyaratan Lokasi


Sasaran Taman Purifikasi adalah hutan, lahan atau perairan yang memiliki
potensi buangan limbah ke perairan sungai atau danau sehingga dapat
menurunkan kualitas air sungai atau danau. Pembuatan Taman Purifikasi
dapat dilakukan di daratan maupuan perairan (sungai atau danau).

II.2. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)


Analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) adalahperhitungan kebutuhan biaya
tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk mendapatkan harga satuan atau
satu jenis pekerjaan tertentu. Analisis ini digunakan sebagai suatu dasar
untuk menyusun perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS) atau owner’s
estimate (OE) dan harga perkiraan perencana (HPP) atau engineering’s estimate
(EE) yang dituangkan sebagai kumpulan harga satuan pekerjaan seluruh mata
pembayaran.
Analisis harga satuan ini menetapkan suatu perhitungan harga satuan upah,
tenaga kerja, dan bahan, serta pekerjaan yang secara teknis dirinci secara
detail berdasarkan suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai dengan
yang diuraikan dalam suatu spesifikasi teknik, gambar desain dan komponen
harga satuan. Harga satuan pekerjaan terdiri atas biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan dan
alat.Komponen biaya tidak langsung terdiri atas biaya umum atau overhead
dan keuntungan. Biaya overhead dan keuntungan belum termasuk pajak-
pajak yang harus dibayar, besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum, dan apabila dalam peraturan tersebut belum ada dapat
mengadopsi peraturan lain yang ada atau disesuaikan dengan kondisi
setempat. Dalam penentuan satuan upah, tenaga kerja, dan bahan
menggunakan peraturan/Standar yang berlaku di Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan serta standar kewilayahan yang ada.
Harga satuan disesuaikan dengan harga satuan pokok kegiatan (HSPK) yang
ditetapkan oleh Ditjen PDASHL, Kementerian LHK pada tahun berjalan.Untuk
pelaksanaan pembuatan bangunan Taman Purifikasi dengan pola swakelola,
penghitungan harga satuan pekerjaan pembangunan dikurangi biaya overhead
dan profit sebesar 15%.

II.3. Contoh Gambar teknis dan RAB


Contoh gambar teknis Taman Purifikasi adalah sebagai berikut:
- 118 -

Gambar 7. Contoh Gambar Teknis Taman Purifikasi

II.4. Contoh analisa Rencana anggaran biaya (RAB)


II.4.1. Taman Purifikasi Tipe I (di daratan)
Sebesar Rp. 110.000.000,00 (Seratus sepuluh juta Rupiah) per unit (ukuran
kurang-lebih 50 m2, panjang dan lebar menyesuaikan).
No Kegiatan Biaya (Rp.)
I Perancangan dan supervisi pembuatan 25.000.000,00
II Pembuatan
1. Penggalian kolam/parit 5.000.000,00
2. Pembelian dan pemasangan lapisan kedap 30.000.000,00
air
3. Pembelian dan penempatan pasir dan kerikil 5.000.000,00
4. Pembelian dan penempatan tanaman air 10.000.000,00
lokal
III Pemeliharaan 5.000.000,00
IV Sosialisasi awal dan pembekalan masyarakat 30.000.000,00
TOTAL 110.000.000,00
- 119 -

II.4.2. Taman Purifikasi Tipe II (di perairan)


Sebesar Rp. 110.000.000,00 (Seratus sepuluh juta Rupiah) per unit (ukuran
kurang-lebih 50 m2, panjang dan lebar menyesuaikan).
No Kegiatan Biaya (Rp.)
I Perancangan dan supervisi pembuatan 25.000.000,00
II Pembuatan
1. Penggalian saluran 5.000.000,00
2. Pembelian bahan dan pembuatan media 35.000.000,00
3. Pembelian dan penempatan tanaman air 10.000.000,00
lokal
III Pemeliharaan 5.000.000,00
IV Sosialisasi awal dan pembekalan masyarakat 30.000.000,00
TOTAL 110.000.000,00
Catatan :
1. Harga satuan disesuaikan dengan harga satuan pokok kegiatan (HSPK)
yang ditetapkan oleh Ditjen PDASHL, Kementerian LHK pada tahun
berjalan.
2. Untuk pelaksanaan pembuatan bangunan Dam Pengendali (Dpi) dengan
pola swakelola, penghitungan harga satuan pekerjaan pembangunan
dikurangi biaya overhead dan profit sebesar 15%.

II.5. NASKAH RANCANGAN


Rancangan kegiatan disusun sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan (T-0
atau T-1) disesuaikan dengan situasi. Secara umum rancangan kegiatan
pembuatan Taman Purifikasi memuat :
1. Risalah Umum Lokasi, koordinat, luas dan letak/sketsa lokasi
penempatan bangunan (kabupaten/kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa,
lokasi)
2. Rancangan kegiatan pembuatan sumur resapan(persiapan, bahan dan
alat, tenaga kerja).
3. Rincian kegiatan dan biaya untuk kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan.
4. Rancangan biaya (bahan, alat dan tenaga kerja dll.).
5. Jadwal pelaksanaan kegiatan.
6. Peta rancangan dan peta lokasi/situasi.
- 120 -

Format rancangan diatur sesuai kondisi lapangan. Sebagai contoh format dan
daftar isi sebagai berikut :
1. Rancangan disusun dalam bentuk buku ukuran A4/Folio memanjang (land
scape), sampul warna kuning, dan kertas Buffalo.
2. Outline rancangan adalah sebagai berikut :
a. Judul : RANCANGAN TAMAN PURIFIKASITAHUN .......
Lokasi : ……………………...........................
Koordinat : ....................................................
Desa/Kelurahan : ……………………...........................
Kecamatan : ……………………...........................
Kabupaten/Kota : ……………………...........................
Popinsi : ……………………............................
DAS : ……………………………………………
b. Kerangka Isi :
LEMBAR PENGESAHAN
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
II. RISALAH UMUM
A. Biofisik
1. Letak dan Luas
2. Penggunaan dan Status Lahan
4. Ketinggian Tempat dan Topografi
5. Tipe Iklim dan Curah Hujan
6. Kondisi Air tanah
7. Vegetasi
B. Sosial Ekonomi
1. Demografi
2. Mata Pencaharian
3. Tenaga Kerja
4. Kelembagaan Masyarakat
5. Sosial Budaya (teknologi lokal, dll)
III. RANCANGAN KEGIATAN
A. Sarana dan Prasarana
B. Kebutuhan Bahan dan Peralatan
C. Kebutuhan Tenaga Kerja
IV. RANCANGAN BIAYA
Kebutuhan biaya bahan, alat, upah dll.
V. JADWAL PELAKSANAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
 Peta rancangan (skala disesuaikan masing-masing kegiatan)
 Gambar (embung air)
- 121 -

BAB III
PELAKSANAAN

III.1. Persiapan Administrasi dan Kelembagaan


1. Penyiapan Tim Pelaksana
a. Penyiapan Tim Administrasi
b. Penyiapan Tim Penyusun Rancangan, Tim Pengawas, Pendamping
c. Pelatihan Tim Penyusun Rancangan, Tim Pengawas, Pendamping
2. Tim Penyusun Rancangan
a. Tim penyusun rancangan dapat terdiri dari unsur BPDASHL, Dinas
Kehutanan Provinsi, PU Kabupaten/Kota, yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan (SK) Kepala BPDASHL.
b. 1 (satu) Tim Perancang menangani 1 unit embung air.
c. Rancangan disusun (Sun) oleh Tim Perancang, dinilai (Lai) oleh Kasi
Program, dan disahkan (Sah) oleh Kepala Balai.
3. Persiapan/Penyiapan kelembagaan
a. Pertemuan dengan masyarakat/kelompok dalam rangka sosialisasi
rencana pelaksanaan pembuatan Taman Purifikasi.
b. Pembentukan organisasi dan penyusunan program kerja.
4. Pengadaan peralatan/sarpras diutamakan untuk jenis peralatan dan bahan
habis pakai yang bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.

III.2. Persiapan Teknis dan Areal Kerja


1. Pekerjaan persiapan
a. Mobilisasi
b. Pembersihan lapangan
Pembersihan lapangan dilakukan pada sekitar lokasi pembangunan
embung air dari pepohonan, semak belukar, dll yang dapat mengganggu
jalannya pekerjaan.
c. Pengukuran kembali dan pematokan
Lokasi yang telah ditetapkan perlu dilakukan pengukuran kembali
sekaligus memberi patok yang bertujuan untuk menentukan posisi dan
letak bangunan, letak saluran pelimpah dan bak penenang.
2. Penataan Areal Kerja
a. Pembersihan lapangan
Pembersihan lapangan dilakukan pada sekitar lokasi pembangunan
embung air dari pepohonan, semak belukar, dll yang dapat mengganggu
jalannya pekerjaan.
- 122 -

b. Pengukuran kembali dan pematokan


Lokasi yang telah ditetapkan perlu dilakukan pengukuran kembali
sekaligus memberi patok yang bertujuan untuk menentukan posisi dan
letak bangunan, letak saluran pelimpah dan bak penenang.
c. Pemasangan bouwplank
Papan bangunan (bouwplank) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik
bangunan yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran. Syarat-
syarat memasang bouwplank :
1) Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
2) Berjarak cukup dekat dari rencana galian, diusahakan bouwplank
tidak goyang akibat pelaksanaan galian.
3) Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
4) Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan
papan bouwplank lainnya.
5) Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap kedalam
bangunan semua).
6) Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) daripada
pondasi dan dinding batu bata.
Bentuk hasil pemasangan bouwplank dapat dilihat pada gambar berikut
:

Gambar 21.Pemasangan Bouwplank

d. Pemasangan profil
Pembuatan dan pemasangan profil bangunan dimaksudkan untuk
menentukan batas, ukuran, dan bentuk bangunan. Profil dapat dibuat
dari kayu atau bambu yang lurus atau bahan lain yang sesuai dengan
rancangan.
III.3. Perancangan, Pembuatan dan Pemeliharaan
Rancangan Taman Purifikasi sangat tergantung dari jenis air limbah yang akan
diolah dan tujuan utamanya, misalnya menghilangkan senyawa organik.
Semakin baik kualitas air yang diinginkan, berarti semakin kecil konsentrasi
efluen yang diharapkan, maka akan semakin lama masa tinggal air yang
diperlukan, sehingga semakin besar atau luas kolam yang diperlukan atau
semakin banyak tahapan aliran air yang diperlukan, untuk penyisihan bahan
pencemarnya.
1. Tahap Perancangan
a. Pengumpulan data dan informasi tentang karakter air limbah
- 123 -

1) debit air yang akan diolah


2) konsentrasi minimum dan maksimum bahan pencemar dalam air
yang akan diolah
3) fluktuasi debit dan konsentrasi limbah
4) air limbah kontinyu atau tidak
5) fisik limbah
6) warna
7) suhu
b. Pengumpulan data dan informasi tentang karakter lahan
1) Luas lahan yang tersedia
2) Jenis tanah
3) porositas
c. Pengumpulan data dan informasi tentang jenis tumbuhan air lokal
d. Penghitungan lebar dan luas lahan yang diperlukan
e. Perancangan substrat yang diperlukan untuk mengolah air limbah
f. Perancangan kolam dan jenis aliran
g. Pemilihan tumbuhan
h. Perancangan perlakuan awal (pre-treatment) apabila diperlukan

2. Tahap Pembuatan
a. Taman Purifikasi di daratan
1) Tentukan lokasi, misalnya:
(a) Di antara lahan pertanian dengan perairan danau
(b) Di anatara permukiman padat dengan perairan danau
(c) Di sempadan sungai
2) Lakukan penggalian lahan di lokasi tersebut kira-kira sedalam 60
cm dengan panjang dan lebar disesuaikan dengan rancangan.
3) Buat aliran air menuju Taman Purifikasi (inlet) dan keluar (outlet)
4) Beri tanaman air
b. Taman Purifikasi di perairan
5) Tentukan lokasi segmen yang akan ditingkatkan kualitasairnya
6) Buat aliran air menuju Taman Purifikasi (inlet) dan keluar (outlet)
7) Beri media terapung
8) Beri tanaman air pada media terapung

3. Tahap Pemeliharaan
a. Lakukan pemantauan kualtas air secara rutin pada titik sebelum dan
sesudah Taman Purifikasi
b. Lakukan pemanenan tanaman air secara periodik sesuai jenis tanaman
yang ditanam.

III.4. Pola pelaksanaan


1. Kontraktual (pihak ketiga), melalui lelang dengan mengutamakan potensi
lokal yang ada.
2. Swakelola, melalui SPKS dengan kelompok masyarakat, dalam rangka
pemberdayaan sumberdaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal
secara langsung sehingga masyarakat memiliki kepedulian untuk
memelihara bangunan tersebut.
- 124 -

III.5. Jadwal Kegiatan


Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang
dalam rancangan, dengan contoh sebagai berikut:
Waktu Pelaksanaan (Bulan) ke
No Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penentuan lokasi dan
Perancangan
2 Sosialisasi awal
3 Pembangunan Taman
Air Purifikasi
4 Pembekalan teknis
5 Pelaporan

III.6. Organisasi pelaksana


Pelaksana pembuatan embung air adalah pihak ketiga dan/atau kelompok
masyarakat setempat yang didampingi tenaga pendamping yang menguasai
pekerjaan sipil teknis atau Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL).
- 125 -

BAB IV
PENGAWASAN DAN PENDAMPINGAN

IV.1. Umum
Pembuatan Taman Purifikasi memerlukan pengawasan dan pedampingan yang
baik dan ketat, memperhatikan tantangan pelaksanaan pembuatan bangunan
dalam skala yang masif, kurangnya SDM Sipil teknis di UPT Kementerian LHK,
kurangnya pengalaman kerja dibidang pembangunan bangunan sipil teknis,
paradigma baru dan kekhawatiran pemeriksaan dari auditor.

IV.2. Tim Pengawas


Pengawasan pembuatan Taman Purifikasi dilaksanakan oleh Tim Pengawas.
Tim Pengawas ditetapkan oleh Surat Keputusan (SK) Kepala BPDASHL, dapat
berasal dari unsur-unsur sebagai berikut :
1. Unsur BPDASHL,
2. Dinas Pekerjaan Umum setempat,
3. Dinas Kehutanan Provinsi.
Tugas Tim Pengawas:
1. Setiap 1 (satu) Tim mengawasi 1 unit.
2. Membuat laporan periodik, dijadikan dasar pembayaran.

IV.3. Pendamping
Untuk kegiatan pembuatan Taman Purifikasi yang dilaksanakan secara
swakelola, dilakukan pendampingan. Pendampingan dapat dilakukan oleh
tenaga honorer yang menguasai pekerjaan sipil teknis atau penyuluh yang
sudah berpengalaman.
Tugas pendamping :
1. Setiap 1 (satu) pendamping 1 unit.
2. Membuat laporan periodik.
- 126 -

BAB V
SERAH TERIMA

Terima Sementara Pekerjaan (Provisional Hand Over) adalah peristiwa


penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa secara menyeluruh sesuai kontrak
dan amandemennya kepada Pemilik pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), yang masih harus dipelihara dan dijamin mutunya sampai dengan masa
jaminan selesai sesuai yang diatur dalam Kontrak.
Permintaan Serah Terima Pertama Pekerjaan (Provisional Hand Over) dapat
diajukan oleh Penyedia Jasa setelah pekerjaan mencapai prestasi 100% sesuai
dengan yang tertuang dalam kontrak dan amandemennya dan sisa pekerjaan
hanya pekerjaan minor. Penyedia Jasa dapat mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK dengan menyebutkan perkiraan waktu penyelesaian
pekerjaan dan menunjuk wakilnya untuk keperluan tersebut.
Penyerahan sementara pekerjaan (Provisional Hand Over), dapat dilakukan
dengan ketentuan antara lain :
1. Penyedia Jasa telah menyelesaikan pekerjaan fisik keseluruhan (100%) dari
lingkup pekerjaan atau sesuai ketentuan yang tercantum dalam dokumen
sementara.
2. Direksi Teknik mengadakan penelitian dan dalam 7 (tujuh) hari dari
tanggal diterimanya surat permohonan Penyerahan Sementara
Pekerjaan/PHO.
3. Pemilik setelah memberitahukan tersebut akan mengirimkan
pemberitahuan secara tertulis kepada Penyedia Jasa dengan
memberitahukan komposisi dari panitia.
4. Direksi Teknik harus sudah membuat program pengujian yang akan
dilakukan oleh panitia dan diberitahukan kepada Penyedia Jasa.
5. Penyedia Jasa mempersiapkan segala sesuatu sehubungan dengan
kunjungan panitia ke site dan menyelenggarakan test-test yang diperlukan
yang disaksikan oleh Direksi Teknik.
6. Panitia kemudian membuat daftar kekurangan-kekurangan dan cacat-
cacat (list of defects & deficiencies) dan melampirkan hasil test yang
bersangkutan yang dilampirkan dalam Berita Acara.
7. Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dan cacat-cacat tersebut,
panitia harus memberikan tenggang waktu sebagaimana diatur dalam
syarat-syarat kontrak.
8. Konfirmasi bahwa defects & deficiencies telah diperbaiki semuanya oleh
Penyedia Jasa dilampirkan lagi dalam Berita Acara dan tanggal Penyerahan
Pekerjaan Sementara dicertified.
Selama masa pemeliharaan (Warranty Period = WP) Penyedia Jasa wajib
memelihara sehingga kondisi tetap seperti pada saat Penyerahan Sementara
Pekerjaan/PHO disahkan oleh Panitia. Untuk maksud tersebut Penyedia Jasa
harus menyediakan beberapa peralatan dan personil secukupnya di tempat
pekerjaan.
- 127 -

Serah Terima Pekerjaan Sementara harus dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandangani oleh PPK dan Penyedia Jasa, berdasarkan rekomendasi dari
Panitia Serah Terima Pekerjaan.
- 128 -

C. PEDOMAN PEMANFAATAN ECENG GONDOK

BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air
yang mengapung, tumbuh, dan tersebar luas di wilayah perairan Indonesia,
terutama di perairan lentik/tenang seperti telaga, kolam, waduk, rawa, dan
danau. Enceng gondok telah menjadi permasalahan yang cukup serius dan
menjadi tantangan dalam upaya penyelamatan ekosistem danau terutama di
beberapa danau prioritas seperti Danau Rawa Pening, Danau Limboto, Danau
Tondano dan Danau Tempe seperti terlihat dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1: Perkembangan Tutupan Eceng Gondok

No. Nama Danau % (Tahun) % (Tahun) Keterangan


1. Danau 30% (2009) 42,8% (2013) Balihristi (2009) dan BIG
Limboto (2013)
2. Danau Tempe - 56,9% (2013) BIG (2013)
3. Danau 30% (1994) 70% (2005 dan (Goltenboth & Timotius, 1994),
Rawapening 2012) Soeprobowati (2005) dan BLH
Prov. Jateng (2012)
4. Danau 10,7% (2008)* 5% (2013) Suryadiputra (2008)* BLH
Tondano 5,2% (2012) Prov Sulut (2012) BIG (2013)

Keberadaan enceng gondok dapat mengganggu ekonsistem danau karena


menyebabkan meningkatnya evapotranspirasi, menurunnya jumlah cahaya
yang masuk kedalam perairan, mempercepat sedimentasi, mengganggu
transportasi air, dan menurunnya nilai estetika lingkungan perairan.
Berdasarkan buku Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau di Indonesia
(2016), dalam kondisi normal, danau mempunyai tutupan tumbuhan air
maksimal seluas 1%, kecuali untuk jenis danau paparan banjir dan sangat
dangkal (kedalaam kurang 5 m), maka tutupan tumbuhan air maksimal adalah
5%. Dengan banyaknya dampak negatif dari enceng gondok tersebut, maka
pengelolaan tanaman ini harus dilaksanakan dengan serius. Upaya
mengendalikan pertumbuhan eceng gondok pada perairan danau yang sering
dilakukan yaitu dengan cara mengangkat dan membuangnya ke media
lingkungan menjadi sampah. Namun, dalam beberapa tahun ini eceng gondok
dimanfaatkan dan dikembangkan potensinya menjadi berbagai produk yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.

I. 2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud pemanfaatan eceng gondok adalah untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas air danau. Sedangkan, tujuan pemanfaatan eceng gondok adalah
untuk mengendalikan penyebaran gulma air di badan danau sekaligus untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memanfaatkan eceng gondok.
- 129 -

BAB II
PEMANFAATAN ECENG GONDOK

II. 1. PUPUK PADAT (GEMBUR)

II. 1. a Komposisi Bahan


Komposisi bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk pupuk padat
(gembur) sejumlah 100 Kg, maka komposisi bahan yang dibutuhkan seperti
Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Komposisi Bahan Pembuatan Pupuk Padat
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Kompos sampah/kandang Kg 10
2 Kompos enceng gondok Kg 40
3 CM Kg 10
4 Bat Quano Kg 10
5 Kascing Kg 5
6 Kohe Kg 20
7 Dolomit Kg 5
8 Pengurai Lt 1
9 Michoriza Kg 1
10 Tricho sp Kg 1
11 Urine fermentasi Lt 10

Untuk mendapatkan produk atau pupuk yang berkualitas, kaya dengan unsur
hara dan enzim yang berperan penting untuk kesuburan tanah dan
produktifitas tanaman, perlu pula ditambahkan microbiotik urai tanah,
trichoderma sp. (sebagai bioprotektan dan mendegradasi pupuk) dan
cendawan mecorizha (pemacu dan perangsang akar hayati) sehingga tanah
akan terbantu untuk tetap subur dan produktifitas tanaman tetap baik,
disamping pencampuran atau kombinasi dari beberapa bahan dengan
kelebihan masing-masing. Adapun penjelasan terkait komposisi bahan
pembuatan pupuk padat, yaitu:
1. Kompos sampah/kandang

Baik digunakan sebagai bahan pupuk, mengandung hara N=2,19%, P=0,69%,


K=1,67%. Dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan pupuk, sudah sedikit
membantu/solusi sanitasi dan kebersihan lingkungan serta mendapatkan
bahan dengan harga murah dan melimpah
Cara pembuatan :
- 130 -

a. Pisahkan sampah organik dan sampah anorganik. Semprot tumpukan


sampah organik dengan EM5 ( Bio Prima/Uno ). 80 ml/16 lt air untuk 1 ton
sampah.
b. Biarkan selama 10 hari.
c. Tepungkan dan diayak untuk mendapatkan bahan yang halus.

2. Kompos eceng gondok

Mempunyai kandungan hara ±N= 1,1 – 4%, P= 0,3 – 3,5%, K= 0,2– 2,1%, CN=
4,83–8%. Bersifat remah,berperan mengontrol kelembaban tanah dan
menstrukturisasi tanah kering dan kritis. Mengandung humacid acid yang
tinggi berpotensi sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Cara pembuatan:
a. Rajang akar, batang, dan daun eceng gondok menjadi potongan kecil.
b. Diperas atau pres untuk mendapatkan cairan eceng gondok ( sebagai bahan
pada produk pupuk cair dan pengembangan agensi hayati ).
c. Lapukkan dengan penyemprotan microba urai EM5/Uno/Bio Prima, 80
ml/16 lt air untuk 1 ton rajangan eceng gondok.
d. Biarkan selama 12 – 18 hari.
e. Tepungkan dan diayak untuk mendapatkan bahan yang halus.

3. CM / Kotoran ayam

Kotoran ayam petelor dan puyuh tinggi kandungan Nitrogen dan Phospatnya
N=1,72%, P=1,82%, K=2,18%. Tetapi dengan kandungan hampir 70% protein
yang terbuang dari sisa pencernakan unggas berpotensi terhadap
perkembangan patogen bakteri dan jamur. Sehingga perlu kita sterilkan
dengan pemanasan atau penjemuran matahari dan proteksi dengan
trichoderma sp.dan chorin bacterium.
- 131 -

4. Bat Guano (Kotoran kelelawar, lawet, burung sriti)


Kandungan N= 1 – 6%, P= 1,5 – 9%,
CaO= 3,6 – 12%, CN= 8 – 15%.
Sebagai bahan pembentukan batang
dan isi buah.

5. Kascing

Kascing adalah kotoran cacing lumbriccus. Kandungan hara yang seimbang,


keasaman yang terukur serta enzim yang terkandung, berpotensi menjaga
kesuburan dan kelembaban tanah sehingga perkembangan microba urai tanah
berkembang optimal.
6. Kohe atau kotoran hewan
Limbah kandang berupa sisa pakan dan kotoran padat atau feses, setelah
terurai akan di dapatkan N=2,04%, P=0,76%, K=0,82. Untuk percepatan
produksi kita semprotkan EM5/Uno/Bio Prima, dan setelah 18 – 32 hari
dihaluskan dengan penepung/thrasser.
7. Dolomit / kapur pertanian
Ditambahkan sebagai pengatur pH pupuk
yang dibuat yang nantinya akan
berdampak pada keasaman tanah,
kehidupan mikroba tanah dan
perkembangan perakaran tanaman.

8. Pengurai
Berperan sangat penting untuk mendegradasi pupuk sehingga akan lebih
mudah di serap akar. Kita tambahkan agen bakteri, protozoa dan jamur,
bukan hanya sekedar decomposer. Akan lebih mampu berperan sebagai
- 132 -

pengurai pupuk dan berkembang di dalam tanah sehingga akan berkelanjutan,


tanah semakin subur.
9. Micorizha
Sejenis cendawan yang menginang pada akar, ada 2 jenis (glomus sp. &
gigaspora sp.), membuka pori mulut akar sehingga akan lebih mudah
menyerap sari – sari hara dan memacu pertumbuhan akar baru. Micorizha
juga mampu mendegradasi pupuk membantu memecah dan mengurai pupuk
menjadi unsur hara, berkembang berkelanjutan dalam tanah.
10. Trichoderma sp.
Sejenis cendawan yang berperan untuk membantu
mengurai/mendegradasi pupuk menjadi unsur hara dan mengendalikan
jamur yang merugikan.
11. Urine fermentasi

Berguna memperkaya unsur hara pada pupuk yang kita buat. Cara
pembuatannya, yaitu:
a. 100 lt urine ternak ditambah 5 lt molase ditambah 1 ons enzimiase
ditambah 100 ml EM5 / Uno / Bio Prima.
b. Campurkan semua bahan dalam drum.
c. Biarkan selama 10 – 14 hari.

II. 1. b Peralatan dan mesin


1. Sabit, golok, dan garpu
Untuk memisahkan akar dan batang enceng gondok, yaitu:
a. Akar dan batang tua sebagai bahan pupuk padat dan biogas.
b. Batang dan daun eceng gondok muda untuk bahan pakan, pelet dan
konsentrat.
2. Perajang atau couper
Untuk membuat potongan –
potongan kecil agar
mempermudah pengambilan
cairan eceng gondok.
- 133 -

3. Alat press
Potongan – potongan akar, batang, dan daun eceng gondok diperas untuk
mendapatkan cairan eceng gondok. Sebagai bahan pupuk cair dan
pengembangan agensi hayati.
4. Sprayer
Semprotkan pengurai, molase, dan trichoderma pada ampas atau potongan –
potongan eceng gondok setelah dipres.
5. Thrasser atau penepung /hamer mill
Digunakan untuk menghaluskan campuran bahan.
6. Alat timbang
Dipakai untuk mengukur berat bahan – bahan pembuatan pupuk
7. Packing atau kemasan
Digunakan untuk menyimpan
pupuk dan siap untuk dipasarkan.

II. 1. c Proses produksi :


1. Persiapkan semua bahan sesuai takaran.
2. Hamparkan kompos sampah, semprot dengan urine fermentasi ditambah
pengurai dan trichoderma, kemudian tebar diatasnya kompos eceng
gondok, semprot lagi. Begitu seterusnya dengan bahan – bahan lainnya,
maksimal tebal lapisannya 20 – 25 cm.
3. Setelah semua bahan sudah ditebar secara berlapis, biarkan selama 6 hari
untuk memberi ruang waktu microbia bekerja.
4. Aduk, untuk mencampur,bisa secara manual dengan cangkul atau dengan
mixing / molen.
5. Tepungkan dan diayak untuk mendapatkan pupuk yang halus atau
cramble.
6. Pupuk dihamparkan setebal 5 – 10 cm, kemudian tebar agen micorizha,
bisa dilakukan berlapis – lapis.
7. Biarkan selama 4 hari, agar agen micorizha akan segera berkembang.
8. Diaduk atau dicampur.
9. Siap untuk pengemasan.
- 134 -

II. 1. d Kegunaan dan Keunggulan :


1. Tersusun atas bahan-bahan organik kaya hara dengan kandungan unsur
makro dan mikro yang seimbang.
2. Mengandung mikrobiotik urai tanah untuk penggemburan tanah,
mengembalikan kesuburan tanah.
3. Kaya dengan kandungan Humacid Acid, Hormon dan enzimiase,
mengoptimalkan fungsi perakaran, mendukung partumbuhan dan
perkembangan tanaman.
4. Terdapat Cendawan micorizha sp sebagai pemacu dan perangsang akar
secara hayati.
5. Dilengkapi Bio protektan, tricoderma sp sebagai penangkal lolos/lier pada
tanaman, sekaligus untuk menyeterilkan tanah dari pengaruh jamur
pembusuk.
6. PH atau keasaman pupuk yang ideal, memungkinkan fungsi perakaran
berkembang optimal.
7. Mempunyai sifat remah, berfungsi untuk mengontrol kelembaban tanah,
berperan untuk menstrukturasi tanah kering dan kritis.
8. Dengan pupuk padat “gembur” tanah kembali subur, pertumbuhan
tanaman optimal dan produktifitas meningkat.
9. Ramah lingkungan,bebas dari unsur kimia sintetik, tidak meninggalkan
residu pada tanah maupun hasil produksi.

II. 1. e Prospek Pemasaran:


1. Produk pupuk padat yang kita buat ini “gembur” tidak hanya menyediakan
unsur hara saja tetapi sudah terdukung pula fungsi dan peran mikrobia
agensi hayati.

2. Mampu berperan diaplikasikan pada lahan kritis, bekas tambang, lahan


gambut, tanah tegalan atau pegunungan, persawahan, dan tambak.
3. Dengan kandungan hara yang seimbang, Ph yang terukur, terdukung
hormon dan enzim pertumbuhan, bioprotektan, dan perangsang akar bisa
digunakan untuk pemupukan tanaman hortikultura, padi, palawija,
tanaman perkebunan, dan tanaman keras serta untuk tambak.
4. Lebih efektif dan berdampak berkelanjutan (tanah semakin subur karena
perkembangan microba tanah meningkat). Berikut ini beberapa contoh
penggunakan pupuk padat dari enceng gondok:
- 135 -

a. Untuk pembibitan :
1) Pencampuran 1:10 pupuk “gembur” dan tanah.
2) Biji lebih cepat tumbuh tunas.
3) Bibit cepat tumbuh.
b. Penanaman :
1) Hortikultura
Aplikasi pupuk dasar 1 sdm pupuk padat “gembur” tanpa pupuk
lain. Pupuk susulan : 25 hst, 42 hst, 60 hst dengan takaran 1 sdm
“gembur”. 1 sendok makan pupuk padat “gembur” sebanding dengan
1 kg pupuk kandang sapi.
2) Padi
Aplikasi 20 kg pupuk padat “gembur” untuk 2300 batang bibit padi
sebelum tanam.
Susulan pada usia 35 hari setelah tanam dengan takaran 20–30 kg
3) Tanaman perkebunan ( kopi, cengkeh )
Diaplikasikan 2 kali dalam setahun: 0,5 – 2 kg perbatang. Untuk
kelapa sawit aplikasi pemupukan tiap 3 bulan sekali dengan takaran
3 – 5 kg per batang dewasa (produktif). Untuk dasar penanaman 1 kg
per lubang tanam.
4) Tanaman keras / tahunan
Aplikasi : untuk pupuk dasar sebelum tanam 1 – 3 kg per batang.
5. Bisa diaplikasikan atau dipasarkan dari ujung gunung sampai bibir
pantai (untuk menambah pengurai pada tambak : 2 sdm / 1 mᶟ air).
Seandainya kalau kita bisa produksi negara kita adalah agraris, pupuk
adalah kebutuhan mutlak.
6. Pupuk organik seharusnya lebih penting digunakan sebagai pemulih
kesuburan, merestrukturisasi tanah dan penyeimbang pengaplikasian
pupuk kimia sintetis yang dampak jangka panjangnya telah
menghancurkan kesuburan tanah pertiwi ini.

II. 2. PUPUK PADAT (KASCING)


Untuk menghasilkan produk pupuk padat (kascing) sejumlah 100 Kg, maka
komposisi bahan yang dibutuhkan adalah seperti tercantum dalam Tabel 3 di
bawah ini:
Tabel 3 Bahan Pembuat Pupuk Padat (Kascing)

No. Bahan Satuan Jumlah


1 Kohe / kompos Kg 32
2 Eceng gondok Kg 48
3 Molase Kg 2
4 Lemak Kg 2
5 Pengurai Lt 1
6 Cacing Lumbriccus Kg 20
7 CM Kg 20
8 Air Tahu Lt 15
- 136 -

Proses pembuatan:
1. Lemak dilarutkan di dalam air tahu yang dipanaskan, setelah ditambahkan
molase dan pengurai
2. Kohe/Kompos sampah ditambah rajangan eceng gondok dan CM, dicampur
homogen, ditata memanjang seperti tanggul parit
3. Semprot dengan cairan nomor 1
4. Dua (2) hari kemudian tebar cacing lumbriccus memanjang di salah satu
sisi gundukan
5. Akan diperoleh kotoran cacing lumbriccus yang kaya dengan kandungan
hara dan enzim

II. 3. PUPUK CAIR


Standar perbandingan baku : pupuk cair/pembenah tanah “Bio Farma” untuk
produksi : 500 lt. untuk membuat pupuk cair tersebut, memerlukan beberapa
tabung antara lain:
1. Tabung I
Bahan – bahan yang perlu dipersiapkan dalam tabung 1 antara lain:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Formula inti Lt 5
2 Trichoderma sp. Kg 2
3 Chorin Bc Lt 5
4 Nitro bacter Lt 2
5 Pengurai Lt 4
6 Urine Lt 300
7 Molase Kg 20
8 Susu Lt 60
9 Air Kelapa Lt 5
10 Enzim Kg 2
11 Air Eceng Gondok Lt 23
Keterangan:
1. Formula inti
Tersusun atas bahan nutrisi dan hormon. Yang berfungsi sebagai
penyatu atau bahan makanan dan rangsang perkembangan microbia
yang ada, agar pertumbuhan dan perkembangan microbia yang kita
perankan fungsinya dapat berkembang optimal.
2. Trichoderma sp.
Adalah jenis fungi yang bersifat paghosit, untuk sterilisasi terhadap
jamur – jamur lain yang menghambat proses fermentasi.
3. Chorin Bc.
Adalah bakteri pemakan bakteri lain (tertentu) yang diperankan sebagai
pengontrol perkembangan bakteri lain yang menghambat proses
fermentasi.Ketepatan volume dan kandungan formula inti sangat
berpengaruh terhadap 2 microba ini, untuk tidak memakan
beberapamicroba yang kita perlukan (20 jenis bakteri, 2 protozoa, 4 jenis
fungi sebagai pendegradasi pupuk).
4. Nitrobakteri
a. Sebagai penetrasi racun
b. Merombak N
- 137 -

c. Penyatu O2, untuk beberapa microba lain yang masih memerlukan


oksigen.
5. Pengurai
Berperan sebagai pendegradasi NH3 dan pupuk lain.
6. Urine
Limbah kandang berbentuk cair berupa amonia dan air, setelah
dirombak akan tersusun hara dengan kandungan NPK yang tinggi.
7. Molase
Berupa cairan kental coklat tua, berasal dari limbah pabrik gula.
Berfungsi untuk menambah energi dan makanan (glukosa) beberapa
microba urai.
8. Susu bekas / susu rusak
Nutrisi yang kaya hara, protein yang tinggi dan mengandung hormon
pertumbuhan.
9. Air kelapa
Kandungan lemak nabati yang baik dan mengandung hormon tumbuh
yang cukup.
10. Enzim
Sebagai penambah rangsang perkembangan microbia, berperan pula
untuk pendorong tumbuh tanaman.
11. Air eceng gondok
Mengandung selulosa 15-60%, hemi selulosa 10-30%, lignin 5–30%,
protein 5–30%, berperan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

Peralatan:
1. Drum/penampung
Untuk tempat proses fermentasi dan pembuatan unsur penambah.
2. Thraser/hamer mill
Untuk menghaluskan / bahan padat, seperti daun marenggo, daun
petaian, sabut kelapa, ikan rusak, dan bonggol pisang, agar nantinya
mempercepat pelunturan sari – sari haranya.
3. Instalasi
Menggunakan pipa PVC ½ dm – ¾ dm. Dirangkai untuk mengisi drum
atau untuk mengambil pupuk cair yang telah di proses serta saluran
pembuangan gas metan/CO2.
4. Blower/penghisap gas metan
Untuk menghisap gas metan dan CO2 menggunakan kincir angin atau
kipas angin yang telah di desain menjadi penghisap.
5. Jet pump
Untuk memasukkan bahan cair kedalam drum atau mengambil pupuk
yang sudah jadi.
6. Packing
Berupa botol 1 atau ½ liter, kardus, dan label.
- 138 -

2. Tabung II
Tabung II berfungsi sebagai penambah Nitrogen (N) yang terdiri dari berbagai
bahan sebagai berikut:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Klorofil Kg 20
2 Asam buah Kg 10
3 Urine Lt 30
4 Molase Kg 5
5 Nitro bacter Lt 1
6 Urea Kg 10
Cara pembuatan :
1. Sumber klorofil (daun marenggo) dan buah-buahan di rajang atau
dihaluskan dengan thraser/hamer mill
2. Masukkan dalam drum penampung ditambah urine, molase,
nitrobakteri, dan urea.
3. Diamkan selama 8 – 10 hari.
4. Disaring, cairan penambah N sudah siap untuk dicampurkan kedalam
drum 1.

3. Tabung III
Tabung III berfunsi sebagai penambah Kalium (K) yang terdiri dari berbagai
bahan sebagai berikut:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Sabut Kelapa Kg 20
2 Daun Petaian Kg 20
3 Protein / amino Kg 10
4 Air Tahu Kg 40
5 Pengurai Lt 1
6 Molase Kg 5
Cara pembuatan :
1. Sabut kelapa dan daun petaian (kleresede, lamtoro, manding, dll.) di
rajang halus dengan thraser/humer mill.
2. Masukkan dalam drum penampung ditambah tepung ikan, air tahu,
pengurai, dan molase.
3. Diamkan selama 8 -10 hari.
4. Disaring, cairan penambah K sudah siap untuk dicampurkan kedalam
drum 1.

4. Tabung IV
Tabung IV berfungsi sebagai penambah Fosfor (P) yang terdiri dari bahan
sebagai berikut:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Bonggol Pisang Kg 20
2 Akar Bambu Kg 5
3 Bat Quano Kg 10
4 Humus Eceng Gondok Kg 40
5 Pengurai Phospat Lt 1
6 Urine Lt 30
7 Molase Lt 5
- 139 -

Cara pembuatan :
1. Bonggol pisang, akar bambu, dan humus eceng gondok dihaluskan.
2. Masukkan kedalam drum dengan ditambah bat guano, pengurai
phospat, urine, dan molase.
3. Diamkan selama 10 – 12 hari.
4. Disaring, cairan penambah P sudah siap untuk dicampurkan kedalam
drum 1.
Proses pencampuran :
1. Baik dalam tabung I, II, III, IV akan terjadi proses alamiah, perombakan
material maupun substansial, dalam kurun waktu tertentu diberikan
kelonggaran ruang dengan pelepasan Co2 dan metan.
2. Bila dalam pengamatan telah selesai proses fermentasi, maka dilakukan
filtrasi pada tabung II, III dan IV.
3. Campurkan hasil filtrasi tabung II, III & IV ke dalam tabung I
4. Biarkan terjadi emulsi dala beberapa saat. Lubang buang Co2 dibuka ½
untuk menjaga keteraturan fermentasi lanjutan.

II. 4. BIOGAS
Biogas berupa gas metan dan carbon dioxida,dapat diperoleh dengan
memanfaatkan eceng gondok baik akar,batang,dan daunnya yang dicampur
dengan limbah kandang, seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam. Bahan yang
diperlukan untuk membuat biogas seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Kohe segar Kg 600
2 Rajangan eceng gondok Kg 400
3 Urine Lt 1000
4 Air tahu Lt 2500
5 Molase Kg 35
6 Urea Kg 25
7 Probiotik Lt 2

Proses pembuatan biogas


1. Mencampur kotoran sapi,rajengan eceng gondok,urea,molase,pengurai dan
air tahu sampai terbentuk lumpur pada bak penampung sementara.
Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar
pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak
keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam
jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai
hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada
komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
4. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita
sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini
- 140 -

tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi
lumpur kotoran sapi, rajangan enceng gondok dan bahan campuran
lainnya secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

Ilustrasi instalasi pembuatan biogas

II. 5. PAKAN IKAN (PELET)


Hasil analisis proksimat eceng gondok segar mengandung kadar air, abu,
protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN). Masing-masing sebesar 94,09%. 1,41%. 0,07%. 2,19%.
dan 1,25%. Eceng gondok mengandung protein kasar dan BETN yang cukup
tinggi yaitu 11,2% dan 20% ( dalam 100% BK). Namun, pemanfaatan eceng
gondok sebagai pakan sebagai pakan mempunyai berbagai kelemahan, antara
lain : kadar airnya tinggi, teksturnya halus, banyak mengandung hemi
selulosa, dan proteinnya sulit dicerna. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu baik pengolahan fisik dengan penepungan,
maupun secara biologis dilakukan dengan fermentasi menggunakan
Aspergillus niger atau menggunakan nitrobakteri, bisa meningkatkan kadar
protein kasar 18,84% dan mengurai serat kasar 15,73%.
Cara pembuatan :
1. Tepungkan semua bahan menggunakan hamer mill.
2. Aduk dengan menggunakan mixing atau molen setelah tercampur homogen
masukkan 2 -5 lt air panas.
3. Masukkan adonan secara perlahan ke mesin pencetak pelet.
4. Untuk pembuatan pelet ikan, perlu dibentuk bulatan dengan menggunakan
granuller dan dibasahi dengan tetes yang telah diencerkan dengan air
hangat(sebagai pelapis).
5. Keringkan dengan oven.
6. Siap untuk pengemasan.
- 141 -

Contoh formula pelet ikan dengan protein 32,62%


Jumlah Komposisi (%)
No. Bahan
(kg) Protein Lemak Serat kasar
1. Tepung eceng gondok 12 31,06 1,97 24.04
2. Bungkil kedelai 10 48 0,9 6
3. Bekatul halus 8 13,6 8,2 8
4. Dedak jagung 5 9,5 7 2,4
5. Tepung tulang 0,5 - - -
6. Dedak Gandum 6 15 4 10
7. Bungkil kelapa 13 18,7 9,6 8,8
8. Garam 1 - - -
9. Premix 0,5 - - -
10. Tepung roti 17 13 - -
11. Tepung ikan 18 65 4 1
12. Tepung daging 9 58,9 2,5 2,5
100 kg

II. 6. PAKAN ITIK


Contoh formula konsentrat itik dengan protein 27,44%
Komposisi (%)
No. Bahan Jumlah (kg)
Protein Lemak Serat kasar
1. Tepung jagung giling 34 9,4 4,2 2,7
2. Bungkil kedelai 18 48 0,9 6
3. Bekatul halus 3 13,6 8,2 8
4. Bubur eceng gondok 15 31,06 1,97 15,79
fermentasi
5. Tepung tulang 1 - - -
6. Dedak Gandum 4 15 4 10
7. Bungkil kelapa 3 18,7 9,6 8,8
8. Garam 0,5 - - -
9. Premix 0,7 - - -
10. Kapur 1,8 - - -
11. Tepung ikan 9 65 4 1
12. Tepung daging 6 58,9 2,5 2,5
13. Minyak 1 - 100 -
14. Grates 3 - - -
100 kg

Peralatan:
1. Hamer mill
Untuk menepung semua bahan.
2. Mixing / molen
Untuk mengaduk dan mencampur bahan.
3. Oven
Untuk mengeringkan konsentrat 14 – 16% kadar air.
4. Packing / pengemasan.
- 142 -

II. 7. PAKAN FERMENTASI UNTUK DOMBA DAN SAPI


Penggunaan batang dan daun eceng gondok muda untuk bahan pakan ternak
sapi dan domba dengan tata cara biologi melalui proses fermentasi, ideal
pengaplikasiannya maksimal 40% dari total ransum. Untuk mengurangi
kandungan airnya perlu dilakukan proses pelayuan atau pengepresan, air
eceng gondok baik dimanfaatkan untuk pupuk cair dan pengembangan agensi
hayati.
Contoh formula pakan fermentasi dengan protein 25%

Tumbuh Komposisi (%)


No. Bahan
(kg) PK LK SK
1. Rajangan eceng gondok 23 31,06 1,97 24,04
2. Rajangan rumput 29,2 3,2 0,8 4,6
3. Katul halus 9 13,8 8,2 8
4. Bungkil kedelai 13 48 0,9 6,1
5. Bungkil kelapa 8 18,7 9,6 13,8
6. Tepung tulang 1,8 - - -
7. Tepung ikan 4 65 4 1
8. Tepung daging 9 58,9 2,5 2,5
9. Premix 1 - - -
10. Garam 1 - - -
11. Tetes 1 - - -
100 kg

Peralatan :
1. Couper/perajang
Alat untuk memotong dan memecah rumput atau eceng gondok dengan
panjang potongan 3 – 5 cm.
2. Drum penyimpanan
Wadah penampung dan penyimpanan campuran pakan fermentasi.
3. Sekop
Untuk mencampur bahan fermentasi.
4. Sprayer/gembor
Untuk menyemprotkan pengurai ( nitrobakteri / Uno ), air, garam, dan
tetes pada campuran ransum.
Cara pembuatan pakan fermentasi :
1. Rajang rumput dan eceng gondok dengan panjang 3 – 5 cm.
2. Hamparkan dan tebar diatasnya katul, bungkil kedelai, bungkil kelapa,
tepung tulang, tepung ikan, tepung daging, dan premix.
3. Campur dengan sekop sampai rata sambil disemprot menggunakan sprayer
yang telah diisi : 5 lt air, 80 ml pengurai, molase, dan garam.
4. Masukkan kedalam drum, dipadatkan untuk meminimalkan oksigen.
5. Tutup rapat dan diamkan selama 8 -18 hari.
6. Pakan sudah siap di sajikan.
Keunggulan pakan dengan menggunakan eceng gondok fermentasi :
1. Bahan murah dan mudah di dapat.
2. Kandungan nutrisi baik dan mengandung asam amino, setelah di
fermentasi serat kasarnya bisa diturunkan.
- 143 -

3. Klorofil dan asam amino yang dikandung, positif mendukung pertumbuhan


ternak.
4. Kualitas telur baik, besar ukuran maupun isi kuning telurnya.

II. 8. PENGURAI SEPTIC TANK


Standar perbandingan baku Pengurai Septic Tank untuk Produksi 100 liter
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Pengurai (ruminansia) Lt 9
2 Nitro bacter Lt 1
3 Gula Kg 5
4 Molase Kg 1
5 Air tahu Lt 15
6 Air kelapa Lt 20
7 Air eceng gondok Lt 25

Peralatan :
1. Tabung drum
Untuk menampung atau untuk tempat pembiakan microba.
2. Instalasi
Menggunakan pipa PVC ½ - ¾ dm yang dirangkai untuk mengontrol
pelepasan gas metan dan CO2, serta untuk mengisi bahan atau mengambil
produk yang sudah jadi.
3. Jet pump
Untuk memasukkan bahan cair kedalam drum atau mengambil produk yang
sudah jadi.
4. Packing
Berupa botol 1 atau ½ liter, kardus, dan label.
Proses :
1. Semua bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam tabung steril, kecuali
cairan nitro bacter (F1).
2. Tutup rapat selama 3 hari kemudian buka keran, buang gas selama 8 jam,
kemudian tutup kembali.
3. Buka lagi pada hari ke-6, kemudaian tambahkan nitro bacter dan tutup
kembali.
4. Hari ke 8 keran dibuka lagi selama 8 jam.
5. Hari ke 10, produk sudah siap dikemas (packing).

II. 9. AGENSI HAYATI


Pengembangan agensi hayati Bubur /tepung/air eceng gondok dapat
dimanfaatkan pula sebagai media pengembangan beberapa jenis agensi hayati,
seperti trichoderma,cordizep,metarizhium,buffera,dll.Contoh formula
pengembangan cordizep(cordizep adalah microbia tanah yang dapat
menginfeksi hama dalam tanah seperti uret,engkuk,ulat tanah dll).
1. Bahan :
a. 2 kg ekstrak kentang
b. 300 gr agar-agar
c. ½ kg gula
d. 2kg tepung kerut
- 144 -

e. 1 ½ kg tepung eceng gondok


f. 1 tabung reaksi agen cordizep (Fo)
2. Peralatan :
a. Hamer mill
Untuk menepung bahan
b. Kompor dan panci
Untuk membuat uap panas.
c. Pengaduk
Untuk mencampur media.
d. Kantong plastik
Wadah untuk pengemasan.
3. Cara pembuatan :
a. Ekstrak kentang, agar-agar, gula, tepung umbi kerut, dan tepung eceng
gondok dicampur homogen.
b. Uapkan diatas air mendidih selama 30 menit.
c. Biarkan dingin dan disimpan pada tempat / ruangan yang steril.
d. Tebarkan / campurkan agen (Fo) Cordizep.
e. Kemas dengan menggunakan kantong plastik yang berukuran ½ - 1
ons.
f. Tutup rapat dan diamkan selama 5 hari di ruangan yang sejuk.

II. 10. BRIKET


Briket adalah sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak
tanah atau gas, yang biasa diguankan dalam rumah tangga atau industri.

Contoh adonan untuk briket :


1. Bahan :
a. 30 kg eceng gondok rajang 1 -2cm (bubur)
b. 28 kg kotoran hewan
c. 10 kg kulit kopi.
d. 13 kg tongkol jagung (tepung)
e. 2 kg tetes tebu
f. 19 kg arang batok kelapa

Catatan:
Bahan disesuaikan dengan ketersediaan di lingkungan sekitar, misalnya ada
sekam, kulit kacang, rajangan sampah plastik dapat pula dijadikan sebagai
bahan campuran pembuatan briket.
- 145 -

2. Peralatan :
a. Hamer mill
Untuk menepung eceng gondok, kulit kopi, tongkol jagung, dan arang
batok kelapa.
b. Sekop / cangkul
Untuk mencampur bahan atau membuat adonan.
c. Sprayer / gembor
Untuk menyiramkan tetes.
d. Cetakan dan alat pres
Untuk membuat bentuk dengan ukuran yang diinginkan.

3. Cara pembuatan :
a. Siapkan semua bahan dan dihaluskan (eceng gondok, kulit kopi,
tongkol jagung, dan arang batok kelapa).
b. Campurkan semua bahan dan siram dengan tetes tebu.
c. Masukkan kedalam cetakan, tekan dengan alat pres.
d. Dikeringkan dengan oven atau penjemuran dengan matahari.`

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM DIREKTUR JENDERAL,

DAN KERJASAMA TEKNIK,

ttd. ttd.

ARIEF SETIYO UTOMO IDA BAGUS PUTERA PARTHAMA


- 146 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P. /PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU

PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu kegiatan penting dalam melakukan evaluasi tingkat keberhasilan
program penyelamatan danau adalah kegiatan pemantauan kualitas air danau.
Kegiatan ini menjadi sangat penting, karena pada RPJMN 2015-2019
dijelaskan bahwa sasaran utama Pembangunan Ketahanan air, khususnya
untuk penyelamatan danau, adalah pengelolaan kualitas air danau dengan
indikator membaiknya kualitas air. Untuk itu, maka kegiatan pemantauan
kualitas air danau menjadi alat yang penting untuk menilai tingkat
keberhasilan program penyelamatan danau. Selain itu, kegiatan pemantauan
kualitas air juga sangat berguna sebagai bagian dari upaya melakukan
pencegahan kerusakan dan pencemaran air danau. Hasil pemantauan kualitas
air ini dapat digunakan sebagai bagian dari pengambilan kebijakan
pencegahan kerusakan danau.
Kegiatan pemantauan kualitas air danau harus dilakukan secara
berkesinambungan. Keakuratan data pemantauan kualitas air danau ini
menjadi kunci keberhasilan di dalam merumuskan kebijakan perlindungan
dan pengelolaan danau. Untuk itu, maka tahapan dan metode yang benar dan
tepat harus diterapkan di dalam kegiatan pemantauan kualitas air danau ini
agar hasilnya dapat diandalkan.
Selain itu, kegiatan pemantauan kualitas air ini pun menjadi hal yang penting
karena setidaknya terdapat 3 (tiga) buah indikator kegiatan yang harus dicapai
terkait dengan pengendalian kerusakan danau, salah satunya adalah
“Menjamin peningkatan kualitas air dan status trofik danau prioritas minimal
satu tingkat”. Untuk itu, makadata kualitas air secara berkesinambungan di
15 danau prioritas harus dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pengendalian kerusakan danau. Data tersebut sangat diperlukan untuk
menjamin ketersediaan data demi mengukur tingkat keberhasilan yang
diminta sesuai dengan indikator kegiatan yang telah disebutkan di atas.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan disusunnya petunjuk teknis pelaksanaan pemantauan kualitas air
danausebagaipedoman bagi Balai Pengendalian DAS dan Hutan Lindung
- 147 -

(BPDASHL) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal


Pengendalian DAS dan Hutan Lindung.

Sasaran petunjuk teknis ini adalah tersedianya data pemantauan kualitas air
danau di setiap Unit Pelaksana Teknis, yakni di masing-masing BPDASHL yang
berada di wilayah kerja 15 danau prioritas (Toba, Singkarak, Maninjau,
Kerinci, Rawadanau, Rawapening, Batur, Limboto, Tondano, Poso, Tempe,
Matano, Sentarum, Kaskade Mahakam, Sentani) pada khususnya, dan di
setiap Provinsi/Kabupaten/Kota/pihak terkait sebagai salah satu bahan untuk
penentuan kebijakan pengendalian kerusakan danau.
1.3. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini meliputi 4 (empat) kegiatan utama dalam melaksanakan
pemantauan :
1. Perencanaan Pemantauan
2. Pelaksanaan Pemantauan
3. Analisis dan Interpretasi data
4. Pelaporan Hasil Pemantauan
- 148 -

BAB II
PERENCANAAN PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU

Perencanaan pemantauan kualitas air permukaan, dalam hal ini adalah air
danau, maka yang perlu dipersiapkan adalah :
1. Informasi air danau yang dipantau
2. Tujuan pemantauan
3. Uraian data sekunder / pendukung
4. Survei pendahuluan
5. Desain Pemantauan
6. Peta pemantauan

II.1. Informasi Air Danau Yang Dipantau


Petunjuk teknis ini dapat digunakan untuk memantau danau di seluruh
Indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 800 danau besar maupun kecil,
namun sesuai Kesepakatan Bali tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau
Berkelanjutan terdapat 15 danau prioritas I dan prioritas II yang ditetapkan.
Adapun nama, lokasi untuk 15 danau prioritas I serta nama UPT Dirjen
Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, yakni Balai Pengelolaan DAS dan
Hutan Lindung (BPDASHL) terkait dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Daftar 15 Danau Prioritas dan BPDASHL terkait
No. Nama Danau Provinsi UPT
1. Toba Sumatera Utara BPDASHL Asahan Barumun
2. Maninjau Sumatera Barat BPDASHL Indragiri Rokan
3. Singkarak Sumatera Barat BPDASHL Agam Kuantan
4. Kerinci Jambi BPDASHL Batanghari
5. Tondano Sulawesi Utara BPDASHL Tondano
6. Limboto Gorontalo BPDASHL Bone Bolango
7. Poso Sulawesi Tengah BPDASHL Palu Poso
8. Tempe Sulawesi Selatan BPDASHL Jeneberang Saddang
9. Matano Sulawesi Selatan BPDASHL Jeneberang Saddang
10. Kaskade Mahakam Kalimantan Timur BPDASHL Mahakam Berau
(Semayang, Melintang,
Jempang)
11. Sentarum Kalimantan Barat BPDASHL Kapuas
12. Sentani Papua BPDASHL Memberamo
13. Rawadanau Banten BPDASHL Ciliwung Citarum
14. Batur Bali BPDASHL Unda Anyar
15. Rawapening Jawa Tengah BPDASHL Pemali Jratun

II.2. Tujuan Pemantauan


Tujuan pemantauan adalah untuk mendapatkan data kualitas air danau
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan penyelamatan
danau.
- 149 -

II.3. Uraian Data Sekunder / Pendukung


Data sekunder adalah data yang mendukung tujuan pemantauan dan berguna
untuk interpretasi data primer yang diperoleh. Data sekunder tersebut dapat
dikumpulkan dari bahan pustaka, peraturan perundangan yang berlaku,
instansi terkait di pusat maupun daerah yang memiliki data yang diperlukan
(BMKG, BIG, Perguruan Tinggi, Pemprov, Pemkot, Pemkab), media massa dan
internet.
Data sekunder yang perlu dikumpulkan berupa :
1. Deskripsi secara umum DAS, dimana danau yang akan dipantau berada,
yang mencakup lokasi administratif dan geografis, nama, karakteristik fisik
(bentuk dan luas das, hidrologi), iklim (cuaca yang dominan jika ada), peta
(bukan sketsa).
2. Deskripsi khusus, mencakup nama danau, lokasi danau secara
administratif dan geografis, peta danau (bukan sketsa), daerah titik
sampling, posisi titik sampling (data GPS, data posisi dan nama titik
sampling dituangkan dalam bentuk tabel) sumber polutan secara umum
dan dominan, pemanfaatan sumber air dan lahan di DTA dan sekitar
danau.
3. Data sekunder lain mencakup informasi penting misalnya jumlah
penduduk, jumlah dan jenis industri yang membuang limbahnya ke danau,
data pemantauan sebelumnya (jika ada) yang dapat diperoleh dari berbagai
sumber (Dinas LH, Perguruan Tinggi, Balai Wilayah Sungai), kegiatan
sekitar lokasi pemantauan, sumber pencemar, tata ruang dan tata guna
lahan dan lain lain.

II.4. Survei Pendahuluan


Survei pendahuluan dilaksanakan untuk penyusunan perencanaan
pemantauan kualitas air danau, termasuk dalam hal penentuan titik sampling
yang representatif, inventarisasi sumber pencemar yang berpengaruh terhadap
badan danau, kemudahan akses, kebutuhan biaya dan sebagainya. Survei
pendahuluan ini hanya diperlukan untuk kegiatan pemantauan pada lokasi
dan titik pemantauan yang baru.
II.5. Desain Pemantauan
Disain pemantauan atau perencanaan pemantauan perlu dibuat sebelum
kegiatan pemantauan dilaksanakan dengan tujuan agar pelaksanaan
pemantauan dapat dilakukan secara efektif sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Desain pemantauan minimal meliputi beberapa hal diantaranya:
1. Penetapan lokasi dan batas badan air danau yang akan dipantau
Badan air permukaan yang telah ditetapkan akan dipantau perlu
dideskripsikan secara jelas dan rinci, yang meliputi batasan:
a. Lokasi pemantauan berdasarkan wilayah administratif;
b. Letak geografis (posisi koordinat menggunakan alat Global Positioning
System/GPS);
- 150 -

c. Ciri-ciri lain terkait dengan karakteristik lokasi air danau yang dipantau;
d. Penetapan lokasi pemantauan dilengkapi dengan peta yang memuat titik-
titik pemantauan;
e. Alasan penentuan/pemilihan titik-titik pemantauan (tempat masuknya
anak sungai ke danau/inlet danau, kualitas air danau pada
umumnya/tengah danau, lokasi pemanfaatan air danau (KJA, pemukiman,
intake air baku, dll), tempat keluarnya air danau/otlet danau).
2. Penetapan waktu dan frekuensi pemantauan
Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan air danau, khususnya
untukPemantauan Rutin, makafrekuensi pemantauan dilakukan minimal 2
(dua) kali dalam setahun yang mewakili musim hujan dan musim kemarau.
Namun disarankan pemantauan dapat dilakukan lebih dari dua kali, yakni 3
(tiga) hingga 5 (lima) kali dalam setahun (awal musim kemarau, puncak musim
kemarau, peralihan musim kemarau ke musim hujan, awal musim hujan, dan
puncak musim hujan).
3. Penetapan lokasi sampling
Dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan lokasi prioritas
pemantauan kualitas air danau adalah:
a. Tempat masuknya sungai ke danau (terutama inlet yang dominan
memberikan sumber air masuk ke danau);
b. Di tengah danau;
c. Lokasi pemanfaatan air danau (KJA, intake air baku air minum,
pemukiman, industri, pembangkit listrik tenaga air, dll.);
d. Tempat keluarnya air danau (outlet danau).
Titik pengambilan contoh (sampling) air danau juga perlu disesuaikan dengan
kedalaman danau. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut :
a. Danau atau waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil
di 2 (dua) titik yaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian dicampurkan
(komposit kedalaman).
b. Danau atau waduk yang kedalamannya 10 m – 30 m, contoh diambil di 3
(tiga) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin dan bagian dasar kemudian
dicampurkan (komposit kedalaman).
c. Danau atau waduk yang kedalamannya 31 m – 100 m, contoh diambil di 4
(empat) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin, di atas lapisan
hipolimnion, dan bagian dasar kemudian dicampurkan (komposit
kedalaman).
d. Danau atau waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan
contohditambah sesuai keperluan kemudian dicampurkan (komposit
kedalaman).
- 151 -

Gambar 2.1. Titik Pengambilan Contoh pada Danau atau Waduk


Selain itu perlu diperhatikan beberapa hal untuk penentuan titik sampling,
yakni :
a. Lokasi sampling harus konsisten untuk mendapatkan data series, kecuali
jika lokasi tersebut mengalami perubahan secara signifikan.
b. Pemberian nama dan pengkodean pada lokasi sampling yang sama harus
konsisten.
c. Titik koordinatnya pada peta termasuk wilayah administratifnya
(kelurahan/desa, kecamatan dan kota/kabupaten) dan diplotkan dalam
peta dasar.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan untuk lebih merepresentasikan kualitas


air danau secara keseluruhan adalah luasan danau. Jumlah lokasi titik
pemantauan kualitas air danau (titik sampling) disesuaikan dengan luas
danau. Adapun jumlah titik yang disesuaikan dengan luas danau, disarankan
sebagai berikut :
a. Luas danau < 1000 ha, minimal 3 lokasi
b. Luas danau 1000 - 5000 ha, minimal 5 lokasi
c. Luas danau 5000 - 10.000 ha, minimal 10 lokasi
d. Luas danau 10.000 - 50.000 ha, minimal 15 lokasi
e. Luas danau > 50.000 ha, minimal 20 lokasi
4. Penetapan parameter pemantauan
Parameter yang dipantau minimal 17 parameter yang meliputi:
a. Parameter lapangan: pH, temperatur, Daya hantar listrik (DHL), Total
padatan terlarut (TDS), Oksigen terlarut (DO), Kecerahan.
b. Parameter laboratorium : Total padatan tersuspensi (TSS), Kekeruhan,
BOD, COD, Amonia (NH3), Sulfida (H 2S), Total Fosfor (T-P), Total Nitrogen
(T-P), Fecal Coli, Total Coliform, dan Khorofil-a.
- 152 -

Selain itu, parameter spesifik lainnya perlu dipantau. Untuk mengetahui


parameter spesifik lainnya yang perlu dipantau ditentukan berdasarkan
sumber pencemar yang didapatkan dari hasil inventarisasi dan mengacu pada
peraturan terkait. Misalnya untuk daerah pertambangan emas secara
tradisional, maka perlu dipantau parameter logam merkuri (Hg) dan sianida
(CN-).
Bila memungkinkan diharapkan melakukan pemantauan parameter lain
sesuai lampiran PP 82 Tahun 2001. Selain menentukan parameter di atas,
perlu dilakukan inventarisasi sumber pencemar yang berpengaruh terhadap
badan danau yang dipantau dengan tujuan untuk interpretasi dan evaluasi
data hasil pemantauan serta penentuan parameter spesifik.
5. Pengambilan Contoh di Lapangan
Pengambilan contoh mengacu pada SNI 6987.57:2008 tentang Metoda
Pengambilan Contoh Air Permukaan (lihat Lampiran 1).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk persiapan pengambilan sampel di
lapangan adalah:
a. Petugas sampling yang kompeten (minimal pernah mengikuti pelatihan
sampling air dan melaksanakan pengambilan contoh air),
b. Pengambilan contoh harus menerapkan Quality Control dilapangan
c. Form perencanaan pengambilan contoh
d. Form data lapangan
Apabila pengambilan contoh dilakukan oleh pihak ketiga, maka tim
pemantauan harus mendampingi agar pengambilan contoh sesuai ketentuan.
6. Penetapan Analisis di Laboratorium
Analisis sampel dapat dilaksanakan sendiri oleh laboratorium instansi
pelaksana atau pihak ketiga dengan prioritas sebagai berikut:
a. Laboratorium lingkungan yang sudah terdaftar (Daftar laboratorium dapat
dilihat pada website : http://standardisasi.menlhk.go.id).
b. Laboratorium penguji yang sudah terakreditasi dengan ruang lingkup
parameter kualitas air (Daftar laboratorium dapat dilihat pada website :
http://standardisasi.menlhk.go.id)
c. Laboratorium yang sudah mengikuti uji profisiensi terbaru dengan nilai
memuaskan
d. Laboratorium yang sudah menerapkan pengendalian mutu dan jaminan
mutu dengan hasil memenuhi kriteria batas yang dapat diterima.

II.6. Penyiapan Peta Pemantauan


Peta pemantauan kualitas air danau disiapkan berdasarkan hasil survei
pendahuluan sebelumnya yang memuat gambaran secara menyeluruh tentang
danau yang dipantau beserta lokasi samplingnya.
- 153 -

BAB III
PELAKSANAAN PEMANTAUAN

Tahapan pelaksanaan pemantauankualitas air danau sebagai berikut:

III.1. Pelaksanaan Sampling


Pelaksanaan sampling dapat dilakukan oleh instansi pelaksana atau
berkerjasama dengan pihak ketiga yaitu laboratorium yang kompeten dan
menerapkan sistem mutu. Petugas sampling adalah personil yang kompeten
dalam pengambilan sampel lingkungan khususnya sampel air.
Sampling dilaksanakan sesuai prosedur pelaksanaan pengambilan sampel air
permukaan mengacu pada metode standar nasional (SNI 6987.57:2008)
tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan.

III.2. Analisis Sampel di Laboratorium


Pelaksanaan analisis sampel dapat dilakukan oleh laboratorium seperti yang
telah diuraikan pada BAB II di atas. Metode analisis yang digunakan untuk
pengujian masing-masing parameter mengacu pada metode standar yang
mutakhir misalnya SNI, US-EPA, ASTM, APHA dll atau metode non standar
yang tervalidasi.

III.3. Verifikasi dan Validasi Data


Laboratorium harus melakukan verifikasi dan validasi data untuk menjamin
mutu data hasil pengujian sebelum dilaporkan. Untuk laboratorium yang
belum teregistrasi atau terakreditasi, wajib menerapkan pengendalian mutu
dan jaminan mutu dan menunjukan rekaman mutu yang akan disertakan
dengan hasil akhir.
Secara umum, proses pelaksanaan pemantauan kualitas air danau dapat
digambarkan menggunakan diagram alur seperti pada Gambar. 3.1.
- 154 -

Petugas
Sampling
yang
Pelaksanaan Sampling kompeten

Personil Lab yang


Verifikasi
kompeten
dan Validasi
Analisis Laboratorium Klarifikasi

LHU/SHU

Data diragukam
Personil kompeten
pengolah data INPUT DATA

CEK ULANG DATA

LHU/SHU : Laporan/Sertifikat Hasil Uji

OK
Dikirimkan ke Dir.
PKPD paling telat
bulan Januari
Personil kompeten tahun berikutnya
pengolah data
ANALISIS DATA

Gambar 3.1Diagram Alur Proses Pemantauan Kualitas Air Danau


(yang dilaksanakan oleh BPDASHL)
- 155 -

BAB IV
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Analisis dan interpretasi data hasil pengujian merupakan suatu proses


pengolahan data untuk menampilkan informasi yang sesuai dengan tujuan
pemantauan yang mudah dipahami oleh pengguna dan pengambil kebijakan.
Data hasil pengujian yang telah melalui proses verifikasi dan validasi data yang
dikeluarkan oleh laboratorium, harus ditabulasikan dalam bentuk tabel data.
Analisis dan interpretasi meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

IV.1. Persiapan data


Tahapan persiapan data meliputi proses pengumpulan data hasil analisis di
lapangan, data pendukung lokasi sampling, catatan-catatan lapangan saat
sampling, foto lokasi sampling, data iklim dan cuaca (data curah hujan dapat
diperoleh dari BMKG setempat) maupun di laboratorium yang telah diverifikasi
dan validasi beserta data pengendalian mutu laboratrium.

IV.2. Pemeriksaan Integritas Data


Tahapan pemeriksaan keutuhan data merupakan pemeriksaan secara
keseluruhan terhadap keutuhan data hasil pemantauan yang diperlukan
untuk menginterpretasikan data menjadi suatu informasi hasil pemantauan
kualitas air danau. Data tersebut harus diperiksa ulang untuk menghindari
kesalahan dalam proses pemindahan data, misalnya letak desimal, letak kolom
data, atau satuan yang digunakan agar keutuhan data terjamin.Jika data hasil
pengujian tidak terdeteksi, maka laboratorium melaporkan dalam bentuk nilai
limit deteksi (nilai terkecil yang dihasilkan dari analisis)

IV.3. Analisis dan Interpretasi Data


Analisis data dilakukan dengan cara:
a. Membuat grafik garis atau grafik batang yang menyatakan konsentrasi
parameter dari setiap titik.
b. Membandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya, dibuat grafik
kecenderungan (trend analysis) untuk parameter utama tertentu dititik
sampling tertentu;
c. Membandingkan dengan kriteria mutu air pada kelas air yang telah
ditetapkan. Bila peruntukan kelas air danau bersangkutan belum
ditetapkan maka dapat digunakan kriteria mutu air kelas II PP 82/2001
dan untuk status trofik dapat mengacu kepada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No 28 tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk;
- 156 -

Tabel 4.1. Parameter Uji Kualitas Air beserta Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
Fisika

Temperatur 0C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperature


dari keadaan
alamiahnya
Residu mg/L 1000 1000 1000 20000
terlarut
Residu mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air
tersuspensi minum secara
konvensional
Kimia Anorganik
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara
alamiah diluar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasar kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Batas mnimum
Total Phosfat mg/L 0,2 0,2 1 5
(P)
NO3 sbg N mg/L 10 10 20 20
NH3-N mg/L 0,5 - - - Bagi perikanan
kandungan
ammonia bebas
untuk ikan yang
peka ≤0,02 mg/L
sbg NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 - - -
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Cu≤
1mg/L
Besi mg/L 0,3 - - - Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, Fe≤
5mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air


minum secara
konvensional,
Pb≤0,1mg/L
Mangan mg/L 0,1 - - -
- 157 -

Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,5 0,5 0,5 2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional,
Zn≤5mg/L
Klorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 -
Nitrit sbg N mg/L 0,06 0,06 0,06 - Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, NO2-
N≤1mg/L
Sulfat mg/L 400 - - -
Khlorin mg/L 0,03 0,03 0,03 - Bagi ABAM tidak
bebas dipersyaratkan
Belerang sbg mg/L 0,002 0,002 0,002 - Bagi pengolahan air
H2S minum secara
konvensional, S sbg
H2S ≤0,1mg/L
Mikrobiologi
Fecal Jml/100m 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air
coliform l minum secara
Total Jml/100m konvensional, fecal
Coliform l coliform
≤2000jml/100ml,
dan total coliform
≤10.000jml/100ml
Radioaktivitas
Groos-A Groos-A Groos-A Groos-A Groos-A Groos-A
Groos-B Groos-B Groos-B Groos-B Groos-B Groos-B
Kimia Organik
Minyak & ug/L 1000 1000 1000 -
Lemak
Detergent sbg ug/L 200 200 200 -
MBAS
Senyawa ug/L 1 1 1 -
Fenol
BHC ug/L 210 210 210 -
Aldrin/Dieldri ug/L 17 - - -
n
Chlordane ug/L 3 - - -
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptaclor & ug/L 18 - - -
Heptaclor
epoxide
Lindane ug/L 56 - - -
Methoxyclor ug/L 35 - - -
Endrin ug/L 1 4 4 -
Toxaphan ug/L 5 - - -
Keterangan :
mg : milligram Bq : Bequerel
ug : microgram MBAS : methylene Blue Active Substance
ml : milliliter ABAM : Air Baku Air Minum
L : Liter Logam berat merupakan logam terlarut
- 158 -

Nilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH
merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum
Nilai DO merupakan batas minimum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut
tidak dipersyaratkan
Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil

Tabel 4.2. Kriteria Status Trofik Danau

Kadar Kadar Rata- Kadar


Kecerahan
Status Trofik Rata-rata rata Total-P Rata-rata Khlorofil-
Rata-rata(m)
Total-N (µg/l) (µg/l) a (µg/l)
Oligotrof ≤ 650 < 10 < 2.0 ≥ 10
Mesotrof ≤ 750 < 30 < 5.0 ≥4
Eutrof ≤ 1900 <100 < 15 ≥ 2,5
Hipereutrof > 1900 ≥ 100 ≥ 200 < 2,5
Sumber: KLH 2009, Modifikasi OECD 1982, MAB 1989; UNEP-ILEC, 2001.

Melakukan penghitungan status mutu air danau. Untuk Penentuan status


mutu air danau dilakukan dengan Metode Storet atau Indeks Pencemaran yang
telah dibakukan dalam Pedoman Penentuan Status Mutu Air pada Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003.
- 159 -

BAB V
PELAPORAN

V.1. Penyusunan Laporan


Format umum pembuatan laporan sebagai berikut :
1. Ringkasan eksekutif, menerangkan :
a. Tujuan pelaksanaan pemantauan.

b. Pelaksanaan pemantauan secara singkat dan jelas (pelaksana, lokasi,


waktu, frekuensi, musim bila mewakili).
c. Uraian singkat dan jelas hasil penting pemantauan yang diperoleh.

d. Pemanfaatan hasil pemantauan sebagai rekomendasi bila ada dan


diperlukan.
e. Ringkasan eksekutif maksimal satu halaman

2. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi uraian tentang:
a. Latar belakang mencakup alasan dan permasalahan penting sehingga
pemantauan air danau perlu dilakukan.
b. Tujuan (sesuai petunjuk teknis pemantauan kualitas air danau).

c. Ruang lingkup pemantauan mencakup lokasi (DAS, danau, posisi secara


administrasi), jumlah contoha air, parameter, waktu dan frekuensi,
musim bila mewakili.
d. Sasaran mencakup keluaran yang hendak dicapai dan terukur sebagai
indikator keberhasilan.
e. Manfaat pelaksanaan pemantauan dan pemanfaatan hasil pemantauan
yang diharapkan.
3. Bab II Deskripsi Lokasi Pemantauan Danau
Pada bab ini uraikan secara jelas hal-hal sebagai berikut:
a. Deskripsi secara umum, meliputi: lokasi administrasi dan geografi DAS
dimana danau yang dipantau berada, nama DAS, posisi danaudi dalam
DAS, peta DAS (bukan sketsa), karakteristik fisik danau (asal
bentukan/tipologidanau, hidrologi, morfologi, luas, cuaca yang dominan
jika ada).
b. Deskripsi khusus, mencakup : nama danau, lokasi danau secara
adminitsrasi dan geografi, topografi dan tata guna lahan DTA danau,
peta danau bukan sketsa, daerah dan posisi stasiun pemantuan (data
GPS-koordinat), sumber polutan secara umum dan dominan,
pemanfaatan sumber air, pemanfaatan lahan.
c. Data sekunder lain yaitu informasi penting misal jumlah penduduk, jenis
industri di sekitar lokasi pemantauan dan informasi lain yang
mendukung hasil pemantauan yang diharapkan.
- 160 -

d. Titik koordinat pada peta dan nama stasiun pemantauan dituangkan


dalam bentuk tabel.
e. Informasikan alasan yang dipakai dalam setiap penentuan/pemilihan
titik/lokasi/stasiun pemantauan.
4. Bab III Metodologi
Dalam bab ini berisi uraian yang meliputi:
a. Desain pemantauan: uraian secara sistematis tahap-tahap pelaksanaan
pemantauan dan dituangkan dalam bentuk diagram alir (flow chart).
b. Metode sampling: pengambilan contoh uji (grab atau komposit atau
campuran)
c. Metode analisis di laboratorium: parameter, metode, alat (disajikan
dalam bentuk tabel), informasikan laboratorium pelaksana analisis dan
statusnya (terakreditasi atau terregistrasi atau yang lainnya)
d. Pastikan bahwa data hasil analisis sebelum mengalami pengolahan data
telah melalui proses verifikasi dan validasi.
e. Metode pengolahan data, mencakup : metode yang digunakan dalam
mengolah data hasil analisis laboratorium misalnya:statistik sederhana
atau tingkat lanjut (program khusus).
5. Bab IV. Hasil dan Pembahasan:
Dalam bab ini berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil : tampilkan data hasil pemantauan dalam tabel dan tuangkan
dalam bentuk grafik-grafik yang sesuai dan dibandingkan dengan
kriteria mutu air (PP 82/2001) untuk menampilkan kecenderungan
kualitas air danau yang dipantau
Catatan:
1) Grafik batang yang memuat lebih dari satu batang harus dibedakan
dengan corak yang berbeda, bukan dengan warna.
2) Kurva yang memuat lebih dari satu garis dibedakan dengan bentuk
yang berbeda atau bentuk garis yang berbeda (misal -, atau ---- atau -.-.-
., dsb)
b. Pembahasan : bahas data hasil pemantauan berdasarkan interpretasi
yang ada yang didukung data sekunder dan dibandingkan dengan baku
mutu/kriteria mutu air yang berlaku (PP 82/2001 atau Peraturan
daerah lainnya)
c. Hitung status air danau dengan metode Indeks Pencemar dan metode
storet (PP 115/2003).
6. Bab V Kesimpulan dan Saran:
Kesimpulan berisi uraian ringkas dan jelas dari hasil pemantauan sesuai
dengan tujuan dan sasaran pemantauan kualitas air danau.
Saran berisi rekomendasi/tindak lanjut dari hasil pemantuan kualitas air
danau.
- 161 -

7. Referensi/Acuan/Daftar Pustaka:
Dalam bab ini tuliskan semua sumber informasi yang menjadi acuan
dalam penulisan laporan berupa buku/ literatur, jurnal, informasi dari
internet, dan lain-lain.
Tata cara penulisan referensi/acuan
1) Jurnal : Nama, tahun, nama jurnal, volume, halaman
(M.J Bauer, Herman R., Martin A and Zellman H, 1998, Water Sci Tech,
38, 185-192)
2) Textbook : Nama, tahun, judul, buku, penerbit, kota
(A. Hadi, 2005, Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta)
3) Prosiding, disertasi, tesis dan skripsi, laporan penelitian: Nama, judul,
penerbit, tahun, halaman
(Ministry of the Environment of Japan (MoE). Risk Assessment Strategy
for Suspected Endocrine, SPEED, 200, 98)
4) Website : nama situs, tanggal mengakses dan Judul tulisan
(http://www.nicnas.gov.au/foreign/endocrine01.htm, 22/9/2003
8. Lampiran
Berisi semua informasi yang tidak bisa ditampilkan dalam isi pokok
laporan diantaranya: SK Tim (jika ada), peta lokasi pemantauan, sertifikat
hasil uji laboratorium, data lapangan, tabel rekapitulasi data pemantauan,
dokumentasi kegiatan sampling, dll.

V.2. Pencetakan Laporan


1. Laporan dicetak pada kertas ukuran A4, di jilid sebanyak 5 eksemplar
(Sesuai kebutuhan), jilid hard cover sebanyak 1 eksemplar.
2. Warna sampul (cover) muka hijau.

V.3. Pengiriman laporan


Pengiriman laporan pemantauan kualitas air danau sebanyak 1 eksemplar
ditujukan ke Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, cq
Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan Darat dengan menyertakan soft
copy.

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM DIREKTUR JENDERAL,
DAN KERJASAMA TEKNIK,

ttd. ttd.

ARIEF SETIYO UTOMO IDA BAGUS PUTERA PARTHAMA

Anda mungkin juga menyukai