DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,
MEMUTUSKAN
Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU.
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk
secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan
sebutan istilah lokal.
2. Sempadan danau adalah lahan yang mengelilingi dan
berjarak tertentu dari tepi badan danau yag berfungsi
sebagai kawasan perlindungan danau.
3. Riparian adalah zona yang menghubungkan daratan dan
perairan sungai atau danau yang dipengaruhi oleh material
dan air serta ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan yang
beradaptasi untuk hidup di daerah yang tergenang air.
4. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.
5. Daerah Tangkapan Air yang selanjutnya disebut DTA adalah
suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan.
6. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitas lingkungan hidup.
7. Ekosistem Danau adalah tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitas lingkungan hidup pada perairan darat.
8. Pelestarian fungsi danau adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup danau.
-4-
Pasal 2
Tujuan pengendalian kerusakan danau:
a. menjamin keberlanjutan ketersediaan air;
b. meningkatkan dan memelihara kualitas air;
c. menjaga kelestarian keanekaragaman hayati;
d. memelihara, memulihkan dan meningkatkan kondisi
lingkungan hidup di daerah tangkapan/resapan air,
sempadan, riparian dan perairan; dan
e. mendukung kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Pasal 3
(1) Pengendalian kerusakan danau meliputi :
a. Pencegahan kerusakan;
b. Penanggulangan kerusakan;dan
c. Pemulihan fungsi.
(2) Pengendalian kerusakan danau dilaksanakan dengan
tahapan:
a. Inventarisasi dan penilaian kerusakan;
b. Perencanaan;
c. Pelaksanaan; dan
d. Pemantauan dan evaluasi.
BAB II
INVENTARISASI DAN PENILAIAN KERUSAKAN
Pasal 4
(1) Inventarisasidanau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf a dilakukan dengan pengumpulan data dan
informasi primer dan sekunder melalui:
a. koordinasi; dan/atau
b. survei lapangan.
(2) Inventarisasi danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk memperoleh data dan informasi karakter
dan kondisi danau.
-6-
Pasal 5
(1) Data dan informasi karakter dan kondisi danau sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) antara lain:
a. nama;
b. lokasi (posisi geografis, wilayah DAS, sub DAS dan
wilayah administratif);
c. status sertifikasi dan tata batas;
d. tipologi pembentukan;
e. fungsi dan pemanfaatan air;
f. iklim, temperatur, kelembaban udara dan curah hujan;
g. morfologi (luas, kedalaman, dan volume air);
h. geologi dan geomorfologi kawasan;
i. nama dan jumlah sungai masuk (inlet) dan sungai keluar
(outlet);
j. kualitas air dan status trofik perairan;
k. sebaran gulma air;
l. laju erosi dan sedimentasi;
m. keanekaragaman hayati;
n. topografi, pola ruang, status kawasan, tutupan, dan
pemanfaatan lahan di sempadan, riparian, dan daerah
tangkapan air; dan
o. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
(2) Data dan informasi karakter dan kondisi danau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dan dituangkan dalam
dokumen Profil Danau.
(3) Dokumen Profil Danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai bahan penilaian kerusakan danau.
Pasal 6
(1) Penilaian kerusakan danau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf a dapat didahului dengan identifikasi
kerusakan indikatif melalui pengolahan data spasial.
(2) Penilaian kerusakan danau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan dengan parameter antara lain:
a. perubahan luas badan air;
b. perubahan kedalaman danau;
c. kualitas air;
-7-
d. status trofik;
e. keanekaragaman hayati;
f. tutupan gulma air;
g. sampah di badan danau dan sempadan;
h. tutupan lahan terbangun di sempadan; dan
i. tutupan vegetasi di sempadan, riparian dan daerah
tangkapan air.
(3) Hasil penilaian kerusakan danau dikategorikan ke dalam
kondisi:
a. baik;
b. terganggu; dan
c. rusak.
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inventarisasi dan
penilaian kerusakan danau sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB III
PERENCANAAN
Pasal 8
(1) Hasil penilaian kerusakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 menjadi acuan perencanaan pengendalian kerusakan
danau.
(2) Perencanaan pengendalian kerusakan danausebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen rencana
pengendalian kerusakan danau.
(3) Dokumen rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat antara lain:
a. profil atau karakter dan kondisi danau;
b. hasil penilaian kerusakan;
c. analisis permasalahan;
d. sasaran atau kondisi yang diharapkan;
e. strategi, program dan kegiatan yang diperlukan;
f. target capaian dan indikator kinerja;
g. penanggung jawab program dan kegiatan; dan
-8-
Pasal 9
(1) Rencana pengendalian kerusakan danaudisusun untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dijabarkan lebih rinci
dalam rencana tahunan.
(2) Rencana pengendalian kerusakan danau dapat dituangkan
dan menjadi bagian dalam rencana pengelolaan danau yang
terpadu lintas sektor.
Pasal 10
(1) Rencana pengendalian kerusakan danau pada usaha
dan/atau kegiatan disusun oleh penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan dan dituangkan dalam:
a. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL);
b. Rencana Kerja Usaha (RKU);
c. Rencana Kerja Tahunan (RKT);
d. Dokumen perencanaan lainnya.
(2) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai dasar pemantauan, evaluasi, dan pengawasan.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana pengendalian
kerusakan danau sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB IV
PELAKSANAAN
Pasal 12
(1) Pelaksanaan pengendalian kerusakan danausebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilaksanakan melalui
upaya:
a. pencegahan kerusakan danau;
b. penanggulangan kerusakan danau; dan
c. pemulihan fungsi danau.
-9-
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengendalian
kerusakan danau sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 14
(1) Pemantauan kerusakan danau dilakukan sesuai dengan
parameter kriteria kerusakan danau.
(2) Pemantauan terhadap kondisi kerusakan danau dilakukan
antara lain melalui pemantauan kualitas air danau yang
dilaksanakan paling sedikit dua (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun mewakili musim hujan dan musim kemarau.
(3) Hasil pemantauan digunakan untuk:
a. evaluasi kondisi danau secara rutin;
b. bahan perbaharuan data dan informasi pada sistem
informasi dan basis data kerusakan danau; dan
c. penanganan kasus kerusakan danau.
Pasal 15
(1) Evaluasi kerusakan danau dilakukan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu)tahun untuk mengetahui:
a. status dan kecenderungan kondisi danau;
b. keberhasilan dan pengaruh pelaksanaan pengendalian
kerusakan danau terhadap kondisi danau.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk penyempurnaan kegiatan pengendalian
kerusakan danau.
Pasal 16
(1) Dalam hal ditemukan kondisi kerusakan danau yang
berpotensi menimbulkan bencana atau kejadian berdampak
penting seperti banjir, kekeringan dan pembalikan massa air,
dilakukan sistem peringatan dini.
-13-
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan kualitas air danau
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Direktur
Jenderal ini.
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 18
(1) Masyarakat memiliki hak untuk berperan serta dalam
pengendalian kerusakan danau.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk mewujudkan pengendalian kerusakan
danau yang transparan, efektif, akuntabel dan berkualitas
(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dapat dilakukan pada tahap:
a. inventarisasi dan penilaian kerusakan;
b. perencanaan;
c. pelaksanaan;
d. pemantauan dan evaluasi; dan
e. pengawasan.
Pasal 19
(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (3) dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a. memberikan data, informasi, saran dan usulan kepada
Pemerintah/pemerintah daerah;
b. melaksanakan kegiatan;
-14-
BAB VII
SISTEM INFORMASI
Pasal 20
(1) Pengendalian kerusakan danau didukung oleh sistem
informasi.
(2) Sistem informasi dilakukan untuk menyimpan, mengolah
dan mempublikasikan data dan informasi pengendalian
kerusakan danau meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi.
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 21
Sumber pendanaan penyelenggaraan pengendalian kerusakan
danau dapat berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. Anggaran Badan Usaha;
d. Perseorangan;
e. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
-15-
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 April 2019
ttd. ttd.
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P.4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU
BAB I
PENDAHULUAN
Diketahui pula bahwa danau juga memliki fungsi fungsi dan nilai
manfaat yang sangat beragam. Selain memiliki fungsi ekologi dan kaya
akan keanekaragaman hayati, fungsi danau dalam menunjang kehidupan
manusia secara ekonomi dan non-ekonomi juga sangat besar. Fungsi dan
manfaat danau dapat dikelompokkan sebagaimana yang ditunjukkan oleh
tabel di bawah ini.
Tabel 1.3. Fungsi dan Manfaat Danau
Fungsi dan Nilai
Keterangan
Manfaat
Manfaat langsung (Direct Function)
1. Pengendali banjir Menampung kelebihan air pada musim penghujan dan
dan kekeringan menyalurkan cadangan air pada musim kemarau.
2. Pengisi air tanah Menjaga keberadaan air tanah (tawar) yang dapat
dan pencegah menahan intrusi air laut ke dalam air tanah di daratan,
intrusi air laut dan aliran air tawar permukaan yang dapat membatasi
masuknya air laut ke dalam aliran sungai.
3. Jalur transportasi Perairan danau telah digunakan selama ribuan tahun
oleh masyarakat sebagai sarana perhubungan
(transportasi).
4. Rekreasi Danau, terutama yang memiliki nilai estetika, dapat
menjadi lokasi yang menarik untuk rekreasi.
- 18 -
Basis Data
Inventarisasi danau
Danau
Indonesia
Penyusunan Profil Danau
Penyusunan Rencana
Penyelamatan/Pengelolaan
Danau Terpadu
I.3. Sasaran
Sasaran kegiatan inventarisasi danau ini adalah seluruh danau-danau di
Indonesia, baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan,
- 20 -
I.5. Pengertian
1. Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara
alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah
lokal
2. Inventarisasi danau adalah sebuah proses untuk mendapatkan
informasi tentang keberadaan, karakteristik serta kondisi danau
3. Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau adalah suatu wilayah daratan
yang menampung dan menyimpan air dari curah hujan dan
mengalirkannya ke danau secara langsung atau melalui sungai yang
bermuara ke danau
4. Tipologi danau adalah tipe danau berdasarkan asal pembentukannya
5. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana terjadinya
pergerakan air di bumi serta distribusinya baik di atas maupun di
bawah di bagian bawah permukaan bumi. Hal tersebut juga
mencakup tentang sifat kimia dan fisika air dengan reaksi terhadap
lingkungannya
6. Kualitas air adalah mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu
7. Status trofik danau adalah status kualitas air danau berdasarkan
kadar unsur hara dan kandungan biomassa atau produktivitasnya
8. Waktu tinggal air danau adalahrata-rata waktu yang
dibutuhkan air mulai dari masuk ke danau melalui segala cara,
menetap, dan keluar lagi melalui outlet
9. Stratifikasi danau adalah proses terbentuknya beberapa lapisan air
pada danau karena terjadi perbedaan berat jenis air danau
10. Keanekaragamanhayati adalah adalah keanekaragaman di antara
makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya, daratan,
lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi
yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekosistem
11. Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang planet bumi, termasuk
komposisi, keterbentukan dan sejarahnya
12. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan
proses yang membentuknya
- 21 -
BAB II
PELAKSANAAN INVENTARISASI DANAU
Data Awal
Inventarisasi Danau
berdasarkan analisis data
1. Pengumpulan Data dan Informasi Awal Danau
spasial
Danau-danau Prioritas
7. Pemilihan Danau-danau Prioritas
Rekomendasi Program/
8. Penyusunan Matrik Rekomendasi Kegiatan untuk
Penyelamatan Danau
Prioritas
Gambar 2.1 Diagram Alur dan Output pada setiap Tahap Pelaksanaan
Inventarisasi Danau
BAB III
PENILAIAN KERUSAKAN DANAU
BAB IV
PELAPORAN
IV.1. Pelaporan
Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya disajikan di dalam
laporan Hasil Inventarisasi Danau. Adapun format penyajian laporan
serta penjelasan isi dari masing-masing bagian laporan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Latar belakang mencakup alasan pentingnya dilakukan
inventarisasi danau
1.2 Maksud dan Tujuan
Diuraikan maksud dan tujuan dilaksanakannya inventarisasi
danau
1.3 Ruang Lingkup
Dijelaskan mengenai ruang lingkup danau yang diinventarisasi
1.4 Gambaran Umum Wilayah Kerja
Pada bagian ini diuraikan gambaran umum wilayah kerja
BDASHL, termasuk di dalamnya nama-nama DAS yang masuk
ke dalam wilayah kerjanya.
e. Daftar pustaka
f. Lampiran-lampiran
a. Tabel Hasil Inventarisasi Danau
b. Peta Hasil Inventarisasi Danau berdasarkan wilayah kerja
BPDASHL (skala peta disesuaikan)
c. Peta – peta tematik (Peta DTA Danau, Peta Penggunaan/Tata
Guna Lahan, Peta Geologi Kawasan Danau, dsb.).
No Data dan Informasi Sifat/detil data < 10 ha 10 - 99 ha 100 - 999ha > 999 ha
No Data dan Informasi Sifat/detil data < 10 ha 10 - 99 ha 100 - 999ha > 999 ha
Keterangan :
1. Data Utama (Primer) adalah data yang harus disajikan di dalam laporan
inventarisasi danau, sedangkan Data Pendukung (Sekunder dan Tersier) adalah
data pendukung yang dapat disajikan jika data tersebut tersedia (dapat diperoleh)
2. *) Jika belum ada nama danau dapat diberi nama dengan nama desa/dusun atau
nama lokal menurut sebutan masyarakat setempat
3. **) Jika tidak mendapatkan data luas danau secara sekunder, maka luas danau
dapat merujuk kepada luas danau berdasarkan analisis data spasial
- 33 -
ttd. ttd.
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P. 4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU
BAB I
PENDAHULUAN
secara utuh mulai dari daerah tangkapan air (DTA), sempadan dan badan
air danau itu sendiri.
Dalam rangka menyusun sebuah Rencana Pengelolaan Danau yang terpadu
serta memastikan berbagai pihak terkait terlibat di dalam proses
penyusunan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi
pelaksanaannya, maka perlu disusun pedoman penyusunan Rencana
Pengelolaan Danau.
I.3. Pengertian
Berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan pengelolaan Danau
antara lain:
1. Daerah aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
2. Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara
alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah
lokal.
3. Daerah tangkapan air danau adalah luasan lahan yang mengelilingi
danau dan dibatasi oleh tepi sempadan danau sampai dengan
punggung bukit pemisah aliran air.
4. Sempadan danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak
tertentu dari tepi badan danau yang berfungsi sebagai kawasan
pelindung danau.
5. Pengelolaan danau adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan pengendalian
kerusakan danau.
6. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
8. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9. Daerah tangkapan air danau adalah suatu wilayah daratan yang
menampung dan menyimpan air dari curah hujan dan mengalirkannya
ke danau secara langsung atau melalui sungai yang bermuara ke
danau.
10. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke laut secara alami, yang batasnya di darat
- 36 -
BAB II
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DANAU
Inventarisasi danau
RENCANA RPJMN/D/
PENGELOLAAN DANAU RTRW
Pengumpulan
Pengumpulan Analisis
data dan Perumusan Penentuan Perumusan
data dan pengambilan
informasi untuk masalah Perumusan strategi dan Rencana
Identifikasi informasi keputusan
memperkuat (termasuk kondisi yang program/ Pengelolaan
masalah tambahan untuk
gambaran kondisi identifikasi diharapkan kegiatan yang Danau dalam
mengenai KRP menentukan
danaudan akar masalah diperlukan bentuk matrik
institusi terkait program/
permasalahany kegiatan
a
Untuk 15 (lima belas) danau prioritas yang telah tersusun Rencana Aksi
Penyelamatan Danau yang tertuang di dalam dokumen GERMADAN, maka
Rencana Pengelolaan Danau disusun dengan memperbaharui dan
menyempurnakan Rencana Aksi Penyelamatan Danau tersebut.
2.4. Kelembagaan
BAB III
PENYAJIAN NASKAH
3.1.1. Buku I
Buku I adalah buku utama yang memuat kata pengantar, legalitas dan
substansi inti dokumen Rencana Pengelolaan Danau yang terdiri dari 5
(lima) bagian serta lampirannya berupa penetapan kelembagaan/Pokja dan
Matrik Rencana Pengelolaan Danau.
Adapun penjelasan dari isi buku I dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kata Pengantar
Kata pengantar di tanda tangani oleh Ketua Kelembagaan/Pokja
Pengelolaan Danau.
2. Lembar pengesahan
Dokumen Rencana Pengelolaan Danau disahkan melalui
penandatanganan lembar pengesahan oleh Penyusun dan Pengesah
(sesuai sub bab 3.2).
3. Daftar Isi
4. Daftar Tabel
5. Daftar Gambar
6. Daftar Lampiran
7. Bab I. Pendahuluan
Bagian ini berisi :
A. Latar belakang
1) Latar belakang menjelaskan pentingnya penyusunan Rencana
Pengelolaan Danau dalam upaya pelestarian dan pemulihan
(penyelamatan) ekosistem danau;
2) Penjelasan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi/Kabupaten/ Kota maupun Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR) Kabupaten/Kota dimana danau tersebut berada;
3) Nilai strategis danau (menjadi bagian wilayah strategis
provinsi/kabupaten/kota);
4) Kebijakan terkait danau yang sudah pernah disusun, misalnya
Rencana Strategis Danau, Peraturan Daerah terkait pengelolaan
danau; dst.
B. Peraturan perundangan
Pada bagian ini, dimasukkan peraturan perundangan terkini baik
yang bersifat nasional maupun daerah. Untuk peraturan
perundangan nasional terkait dengan pengelolaan danau, dapat
dilihat pada Contoh 4.
3) Stratifikasi Danau
Informasi stratifikasi danau diperlukan untuk mengetahui
batas kedalaman setiap lapisan danau. Stratifikasi danau
adalah proses terbentuknya beberapa lapisan air pada danau
karena terjadi perbedaan berat jenis air danau.
Telaahan masalah,
Identifikasi antara lain untuk
permasalahan mengetahui:
berdasarkan: intensitas masalah,
data dan informasi Rumusan
dampak terhadap Masalah
yang tersedia dan lingkungan dan
masaukan pemangku kehidupan
kepentingan masyarakat,
dan akar masalah
4) Resiko Bencana
a. Bencana kematian ikan;
b. Kejadian bencana (Gempa bumi, gunung meletus, dsb.);
c. Kejadian Bencana Overturn;
d. Fluktuasi muka air yang dapat mengancam ekosistem
dan keberadaan penduduk sekitar kawasan danau.
e. Untuk memperkuat permasalahan resiko bencana yang
ada, maka perlu ditampilkan data dan foto-foto kondisi
bencana yang pernah terjadi di danau. Ada baiknya juga
dapat dilengkapi dengan peta-contohnya seperti Peta
Banjir.
b. Permasalahan Kelembagaan dan Sosial Ekonomi
Pada bagian ini diuraikan tentang permasalahan yang bersifat
kelembagaan dan sosial ekonomi yang menjadi penyebab upaya
pengelolaan, perlindungan atau pemulihan ekosistem danau
terhambat atau tidak optimal. Permasalahan kelembagaan dan
sosial ekonomi masyarakat antara lain :
1) Belum adanya peraturan perundangan di daerah terkait
perlindungan, pengelolaan dan pemulihan ekosistem danau;
2) Adanya tumpang tindih kebijakan atau peraturan yang
mempengaruhi kebijakan pengelolaan/penyelamatan danau;
3) Lemahnya peran serta masyarakat dalam
pelestarian/penyelamatan ekosistem danau;
4) Belum optimalnya peran serta pemerhati lingkungan,
dunia usaha dan perguruan tinggi, serta masyarakat
secara umum;
5) Tingkat kesejahteraan dan pendidikan masyarakat sekitar
danau yang masih rendah, dll.
3.1.2. Buku I
Buku II memuat peta-peta tematik dengan skala 1 : 50.000 s.d 1 : 250.000
antara lain :
1. Peta Lokasi Kawasan Danau dan Informasi Wilayah Administrasi
Danau
2. Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau
3. Peta Hidrologi dan Batas DAS dan Sub DAS
4. Peta Bathimetri Danau
5. Peta Tata Guna Lahan DTA Danau
6. Peta Penutupan Lahan DTA Danau
7. Peta Kelerengan DTA Danau
8. Peta Geologi kawasan danau
9. Peta Lahan Kritis DTA danau
10. Peta Potensi Kerawanan Bencana
11. Peta Tematik lainnya.
3.2. Legalitas
Dokumen Rencana Pengelolaan Danau dianggap sah jika sudah ditanda
tangani oleh Penyusun dan Pengesah. Penyusun dan Pengesah adalah
sebagai berikut :
1. Penyusun adalah Ketua Pokja Pengelolaan Danau;
2. Pengesah adalah Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota dengan
ketentuan :
a) danau yang lokasi dan DTA nya berada dalam satu
kabupaten/kota disahkan oleh Bupati/Walikota;
b) danau yang lokasi dan/atau DTA nya lintas kabupaten/kota atau
danau yang berada dalam kawasan strategis provinsi disahkan oleh
Gubernur;
c) danau yang lokasi dan/atau DTA nya lintas provinsi atau danau
yang berada dalam Kawasan Strategis Nasional disahkan oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
- 56 -
BAB IV
PENUTUP
Contoh Tabel 1
Contoh 2
No. Kebutuhan Data Sumber Data
1. Peta Lokasi Kawasan Danau dan Informasi Wilayah BAPPEDA,BWS, Dinas Pekerjaan Umum
Administrasi Danau
2. Peta/Informasi Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau BPDASHL.BBWS/BWS
3. Peta/Informasi Hidrologi dan Batas DAS dan Sub DAS PSDA/BWS/BBWS/BPDASHL
4. Peta/Informasi Bathimetri Danau BBWS
5. Peta/Informasi Tata Guna Lahan kawasan Danau BBWS/BWS
6. Peta/Informasi Penggunaaan Lahan DTA Danau BPDASHL
7. Peta/Informasi Penutupan Lahan DTA Danau BPDASHL
8. Peta/Informasi Lereng/KelerenganDTA Danau BPDASHL/BBWS/BWS
9. Peta/Informasi MorfologiDanau BBWS/BWS
10. Peta/Informasi Geologi kawasan danau Kementerian ESDM, Dinas ESDM,BBWS/BWS
11. Peta/Informasi Tanah kawasan/DTA danau BPDASHL, KementerianLHK.
12. Peta/Informasi Lahan Kritis DTA danau BPDASHL, KementerianLHK.
13 Peta Potensi Kerawanan Bencana BPDASHL/BBWS/BWS
13. Data Kualitasair danau (kimia dan fisika), serta DinasPSDA,Dinas LH
14. debitair
Data Fluktuasi Muka Air Danau BBWS/BWS,PLTA
15. DataTingkat Sedimentasi BBWS/BWS
16. Data Keanekaragaman Hayati Danau Dinas LH, PerguruanTinggi, Balitbangda, BBKSDA/
BKSDA
17. Data BMKG, Dinas Pertanian, Litbang Pertanian
18. Klimatologikawasandanau(suhu,curahhujan,radiasimata
Peta/Informasi RTRW dan RDTR Kawasan Danau BAPPEDA, BBWS/BWS
19. hari,dsb)
Data dan Informasi tentang kegiatan perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan
(budidaya keramba jaring apung/jaring tancap, Akademi Perikanan, Perguruan Tinggi, dll.
perikanan tangkap, jenis ikan di perairan danau,
jenis ikan endemik peraturan tentang tata cara dan
aturan penagkapan, dll)
20. Data Sosial, ekonomi dan budaya (kajian Sosial BPS, Universitas terkait, Potensi Desa
ekonomi)
21. Dst. Dst.
- 59 -
Contoh 3
Contoh SK Pembentukan Pokja
GUBERNUR XXX
KEPUTUSAN GUBERNUR XXX
NOMOR :......./...../....../2018
TENTANG
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA
PENGELOLAAN DANAU XXX PROVINSI XXX
GUBERNUR XXX,
Menimbang : a. bahwa Danau XXX dan kawasan sekitarnya memiliki nilai historis
serta fungsi sosial, ekonomis, dan ekologis yang berperan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. bahwa saat ini kondisi fisik dan ekologis Danau XXX telah
mengalami degradasi yang ditandai dengan kerusakan daerah
tangkapan air, penurunan kualitas air, kepunahan jenis endemik
serta bencana kenaikan muka air danau, sehingga perlu dilakukan
upaya penanganan secara komprehensif, terpadu dan
berkelanjutan;
c. bahwa dalam rangka optimalisasi dan efektivitas upaya-upaya
penanganan Danau XXX untuk dapat kembali sesuai fungsi dan
peruntukkannya perlu dibentuk kelompok kerja yang terdiri dari
lintas sektor terkait;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana pada huruf a,
huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Gubernur XXX
tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengelolaan Danau XXX
Provinsi XXX Tahun 2018.
:
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok- pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomr 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2013)
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046)
3. Undang-undang Nomor ..... Tahun .... tentang Pembentukan
Provinsi XXX (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun ....
Nomor ....., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor ......)
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
- 60 -
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Membentuk Kelompok Kerja Pengelolaan Danau XXX Provinsi XXX
sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini
KEDUA : Kelompok Kerja Pengelolaan Danau XXX sebagaimana dimaksud
pada Diktum KESATU mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
A. Tim Pengarah
1. menyatukan visi dan misi pengelolaan Danau XXX yang
berkelanjutan;
2. melakukan pembinaan terhadap program dan kegiatan
pengelolaan Danau XXX;
3. memastikan arah kebijakan, program dan kegiatan lintas sektor
di Danau XXX searah dengan visi dan misi pengelolaan Danau
XXX;
4. melakukan supervisi dan monitoring dalam penerapan baku
mutu air dan status trofik air Danau XXX ke dalam periijinan,
- 61 -
Ditetapkan di ..............
pada tanggal ............. 2018
GUBERNUR XXX
XXXXXXXXXXXXX
Tembusan:
1. Yth. Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, KLHK
2. Yth. Bupati XXXX di XXXX
3. Yth. Walikota XXXX di XXXX
4. Yth. Insperktorat Provinsi XXXXX 5.
5. Yth. Kepala ..............................
6. Masing-masing yang bersangkutan
- 62 -
TIM PENGARAH
GUBERNUR XXX
XXXXXXX
- 63 -
Contoh 4
Peraturan Perundangan Nasional yang terkait dengan pengelolaan ekosistem danau antara
lain adalah :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya Pertanian;
4. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan;
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
13. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan Konvensi
PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati;
14. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
danEkosistemnya;
15. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
- 64 -
Contoh 5
Catatan:
1. Lokasi A, B, dst diutamakan diambil pada daerah sumber pencemar (pertanian,
limbah penduduk, peternakan, budidaya perikanan (keramba jaring apung,), dll.
2. Untuk danau-danau dalam yang memiliki beberapa stratifikasi lapisan danau
maka harus dapat diambil sample air dari tiga titik sampel berdasarkan
kedalaman danau (epilimnion, metalimnion dan hypolimnion).
- 65 -
Contoh 6
Contoh 7
Contoh 8
Tabel Tipe Danau di Indonesia
No. TipeDanau Danau Keterangan
1. Danau Tektonik Diatas, Dibawah, Lindu, Matano, Terbentuk akibat gempa bumi,
Paniai, Poso, Singkarak dan Towuti
2. Danau Vulkanik Danau Tiga Warna dan Terbentuk akibat letusan gunung
Segara Anak, Rawa Danau, berapi
Tondano
3. Danau Tekto-vulkanik Toba, Maninjau, Kerinci dan Ranau Terbentuk oleh aktivitas gempa
bumidan letusan gunung berapi
4. Danau Kawah Gunung Kelud dan Galunggung Terletak pada elevasi tinggi di sekitar
gunung, memiliki dasar yang dalam
dan relative stabil
5. Danau Kaldera Maninjau dan Batur Terletak pada elevasi tinggi di sekitar
gunung, memiliki dasar yang dalam
dan relative stabil
6. Danau Sesar–Lingkar Bratan-Buyan-Tamblingan
Kaldera
7. Danau Paparan Semayang, Melintang, Jempang, Terletak pada elevasi rendah dan
Banjir (Flood Limboto dan Tempe dangkal serta cenderung mengalami
Plain) pendangkalan terus-menerus akibat
pelumpuran dan berkembangnya
tumbuhan air
8. Danau Tapal Danau Teluk di Jambi
Kuda (Oxbow)
9. Danau Longsoran Sentani, Ranau dan Bandung Purba
Bencana Alam
10. Danau Pelarutan Paniai dan Dolina di Biak
11. Danau Morai/Gletser Danau Ertzberg di Papua
12. Danau Kars Danau Ayam aru di Papua Barat Terbentuk akibat perkembangan
tektonik yang intensif berupa sesar
atau patahan yang telah memotong dan
merobek batuan karbonat di kawasan
setempat
13. Danau Payau Danau Bunung di Sulawesi Utara Terletak di pantai, kualitas air payau
akibat terkena intrusi air asin dari
laut
Sumber : Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012
- 70 -
Contoh 9
Contoh 10
Keterangan :
*) Penentuan dan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau untuk
Danau tertutup, yakni danau yang tidak mempunyai outlet (aliran air keluar
permukaan/outlet berupa sungai) tidak perlu dilakukan.
- 75 -
Contoh 11
Tabel. Ilustrasi Institusi Utama dan Pendukung Program dan Kegiatan Pengelolaan Ekosistem Danau Indonesia
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
1. Pemanfaatan Penetapan 1. Penyusunan RTRW dan Pemanfaatan Ruang Kementerian Agraria Kementerian Dalam
ruang tidak Tata Ruang RDTR kawasan danau kawasan Danau sesuai dan Tata Ruang, Negeri, Kementerian
sesuai dengan Kawasan 2. Penyusunan Kajian dengan daya dukung dan Kementerian Pertanian, Kementerian
peruntukkannya Danau Lingkungan Hidup Strategis daya tampung kawasan Lingkungan Hidup dan Pariwisata, Kementerian
2. Konflik (KLHS) Kawasan Ekosistem Kehutanan Kelautan dan Perikanan
pemanfaatan Danau
ruang 3. Penyusunan Zonasi SKPD Prov/Kab/Kota
Pemanfaatan Perairan Danau terkait
SKPD Prov/Kab/Kota
yang membidangai
Perencanaan Daerah,
Tata Ruang dan
Pertanahan, Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
Pencemaran air Pengendalian A. Penentuan dan Penetapan: Pemanfaatan danau dan SKPD Prov/Kab/Kota Kementerian Lingkungan
oleh limbah: Pencemaran 1. Kelas Air beban pencemaran yang membidangi Hidup dan Kehutanan,
1. Pemukiman Air 2. Status trofik limbahnya tidak melebihi Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan
2. Peternakan 3. Daya Tampung Beban daya tampung beban Pemukiman, Pertanian, Umum dan Perumahan
3. Pertanian Pencemaran Air (DTBPA) pencemaran air danau Peternakan Perikanan Rakyat, Kementerian
4. Perikanan
Danau*) dan Kelautan, Kelautan dan Perikanan,
Budidaya
5. Pariwisata B. Penertiban terhadap Pariwisata, Kementerian Pertanian,
6. Industri kegiatan: Perhubungan, Kementerian Pariwisata,
7. Transportasi air 1. Budidaya perikanan Perindustrian Kementerian ESDM,
Keramba Jaring Apung Kementerian Ristek dan
(KJA) Dikti, Kementerian
2. Pemberian dan Dalam Negeri,
pengawasan izin Kementerian
pembuangan limbah yang Perhubungan
bersumber dari beberapa
sektor kegiatan, antara
lain industri, pariwisata
dan peternakan
3. Pertanian lahan surutan
(yang menggunakan
pupuk kimia dan
pestisida), pemukiman
4. Transportasi air (yang
- 76 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
menimbulkan
limbah/ceceran minyak
dan pengaturan tonase
kapal)
C. Pemantauan dan Evaluasi
Kualitas Air
1. Pemantauan kualitas air
danau secara berkala
2. Penentuan status mutu air
danau
Perubahan Revitalisasi Pengerukan dasar danau Berkurangnya pendangkalan Kementerian Pekerjaan Kementerian
morfometri danau Danau dengan memperhatikan kondisi Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
akibat ekosistem danau Rakyat Kehutanan,
pendangkalan dan Kementerian Ristek dan
penyempitan SKPD Prov/Kab/Kota Dikti (LIPI/BPPT)
yang membidangi
Sumberdaya Air, Pemerintah Daerah
Pekerjaan Umum Prov/Kab/Kota
Permasalahan Pengendalian 1. Survei, Investigasi dan Desain Teratasinya permasalahan Kementerian Pekerjaan Badan Nasional
Banjir Daya Rusak Pengendali Banjir kawasan banjir di kawasan sekitar Umum dan Perumahan Penanggulangan
Air danau dan sekitarnya danau Rakyat, Bencana
2. Pembangunan Bendung
Gerak SKPD Prov/Kab/Kota Badan Penanggulangan
yang membidangi Bencana Daerah
sumberdaya air,
Pekerjaan Umum
Gulma air Pengendalian 1. Teknik mekanis Terkendalinya luasan Kementerian Pekerjaan Kementerian
gulma air a.Pengadaan alat pembersih tutupan gulma air di Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
(Misalnya : eceng gondok perairan danau Rakyat, Kementerian Kehutanan,
Eceng b.Pengadaan alat pencacah Kelautan dan Kementerian Kelautan
Gondok) eceng gondok Perikanan, dan Perikanan,
c. Pembuatan pagar Kementerian Pertanian,
pembatas wilayah eceng SKPD Prov/Kab/Kota, Kementerian
gondok yang membidangi Perindustrian,
2. Teknik Biokontrol (Ikan Koan) Sumberdaya Air, Kementerian
3. Pengadaan kapal Kelautan dan Perdagangan, BPPT, LIPI
pengangkut/perahu motor Perikanan, Pertanian,
- 77 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
untuk penanganan eceng Litbang
gondok
4. Pengadaan dumping area
pembuangan eceng gondok
5. Pembangunan dermaga kapal
pengangkut/perahu motor
untuk penanganan eceng
gondok
Sedimentasi Pengendalian 1. Pengerukan sedimen/lumpur Meningkatnya volume SKPD Prov/Kab/Kota Kementerian Pekerjaan
dan danau (tanah mineral bukan tampung perairan danau yang menangani bidang Umum dan Perumahan
Pemanfaatan gambut) sumberdaya air, Rakyat, Kementerian
Sedimen 2. Pemanfaatan sedimen (tanah lingkungan hidup, Lingkungan Hidup dan
Perairan mineral) perairan danau pertanian, Kehutanan,
Danau untuk kompos/pupuk perindustrian, Kementerian Ristek dan
organik atau media tumbuh Lembaga/Badan Dikti
3. Pemanfaatan sedimen (tanah penelitian dan
mineral) perairan danau penerapan teknologi
untuk bahan baku pusat dan daerah
pembuatan batu bata
Menurunnya Konservasi 1. Penyusunan Rencana Lestarinya populasi ikan Kementerian Kelautan Pusat Penelitian
populasi ikan Sumberdaya Pengelolaan Perikanan Danau endemik di perairan danau dan Perikanan, Perikanan/limnologi di
endemik, dan 2. Pembangunan Minatorium Kementreian Pusat maupun di
terjadinya Keanekaraga 3. Pengembangan perikanan Lingkungan Hidup dan daerah, perguruan
introduksi ikan man Hayati tangkap ramah lingkungan Kehutanan tinggi
invasif/spesies 4. Pembangunan
asing serta reservat/rumah ikan SKPD Prov/Kab/Kota
terputusnya jalur endemik yang menangani bidang
ruaya (migrasi) perikanan, lingkungan
5. Penertiban teknik
ikan hidup dan kehutanan
penangkapan ikan
6. Penertiban penangkapan ikan
endemik
7. Restocking (penebaran) benih
ikan endemik
8. Pelarangan restocking
(penebaran) jenis ikan invasif
(jenis asing invasif)
8. Penilaian kelayakan
introduksi ikan dari luar
danau
- 78 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
Alih fungsi dan Penataan 1. Penentuan daerah sempadan Pulihnya fungsi sempadan Kementerian Pekerjaan Kementerian
okupasi lahan. Sempadan dan daerah air surut (draw danau sesuai dengan Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
Terdapat Danau down) sebagai zona ketentuan Pasal 56 Ayat 3 Rakyat, Menteri Agraria Kehutanan,
pemukiman perlindungan danau dalam PP 26 Tahun 2008 tentang dan Tata Ruang, Kementerian Dalam
penduduk di tata ruang ekosistem danau RTRW, dan Pasal 14 PP 38 Institusi Prov/Kab/Kota Negeri, Kementerian
sebagian lahan 2. Pemasangan patok batas Tahun 2011 tentang Sungai yang menangani bidang Ristek dan Dikti (BPPT
sempadan danau, sempadan danau pertanahan negara, dan LIPI), Kementerian
dan lahan surutan 3. Penanaman tanaman keras kehutanan, lingkungan Pariwisata, BIG (Badan
danau digarap di daerah sempadan danau hidup, pemukiman, Informasi Geospasial),
untuk pertanian sebagai batas alami pariwisata, pertanian Kementerian Pertanian
sawah, kegiatan perlindungan danau
pariwisata yang (penanaman tumbuhan
mencemari pelindung)
kawasan danau 4. Relokasi
bangunan/pemukiman di
sempadan danau
5. Pembangunan jalan
pembatas ruas danau
6. Pembangunan dermaga
beserta fasilitas pembuangan
limbah yang memadai
7. Larangan dan penertiban
pengolahan lahan sempadan
dan daerah air surut
8. Penertiban sarana dan
prasarana pariwisata yang
melanggar tata kelola
lingkungan
9. Tidak menerbitkan sertifikat
tanah dan izin bangunan di
sempadan danau
10.Pelarangan
pengurugan/penimbunan di
tepian danau
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
3. Pembuatan saluran/peredam yang menangani bidang RISTEK (BPPT dan LIPI),
limbah penduduk rumah kehutanan, lingkungan Kementerian Pariwisata,
tangga (IPLT) hidup, pemukiman Kementerian Pertanian
4. Pembangunan septic tank pariwisata, dan
pemukiman pertanian
5. Penertiban dan pengawasan
izin pembuangan air limbah
6. Peningkatan fasilitas
teknologi pengolahan sampah
7. Penyediaan tempat dan
pengolahan sampah
8. Pemanfaatan limbah untuk
kompos dan biogas
Lahan kritis, erosi, Penanganan 1. Konservasi Tanah DAS /DTA 1. Pulihnya lahan kritis Kementerian Pekerjaan Kementerian Ristek dan
banjir, dan Lahan Kritis, secara sipil teknis 2. Mempertahankan luas Umum dan Perumahan Dikti (BPPT dan LIPI),
sedimentasi Erosi, Banjir, a. Pembuatan hutan minimal 30 % di Rakyat, Kementerian Kementerian Pertanian,
dan terasering/gully wilayah DTA Lingkungan Hidup dan Kementerian Dalam
Sedimentasi control/gully plug Kehutanan, Negeri
b. Pembuatan Kementerian Pertanian,
bronjong/pelindung
tebing/turap SKPD Prov/Kab/Kota
c. Pembangunan sarana dan yang menangani bidang
prasarana pengendalian sumberdaya air,
sedimen (pembuatan kehutanan, lingkungan
check dam/dam hidup, dan pertanian
penahan/dan pengendali)
2. Konservasi Tanah DAS/DTA
secara vegetatif
a. Pembangunan vegetasi
sediment trap
b. Pengembangan agroforestry
c. Countour cropping
3. Pengukuran sedimen dan
debit
4. Pembangunan tanggul dan
penyalur sedimen
5. Pembangunan outlet pintu
air sungai terpadu
6. Pembangunan embung/dam
parit
- 80 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
7. Pembangunan sumur
resapan dan lubang resapan
biopori
8. Rehabilitasi hutan dan lahan
di dalam/luar kawasan
hutan (disarankan dengan
menggunakan spesies
tanaman endemik/lokal dan
dilarang menggunakan
tanaman jenis invasif)
9. Pembuatan hutan rakyat
10.Pembuatan kebun bibit
rakyat
11.Bantuan bibit tanaman
kehutanan kepada
masyarakat
Pencemaran Pengendalian 1. Penentuan daya tampung Terkendalinya pencemaran Kementerian Kementerian Pekerjaan
Limbah Domestik, Pencemaran beban pencemaran air Limbah di DAS dan DTA Lingkungan Hidup dan Umum dan Perumahan
Industri, dan DTA dan DAS (DTBPA) di ekosistem DAS Kehutanan, SKPD Rakyat, Kementerian
Pertambangan 2. Pembuatan saluran Prov/Kab/Kota yang Pertanian, Kementerian
(Galian C) penyaring/peredam limbah menangani bidang Dalam Negeri,
rumah tangga (IPLT) lingkungan hidup, Kementerian Ristek dan
3. Pembuatan septic tank di kebersihan/pekerjaan Dikti (BPPT),
pemukiman umum, pertanian, dan Kementerian Pariwisata
4. Pembangunan IPAL komunal peternakan, energi dan
(terintegrasi dengan sumberdaya mineral
pembangunan drainase di
sub-sub DAS)
5. Penertiban dan pengawasan
izin pembuangan air limbah
6. Pelarangan kegiatan
pertambangan (galian C)
7. Peningkatan fasilitas
teknologi pengolahan
sampah
8. Penyediaan tempat
pembuangan sampah dan
sarana pengolahan sampah
Pencemaran Pengembanga 1. Pengembangan pertanian Terkendalinya pencemaran Kementerian Pertanian, Kementerian
limbah pertanian n Pertanian organik limbah pertanian dan SKPD Prov/Kab/Kota Lingkungan Hidup dan
- 81 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
dan peternakan Ramah 2. Penyuluhan penggunaan peternakan di DAS dan DTA yang menangani bidang Kehutanan,
Lingkungan pupuk organik pertanian, peternakan, Kementerian Ristek dan
3. Pengembangan SRI (System dan lingkungan hidup Dikti (BPPT)
Rice Intensification)
4. Pengaturan pola tanam
5. Pengembangan UPPO (Unit
Pengolahan Pupuk Organik)
6. Pengembangan RPPO
(Rumah Pengolahan Pupuk
Organik)
7. Fasilitasi dan pengawasan
penggunaan pupuk dan
pestisida
8. Pengembangan drainase
irigasi yang terpisah dengan
drainase limbah
9. Pengembangan sistem
drainase pertanian
Penurunan tinggi Penyusunan 1. Water Management Tercapainya keseimbangan Kementerian Pekerjaan Kementerian
muka air danau Rencana pemanfaatan air danau hidrologi dan tata guna air Umum dan Perumahan Lingkungan Hidup dan
Induk Tata untuk pengairan, air baku, danau Rakyat, Kementerian Kehutanan,
Guna Air PLTA, dan lain-lain ESDM, SKPD Kementerian Ristek dan
Danau 2. Kelayakan lingkungan dalam Prov/Kab/Kota yang Dikti, Pelaku Usaha
pemanfaatan air danau menangani bidang Pemanfaatan Air Danau
(memperhatikan eksistensi Sumberdaya Air, Energi,
ekosistem seperti Lingkungan Hidup,
menentukan kawasan Badan Penelitian
fishway, dsb)
3. Penyediaan air baku yang
berkelanjutan
Keterbatasan data Pengembanga 1. Penyusunan kerangka dan Tersedianya sistem basis Kementerian Ristek dan Kementerian Dalam
dan informasi n Sistem pembakuan sistem data dan informasi kondisi Dikti, (Puslit Limnologi Negeri, Kementerian
ekosistem danau Monitoring, informasi dan basis data ekosistem danau yang dapat LIPI, BPPT, Badan Pekerjaan Umum dan
Evaluasi, dan geospasial diakses oleh semua pihak Informasi Geospasial Perumahan Rakyat,
Informasi 2. Pengumpulan data dan (BIG), Biro Pusat Kementerian
Ekosistem informasi mengenai : Statistik (BPS)), Lingkungan Hidup dan
Danau d.peta dan karakteristik SKPD Prov/Kab/Kota Kehutanan,
morfometri danau yang menangani bidang Kementerian Pertanian,
e. peta neraca lingkungan kehutanan, sumberdaya Kementerian Pariwisata,
danau air, data dan informasi, Kementerian ESDM,
- 82 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
f. peta DAS dan DTA lingkungan hidup, Pusat Kementerian Kelautan
g. morfologi, hidrologi dan Penelitan dan dan Perikanan, BPN
hidrobiologi danau Pengembangan di
h.kondisi dan status tingkat pusat maupun BAPPEDA
ekosistem danau daerah, lembaga Prov/Kab/Kota
i. keanekaragaman hayati penelitian
danau pemerintah/non-
j. jenis ikan endemik yang pemerintah, perguruan
perlu dilindungi tinggi dan pakar
g. pemanfaatan sumberdaya
air yang telah dilakukan
dan yang direncanakan
atau yang dialokasikan
serta persyaratannya
h.pemantauan kualitas air
i. sumber pencemar dan
kerusakan danau
3. Evaluasi dan penetapan
status kerusakan ekosistem
danau (DTA, Sempadan dan
Perairan)
4. Pengembangan Sistem
pemantauan dan peringatan
dini bencana perairan danau
(arus balik (overturn)/banjir)
Lemahnya Pembentukan 1. Peningkatan koordinasi Penguatan kapasitas Kementerian Dalam Kementerian Pekerjaan
koordinasi antar / antara instansi pemerintah kelembagaan dan koordinasi Negeri, Pemerintah Umum dan Perumahan
pihak, kurangnya Pengembanga pusat dan daerah penyelamatan ekosistem Daerah Prov/Kab/Kota, Rakyat, Kementerian
kebijakan tentang n 2. Pengembangan peraturan danau DPRD Prov/Kab/Kota. Lingkungan Hidup
upaya Kelembagaan daerah dan pedoman Kehutanan,
penyelamatan penyelamatan ekosistem Kementerian Pertanian,
ekosistem danau danau Kementerian Pariwisata,
3. Peningkatan kemampuan Kementerian ESDM,
dan pemahaman pengelola Kementerian Kelautan
danau dan masyarakat dan Perikanan,
Kementerian Agraria
dan Tata Raung
SKPD terkait di tingkat
Prov/Kab/Kota,
Perguruan tinggi, dan
masyarakat
- 83 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
Rendahnya Peningkatan 1.Sosialisasi dan penyadaran Peningkatan kualitas Kementerian Dalam Kementerian Pariwisata,
keterlibatan Peran dan arti penting danau kepada lingkungan dan kehidupan Negeri, BAPPEDA Kementerian
masyarakat dan Partisipasi masyarakat dan pengambil masyarakat Prov/Kab/Kota, SKPD Lingkungan Hidup dan
kearifan lokal Masyarakat kebijakan Prov/Kab/Kota yang Kehutanan,
dalam dalam 2.Pelatihan, alih pengetahuan, menangani bidang Kementerian
penyelamatan Pemanfaatan pendidikan dan penyuluhan pendidikan dan Kebudayaan,
ekosistem danau dan kepada masyarakat dan kebudayaan, sosial, Pendidikan Dasar dan
Konservasi pengambil kebijakan tentang lingkungan hidup, Menengah, Kementerian
Danau kemampuan pengelolaan pertanian, kehutanan, Sosial, BAPPENAS, Biro
ekosistem danau yang meliputi pekerjaan umum, Pusat Statistik
: pemerhati lingkungan,
a. Pengembangan program perguruan tinggi
pembinaan dan
percontohan perikanan
ramah lingkungan
b. Pembinaan dan
peningkatan kesadaran
masyarakat pembudidaya
dan nelayan melalui co-
management untuk
melestarikan sumberdaya
ikan
c. Pembinaan penggunaan
pupuk ramah lingkungan
melalui pengalihan
penggunaan pupuk kimia
ke pupuk organik
d. Pembinaan dan pelatihan
pemanfaatan tumbuhan
air/eceng gondok untuk
bahan baku kerajinan,
serta produksi biogas,
kompos dan pakan ternak
e. Pembinaan terhadap
petani/pengusaha
sedimen/tanah mineral
danau
f. Pembinaan pengolahan air
limbah rumah tangga
g. Pengembangan Sekolah
Lapang Konservasi Lahan
- 84 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
h. Pemanfaatan limbah
pertanian, peternakan, dan
pemukiman untuk kompos
dan biogas
i. Pembinaan terhadap
penambang (galian C)
melalui alih mata
pencaharian
j. Identifikasi, penggalian,
pelestarian, dan
implementasi kearifan lokal
dalam upaya pemanfaatan
danau secara bijaksana.
3.Pembentukan kelompok
masyarakat peduli danau
(forum danau)
4.Pembentukan (jejaring)
kelompok masyarakat dan
memfasilitasi kerjasama
antara kelompok masyarakat
dengan pemerintah daerah
dalam upaya keterpaduan
kelembagaan masyarakat
Pengelolaan 1. Tata Kelola Destinasi Terwujudnya kawasan wisata Kementerian Pariwisata, Kementerian Dalam
Pariwisata Pariwisata (DMO = danau yang berwawasan Kementerian Pekerjaan Negeri, Kementerian
Danau Destination Management lingkungan Umum dan Perumahan Kelautan dan
Berkelanjutan Organizations) melalui Rakyat, Kementreian Perikanan, Kementerian
pengembangan daya tarik Lingkungan Hidup dan Perindustrian,
wisata yang berwawasan Kehutanan, BAPPEDA Kementerian
lingkungan dan Prov/Kab/Kota Perdagangan,
berkelanjutan Kementerian
2. Pemberdayaan masyarakat SKPD Prov/Kab/Kota Perhubungan
mandiri di bidang pariwisata yang menangani bidang
3. Geopark pariwisata, pekerjaan
4. Pengembangan sarana dan umum, sosial,
prasarana pariwisata ramah lingkungan hidup,
lingkungan komunikasi dan
informasi
- 85 -
Penanggungjawab
Permasalahan Program Kegiatan Sasaran
Utama Pendukung
1.Pemanfaatan Penetapan Tata 1. Penyusunan RTRW dan Pemanfaatan Ruang kawasan Kementerian Agraria dan Kementerian Dalam
ruang tidak Ruang Kawasan RDTR kawasan danau Danau sesuai dengan daya Tata Ruang, Kementerian Negeri, Kementerian
sesuai dengan Danau 2. Penyusunan Kajian dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup dan Pertanian, Kementerian
peruntukkannya Lingkungan Hidup kawasan Kehutanan Pariwisata,
2.Konflik Strategis Kementerian Kelautan
pemanfaatan (KLHS) Kawasan dan Perikanan
ruang Ekosistem SKPD
Danau Prov/Kab/Kota
3. Penyusunan Zonasi yang membidangi SKPD
Pemanfaatan Perairan Perencanaan Prov/Kab/Kota
Danau Daerah,Tata Ruang terkait
Dan Pertanahan,
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Keterangan:
1. SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
2. *) Penentuan dan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Danau untuk Danau tertutup, yakni danau yang
tidak mempunyai outlet (aliran air keluar permukaan/outlet berupa sungai) tidak perlu dilakukan.
- 86 -
2. Menurunnya Konservasi Peneba-ran Memulihkan 50.000 benih Tidak terdata 10 rb 10 rb 10 rb 10 rb 10 rb Dinas BKSDA .......
populasi ikan Sumberdaya dan (restoc-king) keberadaan ikan .... di Kelautan
endemik Keanekara- spesies dan kelimpa- taburkan di dan
gaman Hayati endemik di han spesies danau dalam 5 Perika-
kawasan endemk yang tahun nan,
danau terancam Dinas LH
punah Kab.
3. Menurunnya Penyelamatan Evaluasidanpe Ditetapkan SK Data Draft SK Surat Sosialisasi Implementas Implemen- DLHKab KLH, DKP, ........
kualitas air Perairan Danau neta-pan Baku BMKA & Bupatitentang pengukuran Keputusan i tasi XX, LIPI, DLH Provinsi,
MutuKualitas Status BMKA dan Baku Mutu Bupati & BagianHu PLN Sektor
Air (BMKA) TrofikDanau Status Trofik Kualitas Air Sosialisasi kum, Bukit-tinggi
dan Status Air Danau
TrofikDanau
Peman-tauan Tersedianyad Frekuensi Peman-tauan 4 kali di 21 4 kali di 21 4 kali di 21 4 kali di 21 4 kali di 21 Dinas LH KLHK, LIPI .......
Kualitas Air ata kualitas peman-tauan kualitas air titik dgn 10 titik dgn 10 titik dgn 10 titik dgn 10 titik dgn 10 Prov dan
Danau secara air secara per tahun dilaksa-nakan para-meter para-meter parame-ter parame-ter parame-ter Kab.
berkala dan kontinyu minimal 2 kali 2 kali per
berkesi-nam- di 21 titik tahun di 15
bungan dengan jumlah titik dengan 8
10 parameter parame-ter
Matrik Rencana Pengelolaan Danau ini berisikan 10 kolom utama yang antara lain terdiri dari kolom Nomor, Permasalahan, Program, Kegiatan, Sasaran
(Outcome), Indikator Capaian (Output), Baseline Data, Target Capaian, Penanggung Jawab Utama dan Pendukung serta Alokasi Anggaran. Pada matrik ini
disajikan rencana pengelolaan danau yang dipisahkan berdasarkan kegiatan program pengelolaan danau. Penjelasan dan maksud isi dari masing-masing
kolom adalah sebagai berikut:
Alokas iAnggaran : Pada kolom ini berisi perkiraan anggaran yang ditumbuhkan untuk kebutuhan pelaksanaan program/kegiatan
- 88 -
Matrik Rencana Pengelolaan Danau Tahunan ini berisikan 8 kolom utama yang antara lain terdiri dari kolom Nomor, Permasalahan, Program, Kegiatan, Target
Capaian, Lokasi Kegiatan, Institusi Penanggung Jawab dan Alokasi Anggaran. Pada matrik ini disajikan rencana pengelolaan danau yang dipisahkan berdasarkan
kegiatan program pengelolaan danau. Penjelasan dan maksud isi dari masing-masing kolom adalah sebagai berikut :
No : Pada kolom ini berisi urutan penomoran
Permasalahan : Pada kolom ini berisi rumusan permasalahan
Program : Pada kolom ini berisi program pengelolaan danau yang akan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan danau
Kegiatan : Pada kolom ini berisi kegiatan pengelolaan danau yang merupakan bagian dari program
Target Capaian : Pada kolom ini berisi standar keberhasilan yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 tahun (sesuai dengan target capaian yang
tercantum dalam matrik Rencana Pengelolaan Danau Lima Tahunan)
Lokasi Kegiatan : Pada kolom ini berisi sebaran lokasi dimana kegiatan akan dilaksanakan
Institusi : Pada kolom ini berisi institusi pemerintah/pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat yang menjadi penanggung jawab kegiatan
Penanggung Jawab pengelolaan danau
Alokasi Anggaran : Pada kolom ini berisi perkiraan anggaran yang ditumbuhkan untuk kebutuhan pelaksanaan kegiatan
No : Pada kolom ini berisi urutan penomoran
Permasalahan : Pada kolom ini berisi rumusan permasalahan
Program : Pada kolom ini berisi program pengelolaan danau yang akan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan danau
Kegiatan : Pada kolom ini berisi kegiatan pengelolaan danau yang merupakan bagian dari program
Target Capaian : Pada kolom ini berisi standar keberhasilan yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 tahun (sesuai dengan target capaian yang
tercantum dalam matrik Rencana Pengelolaan Danau Lima Tahunan)
Lokasi Kegiatan : Pada kolom ini berisi sebaran lokasi dimana kegiatan akan dilaksanakan
Institusi : Pada kolom ini berisi institusi pemerintah/pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat yang menjadi penanggung jawab kegiatan
Penanggung Jawab pengelolaan danau
Alokasi Anggaran : Pada kolom ini berisi perkiraan anggaran yang ditumbuhkan untuk kebutuhan pelaksanaan kegiatan
ttd. ttd.
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P.4/PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Indonesia memiliki ratusan (diperkirakan 520 buah danau ) buah danau yang
tersebar dari Pulau Sumatera hingga Papua, dengan total luasan sekitar 490
ribu hektar. Ditinjau dari proses pembentukannya, danau-danau tersebut
terbentuk baik akibat bencana alam (tektonik, vulkanik, atau longsoran)
maupun proses alam yang bertahap (sedimentasi dan erosi). Danau tektonik
terbentuk akibat peristiwa geologi, contohnya Danau Poso di Sulawesi Tengah
dan Matano di Sulawesi Selatan. Danau vulkanik dan kaldera merupakan
danau yang terbentuk akibat letusan gunung api seperti Danau Bratan di Bali
dan Maninjau di Sumatera Barat. Danau banjir terbentuk akibat proses
sedimentasi, erosi dan banjir, contohnya Danau Semayang dan Melintang di
Kalimantan Timur. Sedangkan danau pelarutan/erosi terbentuk di Pulau
Gamping seperti danau-danau di Pulau Saparua dan Kei di Kepulauan
Maluku.
Pada umumnya danau-danau di Indonesia bersifat multi guna (misalnya fungsi
utama sebagai PLTA namun dimanfaatkan juga sebagai irigasi dan budidaya
perikanan). Akibat peruntukan multi guna tersebut, menyebabkan banyaknya
permasalahan/ancaman yang kini muncul, diantaranya pendangkalan,
- 90 -
BAB II
PRINSIP DAN KRITERIA PENETAPAN ZONASI DANAU
2. Kearifan lokal dan adat istiadat; kriteria ini digunakan untuk melihat ada
pengetahuan lokal/pengetahuan tradisional ataupun adat dan kebiasaan
masyarakat yang dapat membantu kelestarian sumberdaya alam.
Metode yang dapat dilakukan untuk menggali informasi sosial budaya dengan
orientasi langsung di lapangan dan wawancara dengan perwakilan masyrakat
dari berbagai profesi dan tingkat kepentingan.
Kriteria Ekonomi
Kriteria ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui nilai ekonomi suatu
sumberdaya danau baik bagi masyarakat di sekitar danau maupun nilai
ekonomi dalam skala besar bagipendapatan daerah. Kriteria yang dapat
diidentifikasi meliputi:
1. Nilai penting perikanan; kriteria ini digunakan untuk melihat nilai penting
sektorperikanan dalam suatu wilayah danau mencakup jumlah produksi
baik perikanan tangkap maupun budidaya.
2. Estetika, potensi rekreasi dan pariwisata; kriteria ini digunakan untuk
melihat keindahan alamiah dari suatu perairan dan/atau biota yang
memiliki daya tarik tertentu dan apakah memiliki potensi dalam rekreasi
dan pariwisata.
3. Kemudahan mencapai lokasi; kriteria ini memperhatikan ketersediaan
akses dan
4. kemudahan dalam mencapai lokasi kawasan dari berbagai daerah
mencakup juga ketersediaan fasilitas transportasi air.
5. Potensi danau sebagai PLTA dan sumber air baku (pemanfaatan abstraksi)
Berdasarkan kriteria-kriteria identifikasi tersebut di atas, selanjutnya
ditentukan jenis zona periaran danau baik untuk fungsi lindung maupun
fungsi budidaya. Adapun pembagian zona untuk fungsi lindung mencakup:
zona suaka perikanan, zona sempadan danau, zona religi dan sosial budaya,
dan zona restorasi-rawan bencana. Sedangkan untuk fungsi budidaya
mencakup: zona perikanan tangkap, zona perikanan budidaya, zona wisata Air,
zona alur transportasi dan zona PLTA, zona sumber air baku dan mata air.
Kriteria–kriteria di bawah ini dapat berkembang sesuai kebutuhan di daerah
dengan tujuan untuk melestarikan keberlanjutan fungsi danau.
BAB III
TAHAPAN PENETAPAN ZONASI PERAIRAN DANAU
Tabel 2. Nilai kualitas air di daerah Kerambah Tancap pada berbagai lapisan kolom air
Gambar 6. Sebaran vertikal suhu (a), pH dan DO (b) dan TDS dan DHL (c) di daerah keramba
Sebaran Horizontal
Ringkasan data hasil pengukuran dalam bentuk kisaran nilai di bagian tengah
danau (intake PT Air), daerah karamba dan daerah outlet danau dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Pengukuran pada Zona Sumber Air Baku, Daerah Karamba dan Outlet Danau
- 110 -
Keanekaragaman Hayati
Kelompok Avifauna (burung)
Sejumlah 31 spesies burung berhasil ditemukan dan diidentifikasi dimana 6
spesies diantaranya merupakan spesies yang dilindungi berdasarkan Undang-
Undang yang berlaku di Indonesia. Jenis yang dilindungi meliputi beberapa
jenis kuntul (Ardeidae), elang, raja udang dan burung-madu (Lihat Tabel 6).
Tabel 4. Jenis-jenis Burung Yang dilindungi berdasarkan Undang-undang di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Umum
Salah satu permasalahan yang menyebabkan kerusakan ekosistem sungai
atau danau adalah menurunnya kualitas air akibat buangan limbah dari
berbagai jenis kegiatan di sempadan maupun daerah tangkapan air. Secara
konvensional, hal ini dikendalikan dengan membangun dan mengoperasikan
instalasi pengolahan air limbah biasa pada kegiatan usaha yang bersifat
institusi. Namun, apabila penurunan kualitas air disebabkan oleh kegiatan
non institusi seperti pertanian, hal ini sulit dikendalikan. Untuk itu diperlukan
cara-cara alternatif yang dapat mencegah atau menanggulangi penurunan
kualitas air tersebut, salah satunya adalah dengan taman purifikasi.
I.3. Pengertian
Taman purifikasi adalah rancangan taman air di daratan atau di perairan yang
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas air dan memulihkan
fungsi ekosistem sungai atau danau dengan menangkap bahan pencemar
secara vegetatif. Dalam pustaka internasional, taman ini biasa disebut dengan
istilah constructed wetland atau lahan basah buatan. Dasar pengoperasiannya
sama dengan pertanian yang menggunakan energi matahari dan tumbuhan.
BAB II
RANCANG BANGUN TAMAN PURIFIKASI
Format rancangan diatur sesuai kondisi lapangan. Sebagai contoh format dan
daftar isi sebagai berikut :
1. Rancangan disusun dalam bentuk buku ukuran A4/Folio memanjang (land
scape), sampul warna kuning, dan kertas Buffalo.
2. Outline rancangan adalah sebagai berikut :
a. Judul : RANCANGAN TAMAN PURIFIKASITAHUN .......
Lokasi : ……………………...........................
Koordinat : ....................................................
Desa/Kelurahan : ……………………...........................
Kecamatan : ……………………...........................
Kabupaten/Kota : ……………………...........................
Popinsi : ……………………............................
DAS : ……………………………………………
b. Kerangka Isi :
LEMBAR PENGESAHAN
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
II. RISALAH UMUM
A. Biofisik
1. Letak dan Luas
2. Penggunaan dan Status Lahan
4. Ketinggian Tempat dan Topografi
5. Tipe Iklim dan Curah Hujan
6. Kondisi Air tanah
7. Vegetasi
B. Sosial Ekonomi
1. Demografi
2. Mata Pencaharian
3. Tenaga Kerja
4. Kelembagaan Masyarakat
5. Sosial Budaya (teknologi lokal, dll)
III. RANCANGAN KEGIATAN
A. Sarana dan Prasarana
B. Kebutuhan Bahan dan Peralatan
C. Kebutuhan Tenaga Kerja
IV. RANCANGAN BIAYA
Kebutuhan biaya bahan, alat, upah dll.
V. JADWAL PELAKSANAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Peta rancangan (skala disesuaikan masing-masing kegiatan)
Gambar (embung air)
- 121 -
BAB III
PELAKSANAAN
d. Pemasangan profil
Pembuatan dan pemasangan profil bangunan dimaksudkan untuk
menentukan batas, ukuran, dan bentuk bangunan. Profil dapat dibuat
dari kayu atau bambu yang lurus atau bahan lain yang sesuai dengan
rancangan.
III.3. Perancangan, Pembuatan dan Pemeliharaan
Rancangan Taman Purifikasi sangat tergantung dari jenis air limbah yang akan
diolah dan tujuan utamanya, misalnya menghilangkan senyawa organik.
Semakin baik kualitas air yang diinginkan, berarti semakin kecil konsentrasi
efluen yang diharapkan, maka akan semakin lama masa tinggal air yang
diperlukan, sehingga semakin besar atau luas kolam yang diperlukan atau
semakin banyak tahapan aliran air yang diperlukan, untuk penyisihan bahan
pencemarnya.
1. Tahap Perancangan
a. Pengumpulan data dan informasi tentang karakter air limbah
- 123 -
2. Tahap Pembuatan
a. Taman Purifikasi di daratan
1) Tentukan lokasi, misalnya:
(a) Di antara lahan pertanian dengan perairan danau
(b) Di anatara permukiman padat dengan perairan danau
(c) Di sempadan sungai
2) Lakukan penggalian lahan di lokasi tersebut kira-kira sedalam 60
cm dengan panjang dan lebar disesuaikan dengan rancangan.
3) Buat aliran air menuju Taman Purifikasi (inlet) dan keluar (outlet)
4) Beri tanaman air
b. Taman Purifikasi di perairan
5) Tentukan lokasi segmen yang akan ditingkatkan kualitasairnya
6) Buat aliran air menuju Taman Purifikasi (inlet) dan keluar (outlet)
7) Beri media terapung
8) Beri tanaman air pada media terapung
3. Tahap Pemeliharaan
a. Lakukan pemantauan kualtas air secara rutin pada titik sebelum dan
sesudah Taman Purifikasi
b. Lakukan pemanenan tanaman air secara periodik sesuai jenis tanaman
yang ditanam.
BAB IV
PENGAWASAN DAN PENDAMPINGAN
IV.1. Umum
Pembuatan Taman Purifikasi memerlukan pengawasan dan pedampingan yang
baik dan ketat, memperhatikan tantangan pelaksanaan pembuatan bangunan
dalam skala yang masif, kurangnya SDM Sipil teknis di UPT Kementerian LHK,
kurangnya pengalaman kerja dibidang pembangunan bangunan sipil teknis,
paradigma baru dan kekhawatiran pemeriksaan dari auditor.
IV.3. Pendamping
Untuk kegiatan pembuatan Taman Purifikasi yang dilaksanakan secara
swakelola, dilakukan pendampingan. Pendampingan dapat dilakukan oleh
tenaga honorer yang menguasai pekerjaan sipil teknis atau penyuluh yang
sudah berpengalaman.
Tugas pendamping :
1. Setiap 1 (satu) pendamping 1 unit.
2. Membuat laporan periodik.
- 126 -
BAB V
SERAH TERIMA
Serah Terima Pekerjaan Sementara harus dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandangani oleh PPK dan Penyedia Jasa, berdasarkan rekomendasi dari
Panitia Serah Terima Pekerjaan.
- 128 -
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air
yang mengapung, tumbuh, dan tersebar luas di wilayah perairan Indonesia,
terutama di perairan lentik/tenang seperti telaga, kolam, waduk, rawa, dan
danau. Enceng gondok telah menjadi permasalahan yang cukup serius dan
menjadi tantangan dalam upaya penyelamatan ekosistem danau terutama di
beberapa danau prioritas seperti Danau Rawa Pening, Danau Limboto, Danau
Tondano dan Danau Tempe seperti terlihat dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1: Perkembangan Tutupan Eceng Gondok
BAB II
PEMANFAATAN ECENG GONDOK
Untuk mendapatkan produk atau pupuk yang berkualitas, kaya dengan unsur
hara dan enzim yang berperan penting untuk kesuburan tanah dan
produktifitas tanaman, perlu pula ditambahkan microbiotik urai tanah,
trichoderma sp. (sebagai bioprotektan dan mendegradasi pupuk) dan
cendawan mecorizha (pemacu dan perangsang akar hayati) sehingga tanah
akan terbantu untuk tetap subur dan produktifitas tanaman tetap baik,
disamping pencampuran atau kombinasi dari beberapa bahan dengan
kelebihan masing-masing. Adapun penjelasan terkait komposisi bahan
pembuatan pupuk padat, yaitu:
1. Kompos sampah/kandang
Mempunyai kandungan hara ±N= 1,1 – 4%, P= 0,3 – 3,5%, K= 0,2– 2,1%, CN=
4,83–8%. Bersifat remah,berperan mengontrol kelembaban tanah dan
menstrukturisasi tanah kering dan kritis. Mengandung humacid acid yang
tinggi berpotensi sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Cara pembuatan:
a. Rajang akar, batang, dan daun eceng gondok menjadi potongan kecil.
b. Diperas atau pres untuk mendapatkan cairan eceng gondok ( sebagai bahan
pada produk pupuk cair dan pengembangan agensi hayati ).
c. Lapukkan dengan penyemprotan microba urai EM5/Uno/Bio Prima, 80
ml/16 lt air untuk 1 ton rajangan eceng gondok.
d. Biarkan selama 12 – 18 hari.
e. Tepungkan dan diayak untuk mendapatkan bahan yang halus.
3. CM / Kotoran ayam
Kotoran ayam petelor dan puyuh tinggi kandungan Nitrogen dan Phospatnya
N=1,72%, P=1,82%, K=2,18%. Tetapi dengan kandungan hampir 70% protein
yang terbuang dari sisa pencernakan unggas berpotensi terhadap
perkembangan patogen bakteri dan jamur. Sehingga perlu kita sterilkan
dengan pemanasan atau penjemuran matahari dan proteksi dengan
trichoderma sp.dan chorin bacterium.
- 131 -
5. Kascing
8. Pengurai
Berperan sangat penting untuk mendegradasi pupuk sehingga akan lebih
mudah di serap akar. Kita tambahkan agen bakteri, protozoa dan jamur,
bukan hanya sekedar decomposer. Akan lebih mampu berperan sebagai
- 132 -
Berguna memperkaya unsur hara pada pupuk yang kita buat. Cara
pembuatannya, yaitu:
a. 100 lt urine ternak ditambah 5 lt molase ditambah 1 ons enzimiase
ditambah 100 ml EM5 / Uno / Bio Prima.
b. Campurkan semua bahan dalam drum.
c. Biarkan selama 10 – 14 hari.
3. Alat press
Potongan – potongan akar, batang, dan daun eceng gondok diperas untuk
mendapatkan cairan eceng gondok. Sebagai bahan pupuk cair dan
pengembangan agensi hayati.
4. Sprayer
Semprotkan pengurai, molase, dan trichoderma pada ampas atau potongan –
potongan eceng gondok setelah dipres.
5. Thrasser atau penepung /hamer mill
Digunakan untuk menghaluskan campuran bahan.
6. Alat timbang
Dipakai untuk mengukur berat bahan – bahan pembuatan pupuk
7. Packing atau kemasan
Digunakan untuk menyimpan
pupuk dan siap untuk dipasarkan.
a. Untuk pembibitan :
1) Pencampuran 1:10 pupuk “gembur” dan tanah.
2) Biji lebih cepat tumbuh tunas.
3) Bibit cepat tumbuh.
b. Penanaman :
1) Hortikultura
Aplikasi pupuk dasar 1 sdm pupuk padat “gembur” tanpa pupuk
lain. Pupuk susulan : 25 hst, 42 hst, 60 hst dengan takaran 1 sdm
“gembur”. 1 sendok makan pupuk padat “gembur” sebanding dengan
1 kg pupuk kandang sapi.
2) Padi
Aplikasi 20 kg pupuk padat “gembur” untuk 2300 batang bibit padi
sebelum tanam.
Susulan pada usia 35 hari setelah tanam dengan takaran 20–30 kg
3) Tanaman perkebunan ( kopi, cengkeh )
Diaplikasikan 2 kali dalam setahun: 0,5 – 2 kg perbatang. Untuk
kelapa sawit aplikasi pemupukan tiap 3 bulan sekali dengan takaran
3 – 5 kg per batang dewasa (produktif). Untuk dasar penanaman 1 kg
per lubang tanam.
4) Tanaman keras / tahunan
Aplikasi : untuk pupuk dasar sebelum tanam 1 – 3 kg per batang.
5. Bisa diaplikasikan atau dipasarkan dari ujung gunung sampai bibir
pantai (untuk menambah pengurai pada tambak : 2 sdm / 1 mᶟ air).
Seandainya kalau kita bisa produksi negara kita adalah agraris, pupuk
adalah kebutuhan mutlak.
6. Pupuk organik seharusnya lebih penting digunakan sebagai pemulih
kesuburan, merestrukturisasi tanah dan penyeimbang pengaplikasian
pupuk kimia sintetis yang dampak jangka panjangnya telah
menghancurkan kesuburan tanah pertiwi ini.
Proses pembuatan:
1. Lemak dilarutkan di dalam air tahu yang dipanaskan, setelah ditambahkan
molase dan pengurai
2. Kohe/Kompos sampah ditambah rajangan eceng gondok dan CM, dicampur
homogen, ditata memanjang seperti tanggul parit
3. Semprot dengan cairan nomor 1
4. Dua (2) hari kemudian tebar cacing lumbriccus memanjang di salah satu
sisi gundukan
5. Akan diperoleh kotoran cacing lumbriccus yang kaya dengan kandungan
hara dan enzim
Peralatan:
1. Drum/penampung
Untuk tempat proses fermentasi dan pembuatan unsur penambah.
2. Thraser/hamer mill
Untuk menghaluskan / bahan padat, seperti daun marenggo, daun
petaian, sabut kelapa, ikan rusak, dan bonggol pisang, agar nantinya
mempercepat pelunturan sari – sari haranya.
3. Instalasi
Menggunakan pipa PVC ½ dm – ¾ dm. Dirangkai untuk mengisi drum
atau untuk mengambil pupuk cair yang telah di proses serta saluran
pembuangan gas metan/CO2.
4. Blower/penghisap gas metan
Untuk menghisap gas metan dan CO2 menggunakan kincir angin atau
kipas angin yang telah di desain menjadi penghisap.
5. Jet pump
Untuk memasukkan bahan cair kedalam drum atau mengambil pupuk
yang sudah jadi.
6. Packing
Berupa botol 1 atau ½ liter, kardus, dan label.
- 138 -
2. Tabung II
Tabung II berfungsi sebagai penambah Nitrogen (N) yang terdiri dari berbagai
bahan sebagai berikut:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Klorofil Kg 20
2 Asam buah Kg 10
3 Urine Lt 30
4 Molase Kg 5
5 Nitro bacter Lt 1
6 Urea Kg 10
Cara pembuatan :
1. Sumber klorofil (daun marenggo) dan buah-buahan di rajang atau
dihaluskan dengan thraser/hamer mill
2. Masukkan dalam drum penampung ditambah urine, molase,
nitrobakteri, dan urea.
3. Diamkan selama 8 – 10 hari.
4. Disaring, cairan penambah N sudah siap untuk dicampurkan kedalam
drum 1.
3. Tabung III
Tabung III berfunsi sebagai penambah Kalium (K) yang terdiri dari berbagai
bahan sebagai berikut:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Sabut Kelapa Kg 20
2 Daun Petaian Kg 20
3 Protein / amino Kg 10
4 Air Tahu Kg 40
5 Pengurai Lt 1
6 Molase Kg 5
Cara pembuatan :
1. Sabut kelapa dan daun petaian (kleresede, lamtoro, manding, dll.) di
rajang halus dengan thraser/humer mill.
2. Masukkan dalam drum penampung ditambah tepung ikan, air tahu,
pengurai, dan molase.
3. Diamkan selama 8 -10 hari.
4. Disaring, cairan penambah K sudah siap untuk dicampurkan kedalam
drum 1.
4. Tabung IV
Tabung IV berfungsi sebagai penambah Fosfor (P) yang terdiri dari bahan
sebagai berikut:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Bonggol Pisang Kg 20
2 Akar Bambu Kg 5
3 Bat Quano Kg 10
4 Humus Eceng Gondok Kg 40
5 Pengurai Phospat Lt 1
6 Urine Lt 30
7 Molase Lt 5
- 139 -
Cara pembuatan :
1. Bonggol pisang, akar bambu, dan humus eceng gondok dihaluskan.
2. Masukkan kedalam drum dengan ditambah bat guano, pengurai
phospat, urine, dan molase.
3. Diamkan selama 10 – 12 hari.
4. Disaring, cairan penambah P sudah siap untuk dicampurkan kedalam
drum 1.
Proses pencampuran :
1. Baik dalam tabung I, II, III, IV akan terjadi proses alamiah, perombakan
material maupun substansial, dalam kurun waktu tertentu diberikan
kelonggaran ruang dengan pelepasan Co2 dan metan.
2. Bila dalam pengamatan telah selesai proses fermentasi, maka dilakukan
filtrasi pada tabung II, III dan IV.
3. Campurkan hasil filtrasi tabung II, III & IV ke dalam tabung I
4. Biarkan terjadi emulsi dala beberapa saat. Lubang buang Co2 dibuka ½
untuk menjaga keteraturan fermentasi lanjutan.
II. 4. BIOGAS
Biogas berupa gas metan dan carbon dioxida,dapat diperoleh dengan
memanfaatkan eceng gondok baik akar,batang,dan daunnya yang dicampur
dengan limbah kandang, seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam. Bahan yang
diperlukan untuk membuat biogas seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:
No. Bahan Satuan Jumlah
1 Kohe segar Kg 600
2 Rajangan eceng gondok Kg 400
3 Urine Lt 1000
4 Air tahu Lt 2500
5 Molase Kg 35
6 Urea Kg 25
7 Probiotik Lt 2
tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi
lumpur kotoran sapi, rajangan enceng gondok dan bahan campuran
lainnya secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
Peralatan:
1. Hamer mill
Untuk menepung semua bahan.
2. Mixing / molen
Untuk mengaduk dan mencampur bahan.
3. Oven
Untuk mengeringkan konsentrat 14 – 16% kadar air.
4. Packing / pengemasan.
- 142 -
Peralatan :
1. Couper/perajang
Alat untuk memotong dan memecah rumput atau eceng gondok dengan
panjang potongan 3 – 5 cm.
2. Drum penyimpanan
Wadah penampung dan penyimpanan campuran pakan fermentasi.
3. Sekop
Untuk mencampur bahan fermentasi.
4. Sprayer/gembor
Untuk menyemprotkan pengurai ( nitrobakteri / Uno ), air, garam, dan
tetes pada campuran ransum.
Cara pembuatan pakan fermentasi :
1. Rajang rumput dan eceng gondok dengan panjang 3 – 5 cm.
2. Hamparkan dan tebar diatasnya katul, bungkil kedelai, bungkil kelapa,
tepung tulang, tepung ikan, tepung daging, dan premix.
3. Campur dengan sekop sampai rata sambil disemprot menggunakan sprayer
yang telah diisi : 5 lt air, 80 ml pengurai, molase, dan garam.
4. Masukkan kedalam drum, dipadatkan untuk meminimalkan oksigen.
5. Tutup rapat dan diamkan selama 8 -18 hari.
6. Pakan sudah siap di sajikan.
Keunggulan pakan dengan menggunakan eceng gondok fermentasi :
1. Bahan murah dan mudah di dapat.
2. Kandungan nutrisi baik dan mengandung asam amino, setelah di
fermentasi serat kasarnya bisa diturunkan.
- 143 -
Peralatan :
1. Tabung drum
Untuk menampung atau untuk tempat pembiakan microba.
2. Instalasi
Menggunakan pipa PVC ½ - ¾ dm yang dirangkai untuk mengontrol
pelepasan gas metan dan CO2, serta untuk mengisi bahan atau mengambil
produk yang sudah jadi.
3. Jet pump
Untuk memasukkan bahan cair kedalam drum atau mengambil produk yang
sudah jadi.
4. Packing
Berupa botol 1 atau ½ liter, kardus, dan label.
Proses :
1. Semua bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam tabung steril, kecuali
cairan nitro bacter (F1).
2. Tutup rapat selama 3 hari kemudian buka keran, buang gas selama 8 jam,
kemudian tutup kembali.
3. Buka lagi pada hari ke-6, kemudaian tambahkan nitro bacter dan tutup
kembali.
4. Hari ke 8 keran dibuka lagi selama 8 jam.
5. Hari ke 10, produk sudah siap dikemas (packing).
Catatan:
Bahan disesuaikan dengan ketersediaan di lingkungan sekitar, misalnya ada
sekam, kulit kacang, rajangan sampah plastik dapat pula dijadikan sebagai
bahan campuran pembuatan briket.
- 145 -
2. Peralatan :
a. Hamer mill
Untuk menepung eceng gondok, kulit kopi, tongkol jagung, dan arang
batok kelapa.
b. Sekop / cangkul
Untuk mencampur bahan atau membuat adonan.
c. Sprayer / gembor
Untuk menyiramkan tetes.
d. Cetakan dan alat pres
Untuk membuat bentuk dengan ukuran yang diinginkan.
3. Cara pembuatan :
a. Siapkan semua bahan dan dihaluskan (eceng gondok, kulit kopi,
tongkol jagung, dan arang batok kelapa).
b. Campurkan semua bahan dan siram dengan tetes tebu.
c. Masukkan kedalam cetakan, tekan dengan alat pres.
d. Dikeringkan dengan oven atau penjemuran dengan matahari.`
ttd. ttd.
LAMPIRAN IV
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
HUTAN LINDUNG
NOMOR P. /PDASHL/SET/KUM.1/3/2019
TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DANAU
BAB I
PENDAHULUAN
Sasaran petunjuk teknis ini adalah tersedianya data pemantauan kualitas air
danau di setiap Unit Pelaksana Teknis, yakni di masing-masing BPDASHL yang
berada di wilayah kerja 15 danau prioritas (Toba, Singkarak, Maninjau,
Kerinci, Rawadanau, Rawapening, Batur, Limboto, Tondano, Poso, Tempe,
Matano, Sentarum, Kaskade Mahakam, Sentani) pada khususnya, dan di
setiap Provinsi/Kabupaten/Kota/pihak terkait sebagai salah satu bahan untuk
penentuan kebijakan pengendalian kerusakan danau.
1.3. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini meliputi 4 (empat) kegiatan utama dalam melaksanakan
pemantauan :
1. Perencanaan Pemantauan
2. Pelaksanaan Pemantauan
3. Analisis dan Interpretasi data
4. Pelaporan Hasil Pemantauan
- 148 -
BAB II
PERENCANAAN PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU
Perencanaan pemantauan kualitas air permukaan, dalam hal ini adalah air
danau, maka yang perlu dipersiapkan adalah :
1. Informasi air danau yang dipantau
2. Tujuan pemantauan
3. Uraian data sekunder / pendukung
4. Survei pendahuluan
5. Desain Pemantauan
6. Peta pemantauan
c. Ciri-ciri lain terkait dengan karakteristik lokasi air danau yang dipantau;
d. Penetapan lokasi pemantauan dilengkapi dengan peta yang memuat titik-
titik pemantauan;
e. Alasan penentuan/pemilihan titik-titik pemantauan (tempat masuknya
anak sungai ke danau/inlet danau, kualitas air danau pada
umumnya/tengah danau, lokasi pemanfaatan air danau (KJA, pemukiman,
intake air baku, dll), tempat keluarnya air danau/otlet danau).
2. Penetapan waktu dan frekuensi pemantauan
Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan air danau, khususnya
untukPemantauan Rutin, makafrekuensi pemantauan dilakukan minimal 2
(dua) kali dalam setahun yang mewakili musim hujan dan musim kemarau.
Namun disarankan pemantauan dapat dilakukan lebih dari dua kali, yakni 3
(tiga) hingga 5 (lima) kali dalam setahun (awal musim kemarau, puncak musim
kemarau, peralihan musim kemarau ke musim hujan, awal musim hujan, dan
puncak musim hujan).
3. Penetapan lokasi sampling
Dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan lokasi prioritas
pemantauan kualitas air danau adalah:
a. Tempat masuknya sungai ke danau (terutama inlet yang dominan
memberikan sumber air masuk ke danau);
b. Di tengah danau;
c. Lokasi pemanfaatan air danau (KJA, intake air baku air minum,
pemukiman, industri, pembangkit listrik tenaga air, dll.);
d. Tempat keluarnya air danau (outlet danau).
Titik pengambilan contoh (sampling) air danau juga perlu disesuaikan dengan
kedalaman danau. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut :
a. Danau atau waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil
di 2 (dua) titik yaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian dicampurkan
(komposit kedalaman).
b. Danau atau waduk yang kedalamannya 10 m – 30 m, contoh diambil di 3
(tiga) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin dan bagian dasar kemudian
dicampurkan (komposit kedalaman).
c. Danau atau waduk yang kedalamannya 31 m – 100 m, contoh diambil di 4
(empat) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin, di atas lapisan
hipolimnion, dan bagian dasar kemudian dicampurkan (komposit
kedalaman).
d. Danau atau waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan
contohditambah sesuai keperluan kemudian dicampurkan (komposit
kedalaman).
- 151 -
BAB III
PELAKSANAAN PEMANTAUAN
Petugas
Sampling
yang
Pelaksanaan Sampling kompeten
LHU/SHU
Data diragukam
Personil kompeten
pengolah data INPUT DATA
OK
Dikirimkan ke Dir.
PKPD paling telat
bulan Januari
Personil kompeten tahun berikutnya
pengolah data
ANALISIS DATA
BAB IV
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Tabel 4.1. Parameter Uji Kualitas Air beserta Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
Fisika
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,5 0,5 0,5 2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional,
Zn≤5mg/L
Klorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 -
Nitrit sbg N mg/L 0,06 0,06 0,06 - Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, NO2-
N≤1mg/L
Sulfat mg/L 400 - - -
Khlorin mg/L 0,03 0,03 0,03 - Bagi ABAM tidak
bebas dipersyaratkan
Belerang sbg mg/L 0,002 0,002 0,002 - Bagi pengolahan air
H2S minum secara
konvensional, S sbg
H2S ≤0,1mg/L
Mikrobiologi
Fecal Jml/100m 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air
coliform l minum secara
Total Jml/100m konvensional, fecal
Coliform l coliform
≤2000jml/100ml,
dan total coliform
≤10.000jml/100ml
Radioaktivitas
Groos-A Groos-A Groos-A Groos-A Groos-A Groos-A
Groos-B Groos-B Groos-B Groos-B Groos-B Groos-B
Kimia Organik
Minyak & ug/L 1000 1000 1000 -
Lemak
Detergent sbg ug/L 200 200 200 -
MBAS
Senyawa ug/L 1 1 1 -
Fenol
BHC ug/L 210 210 210 -
Aldrin/Dieldri ug/L 17 - - -
n
Chlordane ug/L 3 - - -
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptaclor & ug/L 18 - - -
Heptaclor
epoxide
Lindane ug/L 56 - - -
Methoxyclor ug/L 35 - - -
Endrin ug/L 1 4 4 -
Toxaphan ug/L 5 - - -
Keterangan :
mg : milligram Bq : Bequerel
ug : microgram MBAS : methylene Blue Active Substance
ml : milliliter ABAM : Air Baku Air Minum
L : Liter Logam berat merupakan logam terlarut
- 158 -
Nilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH
merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum
Nilai DO merupakan batas minimum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut
tidak dipersyaratkan
Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil
BAB V
PELAPORAN
2. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi uraian tentang:
a. Latar belakang mencakup alasan dan permasalahan penting sehingga
pemantauan air danau perlu dilakukan.
b. Tujuan (sesuai petunjuk teknis pemantauan kualitas air danau).
7. Referensi/Acuan/Daftar Pustaka:
Dalam bab ini tuliskan semua sumber informasi yang menjadi acuan
dalam penulisan laporan berupa buku/ literatur, jurnal, informasi dari
internet, dan lain-lain.
Tata cara penulisan referensi/acuan
1) Jurnal : Nama, tahun, nama jurnal, volume, halaman
(M.J Bauer, Herman R., Martin A and Zellman H, 1998, Water Sci Tech,
38, 185-192)
2) Textbook : Nama, tahun, judul, buku, penerbit, kota
(A. Hadi, 2005, Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta)
3) Prosiding, disertasi, tesis dan skripsi, laporan penelitian: Nama, judul,
penerbit, tahun, halaman
(Ministry of the Environment of Japan (MoE). Risk Assessment Strategy
for Suspected Endocrine, SPEED, 200, 98)
4) Website : nama situs, tanggal mengakses dan Judul tulisan
(http://www.nicnas.gov.au/foreign/endocrine01.htm, 22/9/2003
8. Lampiran
Berisi semua informasi yang tidak bisa ditampilkan dalam isi pokok
laporan diantaranya: SK Tim (jika ada), peta lokasi pemantauan, sertifikat
hasil uji laboratorium, data lapangan, tabel rekapitulasi data pemantauan,
dokumentasi kegiatan sampling, dll.
ttd. ttd.