1. PENDAHULUAN..........................................................................................
1
2. PENGERTIAN YANG TERKAIT DENGAN MASALAH BANJIR.........................3
2.1. Pengertian masyarakat tentang banjir pada umumnya................3
2.2. Beberapa istilah dan pengertian teknis yang terkait.....................7
dengan banjir, masalah banjir dan upaya mengatasi masalah
banjir
3. BANJIR, MASALAH BANJIR DAN PROSES TERJADINYA...........................14
MASALAH BANJIR
4.
3.1.
3.2.
Konsep dasar...............................................................................28
4.2.
4.3.
4.4.
5. RESUME................................................................................................. 53
5.1.
5.2.
6. PENUTUP................................................................................................ 59
1. Pendahuluan.
Hampir seluruh negara di dunia ini mengalami masalah banjir, tidak
terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut
sesungguhnya telah mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan
berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood-plain)
suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta
menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya
tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh sebab itu kota-kota besar serta
pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti
kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya
sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di
Jepang sebanyak 49 % jumlah penduduk dan 75% properti berada di
dataran banjir yang luasnya hanya 10 % dari luas daratan; sedangkan
sisanya 51 % jumlah penduduk dan 25 % properti berada di luar dataran
banjir yang luasnya 90 % dari luas daratan. Hampir seluruh kotakota besar
di Indonesia juga berada di dataran banjir (Tabel 1).
Selain memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, dataran
banjir sebenarnya juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan
dengan terdapatnya ancaman berupa luapan dan genangan banjir yang
dapat
menimbulkan
kerusakan
dan
bencana.
Seiring
dengan
laju
_________________________________________________
1
Pemerhati masalah banjir dan Sumber Daya Air, Pensiunan Direktur Jenderal Sumber Daya Air
Departemen Pekerjaan Umum (Mei 2005-Juli 2007), Ketua Global Water Partnership-southestAsi
(2007-2009).
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kota
Jakarta
Semarang
Bandung Selatan
Surabaya
Palembang
Padang
Pekanbaru
Jambi
Medan
Banda Aceh
Pontianak
Banjarmasin
Samarinda
Makassar
Gorontalo
Sungai
Kamal, Tanjungan, Angke, Pesanggrahan,
Sekretaris,
Grogol,
Krukut,
Cideng,
Ciliwung,
Cipinang,
Sunter,
Buaran,
Jatikramat, Cakung.
Kali Garang/Kali Semarang
Sungai Citarum Hulu
Kali Brantas
Sungai Musi
Batang Arau, Batang Kuranji, BAtang Air
Dingin
Sungai Siak
Sungai Batanghari
Sungai Belawan, Deli, Dabura, Percut, Kera
Krueng Aceh
Sungai Kapuas
Sungai Barito
Sungai Mahakam
Sungai Jeneberang
Sungai Bone, Bolango, Talamate
kondisi
sosial
ekonomi
serta
belum
adanya
kesamaan
perlu
lebih
ditingkatkan.
Untuk
itu
diperlukan
dalam
antara
buku
lain
ini
terbatas
pada
menyangkut istilah
hal-hal
dan
yang
sangat
pengertian,
proses
beranggapan
bahwa upaya
Wilayah DKI Jakarta bagian timur akan terbebas dari genangan banjir
apa bila Banjir Kanal Timur telah selesai dibangun.
Warga DKI Jakarta yang tempat tinggalnya tergenang pada saat banjir,
mendatangi kantor Proyek Pengendalian Banjir untuk mengajukan protes
kenapa Proyek tidak mampu membebaskan tempat tinggalnya dari
banjir.
Clash action telah beberapa kali dilakukan oleh warga DKI Jakarta dan
di kota-kota lain kepada pemerintah daerah setempat yang dinilai tidak
mampu mengatasi masalah banjir dengan tuntas.
Bukankah masalah banjir itu justru "dipelihara" oleh para tukang insinyur
agar pekerjaannya tidak segera habis?
di
"cekungan
Bandung"
da~i
hasil
studi
"Flood-plain
kolam
ikan
atau
kolam
pemancingan
dan
bukan
untuk
Bangunan yang dibuat oleh masyarakat telah mengikuti IMB dan berada
di atas "peil banjir" yang resmi ditetapkan oleh pemerintah, tetapi
mengapa masih saja tergenang banjir?
irigasi.
Pintu
air
yang
ada
merupakan
bangunan
Jakarta. Oleh karena itu air banjir Sungai Ciliwung yang mengalir
ke Jakarta adalah merupakan aliran alamiah tanpa ada rekayasa.
Bendung Katulampa hanya merupakan bangunan peninggi muka
air, dan bukan bendungan sehingga di hulu bendung juga tidak
terdapat waduk. Istilah banjir kiriman dapat memicu terjadinya
konflik antara masyarakat di hulu yang dianggap "mengirim banjir"
dengan masyarakat di hilir yang "dikirim banjir"; pada hal air
memang mengalir dari hulu ke hilir secara alamiah dan bukan
kehendak masyarakat yang tinggal di hulu).
tanggul
yang
dibangunnya
mengalami
jebol
terlanda
banjir.
2007: "Tahun depan (2008) DKI Jakarta tidak boleh tergenang banjir
lagi"
Universitas
"X"
pada
Proyek
Pengendalian
Banjir
Sungai
detention/retention
pond
untuk
pengendali
banjir,
pada
Buku
ini
disiapkan
antara
lain
untuk
mencoba
mengklarifi kasi
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa
jaringan pengaliran air mulai dari hulu baik yang ada mata air maupun
tidak ada mata air sampai muara di laut, dengan dibatasi kanan dan kiri
di sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Gambar 1).
Daerah aliran sungai (DAS) yang dalam bahasa Inggris disebut river
basin atau catchment area, adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
(Gambar 1). Istilah DAS di media masa masih sering keliru, dan rancu
dengan pengertian sungai.
tersebut,
pasti
terjadi
luapan
atau
banjir yang
dan
Bekas
Sungai,
batas
dataran
banjir
ditetapkan
Cipinang,
Sunter,
Buaran,
Jatikramat,
dan
Cakung).
10
11
sampah
dan
mendirikan
bangunan
untuk
hunian
(Gambar 6).
12
Pengendalian
banjir
(fl ood
control)adalah
upaya
mengatasi
(on
stream),
untuk
mengatasi
masalah
banjir
secara
maximum fl ood/PMF).
13
setiap
tahun
debit
banjir
dengan
besaran
berapapun
kemungkinan bisa terjadi, dan oleh sebab itu maka masyarakat yang
terlindungi
prasarana
pengendali
banjir
(yang
direncanakan
Australia (1)
Bulgaria (1)
Commercial
50-100
100-500
China (2)
Chechoslova
Hongkong
200
100
50-200
50
50-200
50-200
10200
India (2)
Indonesia (1)
Japan (1)
50
5-100
10-200
5-100
10-200
5-100
10-200
Malaysia (3)
Phillippinest
(2)
Poland (1)
Turkey (1)
Thailand (1)
UK (1)
USA (1)
5-100
100
5-100
5-100
5-50
10200
5-100
50-70
1.000
100-500
25-100
10-100
25-100
500
100-500
25-100
10-100
25-100
Country
Industrial
50-100
Residental
50-100
Pural
30100
100
100
25-100
10-100
25-100
Agricultur
5-50
5-10
7-10
2-5
25
5-25
10-200
5-30
20-100
50-200
1-10
5-25
Notes :
(1)
Standards refer to river training and fl ood control
(2)
These standards are for levee design
(3)
Designs also check that 100-year fl ood line is below ground line of buildings
Sumber : Manual ESCAP
14
15
kamus
International
Commission
on
Irrigation
and
Drainage (ICID), banjir ("fl ood") didefi nisikan sebagai berikut: "A
relatively high fl ow or stage in a river, markedly higher than usual;
also the inundation of low land which may result there from. A body
of water, rising, swelling, and overfl owing land not usually thus
covered". Defi nisi banjir menurut kamus tersebut sama sekali tidak
mengandung
maupun
pengertian
bencana
adanya
gangguan,
terhadap
umat
kerusakan,
manusia,
kerugian
dan
hanya
manusia
(masalah
banjir),
dan
banjir
yang
tidak
banjir
yang
berupa
rawa-rawa.
Luapan
banjir
selain
banjir
akibat
luapan
sungai
berubah
menjadi
masalah
manusia
untuk
memenuhi
berbagai
keperluannya
tanpa
16
17
hambatan
akibat
alur
sungai
yang
bermeander;
iklim
(climate
change)
global. Berbagai
berkenaan
gejala perubahan
dengan
terjadinya
iklim antara
lain:
18
dan
lainnya,
namun
lahan
di
dataran
banjir
dapat
(rural)
terjadi
masalah
yang
sama,
yaitu
dengan
dan
bebas
banjir
sehingga
mereka
merasa
bebas
untuk
19
20
21
dengan nilai investasi dan dengan jumlah penduduk yang relatif besar,
namun juga untuk kawasan pertanian termasuk perikanan/tambak.
Pembudidayaan
dan
penataan
ruang
DAS
hulu
yang
kurang
penataan
ruang, penghijauan,
reboisasi,
terasering,
dan
cenderung
meningkat.
Angkutan
sedimen
yang
berlebihan
22
Semakin
lunturnya
budaya
dan
kearifan
lokal
di
bidang
23
Bangunan silang seperti bendung, jembatan, bendung gerak, goronggorong, sipon, pipa air, pipa gas, saringan sampah, dan lainnya dapat
menghambat atau membendung aliran sungai di saat banjir bila tidak
direncanakan, dilaksanakan serta dioperasikan dan dipelihara dengan
baik dan juga tidak mendapat saran, masukan serta pengawasan dari
pengelola sungai (Gambar 16 dan 17);
24
Gambar 16. Pintu Air Karet di Banjir Kanal Barat, DKI Jakarta,
4 Februari 2007
Gambar 17. Pintu Air Karet di Banjir Kanal Barat, DKI Jakarta,
4 Februari 2007
25
26
banyak
prasarana
pengendali
banjir
yang
dibangun
tidak
tercapai
karena
tidak
dioperasikan
dan
27
dari
mengutamakan
kebijakan
pemerintah
pembangunan
fisik
yang
jangka
cenderung
pendek
lebih
dengan
menerus
termasuk
kegiatan
operasi
dan
pemeliharaan
28
benar
justru
berpotensi
menimbulkan
masalah
banjir.
semua
pintu
harus
terangkat
dan
tidak
boleh
ada
telah
memadat.
Bagaimana
jadinya
kota
Tangerang
halnya
sungai
Ciliwung?
Setelah
diteliti
ternyata
yang
disampaikan
masyarakat
dengan
alasan
29
umum
pemerintahan,
yang
masih
kurang
mendapat
instansi
menimbulkan
yang
tidak
pembendungan
mengikuti
aliran
ketentuan
banjir;
serta
sehingga
pembuangan
Bahorok
Sumatera
Utara,
Pacet/Mojokerto,
Semarang,
manfaat
sungai
yang
seharusnya
terlarang
untuk
permukiman.
30
Konsep dasar.
penerapannya masih
31
(fl ood
32
Belajar
dari
pengalaman
yang
selama
ini
dilaksanakan
termasuk
fisik
atau
struktur
saja
sebagaimana
yang
selama
ini
33
flood
management
pada
prinsipnya
adalah
bagaimana
34
atau pernyataan yang cukup menarik yang dihasilkan forum tersebut antara
lain:
it
into
the
wider
context
of
integrated
water
and
economic
sciences,
and
the
compilation
of
the
on
continuous
basis
in
the
decision-making
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
bencana
yang
Recognize
Management
the
importance
(IWRM)
for
of
Integrated
water-related
DRR
Water
and
the
Resources
need
to
35
Develop preparedness indices for water-related DRR for the Asia Pacific region.
Develop
water-related
disaster
warning
systems
and
human
capacities.
Peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah banjir secara fisik masih
sangat terbatas, dan pada umumnya hanya untuk mengatasi masalah di
kawasan yang terbatas yang dikelola oleh pengembang secara mandiri,
seperti misalnya sistem polder di Pantai Indah Kapuk, Pluit dan Sunter utara
di DKI Jakarta.
Peran serta masyarakat seara lebih luas harus terus dikembangkan dan
ditingkatkan mengingat terjadinya dan berkembangnya masalah banjir
terutama adalah disebabkan oleh kegiatan masyarakat itu sendiri. Alangkah
naifnya bila masyarakat yang membudidayakan dan memanfaatkan dataran
banjir yang subur dan menyimpan banyak kemudahan, justru tidak mau ikut
berperan serta mengatasi masalah dan juga ikut menanggung resiko.
Bahkan mungkin mereka malah menyalahkan pemerintah dan masyarakat
yang tinggal di DAS hulu karena dianggap merusak lingkungan dan
"mengirimkan banjir" kepada mereka. Mereka mungkin beranggapan bahwa
sebelum ada kerusakan lingkungan tersebut sungai tidak meluap dan tidak
menimbulkan masalah.
Mereka mungkin juga kurang atau tidak menyadari, bahwa dataran banjir
sesungguhnya merupakan "rumah singgah" yang sah dan dibutuhkan oleh
air sungai, yang sejak dahulu kala secara rutin selalu disinggahi pada saat
rumahnya sendiri yang minimalis dan sempit yang berupa palung sungai
tidak dapat menampungnya. Lagi pula "rumah singgah" itu juga dibangun
sendiri oleh air sungai. Mengapa manusia yang belakangan ikut numpang
dan melakukan segala macam kegiatan di "rumah singgah" itu malah
bersikap sok kuasa, maunya sendiri dan ingin mengusir penghuni yang sah?
36
4.2.
4.2.1.
dekat
dengan
sungai
perlu
dilengkapi
dengan
bangunan
beton
harus
diperhitungkan
aman
terhadap
kemungkinan-
dampak
sosial
yang
mungkin
timbul
terkait
dengan
37
rencana
dengan
besaran
tertentu,
tanpa
mengantisipasi
kemungkinan terjadinya debit banjir yang lebih besar dari debit banjir
rencana tersebut yang dapat membobolkan tanggul. Kerusakan dan
bencana banjir yang relatif besar dan sering terjadi akhir-akhir ini
kemungkian besar disebabkan karena masalah ini. Sungguh merupakan
ironi apabila para ahli dibidang perencanaan bendungan saat ini telah
dengan fasihnya melakukan analisis tentang keruntuhan bendungan
(dam break analysis), termasuk bagaimana mensosialisasikan berbagai
skenario tanggap darurat apa bila terjadi kerusakan atau runtuh/jebolnya
bendungan kepada masyarakat di hilir bendungan; pada hal bendungan
sudah didesain untuk debit banjir rencana diatas 1.000 tahunan,
bahkan dengan probable maximm fl ood (PMF). Namun selama ini
perencana tanggul banjir nampaknya belum menyadari hal itu dan
belum pernah melakukan analisis tentang keruntuhan tanggul (dyke
break analysis), pada hal probabilitas terjadinya keruntuhan tanggul
banjir yang hanya didesain dengan debit banjir rencana antara 5
sampai 100 tahunan, jelas jauh lebih besar dari pada bendungan.
Oleh karena itu pada sistem pengendali banjir yang telah ada perlu
dilakukan penyempurnaan dan atau koreksi. Koreksi yang sering
dilaksanakan
adalah
dengan
cara
meninggikan
tanggul
atau
rencana
ditingkatkan
menjadi
debit
banjir
maksimum
rencana
adalah,
bangunan
tanggul
untuk
daerah
38
39
upaya
mengatasi
masalah
banjir.
Logika
mereka
sangat
sesuai
dengan
rejim
alamiahnya,
kecuali
ada
upaya
40
membendung
atau
menghambat
aliran;
sehingga
normalisasi
41
mengambil
sampah
padat
yang
terlanjur
masuk
dan
42
aliran Sungai Ciliwung agar menjauhi kota Batavia pada waktu itu, dengan pintu
air pengatur di Manggarai; Banjir Kanal Timur di DKI Jakarta yang baru selesai
dikerjakan, untuk menampung dan mengalihkan aliran sungai-sungai Cipinang,
Sunter, Jatikramat, dan Cakung ke laut; Banjir Kanal Barat di Semarang untuk
mengalihkan sebagian besar aliran Kali Garang atau Kali Semarang menjauhi
kota Semarang dengan bangunan pengatur di Simongan; Banjir Kanal bagi Kali
Brantas yang dikenal dengan nama Kali Porong untuk mengalihkan sebagian
aliran Kali Brantas agar aliran di Kali Brantas Hilir atau Kali Surabaya tidak
menimbulkan masalah banjir di kota Surabaya, dengan dilengkapi pintu
pengatur di Lengkong; Banjir Kanal bagi sungai Cimanuk yang dikenal dengan
alur Rambatan untuk mengalihkan sebagian besar aliran sungai Cimanuk agar
tidak menimbulkan masalah banjir di kota Indramayu, dengan bangunan groudsill dan pintu pengatur di Bangkir; Banjir Kanal bagi sungai Arau untuk
mengalihkan sebagian debit banjir sungai Arau agar tidak menimbulkan
masalah di kota Padang, dengan pintu pengatur di Lubuk Begalung; Banjir Kanal
bagi sungai Krueng Aceh untuk mengalihkan sebagian aliran sungai Krueng
Aceh agar tidak meninbulkan masalah banjir di kota Banda Aceh dengan
bangunan kontrol di Bakoi; Banjir Kanal bagi sungai Bengawan Solo Hilir berupa
saluran Sedayu Lawas untuk mengurangi masalah banjir di bagian hilir sungai
Bengawan Solo dengan pintu pengatur di Plang Wot; Banjir Kanal bagi sungai
Citanduy untuk mengalihkan sebagian aliran banjir sungai Citanduy, dengan
dilengkapi bangunan kontrol atau pelimpah di Nusawuluh.
Agar banjir kanal dapat berfungsi sesuai dengan tujuannya dan pola
pembagian debit banjir antara sungai aseli dengan banjir kanal tidak
mengalami perubahan dan tetap seperti yang direncanakan, maka
sistem tersebut harus dijaga agar terhindar dari kerusakan dan
gangguan, dan selalu siap di setiap saat. Upaya pemanfaatan alur Kali
Porong untuk menyalurkan lumpur Lapindo ke laut adalah merupakan
langkah yang cukup berbahaya dan mengandung resiko yang tinggi
ditinjau dari fungsi Kali Porong yang setiap saat harus siap menampung
kelebihan aliran Kali Brantas untuk menghindari terjadinya masalah
banjir di kota Surabaya. Demikian pula dengan membiarkan bangunan
kontrol di Bakoi rusak, kota Banda Aceh terancam banjir.
Banjir kanal harus direncanakan dengan sangat hati-hati mengingat
perubahan apapun yang dilakukan terhadap sungai alamiah akan selalu
menimbulkan reaksi dari sungai yang bersangkutan yang berlangsung
secara gradual. Pembagian aliran air antara sungai aseli dengan banjir
kanalnya tidak secara otomatis diikuti pembagian aliran sedimen secara
43
perubahan
yang
terjadi.
Hasil
pantauan
dipakai
untuk
termasuk
aliran
sungai
pada
saat
banjir.
Namun
untuk
waduknya
sendiri.
bendungan/waduk
sering
kali
lingkungan
cukup
berat.
yang
Selain
menimbulkan
Sehubungan
itu
pembangunan
dampak
dengan
sosial
itu
dan
maka
44
4.2.2.
pada
setiap
sungai
harus
melewati
suatu
kajian
yang
Oleh
sebab
itu
upaya
struktur
ini
selalu
mengandung
45
yang berupa dataran banjir yang dilindungi tanggul harus sadar dan faham
bahwa meskipun telah dibangun prasarana fisik pengendali banjir, lahan
tersebut sewaktu-waktu masih dapat tergenang banjir. Mereka harus selalu
siap
dan
waspada
serta
ikut
berupaya
menekan
besarnya
works,
embankments,
detention
reservoirs,
river
menyangkut
debit
sungai
yang
berubah-ubah/dinamis,
engineering)
dalam satu
sering
terjadi
di
lapangan
terutama
disebabkan
adanya
46
mereka
merencanakan
penanganan
sungai
seperti
layaknya
dengan
UU-18/99
ketentuan/kriteria/batasan
tentang
yang
Jasa
jelas
Konstruksi,
tentang
perlu
penyebab
adanya
terjadinya
terjadinya
(Gambar
28).
bencana
Tanggul
alam
dari
atau
timbunan
akibat
tanah
kesalahan
yang
manusia
jebol
akibar
47
River
engineering
is
concerned
with
the
entire
process
of
All
river
engineering
works
changes
the
natural
river
4.3.
masalah
yang
ditimbulkan
oleh
banjir
menjadi
sekecil
48
Konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran
permukaan dan memperkecil besarnya debit puncak banjir, serta
pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan/sedimentasi di
dasar sungai maupun danau dan waduk. Kegiatan ini merupakan
gabungan antara rekayasa teknik sipil dengan teknik agro, antara lain
dengan membangun terasering, bangunan terjunan, check-dam/dam
penahan sedimen, dam pengendali sedimen, kolam retensi, dam parit,
penghijauan dan reboisasi, serta sumur resapan.
Penanggulangan
banjir
(flood-fighting)
untuk
menekan
besarnya
49
darurat
agar
fungsinya
segera
pulih,
setelah
menga!ami
juga
dilakukan
menjelang
musim
Walk through
penghujan
untuk
jebol
pada
saat
debit
sungai
membesar.
Struktur
50
dan
menumpuk
menjadi
rapat,
sehingga
menyerupai
yang
ada
menyangkut
upaya
tanggap
darurat
yang
terjadi.
Upaya
ini
untuk
mendukung
kegiatan
ketinggian
muka
air
sungai
yang
kurang
baik
sehingga
kondusif
terhadap
keberadaan
peralatan
di
lapangan;
4)
51
dataran
banjir
dan
pembudidayaan
DAS
hulu,
Pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah yang baik adalah bila dilakukan mulai dari
sumbernya (dapur, pasar, dan sebagainya), dan bukan dibiarkan masuk
atau dimasukkan ke saluran drainase dan ke sungai. Pembangunan
saringan penangkap sampah di saluran drainase dan di sungai yang
sering dilaksanakan, justru menimbulkan masalah karena sampah yang
terlambat diangkat akan menimbulkan pembendungan aliran sehingga
saluran/sungai meluap dan terjadi banjir. Pembangunan
saringan
sampah di hulu waduk muara sungai Tukad Badung Bali, konon telah
menimbulkan banjir besar sehingga saringan tersebut dibongkar paksa
oleh masyarakat. Saluran drainase yang tertutup/ditutup di kawasan
perkotaan
menyulitkan
pemeliharaan
dan
pembersihan
terhadap
52
sungai)
terlarang
untuk
dijadikan
permukiman
karena
di
daerah
ini
sangat
membahayakan
penghuninya
Penyuluhan
dan
pendidikan
masyarakat
lewat
berbagai
media
seharusnya
bebas
hunian
karena
sangat
membahayakan
pola
bercocok
tanam
yang
menunjang
upaya
4.4.
4.4.1.
53
masukan
dalam
perencanaan
dan
atau
revisi
perencanaan
disesuaikan
dengan
tingkat
kerawanannya
terhadap
resiko
risk
map/flood
hazard
map)
dan
pemasangan
rambu-
Salah satu penyebab mengapa terjadi kerusakan dan kerugian yang relatif
besar yang diderita oleh masyarakat di DKI Jakarta sehubungan dengan
bencana banjir pada bulan Januari/ Februari di tahun 1996, 2002, 2007 dan
2008 yang lalu adalah akibat terbatasnya pemahaman dan kesadaran
masyarakat akan resiko bertempat tinggal dan melakukan berbagai
kegiatan di dataran banjir. Kerusakan dan kerugian tidak hanya diderita oleh
masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai dan di bantaran sungai yang
memang sangat rawan banjir dan genangan, namun juga di kawasan
54
tersebut
belum
mempertimbangkan
adanya
resiko
terjadinya
genangan banjir. Persyaratan lain yang konon harus dipenuhi pada saat
mengajukan
izin
nampaknya
hanya
menyangkut
ketentuan
atau
persyaratan tentang peil banjir, fasum dan fasos, serta sumur resapan.
Ketentuan tentang peil banjir itupun tidak dilengkapi dengan informasi yang
menyangkut besaran banjirnya dan resiko genangan yang masih bisa
terjadi; sehingga terjadi persepsi yang keliru (misleading) di masyarakat,
yaitu bahwa apa bila mereka telah mengikuti peil banjir maka bangunan
dianggap telah bebas banjir.
Berbagai rekayasa teknis berupa prasarana dan sarana fisik pengendali
banjir dan genangan yang telah dibangun baik oleh pemerintah dan swasta
seperti tanggul banjir, waduk/polder berikut stasiun pompanya, pintu air,
stasiun pompa, banjir kanal, dan sebagainya, tampaknya ikut menambah
"keyakinan" masyarakat bahwa dataran banjir yang mereka budidayakan
telah bebas terhadap genangan banjir sepenuhnya (over confidence).
Jalan tol Sedyatmo yang lama adalah merupakan prasarana transportasi
yang sangat vital, namun tingkat kerawanannya terhadap genangan banjir
sampai saat ini sangat tinggi. Dalam tujuh bulan terakhir di musim hujan
2007-2008 tercatat telah tiga kali tergenang (Nopember 2007, Februari
2008 dan Mei 2008) sehingga arus transportasi dari dan ke bandara
55
dapat
pemerintah
dan
menjadi
pelajaran
masyarakat
berharga,
dalam
baik
melaksanakan
di
kalangan
upaya
untuk
besar
dataran
banjir
di
DKI
Jakarta
telah
terlanjur
Upaya pertama berlaku pada lahan dataran banjir yang relatif masih
belum
dikembangkan
pembudidayaannya
sehingga
dapat
mengikuti
penataan
pola
ruang
pengelolaan
atau
dataran
bagi
revisi
penataan
ruang
yang
telah
ada,
serta
56
Upaya kedua berlaku pada lahan di dataran banjir yang telah terlanjur
berkembang/dikembangkan dan penataan ruangnya sulit atau tidak
mungkin untuk dilakukan revisi. Untuk itu perlu upaya-upaya khusus
seperti misalnya dengan melakukan fl ood proofi ng terhadap bangunan
dan prasarana penting baik secara individual maupun kolektif, serta
memodifikasi/menyesuaikan peruntukan bangunan atau ruangan (hotel,
perkantoran, rumah tinggal, dan sebagainya) yang beresiko tinggi
tergenang banjir; dengan tujuan menekan besarnya bencana/ kerugian
apa bila terjadi genangan/banjir. Upaya fl ood proofi ng yang perlu
dilakukan antara lain untuk rumah sakit dan gardu listrik, misalnya
dengan meninggikan lantai bangunan, memodifikasi bangunan termasuk
bahan bangunannya, serta membangun tanggul keliling yang dilengkapi
pompa.
Flood
transportasi
proofi ng
penting
juga
seperti
perlu
misalnya
dilakukan
pada
untuk
jalan
prasarana
protokol
dan
daerah
sempadan
sumber
air
yang
antara
lain
meliputi
dan
untuk
permukiman).
Upaya
ini
boleh
jadi
sangat
sederhana.
Kompromi
dari
aspek
teknis
yang
57
5. Resume.
5.1.
ketiga
adalah
penggabungan
antara
prasarana
fisik
dengan
tumbuhnya
kesadaran
terhadap
kelestarian
untuk
dikembalikan
kepada
kondisi
alamiahnya.
58
59
tahun,
selain
disebabkan
lingkungan
yang
mengakibatkan
membesar,
juga
oleh
akibat
adanya
debit
perubahan
aliran
terus
banjir
kondisi
semakin
berlangsungnya
yang
permukiman/perkotaan,
rawan
banjir
menjadi
industri,
perdagangan,
kawasan
pertanian
dan
saat
resiko/kemungkinan
ini
kurang
terjadinya
mempertimbangkan
genangan
banjir.
Para
adanya
planner
60
untuk
menghilangkan
dengan
pengelolaan
sumber
daya
air
secara
air
(antara
pencegahan;
lain
dan
banjir)
terhadap
lebih
mengutamakan
upaya
pencegahan
lebih
upaya
terhadap
peristiwa
terjadinya
banjir
besar
di
Bengawan Solo pada akhir bulan Desember 2007 dan banjir di DKI
Jakarta pada awal bulan Februari tahun 2007 dan 2008. Bila benar
maka
analisis
debit
banjir
rencana
di
berbagai
proyek
menjadi
tidak
sahih
(valid)
lagi.
Hal
tersebut
61
dan
bencana
akibat
banjir
seluruhnya
dianggap
yang
ditimbulkan
oleh
alam
diluar
kendali
dan
potensi
bencana
atau
daya
rusak
air
yang
dapat
5.2.
swasta
dan
diperlukan
pemahaman
masyarakat
vang
(stakeholders).
sama
diantara
Untuk
itu
stakeholders
Penyamaan
pemahaman
di
lingkungan
stakeholdres
sangat
dan
mengendalikan
banjir
"(flood
control"
menjadi
62
memitigasi
atau
mengurangi
besarnya
kerugian/bencana,
Perubahan
paradigma
tersebut
kemungkinan
akan
mengundang
Perlu kajian dan analisis yang mendalam dan serius tentang dampak
perubahan iklim terhadap perubahan pola hujan dan debit banjir, untuk
masukan dalam melakukan adaptasi. Untuk itu perlu dukungan data
yang memadai.
perubahan
lingkungan
termasuk
perubahan
iklim,
serta
yang
bersangkutan.
Pengelolaan
sumber
daya
air
harus
63
Peta
dataran
banjir
tersebut
diperlukan
dalam
pengelola
maupun
petugas
pengelola
yang
tidak
lagi
mengubah
paradigma
secara
mendasar,
dari
yang
hanya
pengelola; dan
kerusakan
dan
bencana
yang
6. Penutup.
Banjir dan masalah banjir mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dan
sudah menjadi agenda rutin yang harus kita hadapi setiap tahun.
Peningkatan masalah banjir terutama disebakan oleh pembudidayaan
dataran banjir yang kurang adaptif terhadap kejadian banjir, serta dipacu
oleh
terjadinya
kerusakan
lingkungan
akibat
pertumbuhan
jumlah
64
besarnya
masalah
terus
meningkat
seiring
dengan
terus
berkembang
menjadi
perkotaan,
industri,
prasarana
menjadi
mengatasi
masalah
banjir
secara
menyeluruh
65
DAFTAR PUSTAKA
1.
Berbagai
peraturan
perundang-undangan
yang
menyangkut
3.
4.
5.
6.
Framji, KK. And Garg, BC., Flood Control in The World, a Global
Rewiew, ICID Vol. I, 1976, Vol. II, 1977.
7.
8.
9.
10. Siswoko, Ir. Dipl. HE, Pengendalian Banjir, Modul untuk kursus di
lingkungan Ditjen Pengairan, 1990.
11. Siswoko, Ir. Dipl. HE, Pengaturan Alur Sungai, Modul untuk kursus
di lingkungan Ditjen Pengairan, 1990.
12. Siswoko, Ir. Dipl. HE, Pembinaan Sungai, Modul untuk kursus dan
penyuluhan hukum di lingkungan Ditjen Pengairan, 1991.
13. Siswoko, Ir. Dipl. HE, Laporan Mengikuti Konggres ke 13 ICID, Den
Haag, September, 1993.
14. Siswoko, Ir. Dipl. HE, Laporan Mengikuti Simposium Internasional
tentang Management of Rivers for the Future, Kuala Lumpur,
November, 1993.
66
Pengelolaan
Mengatasinya.
Sumber
Diskusi
Daya
interaktif
Air,
Masalah
Pengelolaan
dan
Sungai
Upaya
yang
Adaptation
and
Integrated
Water
Resources
67