NIM : 201873081
KELAS : B
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar, makalah ini merupakan salah satu tugas setelah mengetahui mengenai “Pengembangan
menunjang tugas Mahasiswa Yang selanjutnya. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari Makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajianya, mengingat karena
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 2. PEMBAHASAN
2.2.1. Penerapan Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) dalam Kasus
Banjir
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
.
BAB 1
PENDAHULUAN
Makalah yang penulis susun dengan judul Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu
(IWRM), Dalam Kasus Banjir. yaitu untuk mengetahui tentang :
1. Bagaimana proses terjadinya banjir
a. Untuk mengetahui penyebab banjir
b. Untuk mengetahui apa tindakan yang di lakukan saat banjir
c. Untuk mengetahui tentang apa yang harus di lakukan agar tidak ada jatuh korban
ketika bajir
2. Keterpaduan pengelolaan SDA (IWRM) dalam kasus Banjir
3. Mengetahui tentang Manfaat IWRM Dalam Meminimalisasi/Mitigasi Resiko Banjir
4. Peraturan perundangan tentang SDA
5. Asas pengelolaan SDA
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa saja yang menjadi rumusan
masalah diatas Dan memenuhi salah satu tugas mahasiswa.
BAB 2
PEMBAHASAN
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air
menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagaiakibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir
mampu merusak rumah danmenyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau yang
dapat menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin. Setiap tahun pasti
datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering terjadi dan
dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk
dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.
2.1.1. Jenis-jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan
menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
a. Banjir Sungai Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir suangai Citarum
Karawang, Jawa Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir sungai. Banjir Sungai
Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan dengan 15.510
rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan kecamatan
dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter. Dampak banjir yang
meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati Karawang Dadang S Muchtar
yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang dinilai terlambat itu. Menurut
Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelolaWaduk Ir Juanda
Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air waduk
untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di
Bekasi.
Hujan di hulu dan sejumlah anak sungai membuat debit tetap tinggi. Naiknya
muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang. Persawahan di kanan dan
kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug, Kecamatan Klari; Desa
Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci,Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air pada
Rabu pagi. Petani punmempercepat panen untuk menyelamatkan padi. Sejumlah jalan
antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yangsebelumnya kering, seperti Jalan Raya
Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan Karawang
Barat), Jalan Kertabumi, sertajalanan di beberapa kawasan perumahan, seperti Perum
Karaba Indah, GaluhMas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe Timur)
juga mulaitergenang. Banjir juga memicu kemacetan, terutama di akses menuju dan
dariPintu Tol Karawang Barat.
b. Banjir Danau Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir
danau adalah banjir ketika situ gintung pada tahun 2009. Berita banjir bandang di Jakarta
Jumat pagi (27/3/09) sangat mengejutkan. Dengan korban lebih dari 50 orang meninggal
tentusaja inisebuah bencana yang cukup serius terjadi di dekat Ibu Kota lagi. Melihat
sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan sementara yang ada adalah “keringkan
saja danau ini, dan jangan dibendung lagi“. Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena
disitu ada sebuah tamanwisata yg sangat bagus. Namun alasan sederhana dibawah
barangkali perludipikirkan secara seksama. Dibawah ini adalah gambar korban banjir
situgintung.
c. Banjir Laut pasang Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Dibawah
iniadalah beberapa daerah yang terkena banjir laut pasang. Akibatnya beberapa ruas jalan
mengalami kemacetan dan tak jarang motor yang melintas pun akhirnya mogok.
Genangan air yang mencapai luas satu kilometer itu diakibatkan lambatnya
pembangunan tanggul dan perilaku masyarakat.
Sering sekali terjadinya banjir, dan hampir setiap kali hujan, maka pasti ada saja daerah
yang terkena banjir. Apa penyebab banjir itu, secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah
sebagai berikut.
Mencegah Banjir Dimusim Banjir Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena
yang kini terjadi dibeberapa daerah di negri kita ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang
selalu khawatir akan datangnya banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air dimusim
kemarau menjadi masalah yang serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal didaerah pinggiran sungai.
Namun jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun kinisudah tidak luput dari banjir. Akhir-
akhir ini, banjir tidak lagi terjadi di daerahpinggiran sungai saja, namun banjir terjadi juga di
daerah dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah kehilangan fungsinya dalam menyerap
air, akibat dari maraknya penebangan hutan dan pembangungan gedung dan perumahan yang
tidak ramah lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat mengurangi banjirtahunan, yaitu
dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan tidak langsungmengalir ke sungai, tetapi
tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air pada akar pepohonan akan berfungsi sebagai
reservoir di musim kemarau. Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke
sungai atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang sembarangan,
sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan
datang. Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang terbaik untuk daerah
perkotaan.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, penelitidan dosen
Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB tahun 1976. Sebelum disosialisasikan ke
masyarakat, ia sudah memakainya selama 20 tahunlebih di lingkungan rumahnya. Cara mebuat
lubang resapan biopori. Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam tanah
dengandiameter 10 cm, dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang resapan ini bisa dibuat
halam rumah, didasar saluran air (got), batas antara tanam dan teras, ataupada tanah lapang
berumput, dimana ada genangan dan aliran air hujan. Alatpembuat lubang biopori dapat di beli di
kampu IPB dan juga di Toko Trubusterdekat, seharga Rp. 175.000,-. Agar pinggiran lubang tidak
cepat rusak, bibir lubang diperkuat denganadonan semen selebar 2-3 cm dengan tinggi 10 cm,
disekeliling mulut lubang agar tak cepat rusak terkikis. Atau memasang pipa paralon diamerter
12 cm di bagianatasnya. Masukan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-sisa
tanaman, daun yang terjatuh mengering, potongan rumput dan sampah vegatasi lainnya kedalam
lubang tersebut. Sampah organik ini memancing binatang-binatang kecil seperti cacing atau
rayap masuk kedalam lubang dan membuat rongga biopori sebagai saluran-saluran kecil.
Sampah dalam lubang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan
kegiatannya melalui proses pengomposan.
Sampah yang telah terurai oleh microba ini dikenal sebagai kompos yang dapat
dipergunakan sebagaipupuk organik. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori
selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai alat pembuat
kompos. Tambahkan sampah organik kedalam lubang, karena sampah lambat launakan
menyusut. Setelah lubang dirasakan sudah penuh, kompos bisa diambiluntuk dijadikan pupuk
tanaman. Kompos dapat dipanen pada setiap periodetertentu dan dimanfaatkan sebagai pupuk
organik pada berbagai jenis tanaman,seperti tanaman hias, sayuran, buah-buahan dan jenis
tanaman lainnya.
selalu terjadi saling menuding tentang siapa yang salah. Di lain pihak, para ahli cendekia
lalu sibuk mengeluarkan pendapat tentangapa dan mengapa terjadi banjir. Ketika banjir surut,
perhatian akan banjir ikutsurut pula. Kemudian ribut-ribut lagi ketika musim berganti dan banjir
datang berulang. Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama,
memindahkan warga dari daerah rawan banjir.
Cara ini cukup mahal dan belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun
rumahnya terendam banjir.Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal,
tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai,mengeruk endapan
lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab melanda permukiman
warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari
warga menjadi aman walau banjir datang,yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung
setinggi di atas muka airbanjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama,metode struktur, yaitu
dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun waduk di hulu, kolam penampungan
banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepisungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur
sungai, sistem polder, sertapemangkasan penghalang aliran. Anggaran tak seimbang Dalam
pertemuan-pertemuan antar pemangku kepentingan (stakeholder) tentang penanggulangan banjir,
telah ada political willdari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara
hibrida,dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan non-struktur secarasimultan.
Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek, jangkamenengah, dan jangka panjang.
Namun, dalam implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih
sangat sektoral, alokasi anggaran antar sektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir
metode strukturalias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran
metodenonstruktur yang lebih berbasis masyarakat. Padahal, penanggulangan banjir dengan
metode nonstruktur berbasismasyarakat tidak kalah pentingnya.
Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lainpembuatan peta
banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir,sosialisasi sistem evakuasi banjir,
kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksirumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan
partisipasi masyarakat dalampenanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lainpengedalian erosi,
pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuangsampah dan limbah ke sungai,
kelembagaan konservasi, pengamanan kawasanlindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan konservasi.
Apa pun desainnya, sebaiknya kreasi para peneliti inisegera diimplentasikan di daerah
rawan banjir bekerja sama dengan dunia usaha. Mengajak masyarakat membangun rumah
panggung merupakantantangan tersendiri, selain perlu uang ekstra untuk rekonstruksi rumah,
juga perlusosialisasi membiasakan diri hidup di rumah panggung. Namun, cara hidup
akrabbersama banjir seperti ini relatif lebih murah dan berkelanjutan dibandingkandengan cara
relokasi maupun penerapan metode teknologi penanggulangan banji ryang belum tentu berhasil.
Tentunya komitmen hidup akrab bersama banjir, tetap dilandasisemangat tidak melanggar
peraturan yang berlaku.
2.2.1 Penerapan Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) dalam Kasus
Banjir
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah pengelolaan sumber daya alam yang
terbaru pada suatu daerah aliran sungai, seperti vegetasi, tanah dan air, sehingga dapat
memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Sasaran pengelolaan daerah
aliran sungai adalah daerah-daerah yang secara alami berpotensial terhadap terjadinya
kerusakan lingkungan, khususnya erosi lahan di bagian hulu dan tengah daerah aliran
sungai, dan memiliki kemiringan lebih besar dari 8%.
Banjir merupakan fenomena alam ketika sungai tersebut tidak dapat menampung
limpahan air hujan karena proses infiltrasi mengalami penurunan. Gejala banjir yang
terasa semakin sering frekuensinya serta membesar dimensinya disebabkan karena
degradasi Daerah Aliran Sungai yang menurunkan kapasitas infiltrasi dan meningkatnya
koefisien aliran permukaan. Banjir tidak hanya terjadi di wilayah Indonesia, tetapi juga
merambah ke Negara-negara Asia (India, Tiongkok dan lain-lain), Australia serta di
Eropa dan bahkan akhir-akhir ini juga meluas di Amerika Serikat (Texas) akibat Tipon
Harvey yang menyebabkan hujan yang sangat besar (131,78 sentimeter).
panduan dalam mengembangkan dan mengelola sumber daya air secara terpadu dan
berlanjut, yang menekankan bahwa pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
secara terpadu dan berkelanjutan harus :
Direncanakan secara terpadu dan holistic untuk mencegah kekurangan air dan
pencemaran
Memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melestarikan ekosistem sebagai
prioritas utama
Pemakaian air seharusnya dipungut biaya sepantasnya.
Semua negara harus : Mempunyai program pengelolaan air atas dasar daerah
aliran sungai (DAS) dan program penghematan air. Integrasi pengembangan
sumberdaya air dengan tata guna lahan dan pembangunan lain, konservasi,
pengelolaan permintaan (demand management) dengan peraturan (legislation)
dan iuran air, re-use dan recycling air
Sebagai definisi, IWRM dapat dijelaskan dengan metodologi untuk mempersiapkan
manajemen sumber daya air secara holistik yang dapat digambarkan dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Pencegahan
Cara pencegahan banjir bisa dilakukan dengan berbagai cara baik struktur maupun
nonstruktur. Beberapa bentuk pencegahan banjir yaitu antara lain :
a. Pembangunan waduk atau bendungan, hal ini perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya luapan air ketika terjadi hujan lebat.
b. Membuat sumur resapan, dapat mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya
resapan air. Sumur resapan akan sangat membantu menyerap air hujan kedalam tanah
dan kembali lagi ke siklus air yang semestinya sehingga tidak mengalami
penggenangan dipermukaan yang nantinya akan menyebabkan terjadinya banjir.
c. Pembangunan tanggul, dengan adanya tanggul saat aliran air sungai menjadi deras air
tersebut tidak akan meluap ke kawasan pemukiman sehingga pemukiman penduduk
bisa terhindar dari banjir.
d. Pembangunan kanal, mengendalikan aliran air dari hulu sungai dengan mengatur
volume air yang masuk ke daerah pemukiman dan akan membuat beban sungai di
utara saluran kolektif lebih terkendali. Kanal sendiri menjadi system makro drainase
yang berfungsi untuk mengurangi genangan air di dalam kota dengan
mengalirkannya langsung ke laut.
e. Pembangunan polder, pada daerah polder air buangan (air kotor/air hujan)
dikumpulkan di suatu badan air (sungai) lalu dipompakan ke badan air lainnya pada
polder yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air dipompakan kesugai
atau kanal yang langsung bermuara ke laut.
f. Pengelolaan dataran banjir, dalam halmini pemerintah harus memastikan
pembangunan gedung di kota bebas dari kendala yang menyebabkan masalah
lingkungan. Salah satunya, dengan memastikan bahwa pembangunan gedung tidak
menghalangi saluran air atau sistem drainase kota yang dibuat untuk mencegah
luapan banjir.
g. Pembangunan tembok penahan luapan air laut, perlu diingat bahwa banjir bukan
hanya terjadi akibat hujan tetapi juga luapan air laut. Dengan begitu, sebaiknya
dibagun dinding atau gerbang yang dapat menahan air laut ketika pasang. Sehingga
jika gelombang pasang, air tidak meluap dan masuk pemukiman warga. Cara ini
perlu dilakukan oleh warga yang tinggal dipesisir pantai.
h. Vegetasi, menanam vegetasi dalam hal ini pohon, semak dan rumput dapat
membantu penyerapan air dan melindungi tanah dari erosi. Hal ini perlu dilakukan
khusus masyarakat dataran rendah.
i. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sebagian besar masyarakat dinegara
berkembang memiliki pengetahuan yang minim menegnai system drainase atau
saluran air. System drainase harus dijaga dengan baik, terbebas dari berbagai macam
sampah yang menyumbat dan menghalangi aliaran air. Dalam hal ini, masyarakat
perlu menerapkan sikap yang baik dalam mengelolah sampah. Setidaknya tidak
membuang sampah disembarang tempat. Sebab, hal ini sangat membantu
meminimalisir resiko terjadinya banjir beserta dampak yang ditimbulkan.
2. Penanggulangan dan pemulihan daya rusak sumber daya air
Upaya penanggulangan daya rusak air dapat dilakukan dengan mitigasi bencana.
Pemulihan akibat daya rusak air dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi
lingkungan hidup dan system sarana dan prasarana sumber daya air. Pemulihan menjadi
tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, pengelola sumber daya air, dan
masyarakat..
3. Koordinasi antara instansi terkait dengan masyrakat,
4. Perencanaan yang terpadu dan menyeluruh dalam pola/recana pengelolan sumber daya
air.
a. Bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesi dalam segala
bidang.
b. Bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung
menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelolah
dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras..
c. Bahwa pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antarsektor, dan antargenerasi
d. Bahwa sejalan dengan semangat demokrasi, desentrelisasi, dan keterbukaan dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu diberi
peran dalam pengelolaan sumber daya air,
e. Bahwa Undang-undang nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan sudah tidak sesuai
dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan masyarakat
sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru
f. Bahwa berdasarkan pertimbagan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e, perlu
dibentuk undang-undang tentang sumber daya air.
Khusus untuk pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional dan wilayah sungai lintas
negara, kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya air dirumuskan oleh Dewan Sumber Daya
Air Nasional/Wadah Koordinasi Sumber Daya Air Nasional dan ditetapkan oleh Menteri sebagai
pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas Negara, yang selanjutnya digunakan
sebagai bahan penyusunan perjanjian pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
negara dengan negara yang bersangkutan. Sementara pemerintah provinsi bertanggungjawab
serta membantu Balai Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota dalam membuat dan menetapkan
pola dan rencana serta pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota.
Sementara dalam hal pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, dilaksanakan oleh unit
kerja Balai Wilayah Sungai sesuai dengan keweangannya. Balai wilayah sungai mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang menjadi
tanggungjawabnya antara lain: perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan
dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak
sumber daya air pada: sungai, danau, waduk, bendungan dan tampungan air lainnya, irigasi, air
tanah, air baku, rawa, tambak dan pantai. Sebagai contoh: Wilayah sungai Bali-Penida untuk
Provinsi Bali merupakan wilayah sungai strategis nasional, yang mencakup Pulau Bali dan Pulau
Nusa Penida, yang merupakan satuan kerja dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya air di
Wilayah sungai Bali-Penida.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya dalam mengelola SDA secara terpadu di perlukan adanya 3 manajemen
yang harus dilakukan berjalan secara serasi dan berkelanjutan, yakni: Manajemen daerah aliran
sungai yang biasanya dilakukan oleh salah satu unit/instansi dalam Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup, Manajemen jaringan sumber daya air yang dilakukan oleh salah satu unit di
Kementerian PUPR dan Manajemen pemanfaatan sumber daya air yang dikelola oleh berbagai
unit/instansi yang memanfaatkan air sebagai air baku untuk produk selanjutnya. Lingkup
pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada dasarnya mencakup 3 (tiga) bidang yakni :
1. Konsumsi sumber daya air
2. Pendayagunaan sumber daya air dan
3. Pengendalian daya rusak air
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai daerah di negri kita,
misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalahbesar dan banyak memakan
korban. Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri,
misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar dihutan,maka terjadilah banjir, kemudian
adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka
jadilah banjir. Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanyasikap atau
prilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk menganggulangi
ketika terjadinya banjir adalah membuat rumahakrab banjir.
3.2 Saran
“Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak Terjadi Hal-hal yang Tidak
Diinginkan Semisal Banjir”. Jaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar
terhindardari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian yang
diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/KetutSwandana/makalah-banjir
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pengabdian_dir/fbb4415cd4e92f8976e0d4f40044396f.pdf
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/b005e_03._Modul_3_Pengelolaan_Sumber_Daya_Air_Terpa
du.pdf
file:///C:/Users/Acer.DESKTOP-5O4A285/Downloads/Documents/122-Article%20Text-453-1-
10-20171021.pdf