Anda di halaman 1dari 22

Makalah

MITIGASI BENCANA BANJIR ROB DI JAKARTA UTARA

OLEH

KELOMPOK IV:
1. LENI ARNI DWIMAWAN

(F1B1 11 063)

2. LA ODE SALEH ISA

(F1B1 11 060)

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta generasi
penerusnya hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara ini
disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Mitigasi Bencana Alam, Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo Kendari. Makalah ini berisi tentang
bentuk-bentuk mitigasi yang dilakukan oleh Masyarakat maupun Pemerintah dalam
mengurangi dampak atau risiko bencana angin puting beliung.
Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini mendapat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Abdul Manan, M.Si, selaku Dosen mata Kuliah Mitigasi Bencana Alam yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmunya kepada penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait dan yang paling penting adalah bermanfaat bagi masyarakat. Kritik dan Saran
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kendari, 28 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 4
2.1 Pengertian Banjir ...................................................................................... 4
2.2 Penyebab Terjadinya Banjir ..................................................................... 4
2.3 Dampak yang Ditimbulkan Banjir ........................................................... 5
2.4 Penanggulangan Banjir ............................................................................ 6
BAB III Pembahasan............................................................................................... 8
3.1 Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara ....................................................... 8
3.2 Mitigasi Bencana Banjir ........................................................................... 10
BAB IV Kesimpulan dan Saran .............................................................................. 18
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18
4.2 Saran ......................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 19

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki wilayah
teritorial luas, memiliki banyak gunung api aktif, terletak diantara dua lempengan
geologi besar yang selalu bergerak, memiliki dua musim yaitu musim penghujan
dan musim kemarau. Kondisi tersebut mempunyai sisi positif yaitu membawa
keuntungan seperti tanah yang subur, sumber daya manusia melimpah, sumber
daya air yang cukup dan kekayaan budaya, tetapi di samping itu juga mempunyai
sisi negatif yang membawa kerugian seperti seringnya terjadi bencana gunung
meletus, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kebakaran hutan, gelombang tsunami,
serta banjir rob (pasang).
Fenomena banjir rob terjadi hampir sepanjang tahun baik pada musim
kemarau maupun penghujan di sepanjang pesisir pantai. Hal ini menunjukan
terjadinya banjir rob tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat intensitas curah hujan
tetapi lebih dipengaruhi kepada gaya gravitasi bulan. Gaya gravitasi bulan inilah
yang menyebabkan terjadinya pasang surut air laut. Ketika bulan sedang purnama,
maka saat itulah terjadi pasang maksimal yang akan menyebabkan terjadinya
banjir rob. Selain itu juga karena pengaruh angin laut, angin yang dimaksud disini
adalah angin badai yang dapat menyebabkan air laut membanjiri daratan di
sekitarnya.
Fenomena banjir rob ini sering terjadi di daerah pesisir. Tidak hanya
pesisir-pesisir kota kecil tetapi pesisir ibukota pun juga ikut terkena banjir rob tiap
tahunnya, khususnya di daerah pesisir Jakarta Utara. Jakarta Utara merupakan
bagian dari ibukota yang mengalami perkembangan wilayah yang pesat setiap
tahunnya. Perkembangan serta pembangunan infrastruktur yang berbasis kota
megapolitan menyebabkan masyarakat berbondong-bondong untuk melakukan
urbanisasi sehingga terjadi kepadatan penduduk yang ekstrim di ibukota yang
ditandai dengan meningkatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat serta
meningkatnya aktivitas penduduk, yang mana secara tidak langsung hal ini

menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan memicu pengambilan


air tanah secara besar-besaran. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah di Jakarta, dan kenaikan air laut, sehingga menyebabkan
terjadinya banjir rob di daerah Jakarta utara.
Bencana banjir merupakan permasalahan umum terutama didaerah padat
penduduk pada kawasan perkotaan, daerah tepi pantai atau pesisir dan daerah
cekungan. Masalah banjir bukanlah masalah baru bagi Jakarta Utara, tetapi
merupakan masalah besar karena sudah terjadi sejak lama dan pada beberapa
tahun terakhir mulai merambah ke tengah kota. Hal tersebut terjadi karena adanya
faktor alam dan perilaku masyarakat terhadap alam dan lingkungan.
Terjadinya bencana ini membawa kerugian material dan non material yang
jumlahnya cukup besar baik itu berupa harta benda masyarakat maupun sarana
pelayanan publik milik pemerintah serta psikis masyarakat yang masih terguncang
akibat

banjir

rob.

Sehingga,

diperlukan

suatu

upaya

penyelenggaraan

penanggulangan bencana yang terencana. Oleh sebab itu, penulis hendak


membahas

mengenai

bencana banjir

rob

di

Jakarta Utara dan cara

penanggulangannya dalam makalah yang berjudul Mitigasi Bencana Banjir


Rob di Jakarta Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada makalah ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana bencana banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara ?
2. Bagaimana mitigasi bencana yang tepat untuk menanggulangi bencana banjir ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui bencana banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara
2. Mengetahui mitigasi bencana yang tepat untuk menanggulangi bencana banjir

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Membantu mahasiswa untuk mengetahui cara mitigasi bencana banjir
2. Memaparkan peran penting mitigasi bencana terhadap rantai kehidupan
masyarakat
3. Menjadi sarana pengetahuan tentang cara mitigasi bencana banjir bagi
mahasiswa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian banjir


Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika terdapat suatu aliran air
yang berlebihan merendam daratan.
Rob adalah istilah lain untuk menyebutkan banjir pasang-surut. Banjir rob
adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi
daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari
permukaan air laut.

Gambar 2.1 Banjir di Jakarta

2.2 Penyebab terjadinya banjir


Penyebab terjadinya banjir antara lain sebagai berikut:
a. Tingginya curah hujan di hulu sungai.
b. Hutan di hulu sungai banyak di tebangi, padahal hutan berfungsi sebagai
unsur hidrolis (penyimpan air) dan orologis (pengatur air) di musim
kemarau.
c. Berubahnya fungsi hutan dari hutan lindung menjadi hutan produksi.
d. Beralihnya fungsi hulu sungai dari kawasan resapan air menjadi kawasan
pemukiman.
e. Beralinya fungsi hulu dan aliran sungai menjadi areal perkebunan dan
pertanian.

f. Menyempitnya aliarn sungai akibat pembanguna yang bertambah ke arah


bagian tengah sungai.
g. Sungai yang semakin dangkal akibat kuatnya erosi yan di bawa oleh
sungai berupa material lumpur, pasir, kerikil, dan kayu hasil penebangan
liar.
h. Masyarakat banyak yang membuang sampah di sungai sehingga air sungai
terhambat dan terhalang oleh sampah yang menumpuk di sungai.

2.3 Dampak yang Ditimbulkan oleh Banjir


a. Primer
Kerusakan fisik: Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
b. Sekunder
1. Persediaan air: Kontaminasi air Air minum bersih mulai langka.
2. Penyakit: Kondisi tidak higienis Penyebaran penyakit bawaan air.
3. Pertanian dan persediaan makanan Kelangkaan hasil tani disebabkan
oleh kegagalan panen.
4. Pepohonan Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa
bernapas.
5. Transportasi Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat
kepada orang-orang yang membutuhkan.
c. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi: Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi
akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya
pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga,
dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir
air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi
kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air
banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang
curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan

peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan


merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di
dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang
semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu
juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit
predasi dan banyak nutrisi).

2.4 Penanggulangan banjir


Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas tiga tahap yang
meliputi tahap pra bencana, tahap tanggap darurat dan tahap pasca bencana.
Pelaksanaan kegiatan pada setiap tahap menganut prinsip-prinsip sebagai berikut
1. Tahap Pra Bencana
Dalam tahap pra bencana kegiatan mitigasi bencana dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan dalam bentuk penegakan hukum/peraturan
pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan fisik di lapangan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang terjadi bila ada bencana
seperti dengan mematuhi rencana tata ruang dan tata bangunan yang telah
ditetapkan. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat yang perlu ditempuh dalam menghadapi situasi darurat.
2. Tahap Tanggap Darurat
Dalam tahap tanggap darurat kegiatan mitigasi bencana, dukungan
yang diberikan dalam kegiatan evakuasi korban bencana adalah penyediaan
dan pengoperasian peralatan yang diperlukan untuk mendukung dan
memberikan akses bagi pelaksanaan kegiatan pencarian dan evakuasi korban
bencana beserta harta bendanya di lokasi dan keluar dari lokasi bencana.
Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat utamanya dilakukan untuk memulihkan
kondisi dan fungsi prasarana dan sarana yang rusak akibat bencana yang
bersifat darurat/sementara namun harus mampu mencapai tingkat pelayanan
minimal yang dibutuhkan, dan menyediakan berbagai sarana yang diperlukan
bagi perawatan dan penampungan sementara para pengungsi korban bencana.

3. Tahap Pasca Bencana


Dalam tahap pasca bencana kegiatan mitigasi bencana, kegiatan
rehabilitasi da rekonstruksi yang dilaksanakan harus diupayakan untuk
melibatkan peran serta masyarakat. Bantuan dari pemerintah diutamakan
berupa stimulan yang diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya
keswadayaan masyarakat. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi diutamakan
bagi prasarana dan sarana serta rumah bagi masyarakat yang tidak mampu
dengan pendekatan tridaya dalam pelaksanaannya (permukiman).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bencana Banjir Rob Jakarta Utara


Pesisir Jakarta Utara merupakan teluk yang landai. Kelandaian dasar laut
ini lama-kelamaan membentuk endapan-endapan yang menghambat aliran air
sungai menuju laut. Arus pasang kemudian merambat di daerah pantai yang
landai dan membuat genangan di wilayah pesisir. Sehingga pengaruh inilah yang
membuat pesisir Jakarta Utara selalu terkena banjir rob (pasang) setiap tahunnya.
Selain karena faktor tersebut, banjir rob dapat terjadi karena perubahan
tata guna lahan di pantai. Segala aktivitas manusia di daerah dataran dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan serta kemakmuran. Pembangunan infrastruktur terus
dikembangkan

baik

infrastruktur

transportasi,

permukiman,

perumahan,

komunikasi, sistem keairan dan lain-lain. Konsekuensi dari perkembangan


infrastruktur adalah perubahan tata guna lahan dari kondisi alam seperti hutan,
tanaman bakau dan tanaman lainnya menjadi kondisi buatan manusia untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Perubahan tata guna lahan lebih cenderung
merubah saja tanpa memperhitungkan dampaknya maka salah satu kerugian nyata
adalah kerugian banjir yang terus meningkat.
Kawasan pesisir utara Jakarta merupakan daerah yang rentan terhadap
perubahan garis pantai. Pengaruh perubahan tata guna lahan dan fenomena
kenaikan muka laut yang mengakibatkan perubahan garis pantai. Akibat
perubahan garis pantai ini sering terjadi bencana di wilayah pesisir, yang salah
satunya adalah kejadian banjir rob (pasang). Banjir rob (pasang) terjadi pada saat
kondisi pasang maksimum/tertinggi (High Water Level) menggenangi daerahdaerah yang lebih rendah dari muka laut rata-rata (mean sea level). Limpasan air
laut dengan bantuan gaya gravitasi akan mengalir menuju tempat-tempat rendah,
kemudian akan menggenangi daerah-daerah tersebut.
DKI Jakarta sebagai pusat kota dan perekonomian di Indonesia memiliki
garis pantai sepanjang 32 km di pesisir bagian utara serta 40 % daerah Jakarta
merupakan dataran rendah, maka wilayah pantai ini jelas terkena dampak banjir

rob (pasang). Terjadinya pembangunan di setiap titik wilayah Jakarta, seiring


dengan laju peningkatan kepadatan penduduk membuat daratan menjadi padat
dengan bangunan. Kondisi seperti ini menjadikan perubahan wilayah yang basah
menjadi daratan yang kering dengan melakukan pembangunan wilayah basah
tanpa melihat dampak yang akan terjadi. Wilayah- wilayah pesisir utara Jakarta
yang sering mengalami banjir rob (pasang) meliputi wilayah Muara Baru, Muara
Angke, Pluit, Marunda, dan Cilincing. Hampir sepanjang musim baik musim
hujan maupun kemarau daerah pesisir utara Jakarta ini selalu mengalami banjir
rob (pasang). Namun banjir rob (pasang) di kawasan pesisir Jakarta semakin
diperparah dengan adanya perubahan penggunaan lahan pada pesisir pantai yang
mengakibatkan perubahan garis pantai.
Jakarta Utara dengan penduduk sekitar 1,4 juta jiwa merupakan bagian
dari ibukota negara Indonesia yang letaknya sangat strategis sebagai simpul
transportasi regional. Sehingga Jakarta Utara mempunyai kelengkapan sarana
prasarana fisik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut
mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota berjalan dengan cepat. Seiring
dengan laju pembangunan Jakarta Utara, Pertumbuhan dan perkembangan kota
menyebabkan perubahan pada kondisi fisik kota, yaitu perubahan guna lahan. Hal
itu tentu saja menimbulkan permasalahan tersendiri pada Jakarta Utara. Semakin
besar suatu kota maka semakin besar atau komplek permasalahan yang
ditimbulkan dan dihadapinya. Jakarta Utara dalam beberapa tahun terakhir ini
menghadapi permasalahan yang cukup sulit, yaitu banjir.
Proses terjadinya banjir dikarenakan oleh faktor antroposentrik, faktor
alam dan faktor teknis. Faktor antroposentrik adalah aktivitas dan perilaku
manusia yang cenderung mengakibatkan luasan banjir semakin meningkatnya.
Beberapa faktor antroposentrik yang juga merupakan faktor non teknis penyebab
banjir pada Jakarta Utara, yaitu pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan,
misalnya terjadinya perubahan tata guna lahan pada daerahdaerah lindung seperti
daerah perbukitan dan daerah pegunungan sehingga menimbulkan problem
peningkatan runoff dan banjir kiriman. Sedangkan pembangunan ke arah pantai
dengan reklamasi menyebabkan luasan rawa menjadi berkurang sehingga

mengakibatkan luasan tampungan air sementara juga berkurang. Perkembangan


lahan terbangun suatu kota diakibatkan oleh jumlah penduduk dan kegiatankegiatan kota seperti perumahan, perkantoran, perdagangan, perindustrian dan
lain-lain sehingga meningkatkan kebutuhan terhadap air tanah. Kedua fenomena
tersebut menimbulkan kecenderungan perubahan daya dukung sumber daya air
tanah, sedangkan di pihak lain terjadi penurunan volume/debit pengisian kembali
air tanah. Selain itu pengambilan air tanah secara besar-besaran tanpa diimbangi
dengan pengisian kembali air tanah yang seimbang menyebabkan penurunan
muka air tanah. Penurunan muka air tanah akibat pemompaan air tanah yang
berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan pengisian kembali ini dapat
menyebabkan amblesnya permukaan tanah dan intruisi air laut (Asdak, 1995:
243,249). Terjadinya penurunan muka tanah ini mengakibatkan permukaan air
laut lebih tinggi dari permukaan tanah, kejadian ini dikenal dengan banjir pasang
air laut (rob).
Disamping itu perilaku dan aktivitas manusia yang menghasilkan gas
buang karbondioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil
dan chloroflourocarbon (CFC) dari kulkas, sprayer kemasan kaleng serta AC
dapat mengakibatkan terjadinya penipisan pada lapisan ozon, karena kedua gas
buang itu mengeluarkan atom yang dapat merusak molekul ozon di atmosfer.
Sehingga terjadi fenomena perubahan iklim yang ekstrim. Lapisan ozon
merupakan pelindung bumi dari pengaruh sinar matahari sehingga bila lapisan ini
menipis maka akan terjadi pemanasan global yang ditandai dengan meningkatnya
intensitas cahaya matahari sehingga terjadi peningkatan suhu di bumi yang
menyebabkan lapisan es di Kutub Utara dan di Antartika mencair. Akibatnya,
permukaan air laut global naik volumenya. naiknya permukaan air laut
menyebabkan sebagian pulau dan tempat rendah di permukaan bumi terendam
(Suara Merdeka, 2011).

3.2 Mitigasi Bencana Banjir


Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

10

kemampuan menghadapi ancaman bencana sesuai dengan Undang-undang No. 24


Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Pengelolaan bencana alam seperti banjir rob dapat dilakukan dengan
tindakan mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta
mitigasi aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik, contohnya
kerangka hukum/perundangan, insentif-disinsentif, pendidikan dan pelatihan,
peningkatan kesadaran masyarakat, Rencana Tata Ruang, pengembangan
kelembagaan, dan lain-lain. Sedangkan mitigasi aktif, merupakan suatu upaya
yang sifatnya fisik, seperti pembuatan bangunan waduk, tanggul, perkuatan
struktur bangunan, dan lain-lain.

Manajemen Bencana Banjir


Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga
kegiatan utama, yaitu:

Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, dan


kesiapsiagaan

Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue
(SAR), bantuan darurat dan pengungsian.

Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan dan rekonstruksi.

1. Kegiatan Pra Bencana


a. Pencegahan
Kegiatan pencegahan banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain sebagai berikut:

Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem


drainase,

Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau


mempersempit palung aliran sungai,

Tidak tinggal dalam bantaran sungai

11

Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal
hal lain diluar rencana peruntukkannya.

Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air,

Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan


dengan kaidahkaidah konservasi air dan tanah, dan ikut mengendalikan laju
urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.

b. Mitigasi
Mitigasi bencana banjir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mitigasi
sebelum, saat dan sesudah banjir.
Mitigasi Sebelum Terjadi Banjir
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebelum terjadinya bencana
banjir sebagai tahap kesiap-siagaan, diantaranya :

Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi
bencana banjir.

Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota


keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.

Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan


seperti: Makanan kering seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obatobatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api, kain
sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi tanda
pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor telepon
penting. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
-

Buat sumur resapan bila memungkinkan.

Tanam lebih banyak pohon besar.

Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.

Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir.

Membangun sistem peringatan dini banjir.

Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.

Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan


bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan.

12

Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.

Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.

Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga


daerah resapan air.

Mitigasi Saat Terjadi Banjir


Saat

terjadinya

banjir,

ada

beberapa

hal

yang

perlu

kita

waspadai/perhatikan, yaitu :

Jangan panik.

Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan bencana
banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak
henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk mengantisipasi halhal yang tidak diinginkan.

Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah
memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada
tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan untuk
evakuasi korban.

Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera
selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi.

Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa
mengapung sebisanya.

Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.

Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.

Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga tidak


rusak atau hilang terbawa banjir.

Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk
tindakan selanjutnya.

Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.

Terlibat dalam pendistribusian bantuan.

Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.

13

Mitigasi Sesudah Terjadi Banjir


Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana banjir,
antara lain:

Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi mereka yang


kehilangan tempat tinggalnya.

Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.

Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL).

Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan pemberantasan


penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan
makanan.

Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerja pada
saat terjadi banjir.

Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.

Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman misal


bangunan yang rusak atau pohon yang miring.

Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat


kamu yang memerlukan bantuan.

Mencari anggota keluarga.

Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan menyalakan
listrik kecuali telah dinyatakan aman.

Membersihkan lumpur

Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur
terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir
harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.

c. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir


Kesiapsiagaan terhadap bencana banjir dapat dikelompokkan kedalam
dua tahap yaitu sebagai berikut:

Tahap sebelum terjadi banjir


Kegiatan

yang

dilakukan

adalah

menghadapi ancaman bahaya banjir, meliputi:

14

meningkatkan

kesiapsiagaan

1. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi,


baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan dengan
masalah banjir;
2. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus;
3. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;
4. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan
tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana;
5. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir
dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan
berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat
agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya;
6. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;
7. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung
plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan
lain-lain),

dan

disediakan

pada

lokasi-lokasi

yang

diperkirakan

rawan/kritis;
8. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lainlain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktuwaktu mudah dimobilisasi;
9. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat,
perahu, pelampung, dan lain-lain.

Tahap Saat terjadi banjir


Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada:
1. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.
2. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)
3. Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.
4. Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada
dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.

15

5. Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:

Analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall runoff relationship),

Metode perambatan banjir (flood routing),

Metode lainnya.

6. Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian
informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi, telepon,
faximili, dan sarana lainnya.
7. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan,
dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan
berdasarkan informasi dari posko banjir.
2. Kegiatan Saat Terjadi Bencana
Tanggap Darurat
Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi
keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:

Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan, dana


dan bantuan darurat;

Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan bencana


banjir;

Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir yang


berada dalam kondisi kritis; dan

Mengevakuasi penduduk dan harta benda.

3. Kegiatan Pasca Bencana


a. Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta
lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:

16

Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya


air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang
ditimbulkan;

Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi,


rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air;
dan

Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana


banjir

b. Rekonstruksi
Rekonstruksi bencana banjir yang dilakukan antara lain sebagai
berikut:
1. Pembangunan kembali secara permanen prasarana dan sarana permukiman,
pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan, pendidikan dan lain-lain),
2. Pembangunan kembali prasarana dan sarana ekonomi (jaringan perhubungan,
air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lainlain),
3. Pembangunan kembali prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan lainlain.)

17

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Banjir Rob di Jakarta Utara terjadi karena beberapa factor yaitu; intensitas
curah hujan, topografi, jenis tanah, kenaikan muka air laut, perubahan tata
guna lahan, perubahan garis pantai, perubahan penggunaan lahan, penurunan
muka tanah, pertumbuhan dan perkembangan kota yang cepat dll.
2. Pengelolaan bencana alam seperti banjir rob dapat dilakukan dengan tindakan
mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta mitigasi
aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik. Sedangkan mitigasi
aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya fisik.
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan
utama, yaitu:
a. Kegiatan pra bencana.
b. Kegiatan saat terjadi bencana
c. Kegiatan pasca bencana

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan
masukan yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Daerah Jakarta.
Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganganan masalah
banjir seperti tindakan kesiap siagaan warga terhadap banjir datang, tindakan yang
seharusnya dilakukan di setiap rumah dalam mengatasi banjir datang, penyuluhan
tentang kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir
dan setelah banjir kepada seluruh warga jakarta.

18

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Prasarana sarana ke-pu-an


Kementerian Pekerjaan Umum.
Rangga, C.K. dan Supriharjo, R.D. 2011. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta
Utara. Jurnal Teknik Pomits. 2 (I): 25-30.
Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Yusuf, Yasin. 2005. Anatomi Banjir Kota Pantai. Surakarta: Pustaka Cakra
Surakarta
http://fajar18februari.blogspot.com/2014/05/mitigasi-bencana-banjir-robjakarta.html
http://balisafety.baliprov.go.id/
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2154828-jenis-jenis-banjir/
http://dhenirahman.net16.net/
http://dearakhmania.blog.com/2010/10/08/ciri-ciri-banjir/
www.scribd.com/.../PEDOMAN-Penanggulangan-Banjir2007-by-Bakornas

19

Anda mungkin juga menyukai