Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
cukup baik. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Geografi, dengan judul Penyebab dan Dampak Negatif dari Banjir serta
Cara Menanggulanginya. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu
untuk lebih peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan sehingga tidak
rawan terjadinya bencana banjir.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat
berguna bagi kita semua.

Serang, Desember 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................1
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................2
1.5 Kegunaan Masalah ................................................................................2
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3
2.1 Pengertian Banjir ....................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Banjir ...................................................................................3
2.3 Penyebab Terjadinya .............................................................................6
2.4 Dampak Negatif Banjir ...........................................................................7
2.5 Cara Mencegah Banjir ............................................................................7
2.6 Cara Penanggulangan Banjir ...............................................................10
BAB III PENUTUP ...........................................................................................13
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................13
3.2 Saran ....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat. Hampir seluruh negara di dunia mengalami
masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun.
Penyebab banjir biasanya dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi, permukan
tanah yang lebih rendah dibandingkan permukaan laut, pemukiman yang membangun
pada dataran sepanjang sungai atau kali, adanya sampah sehingga aliran sungai tidak
lancar.
Di saat sekarang ini masyarakat sudah tidak peduli lagi terhadap lingkungan hidup
tempat mereka tinggal. Hal ini telihat dari semakin sedikitnya masyarakat yang peduli
terhadap kelestarian lingkungan. Banyak masyarakat yang masih membuang sampah
sembarangan juga menggundulkan hutan. Merusak lingkungan atau mengeksploitasi
lingkungan secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Berdasarkan kondisi dan keadaan di lingkungan tersebut, kami menyusun makalah
ini agar masyarakat memiliki kesadaran tersendiri bahwa menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan itu sangat penting.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang dibahas dapat di
rumuskan sebagai berikut :
a.Apa pengertian banjir?
b.Apa penyebab banjir ?
c.Apa dampak banjir?
d.Bagaimana cara mencegah banjir?
e.Bagaimana cara menanggulangi banjir?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan makalah yang kami susun ini antaralain:
a. Untuk mengetahui penyebab banjir
b.Untuk mengetahui dampak dari banjir
c.Untuk mengetahui cara menanggulangi banjir
d.Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya banjir

1
1.4 Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, dalam membuat makalah
ini kamimempergunakan metode studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari
bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan
internasional yaitu internet.

1.5 Kegunaan Masalah


Hasil penulisan makalah ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
Segi kehidupan, warga sekitar yang terkena banjir saling bergotong royong
serta mendapatkan bantuan untuk meringankan beban korban. Bahkan bagi
pemulung banjir dimanfaatkan untuk mencari barang-barang yanghanyut.
Segi industri, banjir dimanfaatkan untuk membuang limbah.
Bagi relawan, banjir dimanfaatkan untuk mengabdi kepada yang
membutuhkan.
Bagi pemda setempat, banjir dimanfaatkan untuk berbagi komisi.
Bagi pemerintah pusat, banjir dimanfaatkan untuk tender mega proyek.

1.6 Sistematika Penulisan


Pada makalah ini akan dijelaskan, yang dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini
meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan , metode, kegunaan
penulisan, sampai terahir kepada sistematika penelitian.
Dilanjutkan dengan bab kedua, kami membahas secara keseluruhan tentang
masalah yang diangkat, yaitu tentang banjir.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian
ini, kami menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi
saran mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan agar tidak rawan terhadap
bencana banjir

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Banjir


Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul ji
ka air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan
oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan
yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah danmenyapu fondasinya. Air
banjir juga membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah
air surut.
Banjir merupakan hal yang rutin. Setiap tahun pasti datang. Banjir sebenarnya
merupakan fenomenakejadian alam biasa yang sering terjadi dan dihadapi hampir di
seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk
dalam urutan bencana besar karena memakan korban besar.

2.2 Jenis-jenis Banjir


Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir
dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
A. Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir sungai Citarum
Karawang, Jawa Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir sungai.
Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan
dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya,
sembilan kecamatan dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati
Karawang Dadang S. Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang
dinilai terlambat itu.
Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola
Waduk Ir. Juanda Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan
pelepasan/penggelontoran air waduk untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Citarum di Karawang dan di Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi untuk
mencegah meluasnya banjir.

3
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug dan
Bendung Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan Tarum
Timur untuk mengurangi debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang aliran sungai
yang meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Karawang Barat
(dengan 7.389 rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur
(3.576 rumah), Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya (250
rumah), Pakisjaya (1.533 rumah), Rengasdengklok (486 rumah), dan Klari (97 rumah).
Kecamatan terakhir yang ikut terendam banjir, sejak Rabu dini hari adalah Kecamatan
Jayakarta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang mencapai 817 hektar dan
tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9
ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan
Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100
hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas sawah
yang terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring meluasnya
genangan. Penambahan terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh menjelaskan, debit
yang dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga kapasitas maksimal, yakni 27 meter
kubik per detik ke Tarum Barat, 52,5 meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80
meter kubik per detik ke Tarum Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum
Timur dilakukan di Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di Bendung
Walahar.
Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat tinggi muka
air (TMA) bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada Rabu siang 108,27
meter di atas permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu
malam yang mencapai 108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter
dpl. Meski pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran induk telah
dioptimalkan, debit air yang mengalir ke hilir Citarum tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi mencapai 1.600 meter
kubik per detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan
sejumlah anak sungai membuat debit tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang.
Persawahan di kanan dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug,

4
Kecamatan Klari; Desa Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci, Kecamatan Ciampel,
mulai tergenang air pada Rabu pagi. Petani pun mempercepat panen untuk
menyelamatkan padi.
Sejumlah jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang sebelumnya
kering, seperti Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan
Rawagempol (Kecamatan Karawang Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di
beberapa kawasan perumahan, seperti Perum Karaba Indah, Galuh Mas, Sukaharja,
Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe Timur) juga mulai tergenang. Banjir juga
memicu kemacetan, terutama di akses menuju dan dari Pintu Tol Karawang Barat.

B. Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir danau
adalah banjir ketika melanda situ gintung pada tahun 2009.
Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09) sangat mengejutkan. Dengan
korban lebih dari 50 orang meninggal tentusaja ini sebuah bencana yang cukup serius
terjadi di dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan sementara yang ada
adalah keringkan saja danau ini, dan jangan dibendung lagi.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disana ada sebuah taman wisata yang
sangat bagus. Namun alasan sederhana dibawah barangkali perlu dipikirkan secara
saksama.

C. Banjir Laut pasang


Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Dibawah ini adalah
data dari contoh banjir laut pasang.
Air pasang kembali melanda kawasan Jakara Utara. Akibatnya beberapa ruas
jalan mengalami kemacetan dan tak jarang motor yang melintas pun akhirnya mogok.
Seperti dilansir situs TMC Polda Metro Jaya, Senin (12/1/2009) air pasang ini terdapat
di enam titik ruas jalan di antaranya, Jalan Martadinata Pos I dengan ketinggian air
mencapai 10 cm.
Kemudian, depan Pospol Volker setinggi 30 cm, Jalan Baru Ancol dengan
ketinggian air 20 cm, depan Alexis Pademangan setinggi 10 cm, dan Penjaringan
tepatnya Muara Baru Ujung setinggi 40 cm serta Teluk Gong setingi 30 cm.
Untuk di Penjaringan karena ketinggian air pasang cukup tinggi, akibatnya banyak
motor yang mogok ketika melintas, ujar petugas Satwil Jakut Aiptu Guntur.
Dia menambahkan saat ini walaupun terdapat air pasang, namun sejumlah arus lalu
lintas tidak sampai dialihkan oleh petugas.
Masih normal, hanya ketika melintas dititik -titik tersebut kendaraan berjalan harus
pelan -pelan karena situasi benar-benar padat , jelasnya. (ram)

5
2.3 Penyebab Terjadinya Banjir
Sering sekali terjadinya banjir dan hampir setiap kali hujan, maka pasti ada saja
daerah yang terkena banjir. Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai
berikut:
a). Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi
Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan dan terjadinya banjir adalah
penebangan hutan. Banyak tipe kayu yang digunakan untuk perabotan, lantai, dan
konstruksi diambil dari hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan
membeli produk kayu tertentu, orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara
langsung membantu perusakan hutan hujan.
Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang mengurangi
kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan sangat
merusak. Pohon-pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan
akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan
pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada hewan-
hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewan-hewan liar
seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.
Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan
yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang ditemukan
di hutan hujan utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat
bertahan hidup dengan berubahnya lingkungan sekitar.
Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di hutan hujan untuk
kayu bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu, praktek-praktek semacam itu
biasanya tidak terlalu merusak ekosistem. Bagaimanapun, saat ini wilayah dengan
populasi manusia yang besar, curamnya peningkatan jumlah orang yang menebangi
pohon di suatu wilayah hutan hujan bisa jadi sangat merusak. Sebagai contoh,
beberapa wilayah di hutan-hutan di sekitar kamp-kamp pengungsian di Afrika Tengah
(Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan seluruh pohonnya.

b). Pendangkalan sungai;


c). Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong
royong;

6
d). Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat;
e). Pembuatan tanggul yang kurang baik;
f). Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
2.4 Dampak Negatif Dari Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
a. Rusaknya areal pemukiman penduduk;
b. Sulitnya mendapatkan air bersih;
c. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk;
d. Rusaknya areal pertanian;
e. Timbulnya penyakit-penyakit;
f. Menghambat transportasi darat.

2.5 Cara Mencegah Banjir

Lubang Resapan Biopori


Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena yang kini terjadi di
beberapa daerah di negeri kita ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang selalu
khawatir akan datangnya banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air di musim
kemarau menjadi masalah yang serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal di daerah pinggiran
sungai. Namun jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun kini sudah tidak luput
dari banjir. Akhir-akhir ini, banjir tidak lagi terjadi di daerah pinggiran sungai saja,
namun banjir terjadi juga di daerah dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah
kehilangan fungsinya dalam menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan
dan pembangungan gedung dan perumahan yang tidak ramah lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat mengurangi banjir
tahunan, yaitu dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan tidak langsung
mengalir ke sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air pada akar
pepohonan akan berfungsi sebagai reservoir di musim kemarau.
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke sungai atau
ke jalanan juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang
sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan
mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang terbaik
untuk daerah perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi warganya

7
untuk membuat sumur resapan melalui SK Gubernur DKI nomor 17 Tahun 1992, yang
telah dijadikan Perda no. 17/1996, isinya mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur
resapan. Namun karena biaya pembuatan yang cukup mahal, maka kebanyakan
warga DKI tidak melaksanakan aturan perda tersebut. Itu salah satu sebab mengapa
banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi banjir
sangat memegang peranan penting. Kurangnya kepedulian warga dan lemahnya
peran pemerintahan menjalankan peraturan yang ada, memicu masalah banjir
semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta diharapkan
akan mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun pembangunan kanal
tersebut tidak menjamin bahwa banjir tidak akan terjadi. Kepedulian warga tetap
memegang peranan penting dalam mencegah banjir. Tanpa ada partisipasi
masyarakat secara luas, banjir sudah dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru dengan biaya cukup murah untuk mengatasi banjir ini adalah
dengan mebuat lubang resapan biopori didalam tanah. Biopori sendiri merupakan
pori-pori berbentuk lubang (terowongan ) yang terbentuk oleh aktivitas organisme
tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan menciptakan
rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan
terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka
kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat.
Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang
terjadinya aliran air di permukaan tanah. Dengan kata lain akan mengurangi banjir
yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal
kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti
sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput dan vegetasi lainnya.
Bahan organik ini melalui proses pengomposan, menjadi sumber energi bagi
organisme di dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang cukup, aktivitas
mereka didalam tanah akan meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas organisme
dalam tanah maka akan semakin banyak rongga-rongga biopori yang terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan
membuat sumur resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang cukup
besar. Lubang biopori bisa dibuat dimana saja seperti gedung perkantoran, taman

8
dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah terutama disekitar rumah yang berlahan
sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar parit. Dengan alat yang sederhana,
pembuatan lubang biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, peneliti dan dosen
Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB tahun 1976. Sebelum
disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah memakainya selama 20 tahun lebih di
lingkungan rumahnya.

Cara mebuat lubang resapan biopori.


Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam tanah dengan
diameter 10 cm dan dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang resapan ini bisa
dibuat halam rumah, didasar saluran air (got), batas antara tanam dan teras, atau
pada tanah lapang berumput, dimana ada genangan dan aliran air hujan. Alat
pembuat lubang biopori dapat di beli di kampusIPB dan juga di Toko Trubus terdekat,
seharga Rp. 175.000,-.
Agar pinggiran lubang tidak cepat rusak, bibir lubang diperkuat dengan
adonan semen selebar 2-3 cm dengan tinggi 10 cm, disekeliling mulut lubang agar
tidak cepat rusak terkikis. Atau memasang pipa paralon diamerter 12 cm di bagian
atasnya.
Masukan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-sisa tanaman, daun
yang terjatuh mengering, potongan rumput dan sampah vegatasi lainnya kedalam
lubang tersebut. Sampah organik ini memancing binatang-binatang kecil seperti
cacing atau rayap masuk kedalam lubang dan membuat rongga biopori sebagai
saluran-saluran kecil.
Sampah dalam lubang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk
melakukan kegiatannya melalui proses pengomposan. Sampah yang telah terurai
oleh microba ini dikenal sebagai kompos yang dapat dipergunakan sebagai pupuk
organik. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi
sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai alat pembuat kompos.
Tambahkan sampah organik kedalam lubang karena sampah lambat laun akan
menyusut. Setelah lubang dirasakan sudah penuh, kompos bisa diambil untuk
dijadikan pupuk tanaman. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan
dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman
hias, sayuran, buah-buahan dan jenis tanaman lainnya.

9
2.6 Cara Penanggulangan Banjir
Ketika banjir datang, selalu terjadi saling menuding tentang siapa yang salah.
Di lain pihak, para ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan pendapat tentang apa dan
mengapa terjadi banjir. Ketika banjir surut, perhatian akan banjir ikut surut pula.
Kemudian ribut-ribut lagi ketika musim berganti dan banjir datang berulang.
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir.
Pertama, memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan
belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir.
Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi sedang
populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai, mengeruk endapan
lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab melanda
permukiman warga.
Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari
warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun rumah-rumah
panggung setinggi di atas muka air banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir.
Pertama, metode struktur yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun
waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi
sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem polder, serta
pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan
(stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada political will dari pemerintah,
yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara hibrida, dengan
melaksanakan gabungan metode struktur dan nonstruktur secara simultan. Bahkan,
telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Namun, dalam implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan
pemerintah masih sangat sektoral, alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang.
Anggaran penanggulangan banjir metode struktur alias konstruksi teknik sipil lebih
besar dibandingkan dengan anggaran metode nonstruktur yang lebih berbasis
masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis
masyarakat tidak kalah pentingnya.

10
Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan
peta banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem
evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir,
peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir,
serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi,
pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke
sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung, peningkatan
kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan konservasi.

Rumah akrab banjir


Hingga dekade yang lalu, cita-cita para ahli banjir masih terus
mengumandangkan slogan "bebas banjir" dengan memaksakan teknologi untuk
melawan banjir, antara lain sodetan, tanggul sungai, bendungan, dan sebagainya.
Namun, dalam diskusi dan publikasi mutakhir tentang manajemen bencana banjir,
terjadi perubahan paradigma. Di Vietnam, khususnya warga yang hidup di DAS
Mekong, yang semula bermimpi untuk bebas dari banjir (free from flood), akhirnya
memutuskan hidup bersama banjir [living with flood), antara lain dengan mengubah
rumah-rumah mereka menjadi rumah panggung.
Saat ini, banyak institusi penelitian yang melakukan penelitian konsep rumah
akrab banjir, salah satunya Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
(Puskim), di Jalan Pa-nvaungan. Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung. Ada yang unik
dari desain rumah akrab banjir kreasi peneliti Puskim ini, bukan berupa rumah
panggung, tetapi rumah apung, yang bisa naik turun sesuai ketinggian banjir. Apa pun
desainnya, sebaiknya kreasi para peneliti ini segera diimplentasikan di daerah rawan
banjir bekerja sama dengan dunia usaha.
Mengajak masyarakat membangun rumah panggung merupakan tantangan
tersendiri, selain perlu uang ekstra untuk rekonstruksi rumah, juga perlu sosialisasi
membiasakan diri hidup di rumah panggung. Namun, cara hidup akrab bersama banjir
seperti ini relatif lebih murah dan berkelanjutan dibandingkan dengan cara relokasi
maupun penerapan metode teknologi penanggulangan banjir yang belum tentu
berhasil.
Tentunya komitmen hidup akrab bersama banjir, tetap dilandasi semangat
tidak melanggar peraturan yang berlaku. Misalnya Perda Provinsi Jawa Barat Nomor
2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang mengamanatkan perlunya

11
perlindungan terhadap sempadan sungai untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai serta mengamankan
aliran sungai. Salah satu kriteria sempadan sungai disebutkan, sekurang-kurangnya
tiga puluh meter dihitung dari tepi sungai untuk sungai yang tidak bertanggul.
Penanggulangan banjir memang kompleks, apalagi masyarakat tidak diajak berperan,
jadi memang pantas ada sindiran bahwa sejak tiga dekade lalu telah sejuta rencana,
tetapi penanggulangan banjir belum juga berhasil.

Rincian Cara Menanggulangi Banjir


1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan
selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi
tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di
dekat sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal
nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan
perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya merusak lingkungan. Itu sebabnya
pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang
orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau
untuk menetap.
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon
adalah salah satu penopang kehidupan di suatu kota. Banyangkan, bila sebuah kota
tidak memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai
penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan
melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi pohon, bisa dibayangkan apa yang
akan terjadi bila hujan tiba.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi di berbagai daerah di
negeri kita, misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah besar
dan banyak memakan korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia
sendiri, misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar di hutan, maka terjadilah
banjir, kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga
mengakibatkan aliran air tersumbat, maka terjadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau
perilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk
menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.

3.2 SARAN

Saran dari penyusun adalah Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak
Terjadi Hal-hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir.
Lingkungan ini adalah lingkungan kita yang penting untuk dijaga kebersihan dan
kelestariannya untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Jaga kebersihan dan kelestarian lingkungan juga merupakan kewajiban bagi kita agar
terhindar dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti
kematian yang diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.

13
DAFTAR PUSTAKA

A, Ritonga. 2001. Lingkungan Hidup. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.


Brown, L.R. 1992. Penanggulangan Banjir. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Darmawijaya, Isa. 1990. Bencana Banjir. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Situs Web
http://www.google.co.id/search?hl=id = banjir+laut+pasang =UTF (24 Januari 2013)
http://yuliee.wordpress.com/2010/02/20/pengertian-banjir/ (24 Januari 2013)
http://www.g-excess.com/499/pengetahuan-penyebab-banjir/ (24 Januari 2013)
http://pinrangword.blogspot.com/2012/08/cara-mencegah-banjir.html (24 Januari
2013)
http://blogger-indonessia.blogspot.com/2012/01/cara-mengatasi-banjir-html
(24 Januari 2013)
http://solusibsjirindonesia.wordpress.com/2012/04/28/jenis-jenis-banjir/
(24 Januari 2013)
http://etijaulighani.blogspot.com/2012/10/pengertian-penyebab-dampakaidan-
cara.html (24 Januari 2013)

14

Anda mungkin juga menyukai