“TSUNAMI”
KELOMPOK 5 :
MOHAMMAD NAUFAL G 17511031
HARISTIO NUGRAHA 17511032
RIZKY ANDRIAN 17511033
RIAWAN IPUD 17511035
YULIA KARTIKA D 17511036
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan
presentasi dan pembuatan makalah ini dengan lancar dan sebagaimana
mestinya.
Kami menyadari bahwa makalah dan presentasi kelompok kami jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Tsunami.......................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Tsunami.......................................................................... 4
2.3 Penyebab Tsunami........................................................................... 5
2.3. 1 Gempa Bumi yang berpusat di bawah laut........................ 5
2.3. 2 Letusan gunung berapi...................................................... 5
2.3. 3 Longsor bawah laut........................................................... 6
2.3. 4 Hantaman Meteor di laut................................................... 6
2.4 Gejala Tsunami................................................................................ 6
2.5 Sistem Peringatan Dini………………………………………………… 6
2.6 Rambatan Tsunami.......................................................................... 8
2.7 Karakteristik Tsunami....................................................................... 8
2.8 Skema Terjadinya Tsunami.............................................................. 9
2.9 Dampak Tsunami….......................................................................... 10
2.10 Mitigasi Tsunami............................................................................... 10
2.10. 1 Penilaian Bahaya (Hazard Assesment).............................. 11
2.10. 2 Peringatan (Warning).......................................................... 12
2.10. 3 Persiapan............................................................................ 14
2.10. 4 Penelitian............................................................................ 16
2.11 Menghadapi Tsunami........................................................................ 17
2.11. 1 Persiapan Menghadapi Tsunami....................................... 17
2.11. 2 Cara Penanggulangan Tsunami........................................ 17
2.11. 3 Upaya Penyelamatan Diri saat Tsunami............................ 18
2.12 Data Historis Tsunami........................................................................ 19
Bab III Penutup
3. 1 Kesimpulan........................................................................................ 20
3. 2 Saran ................................................................................................ 20
3. 3 Penutup............................................................................................. 20
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Bab II
Pembahasan
4
2.3 Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya
tsunami ini adalah:
5
2.3.3 Longsor bawah laut.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan
pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic
submarine landslide.
6
pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang
mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan
lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian
dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Cara Kerja
7
Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan
Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio
Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan
melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa
meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif
hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu,
kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat
lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk.
Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia).
Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu
tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan
percepatan gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa
setara dengan kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal
lautnya, kecepatan tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya.
Artinya, jika kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya
beberapa puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan
tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai
puluhan meter.
8
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1. Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami
dipantulkan oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti
periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan
antara 1 – 2 meter.
2. Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai,
disini berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika
kecepatannya berkurang maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya
berkurang dan mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan
tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.
9
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.
10
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat
diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam
untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting
tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3)
persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya
yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian
yang terkait (tsunami-related research).
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk
setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi
populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini
membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas
kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai.
Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu
kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit
memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan.
Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat
penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan
dan persiapan.
1. Data rekaman tsunami (Historical tsunami data)
Rekaman data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat.
Format yang ada mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan
lapangan, pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu
instansi riset penyimpan data terbesar adalah International Tsunami Information
Center di Honolulu, Hawaii.
2. Data paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah
pesisir dan bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab
gempabumi tsunamigenik.
3. Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa
tsunami yang baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan
saksi mata mengenai jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan
gelombang mana yang terbesar.
11
4. Pemodelan numerik
Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan
daerah potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat
dimulai dari skenario terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta
evakuasi tsunami dan prosedurnya.
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya
tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data
gempabumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka airlaut untuk
konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan berbagai
saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan
untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah
pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang
tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya
– bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan diterima
secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat
secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data
gempabumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan
untuk dapat secara cepat mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik
potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk
memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi
tanggungjawabnya.
1.1 Data seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui
kulit bumi – dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya
gempabumi, dan kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan
informasi tersebut, statistik likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan
secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang
(18-22 sec/cycle) menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi.
Seismometer skala luas — broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula
dipergunakan untuk kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen seismik
yang sangat berguna untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.
12
1.2 Data Muka Air Laut
Pengukur variasi muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat
penting dalam sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi
secara cepat tentang kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa
gempabumi, untuk mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi
tingkat bahaya, dan menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu.
Gauges kadangkala merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika
data seismik tidak mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh gempabumi.
Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di
dekat sumber tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami
telah terbentuk atau tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka
harus pula diletakkan diantara sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk
memonitor perkembangannya dan membantu memprediksi dampaknya. Untuk
tsunami lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai untuk memperoleh
konfirmasi tercepat dan untuk evaluasi.
2. Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif.
Data seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan
dapat dipercaya oleh penerima.
13
2.1 Akses data real time
Data seismik dan perubahan muka airlaut supaya berguna haruslah dapat
diterima secara cepat real atau very near real time. Banyak teknik komunikasi yang
bisa dipergunakan, seperti radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit.
2.10.3 Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.
Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi
tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus
mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tanpa kedua
pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya tsunami. Tingkat
kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis
persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas
vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit
berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang
tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan
breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat
lokal, karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan
fasilitas yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk
peringatan formal dan disertai gempabumi, sementara tsunami distan mungkin
memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba.
Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario
tersebut.
14
segera dan secepatnya kearah darat atau ke arah dataran tinggi karena gelombang
tsunami dapat menghantam dalam hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi
bahaya yang disebabkan oleh gempabumi seperti tanah longsor, runtuhnya bangunan
dan jembatan yang mungkin menghambat usaha mereka dalam menyelamatkan diri.
Untuk itu diperlukan sekali kepedulian publik dan pendidikan tentang tsunami dan
kemungkinan bahaya yang mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan resmi
tentang zona bahaya dan rute evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi
pendidikan publik adalah pemahaman tentang bahaya tsunami dan dimana
kemungkinan banjir tsunami tersebut terjadi.
2. Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan
tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi bahaya.
2.1 Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila ikut memperhitungkan
bahasa dan budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan, hubungan masyarakat
dengan kekuasaan, dan pengalaman tsunami masa lalu.
2.2 Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana
alam, dan pembuat kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan
harus memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami.
15
Sebab tsunami, baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu,
sehingga orang-orang kunci tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap
fenomena yang menjadi dasar keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang
harus dilakukan ketika bahaya tersebut menimpa.
4. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat
sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur
dapat dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu
bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini
menolong mengurangi sifat penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu
bangunan seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai
yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang dapat
hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi
dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut
seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau
mengurangi tekanan tsunami.
2.10.4 Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait
dengan tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang
menyelidiki bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak
bahaya tsunami, atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi
penilaian bahaya. Penelitian juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik
sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Penelitian
juga memberikan panduan perencanaan tata ruang dalam zona inundasi potensial.
16
2.11 Menghadapi Tsunami
17
logistik yang diperlukan.
Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan
puladengan
tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah
ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-
teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-
teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
18
2.12 Data Historis Tsunami
15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu
pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh
159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern,
Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh
gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah
tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan
banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua
orang
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6
skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang
dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan
Hawaii,menjadi tsunami yang cukup besar.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di
Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh
orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat
menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa
akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di
Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi
3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar
karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan
tsunami yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang
yang terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan
kota Ciamis
2007 –12 September, Bengkulu,Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggia tsunami 3-4 m.
2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
11 maret 2011, Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4
kilometer di sebelah pantai timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46
WIB atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di
dunia.
19
Bab III
Penutup
3. 1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor,
meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi
tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah
terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.
3. 2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari
pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang
bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman
jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan
darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-
barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau
obat-obatan.
3. 3 Penutup
20
Daftar Pustaka
21