Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR MANAJEMEN KEBENCANAAN

“TSUNAMI”

KELOMPOK 5 :
 MOHAMMAD NAUFAL G 17511031
 HARISTIO NUGRAHA 17511032
 RIZKY ANDRIAN 17511033
 RIAWAN IPUD 17511035
 YULIA KARTIKA D 17511036

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan
presentasi dan pembuatan makalah ini dengan lancar dan sebagaimana
mestinya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar


Manajemen Kebencanaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai bencana tsunami.

Kami menyadari bahwa makalah dan presentasi kelompok kami jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Dengan terlaksananya presentasi dan makalah ini, maka kami berharap


telah memenuhi tugas Pengantar Manajemen Kebencanaan dan
mendapatkan nilai yang baik. Serta bermanfaat bagi teman-teman
sekalian.

Yogyakarta, Maret 2018

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Tsunami.......................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Tsunami.......................................................................... 4
2.3 Penyebab Tsunami........................................................................... 5
2.3. 1 Gempa Bumi yang berpusat di bawah laut........................ 5
2.3. 2 Letusan gunung berapi...................................................... 5
2.3. 3 Longsor bawah laut........................................................... 6
2.3. 4 Hantaman Meteor di laut................................................... 6
2.4 Gejala Tsunami................................................................................ 6
2.5 Sistem Peringatan Dini………………………………………………… 6
2.6 Rambatan Tsunami.......................................................................... 8
2.7 Karakteristik Tsunami....................................................................... 8
2.8 Skema Terjadinya Tsunami.............................................................. 9
2.9 Dampak Tsunami….......................................................................... 10
2.10 Mitigasi Tsunami............................................................................... 10
2.10. 1 Penilaian Bahaya (Hazard Assesment).............................. 11
2.10. 2 Peringatan (Warning).......................................................... 12
2.10. 3 Persiapan............................................................................ 14
2.10. 4 Penelitian............................................................................ 16
2.11 Menghadapi Tsunami........................................................................ 17
2.11. 1 Persiapan Menghadapi Tsunami....................................... 17
2.11. 2 Cara Penanggulangan Tsunami........................................ 17
2.11. 3 Upaya Penyelamatan Diri saat Tsunami............................ 18
2.12 Data Historis Tsunami........................................................................ 19
Bab III Penutup
3. 1 Kesimpulan........................................................................................ 20
3. 2 Saran ................................................................................................ 20
3. 3 Penutup............................................................................................. 20
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara


harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat
di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau
hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga
yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian
dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena
hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus
dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik".
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan tsunami?
b. Apa tipe-tipe tsunami?
c. Apa penyebab dari bencana tsunami?
d. Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?
e. Bagaimana poses terjadinya tsunami?
f. Apa akibat dari bencana tsunami?
g. Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?
h. Dimana saja kawasan yang pernah terjadi bencana tsunami?

3
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Tsunami

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan


kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang
terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut
dengan kedalaman7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam.
Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi
gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang
berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan gelombang
laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100
km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar
antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau muara
sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat
puluhan meter dan bersifat merusak.

2.2 Jenis-Jenis Tsunami

1. Tsunami Jarak Dekat


Terjadi sekitar { 0-30 menit Setelah Gempa Bumi terjadi }
Gempa Bumi yang menyebabkan Tsunami ini sangat terasa oleh Orang orang yang
ada di daerah tersebut. Lokasinya sejauh 200 km

2. Tsunami Jarak Menengah


Terjadi sekitar { 30 menit-2 jam Gempa Bumi terjadi }
Gempa Bumi yang menyebabkan Tsunami ini tidak terlalu besar. Tetapi banyak
Bangunan yang hancur. Sebelum Tsunami, Air laut surut Tiba Tiba dan di ikuti getaran
yang sangat besar. Lokasinya sejauh 200-1.000 km

3. Tsunami Jarak Jauh


Terjadi sekitar { 2 jam lebih dari Gempa Bumi tersebut }
Gempa Bumi yang menyebabkan Tsunami ini tidak terasa gempa yang sangat kuat.
Tetapi hanya merasakan sedikit saja. Lokasinya sejauh Lebih dari 1.000 km

4
2.3 Penyebab tsunami

Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya
tsunami ini adalah:

2.3.1 Gempa bumi yang berpusat di bawah laut


Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi
menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya
tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:

Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.


Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).

Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang


yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan
yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat
memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan
vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab
yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut.
Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah
permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami.
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal
dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara
vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang
disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk
menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng
kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.

2.3.2 Letusan Gunung Berapi


Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa
akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah
akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung
Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu
terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara
kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus
mewaspadai ancaman ini.

5
2.3.3 Longsor bawah laut.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan
pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic
submarine landslide.

2.3.4 Hantaman Meteor di Laut


Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya
tsunami.

2.4 Gejala Tsunami


Diawali dengan gempa bumi.
Air laut tiba-tiba surut
Bau garam menyengat
Langit tampak berwarna hitam
Terjadi ledakan yang dahsyat

2.5 Sistem Peringatan DIni

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,


mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani
kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi
di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui
perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang
mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak
dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang
pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami
pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih
dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23
Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun
1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada
tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST
Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS,
NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik
universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun
proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari
sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung.
Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi
gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di

6
pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang
mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan
lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian
dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Sistem peringatan dini di Indonesia

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah


mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami
Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG
mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan
tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem
ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak
pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional,
lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara
Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung
jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG
(Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat
mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa
terjadi.

Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:


1. Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2. Peramalan,
3. Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
4. Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

Cara Kerja

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian


sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional,
nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian)
dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan
INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data
gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut
berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario
modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan
INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data
dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk
memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk.

7
Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan
Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio
Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan
melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa
meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif
hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu,
kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat
lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk.
Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia).
Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu
tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.

2.6 Rambatan Tsunami

Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada


kedalaman laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per
jam atau setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya
hanya sekitar 1 meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai,
kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya
bisa mencapai puluhan meter. Ini sebabnya banyak orang yang sedang berlayar di laut
dalam tak menyadari adanya tsunami. kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh
tsunami.

2.7 Karakteristik Tsunami

a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan
percepatan gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa
setara dengan kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal
lautnya, kecepatan tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya.
Artinya, jika kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya
beberapa puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan
tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai
puluhan meter.

8
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :

1. Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami
dipantulkan oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti
periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan
antara 1 – 2 meter.

2. Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai,
disini berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika
kecepatannya berkurang maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya
berkurang dan mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan
tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.

2.8 Skema Terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan


sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada
di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai
di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat
mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi
penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa
beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.

9
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.

2.9 Dampak Tsunami

Dampak Positif dari bencana tsunami :


1. Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi
terbuka luas bagi yang masih hidup
2. Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk
menolong korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu
saling membutuhkan satu sama lain.
3. Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya, dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan
apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih
baik.

Dampak Negatif dari bencana tsunami


1. Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan
mengakibatkan korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
2. Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi
tenaga ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaannya.
3. Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana,
karena faktor dana yang besar.
4. Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang
kehilangan harta benda.

2.10 Mitigasi Tsunami

Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi


kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak
dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat
didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”

10
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat
diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam
untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting
tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3)
persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya
yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian
yang terkait (tsunami-related research).

2.10.1 Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)

Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk
setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi
populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini
membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas
kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai.
Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu
kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit
memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan.
Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat
penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan
dan persiapan.
1. Data rekaman tsunami (Historical tsunami data)
Rekaman data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat.
Format yang ada mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan
lapangan, pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu
instansi riset penyimpan data terbesar adalah International Tsunami Information
Center di Honolulu, Hawaii.
2. Data paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah
pesisir dan bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab
gempabumi tsunamigenik.
3. Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa
tsunami yang baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan
saksi mata mengenai jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan
gelombang mana yang terbesar.

11
4. Pemodelan numerik
Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan
daerah potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat
dimulai dari skenario terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta
evakuasi tsunami dan prosedurnya.

2.10.2 Peringatan (warning)

Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya
tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data
gempabumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka airlaut untuk
konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan berbagai
saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan
untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah
pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang
tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya
– bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan diterima
secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat
secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data
gempabumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan
untuk dapat secara cepat mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik
potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk
memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi
tanggungjawabnya.
1.1 Data seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui
kulit bumi – dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya
gempabumi, dan kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan
informasi tersebut, statistik likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan
secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang
(18-22 sec/cycle) menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi.
Seismometer skala luas — broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula
dipergunakan untuk kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen seismik
yang sangat berguna untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.

12
1.2 Data Muka Air Laut
Pengukur variasi muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat
penting dalam sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi
secara cepat tentang kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa
gempabumi, untuk mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi
tingkat bahaya, dan menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu.
Gauges kadangkala merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika
data seismik tidak mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh gempabumi.
Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di
dekat sumber tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami
telah terbentuk atau tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka
harus pula diletakkan diantara sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk
memonitor perkembangannya dan membantu memprediksi dampaknya. Untuk
tsunami lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai untuk memperoleh
konfirmasi tercepat dan untuk evaluasi.

1.3 Data rekaman tsunami dan gempa bumi


Pusat peringatan membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami
dan gempabumi untuk membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu
lokasi dapat menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi
daerah tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk
mengetahui bila zona subduksi pada suatu daerah pernah mengalami gempabumi
berskala 8 tetapi tidak pernah menghasilkan tsunami. Juga sangat berguna untuk
mengetahui karakteristik rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang berbahaya
dan yang tidak berbahaya pada suatu daerah.

1.4 Data model numeric


Dewasa ini, pusat peringatan mulai mempergunakan data dari model numerik
untuk memberikan panduan dalam prediksi tingkat bahaya tsunami berdasarkan
parameter gempabumi dan data muka airlaut tertentu

1.5 Data lainnya


Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data
letusan gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.

2. Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif.
Data seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan
dapat dipercaya oleh penerima.

13
2.1 Akses data real time
Data seismik dan perubahan muka airlaut supaya berguna haruslah dapat
diterima secara cepat real atau very near real time. Banyak teknik komunikasi yang
bisa dipergunakan, seperti radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit.

2.2 Penyebaran pesan


Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya
sebagaimana mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara
cepat dilakukan melalui Global Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical
Fixed Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara
konvensional melalui e-mail, telpon atau fax.

2.10.3 Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.
Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi
tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus
mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tanpa kedua
pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya tsunami. Tingkat
kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis
persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas
vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit
berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang
tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan
breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.

1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat
lokal, karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan
fasilitas yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk
peringatan formal dan disertai gempabumi, sementara tsunami distan mungkin
memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba.
Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario
tersebut.

1.1 Evakuasi untuk tsunami local


Ketika tsunami lokal terjadi, satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah
goncangan gempabumi, atau suatu kondisi yang tidak biasa pada tubuh airlaut.
Masyarakat harus mampu mengenali tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah

14
segera dan secepatnya kearah darat atau ke arah dataran tinggi karena gelombang
tsunami dapat menghantam dalam hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi
bahaya yang disebabkan oleh gempabumi seperti tanah longsor, runtuhnya bangunan
dan jembatan yang mungkin menghambat usaha mereka dalam menyelamatkan diri.
Untuk itu diperlukan sekali kepedulian publik dan pendidikan tentang tsunami dan
kemungkinan bahaya yang mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan resmi
tentang zona bahaya dan rute evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi
pendidikan publik adalah pemahaman tentang bahaya tsunami dan dimana
kemungkinan banjir tsunami tersebut terjadi.

1.2 Evakuasi untuk tsunami distan


Pada kasus tsunami distan, pihak yang berwenang masih memiliki waktu yang
cukup untuk mengorganisir evakuasi. Mengikuti peringatan dari pusat peringatan
bahwa tsunami telah terbentuk dan waktu kedatangan gelombang pertama telah
diketahui, pihak yang berwenang membuat keputusan tentang apakah evakusi
diperlukan. Keputusan ini didasarkan kepada data rekaman atau model tentang
ancaman dari sumber tsunami dan panduan lebih lanjut dari pusat peringatan tentang
pergerakan tsunami. Masyarakat diinformasikan tentang bahaya yang mengancam,
dan diinstruksikan tentang bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi. Badan-
badan pelayanan masyarakat seperti polisi, pemadam kebakaran dan tentara,
difungsikan untuk membantu kelancaran pengungsian. Zona evakuasi dan rute
pengungsian harus ditentukan secara aman, masyarakat harus cukup diberi
pengarahan tentang bahaya tsunami dan prosedur evakuasi, sehingga mereka tidak
tetap berada di tempat tinggal ketika tsunami datang atau telah kembali ketika
ancaman masih belum berakhir. Evakuasi yang tidak perlu harus dikurangi untuk
menjaga kepercayaan publik terhadap sistem.

2. Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan
tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi bahaya.
2.1 Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila ikut memperhitungkan
bahasa dan budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan, hubungan masyarakat
dengan kekuasaan, dan pengalaman tsunami masa lalu.
2.2 Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana
alam, dan pembuat kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan
harus memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami.

15
Sebab tsunami, baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu,
sehingga orang-orang kunci tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap
fenomena yang menjadi dasar keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang
harus dilakukan ketika bahaya tersebut menimpa.

3. Tata guna lahan


Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang
rawan tsunami berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk menghentikan
pembangunan, sebaiknya dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas umum pada
zona rawan bencana tsunami, seperti sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah
sakit yang memiliki arti penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi.
Sebagai tambahan, hotel dan penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang
sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan keamanan kepada para
tamunya.

4. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat
sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur
dapat dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu
bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini
menolong mengurangi sifat penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu
bangunan seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai
yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang dapat
hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi
dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut
seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau
mengurangi tekanan tsunami.

2.10.4 Penelitian

Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait
dengan tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang
menyelidiki bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak
bahaya tsunami, atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi
penilaian bahaya. Penelitian juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik
sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Penelitian
juga memberikan panduan perencanaan tata ruang dalam zona inundasi potensial.

16
2.11 Menghadapi Tsunami

2.11.1 Persiapan Menghadapi Tsunami

Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah


Indonesia, Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang
beresiko. Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang beresiko
terkena Tsunami.
Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel, dan carilah
pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang ditunjuk
setelah peringatan dikeluarkan.
Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa
(ransel punggung), di dekat pintu.
Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas
penyebaran informasi tentang tsunami.
Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu dan
mencari jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti rute
dan tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan
dibawa.
Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat
evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama.
Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar dan
cari tempat yang tinggi dan aman.
Setelah Terjadi Tsunami, Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang
terkena air mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan panggil
bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah
tidak memungkinkan.
Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum kembali
ke rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah tempat
tinggal yang bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.

2.11.2 Cara penanggulangan Tsunami

Adapun cara yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami adalah :


Melaksanakan evakuasi secara intensif.
Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian

17
logistik yang diperlukan.
Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan
puladengan
tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.

2.11.3 Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami

Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah
ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-
teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-
teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.

18
2.12 Data Historis Tsunami

15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu
pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh
159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern,
Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh
gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah
tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan
banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua
orang
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6
skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang
dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan
Hawaii,menjadi tsunami yang cukup besar.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di
Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh
orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat
menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa
akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di
Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi
3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar
karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan
tsunami yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang
yang terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan
kota Ciamis
2007 –12 September, Bengkulu,Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggia tsunami 3-4 m.
2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
11 maret 2011, Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4
kilometer di sebelah pantai timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46
WIB atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di
dunia.

19
Bab III
Penutup

3. 1 Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor,
meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi
tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah
terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.

3. 2 Saran

Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari
pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang
bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman
jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan
darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-
barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau
obat-obatan.

3. 3 Penutup

Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Ucapan


terima kasih tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan kepada kami sehingga terlaksananya pembuatan makalah dan presentasi
ini. Serta kepada teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
kessalahan serta kekurangan dalam makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas
Pendidikan Lingkungan Hidup, Semoga makalah ini dapat menjadi acuan,
pertimbangan, serta motivasi dan koreksi bagi kegiatan selanjutnya.

20
Daftar Pustaka

Diakses pada tanggal 12 Maret 2018


http://psb-psma.org/
Diakses pada tanggal 12 Maret 2018
http://ariatmancool.blogspot.com/2010/11/makalah-tentang-tsunami.html
http://cahyocenok.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-tsunami.html
http://alhiedjamal.wordpress.com/2012/11/05/makalah-tsunami/
http://makalahtsunami.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami/
Diakses pada tanggal 14 Maret 2018
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/artikel-tsunami.html/
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0/
http://www.anneahira.com/proses-tsunami.htm/
http://harytami3.wordpress.com/2009/03/05/tsunami-penyebab-dan akibatnya/
http://www.anneahira.com/penyebab-terjadinya-tsunami.htm
http://dwiwidiyastoto.blogspot.com/2010/03/penyebab-dan-cara-
penanggulangan.html
http://community.um.ac.id/showthread.php?53079-Mekanisme-Tsunami
http://gugling.com/kenali-ciri-ciri-tsunami.html/
Diakses pada tanggal 15 Maret 2018
http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/rwnbanjir/bencana2006/00ge
mpatsunami15562006.htm
Diakses pada tanggal 15 Maret 2018
http://putunaghbali.blogspot.com/2012/04/dampak-positif-dan-dampak-negatif-
dari.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai