Anda di halaman 1dari 16

BENCANA TANAH LONGSOR

KELOMPOK 3 :
• Qurotul Aini
• Kurniawan Putra
• Rammiana Tumangger
• Astia Rohma Safitri
• Aulia Rohmatusoliha
• Sutini
BENCANA TANAH LONGSOR

 Bencana merupakan suatu fenomena yang tidak dapat


dihindari begitu saja oleh manusia.
 Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu
peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah , bergerak ke
bawah atau keluar lereng.
 Fenomena tersebut dapat terjadi setiap saat, secara tiba-tiba
atau melalui proses yang berlangsung secara perlahan.
TANDA UTAMA TERJADINYA TANAH
LONGSOR

 Munculnya retakan vertikal pada tebing.


 Munculnya air tanah secara tiba-tiba.
 Air sumur di sekitar tebing menjadi keruh.
 Adanya longsoran batu-batu kecil.
PENYEBAB TERJADI TANAH LONGSOR

 Intensitas curah hujan yang tinggi


 Lereng yang terjal
 Tanah yang kurang padat dan tebal, tanah yang biasanya
memiliki potensi lebih tinggi terjadinya longsor adalah jenis
tanah lempu atau tanah liat yang memiliki jenis tanah yang
kurang padat dengan ketebalan lebih dari 2,5 M
 Batuan yang kurang kuat, batuan yang mudah menjadi tanah
karena proses pelapukan umumnya akan rentan terhadap
tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal
 Jenis tata lahan, tanah longsor banyak terjadi di daerah tata
lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di
lereng yang terjal
 Getaran, biasanya bila terjadi bila ada gempa bumi, ledakan,
getaran mesin, dan lalu lintas kendaraan
LANJUTAN

 Susut muka air danau atau bendungan


 Adanya beban tambahan pada lereng
 Pengikisan/erosi, banyak terjadi bila aliran air sungai ke arah
tebing
 Adanya material timbunan pada tebing
 Bekas longsoran yang lama
 Penggundulan hutan
 Daerah pembuangan sampah
MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR

 Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan


pemukiman dan fasilitas utama lainnya
 Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air
tanah.
 Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
 Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada
teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan
air ke dalam tanah.
 Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat. Melakukan
pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah
rawan longsor.
 Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock
fall).
LANJUTAN..

 Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk


secara cepat ke dalam tanah.
 Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari
bahaya liquefaction (infeksi cairan).
 Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
 Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman yang
memiliki akar kuat, banyak dan dalam (seperti nangka, durian,
pete, kaliandra dan sebagainya).
 Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan
tanah yang tidak stabil (tanah gerak).
 Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
 Waspada ketika curah hujan tinggi. Jangan menggunduli hutan
dan menebang pohon sembarangan
KESIAPSIAGAAN BENCANA LONGSOR

Rencanakan pengembangan system


peringatan dini daerah rawan longsor
Hindari membuat percetakan sawah batu atau
kolam pada lereng yang terjal sehingga
mengakibatkan tanah mudah bergerak
Hindari melakukan penggalian pada daerah
bawah lerang terjal yang akan menggangu
kestabilan lereng sehingga mudah longsor
Memeriksa keadaan tanah secara berkala
Mengukur tingkat kederasan hujan yanga turun
LANJUTAN

Buat jalur evakuasi dan titik kumpul di daerah yang rawan


longsor
Melakukan pelatihan simulasi bencana secara berkala pada
daerah yang rawan terjadi bencana tanah longsor
Penyebarluasan informasi bencana Gerakan tanah melalui
berbagai media dan cara
PRINGATAN DINI

early warning system (EWS) longsor yang harus dipasang di daerah


risiko tinggi terhadap bencana longsor.
EWS longsor adalah salah satu komponen mitigasi bencana longsor.
Menurutnya, kecenderungan peristiwa longsor itu terjadi saat tengah
malam dan bisa juga terjadi beberapa jam setelah hujan berhenti.
Dengan begitu EWS longsor akan membantu kewaspadaan
masyarakat terhadap ancaman longsor.
LIPI Wireless Sensor Network for Landslide Monitoring (Wiseland)
yang memiliki keunggulan dapat menjangkau daerah pemantauan
yang luas, menyajikan data dalam waktu nyata dengan akurasi tinggi
serta memiliki power supply menggunakan panel surya dan lithium.
Prinsipnya sensor yang merekam pergerakan lereng akan langsung
mendorong alarm/sirine berbunyi sehingga pemilik rumah bisa
langsung waspada. (Personal Wiseland ini bisa dipasang di lereng-
lereng belakang rumah).
TANGGAP DARURAT

 Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana


terjadi. Kegiatan pada tahap tanggap darurat yang secara
umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
1.Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
2.Jangan panik.
3.Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam
kondisi selamat.
4.Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa
barang-barang apa pun.
5.Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.
BANTUAN DARURAT

• Mendirikan pos komando bantuan


• Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana
Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi
bantuan yang lain.
• Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos
kesehatan dan pos koordinasi.
• Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
• Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos
pengungsian.
• Membantu petugas medis untuk pengobatan dan
mengelompokan korban.
• Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
PEMULIHAN (RECOVERY)

 Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan


kondisi lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana
seperti pada mulanya.
pemulihan lahan. Kementerian Pertanian agar dapat
menyiapkan dukungan benih tanaman, pembibitan, dan
distribusi untuk penghijauan termasuk penyediaan bibit-bibit
tanaman produktif yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat sekitar.
menyiapkan lahan untuk relokasi.relokasi akan dilakukan untuk
rumah warga yang terkategori rusak berat maupun ringan dan
membangun fasilitas umum dan ruang terbuka hijau.
pemulihan sarana prasarana.
REHABILITASI (REHABILITATION)

• Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya
korban bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah
bencana.
• Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
• Melakukan rencana tata ruang dan wil ayah (RTRW) berdasarkan analisis
resiko bencana.
• Melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat kepada sumber mata pencarian
yang tidak aman dan rawan bahaya.
• Meningkatkan kemampuan masyarakat pada pasca bencana untuk
membangun kembali dan memperbaiki rumah, gedung dan bangunan
sejenisnya yang memenuhi standar teknis tata bangunan (arsitektur)
dengan mempertimbangkan potensi resiko bencana yang telah ditetapkan
lembaga berwenang serta sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah
(RTRW).
REKONSTRUKSI

Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan


jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya.
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).

 Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-bangunan).

 Vegetasi kembali lereng-lereng.

 Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi


hunian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai