Anda di halaman 1dari 160

i

SKRIPSI

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DALAM ASPEK


SANITASI LINGKUNGAN DI KELURAHAN KATIMBANG
KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
TAHUN 2019

FARID MUSLIM
K111 14 090

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ii
iii
iv
v

RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN
Makassar, Mei 2019
FARID MUSLIM
“Penanggulangan Bencana Banjir dalam Aspek Sanitasi Lingkungan di
Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanya Kota Makassar Tahun 2019”
(xiii + 106 + 9 Tabel + 10 gambar + Lampiran)
Bencana banjir adalah salah satu bencana yang sering terjadi di wilayah
Indonesia dan menyebabkan dampak bagi masyarakat khususnya penyakit berbasis
lingkungan. Sehingga perlu penanggulangan bencana yang efektif dan efisien mulai
dari pra bencana, saat bencana, hingga pasca bencana.Penelitiaan ini bertujuan
untuk mengetahui bentuk kegiatan penanggulangan bencana banjir dalam aspek
sanitasi lingkungan.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu mix methode. Penentuan informan
menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh informan sebanyak 10
orang untuk data kualitatif, 132 untuk data kuantitatif serta 5 sampel eksperimen
untuk memperkuat data kuantitatif. Pengumpulan data berupa wawancara
mendalam dan observasi. Keabsahan data dilakukan triangulasi data, triangulasi
sumber dan triangulasi situasi. Analisis data menggunakan content analysis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penanggulangan bencana banjir yang
dilakukan di kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar telah
di laksanakan oleh berbagai pihak khususnya BPBD Kota Makassar, Pemerintah
Kecamatan dan Kelurahan, serta warga masyarakat. Akan tetapi kegiatan
penanggulangan bencana yang dilakukan masih umum dan hanya sedikit kegiatan
dalam aspek sanitasi lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada
elemen-elemen terkait beserta masyarakat untuk melakukan kegiatan
penanggulangan bencana yang lebih menyeluruh, kegiatan-kegiatan yang di
khususkan dalam aspek sanitasi lingkungan perlu di maksimalkan agar risiko
bancana banjir dapat di kurangi.

Kata kunci :Banjir, penanggulangan bencana, lingkungan

v
vi

Kata Pengantar

Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT. Sang pemilik kehidupan,

pencipta alam semesta yang senantiasa memberikan nikmat sehingga kita masih

dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Tak lupa pula kita kirimkan salawat dan

salam kepada junjungan Nabi besar kita, Muhammad SAW. Sang revolusioner sejati

yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang-

benderang.

Rasa syukur yang tak henti-hentinya penulis ucapkan atas terselesaikannya

Skripsi yang berjudul “Penanggulangan Bencana Banjir dalam Aspek Sanitasi

Lingkungan di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanya Kota Makassar

Tahun 2019” sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Universitas Hasanuddin.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan memberikan dukungan materi maupun moril selama

penyusunan Skripsi ini. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis, Ibu Suriati , Ibu

jumiati, S,Pd, Ibu Pasuloi, Bapak Surnallah dan Bapak Arifuddin serta Pembimbing

Skripsi penulis Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel., M.Kes. Selaku pembimbing 1

dan dr. Makmur Selomo, MS. Selaku pembimbing 2 yang dengan tulus ikhlas

meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam memberikan bimbingan kepada

penulis sejak awal hingga pada hasil penelitian ini.

Selanjutnya peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

vi
vii

1. Fajaruddin Natsir, SKM., M.Kes. dan Indra Dwinata, SKM., M.Kes selaku

penguji yang telah banyak memberikan masukan demi penyempurnaan tulisan

ini.

2. Ibu Dr. Erniwati Ibrahim, SKM., M.Kes., sebagai Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan, dan seluruh dosen Kesehatan Lingkungan terimakasih atas ilmu

dan pengetahuan yang diberikan, serta staf kak Tika dan kak Misra untuk segala

dukungan dan bantuannya.

3. Kasi Kesiap-siagaan BPBD Kota Makassar yang telah meluangkan waktunya

dan kesediaannya untuk menjadi informan saya.

4. Pimpinan Kecamatan Biringkanya dan Kelurahan Katimbang yang telah

membantu dan meluangkan waktunya untuk menjadi informan dalam penelitian

ini.

5. Seluruh perwakilan setiap RW di kelurahan Katimbang yang bersedia menjadi

informan saya.

6. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing akademik yang selalu

memberikan motivasi dan membantu dalam urusan akademik penulis.

7. Teman-teman Angkatan 2012 (Vampir) yang selalu berjuang bersama dari

pertama kali penulis menginjakkan kaki di FKM Unhas.

8. Teman-teman lembaga kemahasiswaan FKM Unhas (BEM, MAPERWA dan

Mahkamah Mahasiswa) yang senangtiasa memberikan semangat kepada

penulis.

vii
viii

9. Nur Rafiqa Sukri, Puput Putri, Waode Ri’aayatun Hajrah, Syanisah Honora, dan

Nurul Rida Ainun yang telah membantu penelitian hingga pengadaan draft

penulis.

10. Teman-teman KM FKM Unhas yang senangtiasa memberikan semangat kepada

penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan namanya

satu persatu. Semoga Allah SWT membalasnya dengan hal yang lebih baik.

Amin.

Sebab daya dan upaya yang penulis miliki pun asal hanya dari-Nya.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari khilaf, penulis menyadari bahwa

hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

memohon maaf, serta dengan kerendahan hati menerima kritik dan saran yang

membangun dari pembaca.

Demikianlah, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi siapa pun yang

membacanya dan khususnya bagi penulis.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 14 Mei 2019

Penulis

viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI......................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................. iv
RINGKASAN ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAT ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Banjir ................................................................... 11
B. Tinjauan Umum Tentang Penanggungalangan Bencana............................. 16
C. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan ........................................... 24
D. Kerangka Teori .............................................................................................. 45
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ............................................................ 46
B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 48
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................................. 49
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 52
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 52
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 53
D. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 56

ix
x

E. Pengumpulan Data ......................................................................................... 56


F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 56
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 58
H. Pengolahan Data ............................................................................................ 59
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................................ 60
B. Pembahasan .................................................................................................... 84
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 100
B. Saran ............................................................................................................ 101
TINJAUAN PUSTAKA
LAMPIRAN

x
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 karakteristik informan untuk Penanggulangan Bencana Banjir di


Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun
2019............................................................................................................ 61
Tabel 5.2 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori sumber air bersih
di kelurahan Katimbang kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. ...... 76
Tabel 5.3 Hasil Pengkurangan Sampel Air Sumur di Kelurahan Katimbang
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar................................................ 77
Tabel 5.4 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori proses
pengelolaan sampah di kelurahan Katimbang kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar ........................................................................................... 79
Tabel 5.5 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori kondisi tempat
sampah setelah banjir di kelurahan Katimbang kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar. .......................................................................................... 80
Tabel 5.6 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori pembuangan air
limbah di kelurahan Katimbang kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar .................................................................................................... 81
Tabel 5.7 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori kondisi SPAL
setelah banjir di kelurahan Katimbang kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. ................................................................................................... 82
Tabel 5.8 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori banyaknya
nyamuk yang di rasakan di kelurahan Katimbang kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar ................................................................... 83
Tabel 5.9 Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori ada atau tidaknya
genangan air di sekitar rumah di kelurahan Katimbang kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. .................................................................. 83

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Penanggulangan Bencana .......................................................... 20


Gambar 2.2 Kerangka Teori ...................................................................................... 45
Gambar 3.1 Kerangka Konsep................................................................................... 48
Gambar 5.1 wawancara bersama Kasi kesiapsiagaan BPBD kota Makassar ......... 65
Gambar 5.2 wawancara bersama Kasi pemerintahan Kelurahan Katimbang ........ 67
Gambar 5.3 wawancara bersama ketua RT 02 RW 01 ............................................ 72
Gambar 5.4 Titik pengambilan sampel air sumur pada Kelurahan Katimbang
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ............................................ 77
Gambar 5.5 kondisi tempat sampah yang ada di RW 6 dan RW 1 Kelurahan
Katimbang .............................................................................................. 80
Gambar 5.6 selokan yang tertutupi oleh pasir dan selokan yang telah dapat di
gunakan kembali. ................................................................................... 82
Gambar 5.7 genangan air yang terdapat di RW 07 .................................................. 84

xii
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informan correct


Lampiran 2. Pedoman wawancara
Lampiran 3. Kuesioner kondisi sanitasi lingkungan
Lampiran 4. Hasil pengukuran sampel air bersih oleh BTKL-PP
Lampiran 5. Matrix informan
Lampiran 6. Persuratan
Lampiran 7. Riwayat Hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan wilayah teritorial yang sangat

rawan terhadap bencana alam karena secara geografis terletak di daerah

khatulistiwa, di antara dua benua dan dua samudrea, dan berada pada pertemuan

tiga lempeng tektonik utama dunia. Sebagai daerah rawan bencana, pemerintah

Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam mengantisipasi

terjadinya bencana sebelum atau setelah terjadinya bencana yakni pencegahan,

mitigasi, kesiapsiapan, tanggap darurat, dan pemulihan pasca bencana.

Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam hal menanggulangi

bencana, BNPB pun dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun

2008 tentang Badan Penangg ulangan Bencana. Pembentukan BNPB merupakan

realisasi Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun

2007 tentang Pemerintah membentuk Badan Nasional Penaggulangan Bencana.

Indonesia telah berada dalam daftar Negara yang paling berpotensi

bencana. Data yang diperhitungkan oleh United nations international strategy

for Disaster Reduction (UNISDR) yang diteliti mulai dari tahun 1977 sampai

2009 menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat sembilan dunia yang

beresiko bencana. Hal ini didapat dari resiko bencana yang dialami oleh suatu

negara serta dengan pertimbangan kemampuan negara dalam menanggulangi

bencana tersebut tetapi masyarakat dapat melihat sendiri begitu banyaknya

1
2

bencana yang telah terjadi dalam Negara Indonesia yang beresiko sangat tinggi

seperti kerusakan bangunan infrastruktur, kematian serta perekonomian

melemah akibat bencana yang timbul (Kodoatie & Sjarief, 2009).

Di dunia, benua asia adalah benua dengan kejadian bencana tertinggi. Cina

adalah negara yang paling terkena dampak bencana dengan 25 peristiwa 15

banjir atau tanah longsor dan 6 badai. Dalam hal dampak manusia, India

menyaksikan beban tertinggi bencana alam pada tahun 2017 dengan hampir

2.300 kematian dan 22,5 juta orang terkena dampak (sebagian besar oleh banjir

dan badai). Secara keseluruhan, tingginya angka kematian dan jumlah orang

yang terkena dampaknya berkorelasi dengan populasi negara itu, serta

kerugianekonomi yang berkorelasi dengan PDB, menyoroti beban bencana di

pulau-pulau kecil pada tahun 2017 (Crunch, 2018).

Negara barat pun mengalami hal yang sama, dalam penelitian Antony

berjudul Environmental exposures due to natural disasters pada tahun 2016 di

Amerika Serikat melaporkan selama 100 tahun terakhir era industrialisasi dan

setelah terjadi bencana, banyak bahan kimia terkubur di sedimen sungai, muara

dan pesisir sehingga hal tersebut mempengaruhi kondisi sanitasi lingkungan.

Seharusnya dilakukan pananggulangan bencana yang baik pada tahap

rehabilitasi sehingga tidak ada bahan kimia yang tertinggal pada lingkungan

setelah bencana terjadi.

Masalah bencana juga terjadi di Negara tetangga tepatnya di Malaysia,

fenomena bencana banjir semakin meningkat dan berdampak pada korban di

daerah rawan banjir tetapi pemerintah di Malaysia juga melakukan


3

penanggulangan bencana. penanggunlangan bencana di Malaysia berdasarkan

pedoman sudah memiliki kesiapan bencana pada tahap sebelum, selama dan

setelah bencana. Faktanya, kebijakan bantuan bencana tidak memuaskan dalam

hal menilai efektivitas implementasinya untuk mendapatkan persepsi korban itu

sendiri. Dalam studi ini menunjukkan bahwa di Malaysia, sebuah studi mengenai

evaluasi efektivitas implementasi kebijakan selama dan pasca bencana yang

mempengaruhi korban banjir dilaksanakan dengan kurang maksimal (Shafiai,

2016).

Kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek yang diperhatikan

ketika terjadi bencana dan juga merupakan aspek dari kesehatan masyarakat

yang menitik beratkan kepada lingkungan kehidupan disekitar manusia yang

mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah kesehatan adalah

suatu masalah yang sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah-

masalah lainnya diluar kesehatan itu sendiri. Perkembangan epidemiologi

menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan

wabah, bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit (Mulia,

2005).

Setelah banjir biasanya muncul banyak penyakit. Bahaya bakteri e-coli

dan leptospira cenderung meningkat pascabanjir besar. Tidak hanya penyakit

kulit yang mengancam kesehatan para korban banjir, namun juga beberapa

penyakit lainnya. Mengingat tingginya frekuensi hujan dan potensi banjir di

berbagai wilayah Indonesia yang berefek pada sanitasi masyarakat yang dapat
4

menyebabkan masalah kesehatan maka upaya preventif dan kuratif untuk

meminimalisir risiko kesehatan dan lingkungan akibat banjir perlu dilakukan.

Keadaan darurat banjir, seperti yang terjadi di Nepal antara 11 Agustus

dan 12 Agustus 2017, ketika hujan deras menyebabkan banjir besar di 21 distrik

yang berbatasan dengan India. Pada 16 Agustus 2017, 75.000 rumah telah

terkena dampak dan 123 orang telah terbunuh. Hal yang sangat tersoroti adalah

pentingnya fondasi kesehatan masyarakat yaitu air, sanitasi, dan kebersihan.

Tanpa upaya cepat, terkoordinasi, dan berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi

air, sanitasi, dan kebersihan di Nepal, jumlah nyawa yang hilang karena penyakit

mungkin lebih banyak daripada yang hilang selama banjir (Gautam, 2017).

Negara ASEAN tepatnya Kamboja, proses pemindahan, sanitasi yang

buruk, dan kontak dengan air yang terkontaminasi kemungkinan berkontribusi

pada peningkatan kunjungan untuk infeksi pernapasan akut, infeksi kulit, dan

diare yang diamati tiga bulan setelah timbulnya banjir. Air banjir dapat merusak

sistem pembuangan limbah dan mencemari pasokan air, menghambat praktik

kebersihan atau sanitasi dasar dan meningkatkan risiko penularan penyakit fecal-

oral yang ditularkan melalui air. Tempat penampungan yang menampung para

pengungsi dapat menumbuhkan penularan penyakit menular. Ini adalah faktor

risiko di Kamboja juga, di mana hanya 24% dari populasi menggunakan

persediaan air yang dikelola dengan aman dan 28.500 rumah dicatat sebagai

rusak atau hancur oleh banjir antara tahun 1996 dan 2013. Menurut Global

Burden of Disease, prevalensi demam berdarah di Kamboja pada 2008 adalah

sekitar 101 kasus per 100.000 orang dan sebuah studi baru-baru ini mengenai
5

demam berdarah di Kamboja utara menemukan tingkat kejadian di atas 1.800

kasus per 100.000 populasi (Saulnier, Hanson, Ir, Alvesson, & Schreeb, 2018).

Di Indonesia tepatnya di Jakarta adalah daerah yang terjadi banjir setiap

tahunnya karena intensitas hujan yang sangat tinggi kemudian mengakibatkan

banjir. Pada tahun 2018 telah dilakukan penelitian terhadap penanggulangan

bencana yang dilakukan oleh BPBD provinsi DKI Jakarta yang menunjukan

bahwa BPBD melakukan tahapan sesuai dengan Undang-undang. Pada tahapan

pra bencana BPBD melakukan tahapan kesiagaan, peringatan dini, dan mitigasi.

Saat bencana BPBD melakukan tanggap darurat dan penanggulangan bencana.

BPBD juga melakukan tahapan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana

banjir. Tetapi masih di temukan kendala-kendala dilapangan yang menyebabkan

tidak maksimalnya kegiatan penanggulangan bencana, khususnya di bidang

sanitasi lingkungan (Wahyuda, 2018).

Penanggulangan bencana di Bengkulu dilakukan dengan adanya

pemantauan terhadap kawasan bencana banjir, pembuatan peta rawan bencana,

pelatihan kesigapan personil satgas BPBD Kota Bengkulu, sosialisasi yang rutin,

pembentukan posko bencana banjir, penanganan darurat bencana banjir melalui

satgas BPBD Kota Bengkulu, sarana dan prasarana serta peralatan yang

digunakan dalam penanganan bencana banjir, pelaksanaan koordinasi dan

konfirmasi dari BPBD kepada masyarakat di Kota Bengkulu, pelaksanaan

rehabilitasi bangunan lama, pelaksanaan rekontruksi pada bangunan baru. Tetapi

kesimpulan dalam penelitian ini ialah penanggulangan bencana banjir oleh

BPBD Kota Bengkulu belum berjalan dengan maksimal, masih terdapat


6

permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tersebut. Hal ini

ditandai dengan pencegahan bencana banjir, penanganan darurat bencana banjir,

rehabilitasi dan rekontruksi bencana banjir masih banyak ditemukan

permasalahan (Pratama, 2017).

Kabupaten Barru provinsi Sulawesi selatan menjadi daerah di Indonesia

yang terkena bencana banjir pada tanggal 28 Desember 2018. Enam dari tujuh

kecamatan yang ada di Kabupaten Barru diterjang banjir akibat tingginya curah

hujan kecamatan Balusu adalah yang terparah. Selain merusak dan menggenangi

puluhan rumah warga, banjir juga menimbulkan korban jiwa. Satu orang

dinyatakan tewas karena terbawa arus air banjir di Pacciro, Kecamatan Balusu,

Kabupaten Barru.

Berdasarkan laporan dari BNPB dan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru

tanggap darurat bencana di laksanakan selama lima hari sejak 28 desember 2018.

Banjir yang melanda Kabupaten Barru berimbas pada terjadinya penyakit seperti

ISPA dan diare serta tercemarnya air sumur warga di wilayah terdampak banjir

yang cukup parah.

BMKG Sulawesi selatan mencatat di Sulawesi selatan dalam kurung

waktu dua hari tercatat hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat. Pada

tanggal 21 januari 2019 tercatat curah hujan di Panaikang 122 mm, maros 133

mm, Hasanuddin 197 mm, Gowa 101mm, Paotere 84mm. Sehingga

menyebabkan bencana banjir. Laporan dari BMKG Efek dari banjir

menyebabkan masalah kesehatan, lingkungan, bahkan korban jiwa dengan tujuh

korban tewas sementara itu, lebih dari 3000 orang mengungsi. Kota Makassar,
7

Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Jeneponto menjadi tiga

wilayah terdampak paling parah akibat banjir tersebut. BPBD, Tim SAR,

TNI/Polri, PMI hingga Tagana langsung terjun untuk mengevakuasi warga dari

lokasi yang terkena bencana banjir. Status tanggap darurat pun masih akan

diberlakukan selama 14 hari. Namun status tersebut dapat diperpanjang

menyesuaikan situasi di lapangan.

Di kota Makassar juga terjadi hujan dengan intensitas yang cukup lebat

yang mengakibakan banjir di daerah rawan bencana banjir yaitu di beberapa titik

di kota Makassar. Empat kecamatan terparah yaitu Kecamatan Mangala,

Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, dan Kecamatan Panakukang.

Banjir tahun ini adalah yang terparah dari tiga tahun terakhir. Salah satu

kelurahan yang menjadi daerah terkena banjir adalah kelurarahan Katimbang,

kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Banjir di beberapa titik di Kelurahan

Katimbang mencapai 100 meter dan membuat banyak warga mengungsi

meninggalkan ruamhnya untuk sementara akibat dampak dari banjir yang di

alami di lingkungan rumahnya.

Tribun Timur melaporkan, Kelurahan Katimbang adalah kelurahan

terparah yang terkena dampak banjir. Posko siaga sudah di siagakan di

Kompleks Kodam III. BPBD sudah membuka dapur umum dan layanan

kesehatan dibantu dari PMI Kota Makassar. Pihak kelurahan melaporkan, sekitar

400 lebih rumah terendam banjir. Rumah yang terendam banjir berada di RW 06

dengan tiga RT masing-masing RT 01, 03 dan 04. Rumah yang terendam banjir

yang lebih parah di RT 03 dengan ketinggian air lebih satu meter atau sebatas
8

perut orang dewasa. Berdasarkan rilis dari Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar meramalkan ancaman hujan deras dan

angin kencang masih terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, termasuk

Makassar hingga 7 Februari 2017.

Kejadian bencana besar di Indonesia diikuti dengan pengungsian

menimbulkan dapat masalah kesehatan yang berawal dari kurangnya air bersih

dan berakibat pada buruknya kebersihan diri, serta buruknya sanitasi lingkungan

yang dapat menyebabkan pengembangan beberapa jenis penyakit menular dan

perkembang biakan vektor. Pasca bencana banjir dapat timbul berbagai macam

penyakit seperti penyakit menular seperti diare, disentri, dan typhus.

Masalah utama kesehatan lingkungan pada penanggulangan banjir masih

terfokus pada penyediaan air bersih, dan pembuangan kotoran yang dapat

menimbulkan berbagai jenis penyakit karena keadaan lingkungan yang buruk

akan menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit yang kemudian

menyerang manusia yang hidup di lingkungan tersebut.

Untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak berkepanjangan maka

dilakukan upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit dengan melakukan

penanggulangan bencana yang efektif dan efeisen mulai dari pra bencana, saat

bencana, hingga pasca bencana. pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama

melakukan kegiatan penanggulangan bencana banjir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

yang akan diteliti yaitu bagaimana penanggulangan bencana banjir dalam aspek
9

sanitasi lingkungan di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar tahun 2019 sehingga dapat menghasilkan saran dan data untuk

penanggulangan bencana yang lebih baik.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana penanggulangan bencana banjir dalam aspek sanitasi lingkungan

di Kelurahan Katimbang di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun

2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penanggulangan bencana khususnya pra bencana banjir di

Kelurahan Katimbang di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

Tahun 2019.

b. Mengetahui penanggulangan bencana khususnya saat bencana banjir di

Kelurahan Katimbang di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

Tahun 2019.

c. Mengetahui penanggulangan bencana khususnya pasca bencana banjir

di Kelurahan Katimbang di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

Tahun 2019.

d. Mengetahui Kondisi sanitasi lingkungan pasca bencana banjir di

Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanya Kota Makassar Tahun

2019.
10

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi, bahan bacaan, sumber kajian ilmiah, yang dapat menambah

wawasan pengetahuan dan sebagai sarana bagi peneliti selanjutnya di

bidang kesehatan masyarakat, khususnya mengenai kondisi lingkungan dan

penanggulangan banjir.

2. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga dan

menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar khusunya Departemen

Kesehatan Lingkungan.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi, bahan bacaan, sumber kajian ilmiah, yang dapat menambah

wawasan pengetahuan dan sebagai sarana bagi masyarakat untuk

mengambil sikap dan tindakan yang tepat terhadap permasalahan yang

dihadapi.

4. Manfaat bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan bagi pemerintah dalam mengelolah daerahnya.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Banjir

1. Pengertian

Banjir dalam pengertian umum adalah debit aliran air sungai dalam

jumlahyang tinggi, atau debit aliran air di sungai secara relatif lebih besar

dari kondisi normal akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat

tertentu terjadi secaraterus menerus, sehingga air tersebut tidak dapat

ditampung oleh alur sungai yang ada,maka air melimpah keluar dan

menggenangi daerah sekitarnya (RLPS, 2009).

Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan

tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga

melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam

jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia.

Banjir sering dikenal dalam 2 bentuk, berupa penggenangan pada daerah

yang biasanya kering atau bukan rawa, dan banjir sebagai akibat terjadinya

limpasan air dari alur sungai yang disebabkan karena debit pada sungai

melebihi kapasitas pengalirannya (Siswoko, 1985).

Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan

tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga

melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam

jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia.

Banjir sering dikenal dalam 2 bentuk, berupa penggenangan pada daerah


11
12

yang biasanya kering atau bukan rawa, dan banjir sebagai akibat terjadinya

limpasan air dari alur sungai yang disebabkan karena debit pada sungai

melebihi kapasitas pengalirannya (Siswoko, 1985).

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat

meluapnyaair yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan

menimbulkankerugian fisik, sosial dan ekonomi. Banjir adalah ancaman

musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada

danmenggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang

paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi

kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).

Banjir disuatu tempat dengan kondisi tertentu bukan merupakan

masalah bahkan bermanfaat bagi kehidupan, misalnya untuk sarana

penggelontoran kayu. Banjir dapat disebabkan oleh 2 (dua) jenis penyebab,

yaitu:

a. Faktor alam seperti curah hujan, erosi dan sedimentasi, topografi dan

geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai,

penurunan tanah, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan

sebagainya;

b. Faktor manusia antara lain perubahan tata guna lahan, pembuangan

sampah, kawasan kumuh disepanjang sungai, perencanaan sistem

pengendalian banjir tidak tepat, dan sebagainya. Kedua faktor tersebut

dapat terjadi secara bersama-sama yang dapat membuat banjir menjadi

sangat merugikan.
13

2. Klasifikasi Banjir

Pada umumnya, banjir yang terjadi di Indonesia dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Banjir sebagai akibat meluapnya sungai

Jenis banjir ini terjadi karena kapasitas saluran/sungai tidak

mampu menampung debit air yang ada sehingga air meluap keluar

melewati tanggul sungai. Daerah yang terkena banjir jenis ini biasanya

adalah daerah sekitar (kanan/kiri) sungai yang letaknya cukup rendah

atau merupakan dataran banjir. Pada daerah perkotaan biasanya

disebabkan oleh kapasitas drainase/saluran air yang ada tidak mampu

menampung lagi air hujan seiring dengan pertumbuhan kota. Dapat juga

terjadi suatu banjir yang terjadi di daerah hilir sebagai akibat hujan deras

di bagian hulu, hal ini terjadi akibat karakteristik DAS tersebut

(kelerengan, karakteristik tanah dan batuan, penutup lahan dan

sebagainya) atau mungkin telah rusaknya sistem hidrologi di bagian

hulu, jenis ini dikenal juga sebagai `banjir kiriman'.

b. Banjir lokal

Banjir lokal adalah banjir yang disebabkan oleh tingginya curah

hujan dalam periode waktu tertentu (intensitas hujan) yang dapat

menggenangi daerah yang relatif lebih rendah (ledokan). Jenis banjir ini

dapat terjadi pada daerah ledok/cekungan fluvial yang memiliki

kelembaban tanah yang tinggisehingga pada waktu terjadi hujan lebat,

peresapan air ke dalam tanah sangat kecil. Dapat juga terjadi pada
14

daerah ledok di perkotaan yang memiliki persentase penutupan lahan

terbangun yang tinggi (permukiman) sehingga peresapan air

berkurang/tidak dapat berlangsung dengan baik.

c. Banjir yang disebabkan oleh pasang surut air laut

Jenis banjir ini terjadi pada dataran aluvial pantai yang letaknya

cukup rendah atau berupa cekungan dan terdapat muara sungai dengan

anak-anak sungainya sehingga jika terjadi pasang dari laut atau 'rob'

maka air laut atau air sungai akan menggenangi daerah tersebut. Jenis

banjir ini tidak disebabkan oleh hujan sehingga meskipun pada musim

kemarau dapat terjadi banjir.

3. Penyebab Banjir

Penyebab banjir antara lain :

a. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan

selama berhari hari.

b. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air

hujanmengalir deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

c. Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran

airsehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.

d. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah

menjadijalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya

serap airhujan. Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan

meningkatnyarisiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah

terbuka yang biasanyamempunyai daya serap tinggi.


15

e. Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir

terutama pada saat hujan deras yang panjang.

f. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak

tanamanmempunyai daya serap air yang besar.

g. Didaerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga

bisamenyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang (IDEP, 2007)

4. Efek Banjir

Banjir akan menyebabkan efek pada beberapa aspek berikut :

a. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,

tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya

penyakitseperti penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza,

gangguanpencernaan dan penduduk terisolasi.

b. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya

dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan

terganggunyajalannya pemerintahan.

c. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak

berfungsinya pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta

benda,ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.

d. Aspek sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah

penduduk,jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas

sosial dan fasilitasumum, instalasi listrik, air minum dan jaringan

komunikasi.
16

e. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek

wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan

tanggul/jaringan irigasi (Mistra, 2007; Rahayu dkk, 2009).

B. Tinjauan Umum tentang Penanggulangan Bencana

1. Pengertian

Dalam undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana menjelaskan beberapa pengertian yaitu:

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan, dan tanah longsor.

c. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi


17

konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan

teror.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya

yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya

bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan

penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana

dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan pasca

bencana.

Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara

tegas. Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu

diselesaikan sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan

dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni pemulihan. Siklus ini harus dipahami

bahwa pada setiap waktu, semua tahapan dapat dilaksanakan secara

bersama‐sama pada satu tahapan tertentu dengan porsi yang berbeda.

Misalnya, tahap pemulihan kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi

kegiatan pencegahan dan mitigasi dapat juga dilakukan untuk

mengantisipasi bencana yang akan datang.

2. Tujuan Penanggunlangan Bencana

Pada pasal 4 Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Tujuan

Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa tujuan dari penangulangan

bencanaialah sebagai berikut :


18

a. Memberikan pelindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secaraterencana,

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.

d. Menghargai budaya lokal.

e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan.

g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan

bernegara.

3. Tahapan Penanggulangan Bencana

Menurut buku pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat

bencana (2011). Penanganan bencana harus dilakukan jauh sebelum bencana

terjadi dan juga setelah terjadinya bencana. Berikut tahapan penanggulangan

bencana, yang meliputi kegiatan pra bencana (pencegahan, kesiapsiagaan,

mitigasi), tanggap darurat dan pasca bencana/ pemulihan (rehabilitas,

rekonstruksi):

a. Pra Bencana

Bencana hampir seluruhnya datang mendadak, oleh karena itu

perlumempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan apabila terjadi

musibah. Apalagi pada daerah yang tidak terduga akan terjadi bencana,

karena tidak termasuk daerah rawan bencana sebab sudah puluhan atau

ratusan tahun tidak pernah ada bencana didaerah tersebut. Tahap ini dapat

dilakukan dari pencegahan, kesigapan dan mitigasi.


19

b. Tanggap Darurat (response)

Penanganan saat terjadi bencana adalah semua kegiatan yang dilakukan

ketika bencana melanda, yang tujuannya adalah menyelamatkan korban

manusia (jiwa-raga) dan harta benda. Meliputi kegiatan evakuasi korban ke

tempat penampungan sementara, penyelenggaraan dapur umum, distribusi

atau penyaluran bantuan dalam bentuk pangan, sandang, obat-obatan, bahan

bangunan, peralatan ekonomis-produktif (seperti alat pertanian dan

pertukangan) serta uang sebagai modal awal hidup pasca bencana,

pendataan korban dan jumlah kerugian material (harta benda).

c. Pasca Bencana (Pemulihan/ recovery)

Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk

kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana, untuk secara berurut

menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan

yang mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkaninfrastruktur

fisik serta pelayanan masyarakat, pembangunan hunian

sementara,penyebaran informasi publik, pendidikan kesehatan dan

keselamatan, rekonstruksi, program konseling dan studi mengenai dampak

ekonomi yang ditimbulkan.


20

Gambar 2.1 siklus penanggulangan bencana.

Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan pada

setiap tahap dalam siklus bencana antara lain:

a. pencegahan dan mitigasi; Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya

bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Upaya‐upaya yang

dilakukan antara lain:

1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar;

2) pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan

3) pembuatan brosur/leaflet/poster

4) analisis risiko bencana

5) pembentukan tim penanggulangan bencana

6) pelatihan dasar kebencanaan

7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis

masyarakat.
21

b. kesiapsiagaan;

Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana

mulai teridentifikasi akan terjadi. Upaya‐upaya yang dapat dilakukan antara

lain:

1) penyusunan rencana kontinjensi;

2) simulasi/gladi/pelatihan siaga;

3) penyiapan dukungan sumber daya;

4) penyiapan sistem informasi dan komunikasi.

c. tanggap darurat;

Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk

menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan

antara lain:

1) penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment);

2) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana

kesehatan;

3) pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan;

4) perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan.

d. pemulihan.

Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya

rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena

bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik.

Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana


22

yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya‐upaya

yang dilakukan antara lain:

1) Perbaikan lingkungan dan sanitasi.

2) Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Pemulihan psiko‐sosial.

4) Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan.

4. Prinsip Penanggulangan Bencana

Adapun dalam Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana menyebutkan bahwa prinsip-prinsip dalam

penangulangan bencana ialah sebagai berikut:

a. Cepat dan Akurat – Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah

bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan

tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.

b. Prioritas – Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila

terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan

diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

c. Koordinasi – Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa

penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling

mendukung.

d. Keterpaduan – Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sector secara terpadu

yang didasarkan pada kerja sama yang baik dansaling mendukung.


23

e. Berdaya Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah

bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak

membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

f. Berhasil Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah

bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya

dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengantidak membuang waktu,

tenaga, dan biaya yang berlebihan.

g. Transparansi - Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan

dapatdipertanggungjawabkan.

h. Akuntabilitas – Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah

bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

i. Kemitraan

j. Pemberdayaan.

k. Nondiskriminasi – Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi”

adalah bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan

perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran

politik apa pun

l. Nonproletisi – Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa

dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat

bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat

bencana.
24

C. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan

1. Pengertian

Sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan

yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol

dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi

kesehatan serta dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra,

2006).

Menurut WHO defenisi sanitasi lingkungan (Environmental

Sanitation) adalah sebagai ilmu dan keterampilan yang memusatkan

perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada pada

lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan

menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatan

maupun kelangsungan hidupnya.

Sedangkan menurut (Daud, 2007) Sanitasi lingkungan adalah usaha

mengendalikan dari semua faktor-faktor. fisik manusia yang mungkin

menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan

dan daya tahan hidup manusia.

Pentingnya lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan oleh WHO

dengan penyelidikan-penyelidikan diseluruh dunia dimana didapatkan hasil

bahwa angka kematian (mortality), angka perbandingan orang sakit

(morbidity) yang tinggi serta seringnya terjadi epidemi. Terdapat tempat

tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungannya buruk yaitu ditempat

tempat diman terdapat banyak lalat, nyamuk, pembuangan kotoran, dan

sampah yang tidak teratur, air rumah tangga yang buruk, perumahan yang
25

terlalu sesak dan keadaan sosial ekonomi yang jelek. Ternyata pula bahwa

di tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki,

mortality, morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya.

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan

lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan

kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan

air limbah dan sebagainya. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi

lingkungan dari masa ke masa, dan dari masyarakat yang satu ke

masyarakat lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari usaha yang paling

sederhana sampai pada yang modern (Notoadmodjo, 2007)

2. Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan,

manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air disbanding

kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar

terdiri dari air, tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari

air, untuk anak-anak 55% berat badan terdiri dari air, dan untuk bayi sekitar

sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk

minum, masak, mandi dan mencuci (Notoadmodjo, 2007).

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau,

terdiri darihidrogen dan oksigen dengan rumus H 2O. Air adalah semua air

yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk


26

dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang

berada di darat (RI, 2004).

Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih

yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-

rata kebutuhan air setiapindividu perhari berkisar antara 150-200 liter atau

35-40 galon. Kebutuhan air tesebut bervariasi dan tergantung pada keadaan

iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2006).

Penggunaan air bersih oleh masyarakat dapat dipakai sebagai salah

satu indikator usaha kesehatan karena:

a. Air merupakan kebutuhan primer yang berguna untuk kelangsungan

hidup dan keperluan sehari-hari

b. Air dapat menjadi sumber penularan penyakit

c. Penggunaan air bersih dapat memberikan gambaran tentang masyarakat

akan arti sehat

d. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari

sumber yang bersih dan aman.

Batasan-batasan sumber air bersih dan aman tersebut, antara lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman dan bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic da rumah

tangga
27

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO dan

Departemen Kesehatan RI.

Dalam menentukan kualitas air diatur dalam pedoman pada baku

mutu air menurut PERMENKES No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang

persyaratan kualitas air bersih, KEPMENKES RI No.: 907/2002 tentang

persyaratan kualitas air minum, Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun

1990 tentang pengendalian pencemaran air, Peraturan Pemerintah RI

nomor82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No 20 tahun 1990 tentang

pengendalian pencemaran air, kualitas air didefinisikan sebagai sifat air dan

kandungan makhluk hidup atau komponen lain di dalam air yang

dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu,

kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen

terlarut, kadar logam dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan

plankton, bakteri dan sebagainya).

Pada dasarnya perubahan kualitas air di alam ini terjadi dalam dua

cara yaitu berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat kegiatan

manusia (Daud, 2007). Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari,

persediaan air harus memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan

kesehatan manusia. Menurut WHO standar air minum harus memenuhi

persyaratan fisik, biologi, kimia dan radioaktif.


28

Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan

sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan

persyaratan kualitas air tersebut. Selain itu, standar kualitas air dapat

diartikan sebagai ketentuan-ketentuan yang biasanya dituangkan dalam

bentuk pernyataan atau angka yang menunjukan persyaratan-persyaratan

yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan

kesehatan, gangguan teknis dan gangguan dari segi estetika.

Syarat-syarat air minum adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik

1) Suhu

Suhu sangat penting sehubungan dengan pengaruhnya terhadap

parameter-parameter atau sifat-sifat lainnya, misalnya kecepatan

reaksi kimia pengaruhnya terhadap kelarutan suatu gas, bau, rasa dan

sebagainya. Semakin rendah temperatur kurang lebih 15 oC, maka

semakin rendah penggunaan air pencucian (Daud, 2008).

2) Warna

Air yang murni itu tidak berwarna, walaupun air murni itu dikatakan

tidak berwarna, namun kalau dipandang maka air itu menimbulkan

biru-hijau muda apabila volumenya cukup banyak.

Warna dibagi dalam dua jenis yaitu warna sejati dan warna semu.

Warna sejati ditimbulkan oleh koloida-koloida organik atau zat-zat

terlarut. Sedangkan warna semu ditimbulkan oleh suspensi partikel-

partikel penyebab kekeruhan (Daud, 2007).


29

Intensitas dalam warna air ini diukur dengan satuan unit warna

standar, yang dihasilkan oleh 1 mg/liter platina. Standar yang

ditetapkan oleh U.S Public Health Service untuk intensitas warna

dalam air minum adalah 20 unit dengan skala Pt-co. Standar ini lebih

rendah dari standar yang ditetapkan oleh standar internasional dari

WHO maupun standar nasional dari Indonesia yang besarnya 5-50

unit.

3) Rasa

Air biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat

menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan

kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya.

(Slamet, 1994). Rasa dalam air disebabkan oleh chlor, chlorida, penol

(0,002 mg/l) dan zat-zat organik lainnya, chloropenol dan organik

kompleks lainnya (Daud, 2007).

4) Bau

Bau dan rasa yang terdapat dalam air baku dapat dihasilkan oleh

kehadiran organisme seperti mikroalge dan bakteri. Dari segi estetika,

air yang berbau apalagi bau busuk seperti bau telur yang membusuk

(oleh H2 S misalnya), ataupun air yang berasa secara alami, tidak

dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan dan ketentuan yang

berlaku. Selain itu yang berkaitan dengan warna pada air yang berasal

dari buangan pabrik ataupun buangan pemukiman juga tidak

dibenarkan untuk di konsumsi.


30

Hal ini disebabkan di dalam warna terkandung senyawa kimia yang

besar kemungkinan akan membahayakan kesehatan kalau terminum

atau terbawa ke dalam jasad hidup lain di dalam air, misalnya tanaman

air maupun hewan air terutama ikan.

5) Kekeruhan

Turbidity atau kekeruhan dalam air dapat disebabkan oleh cloy, pasir,

zat-zat organik dan anorganik yang halus, plankton dan

mikroorganisme lainnya. Standar 5 – 25 mg/l SiO2 atau JTU (Jackson

Turbidity Unit). Chlorinasi tidak akan efektif apabila kadar kekeruhan

tinggi karena merupakan habitat dari bakteri pathogen. Kekeruhan

dapat disebabkan oleh partikel-partikel tanah liat, lempung, lanan atau

buangan rumah tangga maupun limbah industri (Daud, 2007).

b. Syarat Kimia

Kandungan unsur kimia dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat

konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan

makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak

membahayakan kesehatan pada penggunanya dalam industri serta tidak

menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minumnya

sendiri. Zat kimia yang sering terdapat pada air :

1) Derajat keasaman ( pH) :

Standar yang masih diperbolehkan : 6,5 – 9,2 Apabila pH kurang dari

6,5 atau lebih dari 9,2


31

2) Besi ( Fe)

Kandungan besi dalam air bersih yang diperbolehkan : 0,1 –1,0 mg/l.

Apabila melebihi, mengakibatkan :

3) Mangan ( Mn) :

Kandungan mangan dalam air yang diperbolehkkan : 0,05 -0,5 mg/l,

apabila melebihi mengakibatkan:

4) Chlorida (Cl) :

Kandungan khlorida yang diperbolehkan 200- 600 ppm dalam

jumlah kecil dibutuhkan sebagai desinfektan,

5) Sulfida (H2S) :

Kandungan sulfida dalam air harus nol ppm, karena sangat beracun

dan berabau busuk. Dalam jumlah besar dapat menimbulkan /

memperbesar keasaman sehingga menyebakan korosifitas pada pipa

air.

6) Amonium (NH4) :

Kandungan amonium dalam air harus nol ppm. Kandungan senyawa

ini dapat menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung.

7) Nitrit ( NO2) :

Nitrit adalah senyawa kimia yang tergolong kimia beracun.

Kandungan nitrit harus nol ppm. Adanya bahan kimia ini diadalam

air dapat menimbulkan terbentuknya methaemoglobin dalam darah

sehingga menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh.


32

c. Syarat Mikrobiologi

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai

berikut :

1. Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya bakteri golongan coli,

salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini

mudah tersebar melalui air.

2. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes,

phytoplankton coliform dan lain-lain.

Air untuk keperluan minum harus bebas dari segala bakteri, terutama

bakteri patogen (Notoadmodjo, 2007). Air tidak boleh mengandung suatu

bibit penyakit. Penyakit-penyakit yang sering menular dengan perantaran

air adalah penyakit-penyakit yang tergolong dalam golongan “Water Borne

Diseases” yaitu:

1) Cholera dan Paracholera Eltor

2) Typhus abdominalis dan Paratyphus A, B, dan C

3) Dysentria Bacillaris

4) Hepatitis infectiosa

5) Poliomyelitis anterior acuta

6) Penyakit-penyakit karena cacing

Karena bibit penyakitnya keluar bersama feces penderita, maka disyaratkan

air rumah tangga tidak boleh terkontaminasi feces manusia ataupun ternak.

Sebagai petunjuk bahwa air telah terkontaminasi dengan feces manusia


33

adalah adanya bakteri Escherichia coli, karena bakteri ini selalu terdapat

dalam feces manusia baik berasal dari orang sakit maupun orang sehat.

3. Jamban

Jamban yang lebih dikenal dengan WC atau kakus menjadi sumber

penyebaran penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung bila tidak

memenuhi syarat kesehatan, jamban yang dibuat hendaknya memenuhi

syarat kesehatan, kontruksi dan social. Kerena menjadi tempat proses

pembuangan tinja.

Yang dimaksud dengan tinja adalah semua benda atau zat yang tidak

dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh, zat-

zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh berbentuk tinja (feses), air seni

(urine) dan CO2 sebagai hasil pernafasan. Dengan bertambahnya penduduk

dan tidak sebanding dengan cara pemukiman, masalah pembuangan kotoran

manusia akan meningkat (Notoadmodjo, 2007)

Menurut Ehlers dan Steel dalam (Notoadmodjo, 2007), jamban yang

memenuhi syarat kesehatan adalah:

a. Tidak boleh mengotori tanah permukaan

b. Tidak boleh mengotori air permukaan

c. Tidak boleh mengotori air dalam tanah

d. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit

e. Jamban harus terlindung dari penglihatan orang lain

f. Pembuatannya mudah dan murah


34

Tujuan jamban keluarga yang memenuhi syarat-syarat kesehatan

adalah untuk memutuskan mata rantai penyakit-penyakit saluran

pencernaan seperti diare, disentri, cacingan dan penyakit infeksi hepatitis.

4. Pengelolaan sampah

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak

berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksinya atau

pemakaian, bahan rusak atau cacat selama manufaktur, atau materi

berlebihan atau buangan (Basriyanta, 2007).

Sedangkan menurut WHO, sampah adalah suatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah

erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-sampah

tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri

phatogen), bahan berbahaya dan beracun dan juga binatang serangga

sebagai pemindah atau penyebar penyakit.

Selain itu sampah yang tidak disimpan dengan baik dapat menjadi

tempat bersarangnya vektor penyakit seperti tikus dan lalat. Vektor ini dapat

menyebabkan penyebaran penyakit pada manusia, selain itu sampah yang

tidak disimpan dengan baik tidak menarik untuk dilihat. Oleh karena itu,

sampah harus dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu dan

mengancam kesehatan masyarakat (Mulia, 2005)


35

Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi dua

(Basriyanta, 2007) yaitu:

a. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari barang barang

hayati yang dapat di degradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.

Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami.

b. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan bahan

non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi

pengolahan bahan tambang. Sebagian sampah anorganik tidak dapat

diurai oleh mikroorganisme secara keseluruhan, sedangkan sebagian

lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang cukup lama.

Pengaruh sampah terhadap lingkungan sangat bervariasi tergantung jumlah

dan karakteristik serta daya dukung lingkungannya.

a. Sampah yang sulit/tidak dapat terurai bila dibuang pada lahan akan

mengganggu dan merusak struktur atau komposisi tanah dan fungsi

tanah sebagai bidang resapan air. Sampah yang tergolong ini

diantaranya kaca, plastik, logam besi, non besi, dan lain-lain.

b. Sampah yang terbuang dari selokan/kanal dan badan air sungai akan

menyebabkan banjir, menghalangi penetrasi matahari kebadan air,

mengganggu kehidupan flora dan fauna air, bahkan sampai mengurangi

kepadatan populasi atau pemunahan flora dan fauna tertentu sehingga

dapat menurunkan daya dukung badan air tersebut dan tidak sesuai

dengan peruntukannya semula.


36

c. Sampah yang mudah membusuk dan mudah terurai karena kandungan

komposisi bahan organic alami yang tinggi. Jika dibuang pada lahan

atau badan air, akan terurai menjadi unsur-unsur hara dan asam-asaman,

alkohol, dan gas. Kemunculan gas yang mudah terbakar akan

mengakibatkan lahan yang rawan kebakaran.

d. Sampah beracun/berbahaya prosesnya hampir serupa diatas, terutama

timbulnya flora dan fauna yang untuk kelangsungannya akan

mengakibatkan kepunahan populasi.

e. Sampah yang tertumpuk dipinggir jalan atau sudut-sudut persimpangan

jalan dapat mengakibatkan kemacetan lalu lintas dan bahkan

memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing masing

rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu

mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk

mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing masing tempat

pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan

sementara (TPS) sampah. Dan selanjutnya ke tempat penampungan

akhir (TPA).

Mekanisme, sistem, dan cara pengangkutan untuk di daerah perkotaan

adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat dan didukung oleh

partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal


37

pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah

dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS,

maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur

ulang menjadi pupuk.

b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Pemusnahan dan pengelolaan sampah padat dapat dilakukan dengan

berbagai cara:

1) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan

tanah

2) Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar didalam tungku pembakaran

3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah dengan

pembuatan pupuk, khususnya untuk sampah organic, daun-daunan,

sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

Menurut Budiman Chandra (2005) sebelum pengangkutan sampah

biasanya ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini

tempat sampah. Sampah basa dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan

dalam tempat yang terpisah untuk memudahkanpemusnahannya.

Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor

b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan


38

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang

Adapun beberapa pola pengumpulan sampah terdiri atas:

a. Pola individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah-

rumah atau sumber sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat

pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.

b. Pola individual tidak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari

masing-masing sampah dan dibawa ke lokasi pemindahan

(menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat

pembuangan akhir.

c. Pola komunal langsung adalah cara pengumpulan dari masing-masing

titik wadah komunal dan diangkut ke tempat pembuangan akhir.

d. Pola komunal tidak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari

masing-masing titik pewadahan komunal yang dibawa ke lokasi

pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke

tempat pembuangan akhir.

e. Pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil

penyapuan jalan dengan menggunakan gerobak.

5. SPAL

Air limbah atau air sisa buangan adalah sisa air yang dibuang yang

berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya,

dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat

membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan

hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari
39

cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,

perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman

dan air hujan yang mungkin ada (Notoadmodjo, 2007).

Sedangkan menurut Ehlers dan steel, air limbah adalah cairan

buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum

lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat

membahayakan kehidupan manusia dan mengganggu kelestarian

lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengelolaan terhadap air limbah salah

satunya adalah dengan membuat saluran pembuangan air limbah agar

limbah tidak berceceran di mana-mana.

Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah:

a. Air limbah yang berasal dari rumah tangga, misalnya: dari kamar mandi

dan dapur.

b. Air limbah yang berasal dari perusahaan. Seperti dari Hotel dan

Restoran.

c. Air limbahyang berasal dari industri. Misalnya pabrik textile, tembaga,

industri makanan.

d. Air limbah yang berasal dari sumber lainnya, seperti air hujan yang

bercampur dengan air comberan.

Karakteristik air limbah dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu:

a. Karakteristik fisik ialah air limbah terdiri dari 99% air serta sejumlah

kecil bahan pupuk dalam suspense.


40

b. Karakteristik kimiawi ialah air limbah mengandung campuran zat-zat

kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta macam-macam zat

organic berasal dari penguraian tinja, urine serta sampah-sampah

lainnya.

c. Karakteristik bakteriologis ialah air limbah mengandung bakteri

pathogen non organisme golongan coli.

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2007) untuk mencegah atau

mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diperlukan kondisi, persyaratan

dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut:

a. Tidakmengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.

b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.

c. Tidak menyebabkan pencemaran udara untuk mandi, perikanan, air

sungai, atau tempat-tempat rekreasi.

d. Tidak dapat dihinggapiserangga, tikus dan tidak menjadi tempat

berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vector.

e. Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat

dicapai oleh anak-anak.

f. Baunya tidak mengganggu.

Beberapa cara pengelolaan air limbah secara sederhana menurut

Soekidjo Notoadmodjo (2007):

a. Pencemaran (dilution) yaitu air limbah diencerkan sampai konsentrasi

yang cukup rendah, kemudian dibuang ke badan-badan air.


41

b. Kolam oksidasi ( oxidation ponds) yaitu pemanfaatan sinar matahari,

ganggang, bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.

c. Irigasi yaitu air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali

dan air akan merembes masuk dalam tanah melalui dasar dan dinding

parit-parit tersebut.

Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan

akibat air limbah antara lain:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit.

b. Menjadi mediaperkembangbiakan berbagai organismpathogen.

c. Menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat larva

nyamuk.

d. Menimbulakan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan

hidup lainnya.

f. Mengurangi produktifitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak

nyaman dan sebagainya.

6. Vektor Nyamuk

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit.

Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae

yang terbagi menjadi 109 genus dan Anophelinae yang terbagi menjadi 3

genus. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk namun

sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus

(arbovirus) dan penyakitpenyakit lainnya. Jenis–jenis nyamuk yang


42

menjadi vektor utama, dari subfamili Culicinae adalah Aedes sp, Culex sp,

dan Mansonia sp, sedangkan dari subfamili Anophelinae adalah Anopheles

sp (Harbach, 2008).

Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena

larva nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang

hidup di darat. Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk

betina biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti

pada air bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada

nyamuk yang meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu (tree

holes), tanaman berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah

bekas yang menampung air hujan atau air bersih.

a. Pencegahan Larva Nyamuk

1.Pengendalian dengan Cara Sanitasi

Pengendalian melalui sanitasi lingkungan merupakan

pengendalian secara tidak langsung, yaitu membersihkan atau

mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng-

kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban mobil /motor bekas, dan

wadahwadah lain yang dapat menampung air bersih atau genangan

air hujan. Barang-barang tersebut dapat dipendam atau dibakar.

Tempat-tempat yang bisa menampung air sebagai dari konstruksi

bangunan harus dibersihkan dan air-air yang tergenang sesudah

hujan harus dikeluarkan.


43

Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus

dibersihkan untuk mengeluarkan atau membunuh telur-telur, larva-

larva, dan pupa-pupa nyamuk. Program yang dicanangkan oleh

pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah

menguras, menimbun, dan mengubur (3M). Menguras berarti

membersihkan tempat penampungan air (bak mandi) untuk

mengeluarkan larva nyamuk, menimbun berarti mengumpulkaan

wadah-wadah yang dapat menampung air menjadi tempat

pembiakan Universitas Sumatera Utara nyamuk, dan mengubur

yaitu mengumpulkan wadah-wadah dan menguburkannya dalam

tanah (Normitasari, 2012).

2.Pengendalian dengan Insektisida

Penyemprotan dengan malathion (fogging) masih

merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk

dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup

dalam air. Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva

nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate

(Sembel, 2009).

3.Pengembangan Infrastruktur Kesehatan

Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang

berkembang harus memfokuskan diri pada pengimplementasian

infrastruktur pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas. Demikian

pula pencegahan penyakit dengan melibatkan individu-individu


44

dalam satu keluarga dan di sekitarnya serta oleh berbagai lapisan

masyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat diperlukan.

Kebutuhan yang paling kritis bukan terletak pada metode

pengendalian yang lebih baik, tetapi para ahli pengendali vektor

yang lebih terampil sehingga mereka dapat melatih atau

memberdayakan masyarakat mengenai cara mengendalikan vektor.

Selanjutnya, kelompok profesional harus melakukan penelitian

lapangan, evaluasi entomologis dan epidemiologis di daerah

endemik tempat aktivitas program pengendalian vektor

(Sembel,2009).
45

D. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori (Sumber: Undang Undang nomor 24 tahun 2007

tentang penanggulangan bencana, Technical guidelines for health crisis responses

on disaster, 2011. Knap, Anthony And Rusyn, Ivan.2016)


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak

dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke

kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi

normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia.

Banjir dapat disebabkan oleh 2 (dua) jenis penyebab, yaitu:

1. Faktor alam seperti curah hujan, erosi dan sedimentasi, topografi dan

geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai,

penurunan tanah, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan sebagainya.

2. Faktor manusia antara lain perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah,

kawasan kumuh disepanjang sungai, perencanaan sistem pengendalian

banjir tidak tepat, dan sebagainya. Kedua faktor tersebut dapat terjadi secara

bersama-sama yang dapat membuat banjir menjadi sangat merugikan.

Banjir dapat merupakan suatu bencana apabila banjir tersebut

mengakibatkan terganggunya aktivitas manusia. Oleh karena itu, bencana banjir

tidak hanya merupakan masalah fisik saja tetapi mencakup banyak aspek sosial-

ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Banjir amat sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia terutama pada

musim penghujan. Kondisi semacam ini biasanya akan diikuti dengan rusaknya

lingkungan, hilangnya sarana dan prasarana perkenomian masyarakat

khususnya kondisi lingkungan, serta kemungkinan jatuhnya korban jiwa yang


46
47

meninggal, hilang, cedera dan menderita, akibat kehilangan tempat tinggal

ataupun rusaknya lahan pertanian dan perkebunan. Untuk mengurangi dampak

yang merugikan pada setiap terjadinya banjir tersebut, diperlukan usaha

penanggulangannya secara efektif di bawah koordinasi Bakornas BBPD.

Kondisi sanitasi lingkungan yang biasa sangat berdampak terhadap

terjadinya banjir dan memunculkan penyakit-penyakit pasca dan saat banjir.

Sanitasi yang di maksud adalah air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan

limbah rumah tangga, dan jamban serta perkembangbiakan nyamuk. Aspek

lingkungan tersebut menjadi hal yang sangat di perhatikan karena merupakan

dan kebutuhan dasar manusia dan bisa jadi menjadi agen dalam menyebarkan

penyakit sehingga menjadi hal yang sangat di perhatikan ketika saat terjadi

banjir mauapun pasca banjir.

BPBD menjadi institusi yang bertanggung jawab di bawah Undang-

Undang untuk melakukan upaya pananggulangan bencana banjir di Indonesia.

Tahapan yang dilakukan dengan merukuk pada Undang-Undang yaitu kegiatan

pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Sehingga perlu di

perhatikan bagaimana sebaiknya penanggulangan bencana dilakukan dengan

baik dan benar terkait sanitasi lingkungan seperti air bersih, pengelolaan

sampah, pembuangan limbah, dan jamban serta perkembangbiakan nyamuk.

Sehingga menghasilkan saran dan solusi yang tepat dalam penanggulangan

banjir di bidang kesehatan lingkungan.


48

B. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Keterangan:

= Arah Variabel yang akan diteliti


49

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Untuk memperoleh batasan yang jelas tentang penelitian ini maka penulis

mengemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan

kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan

pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Biasanya di bagi

berdasarkan waktunya meliputi pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.

2. Pra Bencana

Waktu sebelum terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan penanggulangan

bencana meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan. Di fokuskan pada aspek

sanitasi lingkungan meliputi air bersih, jamban, pengelolaan sampah, SPAL,

dan perkembangbiakan nyamuk dengan proses wawancara pada informan yang

telah di tentukan.

3. Saat Bencana

Waktu saat terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan penanggulangan

bencana yaitu tanggap darurat. Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan

meliputi air bersih, jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan

perkembangbiakan nyamuk dengan proses wawancara pada informan yang

telah di tentukan.
50

4. Pasca bencana

Waktu sesudah terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan penanggulangan

bencana meliputi pemulihan dan rekontruksi. Di fokuskan pada aspek sanitasi

lingkungan meliputi air bersih, jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan

perkembangbiakan nyamuk dengan proses wawancara pada informan yang

telah di tentukan.

5. Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan bencana banjir meliputi Air

bersih, pengelolaan sampah, jamban, SPAL, dan perkembangbiakan nyamuk.

6. Air bersih

Kondisi air pada saat sebelum dan sesudah bencana banjir ada atau tidak adanya

sumber air bersih dengan kualitas yang memenuhi syarat kimia dan fisik.

7. Pengelolaan Sampah

Kondisi sarana pengelolaan sampah serta Kegiatan pengelolaan sampah yang

berefek pada kondisi sanitasi meliputi ada atau tidaknya tidak tempat sampah

jenis pengelolaan sampah, dan kondisi tempat sampah.

8. Jamban

Kondisi jamban meliputi dimana ada atau tidaknya jamban, jenis pembuangan

limbah, dan kondisi sarana jamban.


51

9. Saluran pembuangan Air Limbah (SPAL)

Kondisi SPAL meliputi ada atau tidaknya saluran pembuangan air limbah

rumah tangga berupa saluran, tempat pembuangan limbah dari SPAL, dan

kondisi SPAL.

10. Perkembangbiakan Vektor Nyamuk

Kondisi perkembangbiakan nyamuk meliputi nyamuk yang dirasakan warga,

genangan air, serta kondisi penampungan air.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah mix methode dengan menggabungkan metode

kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai variabel atau kondisi suatu situasi. Penelitian deskriptif

kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus

yang memiliki ciri-ciri memusatkan diri pada unit tertentu dalam berbagai

fenomena. Olehnya dalam menganalisis data penelitian ini yaitu untuk

mengambarkan keadaan atau fenomena berdasarkan fakta-fakta yang tampak

atau nyata. Deskriptif kualitatif ini dilakukan pada saat melakukan wawancara

terkait penanggulangan bencana banjir dengan informan terkait.

Deskriptif kuantitatif dilakukan oleh peneliti terkait kondisi lingkungan

yaitu bencana banjir meliputi pengisian kuesioner dan lembar observasi serta

pengambilan sampel air kemudian di uji laboratorium guna memperoleh

informasi seakurat mungkin.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Katimbang Kecamatan

Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Maret sampai April 2019.

52
53

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan elemen atau individu yang ingin

diketahui karakteristiknya sedangkan sampel adalah kumpulan unit yang

ditarik dari kerangka atau bagian dari populasi (Stang,2005).

Populasi dalam penelitian ini terbagi atas tiga;

a. Elemen yang berpartisipasi dalam penanggulangan bencana.

b. Masyarakat yang mengalami dampak bencana banjir.

c. Kondisi sanitasi lingkungan terkait bencana banjir yang ada di kelurahan

Katimbang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu

a. Sampel masyarakat yang terlibat dalam penanggulangan bencana

(Sampel informan).

Penetapan sampel informan dalam penelitian ini menggunakan

dua cara yaitu purposive dan accidential. Penentapan purposive yaitu

teknik penentuan sampel informan dengan pertimbangan tertentu,

sedangkan accidential yaitu teknik penentuan sampel informan

berdasarkan kebetulan dijumpai atau siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti jika dipandang orang tersebut cocok sebagai

sumber data. Peneliti menetapkan sampel informan berdasarkan

anggapan bahwa informan dapat memberikan informasi yang

diinginkan peneliti sesuai dengan permasalahan penelitian. Dengan kata


54

lain, sampel informan yang dipilih, baik pengetahuan ataupun

keterlibatan mereka dengan permasalahan yang akan diteliti tidak

diragukan lagi.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah:

1) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kota Makassar.

2) Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota

Makassar.

3) Camat Kecamatan Biringkanya Kota Makassar.

4) Lurah Katimbang Kecamatan Biringkanya Kota Makassar.

5) Masyarakat korban Bencana Banjir di setiap titik.

b. Sampel masyarakat yang terkena dampak bancana banjir.

Jumlah populasi adalah rumah tangga kelurahan Katimbang

yaitu. Sampel masyarakat yang terkena dampak bencana banjir adalah

rumah tangga yang terkena dampak banjir yang di Kelurahan

Katimbang yaitu 400 rumah. Sampel penelitian akan di perkecil dengan

menggunakan rumus sampel Lemeshow:

n = (Z.P(1-P)N) / (d2(N-1)+Z.P(1-P))

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi (Rumah Tangga)

d = Tingkat Ketepatan absolut yang dikehendaki

Z = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki


55

P = Estimasi Proporsi

Rumus diatas diakumulasikan berdasarkan jumlah populasi dengan:

Z = 1,96, P= 0,5, d= 0,05 dan N= 400

n = (Z.P(1-P)N) / (d2(N-1)+Z.P(1-P))

n = (1,96.0,5(1-0,5)400) / (0,052(400-1)+1,96.0,5(1-0,5))

n = 196 / 1,4875

n = 131,76

n = 132

c. Untuk sampel lingkungan air yang diambil adalah air sumur

terkontaminasi oleh banjir, kerana banjir terjadi di 5 titik, sehinga setiap

titik diambil sampel air sumur untuk mewakili titiknya dengan tetap

memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi.

1) Inklusi

 Sumber air yang masih di menjadi sumber air untuk keperluan

sehari-hari.

 Sumber air yang terkena langsung dampak dari banjir.

 Memprioritaskan kepada sumber air yang masih dipergunakan

oleh warga.

2) Eksklusi

 Sumber air yang tidak terkena dampak dari bencana banjir.

 Sumber air yang tidak lagi digunakan oleh masyarakat untuk

kebutuhan air sehari-hari.


56

D. Instrumen Penelitian

Adapun Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar kusioner

2. Alat dari BTKL untuk mengambil sampel air sumur.

3. Alat tulis

4. Kamera

5. Perekam suara.

E. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data ini diperoleh dari wawancara langsung dengan informan dan

hasil wawancara serta observasi langsung ke rumah-rumah warga dengan

menggunakan kuesioner dan lembar observasi yang telah disediakan

sebagai alat kemudian direkapitulasi dan ditabulasikan.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur, laporan penelitian dan

instansi terkait.

F. Teknik Pengumpulan data

1. Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap kondisi yang tampak pada objek penelitian. Fokus

observasi (pengamatan) dilakukan terhadap kondisi air, jamban,

pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan nyamuk.

2. Dokumentansi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh data mengenai gambaran secara umum mengenai


57

penanggulangan bencana banjir di kelurahan katimbang atau informasi yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara.

3. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan

kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan subjek penelitian.

Wawancara dilakukan dengan teknik wawancara bebas terpimpin, dengan

menggunakan pedoman wawancara (interview guide), tetapi penyajiannya

tidak terikat oleh pedoman yang ada. Wawancara mendalam membutuhkan

kerja sama antara peneliti dan informan untuk mendapatkan informasi yang

akurat dan baik.

4. Pengambilan sampel air merupakan teknik pengambilan sampel untuk di

periksa kandungan yang ada dalam sampel air dengan cara pemeriksaan

laboratorium, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Siapkan alat dan bahan, tempatkan pada lokasi pengambilan.

b. Periksa seksama alat yang digunakan (botol timba, botol sampel, label,

kain lab, tas pembawa, alat tulis.

c. Ambil botol timba, masukkan kedalam sumur, hindari jangan sampai

menyentuh dinding sumur. Dengan posisi selang in let berada di dalam

air, selang out let berada dipermukaan air. Isi sampai penuh, kemudian

diangkat.

d. Bilas botol timba, kemudian ambil kembali (untuk membilas botol

sampel, dibilas sebanyak 3x), kemudian pengambilan yang ke-3 untuk

sampel.

e. Masukkan ke botol sampel, dengan cara memasukkan dengan selang out

let dialirkan melalui dinding botol. Isi sampai penuh.


58

f. Tutup botol sampel, tempelkan label, masukkan kedalam tas pembawa.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Analisis ini berarti bahwa data yang diperoleh dari penelitian

disajikan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan

gambaran terhadap fakta yang terjadi. Model analisis yang digunakan ada dua,

yaitu analisis data model interaktif dan analisis data deskriptif. Pada teknik

analisis data model interaktif terdiri atas tiga tahapan, yakni sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara merangkum,

memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan

dengan penanggulangan bencana banjir. Data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya apabila diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan teks yang

bersifat naratif dari catatan lapangan, teks naratif dari catatan lapangan

seringkali membingungkan penelitian jika tidak digolong-golongkan sesuai

dengan topik masalah. Penyajian data merupakan tahapan untuk memahami

apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya, untuk

dianalisis dan diambil tindakan yang dianggap perlu.


59

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan diperoleh jawaban atas

rumusan masalah yang telah ada. Kesimpulan sementara atau awal yang

telah didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka

kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H. Pengolahan Data

Data dari hasil wawancara dan observasi akan diolah secara manual,

kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dianalisa secara deskriptif

berdasarkan kriteria objektif untuk memperoleh hasil.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dilakukan secara

manual sesuai dengan petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan

tujuan penelitian dan selanjutnya dianalisis dengan metode content analysis.

Data yang dikumpul yang bukan angka sehingga akan dianalisis dimulai dengan

menuliskan hasil pengamatan, hasil wawancara, kemudian diklasifikasikan dan

diinterpretasikan kemudian akhirnya disajikan dalam bentuk narasi. Data

kuantitatif dan eksperimen akan memperkuat hasil wawancara dengan

informan.
60

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Penelitian ini membahas tentang penanggulangan bencana banjir

dalam aspek sanitasi lingkungan yang terjadi di Kelurahan Katimbang Kecamatan

Biringkanaya Kota Makassar tahun 2019. Dalam penelitian ini, pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti sebagai instrumen utama melalui wawancara mendalam

dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya

serta dilengkapi dengan kuesioner kondisi sanitasi lingkungan dan hasil

pemeriksaan sampel air bersih sebagai metode untuk mendukung hasil dalam

peneilitian ini yang dilakukan selama peroses pengumpulan data.

A. Hasil

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Kelurahan Katimbang merupakan salah satu kelurahan rawan banjir

yang ada di Makassar, memiliki ketinggian dibawah 500m dari laut,

kelurahan katimbang adalah kelurahan yang tidak memiliki pantai tetapi di

kelilingi oleh sungai-sungai. Berbatasan dengan Kabupaten Maros,

Kecamatan Tamalanrea, dan kelurahan Paccerakkang. Wilayang katimbang

sekarang adalah pemekaran dari wilayah kelurahan Paccerakang pada tahun

2017. Luas wilayah kelurahan Katimbang adalah 3,20 km2 dengan 7 RW

dan 13 RT.

2. Karakteristik Informan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berhasil melakukan

wawancara mendalam kepada 10 orang informan. Informan tersebut antara

60
61

lain 6 warga perwakilan dari RW masing-masing yang ada di kelurahan

Katimbang kecuali RW empat karena tidak terkena dampak banjir.

Sedangkan informan unsur pemerintah dari pemerintah kecamatan

Biringkanaya dan pemerintah kelurahan Katimbang. Informan BPBD Kota

Makassar dua orang yang merupakan kepala pelaksana BPBD kota

Makassar dan Staf yang turun langsung ke lapangan pada saat terjadi banjir.

Adapun karakteristik informan untuk lebih jelasnya data dilihat dari

tabel sebagai berikut.

Tabel 5.1
karakteristik informan untuk Penanggulangan Bencana Banjir di
Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar
Tahun 2019
no Nama Instansi Jabatan
1 NH BPBD Kota Makassar Kasi Kesiap-siagaan BPBD
Kota Makassar
2 YL BPBD Kota Makassar Staff BPBD Kota Makassar
unit BTP
3 SF Pemerintah Kecamatan Kasi Trantib, Keamanan, dan
Biringkanaya penegakan perda kota
Makassar
4 SH Pemerintah Kelurahan Kasi pemerintahan
Katimbang
5 JD Warga RW 5 Warga
6 MS Warga RW 6 Ketua RT 01
7 AP Warga RW 7 Anak ketua RT 02
8 EV Warga RW 2 Warga
9 YS Warga RW 1 Ketua RT 02
10 AW Warga RW 3 Keponakan Ketua RT 03
Sumber: data primer 2019.
62

3. Hasil wawancara

Penelitian ini menggunakan studi literatur dari Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana sehingga jika ingin

melihat bagaimana penanggulangan bencana dapat menjadikan Undang-

Undang tersebut sebagai acuan. Adapaun tahapan dalam penanggulangan

yang di maskud adalah pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.

a. Pra bencana

Dalam tahapan ini di bahas mengenai bentuk kegiatan yang

dilaksanakan oleh BPBD Kota Makassar, pemerintah

kecamatan/kelurahan dan masyrakat kelurahan Katimbang. Informan-

informan yang diwawancarai pun memiliki tugas yang berbeda dalam

hal penanggulangan bencana, jadi perlu di perhatikan bagaimana

informan melalukan kegiatan penanggulangan bencana pada tahap pra

bencana.

1) BPBD

Setelah di lakukan wawancara mendalam kepada informan

yakni BPBD kota Makassar. Wawancara dilakukan dengan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007 sebagai acuan dalam pedoman

pertanyaan dengan tetap mengkhususkan pada aspek sanitasi

lingkungan, kegiatan pra bencana yang di lakukan masih umum.

Dalam hal penguranagan risiko BPBD Kota Makassar

menjabarkan kegiatan dalam bentuk perencanaan kemudian di

aktualisasikan dalam bentuk kegiatan. BPBD Kota Makassar


63

berkoordinasi dengan dinas lain untuk melakukan kegiatan seperti

dinas PU, Kesehatan, dan lembaga lain yang dapat melakukan

kegiatan pengurangan risiko banjir.

Bentuk pengurangan risiko yang di lakukan langsung oleh

BPBD Kota Makassar salah satunya yaitu membuat pelatihan-

pelatihan di tingkat RT dan RW. Jenis pelatihan adalah

kesiapsiagaan bencana dan sosialisasi kepada masyarakat tentang

cara menghadapi bencana banjir. Kegiatan Kerja bakti juga biasa

dilakukan setiap minggu, kerja bakti memperbaiki drainasi dengan

di fasilitasi oleh pemerintah setempat.

Pencegahan bencana banjir yang dilakukan oleh BPBD kota

Makassar terdapat dalam dokumen resmi dari BPBD kemudian

untuk kegiatannya dilaksanakan oleh kementrian lingkungan hidup

dan PU dalam pencegahan banjir di kota Makassar karena untuk

melakukan pencegahan banjir kerja sama multi sektoral. Banjir yang

terjadi di wilayah Kelurahan Katimbang sulit untuk dicegah karena

wilayah tersebut merupakan wilayah rawan banjir sehingga hanya

dilakukan pengurangan resiko dan efek dari banjir.

“Kalo banjir di kelurahan susah mi di cegah karena daerahnya

disini memang daerah rawan banjir mi jadi yang biasa di lakukan

cuman mengurangi resikonya atau efeknya”(Yl).

Pemaduan penanggulangan bencana banjir di kota Makassar

yang dilakukan oleh BPBD dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi


64

oleh unsut-unsur yang terlibat dalam penanggulangan bencana.

kegiatan sanitasi serta kesehatan umumnya lebih dilakukan oleh

dinas kesehatan dan PU. BPBD fokus dalam hal pelatihan dan

pendidikan dan PU yang mengeksekusi kondisi lapangan.

Persyaratan analisis BPBD kota Makassar terdapat dalam

dokumen KRB dan petunjuk teknis pelaksanaan mitigasi dan

kesiapsiagaan. Persyaratan analisis sesuai dengan arahan BPBD

kota Makassar.

Pemantauan penegakan tata ruang dilakukan oleh dinas

terkait untuk tugas pemantauan. BPBD berkontribusi pada

pembuatan peta-peta daerah rawan bencana. BPBD bergerak dalam

bentuk diskusi dan rekomendasi sehingga pemantauan tetap

terlaksana. Pemantauan telah terlaksana dan telah dilaporkan oleh

dinas tata ruang. Terdapat tiga RW yang berisiko tinggi untuk banjir,

tetapi masyarakat belum sadar akan hal tersebut dan masih banyak

masyarakat yang membangun di wilayah tersebut.

Pendidikan dan pelatihan telah dilakukan oleh BPBD kota

Makassar dalam bentuk Sosialisasi kesiapsiagaan bencana.

Sasarannya adalah pemda, TNI/Polri, guru santri, dan lain-lain.

Pernah dilakukan pelatihan pengurangan risiko untuk banjir di

masyarakat kemudian di bentuk kader-kader tetapi belum maksimal.

Pada tingkat RT dan RW telah dilakukan pelatihan dan pendidikan


65

mulai dari pelatihan assessment dan pelatihan kesiapsiagaan pada

saat terjadi bencana.

Aspek sanitasi lingkungan yang tersentuh oleh kegiatan-

kegiatan pra bencana yang dilakukan oleh BPBD Kota Makassar

adalah dengan berkoordinasi dengan dinas PU dan kesehatan untuk

pengurungan risiko, berkoordinasi dengan tata ruang untuk

pemantauan. BPBD juga turun langsung melakukan kerja bakti.

Gambar 5.1 wawancara bersama Kasi Kesiap-siagaan BPBD Kota

Makassar

2) Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan.

Setelah dilakukan wawancara mendalam dengan BPBD kota

Makassar selanjutnya dilakukan wawancara mendalam dengan

pemerintah kacamatan dan kelurahan untuk melihat hal-hal yang

dilakukan untuk tahapan pra bencana.

Pengurangan risiko yang dilakukan oleh pemerintah

kecamatan/kelurahan tetap memperhatikan aspek-aspek lingkungan

seperti dilakukan program pengangkutan sampah dan melakukan

kerja bakti rutin. Pemerintah juga tetap menghimbau masyarakat


66

untuk bersiaga terhadap banjir dan lebih berhati-hati walaupun tidak

terjadi banjir.

“Pengangkutan sampah dan kerja bakti juga dilakukan, walaupum

tdk banjir tetap di lakukan. Kalo di katimbang 3 kali seminggu di

ambil sampahnya”(SH).

Pencegahan bencana banjir yang dilakukan oleh pemerintah

kecamatan/kelurahan hanya memberikan saran bahwa pencegahan

dapat dilakukan ketika semua pihak dapat bekerja sama untuk

mencegahnya. Banjir yang terjadi di dalam kota Makassar dapat

terselesaikan jika walikota Makassar dan bupati maros melakukan

perbesaran saluran air yang ada di wilayah banjir, tetapi sampai

sekarang hal tersebut belum selesai.

Pemaduan untuk penanggulangan bencana dari pemerintah

kecamatan/kelurahan yaitu dilakukan dengan mengundang BPBD

dan dinas-dinas terkait pada saat membuat pelatihan atau sosialisasi

tentang kebencanaan dan bekerjasama dengan puskesmas.

Untuk pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh

pemerintah kecamatan/kelurahan yaitu melakukan pelatihan dan

sosialisasi untuk menanggulangi kebencanaan. Narasumber dari

pelatihan ini adalah BPBD dan Damkar atau instansi lain yang

terkait. Tetapi, tidak maksimalnya pelatihan tersebut dikarenakan

tidak menyentuh segala aspek masyrakat.


67

Aspek sanitasi lingkungan yang dilihat dalam kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah kecamatan dan kelurahan yaitu adanya

program-program seperti pengangkutan sampah dan kerja bakti

rutin. Pelatihan yang dilakukan masih umum belum diarahkan pada

aspek sanitasi lingkungan.

Gambar 5.2 wawancara bersama Kasi pemerintahan Kelurahan


Katimbang
3) Masyarakat yang terkena banjir

Masyarkat yang terkena banjir juga dilakukan wawancara

mendalam terkait penanggulangan bencana. Masyrakat juga

memiliki peran yang dapat berefek pada pencegahan bencana karena

masyarakat yang mengalami langsung.

Persiapan dan pengurangan risiko yang dilakukan oleh

masyarakat yaitu sebagian besar masyarakat tidak memiliki

persiapan dikarenakan ketinggian air langsung naik tidak seperti

biasanya, sehingga banyak masyarakat yang tidak sempat

memindahkan barang-barangnya.

“Tidak ada persiapan karena di kira tidak tinggi sekali ji, ternyata

langsung tinggi”(EV).
68

Pencegahan bencana banjir yang dilakukan oleh masyarakat

sebagian besar masyarakat tidak melakukan kegiatan pencegahan

bencana banjir dan hanya berharap bantuan dari pemerintah pusat.

Tetapi ada masyrakat yang mengatakan bahwa resiko banjir dapat

dikurangi dengan cara pembuatan tanggul.

Kegiatan pelatihan dan pendidikan pernah di laksanakan di

daerah yang terjadi bencana banjir tetapi sebagian besar masyarakat

tidak pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Padahal pelatihan

penting untuk meningkatkan pengetahuan masyrakat dalam

menghadapi bencana banjir.

b. Saat bencana

Dalam tahapan ini di bahas mengenai bentuk kegiatan yang

dilaksanakan oleh BPBD Kota Makassar, pemerintah

kecamatan/kelurahan dan masyrakat kelurahan Katimbang. Informan-

informan yang di wawancaripun memiliki peran yang berbeda dalam hal

penanggulangan bencana, jadi perlu di perhatikan bagaimana informan

melalukan kegiatan penanggulangan bencana pada tahap saat bencana.

1) BPBD Kota Makassar

Hal pertama yang dilakukan saat terjadi bencana adalah

kegiatan pengkajian secara cepat sehingga saat turun kelapangan

para instansti terkait telah siap. Pengkajian secara cepat dan tepat

ada dua yaitu melakukan pengkajian secara cepat untuk evakuasi

tempat pengungsian dan pengkajian secara cepat yang dilakukan


69

oleh tim-tim dari dinas terkait seperti puskesmas. Untuk aspek

sanitasi air bersih adalah yang paling diperhatikan. Pengkajian

tersebut dilakukan dengan laporan-laporan dari kader-kader

sehingga kurang dari 6 jam pengkajian telah selesai dan akan

ditindak lanjuti lebih jauh.

Indikator penetapan status keadaan darurat bencana terdapat

dalam dokumen yang telah dibuat untuk keadaan siaga darurat

hingga tanggap darurat. Untuk siaga darurat dilihat melalui curah

hujan dan untuk tanggap darurat ketika banjir terjadi. Sehingga

untuk penetapan status dikembalikan ke kepala BPBD atau

pimpinan daerah.

Penyelamatan dan evakuasi yang dilakukan pada saat siaga

darurat telah ada persiapannya dari pihak terkait, PU, PDAM,

dinsos, dan lain-lain. Pihak terkait akan didistribusikan ke lokasi

titik-titik banjir. Penyelamatan yang dilakukan oleh BPBD dibantu

oleh basarnas, TNI/POLRI, Damkar, dan potensi SAR di Kota

Makassar kemudian dialihkan ke posko pengungsian yaitu 2 sekolah

dan 1 masjid.

Pemenuhan kebutuhan dasar oleh BPBD yaitu

mengkondisikan bantuan-bantuan tersebut tergantung kondisi yang

dibutuhkan dan BPBD memiliki stoknya. Banyak bantuan-bantuan

yang masuk dalam daerah bencana seperti kebutuhan dasar untuk

makan, ada dapur umum dan makanan berupa nasi dos. Pada
70

kelompok-kelompok yang rentan ada 4 yaitu untuk perempuan

hamil dan menyusui, golongan manula, anak-anak dan difabel. Pada

kebutuhan dasar BPBD berkoordinasi dengan instasi lain seperti

TAGANA dengan membuat dapur umum, PDAM untuk air bersih,

dan pakaian-pakaian dari masyarakat.

Pada saat terjadi bencana, BPBD hanya berfokus untuk

penyelamatan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

masyarakat yang terkena bencana. Untuk sanitasi dan kebersihan

dialihkan tanggung jawabnya kepada kelurahan untuk mengawasi.

2) Pemerintah kecamatan dan kelurahan.

Saat terjadi bencana banjir pemerintah kecamatan dan

kelurahan bertanggungjawab kepada warga mereka yang terkena

banjir dan memiliki tugas untuk membuat warganya merasakan

pelayanan dari pemerintah.

Pemerintah melakukan penyelamatan dan evakuasi

mengantisipasi banjir sehingga dibuat posko-posko yang kemudian

berfungsi untuk tempat pengungsian. Salah satu posko pengungsian

adalah kantor kelurahan. Kantor kelurahan menampung 537 warga

yang mengungsi.

Dalam hal untuk pemenuhan kebutuhan dasar pemerintah

melakukan penyaluran kebutuhan dasar kepada masyarkat.

Pemenuhan kebutuhan dasar tidak terdapat kekurangan. Pemerintah

menyalurkan bantuan kepada warga-warga yang datang di kantor


71

dan menyalurkan ke RW-RW yang ada di kelurahan katimbang bagi

warga yang tidak mengungsi.

“alhamulillah tidak kekurangan. Kami juga menyalurkan kepada

warga-warga yang datang di kantor dan menyalurkan ke RW-RW

yang ada di kelurahan Katimbang ”(SH).

Penanganan korban yang meninggalkan rumah dan ke pos

evakuasi yaitu diberikan tempat dan menampung logistik yang

masuk kemudian disalurkan. Posk evakuasi juga menampung

pengungsi yang datang dan kemudian disalurkan kebutuhan dasar

yang dibutuhkan oleh pengungsi. Pada penanganan korban yang

tidak meninggalkan rumahnya yaitu tetap disediakan logistik di

posko pengungsian untuk masyarakat yang tidak mengungsi.

Masyarakat juga dapat ke kantor kelurahan untuk meminta bantuan

makanan.

Kondisi sanitasi dasar tetap diperhatikan oleh pemerintah

seperti air bersih yang diadakan untuk pengungsi. Kebersihan juga

tetap diperhatikan oleh pemerintah tetapi pemenuhan kebutuhan

dasar adalah hal yang diutamakan. Air bersih disediakan oleh

pemerintah dari PAM. Pemerintah juga menghimbau masyarakat

untuk tidak membuat sampahnya berserakan.

3) Masyarakat yang terkena banjir.

Masyarakat yang terkena banjir melakukan penyelamatan

dan evakuasi dengan mengungsi ke posko walaupun masih ada yang


72

tetap tinggal di rumah. Sebagian masyarakat pada saat penyelamatan

dan evakuasi memilih untuk mengungsi ke rumah warga yang

berlantai dua, tetapi ada juga warga yang memilih mengungsi ke

posko pengungsian.

“Ada yang mengungsi ada juga tinggal, kalo sy tinggal karena tidak

terlalu tinggi ji air, daan rumah panggung ji rumah”(YS).

Pemenuhan kebutuhan dasar oleh warga telah disiapkan

bantuan berupa makanan dan air bersih dari pemerintah dan lainnya.

Bantuan tersebut didistribusikan ke seluruh warga yang telah

mengungsi ke posko pengungsian.

Kondisi sanitasi dasar untuk masyarakat telah terpenuhi

yaitu tersalurnya air PAM dari pemerintah. Masyarakat juga

menampung air dari sumber air hujan ketika pemerintah belum

menyalurkan air bersih dari PAM.

Gambar 5.3 wawancara bersama ketua RT 02 RW 01


73

c. Pasca bencana

Dalam tahapan ini di bahas mengenai bentuk kegiatan yang

dilaksanakan oleh BPBD Kota Makassar, pemerintah

kecamatan/kelurahan dan masyarakat kelurahan Katimbang. Informan-

informan yang di wawancaraipun memiliki peran yang berbeda dalam

hal penanggulangan bencana, jadi perlu di perhatikan bagaimana

informan melalukan kegiatan penanggulangan bencana pada tahap

pasca bencana.

1) BPBD kota Makassar.

Kegiatan pasca bencana yang dilakukan oleh BPBD kota

Makassar berfokus mencari sarana-sarana yang rusak tetapi jika

kerusakan tidak signifikan maka tidak ada kegiatan. Pada perbaikan

lingkungan ketika kerusakannya signifikan maka perlu dilakukan

perbaikan. Tetapi, dinas terkait tetap melakukan normalisasi seperti

PU untuk drainase, dinas kesehatan untuk masalah kesehatan, dan

pemerintah untuk wilayah kelurahan dan kecamatan. Perbaikan

lingkungan dilakukan dengan memberikan data kepada dinas terkait

untuk kemudian dilakukan perbaikan dari data yang diberikan.

Perbaikan sarana dan prasarana akan dilakukan ketika

ditemukan kerusakan yang signifikan. Pemulihan social psikologis

dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa. Pemulihan sosial ekonomi dan

budaya akan dilakukan jika kerusakan yang signifikan jadi tidak ada

pemulihan sosial ekonomi.


74

“Kalo signifikan kerusakan maka akan dilakukan perbaikan”(HD).

2) Pemerintah kecamatan dan kelurahan.

Perbaikan lingkungan dibantu oleh instansi terkait,

pemerintah kecamatan dan kelurahan juga mengarahkan masyrakat

untuk melakukan kerja bakti dan memberishkan rumah masing-

masing setalah terjadi bencana.

“Kami mengarahkan warga untuk memperbaiki rumah masing-

masing tapi kalo waktu makan siang kami suruh lagi kembali di sini

makan”(SH).

Perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah

berupa pembagian air bersih dalam bentuk mobil tangker,

pembagian kaporit, bubuk abate, dan dilakukan fogging. Pemerintah

juga mengarahkan masyarakat untuk memperbaiki rumahnya

masing-masing. Ketika jam makan siang masyarakat dihimbau

untuk kekantor kelurahan untuk mengambil makan siang.

3) Masyarakat yang terkena bencana banjir.

Pada saat setelah terjadi banjir Kebanyakan warga

melakukan kerja bakti untuk membersihkan sampah yang

berserakan dan drainase yang tersumbat, tetapi ada juga

mendapatkan bantuan pembagian kaporit dan bubuk abate.

“ Pulang ki ke rumah masing-masing untuk membersihkan. Baru

kerja bakti”(EV).
75

Perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu

kebanyakan masyarakat melakukan kerja bakti untuk membersihkan

sampah yang berserakan akibat banjir dan memperbaiki selokan

yang tertutup. Masyarakat juga melakukan fogging. Dan pihak

puskesmas memberikan bubuk abate dan kaporit kepada

masyarakat.

4. Hasil kondisi sanitasi lingkugan

Kondisi lingkungan diketahui dengan cara melakukan observasi

langsung ke lapangan dengan mempersiapkan terlebih dahulu kuesioner

pertanyaan. Kondisi sanitasi lingkungan yang menjadi indikator penilian

adalah air bersih, kondisi jamban, pembuangan sampah, saluran

pembuangan air limbah, dan tempat perkembangbiakan nyamuk.

Populasi untuk kondisi lingkungan adalah kondisi lingkungan

rumah tangga warga yang terkena bencana banjir, karena tidak semua warga

terkenan banjir di kelurahan katimbang jadi dibuatkan sampel dengan

jumlah 132 sampel rumah tangga untuk melihat bagaimana kondisi

lingkungan yanga ada di kelurahan setelah terjadi banjir. Hasil kondisi

sanitasi lingkungan di sajikan dalam tabel sebagai berikut.


76

a. Kondisi air bersih di kelurahan Katimbang setelah terjadi banjir

Tabel 5.2
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori sumber
air bersih di kelurahan Katimbang kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar.
Frekuensi
Sumber air bersih
n %
Sumur Gali 11 8,3
Sumur Bor 121 31,7
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara dengan responden

terkait sumber air bersih di kelurahan katimbang maka di dapatkan data

bahwa ada dua sumber air bersih yaitu sumur gali dan sumur bor. Sumur

bor dengan jumlah 121 atau 31,7 % dan sumur gali dengan jumlah 11

atau 8,3 %. Kecukupan air yang ada di kelurahan katimbang mencukupi

untuk keperluan masyarakat yang ada di sana sebanyak 132 atau 100%.

Kualitas air sumur di kelurahan Katimbang kecamatan

Biringkanaya akan di ketahui dengan menggunakan pengambilan

sampel air sumur. Untuk sampel air peneliti mengambil 5 sampel yang

mewakili titik banjir yang tertinggi di kelurahahn katimbang.


77

Gambar 5.4 Titik pengambilan sampel air sumur pada Kelurahan


Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

Adapun kualitas air sumur yang diperiksa adalah kualitas air bersih dari

sampel yang di ambil dengan beberapa indicator yang diperiksa di

laboratorium, adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3
Hasil Pengkurangan Sampel Air Sumur di Kelurahan Katimbang
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Hasil pengukuran
Peraturan menteri
No Parameter Satuan kesehatan RI no
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
32 tahun 2017

1 Warna TCU 50 5,934 5,934 5,934 5,934 5,934


2 Kekeruhan NTU 25 0,66 4,96 30,99* 3,01 0,19
3 TDS Mg/L 1000 310 82 483 493 1030*
4 Klorida Mg/L 600 89,22 23,22 115,58 69,96 223,05
5 Kesadahan Mg/L 500 142,55 120,72 271,92 300,76 90,64
6 PH Mg/L 6,5-8,5 8,41 7,89 - 8,13 9,21*
7 Zat organic Mg/L 10 2,32 2,62 6,50 3,35 2,50
Keterangan : * tidak memenuhi syarat baku mutu.
Sumber; data primer 2019
78

Berdasarkan tabel dari hasil pemeriksaan sampel air sumur yang

dilakukan di laboratorium BTKL-PP Kota Makassar ada 7 parameter

yang di periksa yaitu warna, kekeruhan, TDS, Klorida, Kesadagan, pH,

dan zat organik. Sampel 3 yaitu parameter Kekeruhan tidak memenuhi

standar baku mutu, sampel 5 yaitu parameter TDS dan PH tidak

memunuhi syarat. Sampel 1, 2, dan 4 menuhi syarat tetapi masih

memiliki nilai yang cukup tinggi.

b. Kondisi jamban di kelurahan Katimbang setalah terjadi banjir

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di kelurahan

katimbang maka di dapatkan data tentang kepemilikan jamban yang ada

di kelurahan katimbang yaitu sebanyak 132 responden atau 100%

sehingga dapat di simpulkan bahwa semua masrakat memiliki jamban

keluarga. Jenis pembuangan limbah kotoran dengan septic tank

sebanyak 132 responden atau 100% jadi jenis pembuangan kotoran yang

lain tidak ada yang dimiliki oleh masyarkat.

wawancara selanjutnya adalah terkait kondisi jamban yang

dilakukan di kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang

kondisi jamban setelah banjir, data kondisi jamban setalah banjir

menunjukan baik sebanyak 132 responden atau 100%. Kerusakan hanya

terjadi pada saat banjir setelah banjir surut jamban sudah tidak rusak.
79

c. Kondisi pengelolaan sampah di kelurahan katimbang setelah terjadi

banjir

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di kelurahan

katimbang maka di dapatkan data tentang kepemilikan tempat sampah

yang ada di kelurahan katimbang dimana 132 menjawab ya memiliki

tempat sampah sehingga 100% kepemilikannya. Masyarakat memiliki

tempat sampah sebanyak 100% karena ada program dari pemerintah

untuk penganggkutan sampah sehingga.

Table 5.4
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori proses
pengelolaan sampah di kelurahan Katimbang kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.
Proses pengelolaan sampah Frekuensi
n %
Di buang 126 95,5
Di bakar 6 4,5
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara yang dilakukan di

kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang proses pengelolaan

sampah yang ada di kelurahan katimbang dengan dua proses, di buang

sebanyak 126 atau 95,5% dan di bakar sebanyak 6 atau 4,5 %.


80

Tabel 5.5
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori kondisi
tempat sampah setelah banjir di kelurahan Katimbang kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.
Frekuensi
Kondisi tempat sampah
n %
baik 128 97,0
rusak 4 3,0
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara yang dilakukan di

kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang kondisi tempat

sampah yang ada di kelurahan katimbang dimana tempat sampah yang

dimiliki baik 97% dengan 132 responden dan tidak baik 3% dengan 4

responden. Tempat sampah yang rusak biasa nya tempat sampah yang

terbuat dari plastik dan tidak bisa di pindahkan.

Gambar 5.5 kondisi tempat sampah yang ada di RW 6 dan

RW1 Kelurahan Katimbang


81

d. Kondisi saluran pembuangan air limbah di kelurahan Katimbang setelah

terjadi banjir.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di kelurahan

katimbang maka di dapatkan data tentang kepemilikan SPAL yang ada

di kelurahan katimbang dimana SPAL yang dimiliki adalah 100%

dengan 132 responden atau semua responden memiliki SPAL.

Tabel 5.6
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori
pembuangan air limbah di kelurahan Katimbang kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar
Frekuensi
Pembuangan air limbah
n %
Jalan/halaman/kebun 6 4,5
Saluran terbuka/selokan 126 95,5
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara yang dilakukan di

kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang pembuangan air

limbah yang ada di kelurahan katimbang dimana saluran

terbuka/selokan menjadi tempat paling banyak responden membuang

air limbahnya yaitu sebanyak 126 atau 95,5%, kemudian

jalan/halaman/kebun sebanyak 6 atau 4,5 %.


82

Tabel 5.7
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori kondisi
SPAL setelah banjir di kelurahan Katimbang kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.
Frekuensi
Kondisi SPAL
n %
Baik 118 83,4
Rusak 14 10,6
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara yang dilakukan di

kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang kondisi saluran

pembuangan air limbah yang ada di kelurahan katimbang dimana

saluran pembuangan air limbah yang dimiliki baik 83,4% dengan 118

responden dan rusak 10,6% dengan 14 responden. Sebenarnya banyak

SPAL yang rusak setelah terjadi banjir tetapi masyarakat bersama

pemerintah langsung melakukan kerja bakti sehingga kerusakan dapat

di kurangi.

Gambar 5.6 selokan yang tertutupi oleh pasir dan selokan yang telah

dapat di gunakan kembali.


83

e. Kondisi perkembangan vector nyamuk di kelurahan Katimbang setelah

terjadi banjir.

Tabel 5.8
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori
banyaknya nyamuk yang di rasakan di kelurahan Katimbang
kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Banyaknya nyamuk yang di Frekuensi
rasakan n %
Ya 52 39,4
Tidak 80 60,6
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara yang dilakukan di

kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang banyaknya nyamuk

yang di rasakan yang ada di kelurahan katimbang dimana 52 responden

atau 39,4% menjawab ya, dan 80 responden atau 60,6% menjawab

tidak.

Tabel 5.9
Distribusi karakterisitik responden berdasarkan kategori ada atau
tidaknya genangan air di sekitar rumah di kelurahan Katimbang
kecamatan Biringkanaya Kota Makassar
Frekuensi
Genangan air di sekitar rumah
n %
Ya 8 6,1
Tidak 124 93,9
Jumlah 132 100
Sumber; data primer 2019

Berdasarkan tabel dari hasil wawancara yang dilakukan di

kelurahan katimbang maka di dapatkan data tentang ada atau tidaknya

genangan air yang ada di kelurahan katimbang dimana 8 responden atau


84

6,1% menjawan ada genangan dan 124 responden atau 93,9% menjawab

tidak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di kelurahan

katimbang maka di dapatkan data tentang kondisi penampungan air

yang ada di kelurahan katimbang dimana penampungan air yang

dimiliki baik 100% dengan 132 responden yang memilih.

gambar 5.7 genangan air yang terdapat di RW 07

B. Pembahasan

Kejadian bencana banjir di Indonesia diikuti dengan pengungsian

sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berawal dari kurangnya

air bersih dan berakibat pada buruknya kebersihan diri, serta buruknya sanitasi

lingkungan yang dapat menyebabkan pengembangan beberapa jenis penyakit

menular dan perkembang biakan vektor. Pasca bencana banjir dapat timbul

berbagai macam penyakit seperti penyakit menular seperti diare, disentri, dan

typhus.

Untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak berkepanjangan maka

dilakukan upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit dengan melakukan


85

penanggulangan bencana yang efektif dan efeisen. Undang-undang nomor 24

tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, menjabarkan langkah dalam

menanggulangi bencana banjir mulai dari pra bencana, saat bencana, hingga

pasca bencana. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama melakukan

kegiatan penanggulangan bencana banjir.

1. Pra Bencana

Pra bencana adalah tahapan pertama dalam UU nomor 24 tahun

2007 tentang penanggulangan bencana di mana kegiatan-kegiatan yang

dapat dilakukan salah satunya adalah kegiatan mitigasi bencana. Menurut

Khrisna S. Pribadi (2008) mitigasi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi dampak yang disebabkan oleh terjadinya bencana. Tahap

mitigasi memfokuskan pada tindakan jangka panjang untuk mengurangi

risiko bencana. Implementasi strategi mitigasi dapat dipandang sebagai

bagian dari proses pemulihan jika tindakan mitigasi dilakukan setelah

terjadinya bencana. Namun demikian, meskipun pelaksanaannya

merupakan upaya pemulihan, tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan atau mengurangi risiko pada masa datang dikategorikan

sebagai tindakan mitigasi.

Menurut Krishna S. Pribadi (2008) banjir adalah suatu kejadian saat

air menggenangi daerah yang biasanya tidak digenangi air dalam selang

waktu tertentu. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, drainase, maupun

saluran air lainnya pada selang waktu tertentu. Faktor utama yang
86

mempengaruhi banjir adalah intensitas curah hujan dan lamanya hujan

terjadi. Kondisi topografi, kondisi tanah, serta kondisi tutupan lahan juga

memberikan pengaruh yang besar terhadap kejadian banjir. Penyebab utama

banjir adalah curah hujan yang sangat tinggi yang berada di atas ambang

normal. Hujan lebat yang berlangsung selama berhari-hari mengakibatkan

jumlah air yang jatuh ke bumi sangat banyak. Banyaknya jumlah air hujan

yang jatuh ke bumi tidak mampu tertampung di sungai, danau, rawa, waduk

dan saluran airnya. Akibatnya air meluap dan menggenangi daratan

disekitar sungai, danau, rawa, maupun saluran air lainnya.

Di daerah kelurahan katimbang, bencana banjir sudah terjadi setiap

tahun sehingga penyebabnya pun sama setiap tahun yaitu curah hujan yang

tinggi sehingga mengakibatkan tingginya debit air dalam bendungan yang

mengharuskan bendungan untuk membuka sedikit agar tidak menimbulkan

kerusakan, yang berakibat naiknya ketinggian air sungai yang mengalir dari

bendungan dan Kecamatan Biringkanya khususnya Kelurahan Katimbang

terkenan dampak dari naiknya ketinggian air tadi dan menyebabkan banjir.

Dalam penelitian ini penanggulangan bencana pra bencana banjir

sudah dilakukan oleh pihak-pihak terkait mulai dari BPBD, pemerintah,

hingga masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pun beragam.

Mulai dari pengurangan risiko, pencegahan banjir, dan kegiatan pelatihan

yang dilakukan. Jika di kaitkan dengan aspek sanitasi lingkungan kegiatan

penanggulang pada tahap pra masih kurang di lakukan, kegiata-kegiatan

seperti pengurangan risiko kebanyak berfokus pada penyelamatan barang-


87

barang berharga. Kegiatan pelatihan dan pendidikan pun yang dilakukan

kebanyakan berfokus ke kegiatan kesiap-siagaan dalam menghadapi

bencana secara umum.

Walaupun kegiatan pra bencana yang dilaksanakan oleh berbagai

pihak masih umum dan jarang di arahkan pada aspek sanitasi lingkungan

tetapi ada juga yang melakukan program-program yang berhubungan

dengan sanitasi lingkungan, contohnya kerja bakti untuk membersihkan

drainasi di kelurahan, hingga program pengangkutan sampah dari kelurahan

yang dapat menekan jumlah sampah, jadi pada saat banjir sampah yang

bersedarakan dapat di kurangi dan efek dari bencana banjir yang akan terjadi

nantinya akan berkurang.

Contoh kasus kegiatan pra bencana yaitu Bencana banjir yang terjadi

di Kelurahan Nusukan dapat diminimalisir dengan cara mitigasi bencana

struktural yaitu drainase gorong-gorong yang disesuaikan kedalamannya

untuk dapat menampung air, sumur resapan yang merupakan tindakan

efektif untuk memasukkan limpasan air hujan kedalam tanah atau

meresapkan air hujan ke dalam tanah, dan pengerukan pada Kali Anyar

(Dewi, 2014) .

Mitigasi non struktural yang terdapat di Kelurahan Nusukan yaitu

sosialisasi kelompok Musrenbangkel yang diadakan oleh pihak pemerintah

kelurahan, kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

meminimalisir bencana banjir dengan cara bekerja bakti membersihkan

sampah yang menyumbat gorong-gorong dan tanah yang menyebabkan


88

pendangkalan, dan ikut serta dalam membantu melakukan proses

pengerukan Kali Anyar. Sosialisasi dalam penataan bangunan gedung untuk

tidak mengganggu saluran air disekitarnya (Dewi, 2014).

Dapat dilhat bahwa penangan bencana banjir pada tahap pra sangat

di butuhkan untuk dapat mengurangi risiko dari efek banjir bahkan

mencegah banjir yang mungkin akan terjadi jika di lakukan dengan

maksimal. Tetapi masih kurang kegiatan-kegiatan pengurangan risiko yang

di arahkan pada aspek sanitas lingkungan. Kebanyakan hanya berfokus pada

pencegahan dan pelatihan untuk kesiap-siagaan. Padahal sanitasi

lingkungan adalah hal yang perlu di perhatikan oleh segala elemen karena

menjadi salah satu factor yang mempengaruhi derajat kesehatan, apalagi

setelah terjadi bencana dapat di pastikan jika lingkungan mengalami

kerusakan dan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

2. Saat Bencana

Saat terjadi bencana adalah kegiatan penanggulangan tahap kedua

setelah tahap pra bencana. Tahap saat terjadi banjir dalam Undang-Undang

Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menjelaskan

kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan yaitu penyelamatan dan evakuasi

hingga pemenuhan kebutuhan dasar.

Saat terjadi banjir di harapkan masyarakat dapat membantu

melakukan kegiatan evakuasi korban, harta dan benda serta pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan kelompok rentan, mengurus pengungsian,

penyelamatn serta pemulihan sarana dan prasarana sebagai hasil dari


89

kegiatan saat terjadi bencana. Dalam hal ini semua instansi dan masyarakat

harus bekerja sama untuk kegiatan saat bencana atau biasa di katakan

tanggap darurat. Tanggap daruarat adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera ada saat terjadi bencana untuk menangani efek

yang mungkin terjadi.

Salah satu bentuk pelaksanaan penanggulangan bencana yaitu

dengan penanganan darurat bencana. Penanganan darurat bencana

dilakukan saat terjadinya bencana khususnya bencana banjir. Penanganan

yang dilakukan dengan cara mitigasi dan mengevakuasi masyarakat dalam

sebuah pemukiman yang sedang terkena bencana banjir tersebut.

Penanganan yang dilaksanakan dengan cara mengevakusi masyarakat dan

juga mengevakuasi barang-barang yang berasal dari pemukiman untuk apat

diselamatkan dan di tempatkan di tempat yang aman. Pelaksanaan mitigasi

saat terjadinya banjir biasanya dilakukan dengan menerjunkan perahu karet

kewilayah pemukiman dan mengevakuasi korban bencana banjir ke dalam

posko yang di sediakan oleh pemerintah dan elemen masyarakat lainnya

seperti PMI,BASARNAS dll.

Dalam penelitian ini di dapatkan bahwa kegiatan penanggulangan

bencana saat terjadi bencan banjir berfokus pada penyelamatan diri,

evakuasi dan pemenuhan kebetuhan dasar. BPBD bersama instansi terkait

melakukan assessment terlebih dahulu sebelum turun tangan dalam

penanganan bencana banjir. Penyelamatan dan evakuasi juga di lakukan

BPBD bersama instansi terkait dan pemerintah setempat di bantu oleh


90

masyarakat, semua bekerja sama untuk melakukan proses evakuasi dan

penyelamatan. Evakuasi warga di arahkan di posko-posko pengungsian

yang dibuat oleh BPBD dan pemerintah setempat, walaupun masih ada

warga yang tidak meninggalkan rumah ke tempat pengungsian. Di posko

pengungsian warga di layani dengan pemenuhan kebutuhan dasar, bagi

warga yang tidak mengungsi disisipkan juga untuk mereka.

Dalam penelitian lain yang terkait Berdasarkan temuan dilapangan

peneliti menemukan bahwa tanggap darurat yang dilakukan oleh BPBD

Jakarta melalui tahapan seperti mengkoordinir unit yang terlibat dalam

kegiatan kegiatan untuk menanggulangi bencana banjir yang terjadi. Juga

melakukan peyelamatan manusia untuk menyelamatkan jiwa sebanyak

mungkin. Bukan hanya BPBD yang melakukan tanggap darurat tetapi

masyarakat sekitar juga melakukan tanggao darurat. Jadi dapat di simpulkan

jika BPBD sudah melakukan tindakan sesuai tahapan yanga ada pada saat

terjadi bencana, namun tetap mengakui bahwa tidak melakukan

penyelamatan terhadap harta benda karena merupakan tanggungjawab

masing (Wahyuda, 2018).

Kemudian BPBD Jakarta juga perlindungan terhadap masyrakat.

Cara yang dilakukan yaitu menyiapkan tempat pengungsian, kebutuhan

pangan, dan pengobatan dengan cara mengkoordinir instansi terkait.

Berdasarkan penanganan penanggulangan bencana yang dilakukan

saat terjadi bencana dapat dilihat bahwa semua pihak baik msyarakat

bekerja sama untuk melakukan tanggap darurat dalam penelitian lainpun di


91

jelaskan seperti hasil di dapatkan. Hanya sangat kurang aspek sanitasi yang

dilakukan untuk penanggulangan bencana pada tahap saat bencana.

Instansi-intansi terkait berfokus pada evakuasi dan pemenuhan kebutuhan

dasar.

Padahal kebersihan sanitasi tempat pengungsian juga perlu

diperhatikan karena jika tidak terjaga kebersihannya masyarakat yang

mengungsi malah dapat terjangkit penyakit, sanitasi makanan pun perlu

menjadi perhatian bagi pihak terkait sebelum membagikan kemasyarakat

yang terkena bencana maupun relawan-relawan yang membantu evakuasi

dan penyelamatan, jangan sampai relawan pun menjadi korban.

3. Pasca Bencana

Bencana merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan

korban jiwa,kerugian material dan kerusakan lingkungan. Salah satu

bencana yang sering terjadi adalah bencana banjir yang timbul akibat faktor

alam maupun faktor manusia. Ketika terjadinya bencana biasanya banyak

kerugian yang timbut seperti dari perumahan dan alat-alat dapur rumah

tangga yang terbawa oleh banjir yang datang tiba-tiba. Pasca terjadinya

bencana banjir perlu dilakukannya rehabilitasi dan rekontruksi agar dapat

menata kembali pemukiman dan aliran sungan sekaligus dapat mengurangi

atau meminimalisir banjir yang akan datang.

Penanggulangan bencana banjir selain dapat di cegah dapat juga

ditanggani setelah terjadinya bencana banjir. Pelaksanaan penangganan

bencana banjir dapat dilakukan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal


92

semacam ini dapat dilakukan setelah bencana banjir terjadi. Adapun

berbagai permasalahan yang sering terjadi mengenai hal ini sering

meresahkan masyarakat sehingga diharapkan rehabilitasi dan rekonstruksi

yang dilaksanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam penelitian ini di dapatkan bahwa penanggulangan becana

pada tahap pasca bencana hanya sedikit yang dapat dilakukan salah satunya

yaitu perbaikan lingkungan. Assessment juga dilakukan oleh BPBD kota

Makassar untuk melihat kerusakan yang terjadi kemudian dilaporakan ke

instansi terkait jika terdapat kerusakan yang signifikan. Bagi masyarakat

dan pemerintah setempat di akan kegiatan kerja bakti dan bersih-bersih

untuk sampah yang berserakan setelah terjadi banjir. Adapun kegiatan

tambahan lain yaitu adanya bantuan pemberian kaporit untuk menjerihkan

air dan bubuk abate untuk membunuh centik nyamuk, walaupun masih

sangta sedikit.

Dalam penelitian ini kerusakan lingkungan lingkungan yang terjadi

tidak terlalu signifikan, drainase berfungsi seperti sebelum terjadi

banjir,walaupun masih ada SPAL yang belum di perbaiki oleh masyarakat.

Kondisi air bersih yang ada di masyrakat beberapa parameter melebihi baku

mutu walaupun hanya sedeikit tetapi yang lainnya hampir melebihi baku

mutu air bersih sehingga dapat berefek kepada masyarakat jika tidak di

tangani. Kemudian jamban yang tadinya mampet pada saat banjir juga

sudah dapat di gunakan kembali setalah air surut. Proses pengangkutan


93

sampah kembali normal dilakukan sesaui dengan program pemerintah

setemapat.

Penelitian yang lain dalam laporannya yaitu capaian kinerja terdapat

program yang telah di realisasikan yaitu program peningkatan rehabilitasi

bangunan pasca bencana yang dilakukan selama 12 bulan telah berjalan.

Kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut seperti pembuatan

bronjong, pelapis tebing penahan air dengan persentase 98,35%. Hal

tersebut terlihat bahwa dalam rehabilitasi dan rekonstruksi telah terlaksana

dengan baik oleh instansi BPBD Kota Bengkulu (Pratama, 2017).

Bahwa rehabilitasi dan rekontruksi yang dilakukan oleh Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bengkulu telah dijalankan dengan

baik dengan mendirikan berbagai posko penanggulangan bencana dan

melakukan perehaban terhadap posko yang telah ada. Permasalahan yang

sering terjadi menyangkut rehabilitasi dan rekontruksi dalam bidang

pembanggunan seperti halnya dalam pembuatan tanggul dan pelapis tebing

serta gorong-gorong untuk melancarkan aliran sungai itu sendiri.

Diperlukannya pembangunan yang nyata di berbagai titik rawan bencana

banjir (Pratama, 2017).

Dapat di temukan perbedaan yang sangat mencolok dari penelitian

yang dilakuka oleh peneliti dan penelitian yang hampir sama. Di mana fokus

kegiatan pasca bencana yang dilakukan di kelurahan katimbang adalah kerja

bakti untuk membersihkan sampah dan drainase yang rusak hingga

pembagian kaporit dan bubuk abate. Sementara penelitian di Bengkulu


94

berfokus pada progam yang lebih besar yaitu pembuatan tanggul dan

penahan besi.

Kegiatan pasca bencana hal yang sangat penting bagi masyarkat

karena banyak kerusakan yang terjadi setelah terjadinya bencana banjir.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam aspek sanitasi lingkungan dapat

mempengaruhi derajat kesehatan masyrakat. Sehingga perlu di lakukan

perbaikan secara cepat agar fasilitas sanitasi lingkungan yang tadinya rusak

dan dapat merugikan masyarakat dapat difungsikan dengan normal kembali

sehingga dampak-dampak dari fasilitas sanitasi lingkungan yang rusak

dapat ditanggulangi.

4. Kondisi Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi lingkungan menjadi hal yang juga perlu di

perhatikan ketika terjadinya bencana banjir karena akan menjadi fakktor

risiko terjadinya penyakit-penyakit berbasis lingkungan akibat banjir yang

telah terjadi. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang

bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau

dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari.

Kondisi air bersih di dapatkan data yaitu ada dua sumber air bersih

yaitu sumur gali dan sumur bor. Sumur bor dengan jumlah 121 atau 31,7 %

dan sumur gali dengan jumlah 11 atau 8,3 %. Kecukupan air yang ada di

kelurahan katimbang mencukupi untuk keperluan masyarakat yang ada di

sana sebanyak 132 atau 100%. Air sangat penting bagi kehidupan manusia.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
95

masak, mandi mencuci, dan sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan

masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan

timbulnya penyakit di masyarakat (Notoadmodjo, 2007).

Kualitas air ada 7 parameter yang di periksa yaitu warna, kekeruhan,

TDS, Klorida, Kesadagan, pH, dan zat organik. Sampel 3 yaitu parameter

TDS tidak memenuhi standar baku mutu, sampel 5 yaitu parameter TDS dan

PH tidak memunuhi syarat. Sampel 1, 2, dan 4 memenuhi syarat tetapi

masih memiliki nilai yang cukup tinggi. Penyakit-penyakit dapat terjadi

apabila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik

tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-

rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah

terjadi apabila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai risiko menderita penyakit lebih kecil dibandingkan dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat

mengurangi risiko terhadap penyakit, yaitu dengan menggunakan air yang

bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya

sampai penyimpanan di rumah (Notoadmojo,2007).

Sarana jamban merupakan suatu hal yang mesti diperhatikan karena

sarana jamban dapat memengaruhi tingkat kejadian penyakit. kepemilikan

jamban yang ada di kelurahan katimbang yaitu sebanyak 132 responden


96

atau 100%. Jenis pembuangan limbah kotoran dengan septic tank sebanyak

132 responden atau 100%. data kondisi jamban setalah banjir menunjukan

baik sebanyak 132 responden atau 100%. Jamban rusak pada saat terjadi

banjir tetapi kembali baik pada saat banjir telah surut. Apabila tinja yang

sudah terinfeksi maka akan mengandung virus atau bakteri dalam jumlah

besar. Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja,

antara lain penyakit diare (Chandra, 2006).

Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses

alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan sumber penyakit dan

tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus,

kecoa, dan sebagainya. kepemilikan tempat sampah yang ada di kelurahan

katimbang dimana 132 menjawab ya memiliki tempat sampah sehingga

100% kepemilikannya.

Tempat sampah adalah tempat sementara sampah disimpan setelah

sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber/penghasil sampah.

Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat kesehatan. Proses

pengelolaan sampah yang ada di kelurahan katimbang dengan dua proses,

di buang sebanyak 126 atau 95,5% dan di bakar sebanyak 6 atau 4,5 %.

kondisi tempat sampah yang ada di kelurahan katimbang dimana tempat

sampah yang dimiliki baik 97% dengan 132 responden dan tidak baik 3%
97

dengan 4 responden. Tempat penampungan sampah sementara yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan haruslah: (1) Mudah dibersihkan; (2) Tidak

mudahrusak; (3) Tidak berupa lokasi terbuka/tumpukan sampah yang

dibuang atau dibiarkan begitu saja di atas permukaan tanah; (4) Sebaiknya

tempat penampungan sampah sementara mempunyai tutup yang rapat untuk

menghindari kumpulan lalat; (5) Sebaiknya tempat penampungan sampah

sementara ditempatkan di luar atau jauh dari rumah dengan tujuan agar

kebersihan rumah terjaga, menjaga kesejukan hawa/udara sekitar rumah dan

mudah diangkut oleh petugas sampah/truk sampah (Chandra, 2006).

Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan,

sekalipun kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran

yang berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang

berasal dari industri-industri dan juga air hujan. Tentang kepemilikan SPAL

yang ada di kelurahan katimbang dimana SPAL yang dimiliki adalah 100%

dengan 132 responden atau semua responden memiliki SPAL.

Pembuangan air limbah yang ada di kelurahan katimbang dimana

saluran terbuka/selokan menjadi tempat paling banyak responden

membuang air limbahnya yaitu sebanyak 126 atau 95,5%, kemudian

jalan/halaman/kebun sebanyak 6 atau 4,5 %. tentang kondisi saluran

pembuangan air limbah yang ada di kelurahan katimbang dimana saluran

pembuangan air limbah yang dimiliki baik 83,4% dengan 118 responden

dan rusak 10,6% dengan 14 responden.Air limbah domestik termasuk air

bekas mandi, bekas cuci pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan
98

lain-lain. Air ini mengandung banyak sabun atau detergen dan

mikroorganisme. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat

menimbulkan pencemaran air permukaan atau air tanah yang mungkin

digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, air minum,

membersihkan peralatan dapur dan lain-lain (Notoadmojo, 2007).

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit.

Banyaknya nyamuk yang di rasakan yang ada di kelurahan katimbang

dimana 52 responden atau 39,4% menjawab ya, dan 80 responden atau

60,6% menjawab tidak. tentang ada atau tidaknya genangan air yang ada di

kelurahan katimbang dimana 8 responden atau 6,1% menjawan ada

genangan dan 124 responden atau 93,9% menjawab tidak. Semua jenis

nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva nyamuk

melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat.

Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk betina

biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti pada air

bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya (Normitasari, 2012).

Penelitian tentang Kondisi Lingkungan oleh Makmur (2018)

menunjukkan bahwa sarana penyediaan air bersih dan sanitasi makanan

sudah cukup memadai tetapi sarana pembuangan sampah dan perilaku

CTPS belum memadai. Sarana jamban sebagian besar sudah memenuhi

syarat dan masih ada beberapa responden yang tidak memiliki SPAL.

Penelitian ini menyarankan agar masyarakat meningkatkan penyehatan

sanitasi lingkungan dan menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat
99

sebagai upaya pencegahan kejadian diare. Kondisi lingkungan di atas

menjadi hal yang perlu di perhatikan karena dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit berbasis lingkungan. Apalagi kondisi daerah bencana

banjir sehingga perlu perhatian lebih.


100

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

penanggulangan bencana banjir dalam aspek sanitasi lingkungan di kelurahan

Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar tahun 2018, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pra Bencana

Penangulangan bencana pada tahap pra bencana dilakukan oleh

pihak-pihak terkait termasuk masyarakat dengan peran-peran yang berbeda.

Kegiatan-kegiatan berupa Pengurangan risiko bencana, pencegahan

bencana, pemaduan penanggulangan bencana, penegakan tata ruang, hingga

pelatihan dan pendidikan. Tetapi kegaiatan-kegiatan yang dilaksanakan

masih kurang dalam aspek sanitasi lingkungannya.

2. Saat Bencana

Penanggulangan bencana pada tahap saat bencana dilakukan oleh

pihak-pihak terkait termasuk masyarakat dan di bantu oleh tim-tim SAR

dengan peran-peran yang berbeda. Kegiatan-kegiatan berupa penyelamatan

dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan sanitasi dasar,

hingga perlindangan kelompok berisko. Pada penanggulangan Bencana di

tahap saat bencana berfokus pada penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan

dasar.

100
101

3. Pasca Bencana

Penangulangan bencana pada tahap Pasca Bencana dilakukan oleh

pihak-pihak terkait termasuk masyarakat dengan peran-peran yang

berbeda. Kegiatan-kegiatan berupa perbaikan lingkungan dengan

mengadakan kerja bakti untuk membersihkan sampah yang berserakan dan

drainase yang terganggu akibat banjir.

4. Kondisi Lingkungan

Kondisi sanitasi lingkungan yang menjadi indikator penilian adalah

air bersih, kondisi jamban, pembuangan sampah, saluran pembuangan air

limbah, dan tempat perkembangbiakan nyamuk. Kondisi lingkungan setelah

banjir dapat di atasi dengan baik dan cepat oleh kerja sama berbagai pihak

sehingga dapat di berfungsi seperti sebelum banjir walaupun tidak semua.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penanggulangan

bencana banjir dalam aspek sanitasi lingkungan di kelurahan Katimbang

Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar tahun 2018, maka dapat diberikan

saran kepada pihak-pihak terkait pada kegiatan penanggulangan bencana sebagai

berikut.

1. BPBD Kota Makassar

Kepada BPBD kota Makassar agar melakukan kegitan

penanggulangan bencana lebih turun langsung pada masyrakat bukan hanya

pada tahap tanggup darurat tetapi juga penting pada tahap perencanaan
102

untuk mengurangi risiko dan mencegah banjir, dan juga memperhatikan

pada aspek sanitasi lingkungan.

2. Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan.

Kepada pemerintah Kecamatan dan Kelurahan agar penanggulangan

bencana yang dilakukan dapat di maksimalkan dengan koordinasi dengan

BPBD dan membuat program-program yang dapat menyentuh seluruh

lapisan masyarakat, khususnya tingkat RT.

3. Masyarakat Daerah Rawan Bencana

Kepada masyarakat daerah rawan bencana agar lebih interaktif

dalam penanggulangan bencana bukan hanya menunggu bencana terjadi

dengan pasrah dan hanya menunggu arahan. Tetapi juga berinisiatif dan

interaktif melakukan kegiatan pengurangan risiko dan pencagahan agar saat

terjadi bencana efek yang di timbulkan dapat di minimalisir..


103

DAFTAR PUSTAKA

BMKG. (2019). Info BMKG-Cuava , Iklim, dan Gempa Bumi Inonesia. Makassar:
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Bungin, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua, Cetakan Ke-5. Jakarta:
Kencana.

Chandra, Budiman. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran (Egc).

Crunch, Cred. (2018). ‘Natural disasters in 2017: Lower mortality, higher cost’. In
Journal Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED)
Research Institute Health & Society (IRSS), Université catholique de
Louvain, Belgium

Daud, Anwar. (2007). Analisis Kualitas Lingkungan. Makassar: Healthy And


Sanitation.

Evita, Dewi. (2014). Mitigasi Bencana Banjir di Kelurahan Nusukan Kecamatan


Banjar Sari Kota Surakarta. Skripsi Sarjana. Pendidikan Geografi.
Universitas Muhammadiah Surakarta.

Gautam, et al. (2017). ‘Water, sanitation, and hygiene interventions: an urgent


requirement in post-flood Nepal’. In Journal CORRESPONDENCE|
VOLUME 17, ISSUE 11, P1118-1119, NOVEMBER 01, 2017

Harbach, R. (2008). Famili Culicidae Meigen, Mosquito Taxonomic Inventory

IDEP. (2007). Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat


Edisi Ke-2. Bali: Yayasan Idep.

Mulia, Ricki M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Knap, Anthony And Rusyn, Ivan. (2016). ‘Environmental Exposures Due To


Natural Disasters’. In Rev Environ Health 2016; 31(1): 89–92

Kodoatie dan Sjarief. (2009). Pengelolaan Bencana Terpadu. Bandung: Nuansa


Aulia.
104

Ligal, S. (2008). ‘Pendekatan Pencegahan Dan Penanggulangan Banjir’. In Jurnal.


Dinamika Tekniksipil Volume 8. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907 tahun 2002 Tentang
Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta;


Rineka Cipta

Normitasari, D., Saraswati, L.D. dan Ginandjar, P. 2012. ‘Perbedaan Praktik 3M


Plus di Kelurahan Percontohan Program Pemantauan Jentik Rutin Kota
Semarang’. Jurnal Entomologi Indonesia, Volume 9, Nomor 1, April
2012: 32-37

Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial Nomor 04


tahun 2009. Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Nasional


Penangulangan Bencana. Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran


Air. Jakarta

Pratama, Gunawan. (2017). ‘Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Oleh Badan


Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bengkulu’. In journal
Universitas Bengkulu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya


Air. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana. Jakarta

Pribadi, Khrisna S, dkk. (2009). Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga Bencana.
Bandung : Pusat Mitigasi Bencana ITB

Purwoko, Alif. (2016). ‘Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Tentang Resiko Bencana
Banjir Terhadap Kesiapsiagaan Remaja Usia 15 – 18 Tahun Dalam
Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Pedurungan Kidul Kota
Semarang’. In Skripsi Universitas Negeri Semarang. Semarang
105

Rahayu S, dkk, (2009). Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai. World


Agroforestry Centre-Southeast Asia Regional Office Indonesia, Bogor.

Rattanarithikul R and Harrison B. (2005). ‘Illustrated Keys to the Mosquitoes of


Thailand I. Background; Geographic Distribution; Lists of Genera,
Subgenera, dan Species; dan a Key to the Genera’. The southeast Asian
journal of Tropical Medicine, Volume 36 Supplement 1, 2005, Bangkok.

Saulnier, Del, et al. (2018). The Effect of Seasonal Floods on Health: Analysis of
Six Years of National Health Data and Flood Maps. In International
Journal of Environmental Research and Public Health (ISSN 1660-4601;
CODEN: IJERGQ; ISSN 1661-7827 for printed edition)

Selomo, Makmur, dkk. (2018). ‘Potensi Risiko Kejadian Diare Akibat Kondisi
Sanitasi di Pulau Kecil Kota Makassar’ in jurnal nasional ilmu kesehatan
(JNIK) Volume 1 edisi juni 2018 ISSN 2621-6507

Sembel DT, (2009). Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: ANDI

Shafiai, S Dan Khalid, M. (2016). ‘Flood Disaster Management In Malaysia: A


Review Of Issues Of Flood Disaster Relief During And Post-Disaster’. In
Issc 2016 : International Soft Science Conference

Sholehah, Iffatus. (2017). Upaya Rehabilitasi Pasca Bencana Oleh Mdcd Studi
Kasus Bandung Jawa Barat. Tesis Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Siswoko. (1985). Pola Pengendalian Banjir Pada Sungai. Jakarta: Dirjen


Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.

Suryana, Anas. (2019). 400 Rumah Warga Terendam Banjir di Kelurahan


Katimbang. Tribun Timur. 5 Februari 2019

Stang. (2005). Biostatistik, Makassar: Jurusan Biostatistik/Kkb Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Hasanuddin 2005.

Tim Penyusun. (2016). Pedoman Penulisan Skrpsi Tesis dan Disertasi. Makassar:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
106

Wahyuda, Rizal. (2018). ‘Implementasi Penanggulangan Bencana Banjir Oleh


BPBD Provinsi Dki Jakarta’. In Skripsi Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT

PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Selamat Pagi/Siang/Sore

Perkenalkan nama Saya Farid Muslim mahasiswi S1 angkatan 2014 dari Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Saya bermaksud melakukan penelitian tentang “Penanggulangan Bencana Banjir
dalam Aspek Sanitasi Lingkungan di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanya
Kota Makassar Tahun 2019”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam
penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara(i) bersedia untuk menjadi informan dalam


penelitian ini di mana akan dilakukan wawancara mendalam terkait dengan
penelitian.

Setelah Saudara membaca maksud dan kegiatan penelitian di atas, saya mohon untuk
mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini.

Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama (jabatan) : _________________________________________

Tanda tangan : _________________________________________

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu, Saudara(i) untuk ikut serta di dalam
penelitian ini.
Pedoman wawancara untuk BPBD Kota Makassar
Penanggulangan Bencana dalam Aspek Sanitasi Lingkungan
Di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2019
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Jabatan :
No telp :
Tanggal wawancara :

Gali informasi mendalam

Variable Topik wawancara

Pra Bencana Waktu sebelum terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan saat tidak terjadi
bencana dan kegiatan daerah yang berpotensi bencana. Di
fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan meliputi air bersih,
jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan
nyamuk:

1. Bagaimana Perencanaan Penanggulangan BPBD kota


Makassar terkait banjir?
2. Bagaimana Pengurangan risiko yang dilakukan oleh
BPBD Kot Makassar?
3. Bagaimana Pencegahan Bencana Banjir yang
dilakukan oleh BPBD Kota Makassar?
4. Bagaimana Pemaduan penanggulangan bencana dari
BPBD Kota Makassar?
5. Bagaimana Persyaratan Analisis dari BPBD Kota
Makassar?
6. Bagaimana pemantauan penegakan tata ruang dari
BPBD kota Makassar?
7. Bagaimana Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
oleh BPBD kota Makassar?

Saat Bencana saat terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan tanggap darurat.
Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan meliputi air bersih,
jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan
nyamuk:

1. Bagaimana pengkajian secara cepat dan tepat yang


dilakukan oleh BPBD Kota Makassar?
2. Bagaiman penetapan status keadaan darurat oleh
BPBD Kota Makassar?
3. Bagaimana penyelamatan dan evakuasi yang
dilakukan oleh BPBD Kota Makassar?
4. Bagamana BPBD Kota Makassar melakukan
pemenuhan kebutuhan dasar?
5. Bagaimana BPBD Kota Makassar dalam perlindungan
kelompok rentan?
6. Bagaimana pemulihan fungsi sarana dan prasarana
secara cepat oleh BPBD Kota Makassar?

Pasca Bencana Setelah terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan rehabilitasi dan
rekontruksi. Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan
meliputi air bersih, jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan
perkembangbiakan nyamuk:

1. Bagaimana perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh


BPBD Kota Makassar?
2. Bagaimana perbaikan sarana dan prasarana yang
dilakukan oleh BPBD kota Makassar?
3. Bagaimana BPBD Kota Makassar melakukan
pemulihan social psikologis?
4. Bagaimana BPBD kota Makassar melakukan
pemulihan social ekonomi dan budaya?
5. Bagaimana BPBD Kota Makassar melakukan
pemulihan keamanan dan fungsi pemerintahan?
Pedoman wawancara untuk pemerintah kecamatan dan kelurahan
Penanggulangan Bencana dalam Aspek Sanitasi Lingkungan
Di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2019
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Jabatan :
No telp :
Tanggal wawancara :

Gali informasi mendalam

Variable Topik wawancara

Pra Bencana Waktu sebelum terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan saat tidak terjadi
bencana dan kegiatan daerah yang berpotensi bencana. Di
fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan meliputi air bersih,
jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan
nyamuk:

1. Bagaimana Peran pemerintah dalam Pengurangan


risiko?
2. Bagaimana Peran pemerintah dalam Pencegahan
Bencana Banjir?
3. Bagaimana Peran pemerintah dalam Pemaduan
penanggulangan bencana?
4. Bagaimana Peran pemerintah dalam Pendidikan dan
pelatihan?

Saat Bencana saat terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan tanggap darurat.
Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan meliputi air bersih,
jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan
nyamuk:
1. Bagaimana Peran pemerintah dalam penyelamatan dan
evakuasi yang dilakukan oleh BPBD Kota Makassar?
2. Bagamana Peran pemerintah dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan dasar?
3. Penanganan korban yang meninggalkan rumahnya ke
pos evakuasi
4. Penanganan korban yang tidak meninggalkan
rumahnya?
5. Bagaimana kondisi sanitasi dasar?

Pasca Bencana Setelah terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan rehabilitasi dan
rekontruksi. Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan
meliputi air bersih, jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan
perkembangbiakan nyamuk:

1. Bagaimana Peran pemerintah dalam perbaikan


lingkungan?
Pedoman wawancara untuk masyarakat yang terkena dampak bencana
Penanggulangan Bencana dalam Aspek Sanitasi Lingkungan
Di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2019
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Jabatan :
No telp :
Tanggal wawancara :

Gali informasi mendalam

Variable Topik wawancara

Pra Bencana Waktu sebelum terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan saat tidak terjadi
bencana dan kegiatan daerah yang berpotensi bencana. Di
fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan meliputi air bersih,
jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan
nyamuk:

1. Bagaimana Persiapaan dan Pengurangan risiko yang


dilakukan ?
2. Bagaimana Pencegahan bencana banjir yang dilakukan?
3. Bagaimana Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan?

Saat Bencana saat terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan


penanggulangan bencana meliputi kegiataan tanggap darurat.
Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan meliputi air bersih,
jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan perkembangbiakan
nyamuk:

1. Bagaimana penyelamatan dan evakuasi yang


dilakukan saat terjadi banjir?
2. Bagamana pemenuhan kebutuhan dasar saat terjadi
banjir?
3. Bagaimana kondisi sanitasi dasar pada saat terjadi
banjir?
Pasca Bencana Setelah terjadinya bencana dapat melakukan kegiatan
penanggulangan bencana meliputi kegiataan rehabilitasi dan
rekontruksi. Di fokuskan pada aspek sanitasi lingkungan
meliputi air bersih, jamban, pengelolaan sampah, SPAL, dan
perkembangbiakan nyamuk:

1. Bagaimana perbaikan lingkungan yang dilakukan


setelah terjadi banjir?
KUESIONER PENELITIAN

PENANGGULANGAN BENCANA DALAM ASPEK SANITASI LINGKUNGAN

DI KELURAHAN KATIMBANG KECAMATAN BIRINGKANAYA

KOTA MAKASSAR TAHUN 2019

Nama pewawancara :

Tanggal Wawancara :

Identitas lokasi

Lingkungan

RT/RW

Nomor urut responden

Informed consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, setelah mendapat penjelasan peneliti
mengenai tujuan penelitian tentang “Penanggulangan Bencana dalam Aspek
Sanitasi LIngkungan di Kelurahan Katimbang Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar Tahun 2018” akan berperan serta dalam penelitian ini yaitu menjadi
responden. Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani
lembar persetujuan ini.

Ttd Responden
Kondisi Sanitasi Lingkungan ko
de
Pilihan jawaban
A. Air Bersih
1. Air PDAM
A1 Darimana sumber air bersih anda? 2. Sumur Gali
3. Sumur Bor
4. Air galon

1. Ya
A2 Apakah sumber air bersih Anda cukup 2. Tidak
kehidupan sehari-sehari?
B. Jamban
1. Iya
B1 Apakah anda punya jamban keluarga? 2. Tidak
1. Septic tank
B2 Apakah jenis pembuangan limbah dari 2. Cemplung
jamban yang di gunakan? 3. lainnya

1. Baik
B3 Bagaimana kondisi jamban anda? 2. Rusak

C. Pengelolaan Sampah
1. Ya
C1 Apakah anda memiliki tempat sampah? 2. Tidak

1. Di buang
C2 Bagaimana proses pengelolaan sampah 2. Di bakar
anda? 3. Di kubur
4. Di daur ulang
1. Baik
C3 Bagaimana kondisi tempat sampah anda? 2. Rusak
D. SPAL
1. Ya
D1 Apakah anda memiliki SPAL? 2. Tidak
1. Ke jalan/halaman/kebun
D2 Kemana air bekas buangan limbah di 2. Sungai/kanal
buang? 3. Lubang galian
4. Saluran terbuka/selokan
5. Pipa saluran IPAL

1. Baik
D3 Bagaimana kondisi SPAL anda? 2. Rusak

E. Perkembangbiakan Vektor Nyamuk


1. Ya
E1 Apakah anda merasakan banyak nyamuk 2. Tidak

1. Ya
E2 Apakah terdapat genangan air di sekitar 2. tidak
rumah anda?

1. Baik
E3 Bagaimana kondisi penampungan air 2. Rusak
anda?
Hasil Pengukuran sampel air bersih oleh BTKL-PP
Matris wawancara informan BPBD Kota Makassar

Pra

no Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Perencanaan penanggulangan Hd Perencanaan penanggulangan Perencaan penanggulangan Dapat di simpulkan bahwa


bencana banjir di kota bencana dituangkan dalam bencana di buat oleh BPBD kota perencanaan penanggulangan
Makassar? bentuk dokumen resmi yang Makassar dalam bentuk banjir dilakukan oleh BPBD dalam
telah di keluarkan oleh BPBD dokumen resmi bentuk dokumen. Namun masih
kota Makassar KRB dan kurang dalam hal sanitasi
RPBDKM lingkugan

Yl Di buat oleh sama BPBD kota


makassar dalam bentuk
dokumen baru na arahkan mi
sama kami untuk kerja.

2 Pengurangan risiko yang Hd Pengurangan risiko yang Pengurangan risiko di buat Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan oleh BPBD kota dilakukan dalam bentuk perencanaan terlebih dahulu pengurangan risiko dilakukan
Makassar? perencanaan kemudian kemudian melakukan kegiatan- dengan sistematis walaupun
berkoordinasi dengan dinas lain kegiatan seperti pelatihan- fokusannya hanya perencanaan dan
untuk melakukan kegiatan pelatiahn penanggulangan koordinasi. Ada beberapa aspek
langsung atau aksi langsung. bencana dengan berkoordinasi sanitasi lingkungan yang dilakukan
dengan instansi terkait.
Yl Bentuk pengurangan risiko yang
kami lakukan adalah membuat
pelatihan-pelatihan di tingkat
RT RW. Melatih apa yang perlu
di persiapkan dan perlu di
perhtaikan pada saat terjadi
banjir.

Kerja bakti juga biasa dilakukan


tiap minggu, kerja bakti
memperbaiki drainasi dengan di
fasilitasi oleh pemerintah.

3 Pencegahan bencana banjir yang Hd Pencegahan banjir ada dalam Pencegahan bencana banjir Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan oleh BPBD kota dokumen resmi dari BPBD tapi sudah di buatkan perencaan pencegahan bencana banjir harus di
Makassar? kalo mau di lihat realnya ada di dalam bentuk dokumen lakukan oleh instansi terkait. Atau
kementerian lingkungan hidup kemudain di rekomendasikan yang memiliki kekuatan untuk
dan PU untuk pencegahan banjir kepada instansi terkait seperti mencegah bencana banjir.
kota Makassar. Karena untuk untuk pembuatan drenasi ada
melakukan pencegahan banjir pada dinas PU.
adalah kerja multi sektoral.

Yl Kalo banjir di kelurahan susah


mi di cegah karena daerahnya
disini memang daerah rawan
banjir mi jadi yang biasa di
lakukan cuman mengurangi
resikonya atau efeknya.
4 Pemaduan penanggulangan Hd Pemaduannya dilakukan dalam Pemaduan dilakukan dalam Dapat di simpulkan bahwa
bencana dari BPBD kota bentuk rapat koordinasi oleh bentuk rapat koordniasi oleh pemaduan dilakukan dengan cara
Makassar? unsur-unsur yang terlibat dalam instansi terkait yang terlibat rapat koordinasi untuk
penanggulangan bencana. apa dalam penanggulangan bencana. memaksimalkan kinerja masing-
lagi dalam hal sanitasi dan pembagian tugas juga dilkakukan masing dalam hal penanggulangan
kesehatan labih banyak untuk memaksimalkan perencaan bencana.
dilakukan oleh dinas kesehatan dalam hal pra, saat, dan pasca.
dan PU.

Yl Sebelum terjadi bencana yang


bertugas langsung cuman kami
dan PU. Kami focus untuk
peltihan dan pendidikan, dan PU
yang mengeksekusi kondisi
lapangan.

5 Persyaratan analisis dari BPBD Hd Persyaratan analisis juga ada Persyaratan analisis ada dalam Dapat di simpulkan bahwa
kota Makassar? dalam dokumen KRB. Dan bentuk dokumen KRB, yang peryaratan analisis ada dalam
petunjuk teknis melaksanakan kemudian di aplikasikan oleh tim bentuk dokumen kemudian d
mitigasi dan kesiapsiagaan. lapangan pada saat melakukan aplikasikan.
analisis.
Yl Analisis sesaui dengan arahan
BPBD kota Makassar

6 Pemantauan penegakan tata Hd Penegakan tata ruang ada di Penegakan tata ruang dilakukan Dapat di simpulkan bahwa
ruang? dinas terkait tapi BPBD dengan membuat perencaan, penegakan tata ruang sudah
berkontribusi dalam memberikan saran dan
perencanan. Contohnya peta- rekomendasi sampai turun dilakukan tetapi masih ada
peta daerah rawan bencana dari langsung tempat-tempat rawan masyarakat yang tidak sadar.
BPBD menjadi referensi dalam bencana untuk kemudian di
pemantauannya. laporkan kepada instansi terkait
untuk di tindak lanjuti.
BPBD belum terlalu turun
langsung cuman dalam bentuk
diskusi dan rekomendasi agar
pemantauan tetap di laksanakan.

Yl Pemantauan sudah dilakukan


pemantauan, dan sudah
dilaporkan oleh dinas tata ruang.
Dan ada tiga RW yang memiliki
risiko banjir yang sangat
tinggi.tapi masyrakat belum
sadar sehingga masih ada yag
membangun bangunan di daerah
sana.

7 Pendidikan dan pelatihan yang Hd Pendidikan dan pelatihan jalan Pendidikan dan pelatihan terus Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan oleh BPBD kota terus. Secara umum penyiapan dilakukan oleh BPBD kota pendidikan dan pelatihan sudah
Makassar? masyarakat terkait Makassar di berbagai titik daerah dilakukan dengan berbagai sasaran
kesiapsiagaanya, dalam bentuk rawan bencana dan berbagai dan berbagai titik daerah rawan
sosialiasi. Berkala taip tahun sasaran, yang di harapkan dapat banjir. Namun masih kurang dalam
dan berbagai sasaran seperti memberi kontribusi kepada aspek sanitasi lingkungan
pemuda, TNI/Polri, guru santri masyarkat dalam
dll. penanggulangan bencana.
Untuk banjir pernah dilakukan
pelatihan pengurangan risiko
banjir untuk masyarakat.

Terkait menggerakaan kader


belum berkelanjutan.

Yl Pelatihan dan pendidikan sudah


sering di lakukan di tingkat RT
RW mulai dari pelatihan
assessment dan pelatihan
kesiapsiagaan pada saat
terjadinya bencana.

Saat

No Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Pengkajian secara cepat dan Hd Ada yang di bilang TRC untuk Pengkajian cepat dilakukan pada Dapat di simpulkan bahwa
tepat? melakukan kaji cepat evakuasi saat terjadi bencana dengan cepat pengkajian cepat dapat maksimla
tempat pengungsian. Dan ada dengan menggunakan tenaga karena dapat bantuan dari instansi
tim-tim dari dari dinas terkait instansi terkait bidangnya. Dan lain dan kader-kader pelatihan.
yang juga melakukan bantuan dari kader pelatihan.
pengakijian cepat seperti
puskesmas tapi tetap di
koordinasikan.
Dalam aspek sanitasi yang
paling diperhatikan adalah air
bersih.

Yl Pengkajian dilakukan dengan


laporan-laporan dari kader-
kader, dan kurang 6 jam harus
selesai pengkajian untuk
kemudian dilakukan tindak
lebih jauh.

2 Penetapan status keadaan Hd Indikatiornya ada di dokumen Penetapan status keadaan darurat Dapat di simpulkan bahwa
darurat? yang telah di buat untuk keadaan di kembalikan kepada pimpinan penetapan status keadaan darurat
siaga darurat hingga tanggap dengan memperhatikan indicator ada pada wewenang pimpinan
darurat. Siaga darurat itu dlihat yang ada dalam dokemen tetapi tetap memperhatikan
dari curah hujan dan tanggap resminya, seperti memperhatikan indicator.
darurat jika banjir terjadi. curah hujan.

Yl Penetapan status kembali ke


kepala BPBD atau pimpinan
daerah.

3 Penyelamatan dan evakuasi Hd Pada saat siaga darurat sudah Penyelamatan dan evakuasi Dapat di simpulkan bahwa
yang dilakukan ada persiapannya, dan dinas dilakukan dengan persiapan penyelamatan dan evakuasi
terkait pun sudah siap, PU, sebelumnya sehingga instansi- mendapat bantuan dari berbagai
PDAM, dinsos, dan lain-lain. instansi terkait pun dapat turun instansi.
Kemudian di distribusikan ke langsung ke lapangan untuk
titik-titik banjir. bekerja dengan cepat. Tempat
pengungsianpun sudah di
Yl Penyelamatan dilakukan oleh siapkan.
BPBD di bantu oleh basarnas,
TNI,POLRI, DAMKAR, dan
Potensi SAR yang ada di
Makassar.

Posko pengungsian BPBD ada 3


yaitu 2 sekolah dan 1 masjid.
Karena kurangnya lokasi yang
kosong dengan memperhatikan
keamanan dan kebersihan.

4 Pemenuhan kebutuhan dasar? Hd Terkantung kondisi apa yang Pemenuhan kebutuhan dasar Dapat di simpulkan bahwa
dibutuhkan dan BPBD memiliki dilakukan pembagian oleh BPBD pemenuhan kebutuhan dasar dapat
perlindungan kelompok rentan? stok. jika memiliki stoknya. Dan terpenuhi dengan bantuan dari
berkoordinasi dengan instansi instansi terkait dan sumbangan
Banyak bantuan-bantuan juga lain jika memiliki barang-barang masyarakat kemudain di salurkan
yang masuk dalam daerah yang lain. Penyalurannya di oleh pemerintah setempat.
bencana. berikan wewenang kepada
pemerintah daerahnya.
Kebutuhan dasar untuk makan
kemarin ada dapur umu dan nasi
dos.
Untuk kelompok rentan ada
empat yaitu Perempuan hamil
menyusui, manula, anak-anak,
difabel.

Yl Untuk kebutuhan dasar


berkoordnisi dengan instansi
lain, seperti makanan ada dari
dinas social (TAGANA) dengan
membuat dapur umum. Air
bersih dari PDAM, pakaian
sumbangan-sumbangan dari
masyarakat.

Pada saat terjadi bencana


fokusannya hanya untuk
penyelmatan dengan memnuhi
kebutuhan dasarnya.

Sanitasi dan kebersihan di


berikan tanggungjawab kepada
kelurahan untuk mengawasi.

5 Pemulihan fungsi sarana dan Hd Pemulihan tidak dilakukan Tidak dilakukan di saat terjadi Dapat di simpulkan bahwa tidak
prasarana? karena fungsi sarana da sarana bencana, tetapi pasca terjadi ada pemulihan.
pada saat banjir kemarin tidak bencana.
terganggu.
Yl Pemulihan fungsi ini dilakukan
setelah banjir karena bagaimana
mau memulihkan na masih
banjir.

Pasca

no Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Perbaikan lingkungan yang Hd Kalo signifikan kerusakan maka Perbaikan lingkungan dilakukan Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan akan dilakukan perbaikan. jika terjadi kerusakan yang cukup pebaikan dilakukan jika terjadi
besar. Jika terjadi kerusakan kerusakan yang cukup besar.
Tetapi tetap dinas terkait yang cukup besar maka di
melakukan normalisasi, seperti laporkan kepada instansi terkait
PU untuk drenasi, Dinas untuk melakukan perbaikan.
kesehatan untuk masalah
kesehatan. Pemerintah
kelurahan dan kecamatan untuk
pemerintahan

Yl Perbaikan lingkungan dilakukan


dengan memberikan data
kepada dinas terkait untuk
kemudian dinas terkait yang
melakukan perbaikan dari data
yang di berikan.
2 Perbaikan sarana dan prasarana Hd Kalo signifikan kerusakan maka Ada pemulihan psikologis Dapat di simpulkan bahwa ada
yang dilakukan akan dilakukan perbaikan. dilakukan dan di bantu oleh pemulihan psiklogis dari
mahasiswa. mahasiswa kepada masyarakat.
Pemulihan social psikologis Yl Pemulihan psikologis di bantu
oleh mahasiswa mahasiswa.

3 Pemulihan social ekonomi dan Hd Kalo signifikan kerusakan maka Tidak ada, tergantung kerusakan Dapat di simpulkan bahwa tidak
budaya akan dilakukan perbaikan. yang terjadi ada pemulihan

Yl Tidak ada

4 Pemulihan keamanan dan fungsi Hd Kalo signifikan kerusakan maka Tidak ada, tergantung kerusakan Dapat di simpulkan bahwa
pemerintahan akan dilakukan perbaikan. yang terjadi. pemulihan.

Yl Tidak ada.
Matris wawancara informan Pemerintah Kecamatan Biringkanaya dan pemerintah kelurahan katimbang

Pra

no Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Pengurangan risiko yang SF Pengurangan risiko tetap Pengurangan risiko untuk Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan oleh pemerintah memperhatikan aspek-aspek bencana banjir sudah dilakukan dilakukan program-program dalam
kecamatan/kelurahan? lingkungan seperti dilakukan program seperti penangkutan aspek sanitasi yang dilakukan.
program pengangkutan sampah sampah yang rutin dilakukan dan
dan melakukan kerja bakti untuk kerja bakti rutin, hingga tetap
sanitasi. memberikan pemberitahuan
kepada warga jika akan terjadi
SH Kalo mau terjadi banjir tetap di banjir.
sampaikan sama masyarkat
untuk bersiap-siap dan hati-hati.
Pengangkutan sampah dan kerja
bakti juga dilakukan, walaupum
tdk banjir tetap di lakukan. Kalo
di katimbang 3 kali seminggu di
ambil sampahnya.

2 Pencegahan bencana banjir yang SF Banjir dapat di cegah jika semua Pencegahan banjir tidak ada Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan oleh pemerintah pihak dapat bekerja sama untuk dilakukan hanya memberikan pencegahan banjir dapat
kecamatan/kelurahan? mencegahnya. tanggapan dan solusi bahwa
banjir dapat di cegah jika semua dilaksanakan jika semua pihak
SH Banjir dalam di selesaikan kalo pihak bekerja sama dalam bekerja sama.
walikota Makassar sama bupati menyelesaikannya.
maros yang turun untuk
memperbesar saluran air yang
ada di situ, tapi sampai sekarang
belum selesai.

3 Pemaduan penanggulangan SF Dilakukan pemaduan seperti di Pemaduan dilakuakn dengan Dapat di simpulkan bahwa
bencana dari pemerintah undangnya BPBD dan dinas instansi terkait tergantung pemaduan dilakukan dengan
kecamatan/kelurahan? terkait pada saat membuat kegiatan yang dilaksanakan, berbagai instansi tergantung
peltihan atau sosialiasi tentang seperti pelatihan kebencanaan kegiatan yang dilaksanakan.
kebencanaan. oleh BPBD, dan puskesmas
untuk kegiatan kesehatan
SH Kerja sama dengan puskesmas

4 Pendidikan dan pelatihan yang SF Pelatihan juga melakukan Kecamatan sudah melakukan Dapat di simpulkan bahwa ada
dilakukan oleh pemerintah pelatihan dan sosialisasi untuk pelatihan kebencaan tetapi pelatihan yang dilakukan tetapi
kecamatan/kelurahan? menanggulangi kebencanaan, kebencaan secara umum, tidak maksimal.
narasumberi dari BPBD dan walaupun kelurahan tidak
Damkar atau instansi terkait. melaksanakannya.

SH Tidak ada pelatihan yang


dilakukan. Karena banjir yang
terjadi tiba-tiba saja.

Saat
No Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Penyelamatan dan evakuasi SF Mengantisipasi dengan di Di buatkan posko evakuasi dan Dapat di simpulkan bahwa
yang dilakukan buatnya posko-posko kemudian pegawai pemerintahan memiliki penyelamatan dan evakuasi
di ungsikan di posko induk. tanggung jawab untuk melayani dilakukan dengan membuat posko
warganya yang ada diposko pengungsian dan melayani warga
SH Kantor kelurahan di buatkan evakuasi tersebut. yang ada di posko.
posko pengungsian, di kantor
pngungsian kemarin ada 537
warga yang mengungsi.

Kantor tidak pernah tutup untuk


membantu warga

2 Pemenuhan kebutuhan dasar? SF Pemenuhan kebutuhan dasar Kebutuhan dasar tidak Dapat di simpulkan bahwa
pemerintah melakukan kekurangan dan tidak ada kebutuhan tercukupi.
penyaluran kebutuhan dasar. keluhan dari warga, pemerintah
Jika ada logistic masuk kami yang memiliki tanggung jawab
yang salurkan. untuk menyalurkan kebutuhan
dasar untuk warga yang terkena
SH alhamulillah tidak kekurangan. bencana banjir
Kami juga menyalurkan kepada
warga-warga yang datag di
kantor dan menyalurkan ke RW-
RW yang ada di kelurahan
Katimbang.
3 Penanganan korban yang SF Memberikan tempat, dan warga yang meninggalkan Dapat di simpulkan bahwa warga
meninggalkan rumahnya ke pos menampung logistic yang rumahnya mendapatkan tertangani pada saat di posko
evakuasi? masuk kemudian disalurkan. pelayanan di posko pengungsian evakuasi.
yang memiliki logistic yang
SH Menampung pengungsi yang cukup
datang kemudian di salurkan
kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh pengungsi

4 Penanganan korban yang tidak SF Tetap disediakan logistic di Warga yang memilih untuk Dapat di simpulkan bahwa warga
meninggalkan rumahya? posko pengungsian untuk tinggal di rumahnya tetap di tetap di tangani walapaun tidak
masyakarat yang tidak sediakan dan di bagikan logistic melakukan pengungsian.
mengungsi. untuk warga yang tidak
mengungsi.
SH Makanan tetap kami bagikan ke
warga-warga yang tidak
mengungsi tapi datang ke kantor
minta makanan kami kasih.

5 Kondisi sanitasi dasar? SF Kondisi sanitasi dasar ditetap di Kondisi sanitasi dasar tetap di Dapat di simpulkan bahwa kondisi
perhatikan seperti air bersih di perhatikan dengan menjaga sanitasi dasar tetap diperhatikan.
adakan untuk pengungsi. kebersihan, dan tetap menjaga
Kebersihan pun tetap di kecukupan air bersih dari PAM
perhatikan. Tapi yang paling di
utamakan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar.
SH Air kami ada dari PAM dan
kami Tanya pengungsi kalo
sampahnya jangan berserakan di
buang pada tempatnya.

Pasca

no Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Perbaikan lingkungan yang SF Di bagikan air berish dalam Perbaikan lingkungan di bantu Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan bentuk mobil tangker, untuk air oleh instansi terkait perbaikan adaperbaikan yang dilakukan oleh
bersihnya, pembagian kaporit yang dilakukan, warga juga warga dan instansi lainnya.
dan bubuk abate, dan melakukan kerja bakti dan
melakukan foging. memberishkan rumah masing-
masing.
SH Kami mengarahkan warga
untuk memperbaiki rumah
masing-masing tapi kalo waktu
makan siang kami suruh lagi
kembali di sini makan karena
masih banyak makanan.
Matris wawancara informan warga yang terkena banjir

Pra

no Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan

1 Persiapaan dan Pengurangan JD Tidak ada persiapan yang Lebih banyak warga yang tidak Dapat di simpulkan bahwa lebih
risiko yang dilakukan? dilakukan. melakukan persiapan karena banyak informan yang tidak
dampak bencana banjir tahun ini melakukan persiapan.
MS Sudah mengantisipasi memang lebih besar dari biasanya.
karena tiap tahun selalu datang
memang, Tetapi masih ada yang
melakukan persiapan mulai dari
Mempersiapkan apa-pa yang mengamankan barang-barang,
perlu di persiapkan seperti hingga meninggikan rumahnya.
memindahkan barang-barang.

AP Air naik langsung pada saat itu,


jadi tidak ada persiapan
dilakukan

EV Tidak ada persiapan karena di


kira tidak tinggi sekali ji,
ternyata langsung tinggi.

YS Persiapannya kemarin tidak ada.


AW Kalo musim hujan itu saya siap-
siap mi memang, kayak
amankan barang-barang, sama
kemarin saya kasih tinggi lagi
rumahku supaya air banjir tidak
masuk, karena tiap tahun terjadi
banjir.

2 Pencegahan bencana banjir yang JD Kami harapkan bantuan dari Semua informan mengatakan Dapat di simpulkan bahwa banjir
dilakukan? pemerintah karena banjir selalu bawha banjir tidak bisa di cegah sudah tidak dapat di cegah.
ada Karena ada sungai di karena daerah meraka memang
belakang. adalah daerah yang tiap tahun
telah terjadi banjir.
MS Banjir tidak bisa di cegah cuman
resikonya yang bisa di kurangi
kalo di sini.

AP Harus kayaknya dibuat tanggul


besar

EV Tidak bisa di cegah karena tiap


tahun selalu banjir

YS Tidak bisa mi kayaknya di cegah


karena dari dulu ka tinggal di
sini selalu memang banjir.
AW Kalo mau d cegah kayaknya
harus dari pemerintah pusat ini
karena airnya ini kiriman dari
bendungan bili-bili.

3 Pendidikan dan pelatihan yang JD Tidak ada pelatihan yang di Kebanyakan informan tidak Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan? ikuti. Tapi selalu ji siap mendapatkan pelatiahn pelatihan dan pendidikan belum di
penanggulangan bencana, rasakan oleh kebanyakan warga
MS Tidak ada datang, tapi kita walaupun ada juga yang tidak
sendiri yang melatih diri sendiri. ikut pelatihan tetapi sudah siap
akan bencana karena sudah
AP Tidak ada pelatihan. terbias, tetapi ada juga yang
sudah mengikuti,
EV Tidak ada pelatihan.

YS Ada pelatihan dilakukan


kemarin sama BPBD sama ada
kadernya kami juga untuk RW 1

AW Kemarin sempat ji ikut pelatihan


kebencanaannya, tapi bukan
tentang banjir, umum
peltihannya.

Saat

No Pertanyaan Informan Jawaban Reduksi Kesimpulan


1 Penyelamatan dan evakuasi JD Kebanyakan ibu-ibu yang Kebanyak informan memilih Dapat di simpulkan bahwa
yang dilakukan mengungsi, tergantung
untuk mengungsi ke posko penyelamatan dan evakuasi yang
ketinggian iar juga kalo tinggi
pengungsian, walaupun tetap ada dilakukan dalam bentuk mengungsi
sekali mi baru mengungsi yang tinggal di rumah hingga
menumpang di rumah tetangga
MS Ada warga pergi ke posko yang tidak terlalu parah, hingga
pengungsian, ada juga warga ada yang membantu warga lain
mengungsi ke rumah-rumah untuk melakukan evakuasi.
tetangga yang tidak terkena
banjir, seperti rumah saya,
karena lantai 2.

AP Kalo kemarin ada mengungsi ke


masjid sama rumahnya pak RT.

EV Tinggal ji di rumah waktu banjir


karena ada ji lantai 2 nya rumah.

YS Ada yang mengungsi ada juga


tinggal, kalo sy tinggal karena
tidak terlalu tinggi ji air, daan
rumah panggung ji rumah.

AW Kemarin saya bantu-bantu


untuk evakuasi warga ke posko
pengungsian sama teman-teman
yang lain. Jadi saya stay di RTku
ji sapa tau ada butuh bantuan.

2 Pemenuhan kebutuhan dasar? JD Air bantuan dari PAM dan ada ji Kebutuhan dasar tetap terpenuhi Dapat di simpulkan bahwa kebutan
makanan di salurkan ke masjid bagi yang ada di posko dasar dapat terpenuhi.
baru distu mi ambil. pengungsian dan yang tidak
mengungsi juga mendapatkan
MS Karena ada juga yang tidak bantuan.
mengungsi jadi kebutuhan dasar
itu saya ambil masuk drop ke
sini.

AP Kebutuhan dasar kalo di sini di


persiapkan memang untuk 2 hari
seperti makanan. Sudah banjir
baru ada pembagian bantuan.

EV Kan susah ki akses ke rmhnya


pak RT jadi di bawakan ki pake
perahu.

YS Dapat pembagian bantuan dari


pemerintah sama sumbangan-
sumbangan itu nanti di bagi-
bagi.
AW Pembagian makanan itu di bagi
posko pengungsian, ada juga
bantuan-bantuan lain.

3 Kondisi sanitasi dasar? JD Ada bantuan air PAM masuk 1 Sanitasi dasar tidak terlalu Dapat di simpulkan bahwa sanitasi
mobil, sampah di biarkan sja diperhatikan karena warga dasar tidak terlalu diperhatikan oleh
berfokus pada penyelamatan dan warga.
MS Air bersih dari PAM. Pada saat evakasi hingga pemenuhan
banjir focus ke pemenuhan kebutuhan dasarnya.
kebutuhan dasar dulu.

AP Air bersih tercukupi pada saat


banjir oleh air hujan. Karena
hujan terus juga.

EV Focus ke kebutuhan dasar dulu


waktu terjadi banjir.

YS Waktu banjir fokusnya untuk


terpenuhi kebutuhan dasarnya
orang.

AW Kemarin tidak terlalu di


perhtikan karena lagi banjir.

Pasca

no Pertanyaan informan Jawaban Reduksi Kesimpulan


1 Perbaikan lingkungan yang JD Ada pembagian kaporit dan Kebanyakan warga melakukan Dapat di simpulkan bahwa
dilakukan abate dari puskesmas. Ada juga kerja bakti untuk membersihkan perbaikan lingkungan hanya
foging dari caleg sampah yang berserakan dan dilakukan oleh warga dan jarang
drainase yang tersumbat, tetapu mendapatkan bantuan dari instanis
MS Membersihkan rumah masing- ada juga mendapatkan bantuan terkait.
masing, dan kerja bakti untuk pembagian kaporit dan bubuk
bersih-bersih. abate.

AP Kerja bakti untuk


membersihkan sampah yang
berserakan.

EV Pulang ki ke rumah masing-


masing untuk membersihkan.
Baru kerja bakti.

YS Setelah surut air saya arahkan


warga untuk kerja baik
membersihkan sampah-sampah
yang berserakan sama selokan
juga.

AW Setelah banjir di arahakn untuk


kerja bakti untuk perbaiki
selokan yang tertutup sama
bersih-bersih rumah.
Persuratan

145
RIWAYAT HIDUP

Nama : Farid Muslim

TTL : Rappang, 24 Maret 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

Golongan Darah :O

Agama : Islam

Suku : Bugis

Kebangsaan : Indonesia

Kewarganegaraan : Indonesia

No HP : 081242877898

E-mail : faridmuslim13@yahoo.co.id

Alamat : Jalan Gandaria Permai nomor 17 Lumpue Parepare

Pendidikan : 1. SDN 9 Parepare

2. SMPN 10 Parepare

3. SMAN 2 Parepare

Anda mungkin juga menyukai