Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN KAWASAN PESISIR

Dosen : dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc.,Ph.D

MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


KAWASAN PESISIR

OLEH :

KELOMPOK 1

DIAN FATRIANI INDAH S . K012181112


LISAWATI NURTANG K012181027
BENNY PALANTI K012181130
RUSYDI INDRA K012181005
MOHAMMAD ANUGERAH K012181116

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan

limpahan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah teknologi

pengelolaan limbah padat tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini kami akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen yang

membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya dengan judul

makalah “Manajemen Kesehatan Lingkungan Kawasan Pesisir”.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai cara pengendalian pencemaran dari

incenerator serta menyajikan hasil rekapan jurnal beserta pembahasan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan

makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya untuk para

pembaca.

Makassar, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Fakta Masalah ......................................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tabel Rekap Hasil Jurnal dan Kesimpulan Tabel ................... 3
B. Pembahasan............................................................................. 5
C. Solusi....................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan ............................................................................. 7
B Saran ....................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Fakta Masalah

Keberadaan masyarakat yang ada di wilayah pesisir dan sebagai masyarakat


yang menggantungkan kehidupannya pada ekosistem laut yang berdasarkan pada hukum
adatnya, maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan di wilayah laut dan panta
dilakukan secara terpadu. Pengelolaan lingkungan secara terpadu berdampak pada
pengelolaan efektif untuk penyeimbang pemanfaatan ekonomi dan pelestarian
lingkungan. Berdasarkan penyeimbang pemanfaatan tersebut memungkinkan timbulnya
bentuk-bentuk pengelolaan lain yang lebih aplikatif (applicable) dan adaptif
(acceptable). Salah satu bentuk pengelolaan yang lebih aplikatif dan adaptif dalam
pengelolaan adalah pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis masyarakat (community
based management).
Untuk dapat memberikan upaya perlindungan dan pemberdayaan yang terintegrasi,
terkoordinir, dan tepat sasaran, UU No. 7 Tahun 2016 mewajibkan pemerintah dan
pemerintah daerah menyusun rencana perlindungan dan pemberdayaan nelayan,
pembudidaya ikan, dan petambak garam di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota. Rencana ini akan menjadi bagian integral dari rencana pembangunan
nasional, rencana pembangunan daerah, rencana APBN, dan rencana APBD. Upaya
perlindungan dan pemberdayaan dilaksanakan mengacu kepada rencana perlindungan
dan pemberdayaan yang telah disusun. Sayangnya, sampai sekarang rencana
perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak garam
belum terbit baik di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. UU No. 7 Tahun
2016 juga memerintahkan pembentukan empat peraturan pelaksana, yaitu peraturan
pemerintah tentang pengawasan perencanaan dan pelaksanaan perlindungan dan
pemberdayaan, peraturan presiden tentang pemberian subsidi, dan dua peraturan menteri
tentang mekanisme perlindungan terhadap risiko dan partisipasi masyarakat dalam
perlindungan dan pemberdayaan.
Zona pesisir adalah antarmuka antara daratan dan laut, dan merupakan salah satu
area terpenting di dunia dari sudut pandang manusia. Ekosistem laut pesisir, yang
diantaranya, mangrove, dan lamun menyimpan lebih banyak karbon daripada seluruh
ekosistem darat.
Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT) merupakan kegiatan yang
menitikberatkan pada kelintangan kawasan pesisir, dimana partisipasi masyarakat pesisir
sangat menentukan keberhasilan program. Harus ada solusi potensial untuk mengatasi
pengembangan wilayah pesisir, praktik terbaik untuk operasi, pemeliharaan, pengelolaan
data, pemantauan, dan perencanaan penting untuk memastikan program berjalan dengan
baik.
Sedangkan Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa
lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan
pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini menyediakan
sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun (seagrass),
hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi. Pulau-pulau kecil juga memberikan
jasa lingkungan yang besar karena keindahan alam yang dimilikinya yang dapat
menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak, pemanfaatan potensi pulau-pulau
kecil masih belum optimal akibat perhatian dan kebijakan Pemerintah selama ini yang
lebih berorientasi ke darat.
Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan
membawa suatu perubahan pada ekosistemnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
membawa pengaruh pada lingkungan. Semakin tinggi intensitas pengelolaan dan
pembangunan yang dilaksanakan berarti semakin tinggi tingkat pemanfaatan
sumberdaya, maka semakin tinggi pula perubahan-perubahan lingkungan yang akan
terjadi di kawasan pulau- pulau kecil.
Berdasarkan fakta masalah di atas, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai
manajemen pengelolaan wilayah pesisir dan pulau.

B. Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana manajemen kesehatan lingkungan kawasan pesisir ?
2. Bagaimana manajemen kesehatan lingkungan di pulau ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen kesehatan lingkungan kawasan pesisir
2. Untuk mengetahui manajemen kesehatan lingkungan di pulau

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tabel Rekap Hasil Penelitian dan Kesimpulan Tabel
No Nama Manajemen Keterangan

1. Dian Perencanaan, Identifikasi dan evaluasi berbasis Kementerian Kesehatan, Lingkungan, dan Alam
Fatriani strategi strategi pengelolaan limbah, yang Curacao, badan yang bertanggung jawab untuk
Indah didasarkan pada proses partisipasi dan dapat pengelolaan limbah dan kebijakan terkait, dianggap
Saputri dengan sendirinya berkontribusi pada SDG, sebagai aktor berpengaruh oleh semua pemangku
(K012181 strategi evaluasi. Metodologi perencanaan yang kepentingan. Untuk Curacao, perlu mengadopsi
112) diusulkan melibatkan empat langkah: (I) opsi-opsi pengelolaan limbah adaptif terlebih
Memahami sistem saat ini: yang terdiri dari dahulu. Koordinasi pusat daur ulang antarpulau,
mengidentifikasi dan memetakan sistem saat ini. yang didanai oleh industri pariwisata, dapat
(II) Identifikasi kebutuhan masa depan: skenario, membantu mengatasi hambatan untuk
strategi kebijakan, dan target SDG. (III) Simulasi meningkatkan upaya daur ulang sambil memberikan
dan evaluasi: ini termasuk pemodelan paket SDGs. Hasil lebih lanjut menunjukkan kelayakan
kebijakan yang diusulkan pada indikator SDG menerapkan undang-undang yang membatasi aliran
yang diinginkan dalam skenario masa depan serta limbah touris tertentu yang dihasilkan yang tidak
evaluasi. (IV) Rekomendasi: secara transparan dapat ditangani secara lokal. Undang-undang ini
menyajikan potensi kebijakan dan rekomendasi membutuhkan kerja sama regional dan global
untuk mencapai target SDG, sambil merefleksikan sehingga pariwisata tidak terpengaruh.
proses
2. Benny Bentuk manajemen dalam mencapai SDG 14, Dalam jurnal ini di jelaskan tentang sistem
Palanti serta 60 target di sebagian besar dari 17 SDG pengmatan global terpadu untuk zona pesisir yaitu :
(K012181 yang ada relevan dengan pembangunan yaitu : Program Pengendalian Polusi Nol Pesisir
130) berkelanjutan zona pesisir adalah : didirikan pada tahun 1990 oleh Badan Perlindungan
- manajemen terpadu interaksi tanah-laut di Lingkungan (EPA) Amerika Serikat dengan tujuan
zona pesisir. untuk mengurangi limpasan tercemar ke pantai
- Sistem pengamatan global terpadu untuk perairan, dan EU Nitrates Directive.
zona pesisir.
- Pengelolaan berbasis ekosistem pesisir

3. Lisawati Kebijakan Lingkungan Nasional untuk Kebijakan lingkungan Nasional seperti target ICZM
Nurtang Pembangunan Berkelanjutan di meksiko merupakan proram berkelanjutan.
Samudra dan Pesisir Meksiko (NPOCM) Program sebelumnya dianggap berhasil dan teah
membentuk program Manajemen Terpadu Zona menunjukkan ada perubahan di zona pesisir.
Sanitasi (ICZM). Programnya adalah 1) Proyek
Bisnis Mega Proyek yang meliputi: drainase
pluvial,drainase sanitasi, sistem air minum dan
pengolahan air tanaman 2) Proyek Hukum tentang
Air Meksiko 3) Program Pendidikan Lingkungan
yang berorientasi pada kebijakan yang benar,
manajemen dan reboisasi zona pesisir; 4)
Konstruksi tanah akan menghindari lindi; dan
mengangkut limbah padat perkotaan dengan truk;
5) Studi tentang tarif dan kebocoran air di kota; 6)
Penguatan operator air kota.

4. Rusydi Melakukan identifikasi untuk meningkatkan Manajemen pengelolaannya berjalan hal ini dilihat
Indra kesehatan ekosistem Teluk Guanabara, dari segi kewenangan dan maajemen pemerintah
(K012181termasuk membangun struktur tata kelola dimana Semua tingkat pemerintahan (federal,
005) yang kuat, memulihkan kualitas air di sungai, negara bagian, dan situs) dan berbagai
teluk dan pantai, memulihkan habitat di Teluk lembaga publik memiliki tanggung jawab
Guanabara dan daerah aliran sungai, dan manajemen atas Guanabara Bay. Badan
memitigasi dampak perubahan iklim. lingkungan Negara Bertanggung jawab untuk
Kartu laporan kesehatan ekosistem dihasilkan galangan kapal prosedur
menggunakan data pemantauan dengan perizinan lingkungan. Selain itu, sejak tahun
keterlibatan pemangku kepentingan untuk 1997 Nasional Kebijakan onWater Sumber
Teluk Guanabara dan daerah aliran sungai. Daya Act mendirikan proses pengambilan
Rapor juga dapat digunakan untuk melacak keputusan yang demokratis dan
kemajuan menuju pemulihan dengan cara terdesentralisasi. Hal ini menciptakan Sistem
terukur Artinya, diskrit, dan dipertahankan. Nasional untuk Pengelolaan Sumber Daya Air
Dalam hubungannya, struktur tata kelola Yang meliputi pemerintah federal di bawah
yang kuat diperlukan dengan tingkat yang Komite Sumber Daya Air Nasional dan Badan
jelas dari tanggung jawab terhadap Air Nasional (ANA), pemerintah negara bagian
pengelolaan isu-isu yang berbeda di Teluk, dengan Sumber Daya Air Dewan Negara,
khususnya masalah sanitasi. Proses rapor kelompok-kelompok lokal di bawah tee DAS
yang ketat dan transparan secara ilmiah dapat Committee, entitas yang berbeda pemerintah
digunakan untuk melacak kemajuan restorasi terkait dengan manajemen sumber daya air
Teluk Guanabara.(Fries et al., 2019)
5. Mohamm Manajemen yang dilakuan : (1) substitusi Arahan Kerangka Kerja Limbah Eropa,
ad impor; (2) pemanfaatan limbah; dan (3) diperkuat pada tahun 2018 dengan Paket
Anugera memungkinkan perubahan di tingkat Ekonomi Sirkular, permintaan dari negara-
h legislatif. Sebagai solusi jangka pendek, negara anggota UE setidaknya 70% daur ulang
K012181 substitusi pasir dan kerikilmelalui daur ulang dan pemulihan tingkat limbah kontruksi dan
116
CDW adalah pilihan yang layak. Untuk solusi pembongkaran (CDW)hingga 2020.
jangka panjang, itu adalah sangat penting
untuk mengurangi pemanfaatan dan impor
mineral konstruksi bermasalah lingkungan

Kesimpulan :
Dari 5 jurnal yang dibahas, 3 jurnal membahas tentang manajemen Pembangunan kawasan pesisir
dan 2 jurnal membahas tentang manajemen pembangunan wilayah kepulauan. Secara umum, bentuk
manajemen yang dilakukan adalah Perencanaan, Identifikasi dan evaluasi berbasis strategi strategi
pengelolaan limbah, yang didasarkan pada proses partisipasi dan dapat dengan sendirinya berkontribusi
pada SDG sebagai tujuan. Sedangkan dalam pembangunan berkelanjutan zona pesisir, manajemen yang
dapat diterapkan adalah manajemen terpadu interaksi tanah-laut di zona pesisir, Sistem pengamatan
global terpadu untuk zona pesisir, Pengelolaan berbasis ekosistem pesisir. Bentuk pembangunan
berkelanjutan lainnya adalah membentuk program Manajemen Terpadu Zona Sanitasi (ICZM).

4
B. Pembahasan
Manajemen diantaranya adalah Perencanaan, Identifikasi dan evaluasi berbasis strategi strategi
pengelolaan limbah, yang kemudian didasarkan pada proses partisipasi. Metodologi perencanaan
yang diusulkan melibatkan empat langkah: (I) Memahami sistem saat ini: yang terdiri dari
mengidentifikasi dan memetakan sistem saat ini. (II) Identifikasi kebutuhan masa depan: skenario,
strategi kebijakan, dan target SDG. (III) Simulasi dan evaluasi: ini termasuk pemodelan paket
kebijakan yang diusulkan pada indikator SDG yang diinginkan dalam skenario masa depan serta
evaluasi. (IV) Rekomendasi: secara transparan menyajikan potensi kebijakan dan rekomendasi untuk
mencapai target SDG. Bentuk manajemen dalam mencapai SDG 14, serta 60 target di sebagian besar
dari 17 SDG yang ada relevan dengan pembangunan berkelanjutan zona pesisir adalah :

1. Manajemen terpadu interaksi tanah-laut di zona pesisir.


Berbagai komunitas dan organisasi internasional terlibat dalam pengelolaan pesisir dan laut harus
bekerja sama untuk berkolaborasi untuk perencanaan laut dan pesisir yang berkelanjutan.
2. Sistem pengamatan global terpadu untuk zona pesisir.
Sangat penting untuk membangun sistem pengamatan global yang terintegrasi termasuk
pemantauan waktu nyata untuk memberikan dasar ilmiah untuk pengembangan rasional,
pemanfaatan dan perlindungan wilayah pesisir
3. Pengelolaan berbasis ekosistem pesisir
Penggabungan jasa ekosistem ke dalam lingkungan manajemen menerima perhatian global yang
meningkat. Ecosystembased manajemen (EBM) adalah pendekatan terpadu untuk manajemen
yang mempertimbangkan seluruh ekosistem, termasuk manusia, dan dampak kumulatif berbagai
sector
Pada Kebijakan Lingkungan Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, dapat
membentuk program Manajemen Terpadu Zona Sanitasi (ICZM), tujuanya adalah untuk
mengidentifikasi pentingnya pelaksanaan program pada zona pantai, serta mengidentifikasi
perubahan dan kemajuan pada zona pesisir. Programnya adalah 1) Proyek Bisnis Mega
Proyek yang meliputi: drainase pluvial,drainase sanitasi, sistem air minum dan pengolahan
air tanaman; 2) Proyek Hukum tentang Air; 3) Program Pendidikan Lingkungan yang
berorientasi pada kebijakan yang benar, manajemen dan reboisasi zona pesisir; 4)
Konstruksi tanah akan menghindari lindi; dan mengangkut limbah padat perkotaan dengan
truk; 5) Studi tentang tarif dan kebocoran air di kota; 6) Penguatan operator air kota.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan identifikasi untuk meningkatkan
kesehatan ekosistem, termasuk membangun struktur tata kelola yang kuat, memulihkan
kualitas air di sungai, teluk dan pantai, memulihkan habitat daerah aliran sungai, dan

5
memitigasi dampak perubahan iklim. Laporan kesehatan ekosistem dihasilkan
menggunakan data pemantauan dengan keterlibatan pemangku kepentingan untuk Teluk dan
daerah aliran sungai. Catatan juga dapat digunakan untuk melacak kemajuan menuju
pemulihan dengan cara terukur Artinya, diskrit, dan dipertahankan. Dalam hubungannya,
struktur tata kelola yang kuat diperlukan dengan tingkat yang jelas dari tanggung jawab
terhadap pengelolaan isu-isu yang berbeda di Teluk, khususnya masalah sanitasi. Proses
pelaporan yang ketat dan transparan secara ilmiah dapat digunakan untuk melacak kemajuan
restorasi Teluk. Manajemen pengelolaannya berjalan hal ini dilihat dari segi kewenangan
dan maajemen pemerintah dimana Semua tingkat pemerintahan (federal, negara bagian, dan
situs) dan berbagai lembaga publik memiliki tanggung jawab manajemen. Angkatan Laut,
misalnya, memiliki akuntabilitas kelembagaan penting terkait Memastikan keselamatan
navigasi, Pelaksana dan menegakkan hukum, Mencegah polusi Disebabkan oleh kapal-
kapal, dan melacak semua aktivitas yang terjadi di perairan Teluk. Badan lingkungan
Negara Bertanggung jawab untuk galangan kapal prosedur.
Dalam proses daur ulang limbah di sekitar pesisir dan kepulauan, Secara praktis, CDW
biasanya dibuang secara ilegal di pantai. Manajemen yang dilakuan : (1) substitusi impor;
(2) pemanfaatan limbah; dan (3) memungkinkan perubahan di tingkat legislatif. Sebagai
solusi jangka pendek, substitusi pasir dan kerikilmelalui daur ulang CDW adalah pilihan
yang layak. Untuk solusi jangka panjang, itu adalah sangat penting untuk mengurangi
pemanfaatan dan impor mineral konstruksi bermasalah lingkungan

C. Solusi
Program pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir dan kepulauan yang
diterapkan juga perlu disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi wilayah-wilayah pesisir
atau kepulauan sesuai kebutuhan. Sumber daya pesisir dan laut merupakan ekosistem yang
sangat strategis bagi pembangunan nasional, maka dalam penetapan program dan
kebijakannya harus diupayakan adanya efisiensi dalam pemanfaatan ruang dan sumberdaya
pesisir, peningkatan pendapatan/kesejahteraan masyarakat pesisir, memberdayakan
masyarakat pesisir, dan memperkaya dan meningkatkan mutu sumberdaya alam. Undang-
undang, peraturan local atau daerah mengenai kebijakan pengelolaan kawasan pesisir dan kepulauan
perlu diterapkan dengan baik.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan membawa suatu
perubahan pada ekosistemnya. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa pengaruh pada
lingkungan. Perencanaan, Identifikasi dan evaluasi berbasis strategi strategi pengelolaan limbah,
yang didasarkan pada proses partisipasi atau dengan peran aktif pemerintah dan masyarakat.

B. Saran
Perlunya peran aktif pemerintah didukung oleh partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
program pembangunan dan pengelolaan kawasan pesisir/ kepulauan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dian Fatriani Indah Saputri. Lena I. Fuldauer*, Matthew C. Ives, Daniel Adshead, Scott
Thacker, Jim W. Hall. (2019). Participatory Planning Of The Future Of Waste Management
In Small Island Developing States To Deliver On The Sustainable Development Goals.
Journal of Cleaner Production 223 (2019) 147-162.
Rusydi Indra. Fries, A. S., Coimbra, J. P., Nemazie, D. A., Summers, R. M., Azevedo, J. P. S.,
Filoso, S., … Dennison, W. C. (2019). Guanabara Bay ecosystem health report card:
Science, management, and governance implications. Regional Studies in Marine Science,
25, 100474. https://doi.org/10.1016/j.rsma.2018.100474
Lisawati Nurtang. Juan Carlos Nava Fuentes, Pedro Arenas Granados, Filomena Cardoso
Martins. (2018). Integrated coastal management in Campeche, Mexico; a review after the
Mexican marine and coastal national policy. Ocean and Coastal Management 154 (2018)
34–45
Mohammad Anugerah. Dominik Noll, Dominik Wiedenhofer, Alessio Miatto, Simron Jit
Singh. (2019). The expansion of the built environment, waste generation and EU recycling
targets on Samothraki, Greece: An island’s dilemma. Resources, Conservation & Recycling
150 (2019) 104405
Benny Palanti. Igadhini Vitriyana, Irwan Budiono. (2018). Manajemen Pelaksanaan Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. HIGEIA 2 (3) (2018)
https://doi.org/10.15294/higeia/v2i3/22761

Anda mungkin juga menyukai