Anda di halaman 1dari 24

PERTEMUAN 1

KONSEP DASAR PERMUKIMAN


A. Pengertian dan Tujuan
Dalam banyak kamus, rumah ( home) lebih digarnbarkan sebagal sesuatu yang bersitat
fisik ( house. dwelfing, shetter). seperti contoh pengertian rurnah berikut :
1. Bangunan untuk tempat tinggal / banguna pada umumnya ( sepertt gedung dan
sebagainya)
2. Dwelling —place, fixed residence of family or household, member of family
collectively, private-house. padahal ditijau secara lebth dalam rumah tidak sekedar
bangunan melainkan suatu konteks social dan kehidupan keluarga dimana manusa
saling mencintai dan berbagt ide, orang-orang terdekatnya. Dalam pandangan ini
rumah lebih merupakan suatu system soclal ketimbang system fisik. Hal ini
disebabkan karena rumah berkastan erat dengan manusia, yang memilii tradisi
social. perilaku dan keinginan-keinginan yang berbeda dan selalu berstfat dinamis.
Karenanya rumah bersifat kompleks dalarn mengakomodasi berbagai konsep
dalam diri manusia dan kehidupannya Dalam tataran ini Hayward rnengemukakan
beberapa konsep tentang rumah
1) Rumah sebagai pengejawantahan jati diri: rumah sebagai
symbol dan pencermulan tata nilai selera pribadi penghuninya.
2) Rurnah sebagai wadah keakraban, rasa merrilliki, rasa
kebersamaan, rasa kehangatan. kasih dan rasa aman.
3) Rumah sebagi tempat rnenyendiri dan menyept, tempat
melepaskan dan dunia luar dan tekanan dan ketegangan dan
dunia rutin.
4) Rurnah sebagai akar kesinambungan, rumah merupakan tempat
kernbali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan
daiam untalan proses kemasa depan
5) Rumah sebagat wadah kegiatan utama sehan-han.
6) Rumah sebagai pusat tanngan soctal.
7) Rumah sebagai struktur fisik.
Pada masyarakat modem, rumah dan perumahan menjadi masalah yang cukup serius.
Pemaknaan atas rurnah , simbolisasi nilai-nilai dan sebagainya sering kali sangat dipengaruhi
oleh tingkat ekonomi dan status sosial. Rurnah pada masyarakat modern, terutama
diperkotaan menjadi sangat bervanasi dan tingkat paling minim yang karena keterbatasan
ekonomi hanya dijadikan sebagai tempat berteduh, sampai kepada menjadikan rurnah sebagat
lambang prestise karena kebutuhan meniaga citra kelas social tertentu. Tetapi, tidak dapat
dipungkiri dengan segala keletbatasan dan kelebihannya rumah adalah suatu wadah
kehidupan sosial terdekat anggota keluarga dimana berlaku norma-norma yang dianut oleh
keluarga tersebut menurut latat blakang keluarganya masing.masing.
B. Ruang Lingkup Permukiman
Masalah rumah dan permukiman_di Indonesta berakar dari pergeseran konsentrasi
penduduk dan desa kekota. Pertumbuhan penduduk kota di Indonesta cukup tinggi, Sekitar
4% per tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional, dan cenderung akan terus meningkat.
Hal ini menunjukkan kecenderungan yang tinggi tumbuhnya kota-kota di Indonesta.
Sayangnya, terjadi keadaan yang tidak sesui antara tingkat kemampuan dengan kebutuhan
sumber daya manusia untuk lapangan kerja yang ada diperkotaan, mengakibatkan timbulnya
kelas sosial yang tingkat ekonominya sangat rendah. Hal ini berakibat terhadap tingkat
pemenuhan kebutuhan dasar kaum papa itu yang dapat dikatakan sangat minim rumah dan
rempat ursan mereka tidak lebih dan tempat untuk tetap survive di tengah kehidupan kota.
Kualitas pemukiman mereka dianggap rendah dan tidak memenuhi standar hidup yang layak
Berbagai program dan pengadaan perumahan telah dilakukan pemerintah dan swasta.
Tetapi apa yang dilakukan belum mencukupi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari
segi jumlah ternyata pemerintah dan swasta hanya mampu menyediakan lebih kurang 10 saja
dari kebutuhan rurnah, sementara sisanya dibangun sendiri oleh masyarakat dari segi kualltas
banyak pihak yang berpendapat bahwa program yang ada belum menyentuh secara holistic
dimensi sosiaal sehingga masih perlu diupayakan perbaikan-perbikan. Beberapa masalah
pokok dalam bidang perumahan di Indonesia antara lain:
1. Perbedaan peresepsi tentang rumah layak huni, masalah perumahan sering hanya
didekati dengan penyelesaian teknis-ekonomis yang sepihak, tanpa melibatkan
masyarakat pemakai yang berhubungan erat dengan latar belakang budaya tradisi dan
perilaku mereka. Hal menimbulkan kesenjangan dalam memandang rumah yang layak
huni salah satu akibatnya adalah rumah siap huni berupa rumah susun, misalnya
ditinggalkan oleh penghuninya, atau berkembang menjadi sangat rawan akan
kriminalitas atau dipugar yang tentunya membutuhkan biaya tambahan.
2. Ketidak seimbangan sediaan ( suplay ) dan permintaan ( demand ). Kebutuhan paling
banyak adalah berasal dan golongan rumah menengah kebawah sementara ada
kecenderungan pihak pengembang, terutarna swasta, membangun untuk masyarakat
menengah atas yang memang menjanikan keuntungannya yang besar.
3. Keberlanjutan rumah dan perumahan. Belum ada system yang efektiv untuk
mengevaluasi perumahan agar dapat diperoleh gambarannya.

C. Kontruksi Khusus
Didalam merencanakan suatu bangunan rumah, harus memperhatikan adanya
kemungkina-kemungkinan yang dapat menurunkan kualitas bangunan dapat
menyebabkan resiko tinggi bagi penghuni terhadap kesehatan, keamanan kerusakan
rumah. kecelakaan dan mengurangi kenyamanan. Oleh karena itu harus diperhatikan
konstruksi-konstruksi khusus antar lain seperti pondasi yang bebas thermit. Didalam
proses pembuatan pondasi batu kali yang sering diabaikan adalah adanya patok-patok
kayu yang dibiarkan dalam galian tersebut. kayu-kayu tersebut ( patok ) yang tertinggal
dalam galian merupakan makanan yang potenstal bagi thermit , yang dapat berakibat
vatal terhadap bangunan khususnya terhadap kekuatan bangunan itu sendiri dan bagian
-bagian bangunan lain. Untuk menghindarkan hal tersebut diatas harus membersihkan
galian dari segala bentuk patok pada saat pondasi dibuat dan ditimbun tanah.
 Pendekatan Rumah Lestari
Kata lestari dapat dartikan sebagi seperti keadaan semula tidak berubah ( kekal
). Tetapi lebih jauh dan itu, makna lestari dapat sebagai teriaganya keberlangsungan.
Rurnah lestari, dengan demikian, mempunyai rnakna bahwa fungsi rumah dengan
segala konsepsi nilai dan norma yang terkatt didalmnya harus tetap tejaga. Hal ini
penting derni terjaganya kualitas kehidupan manusia didalamnya, yang berhubungan
sangat erat dengan terjaganya kualitas kehidupan suatu bangsa dan umat manusia
seluruhnya.
Begitu banyaknyayang memengaruhi keberadaan suatu rumah dan perumahan,
maka mewujudkan konsep rumah lestari harus dilakukan secara holistic
(menyeluruh). Kegagalan dan kekurangan-kekurangan perencanaan rumah selama ini
seringkali tidak mempertimbangkan faktor secara proporsional, terutama dari
kepentingan manusia penghuninya.
1. Rumah dalam pendekatan sosial budaya
Rumah dalam pendekatan social budaya, behubungan langsung dengan
manusia dan aktivasinya dengan segala norma dan nilai yang dianut, pendekatan
rumah dalam sudut pandang social budaya menjadi hal yang sangat penting. Hal ini
berkaitan dengan rumah sebagi satuan social terkecil dalam suatu negara, tempat
manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya secara fisik rnaupun sosial.
Ruang-runag dalam rumah harus dapat rnengakomodasi dengan baik semua aktivitas
keluarga yang berlangsung didalamnya
Dalam sudut pandang int maka rumah lestari adalah rumah yang memberi
ruang yang nyaman dan fungsional untuk mengakomodasi aktivitas penghuni, dengan
kata lain kepuasan penghuni harus diutamakan. Sangat ditekankan bahwa karakter
aktivitas setiap rnanusia berbeda satu sama lain sesuatu dengan latar belakangan
budaya. Pengalam dan nilai-nilai yang dianut. Untuk itu penting sekali mengetahui
dan rnemehami dengan baik karakter dan aktivitas perilaku penghuni sebelurn
merencanakna ruang ( dalarn hal ini rumah ) bagi mereka
Disamping itu sangat penting pula memahami, tradisi membangun masyarakat
untuk rnenampung kebutuhan sosialnya dalam rumah maka rumah lestari juga adalah
rumah yang proses pembangunanya melibatkan sepenuhnya penghuni ruman
perencana hanya bertindak sebagr mediator untuk menterjemahkan aspirasi penghuni
rumah akan rancangan fisik.
2. Rumah dalam pendekatan eklogi
System hubungan timbal balik ini disebut dengan istlah “ecosystem” Kata
“eco” berasal dari perkataan Yunani “cos” atau “oikos” yang berati rumah dan ilmu
yang mempelajari masalah ini disebut “ecology (Kata logy berarti ilmu). Khusus
mengenai hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya itu
disebutkan dengan istilah “Human Ecology”
Hubungan pengaruh timbal balik tersebut terjadi secara berantai. Perubahan
yang teriadi pada salah satu elemen akan mengakibatkan teriadinya perubahan-
perubahan pada elemen-elemen yang lain. Perubahan yang teriadi pada unsur
manusia. Misalnya dengan pertambahan penduduk yang melimpah. akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada perumahan dan memperluas daerah
pemukiman, dan selanjutnya meningkatkan derajat pencemeran lingkungan yang
ditimbulkan oleh aktivitas manusia itu sendiri.
PERTEMUAN 2
 Bahan pondasi yaitu sebagai berikut
1. Bahan pengawet kayu
1) Tipe I : Yang larut dalam air ( garam wolman , tanah liat, celcure , accu,
rentoki, hertikel dan lain-lain )
2) Tipe II : Yang larut dalam minyak ( solar, minyak tanah , bensin , alcohol dan
penta , dowicide, rentoki , cuprinoi, soligun, pandrex, brunophen dan lain-lain
3) Tipe III : Berupa minyak creosol dan carbotimen. Bahan ini cukup mahal.
2. Persiapan pengawetan kayu
1) Bebas dari serangan perusak ( kayu harus utuh ).
2) Bersih dari kulit dan kotoran ( ± 20 % )
3) Siap dipasang / tidak serut maupun dipotong lagi
3. Cara pengawetan
Penggunaan bahan pengawet harus sesuai dengan dosisnya ( lihat petunjuk
pada kemasan ), misalnya garam wolman 5-6 kg dilarutkan dalam 100 liter air untuk
100 liter, kayu untuk jelasnya dapat dilihat prosesnya sebagai
1) Pengulasan
2) Penyemprotan
3) Pencelupan
4) Rendaman dingin
5) Rendaman panas
6) Rendaman panas dingin
 Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Dinding
Dinding tidak tembus pandang, dapat menahan angina dan kedap air.
2. Langit-langit
Tinggi langit-langit minimum 2,4 meter dan sebaiknya 3-4 meter (WHO), langit-
langit berfungsi supaya matahari tidak dirasakan langsung
3. Ventilasi
Disesuaikan dengan luas ruangan, luas buakaan ventilasi 1 meter 2 atau minimal 1/9 x
luas lantai. Bukaan ventilasi dapat berupa pintu, jendela namun jendela sebaiknya
tembus cahaya, yang dapat dibuka dan ditutup atau khusus lubang anginnya tidak
sama dengan jalusi. Untuk ventilasi silang dibuat 2, pada bukaan pada dinding yang
berhadapan. Bukaan ventilasi yang baik adalah yang searah dengan tiupan angina.
a. Sumber dari alam (cahaya matahari)
b. Sumber penerangan buatan
a) Penerangan alam :
Letakan rumah sesuai dengan orientasi matahari
 Daerah kerja (servis) ditetapkan pada timur-barat
 Daerah hunian ditetapkan pada araah utara-selataan

b) Penerangan buatan
Untuk penerangan malam hari dalam ruangan terutama untuk ruang
baca da kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama dengan 10
watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.
Penggunaan kap lampu harus menggunakan sudut cahaya 300 dari langit-lngit.
KETERNGAN :
Jumlah watt lampu pijar minimaluntuk runganan-ruangan sebagai berikut :
1. Ruang tamu ( luas 9 meter2 ) -60 watt
2. Ruang makan ( luas 6 meter2 ) -40 watt
3. Ruang tidur ( luas 9 meter2 ) -40 watt
4. Lampu tidur -10 watt
5. Dapur ( luas 4 meter2 ) -40 watt
6. Kamar mandi/wc ( luas 3 meter2 ) -25 watt
PERTEMUAN 3
PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN
Metode Pengawasan
1. Pengawasan dan pemantauan terhadap perumahan/pemukiman yang akan dibangun atau
yang baru dibangun dititik beratkan kepada :
a. Aspek Administratif yang meliputi antara lain :
1) Perizinan bangunan
2) Pembiayaan
3) Klasifikasi bangunan
4) Ketatalaksanaan
5) Aspek administrative lainnya.
b. Aspek Perencanaan meliputi antara lain:
1) Kesesuaian dengan perencanaan tata guna tanah
2) Kesesuaian dengan perencanaan konstruksi
3) Kesesuaian dengan perencanaan arsitektur
4) Kesesuaian dengan perencanaan sarana dan prasarana termasuk sanitas lingkungan
c. Aspek Konstruksi meliputi antara lain
1) Keadaan lapisan tanah untuk bangunan rumah/ perumahan
2) Kualitas bahan bangunan
d. Aspek arsitektur meliputi antara lain :
1)Syarat- syarat bangunan yang disesuaikan dengan bentuk atau tipe bangunan
2)Aspek arsitektur lainnya

2. Pengawasan dan pemantauan terhadap rumah-rumah (perumahan/pemukiman) yang telah


ada, telah lama dihuni. Selain di titik beratkan ke empat aspek tersebut diatas, juga
ditujukan untuk upaya rehablittasi dan renoyasi dari konstruksi rumah-rumah dan
lingkungannya yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan menjadi rurnah-rumah dan
lingkungannya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Adapun kegiatan-kegiatannya
adalah :
a) Melakukan survei (pengamatan langsung) terhadap rumah-rumah dan hngkungannya,
seperti antara lain survei data dasar tentang perumahan dan hngkungannya
b) Pemasangan kartu rumah untuk setiap rumah yang bensikan hasii survel tersebut
diatas
c) Melakukan penyuluhan rutin tentang penyehatan rumah dan lingkungannya terhadap
penduduk yang ternyata lingkungannya tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan
d) Mengadakan pemantauan secara rutin oleh petugas kesehatan Lingkungan (sanitarian
) dengan mencatat perkembangan kesehatan rumah dan lingkungannya pada kartu
rumah yang tetah terpasang di masing-masing rumah
e) Memberikan saran-saran perbaikan terhadap penghuni rumah yang ternyata rumah
dan lingkungannya kurang, memenuht syarat- syarat kesehatan
f) Memberikan teguran dan peringatan terhadap penghuni rumah yang tidak mematuhi
aturan-aturan yang berlaku (yang telah disepakati) dalam usaha penyehatan rumah
dan Lingkungannya
g) Memberikan sanksi terhadap orang-orang (penduduk) yang melanggar
Parameter dan Indikator Pengawasan
1. Parameter
a) parameter dalam pengawasan rumah adalah :
1) Jendela
2) Lubang hawa
3) Luas lantai
4) Jumlah penghuni
5) Kecepatan aliran udara
6) Kelembaban udara
7) Temperatur (suhu) ruangan
8) Pembagian ruangan
9) Pagar halaman
10) Pintu masuk pagar halaman
11) Halaman/pekarangan
12) Tumbuhan yang ditanam di halaman
13) Konstruksi bangunan
14) Kebersihan dalam rumah
15) Penerangan/ pencahayaan
16) Adanya serangga dan tikus
17) Sistim pembuangan air kotor
18) Sistem pembangunan sampah
19) Sistem penyediaan air bersih

b) Parameter pengawasan lingkungan pemukiman adalah :


1) Fasilitas lingkungan
2) Kemudahan memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari
3) Kepadatan lingkungan
4) Prasarana lingkungan
5) Bagian persil yang tertutup bangunan (building coverage)
6) Jarak antar bangunan rumah
7) Kebisingan dan frekuensi lalu lintas
8) Tumbuh-turnbuhan atau pohon yang ada
c) Pencegahan kecelakaan dan keselamatan
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa. aman dan sehat bagi
penghuninya. Untuk mencapai itu antaralain:
1. konstruksi dan material yang digunakan dalama pembangunan sebuah rumah harus
mengikuti ketentuan untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
2. Jarak antara ujung atap dengan ujung atap tetangga maksimal 3 meter
3. Rumah dibangun jangan terialu dekat dengan pohon-pohon besar yang mudah
tumbang atau yang berbuah besar dan keras
4. Jarak rumah dengan jalan harus mengikuti garis R 001.
5. Lantai yang selalu basah (kamar mandi/wc, kamar cuci) jangan sampai licin dan
mudah
Dibersihkan
6. Didepan pintu utama harus dtberi lantai tambahan minimal 60 cm, (untuk mencegah
jatuh
setelah membuka pintu)
7. Bagian bangunan yang api atau Instalasi listrik harus terbuat dari bahan yang tahan
api
8. Untuk rumah bertingkat:
 Tangga jangan tegak lurus. lebar anak tangga minimal 25 cm,Tinggi minimal
17.5 cm .
 Pintu diujung tangga harus memakai kaca untuk mengetahui bahwa didepan
ada tangga turun
 Bahan bangunan utuk rumah bertingkat kekuatannya harus disesuaikan dengan
banyaknya tingkatan .
 Rumah flat panjangnya jangan melebihi 40 meter demi keadaan bangunan .
9. Racun serangga ,obat-obatan dan bahan – bahan bangunan berbahaya lainnya harus
disimpan rapi dan tidak terjangkau oleh anak – anak .
d. Fasilitas Sanitasi
Agar penghuni rumah dapat terjamin kesehatannya maka rumah yang dibangun harus
dilengakapi dengan sarana sarana seperti sebuah tangki septik dengan sebgai berikut :

 Luas halaman cukup untuk bidang peresapan


 Jarak tangki septik dan bidang peresapannya harus m dari sumur, pantek atau sumur
gali
 Kondisi air tanah sedemikian sehingga bidang resapan harus bias bekerja secara baik
 Volume tangki septik minimum 1,5 rni
 Tinggi air dalam tangki minimum 1 m
 Tangki septik harus dibuat dari bahan rapat air
 Tutup tangki septik harus dilengkapi dengan lubang penghawaan dan lubang
pemeriksa. lubang pemeriksa harus berdiameter 45 cm. Kalau berbentuk persegi,
ukuran lubang pemeriksa adalah 45 x 45 cm,
 Pipa masuk harus terletak pada ketinggian kira-kira 2,5 ani lebih

Aspek Admisitratif dan Sosial


Ekonomi selalu menjadi kendala dalam memiliki rumah layak huni, terutama bagi
masyarakat menengah ke bawah. Rendahnya tingkat pendapatan dan mahalnya
biayapembangunan sebuah rumah, menjadi kendala yang sulit bagi penyediaan rumah layak
huni. Oleh karena itu perlu diupayakan pendekatan perencanaan rumah anatara lain:
a. Pengupayaan metode dan teknologi pengadaan rumah yang murah. misalnya
pengupayaan bahan bangunan alternative dengan memanfaatkan sumber daya alam
setempat yang akan menekan biaya produksi, pembanguan rumah melalui system
kooperaso subsodo solang antara rumah mewah dengan rumah menengah dan
sederhana.dsb
b. Peningkatan data masyarakat dengan upaya peningkatan perekonomianan, misalnya
dengan merencanakan ruang-ruang yang dapat diajadiakn tempat usaha
Rumah dalam Pendekatan Administrasi
Sebagai bagian dari pembangunan terencana, maka pend administrasi juga penting.
Hal ini dapat dilakukan terutama menjamin terlindunginya hak-hak penghuni rumah dalam
dokumen antara lain dengan melakukan hal-hal berikut
Rumah dibangun dengan system administrasi yang jelas sederahana_ Dalam hal ini
Pemerintah harus mengupayakan inventori perumahan yang lebih baik, terutama untuk
mengenda perkembangannya serta untuk evaluasi, sehingga perbaikan dilakukan secara
berkelanjutan. Pemerintah harus mengupayakan perlindungan hak pengh rumah untuk
kenyamanan dan kesehatan, terutama untuk registr, matenal hasil industn. Hal ini dapat
dialkukan misalnya dengan labelisa matenal bangunan. Jadi, labelisast tiak hanya bertaku untuk
makan, karena pengaruh material bangunan juga sangat besar terhadai kesehatan penghuni Apa
lagi rumah didiami bukan untuk waktu yang singkat, tetapi untuk puluhan tahun, bahkan seumur
hidup.
PERTEMUAN 4
PERMUKIMAN SEHAT
A. Pengertian Permukiman

Menurut WHO, permukiman adalah "Suatu Struktur Fisik" dimana orang


menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk
juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk
kesehatan jasmani dan rokhani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.

B. Klasifikasi Permukiman

Khusus mengenai permukiman manusia, ada sebuah teori yang disebut teori "ekistics",
yang membahas segala aspek-aspek yang bertalian dengan ilmu permukiman manusia. Kata
ekistics berasal dari kata Yunani purba "oikos" yang berarti rumah. Teori ini telah
memperkenalkan type permukiman sebagai berikut :

Perkiraan jumlah
Tipe permukiman Bagian permukiman
penduduk

Permukiman sementara Rumah & lingkungannya 3 – 100

Desa Perumahan & lingkugannya 100 - 5.000

Kota (polis) Kota & lingkungannya 5.000 - 200.000

Metropolis Metropolis & lingkungan 200.000 - 10 juta

Megapolis Megapolis & lingkungan 10 juta – 500 juta

Berdasarkan sifatnya permukiman dapat dibedakan beberapa jenis yaitu :

1) Permukiman perkampungan tradisional

Perkampungan seperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang


teguh tradisi lama. Kepercayaan, kebudayaan dan kebiasaan hidup nenek moyangnya secara
turun-temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan-perubahan dari luar
walaupun keadaan zaman ielah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara
tradisional yang sulit unluk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatan
seperti antara lain kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air
kotor secara sembarangan, sehingga disana-sini banyak genangan air kotor, yang
mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit menular.
2) Perkampungan darurat.

Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya


perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya
banjir misalnya, maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerah/lokasi yang bebas dari
banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditempatkan di perkampungan
ini untuk mendapatkan pertolongan/bantuan makanan: pakaian dan obat-obatan. Begitu pula
bila ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapi yang meletus dan lain-lain.

Daerah permukiman ini bersifat darurat, tidak terencana, dan biasanya kurang fasilitas
sanitasi lingkungan sehingga kemungkinan penjalaran penyakit akan mudah terjadi.

3) Perkampungan Kumuh (slum area)

Jenis permukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu pepindahan
penduduk dari kampung (pedesaan) kekota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih
baik.

1) Permukiman Transmigrasi.

Jenis permukiman seperti ini direncanakan oleh pemerintah, yaitu suatu daerah
permukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan
ditransmigrasikan dari suatu daerah yang padat penduduknya, ke daerah yang jarang/kurang
penduduknya tetapi luas daerahnya (Untuk tanah garapan, bertani, bercocok tanam dan lain
lain), Disamping itu jenis permukiman seperti ini merupakan tempat permukiman bagi orang-
orang (penduduk) yang ditransmigrasikan akibat di tempat asalnya sering dilanda banjir atau
sering mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi..

2) Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus.

Perkampungan seperti ini biasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi
orang-orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang
telah direncanakan. Penghuninya atau orang-orang yang menempatinya biasanya bertempat
tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih menjalankan tugas. Setelah tugas
selesai mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing-masing. Contohnya antara lain
adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan Olah Raga Nasional misalnya),
perkampungan orang-orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar,
proyek pembangunan bendungan), perkampungan perkemahan pramuka dan lain-lain.

3) Permukiman baru (real estate).

Permukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak
swasta. Pembangunan tempat permukiman ini biasanya di lokasi yang sesuai untuk suatu
permukiman (kawasan permukiman). Di tempat ini. biasanya "keadaan kesehatan
lingkungannya cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih baik
berupa sumur pompa tangan (sumur bor) ataupun air PAM/ PDAM, sistim
pembuangan kotoran dan air kotornya direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan
sampahnya dikoordinir dan diatur secara baik.

Selain itu di tempat ini biasanya dilengkapi dengan gedung-gedung sekolah (SD,
SMP, dll) yang dibangun dekat dengan tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti Pos
Kesehatan/Puskesmas. Pos Keamanan, Kantor Pos, pasar dan lain-lain.

Jenis permukiman seperti ini biasanya dibangun dan diperuntukkan bagi


penduduk/masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas.

C. Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permukiman

Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman menurut keputusan Menteri Kesehatan


(Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:

1) Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran
lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) Sampah atau
bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan

2) Kualitas udara

Kualitas udara ambient dilingkungan perumahan harus bebas dari gangguna gas beracun
dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3 secara biologsi tidak terdeteksi


b. Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maksimum 150 ug/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 perhari

3) Kebisingan dan getaran

a. kebisinan dianjurkan 45 dB A, maksimum 55 dB A


b. tingkat getaran aksimum 10 mm/detik

4) Kualitas tanah di daerah perumahan dan permukiman

a. kandungan timah timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg


b. kandungan arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. kandungan Cadmium (Cd) total maksimum 20 mg/kg
d. kandungan Benzoat (a) pyerene maksimum 1 mg/kg

5) Prasarana dan sarana lingkungan

a. memiliki taman bermain untuk anak srana rekreasi keluarga dengan kosntruksi
yang aman dari kecelakaan
b. memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit
c. memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan kosntruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, kosntruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman lampu penerangan
jalan tidak menyilaukan mata.
d. tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualtias air yang memenuhi
persyaratan kesehatan
e. pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
f. pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi sayrat kesehatan
g. memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan komunikasi tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.
h. Pengaturan isntalasi listrik harus menjamin kemanan penghuninya
i. Tempat pengelolaa makan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6) vektor penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat


b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5 %

7) Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan leingkunan permukiman merupakan pelindung dan juga


berfungsi untuk kesejukan keindahan dan kelestarian alam

D. Kualitas udara dalam rumah

Kualitas udara dalam ruang sendiri (indoor air quality) ditentukan secara sengaja
ataupun tidak sengaja oleh penghuni sendiri. Ada gedung yang secara khusus diatur, baik
suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai peralatan ventilasi khusus
adapula yang dilakukan dengan mendayagunakan keadaan cuaca alamiah dengan mengatur
bagian gedung yang dapat dibuka. Kualitas udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh
temperature dan kelembaban yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan
penghuninya. Sumber polusi udara dalam ruang

Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut The National Institute Of


Occupational Safety And Health (NIOSH) meliputi (Aditama, 1992):
a. pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok,pestisida,
bahan pembersih ruangan
b. pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buangan
c. kendaraan bermotor, cerobong asap dapur karena karena penempatan
d. lokasi lubang ventilasi yang tidak tepat
e. Pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formadehid, lem, asbestos,
fiberglass dan bahan lainnya
f. pencemaran mikroba meliputi bakteri jamur, virus atau protozoa yang dapat
diketemukan di saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta seluruh sistemnya
g. kurangnya udara segar yang masuk karena gangguna ventilasi udara dan kurangnya
perawatan sistem peralatan ventilasi

Sindroma Gedung Sakit (Sick Building Syndrome)

Adalah kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang yang bekerja di kantor atau
tempat tinggal di apartemen dengan bangunan tinggi dimana didalamnya terjadi ganggunan
sirkulasi udara yang menyebabkan keluhan iritasi dan kering pada mata kulit, hidung,
tenggorokan, disertai sakit kepala, pusing, rasa mual,muntah, bersin dan kadang disertai nafas
sesak.

e. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm


f. Debu maksimum 350 mm3/m2 perhari

8) Kebisingan dan getaran

c. kebisinan dianjurkan 45 dB A, maksimum 55 dB A


d. tingkat getaran aksimum 10 mm/detik

9) Kualitas tanah di daerah perumahan dan permukiman

e. kandungan timah timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg


f. kandungan arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
g. kandungan Cadmium (Cd) total maksimum 20 mg/kg
h. kandungan Benzoat (a) pyerene maksimum 1 mg/kg

10) Prasarana dan sarana lingkungan

j. memiliki taman bermain untuk anak srana rekreasi keluarga dengan kosntruksi
yang aman dari kecelakaan
k. memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit
l. memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan kosntruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, kosntruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman lampu penerangan
jalan tidak menyilaukan mata.
m. tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualtias air yang memenuhi
persyaratan kesehatan
n. pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
o. pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi sayrat kesehatan
p. memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan komunikasi tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.
q. Pengaturan isntalasi listrik harus menjamin kemanan penghuninya
r. Tempat pengelolaa makan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

11) vektor penyakit

c. Indeks lalat harus memenuhi syarat


d. Indeks jentik nyamuk dibawah 5 %

12) Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan leingkunan permukiman merupakan pelindung dan juga


berfungsi untuk kesejukan keindahan dan kelestarian alam

E. Kualitas udara dalam rumah

Kualitas udara dalam ruang sendiri (indoor air quality) ditentukan secara sengaja
ataupun tidak sengaja oleh penghuni sendiri. Ada gedung yang secara khusus diatur, baik
suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai peralatan ventilasi khusus
adapula yang dilakukan dengan mendayagunakan keadaan cuaca alamiah dengan mengatur
bagian gedung yang dapat dibuka. Kualitas udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh
temperature dan kelembaban yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan
penghuninya. Sumber polusi udara dalam ruang

Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut The National Institute Of


Occupational Safety And Health (NIOSH) meliputi (Aditama, 1992):

h. pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok,pestisida,


bahan pembersih ruangan
i. pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buangan
j. kendaraan bermotor, cerobong asap dapur karena karena penempatan
k. lokasi lubang ventilasi yang tidak tepat
l. Pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formadehid, lem, asbestos,
fiberglass dan bahan lainnya
m. pencemaran mikroba meliputi bakteri jamur, virus atau protozoa yang dapat
diketemukan di saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta seluruh sistemnya
n. kurangnya udara segar yang masuk karena gangguna ventilasi udara dan kurangnya
perawatan sistem peralatan ventilasi
Sindroma Gedung Sakit (Sick Building Syndrome)

Adalah kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang yang bekerja di kantor atau
tempat tinggal di apartemen dengan bangunan tinggi dimana didalamnya terjadi ganggunan
sirkulasi udara yang menyebabkan keluhan iritasi dan kering pada mata kulit, hidung,
tenggorokan, disertai sakit kepala, pusing, rasa mual,muntah, bersin dan kadang disertai nafas
sesak.
PERTEMUAN 5
KONSEP DAN PENDEKATAN RUMAH
Manusia dalam kelangsungan hidupnya di dunia ini menuntut beberapa kebutuhan-
kebutuhan pokok yang harus dia miliki sepanjang hidupnya. Terdapat tiga unsur utama
diantara kebutuhan pokok tersebut ialah pagar,sandang dan perumahan,yang harus ada sejak
manusia itu dilahirkan.
Tidak dapat diingkari bahwa rumah berperan sangat berarti dalam kehidupan
manusia. Rumah menjadi di mana nilai-nilai sebuah keluarga berlangsung,menjadi ruang di
mana manusia mengekspresikan cara melakoni hidup,berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang-orang terdekatnya. Rumah dijadikan alat untuk menampilkan citra.Sebagai wadah
aktivitas sebuah keluarga yang merupakan satuan sistem sosial terkecil dalam negara rumah
tidak dapat dipandang hanya sebagai artefak fisik. Menurut WHO rumah adalah struktur fisik
atau bangunan untuk tempat berlindung,dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani
dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Sebagai makhluk berakal budi yang sangat dinamis,manusia selalu membangun diri
dan masyarakatnya menuju perubahan yang lebih baik. Budaya dan sistem sosial masyarakat
pun selalu berkembang dari masa ke masa.
A. Konsep Tentang Rumah
Ditinjau dari sudut pandang ilmu arsitektur,setiap tempat/ruang paling tidak
harus memperhatikan unsur-unsur yang mempengaruhi falsafah,karakter
bentuk dan ruanganya, yaitu (1) manusia sebagai pengguna;dengan segala
latar belakangnya,seperti budaya,tradisi,perilaku,tingkat sosial dan
sebagainya; (2)aktivitas,yaitu kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam
ruang untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memenuhi kebutuhan
tertentu; dan (3) teknologi,yang merupakan pemecahan teknis untuk
mendukung tercapainya tujuan dari suatu aktivitas,baik pemecahan dimensi
fungsional ruang,struktur dan konstruksi maupun fungsi pelayanan.

Padahal jika ditinjau secara lebih dalam rumah tidak sekedar sebuah bangunan melainkan
suatu konteks sosial dari kehidupan keluarga di mana manusia saling mencintai dan berbagi
dengan orang-orang terdekatnya. Dalam pandangan ini rumah lebih merupakan suatu sistem
sosial ketimbang sistem fisik Hal ini disebabkan karena rumah berkaitan erat dengan
manusia, yang memiliki tradisi sosial, perilaku dan keinginan-keinginan yang berbeda dan
selalu bersifat dinamis. Karenanya rumah bersifat kompleks dalam mengakomodasi berbagai
konsep dalam diri manusia dan kehidupannya.
1. Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan pencerminan tata
nilai selera pribadi penghuninya
2. Rumah sebagai wadah keakraban: rasa memiliki, rasa kebersamaan,kehangatan, kasih
dan rasa aman
3. Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri dari dunia
luar, dari tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin
4. Rumah sebagai akar dan kesinambungan, rumah merupakan tempat kembali pada
akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan
5. Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari
6. Rumah sebagai pusat jaringan sosial
7. Rumah sebagai struktur fisik

Beberapa masalah pokok dalam bidang perumahan di Indonesia antara lain:


1. Perbedaan persepsi tentang rumah layak huni. Masalah rumah dan perumahan
sering hanya didekati dengan penyelesaian teknis-ekonomi yang sepihak, tanpa
melibatkan masyarakat pemakai yang berhubungan erat dengan latar belakang
budaya, tradisi dan perilaku mereka. Hal ini menimbulkan kesenjangan dalam
memandang rumah yang layak huni.Salah satu akibatnya adalah rumah siap huni
berupa rumah susun,misalnya, ditinggalkan oleh penghuninya, atau berkembang
menjadi sangat rawan akan kriminalitas, atau dipugar, yang tentunya
membutuhkan biaya tambahan.
2. Ketidakseimbangan sediaan (supply) dan permintaan (demand)Kebutuhan paling
banyak adalah berasal dari golongan rumah menengah ke bawah, sementara ada
kecenderungan pihak pengembang — terutama swasta — membangun untuk
masyarakat menengah atas yang memang menjanjikan keuntungan yang lebih
besar.
3. Keberlanjutan (sustainability) rumah dan perumahan. Belum ada sistem yang
efektif untuk mengevaluasi perumahan, agar dapat diperoleh masyarakat di
dalamnya pasca okupansi. Padahal hal perbaikan kualitas perumahan secara
berkelanjutan.
4. Ketidakseimbangan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan
kota.Masyarakat berpendapatan rendah yang membangun rumahnya dalam batas
kemampuan pada ruang-ruang kota, karena dianggap ilegal,jadi tidak memiliki
akses yang semestinya ke fasilitas pelayanan kota dan sanitasi lingkungan. Hal ini
menunjukkan tidak terlindungi hak mereka sebagai warga kota.
5. Pola pembangunan perumahan dan pemukiman masih memberikan gambaran
bahwa aspek kesehatan lingkungan belum dijadikan dasar komponen yang
diperlukan dalam perencanaan teknis.
6. Masih banyak dijumpai lingkungan pemukiman baru di perkotaan yang tidak
menjamin peningkatan status kesehatan keluarga. Seperti ukuran yang terlalu kecil
dibanding dengan jumlah penghuni, tata letak yang terlalu dekat dengan pusat
industri dan kegiatan lalu lintas yang pada,mutu bangunan yang Sub Standar.
7. Di Pedesaan pada umumnya, perumahan masih berkaitan erat dengan budaya atau
tradisi setempat yang sering kali tidak memenuhi kondisi kesehatan lingkungan.
8. Belum terlaksananya secara optimal fungsi dan peranan sektor-sektor yang terkait
dalam sistem penanganan perumahan dan lingkungan terutama di daerah kumuh
perkotaan, daerah pemukiman baru perkotaan dan pemukiman transmigrasi.
RUMAH SEHAT
A. Pengertian
Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk member keamanan, tempa istirahat, tempat
menjalin hubungan antar anggota keluarga, tempat pengembangan anak,
penyediaan makanan keluarga termasuk mandi,mencuci dan sebagainya. Oleh
karena itu keberadaan rumah yang sehat,aman, serasi dan teratur sangat
diperlukan agar fungsi dan kegunaan
rumah dapat terpenuhi dengan baik. Pengertian rumah disini mencakup
ruangan yang ada didalam rumah, halaman dan area di sekelilingnya.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VI1/1999
menjelaskan:
1. Rumah adalah bangunan yang befungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan srana pembinaan keluarga
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan
3. Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik , kimia dan biologik di dalam
rumah, dilingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan
penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal
4. Prasarana kesehatan lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya
5. Sarana kesehatan lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomis,sosial dan
budaya.
B. Persyaratan Rumah Sakit
Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi
persyaratan antara lain : (1) Memenuhi kebuluhan physiologis, (2) Memenuhi
kebutuhan psychologis, (3) Mencegah penularan penyakit, (4) Mencegah
terjadinya kecelakaan.
Rumah sehat merupakan rumah yang dapat memberikan rasa aman dan
nyaman bagi penghuninya, sehingga mereka dapat hidup dan berkatifitas
secara optimal. Ciri-ciri rumah sehat antara lain :
- lantai tidak tembus air dan bersih
- memiliki jendela dan lubang angin permanen
- halaman bersih dan rapi
- memiliki sarana air bersih, jamban, saluran limbah, tempat sampah
- memiliki pohon pelindung atau peneduh
PERTEMUAN 6
UPAYA PENYEHATAN RUMAH DAN PERMUKIMAN
A. Aspek Teknis
1. Untuk Pembangunan Rumah
a. Pemilihan Lokasi
Agar rumah yang dibangun tersebut memenuhi persyaratan
kesehatan,peletakan rumah baru :
- Di atas tanah berpasir dan tidak lembab
- Di tempat terbuka,artinya cukup mendapat cahaya matahari
- Tanah tidak turun naik,sehingga memudahkan pembuatan saluran
air
Tempat yang kurang baik untuk meletakkan bangunan rumah yaitu :

- Bentuk tanahnya sedemikian rupa sehingga susah mengeringkan


tanah
- Berasal dari tumpukan sampah
- Kemungkinan cahaya matahari terhalang dan dekat sumber
populasi
- Tempat yang dialiri oleh aliran air atau sebab-sebab lain sehingga
tempat tersebut tidak dapat dibangun sesuatu bangunan dengan
metode biasa.

2. Luas tanah serta batas tanah.


misalnya : luas persil yang lertulup bangunan maksimum 602 dari seluruh luas
persil.
3. Tidak tergenang air pada waktu musim penghujan.
4. Tinggi muka air tanah.
Ini penting diketahui dalam rangka penyediaan air minum yang bersumber dari air tanah.
misalnya : penyediaan air minum dengan menggunakan sumur dangkal yang berhasil baik
pada kedalaman air tanahnya kurang dari 7 meter.
b. Penetapan Luas Rumah, Jumlah dan Ukuran Ruang.
Mengingat rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat berlindung,membina
individu dan keluarga, tetapi juga sebagai tempat melakukan kegiatan kerja yang ringan bagi
penghuninya, maka perlu adanya penetapan luas rumah, jumlah dan ukuran ruang yang
disesuaikan dengan data sebagai berikut :
- Jumlah penghuni.
- Adat kebiasaan.
- Hobby dan selera.
- Ukuran persil tanah dan dana yang tersedia.
1) Jumlah Penghuni

Luas rumah harus disesuaikan dengan standard minimal yaitu 105 ft


m' (14 m?) luas lantai bagi penghuni pertama dan 100 f? (9 m?) bagi
setiap penghuni tambahan :
Contoh :
Jika calon panghuni rumah ada 5 orang, maka luas rumah yang
akan dibangun minimal harus punya luas :
- untuk orang pertama : 1 x 14 m2 — 14 m2 (150 fe).
- untuk 4 orang lainnya : 4 x 9 m2 - 36 m2 (400 f2).
2) Adat kebiasaan
Selain luas rumah minimal terpenuhi, jumlah dan ukuran ruang disesuaikan dengan
adat kebiasaan dan aktifitas dari penghuninya.
3) Hobi dan Selera.
Meskipun hobi dan selera bukanlah kebutuhan pokok, tetapi untuk menciptakan
rumah yang sehat maka perlu adanya pengadaan ruang yang disesuaikan dengan hobby dan
seleranya.
Misal :
Pemilik rumah menginginkan perlengkapan bergaya klasik yang berukuran besar,
maka dengan sendirinya memerlukan ukuran ruangan yang lebih besar.
4) Ukuran Persil Tanah dan Dana.
Harus diupayakan suatu perencanaan bentuk, ukuran dan jumlah ruang yang
memenuhi syarat kesehatan sekalipun tersedia ukuran tanah dan dana yang terbatas.Untuk
perencanaan rumah pada tanah yang kecil dan dana yang terbatas, perlu memperhatikan.
a) Pemilihan bentuk/ukuran dan jumlah ruangan dibatasi, asal cukup memenuhi
standard minimal ruangan dan sesuai dengan kebutuhan.
b) Rangkaian ruangan direncanakan pemborosan ruangan yang tidak berfungsi.
Penggunaan gang atau lorong dihindari atau dibatasi seminimal mungkin.
c) Bahan unluk dinding dan atap dipilih dari bahan yang ringan, tetapi cukup tahan
terhadap pengaruh iklim dan dapat menyekat panas seefisien mungkin tanpa
dengan baik.
d) Dengan menggunakan bahan bangunan yang ringan, maka dapat digunakan
konstruksi ringan/kecil, hal ini berarti menghemat dana (biaya)
e) Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan sesuai dengan fungsinya,yaitu :
 ruang tidur
 ruang makan
 ruang duduk
 ruang dapur
 kakus
 gudang
 tempat cuci
 serambi/ruang tamu

Proses pengawetan kayu sebagai bahan pondasi adalah sebagai berikut :


a. Bahan pengawet kayu
 Tipe l
yang larut dalam air garam wolman, tanah liat, celcure,accu, rentoki, hertikel
dan lain-lain.
 Tipe II
yang larut dalam minyak (solar, minyak tanah, bensin,alkohol dan lain-lain).
Penta, dowicide, rentokii, cuprinol,soligun, pandrex, brunophen dan lain-lain,
 Tipe III
berupa minyak creosot dan carbotimen. Bahan ini cukup mahal dan biasanya
digunakan untuk kayu luar Seperti tiang listrik/telpon, jembatan, pagar dan
peti mati.
b. Persiapan pengawetan kayu
 Bebas dari serangan perusak (kayu harus utuh )
 Bersih dari kulit dan kotoran
 Kering udara
 Siap dipasang/tidak serut maupun dipotong lagi

2. Rat proof dan Insect proof :


Adalah usaha-usaha untuk mencegah masuknya serangga dan tikus ke dalam
rumah. Untuk mencegah serangga,sebaiknya dibuat konstruksi sedemikian rupa
misalnya dengan memasang kawat kasa pada lubang angin (ventilasi),memasang
gorden jarang (tule) pada pintu dan jendela,menutup bagian-bagian yang renggang
(celah) pada jendela,pintu dan sambungan dinding.
Dalam usaha mencegah masuknya tikus,terutama di daerah yang populasi
tikusnya tinggi,maka pintu luar dan pintu gudang dibuat serapat mungkin dan bila
pintu tersebut tipis harus dilapisi logam setinggi 20cm dari lantai (seng aluminium).
Jangan menyandarkan tangga,bambu dan lain-lain ke atap rumah,terutama malam hari
karena tikus dapat naik ke atap. Sambungan balok,bambu penyangga atap sebaiknya
dibuat ratproof.

Anda mungkin juga menyukai