TANGERANG - BANTEN
DISUSUN OLEH :
JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERPADU
SANITASI INDUSTRI
DI PT. INDONESIA SYNTHENTIC TEXTILE MILLS
TAHUN 2018
Disusun Oleh :
Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. Laporan Praktik Lapangan Terpadu ini merupakan hasil pembelajaran yang
kami dapat dari sumber data yaitu di PT. Indonesia Synthetic Textile Mills dan juga
menjadi salah satu aplikasi dari kegiatan akademis yang wajib dilakukan demi
kemajuan dan kelancaran pendidikan.
Penyusunan Laporan Praktik Lapangan Terpadu di PT. Indonesia Synthetic Textile
Mills ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua dan saudara kami tercinta, atas kasih sayang, dorongan dan do’a
yang tidak henti-hentinya serta memberi bantuan moril maupun materil kepada
kami.
2. Kuat Prabowo, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Jakarta II.
3. Nurul Qomariah, SKM., M.Psi selaku pembimbing kegiatan Praktek Lapangan
Terpadu yang senantiasa memberikan perhatian, saran, serta arahan kepada
penyusun.
4. Isni Alfia Nurfauzia, SKM selaku pembimbing institusi yang telah membimbing
kami selama Praktik Lapangan Terpadu di PT. Indonesia Synthetic Textile Mills dan
telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta memberikan
motivasi kepada kami.
5. Terima kasih kepada seluruh staff dan pegawai PT. Indonesia Synthetic Textile Mills
yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi demi terselesaikannya
laporan ini.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa/i angkatan 2015 atas dukungan dan bantuannya.
7. Dan semua pihak yang membantu dalam penulisan laporan ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktik Lapangan Terpadu ini masih sangat
sederhana dan masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai masukan dalam penulisan
laporan Praktik Kerja Lapangan Terpadu selanjutnya.
Semoga laporan Praktik Kerja Lapangan Terpadu ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi yang membacanya.
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus .....................................................................................3
1.3 Manfaat......................................................................................................... 4
1.3.1 Mahasiswa .......................................................................................... 4
1.3.2 Instansi Lahan Praktek ....................................................................... 4
1.3.3 Institusi Pendidikan .............................................................................4
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 74
6.1.1 Lokasi, Ruang, dan Bangunan ...........................................................74
6.1.2 Pengukuran ........................................................................................74
6.1.3 Pengamanan Pangan...........................................................................75
6.1.4 Penyediaan Air Bersih .......................................................................75
6.1.5 Pengelolaan Limbah Cair ..................................................................75
6.1.6 Pengelolaan Sampah ..........................................................................76
6.1.7 Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu ...............................76
6.1.8 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ....................................................76
6.1.9 Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan ..........................................76
6.1.10 Stress Kerja ......................................................................................77
6.1.11 Gejala Kelelahan Kerja ....................................................................77
6.2 Saran............................................................................................................77
6.2.1 Ruang Bangunan ...............................................................................77
6.2.2 Pengukuran ........................................................................................77
6.2.3 Pengamanan Pangan ..........................................................................78
6.2.4 Penyediaan Air Bersih .......................................................................78
6.2.5 Pengelolaan Limbah Cair ..................................................................79
6.2.6 Pengelolaan Sampah ..........................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL
departemen Weaving
4.1.3 Hasil pengukuran tekanan panas unit departemen spinning, 24
Binatang Pengganggu
4.3.1 Hasil Kuesioner Stress Kerja 31
4.3.2 Hasil Kuesioner Kelelahan Kerja 32
4.3.3 Hasil kuesioner K3 33
4.3.4 Hasil Kuesioner Sanitasi Lingkungan 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Tempat kerja adalah suatu tempat dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja
demi keperluan suatu usaha, serta didalamnya terdapat sumber bahaya bagi para
pekerja. Karyawan dapat menderita sakit karena kondisi lingkungan industri
yang kurang baik. Oleh karena itu, ada tiga unsur pokok sasaran lingkungan
kerja yaitu mesin sebagai peralatan kerja, manusia sebagai pekerja dan
lingkungan kerja. Sistem pengendalian keselamatan kerja terdiri dari standart,
pengukuran, evaluasi dan koreksi untuk mencapai tujuan keselamatan. (Menurut
pasal 23 Ayat 3 UU RI NO 23 Tahun 1992), Tempat kerja adalah tempat yang
terbuka atau tertutup, bergerak atau tidak bergerak yang dipergunakan untuk
memproduksi barang atau jasa oleh suatu pekerja yang mempunyai resiko
bahaya kesehatan mudah terjangkit atau mempunyai karyawan paling sedikit
sepuluh orang.
Sedangkan upaya kesehatan kerja pada hakikatnya penyerasian kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan
sosial tenaga kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehtan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan baik secara fisik
maupun psikis sesuai jenis kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja
(Pasal 23 yat 2 UU RI No. 23 Tahun 1992).
Salah satu industri didaerah Tangerang yang menerapkan program HSE
adalah TORAY Inc, yang memiliki tujuh anak perusahaan salah satunya PT.
Indonesia Synthetic Textile Mills (PT. ISTEM) terletak di Jl. Moh Toha Pasar
Baru, salah satu perusahan yang bergerak di bidang tekstil dan dalam proses
produksinya menggunakan mesin yang terus hidup selama 24 jam. Proses
produksi dapat berlangsung dengan baik dengan diperhatikannya kondisi fisik
ruang dan bangunan tempat kerja, serta lingkungan kerja yang meliputi
kebisingan, pencahayaan, tekanan panas, serta suhu dan kelembaban. Hal
tersebut harus memenuhi persyaratan, tidak boleh melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB). Jika melebihi NAB maka akan timbul gangguan kesehatan dan dapat
mengakibatkan terjadi Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Pengelolaan sanitasi lingkungan industri yang meliputi penyediaan air bersih
dan pengelolaan limbah cair, penyehatan udara, pengelolaan sampah,
pengendalian vektor, dan pengelolaan makanan yang dilaksanakan dengan baik
apabila dilengkapi dengan kondisi fisik lingkungan kerja serta sarana dan
prasarana pendukung keselamatan dan kesehatan pekerja maka akan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mempelajari gambaran tentang Sanitasi
lingkungan kerja Industri Textile di PT. Indonesia Synthetic Textile
Mills, Tangerang. (PT.ISTEM)
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 UMUM
2.1.1 Sejarah
PT. Indonesia Synthentic Textile Mills (PT. ISTEM) terletak di Jln.
Moh. Toha Pasar Baru, Tangerang yang merupakan salah satu bagian
perusahaan dari grup Toray Inc. Yang bergerak dibidang textile dengan
luas tanah sebesar 161.838 m2 dan luas bangunan sebesar 61.980 m2. PT.
Indonesia Syntenthic Textile Mills secara resmi didirikan pada tanggal 12
Agustus 1970 dan surat keputusan presiden No. B/42/Pres/3/70 tanggal 7
Maret 1970 dan surat keputusan perindustrian No. 26/M /SK/1970
tanggal 7 Juni 1970 dan disahkan dalam lembaga Negara No. 300
tanggal 12 Agustus 1970. Selanjutnya pada tanggal 22 Maret 1972 PT.
Indonesia Synthentic Textile Mills mulai berproduksi. Secara spesifikasi
batas wilayah PT. Indonesia Synthentic Textile Mills adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara : PT. ITS
2. Sebelah Selatan : Jl. Moch.Toha
3. Sebelah Timur : Pemukiman Penduduk
4. Sebelah Barat : PT. Acryl Textile Mills (PT. ACTEM)
PT. Indonesia Synthentic Textile Mills merupakan perusahaan
tekstile terpadu yang didirikan oleh perusahaan Jepang yaitu “Toray
Group” merupakan perusahaan induk yang menaungi lima perusahaan di
kawasan tangerang yaitu :
1. PT. ISTEM
2. PT. ITS
3. PT. ACTEM
4. PT. PNR
5. PT. OST
2. Misi Perusahaan
Dalam untuk mencapai visi, oleh karena itu PT. Indonesia
Synthentic Textile Mills mempunyai misi dalah sebagai berikut :
1. Kita menghasilkan standar terbaik nilai, kualitas dan pelayanan
produk kita.
2. Kita menyediakan sesuatu yang berharga, imbalan dan
keselamatan kerja dalam suatu lingkungan dimana setiap orang
memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.
3. Kita bekerja untuk mendapatkan hasil yang jujur atas dasar
prinsip keseimbangan dalam bentuk deviden.
4. Kita berusaha keras untuk menjalin kelangsungan hubungan
kerjasama yang saling menguntungkan dengan masyarakat
lingkungan, dimana kita berusaha untuk membantu masyarakat
sekitar yang merupakan tanggung jawab kita.
Program K3 diantaranya :
1. Training basic safety yaitu memberikan pengarahan tentang
keselamtan dan kesehatan kerja terhadap karyawan.
2. Training APAR dan Hydrant yaitu memberikan pengarahan tentang
APAR dan Hydrant dan bagaimana cara penggunaannya bila terjadi
kebakaran.
3. Monthly Safety Meeting Dan Patrol yaitu melakukan patrol bulanan
dan kegiatan safety di depertement yang ada di PT.Indonesia
Synthetic Textile Mils.
4. Pemeriksaan kendaraan bermotor yaitu pemeriksaan yang di lakukan
agar tidak terjadinya kecelakaan oleh pekerja yang di akibatkan oleh
kendaraan yang tidak standar pemakaiannya.
10
pembukaan kain yang panjangnya 500 meter kain/batch. Kain yang telah
dibuka dikeringkan pada tahap dryer dengan suhu 110-120º C. Setelah
kain dikeringkan pada tahap dryer kemudian ke tahap middle inspection.
Selanjutnya ke tahap singeing yang memiliki beberapa tahap dan
kembali ke proses batch atau dyeing. Tahap-tahap yang dilalui adalah
tahap reduce dan tahap buffing selanjutnya ke tahap dyeing. Pada tahap
reduce menghasilkan air limbah yang kemudian diolah dengan
menggunakan IPAL. Setelah tahap singeing, masuk ke tahap resin
padding atau pelembutan/pengerasan kain. Pada tahap ini dilakukan resin
yang diberi basix resin sebanyak 400 kg/hari untuk pengerasan kain dan
silicon sebanyak 380 kg/m untuk pelunakan kain. lalu masuk ke tahap
baking dan tahap soaping. Selanjutnya masuk ke tahap penyempurnaan
yaitu melalui beberapa tahap yaitu deca atau steaming. Tahap deca atau
steaming dibagi menjadi dua tahap yaitu calendar (pressing) atau mimi
cutting dan calendar plastic atau sanporise. Selanjutnya ke tahap final
inspection, Tahap final inspection dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
auto stamp dan tahap hand stamp dan kemudian masuk ke tahap folding
atau pelipatan kain dan rolling atau penggulungan kain. Kain yang sudah
dilipat atau digulung, kain tersebut diberi label dan dimasukkan gudang
penyimpanan kain yang telah diberikan label dan untuk selanjutnya kain
tersebut dipasarkan kepada konsumen.
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Rumus Penilaian:
Range Kategori:
Nilai Kriteria
Bab IV
Hasil Identifikasi
Tabel 4.1
Pengukuran PT. Indonesia Synthetic Textil Mills
Keadaan
No. Parameter yang Diamati Memenuhi Belum Memenuhi
Syarat Syarat
1. Pencahayaan
2. Kebisingan
Tekanan panas (Heat Stress)
3.
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa kualitas udara ruang kerja di PT.
Indonesia Synthetic Textil Mills yang terdiri dari pencahayaan, kebisingan dan
heat stress dapat dikatakan belum memenuhi syarat.
4.1.1 Pencahayaan
Pengambilan sampel pencahayaan di PT. Indonesia Syntethic Textile
Mills dibagi menjadi dua bagian yaitu pencahayaan umum dan
pencahayaan khusus terdiri pada bagian departemen Spinning,
departemen Weaving, dan departemen Dyeing, berdasarkan pengamatan
yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
A. Pencahayaan departemen spinning, departemen weaving, dan
departemen dyeing
Waktu pengukuran : Kamis, 11 Oktober 2018
Pukul 13.00 WIB
Jenis penerangan : Alami dan Buatan
18
TABEL 4.1.1.1
Hasil pengukuran pencahayaan umum di unit departemen spinning, departemen
weaving, dan departemen dyeing
No Lokasi / Titik Hasil Nilai Ambang Keterangan
Pengukuran Batas
(Lux) (Pekerjaan
Rutin)
Departemen Spinning
1. Ruang QC 129 200 Memenuhi
syarat
2. Ruang Produksi 37,2 500 Tidak dapat
disimpulkan
karena padaa
saat
pengambilan
sampel lampu
tidak semua
dalam keadaan
menyala karena
sedang
pergantian shift
Departemen Weaving
3. Mesin AJL 418 500 Tidak
memenuhi
syarat
Departemen Dyeing
4. Ruang Packing 224 300 Tidak
memenuhi
syarat
5. Dryer 78 500 Tidak
memenuhi
syarat
19
TABEL 4.1.1.2
Hasil pengukuran pencahayaan khusus di unit departemen spinning, departemen
weaving, dan departemen dyeing
No Lokasi / Titik Hasil Nilai Ambang Keterangan
Pengukuran Batas
(Lux) (Pekerjaan
Rutin)
Departemen Weaving
1. Reaching
Meja 1 320 750 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 2 389 750 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 3 400 750 Tidak
memenuhi
syarat
2. Inspection
Meja 1 224 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 2 276 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 3 183 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 4 209 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Departemen Dyeing
3. Inspection
Meja 1 553 1000 Tidak
memenuhi
20
syarat
Meja 2 508 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 3 847 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 4 510 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 5 551 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 6 720 1000 Tidak
memenuhi
syarat
Meja 7 675 1000 Tidak
memenuhi
syarat
4. Hand staping 120 300 Tidak
memenuhi
syarat
5. Inspection dryer 663 1000 Tidak
memenuhi
syarat
4.1.2 Kebisingan
21
TABEL 4.1.2
Hasil pengukuran kebisingan unit departemen spinning dan departemen weaving
Keadaan
Nama Hasil Standar Nilai Belum
No. Memenuhi
Alat Pengukuran Kebisingan Memenuhi
Syarat
Syarat
Departemen Spinning
Doubel 98,78 dBA 85 dBA
1.
Twister
Departemen Weaving
Keadaan
Standar Nilai
Nama Hasil Belum
No. Tekanan Beban Memenuhi
Ruangan Pengukuran Memenuhi
panas kerja Syarat
Syarat
1. Departemen 32,4C 31C Ringan
Spinning
2. Departemen 33,2C 31C Ringan
23
Weaving
3. Departemen 32,7C 31C Ringan
Dyeing
PEDOMAN: PERMENAKER NOMER 5 TAHUN 2018 TENTANG KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN KERJA
Berdasarkan hasil pengukuran di atas diketahui bahwa hasil
pengukuran tekanan panas di departemen spinning, departemen weaving,
dan departemen dyeing dapat disimpulkan tingkat tekanan panas belum
memenuhi syarat karena melebih NAB 31C dikarenakan terdapat
sumber tekanan panas yang dihasilkan oleh mesin produksi, tidak adanya
ventilasi pertukaran udara, rusaknya sebagaian exhauster diruang
produksi, penggunaan seragam kerja yang tidak meyerap keringat.
b) Pengamanan Pangan
Berdasarkan hasil dari checklist tentang pengamanan pangan di
PT. Indonesia Syntethic Textile Mills sudah memenuhi persyaratan
yaitu mencapai angka 88% dari 47 item yang dinilai. Namun masih
masih ada beberapa syarat yang belum terpenuhi antara lain tidak
semua penjamah makanan menggunakan penutup kepala, masker,
handstool (sarung tangan) dan sepatu, penjamah sebelum dan
sesudah kerja tidak mencuci tangan terlebih dahulu, pada saat
penyajian makanan tidak tertutup, serta tidak tersedia sabun cuci
tangan pada wastafel kantin.
c) Penyediaan Air Bersih
Berdasarkan hasil pemeriksaan penyediaan air bersih di PT.
Indonesia Syntethic Textile Mills didapatkan hasil sebesar 100 %
dapat dikatakan telah memenuhi syarat.
e) Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil pemeriksaan pengelolaan sampah di PT.
Indonesia Syntethic Textile Mills didapatkan hasil sebesar 80 % dari
30 item yang dinilai dapat dikatakan telah memenuhi syarat. Namun
masih ada beberapa item yang belum memenuhi persyaratan yaitu
bangunan TPS tidak tertutup, tidak terdapat tempat penirisan dalam
bangunan TPS, sampah B3 selalu ditangani pihak ke 3 (tidak dikelola
sendiri), belum dilakukan recycle pada upaya 3 R, sampah B3 dan
domestic ditangani pihak lain dalam pengelolaan sampah, tidak
terdapat skop atau garpu dalam peralatan pengangkuta sampah, tidak
terdapat timbangan sampah atau limbah dilokasi TPS dan kendaraan
pengangkut sampah tidak tertutup.
Tabel 4.2.2
Checklist K3, Pencahayaan, dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Keadaan Persentase
No. Parameter yang Diamati Memenuhi Belum Memenuhi
Syarat Syarat
Departemen Spinning
b) Penanggulangan Kebakaran
Berdasarkan hasil checklist pemeriksaan penanggulangan
kebakaran di PT. Indonesia Synthetic Textil Mills didapatkan hasil
yang hampir memenuhi syarat, dikarenakan sudah terdapat hydrant di
(Plant C) dan APAR yang sudah ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil, terdapat cara
menggunakannya tetapi tidak disimpan dalam lemari atau peti yang
28
dikunci, serta terdapat petunjuk jalur evakuasi dan pintu exit apabila
terjadi kebakaran.
c) P3K
Berdasarkan hasil checklist pemeriksaan P3K di PT. Indonesia
Synthetic Textil Mills didapatkan hasil yang dikatakan telah
memenuhi syarat, dikarenakan sudah tersedia kotak P3K pada setiap
unit kerja dan kotak P3K terisi dengan lengkap.
4.2.4 Pencahayaan
Dari hasil checklist Pencahayaan yang dilakukan di ke tiga
departemen yaitu spinning, weaving dan dyeing didapatkan hasil belum
memenuhi syarat kerena baru mencapai angka 66% dari 6 item penilaian.
Item yang belum memenuhi persyaratan tersebut ialah sinar matahari
tidak dapat masuk ke ruangan karena tidak terdapat ventilasi, jendela
maupun atap yang transparan, selalu menggunakan lampu pada siang
hari, bola lampu tidak dibersihkan.
Weaving 6 50 % - 50 %
Tabel 4.3.2
Hasil Kuesioner Kelelahan Kerja
Nama Dept Jumlah Interpretasi Hasil Tes
Kuesio
ner Pelemahan Kegiatan Pelemahan Motivasi Pelemahan Fisik
Rend Seda Ting Sangat Rend Seda Ting Sangat Ren Seda Ting Sangat
ah ng gi tinggi ah ng gi tinggi dah ng gi tinggi
Spinning 8 62,5 37,5 - - 75 % 25 % - - 87,5 12,5 - -
% % % %
Weaving 9 22,2 77,8 - - 77,8 22,2 - - 44,4 55,6 - -
% % % % % %
Dyeing 7 42,9 57,2 - - 71,5 28,6 - - 71,5 28,6 - -
% % % % % %
Engineering 3 33,3 66,7 33,3 - - 33,3 33,3 33,3 % - 33,3 33,3 33,3 %
% % % % % % %
Jumlah 27 160,9 239, 33,3 - 224,3 109,1 33,3 33,3 % 203, 130 33,3 33,3 %
% 2% % % % % 4% % %
Dari hasil pengukuran kuesioner gejala kelelahan yang meliputi
kegiatan, motivasi dan fisik didapati bahwa dari seluruh dapartemen
hanya sedikit yang masuk kedalam klasifikasi tinggi dan sangat tinggi.
Hasil persentase yang terbanyak adalah pada katagori rendah dan
sedang, dimana pada kategori tersebut belum diperlukan tindakan
31
4.3.3 Kuesioner K3
Berdasarkan responden yang menjawab kuisioner, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.3.3
Hasil kuesioner K3
Departemen Udara Ruang Kebisingan APD
Pengetahuan Sikap Pengetahuan Sikap Pengetahuan Sikap % Tindakan
% % % % % %
Spinning 76,1 % 84,8 % 88,8 % 92,2 % 85,2 % 88,9 % 81,5 %
Weaving 76.1 % 96 % 88,8 % 90 % 100 % 95.2 % 80.9 %
Dyeing 80 % 100 % 100 % 95,7 % 100 % 95,2 % 80,9 %
Engineering 85 % 100 % 100 % 90 % 100 % 100 % 66,7 %
Tabel 4.3.4
Hasil Kuesioner Sanitasi Lingkungan
Nama Pengelolaan Limbah Cair Pengelolaan Sampah
departement
Pengetahuan (%) Sikap (%) Tindakan (%) Pengetahuan (%) Sikap (%) Tindakan (%)
5.1.2 Bangunan
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa kondisi bangunan harus
kuat, terpelihara dengan baik, bangunan dalam keadaan bersih dan
bangunan tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan kecelakaan. Dari
hasil pemantauan dengan menggunakan checklist didapati pada
bangunan departemen produksi (Sinning, Weaving dan Dyeing) PT.
Indonesia Syntethic Textile Mills banyak fly waste berupa debu-debu
39
5.1.3 Lantai
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa kondisi lantai harus terbuat
dari bahan yang kuat, lantai harus kedap air, permukaan lantai rata, lantai
tidak licin, permukaan lantai bersih, dan lantai tidak ada retakan. Dari
hasil pemantauan dengan menggunakan checklist diketahui lantai PT.
Indonesia Syntethic Textile Mills telah sesuai dan sudah memenuhi
persyaratan sehingga belum diperlukan saran maupun rekomendasi.
5.1.4 Dinding
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa dinding harus berwarna
terang, bersih, kedap air dan permukaan dinding rata. Dari hasil
pemantauan menggunakan checklist PT. Indonesia Syntethic Textile
Mills telah sesuai dan telah memenuhi persyaratan sehingga belum
diperlukan saran maupun rekomendasi.
5.1.5 Langit-langit
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa langit-langit di industri
harus memiliki langit langit yang kuat, kondisinya bersih, mudah
dibersihkan, berwarna terang, tidak berlubang dan memiliki ketinggian
minimal 2,5 m dari permukaan lantai. Dari hasil pemantauan dengan
40
5.1.6 Atap
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa kondisi atap harus kuat,
tidak bocor, bebas dari serangga dan tikus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan. Dari hasil pemantauan dengan menggunakan checklist
diketahui kondisi atap PT. Indonesia Syntethic Textile Mills telah sesuai
dan telah memenuhi persyaratan sehingga belum diperlukan saran atau
rekomendasi.
5.1.7 Ventilasi
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa ventilasi di industri harus
ada Ventilasi alam yang mana lubang ventilasi minimum 15% luas lantai
dan Ventilasi mekanis (Fan, AC, Exhauster) yang mana lubang ventilasi
minimum 5% dari lantai. Dari hasil pemantauan menggunakan checklist
diketahui bahwa pada beberapa departemen yaitu Spinning dan Weaving
pada bagian mesin AJL tidak ada ventilasi alami sehingga suhu pada
ruangan tersebit tinggi dan memicu stress kerja akibat tekanan panas
pada para pekerjanya. Saran dari kami sebaiknya dibuatkan ventilasi
pada ruangan tersebut agar adanya sirkulasi udara alami.
5.1.9 Pintu
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa kondisi pintu harus kuat
serta dapat mencegah masuknya serangga dan tikus. Dari hasil
pemantauan dengan menggunakan checklist diketahui kondisi pintu PT.
Indonesia Syntethic Textile Mills telah sesuai dan telah memenuhi
persyaratan sehingga belum diperlukan saran dan rekomendasi.
5.1.10 Pagar
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan kerja
perkantoran dan industri menyatakan bahwa pagar harus aman dan kuat.
Dari hasil pemantauan dengan menggunakan checklist diketahui kondisi
pagar PT. Indonesia Syntethic Textile Mills telah sesuai dan telah
memenuhi persyaratan sehingga belum diperlukan saran dan
rekomendasi.
5.1.12 Toilet
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
70 tahun 2016 tentang Standar dan persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Industri menyatakan bahwa kondisi toilet harus bersih, tidak bau,
lantai kedap air, tidak licin, toilet laki-laki dan perempuan terpisah,
jumlah kamar mandi dan jamban sesuai jumlah karyawan. Dari hasil
pemantauan dengan menggunakan checklist diketahui bangunan PT.
Indonesia Syntethic Textile Mills telah sesuai dan telah memenuhi
persyaratan sehingga belum diperlukan saran dan rekomendasi.
b. Pengukuran Pencahayaan
Hasil pengukuran intensitas pencahayaan yang kami lakukan
pada ketiga departemen produksi yaitu Spinning, Weaving dan
Dyeing di PT. ISTEM dengan menggunakan alat ukur Lux Meter
adalah sebagai berikut:
44
1. Departemen Spinning
Pada departemen Spinning kami lakukan pengukuran untuk
pencahayaan umum yaitu di ruang Office dan Ruang Produksi.
Pengukuran kami ambil sampel pada setiap 6 meter dan
didapatkan hasil sbb:
- Office : 129 lux dimana NAB yang kami rujuk dari
Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri untuk ruang kerja
umum atau kantor adalah 200 lux maka pencahayaan di ruang
office tidak memenuhi syarat.
- Ruang produksi : 37.2 lux dimana NAB yang kami rujuk dari
Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri pada industri textille
area Spinning (penggulungan) adalah 500 lux, tetapi untuk
departemen Spinning ini tidak dapat diidentifikasi karena
pada saat pengambilan sampel mesin sedang dalam keadaan
mati karena sedang pada waktu pergantian shift yang mana
sistemnya lampu akan otomatis mati apabila mesin mati.
Karena intensitas pencahayaan di departemen Spinning masih
berada di bawah NAB khususnya pada bagian office maka saran
dari kami yaitu penambahan lampu LED untuk meningkatkan
intensitas pencahayaan di Departemen Spinning juga dalam
upaya untuk penghematan energi (lampu LED lebih hemat energi
dibanding lampu TL).
2. Departemen Weaving
Pada departemen Weaving kami lakukan pengukuran untuk
pencahayaan umum yaitu di ruang produksi area Mesin AJL kami
ambil sampel pada setiap 6 meter dan pencahayaan khusus kami
ambil sampel di setiap pekerjaan yang membutuhkan
pencahayaan ekstra yaitu pada bagian Reaching terdapat tiga
meja dan bagian Inspection terdapat 4 meja dengan hasil sbb:
Pencahayaan Umum
45
Ruang mesin AJL : 418 lux dimana NAB yang kami rujuk
dari Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri pada
industri textille area Weaving (menenun) adalah 500 lux maka
intensitas pencahayaan pada ruang AJL tidak memenuhi
syarat.
Pencahayaan Khusus
- Bagian Reaching : meja 1 = 320 lux ; meja 2 = 389 lux ;
meja 3 = 400 lux. Dimana NAB yang kami rujuk dari
Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri pada
industri textille bagian merajut halus (hampir sama
dengan proses Reaching) adalah 750 lux, maka intensitas
pencahayaan pada ketiga meja bagian Reaching tidak
memenuhi syarat.
- Bagian Inspection : meja 1 = 224 lux ; meja 2 = 276 lux ;
meja 3 = 183 lux dan meja 4 = 209 lux. Dimana NAB
yang kami rujuk dari Permenaker no 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan kerja Lingkungan Kerja dan
Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri pada
industri textille bagian pemeriksaan warna dan
pemeriksaan kain warna muda adalah 300 lux. Tetapi
dengan demikian tidak dapat disimpulkan bahwa bagian
inspection ini tidak memenuhi syarat karena sampel yang
kami ambil adalah pencahayaan yang ada di atas meja
kerja inspection yang mana hanya mendapat sorotan
pencahayaan dari lampu bagian atas, sedangkan untuk
proses ispection lampunya dipancarkan dari bagian bawah
meja, jadi untuk mengetahui apakah intensitas
pencahayaan pada bagian inspection sudah memenuhi
syarata atau tidak harus dilakukan pengukuran dengan
46
3. Departemen Dyeing
Pada departemen Dyeing kami lakukan pengukuran untuk
pencahayaan umum yaitu di ruang produksi area Dryer dan
Ruang Packing kami ambil sampel pada setiap 6 meter dan
pencahayaan khusus kami ambil sampel di setiap pekerjaan yang
membutuhkan pencahayaan ekstra yaitu pada bagian Inspection
terdapat tujuh meja dan bagian Hand Stapping dan bagian
Inspection Dryer terdapat 1 meja dengan hasil sebagai berikut:
Pencahayaan Umum
- Area Dryer : 78 lux dimana NAB yang kami rujuk dari
Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri pada
industri textille area Dyeing (Pencelupan) adalah 500 lux
maka intensitas pencahayaan pada ruang Dryer tidak
memenuhi syarat.
- Area Ruang Packing : 224 lux dimana NAB yang kami
rujuk dari Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar
dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
pada industri textille area Packing (penanganan
pengiriman) adalah 300 lux maka intensitas pencahayaan
pada ruang Packing tidak memenuhi syarat.
Pencahayaan Khusus
47
5.2.2 Kebisingan
Untuk mengidentifikasi kualitas udara yaitu Kebisingan di PT.
ISTEM kami menggunakan 2 metode pengambilan data yaitu dengan
kuesioner untuk melihat pengetahuan dan sikap karyawan dalam hal
kebisingan dan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat Sound
Level Meter untuk mengetahui nilai dari Intensitas kebisingan.
a. Kuesioner Kebisingan
Dari hasil identifikasi Kebisingan menggunakan kuesioner
dengan variabel pengetahuan dan sikap yang kami sebarkan ke
didapatkan responden departemen Spinning, Weaving, Dyeing dan
Engineering di PT. ISTEM, sampel diambil secara acak dari
karyawan yang bekerja pada shift pagi (06.00 – 14.00) dengan
jumlah responden sebanyak 28 orang didapatkan hasil:
- Pada departemen Spinning diketegorikan BAIK karena
memperoleh nilai 88.8 % pada variabel pengetahuan dan 92.2 %
pada variabel sikap.
- Pada departemen Weaving diketegorikan BAIK karena
memperoleh nilai 88.8 % pada variabel pengetahuan dan 90 %
pada variabel sikap.
- Pada departemen Dyeing diketegorikan BAIK karena
memperoleh nilai 100 % pda variabel pengetahuan dan pada
variabel 95.7 % untuk sikap.
49
Kategori Presentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
Tidak Baik kurang dari 40 %
b. Pengukuran Kebisingan
Hasil pengukuran intensitas Kebisingan yang kami lakukan pada
departemen produksi yaitu Spinning dan Weaving di PT.ISTEM dengan
menggunakan alat ukur Sound Level Meter adalah sebagai berikut:
1. Departemen Spinning
Pada departemen Spinning kami lakukan pengukuran untuk
Intensitas Kebisingan yaitu dengan pengambilan sampel di setiap
tempat atau area yang menimbulkan sumber bising, dengan hasil
sebagai berikut:
- Titik 1 (Double Twister) 98.78 dBA
- Titik 2 (Carding) 86.2 dBA
- Titik 3 (Antara Ring Spinning Frame dan Process Corner)
91.2 dBA
- Titik 4 (Double Winder) 93.2 dBA
Berdasarkan Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan kerja Lingkungan Kerja, NAB Kebisingan 85 dBA dengan
waktu maksimal terpapar adalah 8 jam (jam kerja maksimal). Maka
50
2. Departemen Weaving
Pada departemen Weaving kami lakukan pengukuran untuk intensitas
kebisingan yaitu dengan pengambilan sampel di setiap tempat atau area
yang menimbulkan sumber bising, dengan hasil sbb:
- Titik 1 (Inspection) 79.03 dBA
- Titik 2 (Mesin AJL) 99.41 dBA
Berdasarkan Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan kerja Lingkungan Kerja, NAB Kebisingan 85 dBA dengan
waktu maksimal terpapar adalah 8 jam (jam kerja maksimal). Maka
Intensitas kebisingan pada bagian Inspection di departemen Weaving
berada di bawah NAB dan diartikan bahwa pekerja aman untuk bekerja
di area ini dengan tidak menggunakan NAB. Namun pada bagian ruang
mesin AJL sudah berada di atas NAB maka pekerja wajib menggunakan
APD seperti ear muff atau ear plug. Tetapi pada angka 99.41 dBA ini
masih aman apabila terkena paparan kebisingan tanpa menggunakan
APD maksimal selama 30 menit, apabila lebih dari 30 menit dan terjadi
dengan frekuensi yang sering akan mengakibatkan penyakit akibat kerja
dalam jangka panjang.
Karena Intensitas kebisingan masih berada jauh di atas ambang batas
(NAB) maka solusi dari kami untuk upaya pengendalian kebisingan pada
departemen Spinning dan Weaving adalah
- Melakukan sistem rolling kerja kepada para pekerja yang menjadi
operator mesin yang berada pada area bising dengan pekerja yang
berada pada area bebas kebisingan
- Menghimbau pekerja yang bertugas pada area kebisingan tinggi
untuk selalu menggunakan ear plugnya
51
2. Departemen Weaving
Pada departemen Weaving kami lakukan pengukuran tekanan
panas yaitu pada bagia Reaching dan ruang mesin AJL dan diambil
sampel di setiap tempat atau area yang ada operator atau pekerjanya
karena paparan panas adalah langsung kepada orangnya, dengan hasil
sebagai berikut:
ISBB rata-rata 33.4 oC
Dengan hasil perhitungan berat badan rata-rata para pekerja di
departemen Weaving dikalikan dengan kebutuhan kalori dari tingkat
pekerjaannya (1.93 untuk pekerjaan berdiri di ruang mesin AJL dan
1.63di bagian Reaching) maka didapati kategori pekerjaannya adalah
Ringan, dan pengaturan waktu kejanya adalah 7 dari 8 jam kerja
(75% - 100%).
Pengaturan ISBB (oC)
Waktu Kerja Beban Kerja
Setiap Jam Ringan Sedang Berat Sangat Berat
75% - 100% 31.0 28.0 - -
50% - 75% 31.0 29.0 27.5 -
25% - 50% 32.0 30.0 29.0 28.0
0% - 25% 32.5 31.5 30.5 30.0
Berdasarkan tabel di atas yang dirujuk dari Permenaker no 5
tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja,
maka tekanan panas pada departemen Weaving baik pada ruang
mesin AJL maupun bagian Reaching berada di atas NAB yaitu
31.0oC. Faktor yang mempengaruhi tekanan panas pada departemen
Spinning yaitu mesin sedang menyala dan tidak adanya ventilasi.
3. Departemen Dyeing
53
b. Ruang Peracikan
Berdasarkan Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bahwa persyaratan ruang
peracikan harus terdapat pemisahan antara tempat peracikan dengan tempat
pencucian, meja peracikan bersih, meja peracikan tidak berlubang, pintu
55
dapur terbuka keluar (ada tempat keluarnya asap), serta terdapat tempat
penyimpanan makanan. Dari hasil penilaian ruang peracikan di kantin, sudah
memenuhi syarat maka belum diperlukan saran dan rekomendasi.
c. Ruang Makan
Berdasarkan Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bahwa persyaratan ruang
makan untuk di lingkungan kerja adalah harus memiliki ruang makan
khusus, ruang makan bersih dan rapi, aman dari gangguan serangga dan
vector, serta meja dan kursi dalam keadaan bersih. Dari hasil penilaian ruang
makan di kantin PT. ISTEM sudah memenuhi syarat maka belum diperlukan
saran dan rekomendasi.
d. Peralatan
Berdasarkan Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bahwa persyaratan
peralatan makan untuk di lingkungan kerja adalah harus disimpan di tempat
khusus, setiap peralatan yang digunakan dalam penyajian bersih, setelah
digunakan peralatan di cuci, pembersihan dilakukan dengan tahap
pembersihan sisa – sisa makanan , perendaman , pencucian , dan pembilasan,
pencucian dengan sabun / detergen, pembilasan dengan air mengalir dan
bertekanan, serta dilengkapi air panas untuk pencucian. Dari hasil penilaian
ruang makan di kantin PT. ISTEM sudah memenuhi syarat maka belum
diperlukan saran dan rekomendasi.
e. Penjamah
Berdasarkan Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bahwa persyaratan
peralatan makan harus dalam keadaan sehat, pakaian bersih, lengkap dan
rapi, menggunakan APD (penutup kepala, apron, masker, handstool, sepatu),
serta sebelum dan sesudah kerja mencuci tangan. Dari hasil penilaian
checklist point yang tidak memenuhi syarat adalah tidak semua penjamah
makanan menggunakan APD (penutup kepala, apron, masker, handstool,
56
g. Pengangkutan Makanan
Berdasarkan Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bahwa persyaratan
pengangkutan makanan harus menggunakan trolly yang bersih, kendaraan
pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan keperluan
mengangkut bahan lain, serta wadah mempunyai tutup yang rapat dan
tersedia lubang ventilasi. Dari hasil penilaian ruang makan di kantin PT.
ISTEM sudah memenuhi syarat maka belum diperlukan rekomendasi.
h. Penyajian Makanan
Berdasarkan Permenkes no 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bahwa persyaratan
penyajian makanan adalah peralatan yang digunakan harus bersih,
pewadahan terpisah setiap jenis makanan, penyajian makanan dalam
57
Kategori Presentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
Tidak Baik kurang dari 40 %
Karena hasil kuesioner pengelolaan limbah cair dari semua variabel yang
respondennya berasal dari seluruh departemen di PT. ISTEM sudah baik,
maka belum diperlukan saran dan rekomendasi.
1. Lokasi TPS
Berdasarkan Pedoman yang kami gunakan bahwa persyaratan lokasi
TPS adalah jaraknya harus 10 meter dari kantin, jarak TPS ke ruangan
produksi minimal 30 meter. Dari hasil penilaian lokasi TPS di PT.
ISTEM sudah memenuhi syarat maka belum diperlukan saran dan
rekomendasi.
4. Peralatan Kerja
Berdasarkan Pedoman yang kami gunakan bahwa persyaratan
peralatan TPS adalah harus adanya sapu lidi, pengki, skop/garpu,
timbangan sampah. Dari hasil penilaian checklist point yang tidak
memenuhi syarat adalah tidak terdapat skop atau garpu dalam peralatan
pengangkutan sampah dan juga tidak terdapat timbangan sampah atau
limbah dilokasi TPS. Maka saran dan rekomendasi dari kami adalah:
- Sebaiknya disediakan skop dan garpu sebagai peralatan
pengangkutan sampah utntuk mempermudah prosesnya
- Sebaiknya disediakan timbangan untuk mengukur volume sampah
setiap harinya.
5. Kendaraan Pengangkut
Berdasarkan Pedoman yang kami gunakan bahwa persyaratan
kendaraan pengangkut sampah adalah harus tertutup, kuat, volume
mencukupi, tidak serta tidak bocor. Dari hasil penilaian checklist point
yang tidak memenuhi syarat adalah kendaraan tidak tertutup. Maka saran
dari kami adalah Sebaiknya kendaraan pengangkut dibuat tertutup agar
pada saat penganggutan sampah tidak menimbulkan bau di sekitarnya.
Kategori Presentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
yang bekerja pada shift pagi (06.00 – 14.00) dengan jumlah responden
sebanyak 26 orang didapatkan hasil:
- Pada departemen Spinning dikategorikan BAIK karena memperoleh nilai
96.3% pada variabel pengetahuan dan 96.3% pada variabel tindakan,
tetapi pada variabel sikap tergolong CUKUP karena memperoleh nilai
74%.
- Pada departemen Weaving dikategorikan BAIK karena memperoleh nilai
85.7 % pada variabel pengetahuan, 100 % pada variabel sikap, dan
80.9% pada variabel tindakan.
- Pada departemen Dyeing dikategorikan BAIK karena memperoleh nilai
100 % pada variabel pengetahuan, 95.2 % pada variabel sikap, dan 100%
pada variabel tindakan.
- Pada departemen Engineering tergolong BAIK karena memperoleh nilai
100 % pada variabel pengetahuan, 100 % pada variabel sikap, dan 100 %
pada variabel tindakan.
Kategori Presentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
Tidak Baik kurang dari 40 %
5.8 Analisa K3
Untuk mengidentifikasi K3 di PT. ISTEM kami menggunakan dua metode
pengambilan data yaitu dengan checklist dan kuesioner. Dari hasil observasi
checklist dan kuesioner yang disebarkan pada departemen Spinning, Weaving
dan Engineering di PT. ISTEM maka didapatkan hasil sebagai berikut;
a. Checklist K3
66
b. Kuesioner K3
Dalam pengumpulan data menggunakan kuesioner K3 ini terdapat tiga
pokok pembahasan dalam kuesioner ini yaitu Kebisingan (yang telah dibahas
di atas), Udara ruang dan APD. Dari hasil pengumpulan data menggunakan
67
2. Penggunaan APD
- Pada departemen Spinning dikategorikan BAIK karena memperoleh
nilai 85.2 % pada variabel pengetahuan, 88.9 % pada variabel sikap,
dan 81.5 % pada variabel tindakan.
- Pada departemen Weaving dikategorikan BAIK karena memperoleh
nilai 100 % pada variabel pengetahuan, 95.2 % pada variabel sikap,
dan 80.9 % pada variabel tindakan
- Pada departemen Dyeing dikategorikan BAIK karena memperoleh
nilai 100 % pada variabel pengetahuan, 95.2 % pada variabel sikap,
dan 80.9 % pada variabel tindakan.
- Pada departemen Engineering dikategorikan BAIK karena
memperoleh nilai 100 % pada variabel pengetahuan dan 100 % pada
variabel sikap. Tetapi pada variabel tindakan tentang Penggunaan
APD dikategorikan CUKUP karena memperoleh nilai 66.7 %.
Pengkategorian tersebut dirujuk dari penelitian Arikunto (1998: 246);
Kategori Presentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
Tidak Baik kurang dari 40 %
68
Karena hasil kuesioner K3 udara ruang dan penggunaan APD dari semua
variabel yang respondennya berasal dari seluruh departemen di PT. ISTEM
sudah baik dan cukup, maka belum diperlukan saran dan rekomendasi.
Kategori Presentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
Tidak Baik kurang dari 40 %
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Lokasi, Ruang, dan Bangunan
A. Lokasi
Kondisi fisik lingkungan di PT. Indonesia Syntethic Textile Mills
berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
sudah memenuhi syarat untuk lingkungan luar, halaman dan tempat
parkir, namun untuk lokasi masih belum memenuhi syarat sebab
lokasi industri yang dekat dengan pemukiman penduduk.
6.1.2 PENGUKURAN
A. Pencahayaan
Kondisi pencahayaan di PT. Indonesia Syntethic Textile Mils
berdasarkan PERMENAKER RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pada ruang
produksi tidak memenuhi persyaratan karena belum sesuai NAB.
B. Kebisingan
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja, hasil pengukuran kebisingan di Departemen Spinning dan
72
6.2 Saran
6.2.1 Ruang dan Bangunan
Sebaiknya langit - langit di bersihkan secara berkala agar terjaga
kebersihannya dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya vektor dan
binatang pengganggu. Juga sebaiknya dilakukan pemasangan jaring besi
pada setiap selokan guna mengurangi kecelakaan kerja.
6.2.2 Pengukuran
A. Pencahayaan
Berdasarkan kesimpulan mengenai pencahayaan di PT. Indonesia
Syntethic Textile Mils, sebaiknya dilakukan penambahan jendela
ataupun atap yang transparan agar cahaya matahari dapat masuk
kedalam ruangan, selain itu perlu dilakukan juga pengecekan bola
lampu apakah masih baik atau harus diganti, selalu membersihkan
area bola lampu dikarenakan lampu yang kotor dapat menurunkan
intensitas penerangan sampai dengan 30%.
B. Kebisingan
Dilakukan pengurangan tingkat kebisingan seperti pada mesin
diberi sekat yang kedap udara dari mesin 1 ke mesin lainnya,
perbaikan pada mesin yang rusak agar kebisingannya dapat
dikendalikan dan penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu ear muff.
75
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah