Anda di halaman 1dari 89

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM


MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 30
KELURAHAN TALANG KERAMAT TAHUN 2021

CINDY SEPTIKA SARI


21063

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI
TAHUN 2021
KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM


MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 30
KELURAHAN TALANG KERAMAT TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar ahli madya kesehatan

CINDY SEPTIKA SARI


21063

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI
TAHUN 2021
LEMBAR
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah


“EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM
MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 30 KELURAHAN
TALANG KERAMAT TAHUN 2021”

Disusun Oleh :

CINDY SEPTIKA SARI

21063

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :


Palembang, Juni 2021

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

H.Kamsul SST.,M.Kes. Ir. KA.Ridwan, M.T.


NIP. 196492021984031001 NIP.196002251989031002

Palembang, Juni 2021

Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Diah Navianti, S.Pd.,M.Kes.


NIP.196911251992032001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH


“EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM
MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 30 KELURAHAN
TALANG KERAMAT TAHUN 2021”

Disusun Oleh :

CINDY SEPTIKA SARI


21063
Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji
Pada tanggal : ,Juni 2021

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua
H.Kamsul SST.,M.Kes ( )
NIP.196492021984031001

Anggota 1
Hanna Derita L Damaik , SKM..M.K.M ( )
NIP.197904122002122003

Anggota 2
Sukarjo S.S.os.,M.Kes ( )
NIP.196203021988031006

Palembang, Juni 2021


Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Diah Navianti, S.Pd.,M.Kes.


NIP.196911251992032001

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITA
Karya Tulis Ilmiah
ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.

Nama : Cindy septika sari

NIM : 21063

Tanda Tangan :

Tanggal : Palembang, juni 2021

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH/LAPORAN TUGAS
AKHIR/SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:

Nama : Cindy Septika Sari


NIM : 21063
Program Studi : DIII Sanitasi
Jurusan : Kesehatan Lingkungan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti
Non Eksklusif (Non- exclusive Royalty- Free Right) atas Karya Tulis
Ilmiah/Laporan Tugas Akhir/Skripsi saya yang berjudul :

Efektifitas Serbuk Kulit Pisang Nangka Dalam Menurunkan


Kekeruhan Air Sumur Gali Di Rt 30 Kelurahan Talang Keramat
Tahun 2021

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : Juni 2021

Yang menyatakan

(Cindy Septika Sari )

v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Bismillah,dengan seizin Allah SWT atas segala kebesarannya ,rahmat dan
nikmat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik karya
tulis ilmiah ini ku persembahkan kepada Kedua orang tua,Mama tersayang
(Eliyana) yang selalui menemani langkah ini. Terima kasih atas doa,dukungan
materi,moril dan semangat serta kasih sayangnya. Untuk Alm.Papa ( Erwani )
yang sempat menemani setengah perjalnan pendidikan ku. Terima kasih atas
doa,dukungan walau sekarang papa sudah berada di surga-Nya Allah
SWT.Saudara-saudaraku dan keluarga besar ku atas doa, dukungan materil, moril,
serta selalu menberi motivasi dan semangat yang tidak pernah henti.

Motto:
“Orang Yang Mampu Belajar Dari Kesalahan Adalah Orang
Yang Berani Untuk Sukses “

“Jawaban Dari Sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar Dan


Tak Kenal Putus Asa "

“Never Give Up,Ada Banyak Orang Yang Ingin Melihat Kamu


Sukses”

vi
EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM
MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 30
KELURAHAN TALANG KERAMAT TAHUN 2021

Cindy Septika Sari


Program Studi DIII Sanitasi
Jln.mawar,20 Ilir Palembang
Email : cindyseptikasari@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRAK
Latar belakang : Sumber air yang biasa digunakan oleh masyarakat diantaranya
adalah PAM, sumur gali dan sungai. Air sumur gali merupakan salah satu sarana
yang paling umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum dan air
bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu air yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam
Permenkes RI No. 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi.
Kenyataannya sumber air yang biasa digunakan masyarakat khususnya sumur gali
secara fisik masih belum memenuhi persyaratan salah satunya yaitu kekeruhan.
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang terdispensi di dalam air
seperti tanah liat, pasir dan lumpur (Maliandra dkk, 2014). Tujuan: Untuk
mengetahui dosis yang paling efekttif dari kulit pisang nangka untuk menurunkan
kekeruhan pada air sumur gali di RT 30 Kelurahan Talang Keramat Kecamatan
Talang Kelapa.Metode penelitian :Jenis penelitian ini pra eksperimen ,dengan
rancangan one group and posttest design .Analisa data yang di gunakan yaitu uji
one way anova dan sampel yang digunakan adalah air Sumur gali.Hasil:
menunjukan bahwa serbuk kulit pisang nangka mampu menurunkan kekeruhan air
sumur gali sampai di bawah nilai baku mutu. Dalam menurunkan kekeruhan pada
air sumur gali dengan kekeruhan awal air sumur gali 150 NTU ,pada dosis 6 gram
di dapatkan nilai 21,067 NTU , dosis 7 gram di dapatkan nilai 17,167 NTU , dosis
8 gram di dapatkan nilai 12,367 NTU.Kesimpulan: Tingkat efektif dalam
penelitan ini di dapatkan dengan berat dosis 6 gram.Di sarankan bagi penelitian
selanjutnya bisa menggunkan sampel lebih dari satu.

Kata Kunci : Kekeruhan , Kulit Pisang Nangka ,Air Sumur Gali, Dosis
Kepustakaan : 24 (2007-2017)

vii
THE EFFECTIVENESS OF JACKFRUIT BANANA PEELSIN REDUCING
THE TURBIDITY OF DUG WELL WATER IN RT 30 KELURAHAN
TALANG KERAMAT IN 2021

Cindy Septika Sari


DIII Sanitation Study Program
Jln.mawar, 20 Ilir Palembang
Email : cindyseptikasari@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRACT
Background: Water sources commonly used by the community include PAM,
dug wells and rivers. Dug well water is one of the most common facilities used by
the community as a source of drinking water and clean water for daily needs.
Therefore, the water used to meet daily needs must meet the requirements
stipulated in the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 32 of 2017
concerning environmental health quality standards and water health requirements
for sanitation hygiene purposes. In fact, the water sources commonly used by the
community, especially dug wells, physically still do not meet the requirements,
one of which is turbidity. Water turbidity is caused by suspended particles in the
water such as clay, sand and mud (Maliandra et al., 2014). Objective: To
determine the most effective dose of jackfruit banana peel to reduce turbidity in
dug well water in RT 30 Talang Keramat Village, Talang Kelapa District.
Research method: This type of research was pre-experimental, with a one-group
and posttest design. use the one way ANOVA test and the sample used is dug well
water. Result: shows that jackfruit banana peel powder is able to reduce the
turbidity of dug well water to below the quality standard value. In reducing
turbidity in dug well water with initial turbidity of dug well water 150 NTU, at a
dose of 6 grams the value is 21.067 NTU, a dose of 7 grams is obtained a value of
17.167 NTU, a dose of 8 grams is 12.367 NTU. Conclusion: Effective level In
this study, it was obtained with a dose of 6 grams. It can be suggested for further
research to use more than one sample.

Keywords : Turbidity ,Jackfruit banana pell ,Dug Well Water , Dose


Literature : 24 (2007-2017)

viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya tulis lmiah. Penulisan
Proposal ini dalam rangkan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Ahli
Madya Kesehatan pada Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkkes Kemenkes Palembang. KTI ini
terwujud atas bimbingan ,pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Muhammad Taswin S.Si.,Apt.,M.M.,M.Kes Selaku direktur poltekkes
kemenkes Palembang.
2. Diah Navianti S.Pd.,M.Kes selaku ketua jurusan Kesehatan lingkungan
Palembang.
3. H.Kamsul SST.,M.Kes selaku pembimbing I serta pembimbing Akademik
yang telah bersedia meluangkan waktu,memberi bimbingan , arahan serta
motivasi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah tersebut.
4. Ir. KA. Ridwan, MT selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya, memberi bimbingan, arahan serta motivasi selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah tersebut.
5. Seluruh dosen dan staff tata usaha Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
6. Orang tua dan keluarga yang sudah memberikan dukungan materi dan
moral.
7. Teman teman seangkatan yang telah memberi motivasi sehingga dapat
selesai tepat waktu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Juni 2021

Cindy Septika Sari

ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL LUAR ................................................................................... i
SAMPUL DALAM ................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Bersih .................................................................................... 8
B. Sumur Gali .................................................................................. 19
C. Kulit Pisang ................................................................................ 24
D. Kekeruhan .................................................................................. 27
E. Uji Jar Test ................................................................................. 29
F. Kerangkan Teori.......................................................................... 33
G. Hipotesis...................................................................................... 34
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ........................................................................ 35
B. Jenis Penelitian ............................................................................ 35
C. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................... 37
D. Populasi Dan Sampel .................................................................. 37
E. Cara Pengumpulan Data .............................................................. 37
F. Alat Pengumpulan Data .............................................................. 38
G. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 38
H. Variabel ....................................................................................... 45
I. Definisi Operasional.................................................................... 45
J. Kerangka Operasional ................................................................. 47
K. Cara Pengelolaan Dan Analisis Data .......................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ............................................................................................ 51
B. Pembahasan ................................................................................ 54
BAB V PENUTUP

x
A. Kesimpulan ................................................................................ 58
B. Saran ........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA

xi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Rancangan Prosedur Penelitian Efektifitas Penurunan


Kekeruhan Dengan Menggunakan Serbuk Kulit Pisang
Nangka .............................................................................. 36

Tabel 3.2 Definisi Operasional Pemanfaatan Serbu Kulit Pisang


Nangka Dalam Menurunkan Kekeruhan Air .................. 46

Tabel 4.1 Hasil Penurunan Kadar Kekeruhan Dengan Mean


Maximum Dan Minumum .............................................. 51

Table 4.2 Uji Normalitas Data .......................................................... 52

Tabel 4.3 Tingkat Rata-Rata Dan Hasil Persentase Penurunan


Kadar Kekeruhan Air Sumur Gali Dengan Serbuk Kulit
Pisang Nangka................................................................. 53

Table 4.4 Uji One Way Anova........................................................... 54

xii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori Efektifitas Serbuk Kulit Pisang Nangka


Dalam Menurunkan Kekruhan Air .................................... 33

Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 35

Bagan 3.2 Kerangka Operasional Penelitian Efektifitas Kulit


Pisang Nangka Dalam Menurunkan Kekeruhan Air ......... 47

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Laboratorium Sampel Air


Sumur Gali Di Rt 30 Kelurahan Talang Keramat Tahun 2021.

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian Efektifitas Serbuk Kulit Pisang Nangka


Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Sumur Gali Di Lab.Dinas
Lingkungan Hidup Kab.Musi Banyuasin Tahun 2021.

Lampiran 4. Hasil Uji Laboratorium Efektifitas Serbuk Kulit Pisang Nangka


Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Sumur Gali Di Rt 30
Kelurahan Talang Keramat Tahun 2021.

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Statistik Efektifitas Serbuk Kulit Pisang Nangka


Dalam Penurunan Kadar Kekeruhan Pada Air Sumur Gali Di Rt 30
Kelurahan Talang Keramat Tahun 2021.

Lampiran 6. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan No.32 Tahun 2017 , air bersih

adalah air yang di gunakan untuk keperluan sehari hari yang memenuhi

persyaratan Kesehatan dan dapat di minum apabila telah di masak. Permenkes

tersebut mengatur 4 parameter umum yang harus di perhatikan yaitu fisik,

kimia ,mikrobiologi, dan radioaktif. Air bersih juga merupakan air yang jernih

,tidak berwarna , tidak berbau , tidak berasa , dan tidak mengandung mineral

atau kuman-kuman yang membahaykan tubuh.

Dalam penyajian data penyediaan air bersih secara regional oleh WHO

2016 di dalam penelitian Dian Ayu ,terdapat sepuluh wilayah. Tiga wilayah

yang memiliki persentase cakupan penyediaan air bersih tertinggi adalah

negara negara maju sebesar 99% , negara-negara persemakmuran sebesar 92%

, dan Asia barat sebesar 91%. Sedangkan tiga wilayah yang memiliki

persentase cakupan persediaan air bersih terendah adalah Oceania sebesar 50%

, Afrika Sahara sebesar 56 % , dan Asia Timur sebesar 78%. Asia tenggara

sendiri menepati urutan ke-7 dengan persentase 82 %.

Selain itu WHO 2016 juga menyajikan data penyediian air bersih secara

regional Asia Tenggara. Tiga negara yang memiliki persentase cakupan

penyediaan air bersih tertinggi adalah Singapore yaitu sebesar 100%, Malaysia

1
2

sebesar 99%, dan Thailan sebesar 98%. Untuk Indonesia sendiri ada di urutan

ke-7 dengan persentase sebesar 77%.

Sumber air yang biasa digunakan oleh masyarakat diantaranya adalah

PAM, sumur gali dan sungai. Air sumur gali merupakan salah satu sarana yang

paling umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum dan air

bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu air yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari harus memenuhi persyaratan yang diatur

dalam Permenkes RI No. 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan

lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi,

kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum.

Kenyataannya sumber air yang biasa digunakan masyarakat khususnya

sumur gali secara fisik masih belum memenuhi persyaratan salah satunya yaitu

kekeruhan. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang terdispensi di

dalam air seperti tanah liat, pasir dan lumpur (Maliandra dkk, 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 tahun

2017 mengenai syarat kekeruhan pada air bersih adalah 25 NTU.

Dari survey awal yang di lakukan di Kelurahan Talang Keramat memiliki

berbagai macam sumber air bersih, Kelurahan Talang Keramat sendiri terdiri

dari 30 RT .Dari 30 RT,RT 30 RW 5 merupakan kawasan perumahan .Secara

geografis daerah perumahan tersebut merupakan tanah timbunan daerah rawa

sehingga mempengaruhi kualitas air bersih di daerah tersebut khususnya Air

Sumur Gali. Di RT 30 100% penduduknya masih menggunakan sumur gali


3

sebagai satu satu nya sumber air bersih, seluruh masyarakatnya menggunakan

sumur gali yang memiliki masalah yang hampir sama , yaitu kualitas air secara

fisik yang tidak memenuhi syarat yaitu air sumur gali tersebut keruh , berkarat

dan bau sehingga air harus diolah terlebih dahulu. Mayarakat di perumahan

tersebut umumnya tidak mengelolah air tersebut sehingga berdampak pada

kualitas air pada air sumur gali tersebut yang dapat mempengaruhi kesehatan

dan kegiatan sehari hari masyarakat tersebut misalnya membuat pakaian

kuning dan menimbulkan sisi karat pada penampungan air.

Dan dari hasil laboratrium didapatkan bahwa kekeruhan air sumur gali di

RT 30 yaitu 100,4 NTU dapat di lihat pada lampiran 2 surat hasil laboratorium

BTKL PP Palembang.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menciptakan berbagai temuan

dalam mengelola air bersih, diantaranya pengolahan air dengan teknologi

tinggi atau sederhana seperti pemberian bahan kimia atau yang biasa dikenal

dengan tawas (Al2(SO4)3. Penggunaan tawas memang dapat menjernihkan air

namun efek samping dari penggunaan bahan kimia tersebut dapat

menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Tawas

(Al2(SO4)3 termasuk bahan kimia yang masuk klasifikasi berbahaya, yang

dapat menyebabkan kerusakan parah pada kesehatan apabila terhirup, tertelan,

atau terserap melalui kulit (Maliandra dkk, 2014).Ternyata tawas (Al2(SO4)3

dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air

(Maliandra dkk, 2014).


4

Untuk mengatasi dampak dari penggunaan tawas (Al2(SO4)3 sebagai

proses penjernihan air bersih, dapat menggunakan teknologi alternatif secara

alami yaitu menggunakan bahan dari tumbuhan. Penjernihan alami dari

tumbuhan mudah dilakukan karena tumbuhan merupakan bahan organik yang

mudah terurai (Biodegradable), tidak mencemari lingkungan dan relatif aman

bagi kehidupan manusia. Selain tidak mencemari lingkungan dan aman bagi

kehidupan manusia, secara ekonomi pernjernihan menggunakan bahan alami

dapat meminimalkan biaya. Penggunaan kulit pisang merupakan salah satu

teknologi alternatif yang dapat digunakan sebagai perjernihan air secara alami

(Maliandra dkk, 2014).

Penjernihan air menggunakan kulit pisang kepok dapat menurunkan

kekeruhan pada air sumur gali. Penggunaan dosis 40 ppm kulit pisang kapok

dapat menurunkan kekeruhan sekitar 262,94 NTU, pada dosis 50 ppm dapat

menurunkan sekitar 275,05 NTU dan pada dosis 60 ppm dapat menurunkan

sekitar 284,85 NTU. Rata-rata dari masing - masing perlakuan dapat

menurunkan sekitar 274,28 NTU (Maliandra dkk, 2014). Menurut sebuah

penelitian Simangunsong dkk (2017) bahwa penjernihan air menggunakan

kulit pisang raja dapat menurunkan kekeruhan pada air, sebelum diberikan

perlakuan kadar kekeruhannya adalah 61 NTU setelah diberikan perlakuan

dengan dosis 5 ppm dapat menurunkan sekitar 54 NTU, perlakuan dengan

dosis 10 ppm dapat menurunkan 47 NTU dan perlakuan dengan dosis 15 ppm

dapat menurunkan sekitar 58 NTU. Rata-rata dari masing – masing perlakuan

dapat menurunkan sekitar 10 NTU. Kulit pisang dapat digunakan sebagai


5

bahan untuk membuat arang aktif karena memiliki kandungan hemiselulosa

yang cukup tinggi. Komposisi kulit pisang mentah berdasarkan analisis dinding

sel (% berat kering) yaitu: 37,52% hemiselulosa, 12,06% selulosa, dan 7,04%

lignin (Simangunsong 2017). Dalam jurnal Simangunsong (2017) menyatakan

bahwa kulit pisang dapat dibuat menjadi bioasorben. Karena zat pektin yang

terkandung pada kulit pisang yang tua jauh lebih banyak. Pektin merupakan

polimer yang mempunyai kemampuan untuk mengikat ion logam di dalam air

sehingga unsur pencemar dalam air dapat dihilangkan dan berguna menjadi

pencernih air .

Penelitian sebelumnya, menggunakan kulit pisang kapok dan pisang

raja untuk menurunkan kekeruhan pada air sumur sedangkan pada penelitian

ini menggunakan kulit pisang nangka yang di haluskan dan menggunakan

satuan gram dalam menentukan dosis . Berdasarakan latar belakang diatas

maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas sebuk kulit pisang

nangka untuk menurunkan kekeruhan pada air sumur gali di Perumhan Griya

Swadaya Kelurahan Talang Keramat Kecamatan Talang Kelapa Tahun 2021 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah

“Bagaimana efektifitas kulit pisang nangka untuk menurunkan kekeruhan pada

air sumur gali di Perumahan Griya Swadaya RT 30 Kelurahan Talang Keramat

Kecamatan Talang Kelapa ?”


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui dosis yang paling efekttif dari kulit pisang nangka untuk

menurunkan kekeruhan pada air sumur gali di Perumahan Griya Swadaya

RT 30 Kelurahan Talang Keramat Kecamatan Talang Kelapa.

2. Tujuan Khusus

a. Di ketahui kadar kekeruhan ait sumur gali di RT 30 dengan perlakuan

serbuk kulit pisang Nangka berat 6 gram.

b. Di ketahui kadar kekeruhan ait sumur gali di RT 30 dengan perlakuan

serbuk kulit pisang Nangka berat 7 gram.

c. Di ketahui kadar kekeruhan ait sumur gali di RT 30 dengan perlakuan

serbuk kulit pisang Nangka berat 8 gram..

d. Di ketahui dosis yang paling efektif dalam penurunan kadar kekeruhan

air sumur gali dengan menggunakan serbuk kulit pisang nangka .

D. Manfaat penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan (IPTEK)

Sebagai sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dalam menurunkan

kekeruhan air sumur gali dengan memanfaatkan kulit pisang nangka.

2. Bagi masyarakat

a. Dapat memberi informasi mengenai penurunan kadar kekeruhan air

sumur gali dengan menggunakan sebuk kulit pisang Nangka.

b. Dapat memberikan informasi mengenai pembuatan sebuk kulit pisang

Nangka sebagai bahan penurunan kadar kekeruhan bagi masyarakat


7

khusunya di perumhan griya swadaya RT 30 kelurahan talang

keramat, kecamatan talang kelapa kabupaten banyuasin.

3. Bagi Pendidikan atau Institusi

Dapat digunakan sebagai referensi bagi Institusi Pendidikan dan

pengelolaan air bersih .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Bersih

1. Pengertian

Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan

oleh makluk hidup untuk menompang kelangsungan hidupnya

(Dwiyanto, 2007). Menurut Dirgen PPM PLP Departemen Kesehatan RI

dalam buku Suyono dan Budiman (2012) bahwa air bersih adalah air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak. Air bersih

adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus

bebas dari kumankuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan

kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang

mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama

bagi terjaminnya kesehatan (Ramdysari 2014).

2. Sumber Air Bersih

Berdasarkan siklus air ada empat sumber air yaitu diantaranya air

hujan, air permukaan, air tanah dan mata air (Sumantri, 2014).

a. Air Hujan

Air hujan adalah sumber air yang tertentu akibat proses penguapan

air di permukaan bumi oleh panas sinar matahari. Uap air ini naik ke

atas sampai pada ketinggian tertentu sampai tercapainya persamaan

8
9

temperature dengan udara sekitarnya. Air angkasa atau air hujan

merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi

merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami

pencemaran ketika berada diatmosfer. Pencemaran berlangsung di

atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan

gas. Air hujan merupakan penyublinan awan atau uap air menjadi air

murni yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-

benda yang terdapat di udara. Dalam keadaan murni sangat bersih.

Diantara benda-benda yang terkait dari udara.

b. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang jatuh ke permukaan tanah

melalui dua proses yaitu mengalir ke permukaan tanah membentuk

genangan air atau mengalir ke danau, laut, sungai dan meresap ke

dalam tanah membentuk pusat resapan air tanah. Air permukaan

merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-

faktor yang harus diperhatikan yaitu mutu atau kualitas air, jumalah

atau kuantitas air, kontinuitasnya. Dibandingkan dengan sumber air

lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat

kegiatan manusia, fauna, flora dan zat-zat lain.

c. Air Tanah

Air tanah adalah air yang tersimpan di dalam tanah. Air tanah ini

tersimpan di antara batu-batuan kedap air atau pada lapisan batuan

tidak kedap air atau tersimpan dalam lapisan tanah. Air tanah ada dua
10

jenis yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal

ini terletak antara lapisan batuan kedap air dengan permukaan tanah.

Air tanah dangkal tersebar pada lapisan tanah lempung atau tanah

poreus ber pasir. Air tanah dangkal dapat diambil langsung melalui

penggalian atau sumur gali (dug well). Air tanah dalam muka airnya

lebih dari 10 meter, jenis sumurnya dinamakan air sumur dalam (deep

well). Air tanah dalam umunya tersebar dalam lapisan aquifer.

Lapisan aquifer adalah susunan suatu batuan yang menyimpan/

menangkap air tanah, terdiri dari aquifer bebas dan aquifer tertekan.

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sumber air

lain. Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu

mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah

cukup tersedia sepanjang tahun. Air tanah juga memiliki beberapa

kerugian atau kelemahan dibandingkan sumber air lainnya. Air tanah

mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi.

d. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar ke permukaan bumi, mata air

tidak memancar ke atas seperti artesis. Ada dua macam mata air yaitu

mata air gravitasi dan mata air artesis.

3. Jenis Air Bersih

Jenis sarana air bersih meliputi sumur gali (SGL), perlindungan

mata air (PMA), penampung air hujan (PAH) dan system perpipaan (PP).

Jenisjenis air bersih antara lain (Budiman, 2012) :


11

a. Sumur Gali

Jenis sumur gali ada beberapa antara lain sumur gali dengan

timba/ember, sumur gali dilengkapi dengan pompa tangan dangkal/

dalam ataupun dengan pompa listrrik.

b. Perlindungan Mata Air

Sumber air harus ada mata air, bukan pada saluran air yang berasal

dari mata air tersebut yang kemungkinan telah tercemar.

c. Penampungan Air Hujan

Talang air harus yang masuk ke bak PAH harus dapat dipindahkan/

dialihkan, agar air hujan pada 5 menit pertama tidak masuk ke dalam

bak.

d. Sistem perpipaan

Air baku harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum

didistribusikan.

4. Syarat Air Bersih

Persyaratan air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene

Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua Dan Pemandian Umum.

Beberapa persyaratan air bersih yang harus terpenuhi sebagai berikut :


12

a. Syarat Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak

berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu

udara. Adapun syarat air bersih secara fisik yaitu:

1) Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai

oleh masyarakat. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila

dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk

mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami

dekomposisi (penguraian) oleh mikro organisme air

(Puspitasari, 2013).

2) Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun

mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan

adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di

air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin oleh

karenanya orang tidak mau menggunakanya. Selain itu zat

organik bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa

khloroform yang beracun. Warna dapat berasal dari buangan

industri. Warna pada air dapat disebabkan karena adanya bahan

organik dan bahan anorganik seperti keberadaan plankton,


13

humus dan ion-ion logam serta bahan-bahan lain (Hasrianti,

2016). Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang

berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya

bagi kesehatan. Baku mutu yang telah ditentukan oleh

Permenkes RI No. 32 tahun 2017 adalah 50 TCU.

3) Rasa

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa

asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air

tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam

tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan

adanya asam organik maupun asam anorganik (Puspitasari,

2013).

4) Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi,

baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat

anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam

sedangkan organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau

hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber

kekeruhan. Kekeruhan pada sumur gali juga dipengaruhi oleh

keadaan musim, sehingga jika pemeriksaan dilakukan pada

musim hujan kemungkin yang terjadi adalah kualitas fisiknya

menurun karena meningkatnya tingkat kekeruhan sebab


14

banyaknya larutan tersuspensi didalam air (Puspitasari, 2013).

Berdasarkan Permenkes RI No. 32 tahun 2107 batas kadar

baku mutu kekeruhan adalah 25 NTU.

5) Suhu

Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan

kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih

banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya

disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sekitar

sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya

matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada

secara langsung dan tidak langsung. Suhu air bersih sebaiknya

sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25°C dan apabila

terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah ± 3°C

(Hasrianti, 2016).

6) Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

Bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan

pengeringan pada suhu 103°– 105°C, dalam portable water

kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut yang

terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas yang

terlarut. Kandungan total solid pada portable water biasanya

berkisar antara 20 sampai 1000 ppm dan sebagai satu

pendoman kekerasan dari air akan meningkatnya total solid,


15

disamping itu pada semua bahan cair jumlah koloid yang tidak

terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai

derajat dari pencemaran.

b. Syarat Kimia

Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang

tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya

bagi kesehatan.Kandungan zat kimia dalam air bersih yang

digunakan sehari-hari seharusnya tidak melebihi kadar maksimum

yang di perbolehkan dalam Permenkes RI No. 32 Tahun 2017.

Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat

kimia lainnya yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik

bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.Syarat-syarat

air bersih secara kimia sebagai berikut:

1) Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam

maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan bersifat

asam, sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Kadar pH dalam

air yang masih dalam batas baku mutu antara 6,5-8,5

(Sasongko dkk, 2014).

2) Besi (Fe)

Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas menyebabkan

berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa, warna


16

(kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan

bakteri besi dan kekeruhan (Astuti, 2015). Ambang batas kadar

besi dalam air menurut Permenkes RI No.32 tahun 2017 adalah

1 ppm.

3) Klorida

Klorida adalah senyawa halogen klor (CI), dalam jumlah

yang banya klor (CI) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada

pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai densifektan, residu

klor (CI) dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi (CI)

ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk

halogenhidrokarbon (CI-HC) banyak diantaranya dikenal

sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Ambang batas kadar

klorida dalam air adalah 600 ppm.

4) Mangan (Mn)

Mangan (Mn) merupakan metal kelabu-kemerahan.

Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi

debu dan uap logam. Nilai ambang batas kadar magan dalam air

adalah 0,5 ppm. Kadar mangan melebihi batas ambang dapat

menimbulkan berbagai masalah bagi pengguna air yaitu mudah

terjadi endapan pada bak mandi, air mudah menjadi keruh,

menyebabkan noda hitam pada pakaian putih, kandungan

mangan dalam jumlah besar dalam air menyebabkan perubahan

pada warna dan bau dalam makanan (Astuti, 2015).


17

5) Seng (Zn)

Seng (Zn) pada air minum akan menimbulkan rasa kesat

dan dapat menyebabkan gejala muntaber. Seng (Zn) dapat

menimbulkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak

akan timbul endapan seperti pasir. Kadar maksimum seng (Zn)

yang diperbolehkan didalam air bersih adalah 15 ppm.

6) Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) diperlukan bagi perkembangan

tubuh manusia. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan

gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah,

anemia, kramp, konvulasi, shock, koma dan dapat

meninggal.Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna

dan korosi pada pipa, sambungan dan peralatan dapur.

Ambang batas kadar tembaga Cu) dalam air adalah 1,0 ppm.

c. Syarat Bakteriologis

Syarat air bersih secara bakteriologis yaitu :

1) Tidak mengandung bakteri patogen.

Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya

bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio chotera, dan

lain-lain.Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air


18

(transmitted by water). Berdasarkan Permenkes RI No. 32

Tahun 2017 kadar baku mutu E.Coli harus 0 CFU/100 ml.

2) Tidak mengandung bakteri nonpatogen

Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi

indikator pencemaran harus negatif seperti actinomycetes,

phytoplankton coliform, ciadocera, dan lain-lain.

Berdasarkan Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 kadar baku

mutu Total Coliform 50 CFU/100 ml.

5. Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air bersih merupakan banyaknya air yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan sehari-hari.Sumber air

bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus memenuhi

standar kuantitas dan kualitas.

a. Ditinjau dari segi kuantitas

Air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling

penting. Air termasuk dalam sumber alam yang dapat

diperbaharuhi karena secara terus menerus dipulihkan melalui

siklus hidrologi yang berlangsung menurut kodrat. Namun air

merupakan sumber alam yang lain dari pada yang lain dalam arti

bahwa jumlah keseluruhan air yang bias didapatkan di seluruh

dunia adalah tetap, persediaan totalnya tidak dapat ditingkatkan


19

atau dikurangi melalui upaya-upaya pengelolaan untuk

mengubahnya. Kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih

minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara

layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk

melakukan aktivitas dasar sehari-hari.

b. Ditinjau dari segi kualitas air

Secara langsung atau tidak langsung atau tidak langsung

pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan

dasar pertimbangan penetapan kualitas air bersih, usaha

pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air

bersih berpendoman pada standar kualitas air terutama dalam

penilaian terhadap produk air bersih yang dihasilkannya, maupun

dalam merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan

terhadap sumber daya air.

B. Sumur Gali

1. Pengertian

Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi

masyarakat di pedesaan, maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air

yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah,

oleh karena itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal

dari kotoran manusia, hewan, maupun untuk keperluan domestik rumah

tangga. Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan
20

syarat konstruksi syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal

ini diperlukan agar kualitas air sumur gali aman sesuai dengan aturan yang

ditetapkan (Waluyo, 2005 dalam Katiho,2012).

2. Syarat Sumur Gali

Menurut Sanropie (1984), adapun persyaratan sumur gali yang

harus diperhatikan yakni :

a. Persyaratan Lokasi

1) Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan ialah

jarak sumur dengan kakus, lubang galian sampah, lubang galian

air limbah dan kemiringan dari tanah tersebut. Pada umumnya

dapat dikatakan jaraknya tidak kurang dari 11 meter dan

diusahakan letaknya tidak berada dibawah tempat-tempat sumber

pengotoran seperti yang disebutkan diatas.

2) Tidak dibuat pada tanah yang rendah atau yang dapat

memungkinkan tanah terendam bila banjir atau hujan.

3) Dibuat ditempat yang ada airnya didalam tanah.

b. Persyaratan Konstruksi

1) Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan

lantai/tanah, dibuat dari tembok yang tidak tembus air/bahan

kedap air dan kuat (tidak mudah retak/longsor) untuk mencegah

perembesan air yang telah tercemar ke dalam sumur. Kedalaman

3 m diambil karena bakteri pada umunya tidak dapat hidup lagi.


21

2) Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok

yang tidak disemen, tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.

3) Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur + 1 meter

dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk

mencegah agar air sekitarnya tidak masuk ke dalam sumur, serta

juga untuk keselamatan pemakai

4) Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di

sekeliling sumur 1,5 m dari tepi bibir sumur, agar air permukaan

tidak masuk. Lantai sumur tidak retak/bocor, mudah dibersihkan,

dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5% ke arah saluran

pembuangan air limbah agar air bekas dapat dengan mudah

mengalir ke saluran air limbah.

5) Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran

lainnya tidak dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang

dipakai jangan diletakkan di bawah lantai tetapi digantung.

6) Adanya sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air

limbah harus kedap air, minimal 2% ke arah pengolahan air

buangan/peresapan. Sebaiknya air sumur diambil dengan pompa.

c. Jenis-Jenis Sumur Gali

Menurut Depkes (1996), jenis-jenis sumur gali adalah sebagai

berikut

1) Sumur gali tanpa pompa (dengan timba atau ember)


22

Salah satu sarana penyediaan air bersih dengan cara menggali

tanah sampai mendapat lapisan air dengan kedalaman tertentu yang

terdiri dari bibir sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran air

limbah dan dilengkapi dengan kerekan atau timba.

2) Sumur gali dengan pompa tangan dangkal

Sumur yang dilengkapi dengan pompa, pompa tangan dangkal

kerjanya menghisap air didalam tanah.

3) Sumur gali dengan pompa tangan dalam

Sumur yang dilengkapi dengan pompa, pompa tangan dalam

prinsip kerjanya adalah mengangkat air yang ada didalam tanah.

Silinder sumur pompa tangan dalam berada didalam atau terendam

di air yang akan diangkat.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Sumur Gali

Menurut Sanropie (1984), faktor-faktor yang mempengaruhi

kondisi sumur gali adalah sebagai berikut :

1) Faktor Teknis

Pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk (sumur gali),

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis yang mencangkup

kuantitas dan kualitas, sebagai berikut :

a) Jumlah penduduk

Penduduk merupakan sasaran yang akan dijangkau atau

dilayani kebutuhan air, sehingga jumlah penduduk mutlak


23

harus dipertimbangkan bukan untuk saat perencanaan, tetapi

harus diprediksikan pada tahun berikutnya.

b) Perkembangan teknologi dan status masyarakat

Kemajuan atau modernisasi dapat mempengaruhi pola

hidup masyarakat, yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi status masyarakat. Sebagian pola kehidupan

masyarakat tersebut akan mempengaruhi kondisi sumur gali.

Keadaan perkembangan inilah perlu dipertimbangkan karena

pengaruh zat-zat pencemar akibat kemajuan teknologi akan

mempengauhi kualitas.

c) Keadaan daerah

Pola keadaan daerah baik dari segi geografis, iklim

maupun topografs sangat mempengaruhi dalam hal jumlah air

yang tersedia.

2) Faktor Sosial

Pada prinsipnya penyediaan air bagi penduduk adalah

dimanfaatkannya air tersebut untuk keperluan hidupnya, hal ini

sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam masyarakat yaitu

ketidaktahuan dan kebiasaan yang membudayadimasyarakat

3) Faktor Administrasi

Proses penyediaan air tidak terlepas dari pelaksanaan

sesama instansi maupun antar instansi, yaitu: lintas program

maupun lintas sektor.


24

4) Faktor Hukum dan Perundang-Undangan

Langkah pelaksanaan dalam mengadakan penyediaan air

(sumur gali) yang aman bagi penduduk masih memerlukan dasar

hukum dan perundang undangan yang mendukung.

C. Kulit Pisang

1. Pengertian

Pisang adalah pohon jenis terna (pohon dengan batang yang lunak

dan tidak berkayu) dari suku Musaceace, yang tingginya mencapai 6 meter

dengan batang yang kuat dan daun-daun yang besar memanjang berwarna

hijau tua.Buah pohon ini Nampak dalam bentuk sisir-sisir, yang tiap

sisirnya berisi sekitar 10-12 buah pisang (Lestari, 2014).

Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai

dari buah, batang, daun kulit dan bongolnya. Tanaman pisang merupakan

suku Musaceae termasuk kedalam tanaman yang besar memanjang.

Tanaman pisang sangat menyukai daerah yang beriklim tropis panas dan

lembab terlebih didataran rendah. Umumnya, kebanyakan orang memakan

buah pisang kulitnya dibuang begitu saja. Seringkali kulit pisang dianggap

sebagai barang tidak berguna atau tidak bermanfaat. Didalam kulit pisang

memilik kandungan vitamin C, B, kalsium dan lemak yang cukup baik

(Wulandari 2013).

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang

cukup banyak jumlahnya, yaitu 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas.
25

Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya

dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan

ternak (Lestari, 2014).

2. Kandungan di dalam kulit pisang

Beberapa komposisi kulit pisang mentah berdasarkan analisis

dinding sel yaitu 37,52% hemiselulosa, 12,06% selulosa dan 7,04% lignin

(Simangunsong dkk, 2017).

a. Selulosa

Selulosa merupakan karbohidrat (polisakarida) utama yang

disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60% komponen

penyusun struktur tanaman. Selulosa terdiri atas rantai lurus

homopolisakarida yang disusun oleh unit-unit D-glukopiranosa melalui

ikatan glikosidik β-(1,4). Selulosa banyak terdapat pada dinding sel dan

berfungsi untuk menjaga struktur sel tersebut. Selulosa tidak larut

dalam air juga tidak dalam pelarut organik. Bentuk selulosa yang lurus

menyebabkan tersusun rapat menjadi serat sehingga pelarut sukar

mendorong atau memisah rantai. Selulosa mempunyai potensi yang

cukup besar untuk dijadikan adsorben karena gugus OH yang terikat

dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat. Adanya gugus OH pada

selulosa dan hemiselulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada

adsorbat tersebut (Lestari, 2014).

b. Hemiselulosa
26

Hemiselulosa merupakan polisakarida non-selulosa dan berantai

pendek, tersusun dari senyawa karbon yang terdiri dari 5-6 atom. Rantai

hemiselulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai selulosa karena

derajat polimerisasinya yang lebih rendah. Hemiselulosa bersifat

hidrofibril (mudah menyerap air) yang mengakibatkan struktunya

kurang teratur. Hemiselulosa tidak larut dalam air tetapilarut dalam

larutan larutan alkali encer dan lebih mudah dihidrolisis oleh basa

dibandingkan dengan selulosa. Oleh karena itu hilangnya hemiselulosa

akan mengakibatkan berkurangnya ikatan antar serat sehingga lignin

dan selulosa lebih mudah untuk dipisahkan.

c. Lignin

Lignin merupakan gabungan beberapa senyawa yang hubunganya

erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen namun

proposi karbonya lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Lignin

sangat tahan terhadap degradasi kimia, termasuk degradasi enzimatik.

Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya

dengan selulosa dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun

lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi karbon

yang lebih tinggi pada lignin.

3. Proses penurunan kekeruhan dengan kulit pisang

Pada proses menurunkan kekeruhann air menggunakan kulit pisang

terjadi peristiwa adsorbsi karena gugus OH yang terikat dapat berinteraksi

dengan komponen adsorbat. Adanya gugus OH pada selulosa dan


27

hemiselulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben tersebut.

Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa lebih kuat menjerap zat yang

bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme jerapan yang

terjadi antara gugus OH yang terkait pada permukaan dengan ion logam

yang bermuatan positif (kation) merupakan mekanisme pertukaran ion

(Maliandra, 2014).

D. Kekeruhan

1. Pengertian

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai

dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU

(Nephelometrix Turbidity Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau

FTU (Formazin Turbidity Unit). Air dikatakan keruh apabila air

mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga

memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang

menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan bahan

organik yang tersebar dan partikel-partikel kecil lain yang tersuspensi

(Ramdysari, 2014).

Kekeruhan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

dalam penyediaan air bagi masyarakat. Kekeruhan pada air permukaan

disebabkan oleh adanya beberapa senyawa organik dan dalam bentuk

padatan tersuspensi yang tergolong dalam bahan organik senyawa (amalia,

2016).
28

Parameter fisika adalah salah satu parameter yang digunakan untuk

mengukur kadar kualitas air yang berhubungan dengan sifat fisik air. Salah

satu parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air

adalah kekeruhan. Air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak

keruh.Batas maksimal kekeruhan air bersih Permenkes RI No. 32 tahun

2017 adalah 25 skala NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Kekeruhan

merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi

cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan secara langsung antara

kekeruhan dengan kadar semua jenis suspensi, karena tergantung juga

pada ukuran dan bentuk butir (Wulandari 2013).

a. Penyebab kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik

dan anorganik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan

yang dihasilkan oleh buangan industri (Simangunsong dkk, 2016).

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti

lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya

(Hendrawati dkk, 2013).

b. Upaya pengendalian kekeruhan

Kekeruhan pada air dapat diatasi dengan pengolahan air secara

fisik, pengolahan air secara fisik yang mudah dilakukan di pedesaan

adalah sebagai berikut :

1) Penyaringan (Filtrasi)
29

Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan

atau koloid dengan cairan. Proses penyaringan bisa merupakan

proses awal atau proses penyaringan sebelumnya.

2) Pengendapan (Sedimentasi)

Sedimentasi adalah proses pengendapan bahan padatan dari

air olahan. Prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat

dengan memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat

berada didasar kolam pengendapan sedangkan cairanya diatas.

3) Absorpsi dan adsorpsi

Absorpsi adalah proses penyerapan bahan-bahan tertentu

dengan penyerapan tersebut air menjadi jernih karena zat-zat

didalamnya diikat oleh absorben. Absorpsi umumnya

menggunakan bahan absorben dari karbon aktif. Adsorbsi

merupakan penangkapan atau peningkatan ion-ion bebas di dalam

air oleh adsorben.

E. Uji jar tes

1. Pemgertian

Jar test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk

menentukan kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan air

limbah. Metode jar test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi

untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan zat-zat organik yang dapat


30

menyebabkan masalah kekeruhan, bau dan rasa (Nuryani 2016). Jar test

adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal

dari koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air bersih (Hanun,

2012). Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan

dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan

air bersih. Apabila percobaan dilakukan secara tepat, informasi yang

berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam

mengoptimalkan proses-proses koagulasi-flokulasi dan penjernihan

(Margaretha dkk, 2012).

2. Manfaat uji jar tes

Berikut ini merupakan manfaat dari uji jar test (Amalia, 2016) :

a. Dapat memilih koagulan dan flokulan yang sesuai dengan koloid yang

terdapat di air.

b. Dapat menentukan dosis optimal untuk koagulan dan flokulan sesuai

kondisi.

c. Dapat membandingkan berbagai bentuk flok dan dapat menentukan

ukuran flok yang ideal dan dapat diendapkan.

d. Dapat mempelajari pengaruh pH dan unsur lainnya terhadap proses

koagulasi dan flokulasi.

e. Dapat menghitung efisiensi proses koagulasi dan flokulasi.

3. Macam macam uji jar test


31

Ada beberapa penelitian tentang penurunan kekeruhan air sumur gali

dengan metode uji jar test. Koagulan yang digunakan merupakan

koagulan dari bahan alam seperti biji kelor, biji asam jawa, biji kecipir

dan lain sebagainya.

Biji kelor merupakan bahan koagulan alami yang berasal dari alam

dapat digunakan untuk proses penurunan kekeruhan pada air sumur gali.

Penggunaan biji kelor lebih ekonomis dan aman dibandingkan dengan

tawas. Selain itu penggunaan bahan koagulan alami dapat meningkatkan

kualitas air produksi karena mengurangi pemakaian bahan kimia. Biji

kelor mengandung zat aktif rhamnosyloxy benzil isothiocyante yang

mampu mengadsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta

logam yang terkandung dalam limbah tersuspensi dengan partikel

kotoran yang berada didalam air. Biji kelor diketahui mengandung

polielektrolit kationik dan flokulan alamiah dengan komposisi kimia

berbasis polipeptida yang mempunyai berat molekul 6000-16000 dalton,

mengandung 6 asam amino sehingga dapat mengkoagulasi dan flokulasi

kekeruhan air (Hamzani dkk, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamzani (2014)

bahwa penurunan kekeruhan air sumur gali menggunakan serbuk biji

kelor dengan metode jar test, dapat menurunkan hingga 73%. Dari

variasi dosis yang digunakan 10-80 ppm, dosis yang paling banyak

penurunnya adalah dosis 60 ppm. Pengukuran sebelum diberikan

perlakuan tingkat kekeruhan air sumur 45 NTU, setelah diberikan


32

perlakuan menggunakan serbuk biji kelor dengan metode jar test pada

dosis 60 ppm dapat menurunkan kekeruhan dengan hasil 12 NTU.

Biji asam jawa merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai

biokoagulan. Biji asam jawa memiliki kandungan protein yang cukup

tinggi sehingga dapat berperan sebagai polielektrolit alami. Polielektrolit

adalah polimer yang membawa muatan positif atau negatif dari gugus

yang terionisasi. Pada pelarut yang polar seperti air, gugus ini dapat

terdisosiasi meninggalkan muatan pada rantai polimernya dan

melepaskan ion yang berlawanan dalam larutan. Kemampuan

biokoagulan biji asam jawa dapat diamati melalui pengaruhnya dalam

menurunkan kekeruhan melalui jar test (Hendrawati dkk, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati dkk

(2013) bahwa penurunan kekeruhan pada air tanah menggunakan serbuk

biji asam jawa dengan metode jar test, dapat menurunkan sekitar 79%.

Dengan menggunakan dosis serbuk biji asam jawa sebanyak 2 gram/liter

dapat menurun sekitar 22,10 NTU. Kekeruhan air sebelum dilakukan

penambahan serbuk biji asam jawa, kadar kekeruhan 27,87 NTU dan

setelah dilakukan penambahan serbuk biji asam jawa 5,67 NTU.


33

F. Kerangkan teori

Derajat keasaman (pH)


Kimia Zat kimia berbahaya
Air tanah Air sumur gali
Unsur kimiawi
Air permukaan
Bakteri di dalam air
Sumber air Pencemaran Bakteriologis
Air hujan
Bakteri yang tidak
berbahaya
Mata air

Fisik Warna
a
Rasa

Bau
Dosis kulit pisang nangka 6 gr
Kekeruhan
Dosis kulit pisang nangka 7 gr

Penjernihan
Dosis kulit pisang nangka 8 gr

BAGAN 2.1
KERANGKA TEORI EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM MENURUNKAN
KEKERUHAN AIR
34

G. Hipotesis

1. Hipotesis kerja (Hk)

a. Ada perbedaan penurunan kadar kekruhan air sumur gali di RT 30

dengan perlakuaan sebuk kulit pisang nangka berat 6 gram.

b. Ada perbedaan penurunan kadar kekruhan air sumur gali di RT 30

dengan perlakuaan sebuk kulit pisang nangka berat 7 gram.

c. Ada perbedaan penurunan kadar kekruhan air sumur gali di RT 30

dengan perlakuaan sebuk kulit pisang nangka berat 8 gram.

d. Ada perbedaan efektifitas penurunan kadar kekeruhan air sumur gali

dengan mennggunakan serbuk kulit pisang nangka.

2. Hipotesis Nul (HO)

a. Tidak ada perbedaan penurunan kadar kekruhan air sumur gali di RT

30 dengan perlakuaan sebuk kulit pisang nangka berat 6 gram.

b. Tidak ada perbedaan penurunan kadar kekruhan air sumur gali di RT

30 dengan perlakuaan sebuk kulit pisang nangka berat 7 gram.

c. Tidak ada perbedaan penurunan kadar kekruhan air sumur gali di RT

30 dengan perlakuaan sebuk kulit pisang nangka berat 8 gram.

d. Tidak ada perbedaan efektifitas penurunan kadar kekeruhan air

sumur gali dengan mennggunakan serbuk kulit pisang nangka.


BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Efektifitas
Dosis serbuk
kulit pisang penurnan
.
nangka. kekeruhan pada air

sumur gali

Bagan 3.1
Kerangka Konsep
B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan melakukan ujicoba pada subyek penelitian

kemudian efek dari intervensi tersebut diukur dan dianalisis (Dharma, 2011).

Pada penelitian ini menggunakan pra eksperimen yaitu penelitian

eksperimen yang hanya menggunakan kelompok eksperimen tanpa ada

kelompok kontrol (pembanding). Menggunakan rancangan penelitian

eksperimen one group pre and posttest design yaitu rancangan penelitian

yang menggunakan satu kelompok subjek saja, pengukuran dilakukan

sebelum dan sesudah perlakuan.

35
36

Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan pemberian serbuk kulit pisang

nangka terhadap air sumur gali dengan dosis yang berbeda untuk

menurunkan kekeruhan.

Tabel 3.1
Rancangan Prosedur Penelitian Efektifitas Kulit Pisang Nangka
Dalam Menurunkan Kekeruhan Air
Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok 01 X (6) 02
eksperimen a
Kelompok 01 X (7) 02
eksperimen b
Kelompok 01 X (8) 02
eksperimen c

Keterangan :

01 = Pengukuran pertama pada kekeruhan air sumur gali

X (10) = Pemberian serbuk kulit pisang nangka 6 gram

X (20) = Pemberian serbuk kulit pisang nangka 7 gram

X (30) = Pemberian serbuk kulit pisang nangka 8 gram

02 = Pengukuran kedua pada penurunan kekeruhan air sumur gali

Rancangan ini memuat kesimpulan- kesimpulan mengenai efek perbedaan

antara program (intervensi) satu dengan yang lainnya dapat dicapai.

C. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini di lakukan pada bulan Februari sampai Mei 2021


37

2. Tempat penelitian

Penelitian ini di lakukan di salah satu sumur di Perumahan Griya

Swadaya RT 30 RW 05 Kelurahan Talang Keramat Kecamatan Talang

Kelapa dan di uji di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kab.Muba.

D. Populasi Dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Saryono, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah semua

sumur gali di Perumahan Griya Swadaya .

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi

(Saryono, 2013). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah air sumur

gali dengan karakteristik air sumur gali yang berwarna kecoklatan, air sumur

gali yang ada partikel-partikel halus dan kriteria sumur gali belum memenuhi

syarat. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel air sumur gali adalah milik

bapak Agung. Sampel yang dibutuhkan, setiap perlakuan dibutuhkan 3 liter

air sumur gali dan dilakukan replikasi atau pengulangan sebanyak 3 kali.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil pengukuran

terhadap objek yang diteliti yaitu kadar kekeruhan air sumur gali sebelum

dan sesudah dilakukan proses penurunan kekeruhan menggunakan serbuk

kulit pisang nangka.

2. Data Sekunder
38

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber hasil

penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan, jurnal dan skripsi yang

berhubungan dengan proses penjernihan air sumur gali dengan

menggunakan serbuk kulit pisang nangka.

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan eksperimen atau percobaan ini, peneliti menggunakan

alat penelitian pengumpulan data berupa gelas , blender, alat pengeduk

magnetik, pH meter , turbiditu meter , ayakan, oven ,neraca analitik dan alat-

alat laboratorium untuk mengukur kekeruhan.

G. Metode Peengumpulan Data

1. Metode pengambilan sampel air sumur gali

a. Teknik pegambilan sampel

Teknik pengambilan sampel air yang dilakukan adalah dengan

purposive samping. purposive samping adalah suatu metode pemilihan

sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu

yang ditentukan oleh peneliti (Dharma, 2011). Dalam hal ini sampel air

yang diambil adalah air sumur gali milik bapak mesjan dengan

pertimbangan air sumur gali berwarna kecoklatan, air sumur gali yang

ada partikel-partikel halus dan kriteria sumur gali belum memenuhi

syarat.

b. Persyaratan Alat Pengambilan Sampel Air Sumur Gali Untuk

Pemeriksaan Kekeruhan
39

Alat pengambil sampel air sumur gali untuk pemeriksaan

kekeruhan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel

(misalnya untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil

sampel tidak terbuat dari logam).

2) Mudah dicuci dari bekas sebelumnya.

3) Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada

sisa bahan tersuspensi di dalamnya.

4) Kapasitas alat 1 – 5 liter tergantung dari maksud pemeriksaan

5) Mudah dan aman dibawa.

c. Alat Dan Bahan Pengambilan Sampel Air Sumur Gali

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel

air sumur gali sebagai berikut :

1) Botol

2) Ember

3) Alat tulis

4) Kertas label

5) Kain lap bersih

d. Cara pengambilan sampel air sumur gali

1) Siapkan alat dan bahan.

2) Cucilah botol penampung sebanyak 3 kali.


40

3) Ambil sampel dengan menggunakan ember atau botol yang sudah

dicuci.

4) Kemudian berikan label pada botol sampel dan simpan diplastik.

2. Pembuatan Serbuk Kulit Pisang Nangka

a. Pengertian Pembuatan Serbuk Kulit Pisang Nangka

Pembuatan serbuk kulit pisang nangka adalah cara mengolah

limbah kulit pisang nangka dengan cara dioven dan dihaluskan

menggunakan blender dapat di ihat pada lampiran 3 gambar 3 dan 4 .

b. Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk membuat serbuk

kulit pisang nangka :

1) Kulit pisang nangka

2) Oven

3) Pisau

4) Saringan 2 mm dan 1 mm

5) Ember

6) Blender

c. Cara membuat serbuk kulit pisang

Berikut ini cara membuat serbuk kulit pisang nangka untuk

menjernihkan air sumur gali :

1. Persiapkan alat dan bahan

2. Cuci kulit pisang nangka lalu tiriskan.


41

3. Kemudian potong kulit pisang nangka dengan ukuran yang

sangat kecil untuk mempermudah proses penghalusan.Dapat di

lihat pada lampiran 3 gambar 2.

4. Oven kulit pisang nangka

Langkah-langkah kerja oven sebagai berikut :

a. Siapkan oven dengan cara memanaskannya sampai suhu

105 derajat celcius.

b. Setelah itu, mengatur suhu low medium agar panas di dalam

oven tetap stabil.

c. Masukkan Loyang berisi kulit pisang nangka ke dalam

oven, lalu atur timer kurang lebih 30 menit.

d. Setelah timer berhenti dan kulit pisang nangka kering,

segera angkat Loyang dan matikan oven listrik.

5. Setelah kering, diamkan sampai potongan kulit pisang

nangka dingin.

6. Haluskan kulit pisang nangka yang sudah dingin.

7. Setelah semua kulit pisang halus, disaring menggunakan

saringan

dengan ukuran 2 mm dan 1 mm secara bersamaan. \

8. Hasil dari saringan antara ukuran 2 mm dan 1 mm yang

digunakan untuk media penjernihan air sumur gali.

3. Jar test
42

a. Pengertian Jar Test

Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan

dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses

pengolahan air bersih.

b. Alat Jar Test

Adapun alat-alat yang digunakan untuk uji jart test yaitu sebagai

berikut atau bisa di lihat pada lampiran 3 gambar 6 contoh alat jar test

1) Sebuah monitor yang dapat diatur.

2) Batang-batang pengadukan dengan impeller dan kecepatan

rotasi impeller dapat diatur.

3) Sebuah gelas beaker.

4) Sebuah pengatur waktu.

5) Perlengkapan pada setiap tabung :

a) Stater pada setiap tabung

b) Tabung pembubuh bahan kimia, satu atau dua buah setiap

jar yang dipasang pada sebuah jar.

c) Siphon untuk mengambil sampel air.

d) Tempat sampel.

c. Langkah-langkah uji jar test

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian jar test

terhadapa air sumur gali di RT30 kelurahan Talang Keramat Siapkan

sampel air sumur gali.


43

1) Mengambil sampel air sumur dengan gelas ukur sebanyak 1

liter.

2) Menyiapkan serbuk kulit pisang nangka 6 gram .

3) Memasukkan serbuk kulit pisang nangka ke dalam 1000 ml air

baku

4) Melakukan jar test dengan pedoman sebagai berikut :

a) Melakukan pengadukan dengan kecepatan sebesar 100

rpm selama 1 menit.

b) Menurunkan kecepatan menjadi 20 rpm dan lakukan

pengadukan selama 15 menit.

c) Mengamati pembentukan flok.

d) Mematikan mesin dan didiamkan selama 10 menit.

e) Mengamati kecepatan penurunan flok tersebut.

f) Setelah sudah 10 menit, melakukan pengukuran

kekeruhan air.

g) Mengulang pengujian jar test dengan dosis serbuk kulit

pisang nangka 7 gram sesuai dengan point 1 sampai 5.

h) Mengulang pengujian jar test dengan dosis serbuk kulit

pisang nangka 8 gram sesuai dengan point 1 sampai 5.

4. Prosedur Pemeriksaan Kekeruhan

a. Turbidity Meter

Turbidity meter adalah salah alat yang berfungsi untuk

mengukur kekeruhan air dalam sampel. Turbidity meter


44

merupakan sifat optik akibat disperse sinar dan dapat dinyatakan

sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya

yang datang.Dapat di lihat pada lampiran 3.

b. Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur kekeruhan

sebagai berikut :

1) Turbidity meter

2) Sampel air

3) Kain atau tissu untuk membersihkan sampel

c. Langkah-langkah pemeriksaan kekeruhan sebagai berikut :

1) Siapkan alat dan bahan.

2) Tuangkan sampel kedalam cell hingga garis batas.

3) Bersihkan cell menggunakan kain atau tissu untuk

menghilangkan kotoran atau sidik jari.

4) Tekan tombol I/O. Instrumen akan terbuka, kemudian

instrument pada suatu permukaan dan jangan memegang

instrument ketika sedang melakukan pengukuran.

5) Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan

mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell.

6) Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol

SIGNAL AVERAGE. Dan monitor akan menunjukkan SIG

AVG ketika instrumen sedang menggunakan mode sinyal rata-

rata.
45

7) Tekan READ. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian

angka turbiditas akan muncul. Catat hasil turbiditas setelah

symbol lampu padam.

H. Variable

1. Variable dependent

Variabel terikat merupakan variabel akibat dari adanya variabel

bebas.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kekeruhan

pada air sumur gali.

2. Variable independent

Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan pengaruh

atau faktor yang menyebabkan variabe dependent menjadi berubah.Dalam

penelitian ini yang menjadi varilabel bebas adalah dosis serbuk kulit

pisang nangka.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimasudkan untuk

memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis.


46

Tabel 3.2
Definisi Operasional Pemanfaatan Sebuk Kulit Pisang Nangka Dalam
Menurnkan Kekeruhan Air
Definisi Alat Cara ukur Hasil
No Variabel Skala
Operasional Ukur Ukur
1. Kekeruhan Salah satu Laboratorium
air sumur parameter fisika
Turbidity
gali yang digunakan NTU Rasio
Meter
untuk menentukan
kualitas air.
2. Dosis kulit Jumlah serbuk kulit Laboratorium
pisang pisang nangka yang
Nangka digunakan untuk
Neraca Gram Rasio
menurunkan
kekeruhan air
sumur gali.
47

J. Kerangka Operasional

Populasi
Seluruh sumur gali yang berada di Perumahan Griya Swadaya

Sampel
Air sumur gali sebanyak 12liter

Desain Penelitian
Jenis rancangan pra eksperimen dengan one group pre and
posttest design

Pengumpulan Data
Uji Laboratorium

Variabel bebas : Variabel terikat :


Dosis serbuk kulit pisang nangka Efektivitas penurunan kekeruhan
6 Gram ,7 gram 8 gram pada air sumur gali

Pengolahan Data
Editing, entry data, tabulating

Analisis Data
Uji Anova dengan menggunakan sofwereSPSS

Hasil Penelitian

Bagan 3.2
Kerangka Operasional Penelitian Efektifitas Serbuk Kulit Pisang
Nangka Dalam Menurunkan Kekruhan Air

K. Cara Pengelolaan Dan Analisis Data

1. Pengelolaan Data

Setelah mendapatkan data atau terkumpulnya data yang diperlukan,

maka dapat dilakukan pengolahan data dengan melalui beberapa tahap


48

diantaranya:

a. Pemeriksaan data (editing)

Pemeriksaan data (editing) merupakan kegiatan untuk pengecekan

dan perbaikan data. Dalam penelitian ini dilakukan untuk meneliti

kelengkapan data kadar kekeruhan, sampel yang diperoleh dalam

setiap kali perlakuan.

b. Masukkan data (entery data)

Memasukkan data yaitu memasukkan data yang telah didapatkan

ke dalam program komputer. Dalam penelitian ini memasukkan nilai

kadar kekeruhan air sumur gali dari hasil pemeriksaan laboratorium

kedalam program komputer.

c. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data yang telah dianalisis agar

mudah dipahami. Dalam penelitian ini menyusun data hasil penelitian

dalam tabel.

d. Penyajian data

Penyajian data adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk

tabel. Dalam penelitian ini hasil dari pengukuran kekeruhan disajikan

dalam bentuk tabel.

2. Analisis Data
49

a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh beda setiap dosis kulit

pisang nangka terhadap penurunan kekeruhan pada air sumur gali.

Jika data mempunyai distribusi normal maka mean dapat

digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD)

sebagai ukuran penyebaran dan jika distribusi data tidak normal

maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran pemusatan

dan minimummaksimum sebagai ukuran penyebaran.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi dua variabel baik berupa komparatif, asosiatif maupun

koleratif (Saryono, 2013). Pada penelitian ini analisis bivariat

menggunakan SPSS dengan uji one way anova. Data yang

digunakan adalah hasil pemeriksaan kekeruhan air sumur gali di

laboratorium. Data dari hasil laboratorium diolah menggunakan

spss dengan uji one way anova dan disajikan dalam bentuk tabel.

Uji one way anova adalah salah satu uji komparatif yang

digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata data lebih dari dua

kelompok. Syarat uji one way anova adalah sebagai berikut :

1) Sampel berasal dari kelompok independent


50

2) Varian antar kelompok harus homogen.

3) Data masing-masing kelompok berditribusi normal.

Perhitungan dilakukan menggunakan program komputer

SPSS sehingga penarikan dengan kesimpulan sebagai

berikut :

a) Jika p-Value > α 0,05 maka H0 diterima, artinya

tidak ada efektivitas kulit pisang nangka untuk

menurunkan kekeruhan pada air sumur gali di

Perumahan Griya Swadaya Rt 30 Rw 05 Kecamatan

Talang Keramatan Kelurahan Talang Kelapa .

b) Jika p-Value < α 0,05 maka Ha ditolak, artinya ada

efektivitas kulit pisang nangka untuk menurunkan

kekeruhan pada air sumur gali di Perumahan Griya

Swadaya RT 30 RW 05 Kecamatan Talang

Keramatan Kelurahan Talang Kelapa.

c) Jika p-Value = α 0,05 maka, artinya ada efektivitas

kulit pisang nangka untuk menurunkan kekeruhan pada

air sumur gali di Perumahan Griya Swadaya RT 30 RW

05 Kecamatan Talang Keramatan Kelurahan Talang

Kelapa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan penambahan serbuk kulit pisang nangka

dalam penurunan kadar kekruhan airsumur gali di RT 30 Kelurahan Talang

Keramat Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin dengan dosis 6 gram, 7

gram,8 gram dengan perbandingan air 1000 ml.Dan di lakukan dengan 3 kali

pengulangan dalam setiap dosis.Untuk hasil dapat di lihat pada hasil laboratorium

pada lampiran 4.

Setelah dilakukan penelitin kemudian data di olah dan di sajikan dalam

bentuktabel sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Table 4.1
Hasil Penurunan Kadar Kekeruhan Dengan Mean Maximum Dan
Minumum
No Dosis Mean Minimum Maximum

1. 6gram 21.067 20.9 21.3

2. 7 Gram 17.167 16.8 17.5

3. 8 Gram 12.367 12.1 12.7

Sumber: Data Primer,2021

2. Analisis Bivariat ( Uji One Way Anova )

a. Uji Normalitas Data

51
52

Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui jenis distribusi data apakah normal atau tidak, dapat

dilihat pada table 4.2

Table 4.2
Uji Normalitas Data

Dosis Sig

6 Gram 0.463

7 Gram 0.843

8 Gram 0.637

Sumber: Data Pengelolaan SPSS,2021

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas data

menggunakan uji Shapiro-Wilk di dapatkan nilai ρ value dari masing-

masing dosis > α 0,05 yang artinya data berdistribusi normal sehingga

dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji one way anova.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui variasi pada setiap

dosis. Berdasarkan hasil uji homogenitas dapat diketahui bahwa nilai p

value homogenitas dosis > α = 0.05 yang berarti variasi setiap sampel

sama (homogen) dan selanjutnya dapat dilanjutkan dengan menggunakan

uji one way anova. Dapat di lihat hasil homogenitas pada lampiran 5.

c. Tingkat efektifitas penurunan kekeruhan air sumur


53

Table 4.3
Tingkat Rata Rata Dan Hasil Persentase Penurunan Kadar Kekeruahn Air
Sumur Gali Dengan Serbuk Kulit Pisang Nangka

Kekeruhan Sesudah Perlakuan Kekeruhan


Replikasi Sebelum Dosis Tingkat Dosis Tingkat Dosis Tingkat
Perlakuan 6 Penurunan 7 gram 8 Penurunan
gram (%) Penurunan gram (%)
(%)
a b c d e f g h
1 20,9 86,06 16,8 88,8 12,1 91,93
2 21,3 85 17,2 88,5 12,7 91,53
3 150 21,0 86 17,5 88,3 12,3 91,8
Rarata-rata Tingkat
85,68% 88,53% 91,75%
Penurunan
Sumber:Data Primer,2021

Berdasarkan table diatas, bahwa tingkat penurunan kadar

kekeruhan pada air sumur gali menggunakan serbuk kulit pisang nangka

adalah dengan dosis 6 gram memiliki tingkat penurunan 85,68%, pada

dosis 7gram memiliki tingkat penurunan sebesar 88,53% dan dosis

8gram memiliki tingkat penurunan 91,75% dimana nilai ini merupakan

tingkat penurunan yang paling tinggi .Bisa disimpulkan bahwa tingkat

efektivitas dosis serbuk kulit pisang nangka dalam menurunakan

kekeruhan air sumur gali yaitu 6 gram karena pada dosis tersebut angka

kekeruhan sudah di bawah standar baku mutu kekeruhan.

e. Hasil uji statistik

Hasil uji Statistik air sumur gali terdapat penurunan kadar

kekeruhan dengan pemberian perlakuan menggunakan dosis 6 gram , 7


54

gram dan 8 gram menggunakan analisis varians satu jalur. Hasil

perhitungan dapat di pada table di bawah ini

Table 4.4
Uji One Way Anova
Perlakuan N Rerata p
(Dosis)
6 gram 3 21,067 0,000
7 gram 3 17,167 0,000
8 gram 3 12,,367 0,000
Sumber:data pengelolaan SPSS,2021

Berdasarkan tabel di atas, bahwa nilai p 0,000 sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan kadar

kekeruhan pada air sumur gali terhadap perlakuan yang diberikan yaitu

dosis 6 gram , dosis 7 gram dan dosis 8 gram . Karena hasilnya adalah

penolakan terhadap H0 maka pengujian dilanjutkan ke analisis Post Hoc

Test, dari hasil uji post hoc test dapat di lihat pada lampiran bahwa ada

penurunan yang siknifikan antar setiap dosis serbuk kulit pisang dalam

menurunkan kekeruhan air.

B. Pembahasan

Berdasarkan uji laboratorium sebelum perlakuan diketahui bahwa kadar

kekeruhan pada air sumur gali sebesar 150 NTU. Penurunan rata-rata kadar

kekeruhan sesudah penambahan serbuk biji semangka dengan dosis 6 gram adalah

21,067 NTU,dosis 7 gram dengan rata-rata penurunan sebesar 17,167 NTU dan

dosis 8 gram dengan rata-rata penurunan sebesar 12,367 NTU. Dengan demikian
55

dosis koagulan serbuk biji kulit pisang nangla yang paling baik digunakan adalah

8 gram dengan perbandingan air sumur gali sebanyak 1000 ml.

Perbedaan penurunan kadar kekeruhan diketahui dengan melakukan uji

statistic menggunakan one way anova. Sebelum dilakukan uji statistik one way

anova terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro wilk

untuk mengetahui apakah data tentang penurunan kadar kekeruhan tersebut

normal atau tidak. Hasil uji normalitas penurunan kadar kekeruhan didapatkan

Pvalue> 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan

dengan uji statistik one way anova untuk mengetahui beda antara kadar kekeruhan

pada tiga perlakuan tersebut.Hasil uji statistik dengan one way anova didapatkan

bahwa pada tes homogeneity variances Pvalue 0,737 > 0,05 yang berarti bahwa

data tersebut homogen/varian sama, dengan demikian syarat untuk dilakukan uji

one way anova terpenuhi. Dari hasil uji statistik one way anova, didapat Pvalue

0,000 < 0,05 yang berarti ada beda yang signifikan antara penambahan serbuk

kulit pisang nangka yang digunakan dalam menurunkan kadar kekeruhan dalam

pengolahan air sumur gali di RT 30 Kelurahan Talang Keramat Kecamatan

Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Setelah dilakukan uji statistik one way

anova dan ada beda yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test

untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk kulit pisang nangka yang paling

signigfikan dalam menurunkan kadar kekeruhan. Berdasarkan uji post hoc test

didapatkan bahwa setiap variasi dosis sangat signifikan dalam menurunkan

kekeruhan air sumur gali,sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh


56

penurunan kekeruhan air sumur gali dengan penambahan serbuk kulit pisang

nangka.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Marliandra(2014) menunjukkan hasil bahwa menggunakan kulit pisang dapat

menurunkan kekeruhan air sumur gali walaupun jenis kulit pisang, dosis dan cara

pengolahan kulit pisang yang berbeda. Penelitian Maliandra (2014) menunjukkan

dengan dosis 40 gr, 50 gr dan 60 gr dapat menurunkan kekeruhan pada air sumur

gali. Penurunan kadar kekeruhan pada air sumur gali pada dosis 40 gr memiliki

tingkat penurunan sebesar 38,65%, pada dosis 50 gr memiliki tingkat penurunan

sebesar 49,36% dan pada dosis 60gr memiliki tingkat penurunan sebesar 54,22%.

Maliandra (2014) juga menyebutkan bahwa penelitian ini terjadi adanya

adsorbsi karena gugus OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen

adsorbat. Adanya gugus OH, pada selulosa dan hemiselulosa menyebabkan

terjadinya sifat polar pada adsorbat. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa

lebih kuat menyerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar.

Mekanisme serapan yang terjadi antara gugus OH yang terikat pada permukaan

dengan ion logam yang bermuatan positif (kation) merupakan mekanisme

pertukaran ion (Maliandra, 2014).

Menurut Simangungsong (2016) menjelaskan bahwa efektivitas kandungan

kulit pisang tampak menurunkan kekeruhan pada air sumur gali dengan dosis 5 gr

dan waktu tinggal selama 5 jam. Penurunan sebesar 83% ditunjukkan pada

perlakuan dosis dan lama tinggal terhadap kadar kekeruhan awal. Hasil tersebut

telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Menurut Pandia (2015) dalam
57

menurunakan kadar kekeruhan menggunakan bahan koagulan organik diperlukan

waktu pengendapan, untuk memberi kesempatan partikelpartikel padat

membentuk flok yang relatif besar. Jadi penelitian ini diketahui bahwa

penggunaan dosis dan waktu lama tinggal dapat menurunkan kadar kekeruhan

pada air sumur gali. Hal ini disebabkan oleh banyaknya gugus OH yang terikat,

sehingga mampu mengikat zat organik dan anorganik yang menyebabkab

kekeruhan.

Presentase penurunan kadar kekeruhan pada air sumur gali sebelum dan

sesudah pengolahan dengan menggunakan serbuk kulit pisang nangka mengalami

penurunan. Hal ini menunjukkan adanya peranan kandungan senyawa di dalam

kulit pisang nangka dalam proses menurunkan kekeruhan air sumur gali. Uji

statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan penggunaan serbuk kulit pisang

nangka sebelum dan sesudah perlakuan dengan dosis yang berbeda. Serbuk kulit

pisang nangka terbukti dapat menurunkan kekeruhan pada air sumur gali.

Sehingga serbuk kulit pisang nangka dapat digunakan oleh masyarakat untuk

menurunkan kekeruhan pada air sumur gali. Efektivitas serbuk kulit pisang

nangka terhadap penurunan kekeruhan pada air sumur gali dipengaruhi oleh

banyaknya dosis yang digunakan. Pada penelitian ini serbuk kulit pisang nangka

dilakukan dalam skala uji laboratorium. Tapi serbuk kulit pisang nangka dapat di

rancang dengan skala besar dan dikembangkan agar mudah diaplikasikan oleh

masyarakat.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian penggunaan serbuk kulit pisang nangka dalam

menurunkan kekeruhan air adalah :

1. Adanya kadar penurunan kekeruhan sebesar 85,68 % dari 150 NTU

menjadi 21,067 NTU dengan serbuk kulit pisang nangka 6 gram.

2. Adanya kadar penurunan kekeruhan sebesar 88,53 % dari 150 NTU

menjadi17,167 NTU dengan serbuk kulit pisang nangka 7 gram.

3. Adanya kadar penurunan kekeruhan sebesar 91,75 % dari 150 NTU

menjadi 12,367 NTU dengan serbuk kulit pisang nangka 8 gram.

4. Efektifitas serbuk kulit pisang nangka dengan berat 6 garm.

B. Saran

Adapun saran yang dapat di berikan pada penelitian ini adalah :

1. Bagi ilmu pengetahuan (IPTEK)

Disarankan bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang

penurunan kekeruhan dengan mengguakan serbuk kulit pisang nangka.

2. Bagi masyarakat

Masyarakat khusunya masyarakat RT 30 kelurahan Talang Keramat bisa

menanfaatkan serbuk kulit pisang nangka dalam menurunkan kekeruhan

air sumur gali pada dosis 6 gram.

3. Bagi pendidikan dan institusi

58
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya bisa dilanjutkan dengan

pemeriksaan pada beberapa sampel atau percobaan dengan jumlah

sampel lebih dari satu air sumur gali di RT 30 Kelurahan Talang

Keramat.

2. Kampus dapat menambah referensi yang berkaitan dengan

pengolahan air sumur gali agar mahasiswa yang membutuhkan

referensi dapat mudah untuk mendapatkannya.

59
DAFTAR PUSTAKA

Akili, Rahayu, Irni Maino, Rutler P Masalamate. 2014. Efektivitas Biji Kelor
(Moringa Olieifera) Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Sumur Gali Di
Kelurahan Dedengan Kecamatan Tikala. Manado. Universitas Ratulangi
Manado.

Astuti, Beti Cahyaning. 2015. Kualitas Air Sumur Desa Bantaran Sungai
Bengawan Solo Berdasarkan Aspek Kemasyarakatan Dan Standart Menteri
Kesehatan. Jakarta. F-MIPA UPBJJ-UT Jakarta.

Azhar, Faudi. 2012. Pengaruh Residual Klorin Terhadap Kualitas Mikrobiologi


Pada Jaringan Distribusi Air Bersih. Skripsi. Fakultas Teknik Program
Studi Teknik Lingkungan. Universitas Indonesia.

Aziz, Tamzil, Dwi Yahrinta Pratiwi, Lola Rethiana. 2013. Pengaruh Penambahan
Tawas Dan Kaporit Terhadap Karateristik Fisik Dan Kimia Air Sungai
Lambidaro. 2013. Palembang. Universitas Sriwijaya.

Budiman, Chandra. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: ECG.


Departemen Kesehatan RI, pengertian Sumur Gali, Ditjen, PPM dan PLP,
Jakarta,1996

Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:


Trans Info Media.

Dwiyanto. 2007. Analisis Kualitas Air Permukaan Untuk Keperluan Air Bersih.
Makassar. Universitas Hasanuddin.

Hendrawati, Delsy Syamsumarsih, Nurhasni. 2013. Penggunaan Biji Asam Jawa


Dengan Biji Kecipir Sebagai Koagulan Alami Dalam Perbaikan Kualitas
Air Tanah. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah.

Husaini, Stefanus S Cahyono, Suganal, Kukuh N Hidayat. 2017. Perbandingan


Koagulan Hasil Percobaan Dengan Koagulan Komersial Menggunakan
Metode Jar Test. Bandung. Puslitbang Tekonologi Mineral Dan Batubara.
Jumiati, Andi Susilawaty dan Muh.Rusmin. 2015. Peningkatan Kualitas Air
Sumur Gali Berdasarkan Parameter Besi (Fe) dengan Pemanfaatan Kulit
Pisang Kepok. Makassar. UIN Alauddin Makassar.

Katiho, Angela Suryani, Woodford B.S Joseph dan Nancy S.H Malonda. 2012.
Gambaran Kondisi Fisik Sumur Gali di Tinjau dari Aspek Kesehatan
Lingkungan dan Perilaku Pengguna Sumur Gali di Kelurahan Sumompo
Kecamatan Tuminting Kota Manado. Manado. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Lestari, Annisa Nur Aprilia. 2014. Pemanfaatan Serbuk Kulit Pisang Nangka
Sebagai Adsorben Timbal Dalam Air. Bandung: Politeknik Kesehatan
Bandung.

Maliandra, M. Rian, Heri Shatriadi dan Zairinayati. 2014. Efektivitas Kulit Pisang
Dalam Menurunkan Kekeruhan Dan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Gali.
Palembang. Stikes Muhammadiyah Palembang.

Munfiah, Siti, Nurjazuli dan Onny Setiani. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air
Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II
Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 2 /
Oktober 2013.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:


Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang


Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua Dan
Pemandian Umum. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Ramdyasari, Intan. 2014. Pengolahan Air Sumur Menjadi Air SiapMinum Melalui
Proses Reverse Osmosis. Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang.
Simangunsong, Doni Pandapotan, Ainun Rohanah dan Adian Rindang. 2017.
Pembuatan Arang Aktif Dari Limbah Kulit Pisang Raja (Musa textilia)
Untuk Meningkatkan Kualitas Fisik Air. Medan. Universitas Sumatra Utara
Medan.

Sumatri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan & Prespektif Islam. Jakarta: Kencana.

Suyono Dan Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks


Kesehatan Lingkungan. Jakarta: ECG.

Widiawati. 2016. Kajian Kualitas Air Sumur Gali Sebagai Sumber Air Minum Di
Pekom Sukamarga Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat. Lampung:
Universitas Lampung.

Wulandari. 2013. Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana


C) Sebagai Media Penjernihan Air. Samarinda. Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
Lampiran 1

SURAT IZIN PENELITIAN


Lampiran 2

HASIL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN LABORATORIUM


SAMPELSIR SUMUR GALIDI RT 30 KELURAHAN TALANG
KERAMAT TAHUN 2021
Lampiran 3

DOKUMENTASI PENELITIAN EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG


NANGKA DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI
DI LAB.DINAS LINGKUNGAN HIDUP KAB.MUSI BANYUASIN TAHUN
2021

Gambar 1
Konstruksi Sumur Gali

Gambar 2
Kulit Pisang Yang Telah Dicuci Dan Di Potong Kecil-Kecil
Gambar 3
Kulit pisang di oven

Gambar 4
Penghancuran kulit pisang yang telah di oven
Gambar 5
Penimbangan dosis serbuk kulit pisang nangka

Gambar 6
Uji jar test
Gambar 7
pemeriksaan kekeruhan
Gambar 8
Hasil pemeriksaan kekeruhan dengan dosis 6 gram

Gambar 9
Hasil pemeriksaan kekeruhan dengan dosis 7 gram
a

Gambar 10
Hasil pemeriksaan kekeruhan dengan dosis 8 gram
Lampiran 4

HASIL UJI LABORATORIUM


EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM
MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI RT 30
KELURAHAN TALANG KERAMAT TAHUN 2021
Lampiran 5

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK


EFEKTIFITAS SERBUK KULIT PISANG NANGKA DALAM
PENURUNAN KADAR KEKERUHAN PADA AIR SUMUR GALI DI RT
30 KELURAHAN TALANG KERAMAT TAHUN 2021

Tests of Normality

Peunurunan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


kekeruhan air Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sumur dengan
serbuk kulit
pisang nangka

Penurunan dosis 6gram .292 3 . .923 3 .463

kadar dosis 7gram .204 3 . .993 3 .843


kekeruhan dosis 8gram .253 3 . .964 3 .637

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Penurunan kadar kekeruhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.321 2 6 .737

ANOVA
Penurunan kadar kekeruhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 113.940 2 56.970 657.346 .000


Within Groups .520 6 .087
Total 114.460 8
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Penurunan kadar kekeruhan
Tukey HSD

(I) Peunurunan (J) Peunurunan Mean Difference Std. Sig. 95% Confidence Interval
kekeruhan air sumur kekeruhan air sumur (I-J) Error Lower Upper
dengan serbuk kulit dengan serbuk kulit Bound Bound
pisang nangka pisang nangka

dosis 7gram 3.9000* .2404 .000 3.162 4.638


dosis 6gram
dosis 8gram 8.7000* .2404 .000 7.962 9.438
dosis 6gram -3.9000* .2404 .000 -4.638 -3.162
dosis 7gram
dosis 8gram 4.8000* .2404 .000 4.062 5.538
dosis 6gram -8.7000* .2404 .000 -9.438 -7.962
dosis 8gram
dosis 7gram -4.8000* .2404 .000 -5.538 -4.062

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


BIODATA

Nama : Cindy Septika Sari

Tempat Tanggal Lahir : Palembang ,06 September 1999

Alamat : Jalan Swadaya,Perumahan Griya Swadaya

Blokb.19 Kelurahan Talang Keramat


,Kecamatan Talang Kelapa.
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Erwani
Ibu : Eliyana
Jumlah Saudara :5
Anak Ke : 5 Dari 6 Bersaudara
Riwayat Pendidikan : TK Rosi Palembang

SD Negeri 42 Palembang
SMP Muhammadiyah 4 Palembang
SMA Muhammadiyah 6 Palembang

Anda mungkin juga menyukai