Anda di halaman 1dari 4

Sosiologi79

Pengertian Transformasi Konflik, Prinsip, Dimensi dan


Tujuannya
A. Pengertian Transformasi Konflik

Transformasi konflik adalah konsep yang dirancang untuk membingkai ulang cara di mana inisiatif
pembangunan perdamaian dibahas dan diupayakan. Transformasi konflik memberikan penekanan
pada resolusi konflik dan metode manajemen konflik dengan memfokuskan diri pada mengurangi
atau meredakan wabah permusuhan, menangani kondisi-kondisi mendasar yang memunculkan
konflik dan memastikan perdamaian yang berkelanjutan. Konsep transformasi konflik dalam hal ini
mencoba untuk membuat konflik lebih eksplisit untuk kemudian membentuk kembali struktur sosial
dan dinamika di balik konflik, dengan melibatkan proses mengubah hubungan, kepentingan, wacana
dan, konstitusi masyarakat yang mendukung kelanjutan konflik dan kekerasan.

Teori dan praktik transformasi konflik sering dikaitkan dengan akademisi dan praktisi Johan Galtung
dan John Paul Lederach. John Paul Lederach menggunakan terminologi transformasi konflik pada
tahun 1980 an, setelah mengalami pengalaman intensif selama berada di Amerika tengah. Konsep
ini muncul dari kekhawatiran dengan beberapa konsep sebelumnya yang menurutnya belum bisa
menjawab permasalahan penyelesaian konflik secara paradigmatik.Transformasi konflik lebih
daripada sekedar tekhnik-tekhnik yang spesifik. Menurut lederach tranformasi konflik adalah suatu
cara untuk melihat konflik secara utuh dengan sebaik menyimak. Yang dimaksud Lederach dengan
melihat konflik secara utuh adalah dengan melihat konflik tidak hanya sebatas pada kasus-kasus
konflik yang terjadi dipermukaan tetapi juga akar-akar konflik yang menjadi pola yang berkelanjutan,
di mana jika tidak diselesaikan akan terjadi kembali.

Lederach menawarkan alat untuk menganalisa konflik yang terjadi yaitu dengan platform
transformasi.
Sosiologi79

Pengertian transformasi konflik menurut ahli

1) Lederach, transformasi konflik adalah suatu pemimpian (envision) dan merespon terhadap
pasang surut (ebb) dan gelombang dari konflik sosial sebagai kesempatan yang diberikan
oleh kehidupan untuk menciptakan perubahan proses sosial yang konstruktif di mana dapat
mengurangi kekerasan, meningkatkan keadilan, dalam interaksi langsung dan struktur sosial,
dan merespon masalah manusia dalam hubungan kemanusiaan.
2) Berghof Foundation , transformasi konflik merupakan istilah generik, komprehensif yang
merujuk pada tindakan dan proses yang berusaha mengubah berbagai karakteristik dan
manifestasi konflik kekerasan dengan mengatasi akar penyebab konflik tertentu dalam
jangka panjang. Ini bertujuan untuk mengubah konflik destruktif negatif menjadi konflik
konstruktif positif dan menangani aspek konflik struktural, perilaku dan sikap. Istilah ini
mengacu pada proses dan penyelesaian proses. Dengan demikian, ia memasukkan kegiatan
proses seperti pencegahan konflik dan penyelesaian konflik dan lebih jauh dari
penyelesaian konflik atau manajemen konflik.
3) Institute for Conflict Transformation and Peacebuilding (ICP), transformasi konflik berbeda
dengan penyelesaian konflik, tidak hanya berupaya menyelesaikan kontradiksi dalam situasi
konflik. Ini juga bertujuan mengatasi akar penyebab struktural dan sosial dengan menantang
ketidakadilan dan memulihkan hubungan manusia dan berurusan dengan dimensi etnis dan
berbasis nilai. Transformasi konflik bukan hanya sebuah pendekatan atau alat tetapi
terutama pola pikir. Transformasi konflik, menurut pendekatan 3 C, harus komprehensif,
penuh kasih sayang dan kreatif.
4) Search for Common Ground, inisiatif transformasi konflik sering kali ditandai oleh cakrawala
dan intervensi jangka panjang di berbagai tingkatan, yang bertujuan untuk mengubah
persepsi dan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam mengatasi akar konflik,
termasuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial.

B. Prinsip-prinsip Transformasi Konflik


1) Konflik tidak boleh dianggap sebagai peristiwa terisolasi yang dapat diselesaikan atau
dikelola, tetapi sebagai bagian integral dari evolusi dan perkembangan masyarakat
yang sedang berlangsung
Sosiologi79

2) Konflik tidak boleh dipahami semata-mata sebagai kejadian yang secara inheren negatif dan
destruktif, tetapi lebih sebagai kekuatan yang berpotensi positif dan produktif untuk
perubahan jika dimanfaatkan secara konstruktif
3) Transformasi konflik lebih dari sekadar mencari cara untuk mengendalikan dan mengelola
konflik, alih-alih berusaha untuk mengubah akar penyebab konflik tertentu
4) Transformasi konflik adalah proses jangka panjang, bertahap dan kompleks,
yang membutuhkan keterlibatan dan interaksi yang berkelanjutan
5) Transformasi konflik bukan hanya pendekatan dan serangkaian teknik, tetapi cara berpikir
dan memahami konflik itu sendiri
6) Transformasi konflik terutama ditujukan untuk konflik yang tidak dapat diselesaikan,
di mana isu-isu yang mengakar memicu kekerasan berkepanjangan

C. Dimensi Transformasi Konflik

Dalam pandangan transformasi konflik, konflik adalah sesuatu yang normal dan selalu ada dalam
relasi sosial manusia. Berkaitan dengan hal itu, relasi sosial tidaklah bersifat statis, tetapi selalu akan
bersifat dinamik dan adaptif. Dengan demikian konflik akan memberikan dampak situasi kondisi dan
dapat merubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain dalam berbagi bentuk dan dalam cara yang
berbeda. John Paul Lederach menawarkan untuk melihat dan menganalisa perubahan tersebut
dalam 4 dimensi level yang berbeda. Empat dimensi perubahan tersebut yaitu perubahan di tingkat
personal, relasional, struktural, dan kultural (budaya).

1) Personal, perubahan yang diakibatkan konflik dalam tingkat individu; baik


mempengaruhi secara emosional, pengetahuan, perilaku, dan spiritual.
2) Relasional, dalam dimensi ini, konflik mempengaruhi relasi sosial di mana di dalamnya
terdapat hubungan antarelemen kekuasaan, kekuatan, saling ketergantungan, dan
cara komunikasi.
3) Struktural, dalam dimensi ini perubahan karena dampak konflik dapat dilihat berkaitan
dengan akar-akar (root causes) konflik di mana akan banyak berhubungan pula
dengan struktur ekonomi, politik, dan sosial.
4) Budaya, dalam dimensi perubahan akan dilihat dalam prespektif normatif, dalam artian
berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat. Konflik dalam level ini
dianggap mempunyai pengaruh yang luat dalam mempengaruhi nilai-nilai budaya yang
ada dalam masyarakat dalam memandang konflik, dan cara-cara penyelesaiannya.
Sosiologi79

D. Tujuan Transformasi Konflik

Suatu program tranformasi konflik sebaiknya mempunyai arah pencapaian tujuan besar dalam
level dimensi yang berbeda, di antarany:

1) Perubahan Personal, meminimalkan dampak destruktif yang ditimbulkan oleh konflik sosial
ditingkat individual dan memaksimalkan potensi berkembang yang ada ditingkat individual
untuk menjadi lebih baik; baik secara fisik, emosional, intelektual, maupun secara spiritual.
2) Perubahan Relasional, mencoba untuk mengurai, memperbaiki, dan mempererat alur-alur
komunikasi antarindividu yang tadinya terhenti atau belum berjalan dengan baik, baik
secara individu maupun kelompok sehingga muncul pemahaman yang baik dan benar atas
individu yang lain. Mencoba membangun hubungan antarindividu tanpa rasa takut dan
prasangka yang berlebihan, di mana di dalamnya didasarkan atas hubungan keterikatan
saling membutuhkan (interdependensi) dan saling membawa harapan antara satu dan
lainnya.
3) Perubahan Struktural, memahami dan mencoba menjawab permasalahan konflik yang
menjadi akar konflik dan mempengaruhi kondisi sosial yang memberikan ruang lebih
besar munculnya konflik yang mengarah kepada kekerasan. Mempromosikan mekanisme
penyelesaian konflik yang berprinsip pada anti kekerasan (non-violence),
berkesinambungan, dan bersifat partisipatif. Mengembangkan suatu struktur yang sejalan
dengan kebutuhan manusia akan keadilan dan memaksimalkan partisipasi dari masyarakat
dalam pengambilan keputusan yang membawa dampak terhadap kehidupan mereka
(keadilan secara procedural).
4) Perubahan Kultural (Budaya), mengidentifikasi/mengenali dan memahami pola budaya yang
ada dalam masyarakat yang memberikan kontribusi besar pada ekpresi kekerasan dalam
menyelesaikan konflik. Mengenali dan mengembangkan sumber daya dan mekanisme
peace building dalam menyelesaikan permasalahan konflik yang ada, di mana di dalamnya
merupakan sebuah dasar budaya untuk merespon dan menangani konflik secara
konstruktif.

Anda mungkin juga menyukai