Pengertian Perkawinan:
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa (Walgito, 2000: 11-12). Pernikahan juga merupakan proses
bersatunya dua orang pada suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan
bertujuan untuk membina rumah tangga dan meneruskan keturunan. Seseorang yang
memutuskan untuk menikah berarti dia sudah menentukan suatu keputusan penting dalam
kehidupannya. Ini merupakan momentum penting dan tidak mudah melakukannya
(Kertamuda, 2009: 6). Perencanaan pernikahan harus melalui proses. Proses yang harus
dilalui oleh pasangan yang akan menikah merupakan awal bagi kedua pasangan untuk
saling mengikat ke dalam suatu ikatan yang sah dan diakui oleh agamanya serta adat dari
masyarakat di sekitarnya. Pernikahan melahirkan suatu bentuk keluarga yang memiliki
keunikan tersendiri, terutama bila pernikahan tersebut adalah pernikahan yang berasal
dari suku, budaya ataupun agama yang berbeda (Kertamuda, 2009: 6). Perkawinan
merupakan salah satu aktivitas individu. Aktivitas individu pada umumnya terkait pada
suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu 2 yang bersangkutan. Perkawinan terdapat
pasangan suami istri, perlu mempersatukan tujuan yang akan dicapai dalam rumah
tangganya. Tujuan yang sama harus dilakukan oleh pasangan dan harus disadari bahwa
tujuan itu akan dicapai secara bersama (Walgito, 2000: 13-14).
Bentuk-bentuk Perkawinan
Pada dasarnya, bentuk-bentuk perkawinan dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1) Perkawinan Monogami ialah perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita.
Bentuk perkawinan ini paling ideal dan sesuai dengan ajaran agama serta Undang-
Undang Perkawinan.
2) Perkawinan Poligami ialah perkawinan antara seorang pria dengan lebih dari satu
wanita ataupun perkawinan antara seorang wanita dengan lebih dari satu pria. Dengan
demikian, bentuk perkawinan ini dapat dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Poligini, yaitu perkawinan antara seorang pria dengan lebih dari satu wanita.
b) Poliandri, yaitu perkawinan antara seorang wanita dengan lebih dari satu pria.
Misalnya pada orang Eskimo, orang Markesas di Oceania, orang Philipina di Pulau
Palawan dan sebagainya.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
(Duvall dan Logan, 1986).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.(Bailon dan Maglaya, 1978).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.(Departemen Kesehatan RI, 1988).
Tipe Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek/nenek,
paman/bibi.
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998, hal 349-401)
a) Fungsi Afektif, berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu
sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Pemenuhan
fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari unit
keluarga (stair, 1972)
b) Fungsi Sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c) Fungsi Reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dn
menjaga kelangsungan keluarga.
d) Fungsi Ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi, fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Definisi kekerabatan
Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokkan tiap
orang ke dalam kelompok sosial, peran, kategori, dan silsilah. Hubungan keluarga dapat
dihadirkan secara nyata (ibu, saudara, kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan
kekerabatan. Sebuah hubungan dapat memiliki syarat relatif (mis., ayah adalah
seseorang yang memiliki anak), atau mewakili secara absolut (mis, perbedaan status
antara seorang ibu dengan wanita tanpa anak). Tingkatan kekerabatan tidak identik
dengan pewarisan maupun suksesi legal. Banyak kode etik yang menganggap bahwa
ikatan kekerabatan menciptakan kewajiban di antara orang-orang terkait yang lebih kuat
daripada di antara orang asing, seperti bakti anak.
Hubungan kekerabatan
Sistem ini menarik garis kekerabatan dari pihak ayah. Sistem ini menghubungkan anak
dengan kerabat ayah berdasarkan garis keturunan laki-laki secara uniteral. Dalam
masyarakat patrilineal keturunan dari pihak bapak dinilai memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dan terhormat. Contoh suku yang menggunakan sistem ini
adalah: Batak, Bali, Ambon, dan Asmat.
Sistem ini menarik garis kekerabatan dari pihak ibu. Sistem ini menghubungkan anak
dengan kerabat ibu berdasarkan garis keturunan perempuan secara uniteral. Dalam
masyarakat matrilineal, keturunan garis ibu sangat penting, sehingga menimbulkan
hubungan kekeluargaan yang lebih rapat dan meresap diantara warganya yang
seketurunan garis ibu. Menimbulkan konsekuensi yang lebih besar daripada garis
keturunan bapak, misalnya dalam hal pembagian warisan. Contoh suku yang
menggunakan sistem ini adalah suku Minangkabau.
Kesimpulan
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai salah satu unsur
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh aturan hukum dalam
hukum tertulis (hukum negara) maupun hukum tidak tertulis (hukum adat).
Dan sah atau tidak sahnya suatu perkawinan sudah diatur dalam peraturan negara baik
dalam bentuk tertulis, tidak tertulis, dalam hukum adat, keyakinan dan agama.
Permasalahan dalam suatu perkawinan merupakan suatu kewajaran selama masih dalam
batas kontrol dan batas kewajaran. Perkembangan keluarga merupakan proses
perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui
beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Adat menetap sesudah menikah merupakan sebuah hal yang sangat penting, setelah
berlangsungnya perkawinan. Dengan adanya penentuan tempat tinggal, maka kedua
mempelai dapat menempati tempat tinggal mana yang akan mereka huni. Dalam suku
bangsa Punjabi, adat menetap sesudah menikah juga menjadi hal yang terpenting dan
pada suku bangsa ini, adat tersebut ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua
keluarga karena garis keturunan ditarik melalui ayah atau patrilineal, maka anak
perempuan Punjabi setelah menikah harus menempati tempat kediaman mertuanya
atau tempat tinggal suaminya. Hal ini, karena menurut suku bangsa Punjabi, anak
laki-laki tidak boleh meninggalkan kediaman orang tuanya dan dia harus
menggantikan posisi ayahnya (Pitaji) sebagai pemimpin keluarga dan memiliki
tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan keluarga,
baik itu dalam mengurus kedua orang tuanya setelah lanjut usia atau menjalankan
perannya selaku anak lakilaki. Namun jika dilihat saat ini, penentuan tempat tinggal
sesudah menikah sudah tidak lagi sebagaimana aturannya. Seorang laki-laki atau anak
perempuan yang telah menikah dapat menentukan sendiri dimana ia akan tinggal,
baik itu dirumah keluarga mempelai perempuan dan keluarga mempelai laki-laki
bahkan diluar kedua keluarga mempelai. Menurut suku bangsa Punjabi, adat menetap
sesudah menikah adalah adat kemanusiaan dan ini karena bagi suku bangsa ini segala
sesuatunya harus ditentukan sesuai kesepakatan bersama. Dengan demikian, tidak
akan adanya sebuah penyesalan yang akan merugikan keluarga kedua mempelai dan
hubungan kekerabatan tetap terjalin dengan baik.
FA MO
EGO
Br Br
Keterangan :
Fa : Ayah
Mo : Ibu
Br : Saudara Laki-laki
Penjelasan
Ayah saya memiliki suku bugis dan ibu saya bersuku Pamona, karena ayah saya bersuku bugis
dan menerapakan sistim kekerabatan Patrilineaal. Maka saya bersama saudara laki-laki saya
mengikuti garis ketrunan berdasarkan garis ayah.
Referensi
http://eprints.walisongo.ac.id/3464/2/101111049_Bab1.pdf (dikutip pada tanggal 27 Oktober
2020)
https://insertpoin.blogspot.com/2016/05/bentuk-bentuk-perkawinan.html (dikutip pada tanggal
27 Oktober 2020)
https://xaverdjongi.blogspot.com/2017/07/makalah-keluarga-dan-perkembangan.html(dikutip
pada tanggal 27 Oktober 2020)
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_kekerabatan(dikutip pada tanggal 27 Oktober 2020)
Surya Kristina Nababan (SISTEM PERKAWINAN SUKU BANGSA PUNJABI ( Studi Deskriptif
Mengenai Sistem Perkawinan Punjabi “Anand Karj” di Karang Sari) (dikutip pada tanggal 27
Oktober 2020)