Anda di halaman 1dari 11

HADITS YANG BERKAITAN DENGAN PENGENDALIAN ATAU

PENGAWASAN DAN EVALUASI DAKWAH

Mata Kuliah: Hadits Tematik MD


Dosen Pengampu: Zainurrakhmah, M. A.

Disusun oleh kelompok 4:

1. Nazalul Fadli Akbar (…


2. Virda Wirdatul Izza (2001036010)
3. Ishaleha Dellavera Ekaningtyas (2001036023)
4. Wahyu Wulandari (2001036024)
5. Zakiyatul Fikriyah (2001036026)
6. Ersa Faristian (2001036043)

Kelas: Manajemen Dakwah –A4

Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
2022
PENDAHULUAN

Dakwah adalah kegiatan mengajak, menyeru, dan memanggil ke arah kebaikan


kepada umat manusia. Dalam melaksanakan kegiatan dakwah perlu adanya manajemen
dakwah untuk mengatur jalannya dakwah agar lebih efektif dan efisien dan sesuai dengan
hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pengaturan atau manajerial
yang baik.

Bila unsur-unsur dakwah itu terdiri dari da’i, mad’u, materi dakwah, dan media
dakwah tersebut diolah dengan penggunaan ilmu manajemen, maka kegiatan dakwah yang
akan berlangsung secara lancar dan sesuai dnegan tujuan yang diinginkan. Sebab
bagaimanapun juga sebuah kegiatan dakwah itu diperlukan sebuah pengelolaan atau
manajemen yang tepat untuk mencapai hasil yang sempurna sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Kemudian, unsur-unsur manajemen dakwah untuk mengelola sebuah
kegiatan dakwah yaitu terdiri dari perencanaan (takhtith), pengorganisasian (thanzhim),
Penggerakan (tawjih), dan pengawasan atau evaluasi (riqabah). Keempat unsur ini tidak
dapat dihilangkan salah satunya karena antara satu unsur dengan yang lain saling
membutuhkan demi mencapai hasil yang sempurna.

Pengawasan atau evaluasi dakwah yang merupakan salah atu unsur manajemen
yang terakhir ini merupakan bagian penting untuk mengetahui kegiatan dakwah yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan atau belum optimal. Evaluasi dakwah dirancang untuk
memberikan penilaian kepada orang yang dinilai dna orang yang menilai atau pimpinan
dakwah tentang informasi mengenai hasil karya. Pengendalian dakwah juga penting
diterapkan untuk memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana
dan penggunaan sumber data manusia secara efisien. Selain itu, juga membantu seorang
manajer dakwah untuk memonitor keefektifan aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
dan kepemimpinan mereka.
PEMBAHASAN

I. Pengendalian dan Evaluasi Dalam Prespektif Al-Qur’an dan Hadits

1. Prespektif Al-Qur’an terdapat Q.S Al-muajadalah ayat 7

Artinya:

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa


yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al-Mujadalah:7)

Berdasarkan dari Q.S Al-Mujadalah ayat 7 jika dikaitkan dengan dakwah


dapat dipahami bahwa pengawasan atau pengendalian penting untuk dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya penyimpangan yang dapat
mengakibatkan hasil yang tidak maksimal sesuai dengan yang diinginkan.
Kemudian, terkait evaluasi dakwah itu juga sangat penting sebagaimana dari ayat
tersebut dapat dipahami bahwa setiap pekerjaan perlu untuk dilakukan penilaian
atas apa yang telah dikerjakan. Artinya, evaluasi dakwah berguna untuk menilai
kegiatan dakwah yang telah dilaksanakan telah sesuai denga tujuan yang ditetapkan
atau tidak.
2. Prespektif Hadits

ٍ ‫ إوِّي ُم َح ِ ّدثُكَ ب َحدِي‬:‫ فَقا َل لً َم ْع ِق ٌل‬،ًِ ‫س ٍار في َم َر ِض‬


‫ث‬ ِ ‫ع َب ْي َد هللاِ بهَ ِزيَا ٍد َد َخ َل ع َلى َم ْع ِق ِل‬
َ َ‫به ي‬ ُ َّ‫أن‬
َّ ‫ست َ ْرعا ُي‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫ ما ِمه‬:‫ يقى ُل‬،‫سلَّ َم‬
ْ ‫ع ْب ٍد ا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ عليً َو‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫سى َل‬ ُ ‫س ِم ْعثُ َر‬ َ ،ً‫ت لَ ْم أ ُ َح ِ ّدثْكَ ب‬
ِ ‫لَ ْى ََل أ َ ِوّي في ال َم ْى‬
‫ َّإَل لَ ْم يَ ِج ْد رائِ َحةَ ال َجىَّ ِة‬،ٍ‫ فَلَ ْم يَ ُح ْطها بىَ ِصي َحة‬،ً‫َر ِعيَّة‬

Artinya:

“Aku (Ma'qil) mendengar Nabi SAW bersabda, "Tidaklah seorang


hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak
menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." (HR
Bukhari).

Berdasarkan dari hadits tersebut jika dikaitkan dengan pengendalian dan


evaluasi dakwah maka dapat dipahami bahwa suatu pengawasan dan evaluasi itu
sangat penting dilakukan oleh suatu manajerial atau suatu kepemimpinan dengan
tindak lanjut yang baik. Karena untuk memastikan langkah kemajuan yang telah
dicapai sesuai dengan sarana dan penggunaan sumber daya secara efisien.
Evalusasi juga menjadi sangat penting untuk menjamin keselamatan pelaksanaan
dan perjalanan dakwah.

II. Pengertian Pengendalian Dakwah


Pengendalian dakwah (Riqabah) merupakan suatu alat pengaman sekaligus
pendinamis jalannya proses dakwah. Pengendalian dakwah ini diterapkan untuk
memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan
penggunaan sumber daya manusia secara efisien. Jadi, Pengendalian atau
pengawasan dakwah yakni sebuah kegiatan untuk mengukur penyimpangan dari
prestasi yang direncanakan untuk menggerakkan tindakan korektif.

Pengendalian manajemen dakwah lebih bersifat komprehensif dimana lebih


mengarah pada upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Dalam hal ini unsur-unsur yang terkait, meliputi detector, selector, efektor, dan
komunikator. Unsur-unsur tersebut satu sama lain akan saling berkaitan yang akan
membentuk suatu jalinan proses kerja. Bagi organisasi dakwah dalam melakukan
pengendalian perlu adanya sebuah acuan normative yang berdasarkan Al-Qur’an
dan as-Sunnah. Pengendalian juga dimaksudkan untuk membantu para
manajer/pemimpin dakwah dalam memonitor perubahan obyek dakwah baik
individu maupun kelompok, perubahan lingkungan, dan pengaruhnya terhadap
kemajuan organisasi.

III. Fungsi Pengendalian Dakwah


Pada sisi lain pengendalian ini juga dimaksudkan untuk membantu para
manajer dakwah dalam memonitor perubahan mad’u, perubahan lingkungan, dan
pengaruhnya terhadap kemajuan organisasi. Adapun fungsi dari pengendalian
dakwah yaitu:

1. Menciptakan suatu mutu dakwah yang lebih baik, dengan pengendalian


dakwah ini dapat ditemukan suatu proses yang salah atau menyimpang dan
kemudian dapat dikoreksi. Para da’i diberikan wewenag penuh untuk
memeriksa dan memperbaiki tugas mereka. Dari sini program perubahan
kerja dapat dilakukan untuk perbaikan aktivitas dakwah yang lebih efektif.
Disamping itu, fungsi pengendalian ini juga membantu para pemimpin
dakwah dalam menganalisis tantangan, kesempatan, serta mendeteksi suatu
perubahan yang memengaruhi proses jalannya dakwah dalam sebuah
organisasi.
2. Dapat menciptakan sebuah siklus yang lebih cepat. Dari sini dapat diketahui
permintaan atau keinginan dari mad’u untuk kemudian didesain sehingga
efisiensi dapat tercapai.
3. Untuk mempermudah pendelegasian da’i dan kerja tim. Tugas dakwah
merupakan suatu kewajiban bersama dalam organisasi dakwah, oleh
karenanya diperlukan suatu kerja sama yang solid dalam mencapai tujuan
bersama.

Pada proses pengendalian atau penilaian ini dimaksudkan untuk


mempermudah penempatan para da’i dilapangan dengan dilakukan penilaian
terhadap prestasi kerja mereka. Selanjutnya, tugas manajer dakwah adalah sebagai
pemberi wewenang yang kemudian diteruskan kepada para anggotanya dan
selanjutnya diaplikasikan kepada seluruh proses rencana kerja yang dijadikan
sebagai standar dakwah.
Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa proses pengendalian juga
merupakan seuah proses perbaikan yang diintegrasikan dalam gerak manajemen
yang akan selalu memerhatikan kualitas tiap elemen yang dijadikan strategi dakwah
untuk pengembangan organisasi.

IV. Proses Pengendalian Dakwah


Proses pengendalian menurut Weludjeng adalah:

1. Menentukan standar.

Pada pronsipnya standar adalah criteria hasil kerja. Standar adalah hal-hal
yang dipilih dari keseluruhan program perencanaan dimana pengukuran hasil kerja
dilakukan sehingga manager dapat menrima sinyal tentang hal-hal tertentu yang
terjadim dan tidak harus memperhatikan setiap langkah-langkah dalam
menjalankan perencanaan tersebut.

Makin kecil kadar teknis auatu pekerjaan, makin sulit untuk menentukan
standar. Misalnya standar untuk jumlah produksi karyawan perhari lebih mudah
ditentukan daripada standar untuk pekerjaan manajer keuangan.
Standar yang baik adalagh standar yang dapat diukur (verifiable objectives).

2. Pengukuran hasil kerja.


Jika standar yang ditentukan telah sesuai, maka pengukuran atau penilaian
hasil kerja akan mudah dilakukan
3. Tindakan koreksi terhadap perbedaan antara standar dengan aktualnya.
Jika hasil kerja diukur secara tepat, maka akan lebih mudah melakukan
tindakan koreksi jika ada perbedaan antara standard an aktualnya. Dalam
menetapkan standar, harus diperhatikan factor- factor penting (kritis) dalam
mengevaluasi hasil kerja. Beberapa jenis standar sebagai berikut:

a. Standar fisik (physical standard), bias berupa kuantitas seperti contohnya: jam
kerja per unit output, unit produksi per jam mesin; atau juga berupa kualitas,
seperti ketebalan besi, daya tahan suatu barang.
b. Standar biaya (cost standard), misalnya: boaya produksi per unit, biaya tenaga
kerja per jam.
c. Standar modal (capital standard), berhubungan dengan modal yang
ditanamkan didalam perusahaan (bukan berhubungan dengan baiay
operasional perusahaan). Contohnya: return on investment (pendapatan bersih
dibagi dengan besarnya investasi).
d. Standar pendapatan (revenue standard), misalnya total penjualan pertahun.
e. Standar program (program standard), jika hasil kerja berhubungan dengan
suatu program yang diadakan oleh perusahaan.
f. Goals as standard (tujuan sebagai standard), baik itu bertujuan kuantitatif
maupun kualitatif.

Tindakan koreksi ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, tindakan perbaikan


segera dan tindakan perbaikan mendasar. Tindakan perbaikan segera adalah
memperbaiki suatu kegiatan segera untuk mengembalikan kinerja pada jalurnya.
Sedangkan tindakan perbaikan mendasar adalah menentukan bagaimana dan
mengapa kinerja menyimpang dan mengoreksi sumber penyimpangan tadi.

Menurut Syamsi, pengendalian dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu:

1. Pengendalian administrative terhadap tingkah laku, system, dan cara berpikir


dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Pengendalian operatif (operatife control) yaitu pengendalian terhadap cara
kerja, teknik pengerjaan, alat yang digunakan, waktu yang dipakainya, jumlah
karyawan yang dilibatkan, apakah sudah tepat atau belum.

V. Pengertian Evaluasi Dakwah


Dalam konteks ini, Islam melakukan koreksi terhadap kekeliruan berdasarkan atas:

1) Tawa shau bi al-haqqi (saling menasihati atas dasar kebenaran dan norma
yang jelas). Tidak mungkin sebuah pengendalian berlangsung dengan baik tanpa
norma yang baik. Norma dan etika itu ttidak bersifat individual, melainkan harus
disepakati bersama dengan aturan-aturan yang jelas.

2) Tawa shau bi shabri (saling menasihati datas dasar kesabaran). Pada


umumnya, seorang manusia saling mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.
Oleh karena itu, diperlukan tawa shau bis shabri atau berwasiat dengan kesabaran.
Koreksi yang diberikan tidak cukup sekali, namun harus dilakukan secara berulang-
ulang. Dalam konteks inilah pentingnya sebuah kesabaran.
3) Tawa shau bi al-marhamah (saling menasihati atas dasar kasih sayang).
Tujuan dilakukan pengendalian dan koreksi adalah untuk mencegah seseorang
jatuh terjerumus pada suatu yang salah.

VI. Tujuan Evaluasi Dakwah


Sebelum organisasi dakwah melangkah pada langkah selanjutnya maka
dilakukan sebuah evaluasi dalam perencanaan. Karna evaluasi harus dilakukan
dalam perencanaan dakwah baik pada tahap awal, tengah, dan akhir.
Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan menjadi feedback yang kuat,
sehingga perencanaan yang dilakukan betul-betul matang. Karna sebuah
perencanaan yang matang akan mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan dan
kemudian berusaha mencari solusi mengatasi tersebut. Kematangan sebuah
perencanaan itu terlihat setelah dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap berbagai
perencanaan dilakukan engan melakukan berbagai uji indikator yang telah
dipersiapkan dan diantisipasi sebelumnya. Tujuan evaluasi atas perencanaan
dakwah agar perencanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuanya.

VII. Proses Evaluasi Dakwah


Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan
diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek
mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi
dalam rangka peningkatan kinerja program atau proyek tersebut.
Jadi, evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan
masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas
kinerja proyek. Dengan pengertian lain, evaluasi dakwah adalah meningkatkan
pengertian manajerial dakwah dalam sebuah program formal yang mendororng
para manajer atau pemimpin dakwah untuk mengamti perilaku anggotanya lewat
pengamatan yang lebih mendalam yang dapat dihasilkan melalui slaing pengertian
diantara kedu belah pihak.
Evaluasi menjadi sanagat penting karna:
a) Dapat menjamin keselamatan pelaksanaan dan perjalanan dakwah.
b) Untuk mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan, sehingga dapat
memanfaatkan yang positif dan meninggalkan yang negatif.
Secara spesifik tujuan dari evaliasi dakwah adalah:
a. Untuk mengidentifikasi sumber daya dai yang potensional dalam sebuah
spesifikasi pekerjaan manjerial.
b. Untuk menenetukan kebutuhan pelatihan dan penegmbangan bagi individu dan
kelompok dalam sebuah lembaga atau organisasi.
c. Untuk mengidentifikasi para anggota yang akan dipromosikan dalam penemptan
posisi tertentu
Hasil evaluasi diperoleh dari:
a. Motivasi
b. Promosi
c. Mutasi
d. Hubungan finansial
e. Kesadaran yang meningkat dari tugas dan persoalan bawahan
f. Pengertian bawahan yang meningkat mengenai pandangan manajerial tentang
hasil karya
g. Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan
h. Mengevaluasi efeketifitas dari keputusan seleksi dan penempatan
i. Pemindahan
j. Perencanaan sumber daya manusia
k. Peringatan dan hukuman
KESIMPULAN

Pengendalian dakwah adalah salah satu dari unsur managemen dakwah. Dan
pengendalian berbeda dengan pengawasan, karena pengendalian dilakukan dengan disertai
pelurusan (tindakan korektif), sedangkan pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan
yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali. Selain pengendalian, tahapan
akhir dari dakwah yaitu evaluasi yang berarti penilaian atau penaksiran. Jadi, evaluasi
adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek
untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek.
Dengan dilakukannya pengendalian dan evaluasi dakwah, diharapkan aktivitas
dakwah dapat terealisasi sesuai dengan tujuan awal. Dan dengan management dakwah
yang baik pula dapat tercipta dakwah yang lebih efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono,Prof.,2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan,PT Grafindo Persada,Jakarta

https://tafsirweb.com/10761-surat-al-mujadalah-ayat-7.html diakses pada tanggal 23 May


2022, pukul 22.04 WIB

https://www.republika.co.id/berita/qhpu0n320/rasululah-ingatkan-pemimpin-tidak-amanah-
tak-cium-surga diakses pada tanggal 23 May 2022, pukul 22.31 WIB

Kementrian Agama RI,2012, Alqur’an dan Terjemahnya, Dirjen.Binmas,Direktorat Urusan


Agama Islam dan Pembinaan syariah, Jakarta

Munir, M. Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana:2006. Cetakan ke-1

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai