Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN MASJID BESAR AL MUTTAQIN KALIWUNGU

Di Susun Demi Memenuhi Tugas UAS Manajemen Masjid


Dosen Pengampu: Bapak Dr. Saerozi, S.Ag, M.Pd

Disusun oleh:

Wahyu Wulandari (2001036024)


Zakiyatul Fikriyah (2001036026)
Umul Siti Wahyuni (2001036027)
Shinta Nuriyah (2001036028)
Veri Zuana (2001036029)
Akhmad Alvi Arkham (2001036030)
Ridho Arif Amaldy (2001036031)
Bagas Adi Putra (2001036032)
Ersa Faristian (2001036043)
Fahmi Anwari (2001036053)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
PENDAHULUAN

Secara teori, masjid merupakan pusat kebudayaan Islam. Dari tempat suci inilah, syiar
Islam yang meliputi aspek duniawi-ukhrawi, material, spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah
telah merekam dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara tidak langsung
disebabkan oleh pembinaan jasmani, rohani dan intelektual di rumah Allah ini (masjid). Masjid
adalah rumah tempat ibadah umat muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan masjid berukuran
kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan
pusat kehidupan komunitas Islam, kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama,
ceramah dan belajar Al-Qur’an sering dilaksanakan di masjid..

Dengan begitu jelas bahwa arti masjid itu sebenarnya tempat sujud bukan hanya sebuah
gedung atau tempat ibadah tertentu dalam perkembangan fungsi dan peranan masjid yang
digambarkan pada masa keemasan Islam itu, tentunya tidak seperti zaman dahulu, namun tidak
berarti bahwa masjid tidak dapat berperan padamestinya di dalam pembinaan ummat. Meskipun
fenomena yang terjadi pada saat ini bahwa masjid hanya berfungsi apa adanya dan belum
berfungsi sebagaimana mestinya.

Zaman sekarang ini, banyak sekali masjid yang didirikan baik di pedesaan bahkan di
perkotaan yang terkenal dengan kebebasan. Dalam proses penelitian juga tidak sedikit masjid-
masjid yang berdiri atas swadaya masyarakat yang sadar dan mengerti akan hidup beragama.
Tinggal kini bagaimana kepengurusan masjid-masjid yang sudah ada itu, sehingga masjid-masjid
tersebut sebagai tempat ibadah dalam arti sempit untuk melakukan shalat, namun juga sebagai
tempat ibadah dalam arti luas yaitu sebagai tempat pembinaan masyarakat sekitarnya untuk
membina lingkungan hidup sejahtera, bagaimana masyarakat sekitarnya dapat tercipta
"qalbunmu'alaqun fiil masaajid" seperti yang disabdakan Rasulallah saw.
PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM MASJID BESAR AL MUTTAQIN KALIWUNGU


1) Sejarah Singkat Masjid Al Muttaqin

Masjid Al Muttaqin yang berada di jantung Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Jawa


Tengah, sekilas bangunan ini tampak baru dengan gaya arsitektur modern. Namun nyatanya,
masjid ini sudah mengalami pemugaran, bahkan lebih dari lima kali.Masjid Al-Muttaqin
pertama kali didirikan pada tahun 1653 M sebagai media dakwah Islam oleh seorang ulama
bernama Kiai Asy’ari atau Kiai Guru. Masjid ini menjadi simbol kelahiran Islam di
Kaliwungu. Selain memiliki dua menara di sisi kanan-kirinya, di dalam masjid ini dihiasi
ornamen yang kental dengan nuansa Jawa. Ciri yang melekat pada desain arsitekturnya
terlihat dari ornamen tiang, langit-langit, mimbar bertingkat yang terbuat dari kayu, mihrab
tempat imam memimpin shalat dan kubah yang berada di atasnya.

Masjid Al Muttaqin merupakan masjid utama dan terbesar di Kaliwungu. Letaknya


berada di sebelah barat alun-alun Kaliwungu. Karena terletak di samping jalan raya
Semarang-Kendal, masjid ini selalu ramai dan menjadi jujugan masyarakat yang datang
beribadah ataupun digunakan sebagai tempat transit oleh warga dari luar kota.Keramaian
masjid ini semakin bertambah, sebab di sekitarnya berdiri sebuah pesantren bernama Salaf
APIK. Keberadan pesantren yang telah berdiri sejak tahun 1919 M itu semakin menambah
semarak suasana religius Kaliwungu dengan berbagai kegiatan ibadah dan pengajian di
dalamnya. Apalagi Kaliwungu juga menyandang predikat sebagai kota santri.

Sejak didirikan hingga sekarang, Masjid Al-Muttaqin sangat lekat dengan budaya
masyarakat setempat. Berbagai tradisi keagamaan berbalut kearifan lokal sering digelar di
seputar masjid ini. Hal ini yang membedakan masjid Al-Muttaqin dengan masjid lainya. Bila
baru-baru ini terjadi fenomena politisisasi masjid, dengan menjadikan masjid sebagai tempat
kampanye politik kekuasaan dan untuk kepentingan politik jangka pendek, justru masjid Al-
Muttaqin mampu melakukan fungsi dasar masjid sebagai tempat membangun dan mengikat
keutuhan umat Islam. Keberadaan Masjid Al-Muttaqin dinilai mampu menjadi tumpuan bagi
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah satunya lewat perputaran
ekonomi.
2) Visi, Misi dan Tujuan Masjid Al-Muttaqin
a. Visi :
Masjid Al-Muttaqin menjadi pusat kegiatan dakwah dan pemberdayaan umat.
b. Misi :
1) Mewujudkan lingkungan masyarakat Islami di lingkungan masjid dan masyarakat
sekitar.
2) Mengajak masyarakat untuk bersama-sama memakmurkan masjid dalam
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui berbagai kegiatan keagamaan.
3) Meningkatkan silaturrahmi antar umat muslim disekitar masjid.
c. Tujuan :
1) Terwujudnya masjid yang representativ sebagai wahana peningkatan keimanan dan
ketaqwaan warga sekitar.
2) Mendorong umat untuk melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar.

B. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI MASJID BESAR AL MUTTAQIN


KALIWUNGU

Permasalhan yang di hadapi sangat beragam di Masjid Besar Al Muttaqin Kaliwungu


karena Manajemen masjid kita lebih banyak dikelola secara tradisional, tidak diurus secara
professional. Masjid Besar Al Muttaqin Kaliwungu memiliki beberapa kendala yaitu
1. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM), kurangnya program pemberdayaan umat,
database yang belum akurat, belum adanya panduan pengurus masjid, lembaga pendidikan,
serta pelatihan pemberdayaan masjid.
2. Pengurus masjid tertutup, Pengurus masjid dipilih oleh jamaah dan dari jamaah secara
demokratis. Mereka dianggap mampu emban amanah jamaah.
3. Kegiatan kurang, memfungsikan masjid semata-mata sebagai tempat ibadah shalat jum’at
otomatis menisbikan inisiatif untuk menggelorakan kegiatan-kegiatan lain. Masjid hanya
ramai sekali dalam seminggu.
4. Tempat wudhu kotor, Kurangnya pemeliharaan mengakibatkan masjid kotor dan rusak. Bila
tempat mengambil air wudhu dan WC-nya kurang dirawat dan dibersihkan, dari situ
meruyuk bau yang menyengat.
5. Dalam mengelola dana zakat, masjid al mutaqin belum bisa maksimal

C. UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH TAKMIR MASJID BESAR AL MUTTAQIN


KALIWUNGU TERHADAP KEMAKMURAN JAMAAH

Penyebab Kurangnya Pemanfaatan Masjid Besar Al Muttaqin Kaliwungu Jiwa


beragama atau kesadaran beragama berunjuk kepada asfek rohaniah individu yang berkaitan
dengan keimanan kepada Allah. Beranjak dari kenyataan yang ada, maka sikap keberagamaan
terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ektren.
1. Faktor Internal (minat dan kesadaran)
Adapun faktor internal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya ilmu pengetahuan agama pada masyarakat.
Pengetahuan agama merupakan suatu alat untuk dapat mengenal ajaranajaran
pokok yang terkandung dalam al-Qu’ran dan hadist. Dengan mengetahui ajaran-ajaran
tersebut orang akan memahami dan menyadari bahwa bahwa agama itu merupakan
kebutuhan bagi manusia.
b. Kurangnya minat dan kesadaran masyarakat terhadap kewajiban
1) Minat
Menurut bahasa minat ialah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu,
jadi minat adalah sesuatu yang timbul pada diri seseorang yang membawa dampak
ingin mengetahui, ingin memahami, ingin mempelajari kemudian ingin
mempraktekan.
2) Kesadaran masyarakat terhadap kewajiban
Bagaimana baiknya ajaran islam yang mereka ketahui, apabila masyarakat
tidak memiliki kesadaran bahwa shalat berjamaah di masjid itu merupakan pahala
yang berlipat ganda dari pada shalat di rumah yang merupakan kewajiban bagi
setiap laki-laki muslim untuk menjalankanya. Secara jelas tanpa adanya kesadaran
orang akan melaksanakan sesuatu tanpa arah yang dituju.

2. Faktor Eksternal
a. Tokoh masyarakat dan petugas masjid
Dalam suatu jamaah ada orang yang diangkat menjadi contoh tauladan dalam
melaksanakan shalat berjamaah di masjid harus ada imam, khotib dan bilal dan lain-lain
yang berperan sebagai pemimpin dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid
tersebut.
b. Pengurus masjid tertutup
Pengurus masjid dipilih oleh jamaah dan dari jamaah secara demokratis. Mereka
dianggap mampu emban amanah jamaah. Pengurus dengan corak kepemimpinan tertutup
biasanya tidak peduli terhadap aspirasi jamaahnya. Mereka menganggap diri lebih tahu
dan bersikap masa bodoh atas usul dan pendapat. Saran-saran dan kritik hanya akan akan
masuk dari telinga kanan dan ke luar dari telinga kiri. Mereka sulit memperlakukan kritik
sebagai masukan yang konstruktif untuk perbaikan/ penyempurnaan. Apabila pengurus
berwatak seperti ini, cukup mengharapkan masjid yang maju dan makmur sesuai dengan
fungsinya
c. Kegiatan kurang
Memfungsikan masjid semata-mata sebagai tempat ibadah shalat jum’at otomatis
menisbikan inisiatif untuk menggelorakan kegiatan-kegiatan lain. Masjid hanya ramai
sekali dalam seminggu. Di luar jadwal itu barangkali hanya para musafir yang datang
untuk shalat dan beristirahat. Masjid seperti ini namanya tetap masjid, tapi sungguh jauh
dari status maju apalagi makmur. Masjid “nganggur” semacam ini memerlukan suntikan
program agar ia lebih berfungsi.
d. Lingkungan
Kurangnya pemeliharaan mengakibatkan masjid kotor dan rusak. Bila tempat
mengambil air wudhu dan WC-nya kurang dirawat dan dibersihkan, dari situ meruyuk
bau yang menyengat. Banyak masjid yang mengabaikan kebersihan kedua tempat rawan
itu. Bau tak sedap yang ditimbulkanya dapat mengganggu orang-orang yang hendak
beribadah di masjid. Masjid sebagai tempat ibadah harus dibebaskan dari kesan jorok.

D. UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH TAKMIR MASJID BESAR AL MUTTAQIN


KALIWUNGU TERHADAP KEMAKMURAN JAMAAH
Takmir masjid (pengurus masjid) adalah sekelompok orang yang mempunyai
kewajiban memakmurkan masjid. Salah satu tugas utama Takmir adalah menjaga dan
merawat masjid agar tetap terawat sehingga terasa nyaman bagi pengunjung. Masjid yang
makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi sentral dinamika umat. Sehingga,
masjid benar-benar berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam dalam arti
luas.

1) Kegiatan Pembangunan
Bangunan masjid perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya. Apabila ada yang rusak
diperbaiki atau diganti dengan yang baru, yang kotor dibersihkan, sehingga masjid
senantiasa berada dalam keadaan bagus, bersih, indah dan terawatt
2) Kegiatan Ibadah
Meliputi shalat berjamaah lima waktu, shalat juma‟at, dan shalat tarawih. Shalat
berjamaah ini sangat penting artinya dalam usaha mewujudkan persatuan dan ukhuwah
islamiyah di antara sesama umat Islam yang menjadi jamaah masjid tersebut.
3) Kegiatan Keagamaan

Meliputi kegiatan pegajian rutin, khusus ataupun umum, yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas iman dan menambah pengetahuan, peringatan hari-hari besar
Islam, kursus-kursus keagamaan (seperti kursus bahasa Arab, kursus mubalig),
bimbingan dan penyuluhan masalah keagamaan, keluarga, perkawinan, pensyahadatan
para mualaf, upacara pernikahan atau resepsi perkawinan.

Organisasi pengurus masjid dalam upaya memakmurkan masjid dapat dilakukan


dengan cara mengadakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Makmur atau
sepinya masjid itu bergantung pada pengurus dan masyarakat sekitar. Apabila mereka rajin
beribadah dan meramaikan kegiatannya maka masjid tersebut akan makmur tetapi apabila
mereka enggan datang ke masjid maka sepilah masjid itu. Masjid yang makmur akan
menunjukkan kemajuan umat disekitarnya.

Cara Memakmurkan Masjid, yaitu:

a) Kesungguhan Pengurus Masjid


Pengurus masjid yang telah mendapat kepercayaan untuk mengelola masjid sesuai
dengan fungsinya memegang peran penting dalam memakmurkan masjid. Merekalah
lokomotif atau motor yang menggerakkan umat Islam untu memakmurkan masjid, dan
menganekaragamkan kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat sekitar

b) Memperbanyak Kegiatan
Kegiatan di dalam masjid perlu diperbanyak dan ditingkatkan, baik menyangkut
kegiatan ibadah ritual, ibadah sosial, maupun kegiatan kultural. mendorong mereka untuk
tidak segan-segan memakmurkan masjid.

Dengan demikian, para pengurus atau pengelola masjid perlu memahami fungsi
masjid sebagai pusat pembinaan umat setra merealisasikan Idarah masjid sebagai salah satu
strategi untuk mengaktualisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya.

PENUTUP

Masih banyak permasalahan manajemen masjid dalam rangka mengembalikan fungsi


masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam. Permasalahan manajemen tersebut sejatinya
berpusat pada bagaimana manusia (takmir masjid) menjalankan semua proses manajemen
masjid. Oleh karena itu, terdapat beberapa kekurangan yang hendaknya diperbaiki oleh masing-
masing individu takmir masjid. Pertama, kurangnya pemahaman takmir masjid terhadap
tuntunan Islam tentang masjid. Pemahaman tentang tuntunan Islam seputar masjid, sejarah
masjid di masa Rasulullah dan generasi setelahnya, fungsi dan potensi masjid, manajemen
masjid dan keilmuan kontemporer yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam mengelola
masjid seperti, akuntansi, arsitektur, dan lain sebagainya hendaknya telah dikuasai oleh takmir
masjid sebelum melakukan proses manajemen masjid.
Kedua, adanya niat yang tidak lurus karena Allah dalam melakukan perbaikan dan
manajemen masjid. Ini dikarenakan niat yang salah dalam memanajemen masjid akan
berdampak pada program dan kegiatan yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Ketiga, adanya
faktor kurang mantabnya keimanan dalam individu takmir masjid. Keimanan akan teraplikasikan
dalam intensitas ibadah sehari-hari; sebagai contoh, takmir masjid yang masih malas atau belum
dapat melaksanakan shalat jama’ah lima waktu tidak akan mungkin dapat menjalankan program
untuk menggerakkan masyarakat untuk shalat lima waktu di masjid.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, Jakarta: Al Qalam, 2009.


Budiman Mustofa, Manajemen Masjid: Gerakan Meraih kembali Kekuatan dan Potensi Masjid,
Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007.
LAMPIRAN
Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai