Disusun oleh:
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
PENDAHULUAN
Secara teori, masjid merupakan pusat kebudayaan Islam. Dari tempat suci inilah, syiar
Islam yang meliputi aspek duniawi-ukhrawi, material, spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah
telah merekam dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara tidak langsung
disebabkan oleh pembinaan jasmani, rohani dan intelektual di rumah Allah ini (masjid). Masjid
adalah rumah tempat ibadah umat muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan masjid berukuran
kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan
pusat kehidupan komunitas Islam, kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama,
ceramah dan belajar Al-Qur’an sering dilaksanakan di masjid..
Dengan begitu jelas bahwa arti masjid itu sebenarnya tempat sujud bukan hanya sebuah
gedung atau tempat ibadah tertentu dalam perkembangan fungsi dan peranan masjid yang
digambarkan pada masa keemasan Islam itu, tentunya tidak seperti zaman dahulu, namun tidak
berarti bahwa masjid tidak dapat berperan padamestinya di dalam pembinaan ummat. Meskipun
fenomena yang terjadi pada saat ini bahwa masjid hanya berfungsi apa adanya dan belum
berfungsi sebagaimana mestinya.
Zaman sekarang ini, banyak sekali masjid yang didirikan baik di pedesaan bahkan di
perkotaan yang terkenal dengan kebebasan. Dalam proses penelitian juga tidak sedikit masjid-
masjid yang berdiri atas swadaya masyarakat yang sadar dan mengerti akan hidup beragama.
Tinggal kini bagaimana kepengurusan masjid-masjid yang sudah ada itu, sehingga masjid-masjid
tersebut sebagai tempat ibadah dalam arti sempit untuk melakukan shalat, namun juga sebagai
tempat ibadah dalam arti luas yaitu sebagai tempat pembinaan masyarakat sekitarnya untuk
membina lingkungan hidup sejahtera, bagaimana masyarakat sekitarnya dapat tercipta
"qalbunmu'alaqun fiil masaajid" seperti yang disabdakan Rasulallah saw.
PEMBAHASAN
Sejak didirikan hingga sekarang, Masjid Al-Muttaqin sangat lekat dengan budaya
masyarakat setempat. Berbagai tradisi keagamaan berbalut kearifan lokal sering digelar di
seputar masjid ini. Hal ini yang membedakan masjid Al-Muttaqin dengan masjid lainya. Bila
baru-baru ini terjadi fenomena politisisasi masjid, dengan menjadikan masjid sebagai tempat
kampanye politik kekuasaan dan untuk kepentingan politik jangka pendek, justru masjid Al-
Muttaqin mampu melakukan fungsi dasar masjid sebagai tempat membangun dan mengikat
keutuhan umat Islam. Keberadaan Masjid Al-Muttaqin dinilai mampu menjadi tumpuan bagi
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah satunya lewat perputaran
ekonomi.
2) Visi, Misi dan Tujuan Masjid Al-Muttaqin
a. Visi :
Masjid Al-Muttaqin menjadi pusat kegiatan dakwah dan pemberdayaan umat.
b. Misi :
1) Mewujudkan lingkungan masyarakat Islami di lingkungan masjid dan masyarakat
sekitar.
2) Mengajak masyarakat untuk bersama-sama memakmurkan masjid dalam
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui berbagai kegiatan keagamaan.
3) Meningkatkan silaturrahmi antar umat muslim disekitar masjid.
c. Tujuan :
1) Terwujudnya masjid yang representativ sebagai wahana peningkatan keimanan dan
ketaqwaan warga sekitar.
2) Mendorong umat untuk melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar.
2. Faktor Eksternal
a. Tokoh masyarakat dan petugas masjid
Dalam suatu jamaah ada orang yang diangkat menjadi contoh tauladan dalam
melaksanakan shalat berjamaah di masjid harus ada imam, khotib dan bilal dan lain-lain
yang berperan sebagai pemimpin dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid
tersebut.
b. Pengurus masjid tertutup
Pengurus masjid dipilih oleh jamaah dan dari jamaah secara demokratis. Mereka
dianggap mampu emban amanah jamaah. Pengurus dengan corak kepemimpinan tertutup
biasanya tidak peduli terhadap aspirasi jamaahnya. Mereka menganggap diri lebih tahu
dan bersikap masa bodoh atas usul dan pendapat. Saran-saran dan kritik hanya akan akan
masuk dari telinga kanan dan ke luar dari telinga kiri. Mereka sulit memperlakukan kritik
sebagai masukan yang konstruktif untuk perbaikan/ penyempurnaan. Apabila pengurus
berwatak seperti ini, cukup mengharapkan masjid yang maju dan makmur sesuai dengan
fungsinya
c. Kegiatan kurang
Memfungsikan masjid semata-mata sebagai tempat ibadah shalat jum’at otomatis
menisbikan inisiatif untuk menggelorakan kegiatan-kegiatan lain. Masjid hanya ramai
sekali dalam seminggu. Di luar jadwal itu barangkali hanya para musafir yang datang
untuk shalat dan beristirahat. Masjid seperti ini namanya tetap masjid, tapi sungguh jauh
dari status maju apalagi makmur. Masjid “nganggur” semacam ini memerlukan suntikan
program agar ia lebih berfungsi.
d. Lingkungan
Kurangnya pemeliharaan mengakibatkan masjid kotor dan rusak. Bila tempat
mengambil air wudhu dan WC-nya kurang dirawat dan dibersihkan, dari situ meruyuk
bau yang menyengat. Banyak masjid yang mengabaikan kebersihan kedua tempat rawan
itu. Bau tak sedap yang ditimbulkanya dapat mengganggu orang-orang yang hendak
beribadah di masjid. Masjid sebagai tempat ibadah harus dibebaskan dari kesan jorok.
1) Kegiatan Pembangunan
Bangunan masjid perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya. Apabila ada yang rusak
diperbaiki atau diganti dengan yang baru, yang kotor dibersihkan, sehingga masjid
senantiasa berada dalam keadaan bagus, bersih, indah dan terawatt
2) Kegiatan Ibadah
Meliputi shalat berjamaah lima waktu, shalat juma‟at, dan shalat tarawih. Shalat
berjamaah ini sangat penting artinya dalam usaha mewujudkan persatuan dan ukhuwah
islamiyah di antara sesama umat Islam yang menjadi jamaah masjid tersebut.
3) Kegiatan Keagamaan
Meliputi kegiatan pegajian rutin, khusus ataupun umum, yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas iman dan menambah pengetahuan, peringatan hari-hari besar
Islam, kursus-kursus keagamaan (seperti kursus bahasa Arab, kursus mubalig),
bimbingan dan penyuluhan masalah keagamaan, keluarga, perkawinan, pensyahadatan
para mualaf, upacara pernikahan atau resepsi perkawinan.
b) Memperbanyak Kegiatan
Kegiatan di dalam masjid perlu diperbanyak dan ditingkatkan, baik menyangkut
kegiatan ibadah ritual, ibadah sosial, maupun kegiatan kultural. mendorong mereka untuk
tidak segan-segan memakmurkan masjid.
Dengan demikian, para pengurus atau pengelola masjid perlu memahami fungsi
masjid sebagai pusat pembinaan umat setra merealisasikan Idarah masjid sebagai salah satu
strategi untuk mengaktualisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya.
PENUTUP